Вы находитесь на странице: 1из 41

BAB I

PENDAHULUAN

Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan rangkaian yang menjadi


satu kesatuan. Dalam menjalani proses kehamilan tersebut, ibu hamil mengalami
perubahan-perubahan anatomi pada tubuhnya sesuai dengan usia kehamilannya.
Mulai dari trimester I, sampai dengan trimester III kehamilan. Perubahan-
perubahan anatomi tersebut meliputi perubahan sistem pencernaan, payudara,
sistem endokrin, sistem kekebalan, sistem perkemihan. Memang ada kalanya
perubahan yang terjadi tak begitu nyaman dirasakan. Namun demikian, selama
sifatnya masih fisiologis atau memang normal terjadi dalam proses kehamilan
berlangsung ringan dan tak mengganggu aktivitas, dianggap normal. Perubahan
anatomi dan adaptasi pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi segera
setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan
ini merupakan respon terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa
hampir semua perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah
proses persalinan dan menyusui selesai.
Pada masa kehamilan juga rentan terhadap penyakit. Saat ini yang banyak
dikeluhkan oleh pasien hamil adalah salah satunya gejala flu. Maka banyak pasien
hamil yang menanyakan apa obat yang bisa mereka gunakan ketika mereka
mengalami gejala flu biasa, seperti batuk, mampet, bersin, dan demam. Itu
membuat ragu-ragu untuk merekomendasikan obat flu karena banyak telah
mendengar informasi yang saling bertentangan mengenai keamanan produk
beberapa obat. Apa saja yang diketahui tentang keamanan obat flu selama
kehamilan. Meskipun ada banyak merek obat, kebanyakan produk yang sangat
mirip, dengan beberapa mengandung sampai 5 bahan obat. Informasi berbasis
bukti untuk semua bahan ini menunjukkan tidak ada peningkatan risiko dengan
penggunaan jangka pendek. Namun, wanita hamil harus membaca label dengan
hati-hati dan, bila perlu, berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan mereka
tidak minum obat apabila tidak diperlukan.

4
Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis menjelaskan perubahan-
perubahan anatomi pada ibu hamil dan bagaimana tatalaksana dalam common
cold yang saat ini sering menjadi keluhan pada pasien hamil.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan anatomi kehamilan

2.1.1 Sistem Reproduksi

1. Uterus

Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh


estrogen dan progesteron. Pembesaran disebabkan oleh:

 Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,


 Hiperplasia dan hipertrofi,
 Perkembangan desidua.
Uterus bertambah berat sekitar 70-1100 gram selama kehamilan.
Ukuran uterus mencapai umur kehamilan aterm adalah 30 x 25 x 20 cm
dengan kapasitas > 4000 cc. Perubahan bentuk dan posisi uterus antara
lain: bulan pertama uterus berbentuk seperti alpukat, 4 bulan berbentuk
bulat, akhir kehamilan berbentuk bujur telur. Rahim yang tidak hamil/
rahim normal sebesar telur ayam, pada umur 2 bulan kehamilan sebesar
telur bebek dan umur 3 bulan kehamilan sebesar telur angsa.
Selama kehamilan, dinding-dinding otot rahim menjadi kuat dan
elastis. Fundus pada servik mudah fleksi disebut tanda Mc Donald. Korpus
uteri dan servik melunak dan membesar pasca umur kehailan minggu ke 8
yang disebut tanda Hegar. Sedangkan posisi rahim pada awal kehamilan
adalah antefleksi atau retrofleksi, pada umur kehamilan 4 bulan kehamilan
rahim berada dalam rongga pelvis dan setelahnya memasuki rongga perut.1

2. Serviks Uteri

Jaringan ikat pada servik (banyak mengandung kolagen) lebih banyak dari
jaringan otot yang hanya 10 %. Estrogen meningkat, bertambah hipervaskularisasi
serta meningkatnya suplai darah maka konsistensi servik menjadi lunak atau

6
disebut tanda Goodell. Peningkatan aliran darah uterus dan limpe mengakibatkan
kongesti panggul dan oedema. Sehingga uterus , servik dan isthmus melunak
secara progressif dan servik menjadi kebiruan. Pada post partum servik menjadi
berlipat-lipat dan tidak menutup. 1

Gambar no.1 Anatomi Genitalia Perempuan.2

3. Vagina dan vulva

Hipervaskularisasi pada vagina dann vulva mengakibatkan lebih merah,


kebirubiruan (livide) yang disebut tanda Chadwick. Warna portio tampak livide.
Selama hamil pH sekresi vagina menjadi lebih asam, keasaman berubah dari 4
menjadi 6,5. Rentan terhadap infeksi jamur.

4. Ovarium

Sampai kehamilan 16 mg masih terdapat korpus luteum graviditas dengan


diameter 3 cm yang memproduksi estrogen & progesteron. Lebih dari 16 mg
plasenta sudah terbentuk dan korpus luteum mengecil, sehingga produksi estrogen
dan progesteron digantikan oleh plasenta. 1

5. Payudara

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,


estrogen dan progesteron tapi belum mengeluarkan ASI. Sommatomamotropin
mempengaruhi selsel asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga

7
terjadi pembuatan kasein, laktalbumun, dan laktoglobulin sehingga mammae
dipersiapkan untuk laktasi. Hiperpigmentasi pada areolla (menjadi lebih hitam dan
tegang). Terdapat tuberkel montgomery (hipertropi kelenjar sebasea/lemak yang
muncul di areola primer. Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah di
bawah kulit berdilatasi.

2.1.2 Sistem Endokrin

1. Kelenjar Hipofisis (master of gland)

Suatu kelenjar endokrin yang terletak didasar tengkorak atau berada di os


sphenoidalis.yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua
organorgan endokrin. Dapat dikatakan sebagai kelenjar pemimpin sebab hornon-
hormon yang dihasilkannya dapat mempengaruhi pekerjaan kelenjar lainnya.
Kelenjar hipofise terdiri dari 2 lobus.

a. Lobus anterior (adenohipofise). Menghasilkan sejumlah hormon yang


bekerja sebagai zat pengendali produksi semua organ endokrin yang lain.

 Hormon somatotropik, mengendalikan pertumbuhan tubuh.


Hormon ini terus meningkat seiring dengan pertumbuhan plasenta selama
kehamilan. Hormon ini mempunyai efek laktogenik dan antagonis insulin
 Hormon tirotropik, mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam
menghasilkan hormon tiroksin.
 Hormon adrenokortikotropik (ACTH), mengendalikan kelenjar
suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks keler jar
suprarenal. 1
 Hormon gonadotropik berasal dari Follicle Stimulating Hormone
(FSH) yang merangsang perkembangan folikel degraf dalam ovarium dan
pembentukan spermatozoa dalam testis.
 Luteinizing Hormone (LH), mengendalikan sekresi estrogen dan
progesteron dalam ovarium dan testosteron dalam testis. Interstitial Cell
Stimulating Hormone (ICSH).

8
b. Lobus posterior disebut juga Neurohipofise. Mengeluarkan 2 jenis
hormon;

 Hormon anti diuretik (ADH), mengatur jumlah air yang keluar


melalui ginjal membuat kontraksi otot polos ADH disebut juga hormon
pituitrin
 Hormon oksitoksin merangsang dan menguatkan kontraksi
uterus sewaktu melahirkan dan mengeluarkan air susu sewaktu menyusui.
Kelenjar hipofise terletak di dasar tengkorak, di dalam foss hipofise tulang
spenoid.

2. Kelenjar Tiroid/Gondok

Terdiri atas 2 buah lobus yang terletak disebelah kanan dari trakea diikat
bersama oleh jaringan tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depan.
Merupakan kelenjar yang terdapat di dalam leher bagian depan bawah, melekat
pada dinding Taring. Atas pengaruh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofise lobus anterior, kelenjar tiroid ini dapat memproduksi hormon tiroksin.
Adapun fungsi dari hormon tiroksin; mengatur pertukaran zat/metabolisme dalam
tubuh dan mengatur pertumbuhan jasmani dan rohani.
Kelenjar tiroid selama kehamilan tidak mengalami perubahan ukuran,
tetapi terdapat peningkatan terhadap peningkatan terhadap kadar globulin
pengikat tiroid, hormone tiroksin (T4), dan triidotironin (T3). Kadar hormone ini
mencapai puncak pada usia kehamilan 12 minggu. Konsentrasi kadar T3 dan T4
yang tidak aktif (tidak terikat) tidak mengalami perubahan. Kadar TSH juga tidak
berubah. Oleh karena itu peningkatan basal metabolisme rate (BMR), peningkatan
suhu tubuh, peningkatan frekuensi jantung bukan karena pengaruh tiroid.
Peningkatan konsumsi oksigen yang tinggi disebabkan aktivitas metabolic janin. 2

3. Kelenjar Paratiroid

Terletak disetiap sisi kelenjar tiroid yang terdapat di dalam leher, kelenjar
ini berjumlah 4 buah yang tersusun berpasangan yang menghasilkan parathormon
atau hormon para tiroksin. Kelenjar paratiroid berjumlah 4 buah. Masing-masing
melekat pada bagian belakang kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid menghasilkan

9
hormon parathormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor di dalam
tubuh. Dengan demikian pada kehamilan kebutuhan janin terhadap kalsium terjadi
peningkatan, juga penyerapan kalsium oleh ibu untuk mengatasi hal ini.

4. Kelenjar Timus/Kacang

Terletak di dalarn mediastinum di belakang os sternum, kelenjar timus


hanya dijumpai pada anak-anak di bawah 18 tahun. Kelenjar timus terletak di
dalam toraks kirakira setinggi bifurkasi trakea, warnanya kemerah-merahan dan
terdiri atas 2 lobus. Pada bayi baru lahir sangat kecil danberatnya kira-kira
10grarn atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah pada masa remaja dari 30-40
gram kemudian berkerut lagi. Adapun hormon yang dihasilkan kelenjar timus
yaitu hormon thymosin yang berfungsi sebagai berikut

 Mengaktifkan pertumbuhan badan


 Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.

5. Kelenjar Supra Renalis/Adrenal

Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Kelenjar suprarenal


ini terbagi atas 2 bagian yaitu:

 Bagian luar yang berwarna kekuningan yang menghasilkan


kortisol yang disebut korteks.
 Bagian medula yang menghasilkan adrenalin (epinefrin) dan nor
adrenalin (nor epinefrin).

Zat-zat tadi disekresikan dibawah pengendalian sistem persarafan


simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan takut
Serta dalam keadaan asfiksia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu
menaikkan tekanan darah guna melawan shok.
Noradrenalin menaikan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut
otot didalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi, adrenalin membantu
metabolisme karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.
Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh korteks adrenal adalah;
Hidrokortison, aldosteron dan kortikosteron. Semuanya bertalian erat dengan

10
metabolisme, pertumbuhan fungsi ginjal dan kondisi otot. Metabolisme
karbohidrat mengalami perubahan selama kehamilan, tetapi tampaknya interaksi
janin ibu berkaitan dengan metabolisme karbohidrat diperantarai oleh kerja
hormon lain. 2
Pada usia kehamilan 15 minggu sampai trimester ketiga Hormon
aldosteron hampir semuanya dihasilkan oleh kelenjar adrenal ibu. Terjadi
peningkatan jumlah yang dihasilkan selama kehamilan. Berperan dalam
mendukung retensi natrium dan air.

6. Kelenjar Gonad/Kelamin

Kelenjar ovarika terdapat pada wanita, terletak pada ovarium di samping


kiri dan kanan uterus. Menghasilkan hormon progesteron clan estrogen, hormon
ini dapat mempengaruhi pekerjaan uterus serta memberikan sifat kewanitaan,
misalnya pinggul yang besar, bahu sempit dan lain-lain. Pada saat hamil
perubahan progesterone adalah pada awal kehamilan dihasilkan oleh corpus
luteum dan setelah itu secara bertahap dihasilkan oleh plasenta. Kadar hormon ini
meningkat selama kehamilan dan menjelang persalinan mengalami penurunan.
Produksi maksimum diperkirakan 250 mg/hari. Aktivitas progesteron yang
diperkirakan :

1. Menurunkan tonus otot polos :

 motilitas lambung terhambat sehingga terjadi mual


 aktivitas kolon menurun – pengosongan berjalan lambat –
reabsorbsi air meningkat – konstipasi
 tonus uterus menurun – aktivitas uterus menurun
 tonus vesica urinaria dan ureter menurun – stasis urine

2. Menurunkan tonus vaskular : tekanan diastolik menurun sehingga


terjadi dilatasi vena
3. Meningkatkan suhu tubuh
4. Meningkatkan cadangan lemak

11
5. Memicu “over breathing” – tekanan CO2 (Pa CO2) arterial dan alveolar
menurun
6. Memicu perkembangan payudara
7. Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi
8. Menambah jumlah sel asinus.

Perubahan Estrogen adalah pada awal kehamilan sumber utama estrogen


adalah ovarium. Selanjutnya estrone dan estradiol dihasilkan oleh plasenta dan
kadarnya meningkat beratus kali lipat. Output estrogen maksimum adalah 30-40
mg / hari dan diantaranya 85% terdiri dari estriol. Kadar terus meningkat
menjelang aterm.2 Aktivitas estrogen yang diperkirakan :

1. Memicu pertumbuhan dan pengendalian fungsi uterus


2. Menimbulkan hipertrofi system payudara
3. Menimbulkan pertumbuhan lemak dan air serta garam, sehingga
payudara tampak makin besar.
4. Merubah konsitusi kimiawi jaringan ikat sehingga lebih lentur dan
menyebabkan servik yang elastis, kapsul persendian melunak, mobilitas
persendian meningkat
5. Retensi air
6. Menurunkan sekresi natrium

2.1.3 Sistem Muskuloskeletal

Pengaruh dari peningkatan estrogen, progesterone dan elastin dalam


kehamilan menyebabkan kelemahan jaringan ikat dan ketidakseimbangan
persendian.

Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan adalah :

a) Peregangan otot - otot


b) Pelunakan ligamen - ligamen

12
Area yang paling dipengaruhi oleh perubahan – perubahan tersebut adalah :

a) Tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan)


b) Otot – otot abdomal (meregang ke atas uterus hamil)
c) Otot dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus)
Bagi ibu hamil, bagian ini merupakan titik-titik kelemahan struktural dan bagian
bermasalah yang potensial dikarenakan beban dan menekan kehamilan . Oleh
karena itu masalah postur merupakan hal biasa dalam kehamilan :

a) Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan merubah


dimensi tubuh dan pusat gravitasi.
b) Ibu hamil mempunyai kecenderungan besar membentur benda-benda (dan
memar biru) dan kehilangan keseimbangan (lalu jatuh). 3
Pada pemeriksaan di atas 34-36 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri klinik
untuk memperkirakan ada/tidaknya disproporsi fetopelvik/sefalopelvik.

1. perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester ketiga, karena


kemungkinan adanya plasenta previa, dapat menjadi pencetus perdarahan
yang lebih berat (hanya boleh dilakukan di meja operasi, dilakukan dengan
cara perabaan fornices dengan sangat hati-hati).
2. ketuban pecah dini - dapat menjadi predisposisi penjalaran infeksi
(korioamnionitis). Pemeriksaan dalam (vaginal touché) seringkali tidak dilakukan
pada kunjungan antenatal pertama, kecuali ada indikasi. Umumnya pemeriksaan
dalam yang sungguh bermakna untuk kepentingan obstetrik (persalinan) adalah
pemeriksaan pada usia kehamilan di atas 34-36 minggu, untuk memperkirakan
ukuran, letak, presentasi janin, penilaian serviks uteri dan keadaan jalan lahir,
serta pelvimetri klinik untuk penilaian kemungkinan persalinan normal
pervaginam. Alasan lainnya, pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu,
elastisitas jaringan lunak sekitar jalan lahir masih minimal, akan sulit dan sakit
untuk eksplorasi.

13
2.1.4 Sistem Urologi

1. Trimester I
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga
sering timbul kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila
uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi
ginjal cukup banyak berubah, laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal
meningkat pada kehamilan.
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan
pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu
akan merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan
kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar.2
Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi
glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan.Ginjal
wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang
meningkat dan juga mengekskresi produk sampah janin. Ginjal pada saat
kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-1,5 cm. Ginjal
berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng lateral dan
paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring
telentang, berat uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah
jantung menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin
menurun, begitu juga dengan volume darah ginjal.

2. Trimester II

Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang,


karena uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2, kandung kemih
tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati kearah abdomen. Uretra memanjang
samapi 7,5 cm karena kandung kemih bergeser kearah atas. Kongesti panggul
pada masa hamil ditunjukkan oleh hyperemia kandung kemih dan uretra.
Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah
luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan
distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang sama,

14
pembesaran uterus mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih
walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.

3. Trimester III

Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas panggul
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai
tertekan kmbali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air
menjadi lancar. Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih
berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat
terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri. Perubahan-perubahan ini membuat
pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan
juga memperlambat laju aliran urine.2

Kelainan-kelainan Sistem Urologi

Retensi akut

Komplikasi yang jarang terjadi pada kehamilan. Kadang-kadang timbul pada

kira-kira minggu ke 12 kehamilan apabila uterus dalam posisi retroversi.

Uterus tidak dapat muncul ke atas melampaui lengkung sacrum pada saat
vesica urinaria penuh à uterus tergencet.
Terdapat circulus visiosus (lingkaran setan) : uterus hanya dapat muncul
keatas kalau vesica urinaria kosong, tetapi vesica urinaria terjepit antara
symphisis pubis dan uterus yang membesar.
Pengobatannya : pemasangan kateter urine dan pengosongan vesica urinaria
perlahan – Setelah itu jarang terjadi komplikasi lagi karena uterus kemudian
dapat berdiri tegak dan menonojol keatas keluar dari cavitas pelvis.
Traktus Urinarius
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan sering
kencing dan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali.
Disamping itu, terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan
sirkulasi darah diginjal pada kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga
meningkat sampai 69 %. Rearbsorpsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-

15
produk ekresi seperti urea, uric acid, glukosa, asam amino, asam folik lebih
banyak yang dikeluarkan.
Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun akibat pengaruh
estrogen dan progesterone. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi meningkat
sampai 60 %-150 %. Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh perbesaran
uterus, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara. Kadar
kreatinin, urea dan asam urat dalam darah mungkin menurun namun hal ini
dianggap normal.2

a) Perubahan sistem renal


Keluhan sering buang air kecil merupakan keluhan yang sering terjadi pada
awal kehamilan dan berulang lagi pada akhir kehamilan. Hal ini disebabkan oleh
perubahan anatomi dan merupakan hal yang wajar selama kehamilan.
Keluhan sering buang air kecil merupakan keluhan yang sering terjadi
pada awal kehamilan dan berulang lagi pada akhir kehamilan. Hal ini disebabkan
oleh perubahan anatomi dan merupakan hal yang wajar selama kehamilan.

Pada kehamilan dini : Uterus membesar meski masih dalam panggul


sehingga menimbulkan tekanan pada kandung kemih dan akibatnya
adalah pasien sering buang air kecil.
Pada pertengahan kehamilan : Uterus sudah keluar dari panggul
sehingga proses miksi berlangsung normal.
Pada akhir kehamilan : Terjadi desensus kepala kedalam panggul
sehingga keluh sering buang Air kecil terulang kembali.
Perubahan anatomis pada ginjal dan ureter

Terjadi hidronefrosis dan hidroureter ringan. Keadaan ini disebabkan oleh


penurunan tonus otot polos akibat hormon progesterone yang diperberat oleh
tekanan mekanis dari uterus pada pintu panggul. Terjadi pula refluk vesico
ureteric.
Perubahan – perubahan diatas merupakan predisposisi terjadinya infeksi
saluran air kemih. Gambaran ini menjadi lebih baik pada kehamilan lanjut oleh
karena pertumbuhan uterus diatas pintu panggul dan peningkatan kadar estrogen
yang menyebabkan hipertrofi otot ureter.

16
Perubahan anatomis pada ginjal dan ureter terlihat nyata. Terjadi
hidronefrosis dan hidroureter ringan. Keadaan ini disebabkan oleh penurunan
tonus otot polos akibat hormon progesteron yang diperberat oleh tekanan mekanis
dari uterus pada pintu panggul Terjadi pula refluk vesico ureteri. Perubahan –
perubahan diatas merupakan predisposisi terjadinya infeksi saluran ar kemih.
Gambaran ini menjadi lebih baik pada kehamilan lanjut oleh karena pertumbuhan
uterus diatas pintu panggul dan peningkatan kadar estrogen yang menyebabkan
hipertrofi otot ureter.2

Sistem Renal

Output urine dengan asupan cairan normal cenderung semakin terbatas.


Keadaan ini bertentangan dengan meningkatnya aliran darah ginjal. Namun harus
diingat bahwa terjadi peningkatan reabsorbsi air dan elektrolit tubuler. Glikosuria
yang sering terjadi akibat peningkatan GFR – glomerular filtration rate berada di
tubulus dengan gula yang tak dapat diabsorbsi secara sempurna.
Sebagai akibatnya, jumlah cairan yang di filtrasi dari plasma melalui
glomerulus juga meningkat dan beratus ratus liter cairan melintasi tubulus renalis
setiap harinya. Meski demikian output urine tidak bertambah dan hal ini jelas oleh
karena adanya reabsorbsi oleh tubulus renalis. Diperkirakan terjadi peningkatan
cairan ekstraselusebanyak 6 – 7 liter selama kehamilan.Bersama dengan air,
natrium dan elektrolit lain mengalami reabsorbsi oleh tubulus untuk
mempertahankan osmolaritas . Pasien hamil meng eksresikan 80% dari bahan-
bahan yang dijumpai dalam urine ibu yang tidak hamil.
Glikosuria derajat rendah terjadi pada 35 – 50% ibu hamil. Kenaikan GFR
menyebabkan meningkatnya gula yang sampai di tubulus dan kemudian
direabsorbsi kembali. Dengan demikian maka glikosuria terjadi pada kadar gula
yang rendah dibandingkan dengan yang dijumpai pada wanita tidak hamil. Terjadi
penurunan ambang batas renal.

Infeksi Traktus Urinarius

adalah bila ada pemeriksaan urine ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih
dari 10.000 per ml. Urine yang diperiksa harus bersih, segar dan diambil dari

17
aliran tengah (midstream) atau diambil dengan fungsi suprasimpisis. Ditemukan
bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml ini disebut dengan istilah
bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria
asimptomatik dan mungkin disertai dengan gejala-gejala yang disebut bakteriuria
simptomatik. Infeksi saluran kencing merupakan komplikasi medik utama pada
wanita hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami satu kali serangan akut infeksi
saluran kencing selama hidupnya. Infeksi saluran kencing dapat mempengaruhi
keadaan ibu dan janin, dampak yang ditimbulkan antara lain anemia, hipertensi,
kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah (BBLR).

Sistem Renal Output

Urine dengan asupan cairan normal cenderung semakin terbatas. Keadaan


ini bertentangan dengan meningkatnya aliran darah ginjal. Namun harus diingat
bahwa terjadi peningkatan reabsorbsi air dan elektrolit tubuler .Glikosuria yang
sering terjadi akibat peningkatan GFR – glomerular filtration rateberada di
tubulus dengan gula yang tak dapat diabsorbsi secara sempurna.
Yang pernah menderita infeksi saluran kemih, diabetes dan wanita dengan
gejala sel sabit. Bakteriuria asimptomatik diasosiasikan dengan phielonefritis,
melahirkan dini dan BBLR. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan
kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan,
persalinan prematur, gangguan pertumbuhan janin dan pre eklampsia. Oleh
karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama
sampai air kemih bebas dari bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan
beberapa kali.2

Pemeriksaan Laboratorium

Semua wanita hamil sebaiknya dilakukan pemeriksaan Laboratorium urin


secara mikroskopik, tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit,
Bakteri dan spesimen urine. Untuk menghindari kontaminasi, spesimen urine
diambil dari aliran tengah (mid-stream) setelah daerah genitalia eksterna dicuci
terlebih dahulu. Kultur bakteri dan tes kepekaan antibiotika bila dimungkinkan
sebaiknya diperiksa.

18
Pencegahan infeksi kandung kemih

Para ahli menganjurkan untuk memberikan terapi antibiotika. Beberapa


kajian terapi antibiotika untuk bakteriuria asimptomatik. Nama obat
Dosis Angka keberhasilanya adalah Amoksilain + asam klavulanat
3×500 mg/hari 92% Amoksilin 4×250 mg/hari 80% Nitrofurantoin
4×50-100 mg/hari 72%
Terapi Antibiotika untuk pengobatan bakteriuria asimptomatik, biasanya
diberikan untuk jangka 5-7 hari secara oral. Sebagai kontrol hasil
pengobatan, dapat dilakukan pemeriksaan ulangan biakan bakteriologik
air kemih Bakteriuria Simptomatika. Systitis Sistitis merupakan
peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada bagian saluran
kemih, biasanya inflamasi akibat bakteri. Sistem ini sukup sering
dijumpai dalam kehamilan dan nifas. Kuman penyebab utamanya adalah
E.coli, disampingdapat oleh kuman-kuman lain. Predisposisi lain adalah
karena uretra wanita yang pendek, sistokel, adanya sisa air kemih yang
tertinggal, disamping penggunaan kateter untuk usaha pengeluaran urin
pada pemeriksaan ginekologik atau
Dalam asuhan antenatal yang terjadwal, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan air kencing, sebagai langkah antisipatif terhadap infeksi
ulang.3

Gejala dan tanda penting untuk diperhatikan


1. Pielonefritis akuta ditandai dengan gejala demam, menggigil, mual dan
muntah, nyeri pada daerah kostovertebra atau pnggang. Sekitar 85% kasus,
suhu tubuh melebihi 38ºC dan sekitar 12%, suhu tubuhnya mencapai 40ºC.
2. Sering disertai mual, muntah dan anoreksia.
3. Kadang-kadang diare. Dapat juga jumlah urine berkurang. Pemeriksaan air
kemih menunjukan banyak sel-sel leukosit dan bakteri. Hasil biakan
menunjukan banyak koloni mikroorganisme patogen.

19
2.1.5 Sistem Pencernaan
Perubahan pada saluran cerna memungkinkan pengangkutan nutrien
untuk memenuhikebutuhan ibu dan janin dan perubahan ini berada di bawah
pengaruh hormon dan mekanis. Hal penting yang perlu diingat oleh bidan adalah
bahwa banyak diantara perubahan ini bertangggung jawab terhadap sejumlah
ketidaknyamanan yang dialami selama kehamilan. Perubahan diet selama
kehamilan, banyak terjadi seperti keengganan terhadap kopi,alkohol dan makanan
yang digoreng, begitu pula dengan ibu yang sangat menginginkan makanan yang
asin dan pedas; hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh penumpulan indera
pengecap selama kehamilan. “Pika”, istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keinginan yang aneh, mengunyah makanan secara kompulsif dan
diam-diam, atau ingesti zat yang bukan makanan (misalnya es, batu bara,
disinfektan) juga banyak terjadi, meskipun beberapa pika mungkin lebih banyak
berhubungan dengan tradisi sosial daripada selera makan yang kompulsif.
mekanisme perubahan diet ini sangat sulit dipahami dan biasanyatidak memiliki
signifikansi terhadap kehamilan, kecuali jika materi yang dikonsumsimenghambat
absorpsi zat besi. Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek samping mual dan
muntah-muntah. Selain itu, terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering
kembung, konstipasi, lebih seringlapar atau perasaan ingin makan terus
(mengidam), juga akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik
tertentu, terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari
(hiperemesis gravidarum). Meskipun banyak wanita yang mengalami mual di
awal kehamilan, ada juga yangmengalami peningkatan nafsu makan dengan
asupan makanan harian meningkat hingga 200kkal. Hipotalamus yang
mengendalikan lemak tubuh total, dipicu kembali oleh progesteronsehingga kadar
cadangan lemak tubuh yang baru dapat dicapai dengan makan lebih banyak dan
mengurangi energi yang digunakan. Hal ini memfasilitasi ibu untuk memasuki
trimester ketiga dengan 3,5 kg cadangan lemak yang terakumulasi, yang
merupakan bank energi untuk trimester terakhir saat penyimpanan lemak secara
praktis berhenti, tetapi energi tetap dibutuhkan untuk pertumbuhan janin. Banyak
wanita merasakan peningkatan rasa haus selama kehamilan akibat pengeseran
kembali ambang osmotik untuk rasa haus danvasopresin. Hal ini berperan dalam

20
penurunan osmolalitas plasma, menyebabkan peningkatanretensi air yang
merupakan perubahan fisiologis normal selama kehamilan. HCG dapat
mempengaruhi osmoregulasi pada kehamilan. Gusi mengalami edema, lunak dan
seperti spons selama kehamilan yangkemungkinan terjadi akibat efek estrogen.
Hal ini dapat menyebabkan perdarahan jikamengalami trauma ringan, seperti
akibat sikat gigi. Terkadang terjadi pembengkakan yangsangat vaskular dan
bersifat fokal yang disebut epulis (atau gingivitis); pembengkakan inidisebabkan
oleh pertumbuhan kapiler gusi. Hal ini biasanya hilang dengan sendirinya
setelahmelahirkan. Banyak data yang menunjukan bahwa kehamilan tidak
menyebabkan kerusakangigi. Salivasi yang berlebihan atau ptialisme, merupakan
keluhan yang kadang-kadangterjadi pada kehamilan, hal tersebut tampaknya
disebabkan oleh stimulasi kelenjar saliva akibatingesti zat tepung.Peningkatan
estrogen dan progesteron meningkatkan aliran darah ke rongga
mulut,hipervaskularisasi pembuluh darah kapiler gusi sehingga terjadi edema dan
hiperplastis;ketebalan epitelial berkurang sehingga gusi lebih rapuh. Hal ini juga
dapat mendorong ibumemperhatikan perawatan gigi dan mulut, tetapi bukan
dikarenakan ia akan kehilangan kalsium dari cadangan kalsium yang dialirkan ke
janin. Janin memperoleh kalsium dari cadangan kalsium di dalam tubuh ibu,
bukan dari gigi ibu. Tingkat keasaman saliva meningkat, dan pada trimester
pertama, mengeluh mual dan muntah. Gejala muntah (emesis gravidarum) sering
terjadi, biasanya pada pagi hari (morning sicknesss). Tonus pada sfingter esofagus
bagian bawah melemah di bawah pengaruh progesteron, yang menyebabkan
relaksasi otot polos.Sejalan dengan kemajuan kehamilan, uterus yang membesar
juga mendorong lambung dan usus, akibatnya, apendiks bergeser keatas dan
lateral sehingga apendisitis dapat disalah artikan sebagai pielonefritis. Pada
kehamilan cukup bulan, lambung berada pada posisi vertical dan bukan pada
posisi normalnya, yaitu horizontal. Kekuatan mekanis ini menyebabkan
peningkatan tekanan intragastrik dan perubahan sudut persambungan
gastroesofageal yang mengakibatkan terjadinya refluks esofageal yang lebih
besar. Pergeseranlambung kearah atas saat uterus mengalami pembesaran yang
tidak wajar (seperti pada kehamilan kembar atau polihidramnion) menyebabkan
timbulnya berbagai gejala kehamilanyang mengganggu dan lebih sulit

21
diatasi.Penurunan drastis tonus dan motilitas lambung dan usus ditambah
relaksasi sfingter bawah esofagus merupakan predisposisi terjadinya nyeri ulu
hati, konstipasi dan haemoroid.Sekitar 80% ibu hamil mengalami nyeri ulu hati
selama kehamilan, biasanya pada trimester ketiga. Hal ini dianggap akibat adanya
sedikit peningkatan tekanan intragastritik yang dikombinasikan dengan penurunan
tonus sfingter bawah esofagus sehingga asam lambungrefluks kedalam esofagus
bagian bawah. Meskipun etiologi yang sebenarnya masih belum jelas, pengaruh
kombinasi antara progesteron dan estrogen kemungkinan menjadi penyeba bnya
.Kerja progesteron pada otot-otot polos menyebabkan lambung hipotonus yang
disertai penurunan motilitas dan waktu pengosongan yang memanjang. Semua
perubahan yang terjadi akibat progesteron ini dialami seluruh saluran usus halus.
Efek-efek progesterone menjadi lebih jelas seiring kemajuan kehamilan dan
peningkatan kadar progesteron. Efek progesteron pada usus halus adalah
memperpanjang lama absorpsi nutrien, mineral, dan obat-obatan. Absorpsi ini
juga meningkat akibat hipertrofi vili duodenum yang dapat meningkatkan
kapasitas absorpsi. Efek progesteron pada usus besar menyebabkan konstipasi
karena waktu transit yang melambat membuat air semakin banyak diabsorpsi dan
menyebabkan peningkatan flatulen karena usus mengalami pergeseran akibat
pembesaran uterus. Diduga bahwa efek relaksasi progesteron menyebabkan
terjadinya perlambatan motilitas usus, mengakibatkan waktu transit yang lebih
lama, dan peningkatan absorpsi air kolonik, yang keduanya berperan terhadap
terjadinya konstipasi, meskipun penelitian yang membuktikan belum banyak
dilakukan. Kompresi usus bagian bawah oleh uterus juga dapat menimbulkan
masalah ini, begitu juga dengan pemberian zat besi secara oral.Di bawah
pengaruh estrogen pada kandung empedu, dapat terjadi statis garam-garaman
empedu (kolestatis pada kehamilan) yang menyebabkan pruritus dan ikterus.
Kandung empedu mengalami dilatasi selama kehamilan dan laju pengosongannya
lambat akibat efek progesteron. Empedu menjadi lebih kental, disertai
peningkatan resiko kolestatis obstetrik. Pengosongan kandung empedu yang tidak
sempurna dapat mengakibatkan retensikristal kolesterol-bakal batu empedu, yang
relatif umum terjadi pada ibu hamil asimptomatik. Beberapa penelitian
menunjukan tidak adanya perubahan pada ukuran hati dan aliran darah,

22
sedangkan penelitian lainnya menunjukan hal yang sebaliknya. Meskipun banyak
perubahan hati selama kehamilan yang menyerupai penyakit hati, tes fungsi hati
harus di interpretasikan dengan cermat karena terdapat perbedaan besar antara
hasil laboratorium yang berkaitan dan rentang normal‟.

2.1.6 Sistem Kardiovaskuler


Selama kehamilan dan masa nifas terjadi perubahan-perubahan luar
biasa pada jantung dan sirkulasi perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi
pada delapan minggu pertama kehamilan. Curah jantung meningkat sedini
minggu kelima kehamilan dan peningkatan awal ini merupakan fungsi dari
penurunan resistensi vascular sistemik serta peningkatan frekuensi denyut
jantung. Antara minggu ke 10 sampai 20, peningkatan nyata pada volume plasma
terjadi sedemikian sehingga meningkatkan preload. Kinerja ventrikel selama masa
kehamilan dipengaruhi oleh penurunan resistensi vascular sistemik dan perubahan
aliran darah arteri pulsatil. Kapasitas vascular meningkat, sebagian disebabkan
oleh peningkatan komplians vascular.

2.1.7 Metabolisme
Pada wanita hamil Basal Metabolisme Rate (BMR) meningkat.
Peningkatan ini terjadi karena pada ibu hamil memerlukan banyak energi antara
lain untuk perkembangan badan, alat kandungan, mamae dan untuk
perkembangan janin itu sendiri. Banyaknya energi yang diperlukan selama hamil
adalah 80.000 kkalori dimana setara dengan 300 kkal diatas kebutuhan wanita tak
hamil. Peningkatan kebutuhan energi TMI relatih kecil dan semakin bertambah
pada trimester II dan III.
 Pada Trimester I Segera setelah haid terlambat kadar diamino eksidae
meningkat dari 3-6 satuan dari masa tidak hamil ke 200 satuan dalam
masa hamil 2 minggu. Plasenta sendiri menghasilkan enzim-enzim untuk
oksidasi, reduksi, hidrolisa, dimana enzim dioksidase merupakan salah
satu enzim yang dihasilkan oleh plasenta. Diamino oksidase disebut juga
histaminase yaitu enzim yang berfungsi agar histamin tidak aktif lagi. 

23
 Pada Trimester II Kadar diamino oksidase ini mencapai puncaknya 400 –
500 satuan pada kehamilan 16 minggu. Kadar alkalinfosfatase meningkat
4 kali lipat dengan wanita tidak hamil. Dimana kadar alkalinfosfatase
dapat dipakai untuk menilai fungsi plasenta. Kadar gula darah pada ibu
hamil lebih tinggi dari pada keadaan tidak hamil. Hal ini mungkin terjadi
akibat zat antagonis options. Pada ibu hamil zat antagonis ibu hamil ini
selain dihasilkan oleh kelenjar adrenal juga dihasilkan oleh plasenta zat
antagonis insulin (glukagon) menekan kadar insulin sehingga
mengakibatkan kadar gula ibu hamil meningkat.
 Pada Trimester III Basal Metabolisme Rate (BMR) meningkat hingga 15-
20% dari semula. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama
dari pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke
atas. Akan tetapi apabila dibutuhkan dipakai lemak ibu untuk dapat
tambahan kalori. Pada trimester ini janin membutuhkan 30 sampai 40 gr
kalsium untuk pembentukan tulangnya. Peningkatan ini terjadi agar dapat
memenuhi kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin agar tidak
mengambil kalsium ibu. Sedangkan kadar diamino oksidase menetap
sampai akhir kehamilan. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan
dari 155 mEq per liter menjadi 145 mEq per liter, disebabkan hemodilusi
darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin. Kebutuhan protein
wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
perkembangan organ organ kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam
makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0,5 gr/kg BB atau sebutir telor
ayam sehari.

Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil :


 Kalsium 1,5 gram setiap hari, 30 sampai 40 gram untuk pembentukan tulang
janin.
 Fosfor, rata-rata 2 gram dalam sehari.
 Zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari.

24
 Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air. Berat
badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama kehamilan,
atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg per minggu.

Pertambahan berat badan ini dapat dirinci sebagai berikut :


 Janin : 3 – 3,5 kg
 Plasenta : 0,5 kg
 Air ketuban : 1 kg
 Rahim ± : 1 kg
 Timbunan lemak : 1,5 kg
 Timbunan protein : 2 kg
 Retensi air-garam : 1,5 kg.

2.1.8 Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh


Peningkatan berat badan optimal untuk rata-rata kehamilan adalah 12,5
kg, 9 kg diperoleh pada 20 minggu terakhir. Berat badan yang optimal ini
berkaitan dengan resiko kompilkasi terendah selama kehamilan dan persalinan
serta berat badan bayi lahir rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi
peningkatan berat badan. Tingkat edema, laju metabolik, asupan diet, muntah atau
diare, merokok, jumlah cairan amniotik dan ukuran janin, semuanya harus
diperhitungan. Usia maternal, ukuran tubuh prekehamilan, paratis, ras-etenisitas,
hipertensi, dan diabetes juga mempengaruhi pola peningkatan berat badan
maternal. Peningkatan berat badan yang tepat bagi setiap ibu hamil saat ini
didasarkan pada indeks masa tubuh prekehamilan (body mass index) yang
mengambarkan perbandingan berat badannya lebih sedikit dari pada ibu yang
memasuki kehamilan dengan berat badan sehat. Cara menghitung berat badan
ideal ibu hamil Berat badan ideal ibu hamil sebenarnya tidak ada rumusnya, tetapi
rumusannya bisa dibuat yaitu dengan dasar penambahan berat ibu hamil tiap
minggunya yang dikemukakan oleh para ahli berkisar antara 350-400 gram,
kemudian berat badan yang ideal untuk seseorang agar dapat menopang
beraktifitas normal yaitu dengan melihat berat badan yang sesuai dengan tinggi
badan sebelum hamil, serta umur kehamilan sehingga rumusnya dapat dibuat.

25
Rumus berat badan ideal untuk ibu hamil yaitu sebagai berikut :
BBI = ( TB – 110) jika TB diatas 160 cm
(TB – 105 ) jika TB dibawah 160 cm.
Penghitungan berat badan berdasarkan indeks massa tubuh :
IMT = BB² / TB Dimana IMT = Indeks masa tubuh BB = Berat badan (kg) TB =
Tinggi badan (m)
Contoh : Diketahui : BB : 50 kg Tb : 160 kg Ditanya : IMT ? Di jawab : IMT =
50/(160/100)2 = 50/2,56 = 19,53

Pola peningkatan berat


Secara alami, setiap wanita hamil akan mengalami peningkatan berat
badan selama masa kehamilannya. Adapun penambahan berat seorang wanita
hamil adalah sebagai berikut :
 Dalam triwulan pertama penambahan berat ± 1 kg
 Dalam triwulan kedua penambahan berat ± 5 kg
 Dalam triwulan ketiga penambahan berat ± 5,5 kg.4
Jadi penambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 11,5 kg. Penambahan
berat ini disebabkan oleh pertambahan berat organ tubuh ibu akibat perubahan
fisiologis dan penambahan organ janin.

2.1.9 Darah dan pembekuan darah pada ibu hamil


A. Darah
 Volume Darah Dalam keadaan tidak hamil, 70% dari berat badan adalah
air, yang terdiri dari:
 5% diantaranya adalah cairan intravascular,
 70% adalah cairan intraseluler, dan
 Sisanya adalah cairan interstisial.
Dalam kehamilan, cairan intraseluler tidak berubah namun terjadi peningkatan
volume darah dan cairan interstitsiil. Peningkatan volume darah ini mencakup
peningkatan plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Pada

26
wanita hamil normal, umumnya, darah meningkat sebesar 15 – 30 % (sekitar 1,5
liter), namun hal tersebut bervariasi pada setiap individu.

1. Plasma Darah
Volume plasma darah mengalami peningkatan, yaitu sebesar 40%. Pada
awalnya, volume plasma meningkat pesat dari usia gestasi sekitar 6 minggu,
kemudian laju peningkatan melambat. Peningkatan volume plasma mencapai
maksimum pada minggu ke 30 – 34 sampai pada persalinan. Dalam keadaan tidak
hamil, 55% dari volume darah merupakan plasma darah.Peningkatan volume
plasma darah lebih besar dibandingkan peningkatan sel darah merah sehingga
terjadi anemia dan peningkatan kadar protein, oleh karena itu kekentalan
(viskositas) darah menurun atau terjadi pengenceran darah. Dengan demikian
maka terjadi penurunan eritrosit per milliliter dari 4,5 juta menjadi 3,8 juta. Ini
berarti kadar hematokrit (volume sel-sel eritrosit seluruhnya dalam 100 ml darah)
menurun selama kehamilan. Selanjutnya, dengan semakin bertambahnya usia
kehamilan, volume plasma semakin menurun dan eritrosit menjadi sedikit
meningkat, sehingga kadar hematokrit sedikit meningkat menjelang aterm.2
Peningkatan plasma darah lebih banyak pada multigravida dari pada
primigravida. Selain itu lebih meningkat pada kehamilan kembar daripada
kehamilan tunggal. Plasma darah ini juga menentukan berat badan lahir.
Peningkatan volume plasma lebih sedikit pada pasien dengan aborsi berulang.
2. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Pada kehamilan, terjadi peningkatan eritrosit sebesar 18% (tanpa
pemberian suplemen Fe) dan meningkat sebesar 30% (dengan pemberian
suplemen Fe) dari jumlah normalnya. Dimana jumlah eritrosit normal yaitu
kurang lebih 5 juta dalam 1 mm3 darah (4 ½ juta). Peningktan eritrosit mulai pada
minggu ke 10 (pada trimester pertama). –
 Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yg bertugas mengangkut
oxygen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. 75% zat besi dalam
tubuh bertugas di sini. Kadar hemoglobin normalnya untuk wanita sekitar
12-15 g per 100 mililiter sedang untuk pria sekitar 14-16 g per 100

27
mililiter. Pengukuran Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan
penurunan jumlah Hb. WHO merekomendasikan batas bawah penurunan
Hb adalah 11 g/ml (WHO, 1968), peneliti lain 10-12 g/ml (De Leeuw
et.al. 1966). Maksudnya bahwa dibawah batas tersebut baru digolongkan
sebagai anemia. Menurut kompilasi CDC (us centre for disease control
and prevention, 1989) biasanya terjadi penurunan Hb secara normal pada
trisemester pertama (batas aman Hb > 11 g) , kemudian mencapai titik
terendah pada akhir trisemester kedua (batas aman Hb > 10.5), kemudian
perlahan naik selama trisemester ketiga. Salah satu penyebab penurunan
Hb pada ibu hamil disebabkan oleh bertambahnya plasma darah, yg
merupakan proses pengenceran darah (haemodillution). Hal tersebut dapat
memperlancar aliran darah di plasenta. Perubahan kadar haemoglobin
paralel dengan yang terjadi pada eritrosit. Mean Cell Haemoglobin
Concentration pada keadaan tidak hamil normalnya adalah 34%, yang
berarti bahwa setiap 100 ml eritrosit mengandung 34 g haemoglobin. Nilai
ini selama kehamilan tidak berubah, dengan demikian maka nilai volume
eritrosit total dan haemoglobin total meningkat selama kehamilan.
 Zat Besi
Dengan peningkatan jumlah eritrosit, kebutuhan akan zat besi dalam
proses produksi hemoglobin meningkat. Bila suplemen zat besi tidak
diberikan, kemungkinan akan terjadi anemia defisiensi zat besi.
Kebutuhan zat besi pada paruh kedua kehamilan kira-kira 6 – 7 mg/hari.
Bila suplemen zat besi tidak tersedia, janin akan menggunakan cadangan
zat besi maternal. Sehingga anemia pada neonatus jarang terjadi, akan
tetapi terjadi defisiensi zat besi berat pada ibu yang dapat menyebabkan
persalinan preterm, abortus, dan janin mati.
3. Sel Darah Putih (Leukosit)
Selama kehamilan, terjadi kenaikan kadar leukosit dari 7.109 / l (dalam
keadaan tidak hamil), menjadi 10.5.109 / l. Peningkatan ini hampir semuanya
disebabkan oleh peningkatan sel PMN (polimorfonuclear). Pada saat inpartu,
jumlah sel darah putih ini akan menjadi semakin meningkat lagi.

28
 Neutrofil Nilai neutrofil meningkat pada trimester pertama dan terus naik
sampai usia kehamilan 30 minggu. Aktivitas metabolik neutrofil dan
fungsi fagositosis meningkat.
 Limfosit : Jumlahnya tidak berubah, tetapi fungsinya berkurang.
4. Trombosit
Pada kehamilan, terjadi thromobositopoeisis akibat kebutuhan yang
meningkat. Kadar prostacyclin (PGI2), sebuah “platelet aggregation inhibitor”
dan Thromboxane (A2), sebuah perangsang aggregasi trombosit dan
vasokonstriktor, meningkat selama kehamilan. Nilai rata – rata trombosit selama
awal kehamilan adalah 275.000 / mm3 , dan meningkat sampai 260.000 / mm3
pada minggu ke 35. Aktifitas trombosit meningkat pada trimester kedua dan
trimester ketiga, dan kembali normal pada 12 minggu postpartum.
B. Pembekuan Darah
Kehamilan disebut sebagai hipercoagulable state, karena terjadinya
peningkatan kadar fibrinogen dan faktor pembekuan VII sampai X secara
progresif (perlahan). Kadar fibrinogen, dari 1,5 – 4,5 g/L (pada saat tidak hamil)
meningkat dan sampai akhir kehamilan mencapai 4 – 6.5 g/L. Sintesa fibrinogen
terus meningkat akibat meningkatnya penggunaan dalam sirkulasi uteroplasenta
atau sebagai akibat tingginya kadar estrogen. Faktor II, V dan XI sampai XIII
tidak berubah atau justru malah semakin menurun.
2.1.10 Sistem Pernafasan
Kehamilan mempengaruhi perubahan sistem pernafasan pada volume
paru-paru dan ventilasi. Perubahan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi peningkatan metabolisme dan
kebutuhan oksigen bagi tubuh ibu dan janin. Perubahan tersebut terjadi karena
pengaruh hormonal dan biokimia. Relaksasi otot dan kartilago toraks menjadikan
bentuk dada berubah. Diafragma menjadi lebih naik sampai 4 cm dan diameter
melintang dada menjadi 2cm. Perubahan ini menyebabkan perubahan sistem
pernapasan yang tadinya pernapasan perut menjadi pernapasan dada oleh karena
itu diperlukan perubahan letak diafragma selama kehamilan. Kapasitas inspirasi
meningkat progresif selama kehamilan selain itu volume tidal meningkat sampai
40%. Peningkatan volume tidal ini menyebabkan peningkatan ventilasi

29
pernapasan permenit yaitu jumlah udara yang masuk dalam satu menit. Karena
pertukaran udara selama kehamilan meningkat oleh karena itu, ibu hamil
dianjurkan untuk nafas dalam daripada nafas cepat. Pada akhir kehamilan,
ventilasi pernapasan permenit meningkat 40%. Perubahan ini mengakibatkan
resiko hiperventilasi pada ibu. Walaupun hiperventilasi secara normal
menyebabkan alkalosis, hal ini tidak diakibatkan adanya peningkatan kompensasi
ekskresi bikarbonat di ginjal. Namun hiperventilasi ini disebabkan oleh efek
progesteron secara langsung di pusat pernapasan. Ibu hamil mungkin merasa
cemas akan terjadinya dyspnoe. Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa
hamil bertujuan menyediakan kebutuhan ibu dan janin. .Kebutuhan oksigen ibu
meningkat sebagai respons terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan
kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen
dan suatu cara untuk membuang karbon dioksida. Peningkatan kadar estrogen
menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga
dada meningkat. Karena rahim membesar, panjang paru-paru berkurang.
Diameter transversal kerangka toraks meningkat sekitar 2 cm dan lingkaran
kerangka iga meningkat 5 sampai 7 cm (Cunningham, dkk., 1993). Besar sudut
kostal, yang pada masa sebelum. hamil sekitar 68°, meningkat menjadi sekitar
103° pada trimester ketiga. Kerangka iga bagian bawah tampak melebar. Setelah
melahirkan, rongga dada mungkin tidak kembali ke keadaan sebelum hamil
(Seidel, dkk., 1995). Tinggi diafragma bergeser sebesar 4 cm selama masa hamil.
Dengan semakin tuanya kehamilan dan seiring pembesaran uterus ke rongga
abdomen, pernapasan dada menggantikan pernapasan perut dan penurunan
diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit. Peningkatan vaskularisasi, yang
merupakan respons terhadap peningkatan kadar estrogen, juga terjadi pada traktus
pernapasan atas. Karena kapiler membesar, terbentuklah edema dan hiperemia di
hidung, faring, laring, trakea, dan bronkus. Kongesti di dalam jaringan traktus
respiratorius menyebabkan timbulnya beberapa kondisi yang umum terlihat
selama masa hamil. Kondisi-kondisi ini meliputi sumbatan pada hidung dan sinus,
hidung berdarah (epistaksis), perubahan suara, dan respons peradangan yang
menyolok bahkan terhadap infeksi pernapasan bagian atas yang ringan sekalipun.
Peningkatan vaskularitas juga membuat membran timpani dan tuba eustaki

30
bengkak, menimbulkan gejala kerusakan pendengaran, nyeri pada telinga, atau
rasa penuh di telinga.
2.1.11 Mengobati “common cold” pada kehamilan
 Apa flu biasa?
Pilek adalah infeksi virus pada saluran pernapasan. Tenggorokan,
hidung, sinus, saluran udara dan paru-paru yang terpengaruh. Gejala termasuk
bersin, batuk, sakit tenggorokan, diblokir atau pilek, diblokir telinga, sakit kepala,
dan nyeri otot. Jika demam terjadi, umumnya sangat ringan. Gejala biasanya
berlangsung selama 5-7 hari.5,6 Flu biasa tidak sama dengan “flu” (virus
influenza), yang merupakan infeksi virus yang lebih serius.
 Apa yang menyebabkan pilek?
Masuk angin adalah infeksi tidak serius dan akan menjadi lebih baik
pada mereka sendiri. Antibiotik tidak bekerja pada infeksi yang disebabkan oleh
virus, sehingga tidak diperlukan untuk pilek kecuali ada juga infeksi bakteri.5,6
 Mengapa mengobati pilek?
Hal ini penting untuk mengobati demam dan untuk menghindari
dehidrasi pada kehamilan. Virus dingin tidak berbahaya bagi kehamilan namun
demam tinggi berkelanjutan mungkin. Pengobatan simtomatik akan membantu
dalam membuat merasa lebih baik, tetapi belum tentu mengubah durasi atau
keparahan penyakit.6
 Perawatan non-obat.
Istirahat akan membantu untuk melawan virus dan membuat Anda merasa
lebih baik.
Minum banyak cairan non-alkohol untuk membantu melonggarkan lendir dan
menghindari dehidrasi.
Hindari paparan asap rokok.
sakit tenggorokan atau batuk dapat ditenangkan dengan minum minuman
hangat dengan madu dan lemon, berkumur dengan air asin hangat atau
mengisap pelega tenggorokan.
Saline ( air garam) semprotan hidung, tetes atau flushes atau uap inhalasi ( di
kamar mandi atau menggunakan semangkuk air panas) dapat membantu
membersihkan lendir, menghilangkan sinus atau kering pilek.5,6

31
 Obat Pilihan bagi Wanita Hamil
Untuk mengurangi gejala-gejala pilek meliputi:
Demam: Parasetamol dapat diambil pada dosis yang dianjurkan 2 x
500mg tablet setiap 4-6 jam (tapi tidak lebih dari 8 x 500mg tablet dalam
24 jam. Ini belum terbukti meningkatkan risiko cacat keguguran atau
kelahiran.7,8,9 Non-steroid anti-inflamasi Obat (NSAIDs) seperti aspirin
atau ibuprofen dapat digunakan pada dosis yang direkomendasikan dari 13
menjadi 30 minggu kehamilan.8,9 Kodein ditemukan di banyak dingin dan
flu tablet dan dianggap aman pada kehamilan di dosis yang dianjurkan.
Banyak dingin dan flu tablet mengandung beberapa bahan sehingga yang
terbaik adalah untuk memeriksa dengan dokter atau apoteker tentang
keselamatan mereka dalam kehamilan.
Sakit tenggorokan: Tenggorokan lozenges yang mengandung agen
anestesi antibakteri dan / atau lokal dapat digunakan untuk menenangkan
tenggorokan. kumur tenggorokan yang mengandung yodium dapat
mempengaruhi fungsi tiroid bayi Anda jika digunakan jangka panjang.
Namun, penggunaan jangka pendek dari beberapa hari di dosis yang
dianjurkan tidak dikaitkan dengan efek ini.7,8,9 Hidung tersumbat: Topikal
hidung dekongestan (semprotan atau tetes) seperti oxymetazoline dan
silometazolin dapat digunakan untuk membantu hidung meler atau
tersumbat. Ini dianggap aman untuk digunakan dalam kehamilan.7,8,9
persiapan ini tidak boleh digunakan selama lebih dari 5 hari karena dapat
menyebabkan kemacetan lebih lanjut sebagai akibat dari obat.
Antihistamin umumnya ditemukan dalam persiapan dingin seperti
diphenhydramine atau klorfeniramin juga aman untuk digunakan dalam
kehamilan.7,8,9 Mereka dapat membantu untuk mengeringkan hidung
meler tetapi penenang sehingga dapat menjadi pilihan yang disukai untuk
digunakan di malam hari.
Batuk: Penekan batuk mengandung pholcodine, dihydrocodeine atau
dekstrometorfan dapat digunakan untuk membantu menghentikan batuk
terus-menerus kering. campuran batuk chesty mengandung Bromhexine

32
dan / atau guaifenesin dapat digunakan untuk membantu menghilangkan
produktif ( 'chesty') batuk.7,8,9 Saat ini belum ada informasi kehamilan
manusia di Bromhexine, pholcodine dan dihydrocodeine, tetapi mereka
dianggap aman pada kehamilan dan menyusui pada dosis yang
direkomendasikan. Pastikan Anda hanya mengambil dosis yang
dianjurkan dan melihat dokter jika gejala menetap.7,8,9
 Agen lain: Pseudoefedrin dan fenilefrin adalah dekongestan oral pada
banyak tablet kombinasi dingin dan flu. Tidak ada data yang meyakinkan
bahwa obat ini eksposur berbahaya dan sengaja tidak harus dianggap
sebagai penyebab keprihatinan ketika diambil pada dosis yang
direkomendasikan. Namun, dekongestan nasal topikal lebih disukai.7
 Terapi komplementer untuk Pengobatan Dingin: Vitamin dan perawatan
herbal yang populer untuk pengobatan pilek dan flu. Ada bukti variabel
pada efektivitas dari banyak persiapan ini dan informasi bahkan kurang
tentang keselamatan mereka dalam kehamilan atau menyusui.
 Vaksin flu: Influenza adalah infeksi virus yang lebih parah dan bisa sangat
serius, terutama untuk perempuan di akhir kehamilan. Kesehatan Nasional
dan Medical Research Council merekomendasikan bahwa vaksin
influenza ditawarkan kepada semua wanita yang merencanakan
kehamilan. Hal ini dianjurkan dan aman di setiap tahap kehamilan.10
 Menyusui ketika Anda memiliki pilek: Lanjutkan untuk menyusui bayi
Anda selama dingin Anda, karena bayi Anda akan menerima perlindungan
dari antibodi dalam ASI Anda. Sebagai aturan umum, yang terbaik adalah
untuk menyusui bayi Anda pertama dan kemudian minum obat.
Pastikan Anda beristirahat dan minum banyak cairan (misalnya: air
atau jus).
Gunakan praktik kebersihan yang baik untuk meminimalkan
penyebaran infeksi kepada orang lain
Pengobatan simtomatik seperti untuk kehamilan.
Hindari penggunaan aspirin untuk rasa sakit atau demam, tapi
ibuprofen aman di ASI.11

33
Kodein, ditemukan di banyak dingin dan flu tablet, dapat membuat
bayi Anda mengantuk-terutama pada bayi muda dan lebih kecil
dan bila ada riwayat keluarga kodein “alergi” atau sensitivitas.11
Jika bayi Anda menjadi berlebihan mengantuk, berhenti
menggunakan kodein yang mengandung produk dan berbicara
dengan dokter Anda.
Decongestant, pseudoefedrin, ditemukan di beberapa dingin dan
flu tablet, transfer sangat buruk ke dalam ASI.11 Namun, telah
dikaitkan dengan mengurangi pasokan susu dan menyebabkan
iritabilitas untuk bayi ASI. Oleh karena itu, umumnya tidak
dianjurkan untuk ibu menyusui. Decongestant phenylephrine
belum diteliti selama menyusui tetapi memiliki mentransfer miskin
ke dalam ASI dan tambahan, secara luas digunakan dalam pediatri.
dekongestan hidung seperti oxymetazoline dan silometazolin lebih
disukai karena tindakan mereka lokal dan alih miskin ke dalam
ASI.11
Analgesik
Analgesik umum ditemukan di OTC obat dingin acetaminophen,
ibuprofen, dan asam asetilsalisilat (ASA). Keamanan acetaminophen pada
kehamilan didokumentasikan dengan baik. The Collaborative Perinatal Project
dipantau 50 282 pasangan ibu-anak, 226 di antaranya memiliki eksposur
firsttrimester untuk acetaminophen dan 781 dari yang telah terkena kapan saja
selama kehamilan.12 Dalam sebuah penelitian surveilans yang melibatkan 229
101 kehamilan selesai, 9146 bayi yang baru lahir telah terkena acetaminophen
pada trimester pertama.13 Selain itu, sebagai bagian dari penelitian yang lebih
besar, 697 wanita yang telah menggunakan acetaminophen dengan atau tanpa
kodein pada trimester pertama dinilai pengiriman berikut dan tidak ada
peningkatan risiko malformasi besar di antara keturunan mereka.14 Ibuprofen dan
ASA keduanya obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Dalam penelitian
surveilans yang sama seperti di atas, 3178 bayi baru lahir terkena ibuprofen pada
trimester pertama dan tidak ada hubungan dengan peningkatan risiko cacat lahir.13
Analisis meta yang dilakukan oleh Program Motherisk tidak menemukan bukti

34
peningkatan secara keseluruhan dalam risiko malformasi utama yang terkait
dengan penggunaan ASA selama trimester pertama.15
Pada tahun 2001, sebuah studi dari 1462 wanita yang telah menerima
resep untuk NSAID 30 hari sebelum pembuahan atau selama kehamilan tidak
menemukan hubungan antara NSAID dan cacat lahir bawaan, kelahiran prematur,
atau retardasi pertumbuhan intrauterin. Namun, mereka tidak menemukan risiko
secara statistik peningkatan aborsi spontan (SAB) bila dibandingkan dengan
kelompok tidak terpajan. Penting untuk dicatat bahwa meskipun asosiasi dengan
abortus spontan ditemukan, baik kelompok NSAID dan kelompok pembanding
dalam penelitian ini memiliki tingkat jauh lebih rendah dari abortus spontan
daripada yang diharapkan pada populasi umum.16
Penggunaan asam asetilsalisilat telah dikaitkan dengan komplikasi
persalinan dan efek samping pada bayi baru lahir; Oleh karena itu, penggunaan
dalam dosis analgesik tidak dianjurkan pada akhir kehamilan.17,18 dosis rendah
ASA (40-150 mg) belum dikaitkan dengan kekhawatiran pada setiap tahap
kehamilan.19,20 Namun, penggunaan NSAID, selain dosis rendah ASA, pada
trimester ketiga terkait dengan penutupan dini duktus arteriosus dan harus
dihindari jika mungkin.21
Penekan batuk Dekstrometorfan (DM)
merupakan penekan batuk yang biasa ditemukan di OTC obat dingin.
Ada sejumlah studi manusia pada penggunaan DM selama kehamilan yang tidak
menemukan hubungan antara obat ini dan peningkatan risiko cacat lahir.
Collaborative Perinatal Project, misalnya, diikuti 300 pasangan ibu-anak yang
mengambil DM selama trimester pertama dan 580 pasangan ibu-anak dengan
paparan kapan saja selama kehamilan. Sebuah studi perbandingan prospektif,
yang dilakukan oleh para peneliti di Program Motherisk, diselidiki hasil
kehamilan di 184 wanita terkena DM.22 Kelompok lain diselidiki 59 kehamilan
terkena DM pada trimester pertama.23 Kedua kelompok didokumentasikan
peningkatan risiko malformasi utama di atas baseline.
Dekongestan
Pseudoefedrin dan fenilefrin adalah dekongestan oral yang paling
umum di OTC obat dingin. Dalam beberapa penelitian, penggunaan dekongestan

35
pada trimester pertama telah dikaitkan dengan peningkatan kecil cacat
diperkirakan muncul, dalam beberapa kasus, dari gangguan vaskular, seperti
gastroschisis, atresia usus kecil, dan microsomia spasm.23 Namun, ada beberapa
penelitian kohort dan casecontrol yang gagal menunjukkan peningkatan risiko
malformasi ketika dekongestan oral digunakan selama kehamilan.24,25 Selain itu,
tidak ada peningkatan risiko untuk malformasi dalam studi populationbased
Swedia baru-baru ini kasus-kontrol yang melibatkan 2.474 wanita terkena
dekongestan lisan selama trimester pertama dan 1771 wanita terkena pada akhir
kehamilan.26 Silometazolin dan oxymetazoline yang terhirup dekongestan, yang
juga tersedia OTC. Silometazolin diserap secara sistemik setelah penggunaan
topikal (American Medical Association Council on Drugs, data tidak
dipublikasikan, 1994); Namun, tingkat absorpsi sistemik dan apakah atau tidak
melintasi plasenta tidak diketahui. Hasil sebuah penelitian manusia dari 207
wanita yang menggunakan silometazolin pada trimester pertama kehamilan gagal
menunjukkan peningkatan kejadian cacat lahir.23 Oxymetazoline dievaluasi
pada kehamilan manusia, dan dosis tunggal yang diberikan kepada masing-
masing dari 12 wanita hamil tidak mengubah sirkulasi ibu atau janin.27 Penting
untuk dicatat bahwa meskipun OTC dihirup dekongestan dianggap relatif aman
untuk digunakan selama kehamilan, wanita harus berhati-hati mengenai efek
rebound dari terlalu sering menggunakan produk ini.
Antihistamin
Diphenhydramine dan chlorpheniramine adalah antihistamin yang
paling umum digunakan dalam persiapan dingin. Ini antihistamin generasi
pertama berhubungan dengan rasa kantuk tapi belum ditemukan meningkatkan
risiko malformasi atas dasar.28,29
Ekspektoran
Guaifenesin adalah ekspektoran juga ditemukan dalam banyak obat
dingin. Ada beberapa studi yang melibatkan ratusan ibu hamil yang tidak
melaporkan peningkatan risiko malformasi utama.30

36
Penyebab Common Cold
1. Virus
Salah satu alasan mengapa tidak ada pengobatan untuk common cold
adalah lebih dari 200 virus dapat menyebabkan gejala pilek. Salah satunya adalah
rhinovirus yang jarang menyebabkan penyakit yang serius. Rhinovirus merupakan
penyebab 30-50 % pilek. Peneliti mengindentifikasikan lebih dari 100 tipe
rhinovirus. Rhinovirus C ditemukan hanya pada tahun 2007 di seluruh dunia.
Rhinovirus tumbuh dengan baik pada temperature 91oF yang merupakan
temperature hidung manusia.31
Peneliti juga mengungkapkan bahwa coronavirus dapat menyebabkan
10-15 % pilek pada orang dewasa. Meskipun coronavirus menginfeksi hewan,
hanya 5 yang menginfeksi manusia sehingga menyebabkan terjadinya penyakit
saluran pernafasan. Tidak seperti rhinovirus, coronavirus sulit untuk dinilai dapat
menyebabkan pilek karena coronavirus sulit tumbuh di laboratorium.31
Gejala pilek pada orang dewasa juga disebabkan oleh virus yang
bertanggung jawab pada terjadinya penyakit yang lebih parah. Virus-virus
tersebut antara lain: coxsackievirus, echovirus, orthomyxovirus (termasuk virus
influenza A dan B yang menyebabkan flu), paramyxovirus (termasuk beberapa
virus parainfluenza), dan enterovirus.31
2. Musim dingin
Pilek biasanya muncul pada musim gugur dan dingin. Hal ini berkaitan
dengan dimulainya kegiatan sekolah di mana orang-orang menghabiskan banyak
waktu di dalam rumah dan memperbesar kesempatan virus menyebar dari orang
yang satu ke orang yang lain. Perubahan musim dengan kelembaban relative juga
dapat mempengaruhi munculnya pilek. Kebanyakan virus yang menyebabkan
common cold lebih menyukai kelembaban rendah. Cuaca dingin juga membuat
hidung seseorang menjadi kering dan lebih mudah terinfeksi.31

Patofisiologi Common Cold


Rinovirus merupakan virus yang biasanya menyebabkan common cold.
Virus lain diantaranya corona virus, enterovirus terutama coxsackie virus A21 dan
A24, echovirus 11 dan 20, parainfluenza virus dan adenovirusis. Rhinovirus akan

37
terhirup dalam bentuk droplet yang berasal dari pasien penderita common cold
saat pasien tersebut bersin. Setelah masa inkubasi 2-4 hari, pasien akan
mengalami gejala-gejala seperti cairan dari hidung yang berlebih atau rinorea,
bersin-bersin, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala, malaise, dan terkadang
adanya demam ringan. Gejala-gejala common cold disebabkan oleh adanya
kombinasi replikasi virus dan respon imun tubuh.
Pada infeksi rinovirus yang bertanggung jawab terhadap 70% infeksi
saluran pernapasan bagian atas, mampu membuat lepasnya lokal mediator,
misalnya histamin, interleukin 6 dan 8, dan nuclear factor kappa beta. Mediator-
mediator ini akan berkombinasi dengan respon imun yang menyebabkan
timbulnya ciri-ciri gejala common cold.
Rhinovirus yang menyebabkan common cold biasanya tidak merusak
nasal epitelium. Makrofag akan mencetuskan produksi sitokin, yang apabila
berkombinasi dengan mediator akan menimbulkan gejala-gejala. Sitokin
menyebabkan efek sistemik. Mediator bradikinin berperan utama menyebabkan
simtom lokal seperti radang tenggorokan dan iritasi nasal. Simtom biasanya
bermuka 2-5 hari setelah infeksi awal. Puncak gejala timbul pada 2-3 hari
symtomp onset, dapat dibedakan apabila influenza akan memiliki simtom yang
konstan dan cepat.32

Gejala dan tanda


Gejala pilek biasanya muncul selama 2-3 hari setelah kontak dengan
virus, bahkan bisa terjadi hingga seminggu.
Gejala yang muncul antara lain :
 Kongesti nasal
 Mengeluarkan ingus
 Tenggorokan gatal
 Bersin
Orang dewasa dan anak-anak yang mengalami pilek biasanya juga
disertai dengan demam atau tidak disertai dengan demam. Anak-anak biasanya
demam dengan suhu 100-120o F.

38
Seseorang juga mengalami hal-hal berikut tergantung pada virus
penyebab :

Demam

Penurunan nafsu maka

Sakit kepala

Sakit otot

Postnasal drip

Sakit tenggorokan.33

Kategori Obat dalam Kehamilan


Kehamilan adalah kondisi fisiologis khusus di mana terapi obat menjadi
perhatian khusus karena fisiologi kehamilan mempengaruhi farmakokinetik obat
yang digunakan dan obat-obatan tertentu dapat mencapai janin dan menyebabkan
bahaya. Menghindari pengobatan farmakologis pada kehamilan tidak
memungkinkan dan mungkin berbahaya karena sebagian perempuan memasuki
kehamilan dengan kondisi medis yang memerlukan perawatan berkelanjutan dan
episodik (misalnya asma, epilepsi, hipertensi). Juga selama kehamilan masalah
medis baru dapat timbul dan yang lama dapat memburuk (misalnya migrain, sakit
kepala) yang membutuhkan terapi farmakologi. Fakta bahwa obat-obatan tertentu
yang diberikan selama kehamilan mungkin terbukti berbahaya bagi anak yang
belum lahir adalah salah satu masalah klasik dalam perawatan medis. Terdapat 2
macam kategori penggunaan obat dalam kehamilan yang biasa digunakan, yaitu
berdasarkan FDA & ADEC.34
A. Kategori obat dalam kehamilan berdasarkan FDA
Untuk memberi tuntunan terapi, Food and Drug Administration (1979)
membuat suatu sistem untuk menentukan peringkat keamanan obat pada
kehamilan. Sistem ini dirancang untuk membantu dokter menyederhanakan
informasi manfaat-risiko dengan kategori-kategori yang dinyatakan dengan huruf-
huruf. Kesepakatan umum menyatakan bahwa sistem ini tidaklah ideal. Banyak
peringkat obat didasarkan pada data hewan, laporan kasus, dan data manusia yang
terbatas atau tidak ada, dengan informasi yang jarang diperbaharui. Karena

39
produsen juga membuat peringkat, yang sering terjadi ketidaksesuaian.
Kekurangan lain adalah bahwa adanya kategori-kategori ini menimbulkan kesan
bahwa obat-obat dalam satu kategori memiliki risiko yang setara, yang sebenarnya
tidak.35
Kategori PEMBAHASAN
Studi – studi pada wanita hamil belum memperlihatkan adanya risiko
kelainan janin jika diberikan selama trimester pertama (kedua, ketiga,
A
atau semuanya), dan kemungkinan bahaya bagi janin manusia
tampaknya terkontrol.
Studi-studi reproduksi pada hewan telah dilakukan dan tidak
memperlihatkan adanya bukti gangguan fertilitas atau bahaya bagi
janin. Informasi peresepan perlu memperjelas jenis hewan dan
bagaimana dosisnya dibandingkan dengan dosis pada manusia. Atau
B studi pada hewan memperlihatkan efek samping, tetapi studi-studi
yang adekuat dan terkontrol baik, pada wanita hamil gagal
memperlihatkan risiko bagi janin selama trimester pertama
kehamilan, dan belum ada bukti risiko pada trimester-trimester
selanjutnya
Studi-studi reproduksi hewan telah memperlihatkan bahwa obat ini
bersifat teratogenik (atau embriosidal atau menimbulkan efek
samping lain), dan belum ada studi yang adekuat dan terkontrol baik
C pada wanita hamil. Informasi peresepan perlu memperjelas jenis
hewan dan bagaimana dosisnya dibandingkan dengan dosis pada
manusia. Atau belum ada studi reproduksi pada hewan dan belum
ada studi terkontrol dan adekuat pada manusia.
Obat ini dapat membahayakan janin jika diberikan kepada wanita
hamil. Jika obat ini digunakan selama kehamilan atau jika seorang
D
wanita menjadi hamil ketika menggunakan obat ini maka ia perlu
diberitahu tentang kemungkinan efek samping pada janinnya
Obat ini dikontraindikasikan bagi wanita yang sedang atau akan
X hamil. Obat ini akan merugikan janin. Jika obat ini digunakan selama
kehamilan atau jika seorang wanita menjadi hamil menggunakan obat

40
ini maka ia perlu diberi tahu tentang kemungkinan bahaya bagi
janinnya
Tabel 1 - Kategori FDA Untuk Obat Pada Kehamilan.36

B. Kategori obat dalam kehamilan berdasarkan Australian Drug Evaluation


Committee (ADEC)
Sistem kategorisasi Australia berbeda dari kategorisasi FDA. Kategorisasi
obat-obatan untuk digunakan dalam kehamilan tidak mengikuti struktur hierarki.
Data manusia masih kurang atau tidak memadai untuk obat kategori B1, B2 dan
B3. Subkategorisasi dari kategori B berdasarkan data hewan. Kategori B tidak
berarti lebih aman daripada kategori C. Obat dalam kategori D tidak benar-benar
dikontraindikasikan selama kehamilan (agen anti konvulsan). Untuk produk
farmasi yang mengandung dua atau lebih bahan aktif, kategorisasi kombinasi
didasarkan pada bahan aktif dengan kategorisasi kehamilan paling bersifat
membatasi.
Kategori PEMBAHASAN
Obat yang telah banyak digunakan oleh ibu hamil maupun wanita
usia produktif tanpa disertai bukti peningkatan frekuensi terjadinya
A
malformasi ataupun efek lain yang membahayakan janin yang diteliti
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Obat yang digunakan hanya sejumlah kecil ibu hamil maupun wanita
usia reproduktif tanpa disertai bukti peningkatan kejadian malformasi
B1 atau efek lain yang membahayakan janin baik secara langsung
maupun tidak langsung. Penelitian pada hewan tidak menunjukkan
bukti peningkatan kejadian kerusakan pada janin.
Obat yang digunakan oleh sejumlah kecil ibu hamil atau wanita usia
reproduktif tanpa disertai bukti peningkatan frekuensi kejadian
malformasi atau efek lain yang membahayakan janin manusia yang
B2
diteliti baik langsung maupun tidak langsung. Data penelitian pada
hewan tidak mencukupi atau tidak ada, tetapi data yang tersedia tidak
menunjukkan peningkatan kejadian kerusakan pada janin.
B3 Obat yang digunakan hanya sejumlah kecil ibu hamil tanpa disertai

41
bukti peningkatan frekuensi kejadian malformasi atau efek lain yang
membahayakan janin manusia yang diteliti baik secara langsung
maupun tidak langsung. Penelitian pada hewan menunjukkan bukti
peningkatan kejadian kerusakan pada janin tetapi efek tersebut pada
manusia belum jelas.
Obat yang berdasarkan efek farmakologinya telah atau diduga dapat
C menyebabkan efek yang membahayakan pada janin manusia atau
neonatus tanpa disertai malformasi. Efek tersebut bisa jadi reversibel.
Obat yang telah dicurigai atau diramalkan menyebabkan peningkatan
D kejadian malformasi janin manusia atau kerusakan yang bersifat
menetap.
Obat yang mempunyai resiko tinggi untuk menyebabkan kerusakan
X yang bersifat menetap terhadap janin sehingga tidak boleh digunakan
pada masa kehamilan atau jika ada kemungkinan terjadi kehamilan.
Tabel 2 - Kategori obat dalam kehamilan berdasarkan Australian Drug
Evaluation Committee (ADEC).35

Common cold adalah penyakit akut yang paling sering diderita, dan
sebagian besar didiagnosis dan diobati sendiri. Obat-obatan yang digunakan untuk
mengobati gejala yang berhubungan dengan common cold adalah salah satu obat
yang paling umum digunakan pada kehamilan. Kebanyakan pasien mengeluh
kelelahan, malaise, rhinorrhea, hidung tersumbat, batuk, dan sakit tenggorokan.
Pengobatan yang paling umum digunakan untuk mengatasi gejala-gejala yang
ada, yaitu dengan pemberian antihistamin, dekongestan, dan penekan batuk.
Antihistamin
Kebanyakan antihistamin aman digunakan pada ibu hamil. Bromfeniramin
dilaporkan dapat meningkatkan resiko terjadinya malformasi. Namun antihistamin
yang lain seperti klorfeniramin, klemastin, diphenhidramin dan doxylamin
terbukti aman digunakan.
Terdapat banyak antihistamin baru dengan sedikit data ada tentang
keamanan penggunannya dalam kehamilan. Obat-obat ini sebaiknya digunakan
sebagai obat lini kedua. Obat tersebut adalah astemisol (Hismanal), cetirizin
(zyrtec) dan loratadin (Claritin).

42
Dekongestan
Obat-obatan dekongstan biasanya dalam bentuk oral seperti pseudoefedrin,
fenilefrin dan fenilpropanolamin. Terdapat beberapa laporan yang berhubungan
dengan gastroskisis pada penggunaan pseudoefedrin pada trimester pertama. Pada
trimester pertama kita dapat menggunakan alternatif pengobatan lain
menggunakan sediaan topikal seperti dekongestan hidung oxymetazoline atau
fenilefrin.
Penekan Batuk
Kodein dan dekstrometorfan merupakan zat penekan batuk yang paling
sering digunakan. Keduanya juga tidak dikaitkan dengan efek teratogenik. Ketika
digunakan selama trimester pertama kehamilan, guaifenesin telah dikaitkan
dengan peningkatan risiko dari defek tabung saraf. Namun tidak jelas apakah
peningkatan risiko tersebut berasal dari penggunaan obat, penyakit yang
mendasari, atau keduanya.

Tabel 3 - Daftar obat bebas jenis dekongestan, ekspektoran, dan antihistamin


nonselektif beserta efek penggunaannya selama kehamilan.37

43
Kesimpulan

Wanita hamil yang menderita flu biasa dapat diyakinkan tentang


keamanan penggunaan jangka pendek dari OTC obat dingin. Obat ini,
bagaimanapun, tidak boleh digunakan tanpa pandang bulu atau untuk waktu yang
lama. Selain itu, penggunaan harus terbatas hanya produk-produk yang sesuai
untuk gejala.

44

Вам также может понравиться

  • Lapkas
    Lapkas
    Документ23 страницы
    Lapkas
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Melisa Jurnal
    Melisa Jurnal
    Документ7 страниц
    Melisa Jurnal
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Melisa Jurnal
    Melisa Jurnal
    Документ7 страниц
    Melisa Jurnal
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
    AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
    Документ45 страниц
    AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Refer at Cacaac
    Refer at Cacaac
    Документ18 страниц
    Refer at Cacaac
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Refert
    Refert
    Документ48 страниц
    Refert
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Lapkas
    Lapkas
    Документ23 страницы
    Lapkas
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • ODS Ambliopia Dan Miopia Astigmatisma Compositus
    ODS Ambliopia Dan Miopia Astigmatisma Compositus
    Документ25 страниц
    ODS Ambliopia Dan Miopia Astigmatisma Compositus
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Z ?MCX ZX /ZMXC MCX, MCX
    Z ?MCX ZX /ZMXC MCX, MCX
    Документ6 страниц
    Z ?MCX ZX /ZMXC MCX, MCX
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Referat THT
    Referat THT
    Документ8 страниц
    Referat THT
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Referat Reverio
    Referat Reverio
    Документ37 страниц
    Referat Reverio
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Lapsus Gynecology Mioma Uteri New
    Lapsus Gynecology Mioma Uteri New
    Документ25 страниц
    Lapsus Gynecology Mioma Uteri New
    Rian Segal Hidajat
    Оценок пока нет
  • Lapsus Gynecology Mioma Uteri New
    Lapsus Gynecology Mioma Uteri New
    Документ25 страниц
    Lapsus Gynecology Mioma Uteri New
    Rian Segal Hidajat
    Оценок пока нет
  • Draft 1
    Draft 1
    Документ19 страниц
    Draft 1
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Sindroma Ramsay Hunt
    Sindroma Ramsay Hunt
    Документ5 страниц
    Sindroma Ramsay Hunt
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Referat
    Referat
    Документ24 страницы
    Referat
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Sindroma Ramsay Hunt
    Sindroma Ramsay Hunt
    Документ5 страниц
    Sindroma Ramsay Hunt
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Lkjasdf Lkjasdf
    Lkjasdf Lkjasdf
    Документ18 страниц
    Lkjasdf Lkjasdf
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Case Dispepsia Nobel
    Case Dispepsia Nobel
    Документ34 страницы
    Case Dispepsia Nobel
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • 0909
    0909
    Документ5 страниц
    0909
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Jurnding
    Jurnding
    Документ2 страницы
    Jurnding
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Presentasi Kasus Asma Bronkiale: Christine Octaviani 112017038 Dosen Pembimbing: Dr. Sriandayani Sp.A
    Presentasi Kasus Asma Bronkiale: Christine Octaviani 112017038 Dosen Pembimbing: Dr. Sriandayani Sp.A
    Документ54 страницы
    Presentasi Kasus Asma Bronkiale: Christine Octaviani 112017038 Dosen Pembimbing: Dr. Sriandayani Sp.A
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Bimbingan Fiqih - Terapi Cairan
    Bimbingan Fiqih - Terapi Cairan
    Документ24 страницы
    Bimbingan Fiqih - Terapi Cairan
    Tegar Gemilang
    Оценок пока нет
  • Azzzzaaazzzzaaazzzzaa
    Azzzzaaazzzzaaazzzzaa
    Документ15 страниц
    Azzzzaaazzzzaaazzzzaa
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Zza Azz Zaa
    Zza Azz Zaa
    Документ22 страницы
    Zza Azz Zaa
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Balance Cairan Anak PDF
    Balance Cairan Anak PDF
    Документ35 страниц
    Balance Cairan Anak PDF
    Chantika Widia
    Оценок пока нет
  • Azzsazzsazz
    Azzsazzsazz
    Документ27 страниц
    Azzsazzsazz
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • Azza
    Azza
    Документ17 страниц
    Azza
    Willis Wi
    Оценок пока нет
  • KANDUNGAN FENOLIK
    KANDUNGAN FENOLIK
    Документ21 страница
    KANDUNGAN FENOLIK
    Willis Wi
    Оценок пока нет