Вы находитесь на странице: 1из 19

Laporan Praktikum Hari, Tanggal : Senin, 19 November 2018

Analisi Bahan dan Produk Dosen : Niken Ayu P, STP, MSi


Agroindustri Kel/Gol : 4 / P1
Asisten Praktikum:
1. Preza Satria (F34140036)
2. Silva Latisya (F34140045)
3. Novi Kurnianto (F34140123)

UJI ANALISIS ZAT PADA BAHAN DAN PRODUK INDUSTRI


PERTANIAN

Oleh:
Ovaldo Risky Yudesfa F34170003
Adam Firmansyah F34170005
Ilham Bintang Mahendra F34170014
Nur Lailatun Nafi’ah F34170015
Viamitha Asdeliana F34170028

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Latar Belakang

Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi


kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat
makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat
sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat
makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya.
Menurut Kamal (1998) disebut analisis proksimat karena hasil yang
diperoleh hanya mendekati nilai yang sebenarnya, oleh karena itu untuk
menunjukkan nilai dari system analisis proksimat selalu dilengkapi dengan istilah
minimum atau maksimum sesuai dengan manfaat fraksi tersebut. Dari sisitem
analisis proksimat dapat diketahui adanya 6 macam fraksi, yaitu air, abu, protein
kasar, lemak kasar (ekstrak ether), serat kasar, ekstrak tanpa nitrogen (ETN).
Khusus untuk ETN nilainya dicari hanya berdasarkan perhitungan yaitu: 100%
dikurangi jumlah dari kelima fraksi yang lain.
Protein, karbohidrat, dan air merupakan kandungan utama dalam bahan
pangan. Protein dibutuhkan terutama untuk pertumbuhan dan memperbaiki
jaringan tubuh yang rusak. Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi
dalam aktivitas tubuh manusia, sedangkan garam-garam mineral dan vitamin juga
merupakan faktor penting dalam kelangsungan hidup. Lemak yang dioksidasi
secara sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3 kalori/g lemak, sedangkan protein
dan karbohidrat masing-masing menghasilkan 4,1 dan 4,2 kalori/g.
Minyak dan lemak terdiri atas trigliserida campuran, yang merupakan ester
dari gliserol dan asam lemak rantaipanjang. Minyak dan lemak dapat diperoleh
dari hewan maupun tumbuhan. Minyak nabati terdapat dalam buah-buahan,
kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman, dan sayuran. Trigliserida dapat
berwujud padat atau cair, bergantung pada komposisi asam lemak yang
menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati berbentuk cair karena mengandung
sejumlah asam lemak tidak jenuh, sedangkan lemak hewani pada umumnya
berbentuk padat pada suhu kamar karena banyak mengandung asam lemak jenuh.
Kedelai pada dasarnya mengandung zat-zat nutrisi yang kandungannya
satu sama lain berbeda. Posisi masing-masing zat-zat tersebut dapat diketahui
suatu analisis yang disebut analisis proksimat. Analisis proksimat dapat
mengetahui bahwa nutrisi kedelai terdiri dari : air, abu, mineral, protein kasar,
lemak, karbohidrat, serat kasar, dan bahan ekstrak yang tidak mengandung
nitrogen (Kartadisastra 1994).
Kacang kedelai merupakan sumber protein tercerna yang sangat baik.
Meskipun kandungan vitamin dan mineral di dalamnya tinggi, kedelai rendah
dalam kandungan asam lemak jenuh, dengan 60% kandungan asam lemak tidak
jenuhnya terdiri atas asam linoleat dan linolenat, yang keduanya diketahui
membantu kesehatan jantung. Kacang kedelai tidak mengandung kolestrol.
Makanan dari kedelai juga bebas laktosa yang sangat cocok bagi konsumen yang
menderita laktose intolerant (Barnes et al. 1990). Gizi yang terkandung dalam
kedelai tersebut dapat dibuktikan dengan Analisa Proksimat.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui dan menganalisis zat yang ada pada
bahan dan produk industri pertanian.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah oven pengering, oven alumunium, neraca,
erlenmeyer, tanur, cawan porselin, otoklaf, kertas saring, biuret, mortar. Bahan
yang digunakan adalah kacang kedelai, H2SO4, NaOH, Na2S2O3, dan HCl.
Metode
1. Uji Kadar Air

Kedelai

Ditimbang 1-2 gram dan


dimasukkan cawan

Dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105oC


selama 3-5 jam

Didinginkan dalam desikator

Ditimbang

Kadar air

2. Uji Kadar Abu

Kedelai

Ditimbang dalam cawan porselen


yang kering dan telah diketahui
beratnya sebanyak 2-10 gram
Dibakar di atas kompor hingga asap
hilang

Dipijarkan di dalam tanur selama ±6


jam, sampai diperoleh abu berwarna
keputih-putihan

Didinginkan dalam desikator

Ditimbang

Kadar Abu

3. Uji Kadar Serat

Kedelai

Ditimbang sebanyak 1 gram dan


dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 500 ml

Ditambah 100 ml H2SO4 0,325 N


Dihidrolisis dalam Otoklaf bersuhu
105oC selama 15 menit

Didinginkan di dalam desikator

Ditambah 50ml NaOH 1,25 N

Dihidrolisis dalam Otoklaf bersuhu


105oC selama 15 menit

Disaring dengan kertas saring yang telah


dikeringkan dan telah diketahui beratnya

Kertas dicuci dengan air panas + 25ml H2SO4


0,325 N dan air panas + 25ml Aceton/alkohol

Kertas saring dan bahan dikeringkan dalam


oven bersuhu 110oC selama ±1-2 jam

Ditimbang

Data dan Hasil

4. Uji Luff Schroll

Kedelai
Ditimbang ±1gram, dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 500ml dan
ditambah 200ml HCl 3%

Dihidrolisis selama 1-3jam di dalam


otoklaf dengan suhu 105oC

Didinginkan didalam desikator

Data dan Hasil

Dinetralkan dengan NaOH 40%

Sampel dimasukkan kedalam labu takar 250ml


dan ditambah air destilata sampai tanda tera

Dipipet sebanyak 10ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer


250ml dan ditambah 25ml larutan Luff Schroll

Dididihkan selama 10 menit pada pendingin tegak

Sampel didinginkan di bawah air mengalir, kemudian


tambahkan 20ml H2SO4 25%

Dititrasi dengan Na2S2O3 dengan indikator kanji hingga warnanya hilang

Blangko dibuat dari 25ml air destilata dan 25ml larutan Luff
Schroll
Ditimbang

Data dan Hasil

5. Uji Lemak Kasar

Kedelai

Ditimbang 5 gram

Dimasukkan ke dalam kertas saring

Dimasukkan ke dalam tabung


soxlet

Tabung ekstraksi dipasang pada alat


destilasi

Tabung soxlet diisi pelarut petroleum eter 2/3 isi


volume labu

Diekstraksi selama 4 jam

Tabung kosong dipasang kembali dan dipanaskan untuk


memisahkan lemak
Didinginkan dan contoh yang terbungkus diambil

Lemak yang tertinggal dalam labu soxlet di keringkandalam oven selama 1


jam, kemudian didinginkan dan ditimbang

Data dan hasil

6. Penentuan kadar protein dengan metode Kjeldahl

Bahan

Ditimbang 0,1 gram

Ditambah katalis (CuSO4 dan Na2SO4) dengan


perbandingan 1:1,2 dan H2SO4 pekat

Didestruksi sampai bening (hijau)

Didinginkan dan dicuci dengan


dengan aquades

Didestilasi dan ditambah NaOH 15% sebanyak


15ml

Hasil destilasi ditampung dengan HCL 0,02N


Hasil destilasi di titrasi dengan NaOH 0,02 N dengan
indikator mensel (campuran metil red dan metil blue)

Destilasi dihentikan saat volume 2 kali volume awal

Data dan hasil

Hasil Pengamatan
[Terlampir]

Pembahasan

Tanaman kedelai merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan


(golongan Leguminoceae). Terdapat dua spesies kedelai yang biasa dibudidayakan,
yaitu kedelai putih (Glycine max) dan kedelai hitam (Glycine soja). Kedelai putih
(berwarna kuning, agak putih, atau hijau) merupakan tanaman asli Asia subtropik,
seperti Cina dan Jepang Selatan sedangkan kedelai hitam berasal dari Asia tropik,
seperti Asia Tenggara, termasuk Indonesia (Adisarwanto 2005). Biji kedelai
berkeping dua terbungkus oleh kulit biji dan embrio terletak di antara keping biji.
Warna kulit biji bermacam-macam, ada yang kuning, hitam, hijau atau choklat. Pusar
biji atau hilum, adalah jaringan bekas biji kedelai yang menempel pada dinding buah.
Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong, ada yang bundar atau bulat agak
pipih(Hidayat 2000). Berdasarkan analisis sifat fisik biji kedelai berbentuk bundar
bulat dan densitas sebesar 4,5 gr/cm3.
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi
kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat
makanan dari bahan pakan atau pangan. Menurut Mulyono (2000), menyatakan
bahwa Analisis proksimat adalah analisis atau pengujian kimia yang dilakukan
untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang
jadi. Istilah proksimat mempunyai pengertian bahwa analisis dari metode ini
menunjukkan nilai mendekati. Hal ini disebabkan dalam satu fraksi hasil analisi masih
terdapat zat lain yang berbeda sifatnya dalam jumlah yang sangat sedikit. Manfaat
analisis proksimat adalah mengidentifikasi kandungan zat makanan yang belum diketahui
sebelumnya, menguji kualitas bahan dan dibandingkan dengan standarnya, mengevaluasi
hasil formula ransum. Analisis proksimat analisis proksimat terdiri dari kadar air,
kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, kadar protein kasar dan kadar
pati.
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis).
Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan
pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada
bahan pangan (Purwasih 2017). Prinsip uji ini mengeluarkan air dari suatu bahan
menggunakan energy panas karena kadar air sangat mempengaruhi kualitas dan
daya simpan dari bahan pangan. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya
bakteri,kapang, dan khamir untuk berkembang biak sehingga, terjadi perubahan
pada bahan pangan. Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan
dengan beberapa metode, yaitu metode pengeringan (dengan oven), metode
destilasi, metode kimia dan metode khusus (kromatografi, nuclear magnetic
resonance) (Winarno 1997). Praktikum ini menggunakan metode pengeringan
(dengan oven) atau thermogravitimetri. Hasil praktikum uji kadar air dengan
bahan kedelai, data yang dihasilkan adalah 4,05%. Menurut SNI 01-4227-1996
kadar air kedelai maksimum sebesar 12%. Hasil yang didapatkan sudah sesuia
dengan literature.
Uji kadar abu dilakukan untuk menentukan kandungan mineral dalam satu
bahan. Selain itu penentuan abu total dapat digunakan untuk menentukan baik
tidaknya satu proses pengolahan, untuk mengetahui jenis bahan yang digunakan,
dan sebagai parameter nilai gizi pada satu bahan (Sudarmadji et al. 2007).
Prinsipnya adalah pengoksidasian bahan pada suhu yang tinggi yaitu sekitar 500-
6000 C untuk mengetahui abu yang dihasilkan sebagai representasi dari kandungan
mineral yang ada dalam bahan yang diuji yang dapat diketahui setelah bahan
ditimbang. Berdasarkan percobaan km Hal ini sesuai dengan SNI 01-3922-1995
bahwa kadar abu kacang kedelai maksimal 6%.
Penentuan kadar lemak suatu sampel dapat dilakukan dengan dua metode,
yaitu metode ekstraksi kering (menggunakan soxhlet) dan metode ekstraksi basah.
Selain itu, metode yang digunakan dalam analisis kadar lemak dapat
menggunakan metode weibull. Uji proksimat kadar lemak yang dilakukan
menggunakan metode soxhlet, prinsip metode ini ialah ekstraksi menggunakan
pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
konstan dengan adanya pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul
anti-bumping, still pot (wadah penyuling, bypass sidearm, thimble selulosa,
extraction liquid, syphon arm inlet, syphon arm outlet, expansion adapter,
condenser (pendingin), cooling water in, dan cooling water out. Penentuan kadar
lemak yaitu dengan pelarut organik, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol,
asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen yang lain Karena itu hasil
ekstraksinya disebut lemak kasar (Darmasih 1997). Berdasarkan percobaan nilai
kadar lemak kasar kedelai sebesar 20,8%. Hal ini sesuai dengan SNI 01-3922-
1995 bahwa kadar lemak kasar kedelai maksimal 26%.
Istilah dari serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah
serat kasar (crude fiber) yang biasanya digunakan dalam analisa proksimat bahan
pangan. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh
bahan-bahan kimia, yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu
asam sulfat (H2SO4) dan natrium hidroksida ( NaOH). Serat kasar merupakan
senyawa yang biasa dianalisa di laboratorium, yaitu senyawa yang tidak dapat
dihidrolisa oleh asam atau alkali. Di dalam buku daftar komposisi bahan
makanan, yang dicantumkan adalah kadar serat kasar bukan kadar serat makanan.
Tetapi kadar serat kasar dalam suatu makanan dapat dijadikan indeks kadar serat
makanan, karena umumnya didalam serat kasar ditemukan 0,2-0,5 bagian jumlah
serat makanan(Sardesai 2003).
Serat kasar adalah bahan organik yang tahan terhadap hidrolisis asam dan
basa lemah (Utomo et al., 2008). Alat yang digunakan dalam penetapan kadar
serat kasar adalah erlenmeyer 500 ml, oven, alat penyaring Buchner atau
Crucible, otoklaf, kertas saring, dan neraca analitik. Bahan yang digunakan dalam
penetapan kadar serat kasar adalah jagung hasil uji lemak, H2SO4 0,325 N, NaOH
1,25 N, dan ethyl alkohol 95%. H2SO4 0,325 N digunakan untuk menghidrolisis
karbohidrat dan protein. NaOH 1,25 N digunakan untuk penyabunan lemak.
Penetapan kadar serat kasar dilakukan dengan cara bahan (hasil dari uji
lemak kasar) dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml dan tambahkan 100 ml
H2SO4 0,325 N. Bahan selanjutnya dihidrolisis di dalam otoklaf bersuhu 105oC
selama 15 menit. Dinginkan bahan, kemudian tambahkan 50 ml NaOH 1,25 N,
hidrolisis kembali bahan di dalam otoklaf bersuhu 105oC selama 15 menit. Saring
bahan menggunakan kertas saring yang telah dikeringkan (diketahui beratnya).
Setelah itu, cuci kertas saring berturut-turut dengan air panas 25 ml H2SO4 0,325
N dan air panas + 25 ml aseton/alkohol, angkat dan keringkan kertas saring dan
bahan dalam oven bersuhu 110o C selama kurang lebih 2 jam. NaOH digunakan
untuk penyabunan lemak. Fungsi perebusan dengan larutan asam terlebih dahulu
baru kemudian larutan basa karena disesuaikan dengan sistem pencernaan pada
hewan monogastrik yang tidak bisa mencerna serat kasar. Berdasarkan hasil
pengamatan kadar serat kasar kedelai 25,4%. Hal ini sesuai dengan SNI 01-3922-
1995 bahwa kadar serat kasar kedelai 23-28%.
Kadar protein yang ditentukan berdasarkan Metode Kjeldahl disebut
sebagai kadar protein kasar (crude protein) karena terikut senyawaan N bukan
protein, misalnya urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida,
purin, dan pirimidin (Sudarmadji et al. 1996). Protein akan mengalami kekeruhan
terbesar pada saat mencapai pH isoelektris yaitu pH dimana protein memiliki
muatan positif dan negatif yang sama, pada saat inilah protein mengalami
denaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan timbulnya gumpalan.
(Poedjiadi 1994).
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan
nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen.
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan
makanan secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah
kadar nitrogennya. Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan
komponen organik dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam H2SO4
dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan
melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion-
ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl. Intinya,
prinsip Metode Kjeldahl yaitu destruksi (perusakan atau penghancuran), destilasi
(penyulingan atau pemisahan dengan pengembunan), titrasi dan konversi (Jeanist
2012). Menurut SNI 01-3922-1995 kadar protein kedelai 35%. Berdasarkan
percobaan kadar protein kedelai 22,057%. Hal ini tidak sesuai dengan SNI,
ketidaksesuaian ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor salah satu faktor yang
paling berpengaruh adalah bahan yang digunakan berbeda dengan bahan yang
diuji pada SNI yang sudah pasti terstandarisasi.
Uji kadar pati yaitu analisis total karbohidrat dengan menggunakan metode
Luff Schrol. Pada uji ini, seluruh senyawa karbohidrat yang ada dipecah menjadi
monosakarida dengan bantuan asam, yaitu HCl, dan panas. Monosakarida yang
terbentuk kemudian dianalisis dengan metode Luff-Schoorl. Prinsip analisis
dengan Metode Luff-Schoorl yaitu reduksi Cu2+ menjadi Cu1+ oleh monosakarida.
Monosakarida bebas akan mereduksi larutan basa dari garam logam menjadi
bentuk oksida atau bentuk bebasnya. Kelebihan Cu2+ yang tidak tereduksi
kemudian dikuantifikasi dengan titrasi iodometri (SNI 01-2891-1992). Proses
iodometri adalah proses titrasi terhadap proses iodium (I2) bebas dalam larutan.
Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat
netral atau sedikit asam, penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat
oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan
banyaknya oksidator (Winarno 1997). Berdasarkan percobaan kadar pati kedelai
11,8%. Hal ini sesuai dengan SNI 01-3922-1995 kadar pati kedelai maksimal
13%.
Percobaan selanjutnya adalah uji DNS. Menurut Sastrohamidjojo (2005),
DNS merupakan senyawa aromatis yang akan bereaksi dengan gula reduksi
maupun komponen pereduksi lainnya untuk membentuk 3-amino-5-nitrosalysilic
acid, senyawa yang mampu menyerap dengan kuat radiasi gelombang
elektromagnetik pada 540 nm. Semakin banyak komponen pereduksi terdapat
dalam sampel maka, akan semakin banyak pula molekul 3-amino-5-nitrosalysilic
acid yang terbentuk dan mengakibatkan serapan semakin tinggi. Reaksi dengan
DNS yang terjadi merupakan reaksi redoks pada gugus aldehid gula dan
teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu, DNS sebagai oksidator akan
tereduksi membentuk 3-amino dan 5-nitrosalysilic acid. Reaksi ini berjalan dalam
suasana basa. Bila terdapat gula reduksi pada sampel, maka larutan DNS yang
awalnya berwarna kuning akan bereaksi dengan gula reduksi sehingga
menimbulkan warna jingga kemerahan. Berdasarkan percobaan persen transmisi
kedelai 25,4%.
Berdasarkan pohon industri kedelai pada Lampiran 2, Kedelai dapat diolah
menjadi berbagai produk, baik produk pangan, obat-obatan, industri maupun
pakan. Produk olahan kedelai yang populer di masyarakat dewasa ini adalah
produk fermentasi seperti tempe, kecap, tauco, dan produk nonfermentasi seperti
tahu, susu, dan daging tiruan. Produk fermentasi lain yang populer adalah natto
(di Jepang), dan produk nonfermentasi lainnya seperti keju kedelai, yuba, dan
lain-lain. Produk lainnnya dari kedelai adalah minyak kasar, isolate protein,
lesitin, dan bungkil kedelai. Minyak kedelai dapat diolah lagi untuk produk
pangan dan produk industri. Produk pangan yang menggunakan minyak kedelai
antara lain adalah minyak salat, minyak goreng, mentega putih, margarine, dan
mayonnaise. Isolat protein dan lesitin banyak digunakan dalam berbagai produk
industry makanan, antara lain roti, es krim, yoghurt, makanan bayi, kembang gula,
dan lain-lain. Bungkil kedelai yang mengandung protein tinggi adalah bahan baku
penting pakan ternak (Meysiana 2010).
Panen kedelai merupakan akhir dari suatu proses penanaman kedelai.
Panen kedelai dilakukan dengan memungut hasil kedelai yang telah ditanam.
Akan tetapi panen bukanlah akhir biji kedelai, masih ada penanganan pascapanen.
Penanganan pascapanen merupakan serangkaian proses agar produk kedelai yang
dihasilkan aman dan siap untuk dikonsumsi. Selain itu, penanganan pascapanen
juga berfungsi untuk mencapai standar baku kedelai dan menjaga kualitasnya
tetap awet. Ada tiga proses penanganan pascapanen kedelai. Pertama,
pengumpulan dan pengeringan. Kedelai yang telah dipanen kemudian
dikumpulkan dan dikeringkan. Pengeringan kedelai dilakukan dengan tujuan
mengurangi kadar air dalam kedelai.
Air merupakan media tumbuh yang baik untuk bakteri, dengan kadar air
yang minimal maka kedelai dapat lenih awet untuk disimpan. Selain itu, kedelai
yang kering maksimal akan lebih mudah dikeluarkan dari polongnya. Kedelai
dapat dijemur di bawah sinar matahari selama tiga hari dengan alas tikar bambu
atau lantai semen agar kering maksimal. Kemudian, kedelai yang dijemur harus
dibalik agar keringnya merata dan mempermudah kedelai lepas dari polongnya.
Proses kedua yaitu penyortiran dan penggolongan. Penyortiran merupakan
upaya untuk memisahkan kedelai yang baik dari kedelai yang cacat dan kotoran.
Sementara penggolongan dilakukan dengan tujuan memisahkan kedelai
berdasarkan grade mutunya. Hasil dari penyortiran dan penggolongan adalah
diperoleh kedelai yang seragam berdasarkan tiap gradenya. Sebelum disortir, biji
kedelai harus dipisahkan terlebih dahulu dari kulit polongnya. Proses ini dapat
dilakukan dengan memukul – mukulkan tumpukan brangkasan kedelai pada kayu.
Sementara, cara lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan mesin perontok
padi. Biji kedelai kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran. Kemudian, biji
kedelai yang keriput dipisahkan agar diperoleh biji kedelai baik yang seragam.
Biji yang sudah bersih kemudian dijemur lagi sampai kadar airnya 9 – 11%. Biji
yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung baik untuk dipasarkan
ataupun disimpan.
Proses ketiga yaitu penyimpanan dan pengemasan. Kedelai disimpan
sampai dengan saatnya untuk dipasarkan atau diolah. Kedelai yang kering dapat
disimpan dalam waktu yang lama. Salah satu faktor yang berkaitan dengan
penyimpanan adalah pengemasan kedelai. Kemasan yang tepat akan mampu
membantu mempertahankan kualitas dan umur simpan kedelai. Kedelai umumnya
disimpan dengan menggunakan karung atau karung plastik. Karung – karung
kedelai disimpan dengan cara ditumpuk menggunakan alas kayu. Alas kayu ini
bertujuan untuk menghindari kontak langsung pada lantai karena kondisi lantai
yang dingin dapat meningkatkan kadar air dalam kedelai yang disimpan. Tidak
kalah pentingnya untuk menandai karung – karung kedelai, agar kedelai yang
telah lebih dulu simpan digunakan terlebih dahulu. Sementara itu untuk tetap
menjaga kadar air dalam kedelai, kedelai yang disimpan dalam jangka waktu lama
perlu dijemur ulang tiap 2 – 3 bulan sekali (Munarso et al. 2015).
Kesimpulan
Tanaman kedelai merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
(golongan Leguminoceae). . Berdasarkan pengamatan terhadap sifat fisik biji
kedelai berbentuk bundar bulat dan densitas sebesar 4,5 gr/cm3. Analisis proksimat
adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi pada
suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. hasil praktikum menunjukkan
kadar air pada biji kedelai sebesar 4,05%, kadar abu 5,36 %, kadar lemak kasar
20,8%, kadar serat kasar 25,4%, kadar protein 22,057%, kadar pati 11,8%, dan
persen transmisi pada uji DNS sebesar 25,4%. Kedelai dapat diolah menjadi
berbagai produk, baik produk pangan, obat-obatan, industri maupun pakan.
penanganan pascapanen dilakukan melalui tiga proses, pertama pengumpulan dan
pengeringan. Proses kedua yaitu penyortiran dan penggolongan, dan yang terakhir
yaitu penyimpanan dan pengemasan

Daftar Pustaka
Adisarwanto.2005. Proses budidaya tanaman shorgum : kedelai edamame. Jurnal
Pertanian. 3(1) : 124-126.
Barnes S et al. 1990 . Soybeans Inhibit Mammary Tummors In Models Of Breast
Cancer.New York (US) : Wiley Liss Inc.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1995. Kedelai. 3922: 1995.
Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet.peternakan.litbang.deptan.go.id (11 Des 2013).
Hidayat OD. 2000. Morfologi Tanaman Kedelai. Bogor (ID): Puslitbangtan.
Jaya KD. 2009. Pengaruh pemangkasan cabang terhadap hasil tanaman brokoli
(Brassica oleracea L. var. italica) di dataran rendah. Jurnal Agroindustri.
2(1): 67- 88.
Jeanist. 2012. Analitik Pangan. Solo (ID): Aneka.
Kartadisastra HR. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Jakarta (ID) : Kanisius.
Meysiana YR. 2010. Strategi pengembangan industri kecil tahu di Kecamatan
Sragen Kabupaten Sragen [skripsi]. Surakarta (ID) : Universitas Sebelas
Maret.
Mulyono. 2000. Metode Analisis Proksimat. Jakarta (ID): Erlangga.
Munarso SJ, Miskiyah, Thamrin M. 2016. Pengaruh penanganan pasca panen
terhadap mutu dan keamanan pangan. Jurnal Industri Hasil Perkebunan.
11(1) : 1-8.
Poedjiadi Anna, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press
Purwasih. 2017. Uji kandungan proksimat ikan glodok pada kawasan mangrove di
pantai ketapang Probolinggo [skripsi]. Malang (ID) : Universitas
Muhammadiyah Malang.
Sardesai V. 2003. Introduction to Clinical Nutrition . New York(US): Marcel
Dekker
Sastrohamidjojo. 2005. Kimia Organik, Stereokimia, Karbohidrat, Lemak, dan
Protein. Yogyakarta (ID): UGM Press.
Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 1996. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta (ID) : Liberty.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 2007. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty
Utomo RS, Budhi B, Agus A, Noviandi CT, Anim M. 2008. Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum. Yogyakarta(ID):Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada.
Winarno FG. 1997. Keamanan Pangan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan
Kadar Air :
Massa awal bahan = 3,1191 gram
Massa akhir bahan = 2,7285gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 −𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛


Kadar air (%) = x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛

0,3906
= x 100%
3,1191

= 12,5%
Kadar Abu
Massa bahan awal = 2,009
Massa abu setelah pengabuan = 0,1077

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑏𝑢 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑏𝑢𝑎𝑛


Kadar abu (%) = x 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙

0,1077
= x 100%
2,009

= 5,36%
Kadar Lemak
Massa bahan = 0,4791 gram
Massa kertas + bahan (sebelum diuji) = 2,9722gram
Massa kertas + bahan (setelah diuji) = 2,4931gram
0,4791
Kadar lemak (%) = 2,2941 x 100%

= 20,8 %
Kadar Pati :
Jumlah mg glukosa, fruktosa, gula invert (C6H6O2) (a): mg
𝑎 𝑥 0,9 𝑥 𝑝
Kadar Pati (%) = x 100%
𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
= 11,8%
Kadar Serat Kasar :
Massa kertas saring = 0,7736 gram
Massa bahan = 2,4 gram
Massa bahan + kertas (setelah uji) = 1.2816 gram

(𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑗𝑖+𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠)


Kadar serat (%) = x100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛+𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠

1,2816
= 3,1736 x 100 %
= 40,3%
Kadar Protein
[ml titrasi (blanko−contoh)] x N NaOh x 14
% total N = x 100%
Gram Contoh x (1000)

(25−11,3) 𝑥 0,02 𝑥 14
= x 100%
0,1 𝑥 1000

= 3,836 %
Setelah itu, persentase kadar protein diperoleh dengan rumus :

% Protein = (% total N) x (faktor konversi)


= 3,836 x 5,75
= 22.057%
Lampiran 2 Pohon Industri Kedelai

Gambar 1 Pohon Industri Kedelai

Вам также может понравиться