Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kelarutan suatu zat dasranya sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan
pelarut pada suhu, tekanan, dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu
merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan sedikit demi
sedikit solut pada pelarut hingga solut tersebut mengendap ( Winarto,2013 ).
Jenis-jenis larutan terdiri dari tiga macam, yaitu :
Larutan jenuh.
Zat terlarut (solut) berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (solut). Ksp = Qc :
tidak ada endapan.
Larutan tidak jenuh (unsaturated) atau hampir jenuh (subsaturated).
Larutan yang mengandung solut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
diperlukan supaya terjadi penjenuhan yangsempurna pada suhu tertentu. 𝐾𝑠𝑝 > 𝑄𝑐 :
tidak ada endapan.
Larutan lewat jenuh (supersaturated).
Larutan pada suhu tertentu yang mengandung solut lebih banyak daripada normal,
sehingga terdapat solut yang tak terlarut. 𝐾𝑠𝑝 < 𝑄𝑐 : terbentuk endapan.
( Handayanti,2008 )
Laju disolusi atau kecepatan melarut obat-obar yang relatif tidak larut dalam air telah
lama menjadi masalah pada industri farmasi ( Abdou,1989 ). Obat-obat yang kelarutannya
sangat kecil sering banyak menimbulkan masalah pada proses absorpsinya setelah obat
diberikan, karena obat dapat diabsorpsi oleh tubuh kita sudah dalam bentuk terdistribusi secara
molekular di tempat absorpsi berlangsung ( Tianti dkk,2005 ).
Untuk mengetahui efektivitas kelarutan obat dalam tubuh, salah satu cara yang
digunakan adalah uji disolusi. Waktu kelarutan obat dalam tubuh sangat erat hubungannya
dengan efektivitas obat tersebut untuk memberikan efek terapeutiknya. Waktu kelarutan obat
oada uji disolusi dianggap sebagai waktu kelarutan obat dalam tubuh. Semakin cepat larut obat
maka semakin efektif obat tersebut bekerja ( Rachdiati,2008 ).
Kelarutan obat sebagian besar disebabkan oleh polaritas pelarut yaitu momen dipolnya.
Pelarut polar melarutkan zat terlarut ionik dan polar lainnya ( Voight,1994 ). Setiap senyawa
yang bersifat polar hanya dapat larut dalam pelarut polar, demikian juga senyawa nonpolar
hanya dapat larut dalam senyawa nonpolar. Untuk senyawa yang semipolar tertentu akan
menyesuaikan dengan ukuran kepolaran yang dimilikinya. Senyawa atau bahan yang ionik juga
tentunya akan lbih larut dalam pelarut polar. Polaritas suatu senyawa dapat ditentukan dari
strukturnya. Senyawa yang bersifat polar terdiri dari bahan yang ionik dan kovalen
( Tahir,2012 ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan ialah :
1. Efek temperatur.
Kelarutan endapan-endapan yang dijumpai dalam analisis kuantitatif meningkat
dengan bertambahnya tempetarur. Kebanyakan garam organik bertambah
kelarutannya apabila temperatur dinaikkan. Hal ini menguntungkan dalam
melakukan proses pencuian dengan larutan panas, karena kotoran akan semakin
mudah larut.
2. Efek pelarut.
Kebanyakan garam anorganik lebih larut dalam air dari pada dalam pelarut
organik seperti metanol, etanol, propanol, aseton dan sebagainya. Air
mempunyai momen dwi kutub besar dan tertarik ke kedua kation dan anion
untuk membentuk ion terhidrat. Ion hidrogen dalam air terhidrasi sempurna
membentuk ion hidroksonium ( 𝐻3 𝑂+ ). Semua ion pasti terhidrasi sampai
beberapa jauh dalam larutan berair, dan energi yang dilepaskan oleh interaksi
ion dan pelarut membantu mengatasi gaya tarik yang mencoba menahan ion-ion
di dalam kisi padatan. Ion di dalam sebuah kristal tidak mempunyai tarikan
demikian besar untuk pelarut organik dan karenanya kelarutannya biasanya
lebih kecil dari pada dalam air.
3. Pengaruh pH.
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Beberapa contoh
yang lebih penting dari garam-garam tersebut dalam kimia analitik adalah
oksalat, sulfida, hidroksida, karbonat dan fosfat. Ion hidrogen bereaksi dengan
ion garam membentuk asam lemah, dengan demikian meningkatkan kelarutan
garam.
4. Efek ion sekutu.
Kepentingan pengaruh ion yang sama adalah untuk pengendapan yang
sempurna pada analisa kuantitatif. Dalam melakukan pengendapan, seorang
analsis selalu menambahkan pereaksi pengendap sedikit berlebih untuk
meyakinkan pengendapan yang sempurna. Pada pencucian suatu endapan yang
dapat menyebabkan hilangnya beberapa zat akibat kelarutan, sebuah ion yang
sama dapat digunakan didalam cairan pencuci untuk mengurangi kelarutan.
( Underwood. A.L., 1990 )
5. Ion kompleks
Bertambahnya kelarutan suatu endapan dengan penambahan suatu zat
pengendapan sering kali disebabkan oleh pembentukan ion kompleks. Suatu ion
kompleks dibentuk dengan bersenyawanya sebuah ion sederhana baik dengan
ion lain yang muatannya berlawanan ataupun dengan molekul netral. Misalnya
bila larutan kalium sianida ditambahkan kepada suatu larutan perak nitrat, mula-
mula akan terbentuk endapan putih perak sianida :
AgNO3 + KCN AgCN + KNO3
Endapan melarut dengan penambahan kalium sianida belebih, dengan
dihasilkannya ion kompleks ( Ag(CN)2 - : AgCN(padat) + KCN(berlebih) K
Ag(CN)2 suatu garam kompleks dapat larut. (Vogel. A., 1994)
Parameter kelarutan total Hildebrand ( 𝛿𝑡 ) didefenisikan sebagai akar dari densitas
energi kohesif, yang dinyatakn dalam persamaan :
𝐸𝑐𝑜ℎ
𝛿𝑡 = √ ; 𝐸𝑐𝑜ℎ = ∆𝐻𝑣. 298 − 𝑅𝑇 ( Stefanis dan Panayiotu,2008 ).
𝑉
6 Menimbang 1
gram asam
salisilat, sebanyak -Asam salisilat belum
7 kali sepenuhnya larut dalam
Memasukkan larutan campuran
asam salisilat ke -Asam salisilat larut
dalam masing-
masing tabung
reaksi
Mengocok dan -Filtrat berada di erlenmeyer
mengaduk setiap
tabung reaksi
hingga asam
salisilat larut,
selama kurang
lebih 10 menit
Menyaring
dengan
menggunakan
kertas saring,
kemudian filtrat
siap untuk
dititrasi
7 Menambahkan Tabung 1
indikator Vol. NaOH 1 : 30,0 mL
fenolftalein ke Vol. NaOH 2 : 32,0 mL
dalam masing- x̄ : 31,0 mL
masing filtrat
yang terdapat di Tabung 2
erlenmeyer, Vol. NaOH 1 : 12,4 mL
sebanyak 2-3 Vol. NaOH 2 : 12,8 mL
tetes x̄ : 12,6 mL
Menitrasi setiap
filtrat dengan Tabung 3
larutan NaOH Vol. NaOH 1 : 24,5 mL
hingga mencapai Vol. NaOH 2 : 27,5 mL
titik akhir x̄ : 26,0 mL
Tabung 4
Vol. NaOH 1 : 33 mL
Vol. NaOH 2 : 33,6 mL
x̄ : 33,3 mL
Tabung 5
Vol. NaOH 1 : 37 mL
Vol. NaOH 2 : 38 mL
x̄ : 37,5 mL
Tabung 6
Vol. NaOH 1 : 31,9 mL
Vol. NaOH 2 : 32,0 mL
x̄ : 31,95 mL
Tabung 7
Vol. NaOH 1 : 31,1 mL
Vol. NaOH 2 : 40,8 mL
x̄ : 35,95 mL
Perhitungan
Pembuatan NaOH
𝑔𝑟 𝑥 1000
N = 𝐵𝐸 𝑥 𝑉
𝑔𝑟 𝑥 1000
0,1 = 40 𝑥 1000
gr NaOH = 4 gram
Pembuatan Asam Oksalat
𝑔𝑟 𝑥 1000
N = 𝐵𝐸 𝑥 𝑉
𝑔𝑟 𝑥 1000
0,1 = 63 𝑥 50
Pembakuan NaOH
Vol. 1 : 11,60 mL
Vol. 2 : 11,55 mL
Vol. 3 : 11,40 mL
x̄ : 11,52 mL
NNaOH = 0,0868 N
Perhitungan Kadar
𝑉𝑝 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝐵𝐸𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
%= 𝑥 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑉𝑝 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝐵𝐸𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
1. Tabung 1 → % = 𝑥 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
31 𝑥 0,0868 𝑥 138,12
= 𝑥 100 %
1000
= 10,26 %
𝑉𝑝 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝐵𝐸𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
2. Tabung 2 → % = 𝑥 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
12,6 𝑥 0,0868 𝑥 138,12
= 𝑥 100 %
1000
= 15,11 %
𝑉𝑝 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝐵𝐸𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
3. Tabung 3 → % = 𝑥 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
26 𝑥 0,0868 𝑥 138,12
= 𝑥 100 %
1000
= 31,19 %
𝑉𝑝 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝐵𝐸𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
4. Tabung 4 → % = 𝑥 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
33,3 𝑥 0,0868 𝑥 138,12
= 𝑥 100 %
1000
= 39,92%
𝑉𝑝 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝐵𝐸𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
5. Tabung 5 → % = 𝑥 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
31 𝑥 0,0868 𝑥 138,12
= 𝑥 100 %
1000
= 44,96 %
𝑉𝑝 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝐵𝐸𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
6. Tabung 6 → % = 𝑥 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
31 𝑥 0,0868 𝑥 138,12
= 𝑥 100 %
1000
= 38,30 %
𝑉𝑝 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝐵𝐸𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑙𝑎𝑡
7. Tabung 7 → % = 𝑥 100 %
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
31 𝑥 0,0868 𝑥 138,12
= 𝑥 100 %
1000
=43,09 %
Kesimpulan
Dapat menentukan kelarutan asam salisilat dengan pelarut campur dan didapati kadar asam
salisilat tersebut 10,26 % ; 15,11 % ; 31,19 % ; 39,92% ; 44,96 % ; 38,30 % ; 43,09 %
Daftar Pustaka
Handayanti,Yuli.2008. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Available online at :
kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Yuli%20Handayanti%2006
0817_/reaksi.html [diakses pada 1 Mei 2017]
Rachdiati, Henny, dkk.2008.Penentuan Waktu Kelarutan Paracetamol Pada Uji Disolusi.
Nusa Kimia Jurnal Vol 8 No.1:1-6, Juni 2008, FMIPA UNB.
Stefanis dan Panaylotou.2008. Prediction of Hansen Solubility Parameter With A New Group
Contribution Method. International Journal of The Thermophysic 5.29,5685.
Tianti dkk.2005. Ketersediaan Hayati Dispersi Padat Furosemid Poliethilenglikol 4000 ( PEG
4000 ) Pada Kelinci Jantan. Majalah Farmasi Indonesia 16(12),124-129
Underwood, AL.1990, Analisa Kimia Kuantitatif. edisi kelima. Jakarta: Erlangga,.
Vogel. 1994. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi kelima. .
Jakarta : Bagian I. PT Kalman Pustaka.
Voigt, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi 5, Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press, , hal 170.Tahir,2012
Winarto,Dwi.2013. Kelarutan. Available online at :
www.ilmukimia.org.2013/04/kelarutan.html?m=1