Вы находитесь на странице: 1из 14

TINGKAT TUTUR DALAM BAHASA JAWA

DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN GUWOKAJEN

KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH


Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mncapai derajat
Sarjana S-1

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

VINDA DWI PRASTITI


A310090161

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013
i
ii
TINGKAT TUTUR DALAM BAHASA JAWA

DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN GUWOKAJEN

KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI

Vinda Dwi Prastiti

A310090161

ABSTRAK

Tingkat tutur dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah undha-usuk atau
juga disebut unggah-ungguhing basa. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan wujud tingkat tutur dan penyebab ketidaksantunan yang
dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Guwokajen Kecamatan Sawit
Kabupaten Boyolali. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang
dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh
melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Dengan menggunakan
metode padan pragmatik bisa mengetahui maksud yang dikehendaki oleh penutur.
Tuturan yang dihasilkan kemudian digolongkan ke dalam tingkat tutur krama,
madya, dan ngoko. Selain itu digolongkan juga ke dalam penyebab
ketidaksantunan. Hasil penelitiannya adalah penggunaan tingkat tutur krama
karena adanya faktor saling menghormati, status pekerjaan, pendidikan, umur,
dan ekonomi. Penggunaan tingkat tutur madya karena adanya faktor sifat
keakraban yang sedang. Penggunaan tingkat tutur ngoko karena adanya faktor
sudah akrab, status pekerjaan, umur, dan ekonomi. Terdapat 5 penyebab
ketidaksantunan yaitu (a) mengkritik secara langsung dengan menggunakan kata-
kata kasar, (b) dorongan emosi penutur, (c) sengaja menuduh lawan tutur, (d)
protektif terhadap pendapat sendiri, dan (e) sengaja memojokkan lawan tutur.

Kata kunci: tingkat tutur, bahasa Jawa, penyebab ketidaksantunan

1
A. PENDAHULUAN
Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa yang mengenal adanya
tingkat tutur atau speech level. Adanya tingkat tutur tersebut menyebabkan
bahasa Jawa menarik untuk dikaji. Tingkat tutur dapat dikatakan merupakan
sistem kode dalam suatu masyarakat tutur. Kode dalam jenis ini penentunya
adalah relasi anatara si penutur dengan si mitra tutur. Manakala seorang
penutur bertutur dengan seseorang yang perlu dihormati, maka pastilah
penutur itu akan menggunakan kode tutur yang memiliki makna hormat.
Demikian pula manakala si penutur berbicara dengan seseorang yang tidak
perlu dihormati, maka penutur sudah barang tentu akan menggunakan kode
tutur yang tidak hormat pula (Rahardi, 2001: 52-53).
Kajian terhadap hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rita
Fiyani (2009) yang berjudul “Pemakaian Tingkat Tutur Bahasa Jawa
Mahasiswa Kos di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang”
menunjukkan bahwa pemakaian tingkat tutur bahasa Jawa pada mahasiswa
yang kos di lingkungan kampus Universitas Negeri Semarang yaitu
menggunakan ragam ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus.
Faktor yang mempengaruhi pemakaian tingkat tutur bahasa Jawa pada
mahasiswa yang kos di lingkungan kampus Universitas Negeri Semarang
yakni faktor partisipan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Rita
Fiyani adalah sama-sama meneliti tingkat tutur. Perbedaannya yaitu
penelitian Rita Fiyani meneliti faktor yang mempengaruhi pemakaian tingkat
tutur bahasa Jawa, sedangkan penelitian ini meneliti penyebab
ketidaksantunan.
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu wujud tingkat tutur
dan penyebab ketidaksantunan yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan
Guwokajen Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali. Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan wujud tingkat tutur dan penyebab ketidaksantunan
yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Guwokajen Kecamatan Sawit
Kabupaten Boyolali. Dari penelitian ini diharapkan dapat diambil
manfaatnya, yaitu dapat mengetahui wujud tingkat tutur dan penyebab
2
ketidaksantunan yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Guwokajen
Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali.
B. METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang
dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta
dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan
mengendalikan keadaan. Melalui metode yang tepat, seorang peneliti tidak
hanya mampu melihat fakta sebagai kenyataan, tetapi juga mampu
memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi melalui fakta
itu (Syamsuddin dan Damaianti, 2009: 14). Penelitian ini dilakukan di desa
Klinggen dan Baran Kulon Kelurahan Guwokajen Kecamatan Sawit
Kabupaten Boyolali. Penelitian ini dimulai dari pengajuan proposal,
pengumpulan data, analisis data, penyusunan laporan, dan lain-lain sejak
bulan November 2012 sampai selesai.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh
melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss dan Corbin
dalam Syamsuddin dan Damaianti, 2009: 73). Subjek penelitian ini adalah
narasumber atau seseorang yang dipandang mampu dan mengetahui
permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan
informasi kepada penelititian sedangkan objek penelitiannya adalah tingkat
tutur yang digunakan oleh masyarakat dan penyebab ketidaksantunan yang
dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Guwokajen Kecamatan Sawit
Kabupaten Boyolali. Data dalam penelitian ini adalah tuturan bahasa Jawa
yang digunakan oleh masyarakat di desa Klinggen dan Baran Kulon
Kelurahan Guwokajen Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali, sedangkan
sumber datanya adalah masyarakat di desa Klinggen dan Baran Kulon
Kelurahan Guwokajen Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali.
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan (Tanzeh, 2011: 83). Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan teknik rekam, simak, dan catat.
3
Teknik rekam dimungkinkan terjadi jika bahasa yang diteliti aadalah bahasa
yang masih dituturkan oleh pemiliknya. Teknik simak adalah suatu teknik
dengan cara menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 33). Adapun
teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode
simak (Mahsun, 2011: 92-93).
Guna menjamin dan mengembangkan validasi data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini, teknik pengembangan validasi data yang
akan digunakan adalah teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik trianggulasi data karena yang
akan diteliti ada dua desa yaitu Klinggen dan Baran Kulon sehingga data dan
sumber data yang akan diperoleh akan beragam. Tahapan analisis data
merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena pada tahapan ini kaidah-
kaidah yang mengatur keberadaan objek penelitian harus sudah diperoleh
(Mahsun, 2011: 117). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan
metode padan pragmatik. Metode ini alat penentunya berupa maksud yang
dikehendaki oleh penutur (Soeparno, 2002: 121).
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat Tutur
a. Tingkat Tutur Krama
Tingkat tutur krama adalah tingkat yang memancarkan arti
penuh sopan-santun antara sang penutur dengan sang mitra tutur.
Berikut ini akan disajikan contoh data dan pembahasan tentang tingkat
tutur krama.

Data (1)
Atik : “Mbak Yah mundhut tigan sedasa ewu wonten?”
“Mbak Yah beli telur sepuluh ribu ada?”
Rukiyah : “Wonten, awis menika mbak.”
“Ada, mahal itu mbak.”
Atik : “Mboten punapa-punapa mbak.”
“Tidak apa-apa mbak.”
Rukiyah : “Inggih.”
“Iya.”

4
Data (1) merupakan percakapan antara Atik (penutur) dengan
Rukiyah (mitra tutur). Data ini diperoleh di desa Klinggen,
Guwokajen, Sawit, Boyolali. Atik adalah seorang perempuan lulusan
D3 Ekonomi dan sebagai ibu rumah tangga. Selain sebagai ibu rumah
tangga, dia juga bekerja di Koperasi Unit Desa (KUD). Rukiyah
adalah seorang perempuan lulusan SMP dan sebagai ibu rumah
tangga. Percakapan ini terjadi di rumah Rukiyah saat Atik ingin
membeli telur itik.
Atik dan Rukiyah menggunakan tingkat tutur krama dalam
percakapan karena mereka saling menghormati. Walaupun Rukiyah
usianya lebih tua dibandingkan dengan Atik, dia menggunakan tingkat
tutur krama karena menghormati Atik karena status pendidikannya
yang lebih tinggi. Begitu pula dengan Atik, dia menggunakan tingkat
tutur krama karena menghormati Rukiyah yang usianya lebih tua.
Kata-kata krama yang terdapat dalam percakapan tersebut, misalnya,
mundhut, tigan, sedasa, wonten, menika, mboten, punapa, dan inggih.
b. Tingkat Tutur Madya
Tingkat tutur madya menunjukkan perasaan sopan tetapi
tingkatnya tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah. Berikut
ini akan disajikan contoh data dan pembahasan tentang tingkat tutur
madya.

Data (2)
Joko : “Mbak Parti, sampeyan dateng sabin sampun kaping
pinten?”
“Mbak Parti, kamu ke sawah sudah berapa kali?”
Parti : “Sedasa pak.”
“Sepuluh pak.”
Joko : “Dados kula mbayar pinten mbak?”
“Jadi aku membayar berapa mbak?”
Parti : “Setunggal lampahan nyambut damel pinten?”
“Satu kali kerja berapa?”
Joko : “Kula bayar sedasa ewu mbak.”
“Saya bayar sepuluh ribu mbak.”
Parti : “Dadosipun setunggal atus ewu pak.”
5
“Jadinya seratus ribu pak.”

Data (2) merupakan percakapan antara Joko (penutur) dengan


Parti (mitra tutur). Data ini diperoleh di desa Klinggen, Guwokajen,
Sawit, Boyolali. Joko adalah seorang laki-laki pensiunan Insinyur
Perindustrian dan bekerja sebagai petani, sedangkan Parti adalah
seorang perempuan yang bekerja sebagai petani dan sebagai ibu
rumah tangga. Percakapan ini terjadi di dalam rumah parti saat Joko
ingin memberi upah kerja kepada Parti. Joko menggunakan tingkat
tutur madya dalam percakapan karena sifat keakraban hubungan yang
sedang. Kata-kata madya yang terdapat dalam percakapan tersebut,
misalnya, sampeyan dateng, sabin, sampun, dados, dan kula.
c. Tingkat Tutur Ngoko
Tingkat tutur ngoko memiliki makna rasa yang tak berjarak
antara orang pertama atau penutur dengan orang kedua atau mitra
tutur. Berikut ini akan disajikan contoh data dan pembahasan tentang
tingkat tutur ngoko.

Data (3)
Alfin : “Candra, pancingku tugel.”
“Candra, pancingku patah.”
Candra : “Ya dibenakake dhisik Fin.”
“Ya dibetulkan dulu Fin.”
Alfin : “Angel sing benakake kok.”
“Sulit yang membetulkan kok.”
Candra : “Pancen benakake pancing kuwi angel.”
“Memang membetulkan pancing itu sulit.”
Alfin : “Tulung benakne Dra!”
“Tolong betulkan Dra!”
Candra : “Aku ora bisa.”
“Aku tidak bisa.”
Alfin : “Ya wis yen ngono.”
“Ya sudah kalau begitu.”

Data (3) merupakan percakapan antara Alfin (penutur) dengan


Candra (mitra tutur). Data ini diperoleh di desa Klinggen, Guwokajen,
6
Sawit, Boyolali. Alfin adalah seorang anak laki-laki yang masih
duduk di bangku Sekolah Dasar, begitu pula dengan Candra.
Percakapan ini terjadi di pinggir sungai saat mereka sedang
memancing. Alfin dan Candra menggunakan tingkat tutur ngoko
dalam percakapan karena masih seumuran dan akrab. Kata-kata ngoko
yang terdapat dalam percakapan tersebut, misalnya, tugel, ya,
dibenakake, dhisik, angel, kuwi, ora, bisa, dan ngono.
2. Penyebab Ketidaksantunan
a. Kritik secara langsung dengan kata-kata kasar
Kritik kepada lawan tutur secara langsung dan dengan
menggunakan kata-kata kasar akan menyebabkan sebuah pertuturan
menjadi tidak santun atau jauh dari peringkat kesantunan. Berikut ini
akan disajikan contoh data dan pembahasan tentang kritik secara
langsung dengan kata-kata kasar.

Data (4)
Ning : “Mbak, es dawete ora legi.”
“Mbak, es dawetnya tidak manis.”
Indri : “Apa durung legi mbak? Jane ya wis akeh gulane ki.”
“Apa belum manis mbak? Sebenarnya ya sudah banyak
gulanya itu.”
Ning : “Durung legi kok mbak.”
“Belum manis kok mbak.”
Indri : “Ya yen ngono sesuk gulane ditambahi.”
“Ya kalau begitu besuk gulanya ditambahi.”

Data (4) merupakan percakapan antara Ning (penutur) dengan


Indri (mitra tutur). Data ini diperoleh di desa Klinggen, Guwokajen,
Sawit, Boyolali. Ning adalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan
Indri adalah seorang perempuan yang bekerja sebagai pedagang dan
sebagai ibu rumah tangga. Percakapan ini terjadi di warung saat Ning
membeli es. Tuturan itu menjadi tidak santun karena tuturannya
berifat langsung dan menggunakan kata-kata kasar. Tuturan tersebut
dapat menyinggung perasaan Indri (mitra tutur). Akan lebih santun
7
apabila kalimat “Mbak, es dawete ora legi” (Mbak, es dawetnya tidak
manis) diganti dengan kalimat “Mbak, es dawete ditambah gula sitik
engkas ben legi” (Mbak, es dawetnya ditambah gula sedikit biar
manis).
b. Dorongan rasa emosi penutur
Kadangkala ketika bertutur dorongan rasa emosi penutur begitu
berlebihan sehingga ada kesan bahwa penutur marah kepada lawan
tuturnya. Berikut ini akan disajikan data dan pembahasan tentang
dorongan rasa emosi penutur.

Data (5)
Weni : “Fin mulih!”
“Fin pulang!”
Afin : “Ngapa mulih mbak?”
“Ngapain pulang mbak?”
Weni : “Ngerti udan ora kowe kuwi. Senengane udan-udan wae.”
“Tahu hujan tidak kamu itu. Senangnya hujan-hujan saja.”
Alfin : “Gur gerimis kok.”
“Cuma gerimis kok.”
Weni : “O… karepmu mengko yen masuk angin.”
“O… terserah kamu nanti kalau masuk angin.”
Alfin : “Masuk angin ya wis.”
“Masuk angin ya sudah.”
Weni : “Ngeyel temen kowe Fin. Ayo mulih! Yen masuk angin
tenan lagi kapok. Aja udan-udan kok ngeyel temen.
“Bandel sekali kamu Fin. Ayo pulang! Kalau masuk angin
benar baru jera. Jangan hujan-hujan kok bandel sekali.”

Data (5) merupakan percakapan antara Weni (penutur) dengan


Alfin (mitra tutur). Data ini diperoleh di desa Klinggen, Guwokajen,
Sawit, Boyolali. Weni adalah kakak perempuan Alfin yang masih
kuliah, sedangkan Alfin adalah adik laki-laki Weni yang masih duduk
dibangku Sekolah Dasar. Percakapan ini terjadi di depan rumah saat
Weni menyuruh Alfin agar tidak hujan-hujan. Tuturan yang diucapkan
Weni (penutur) terkesan ada kemarahan dan emosi karena adiknya
yang bandel.

8
c. Protektif terhadap pendapat
Seringkali ketika bertutur seorang penutur bersifat protektif
terhadap pendapatnya. Hal ini dilakukan agar tuturan tidak dipercaya
oleh pihak lain. Berikut ini akan disajikan data dan pembahasan
tentang protektif terhadap pendapat.

Data (6)
Sinem : “Ora dodol plencing Ndri?”
“Tidak jual plencing Ndri?”
Indri : “Mboten menika.”
“Tidak itu.”
Sinem : “Lha ngapa kok ora dodol plencing, anane gur pecel?”
“Lha kenapa kok tidak jual plencing, adanya cuma pecel.”
Indri : “Peken mboten wonten ron tela.”
“Pasar tidak ada daun ketela.”
Sinem : “Plencing ki ora kudu godhong telo kok, krokot ya bisa”
“Plencing itu tidak harus daun ketela kok, krokot juga
bisa.”
Indri : “Krokot menika mboten eca.”
“Krokot itu tidak enak.”
Sinem : “Yen aku ya enak wae. Krokot ki ya akeh sing seneng
kok.”
“Kalau aku ya enak saja. Krokot itu ya banyak yang suka
kok.”

Data (6) merupakan percakapan antara Sinem (penutur) dengan


Indri (mitra tutur). Data ini diperoleh di desa Klinggen, Guwokajen,
Sawit, Boyolali. Sinem adalah seorang perempuan yang bekerja
sebagai petani dan sebagai ibu rumah tangga, sedangkan Indri adalah
seorang perempuan yang bekerja sebagai pedagang dan sebagai ibu
rumah tangga. Percakapan ini terjadi di warung saat Sinem ingin
membeli plencing. Tuturan yang diucapkan Sinem (penutur) tersebut
tidak santun karena penutur menyatakan dialah yang benar dan
pendapat yang diutarakan lawan tutur salah.
d. Sengaja menuduh lawan tutur
Seringkali penutur menyampaikan tuduhan dalam tuturannya.
Kalau ini dilakukan tentu tuturannya itu menjadi tidak santun. Berikut
9
ini akan disajikan data dan pembahasan tentang sengaja menuduh
lawan tutur.

Data (7)
Sri : “To, kowe wingi nggrenengi aku karo pak Rohani?”
“To, kamu kemarin menggunjing aku dan pak Rohani?”
Woto : “Mboten menika, rembakan masalah sepeda motor kok.”
“Tidak itu, berbicara masalah sepeda motor kok.”
Sri : “Apa iya.”
“Apa iya.”

Data (7) merupakan percakapan antara Sri (penutur) dengan


Woto (mitra tutur). Data ini diperoleh di desa Baran Kulon,
Guwokajen, Sawit, Boyolali. Sri adalah ibu mertua Woto, seorang
perempuan sebagai ibu rumah tangga, sedangkan Woto adalah
menantu laki-laki Sri yang bekerja sebagai petani. Percakapan ini
terjadi di depan rumah saat Woto memperbaiki sepeda motornya.
Tuturan yang diucapkan Sri (penutur) menjadi tidak santun karena
penutur menuduh Woto (lawan tutur) menggunjing dirinya.
e. Sengaja memojokkan mitra tutur
Adakalanya pertuturan menjadi tidak santun karena penutur
dengan sengaja ingin memojokkan lawan tutur dan membuat lawan
tutur tidak berdaya. Berikut ini akan disajikan data dan pembahasan
tentang sengaja memojokkan mitra tutur.

Data (8)
Niken : “Iki mas jagungmu.”
“Ini mas jagungmu.”
Budi : “Jagung godhog ora enak dipangan wae dituku.”
“Jagung rebus tidak enak dimakan saja dibeli.”
Niken : “Salahe sing akon tuku ya sapa.”
“Salahnya yang suruh beli ya siapa.”
Budi : “Mau kaya isih ijo-ijo kok.”
“Tadi seperti masih hijau-hijau kok.”
Niken : “Saiki coba rasakno dhewe, rasane sepo kabeh.”
“Sekarang coba rasakan sendiri, rasanya tawar semua.”
10
Budi : “Wegah, mangan keripik pohong wae enak.”
“Tidak mau, makan keripik singkong saja enak.”
Niken : “Endi aku njaluk tinimbang mangan jagung ora enak.”
“Mana aku minta daripada makan jagung tidak enak.”
Budi : “Panganen adahe sisan!”
“Makanlah bungkusnya sekalian!”

Data (8) merupakan percakapan antara Niken (penutur) dengan


Budi (mitra tutur). Data ini diperoleh di desa Baran Kulon,
Guwokajen, Sawit, Boyolali. Niken adalah seorang perempuan yang
bekerja sebagai pegawai apotek, sedangkan Budi adalah seorang laki-
laki yang bekerja sebagai pegawai apotek. Percakapan ini terjadi di
dalam rumah saat mereka sedang menonton TV. Tuturan yang
diucapkan Niken (penutur) menjadi tidak santun karena penutur
terkesan memojokkan Budi (mitra tutur). Tuturan tersebut menjadi
tidak santun dengan adanya tuturan “Salahe sing akon tuku ya sapa.”
(Salahnya yang suruh beli ya siapa).
D. SIMPULAN
Penggunaan tingkat tutur krama karena adanya faktor saling
menghormati, status pekerjaan, pendidikan, umur, dan ekonomi. Penggunaan
tingkat tutur madya karena adanya faktor sifat keakraban yang sedang.
Penggunaan tingkat tutur ngoko karena adanya faktor sudah akrab, status
pekerjaan, umur, dan ekonomi. Terdapat 5 penyebab ketidaksantunan yaitu
(a) mengkritik secara langsung dengan menggunakan kata-kata kasar, (b)
dorongan emosi penutur, (c) sengaja menuduh lawan tutur, (d) protektif
terhadap pendapat sendiri, dan (e) sengaja memojokkan lawan tutur.
E. DAFTAR PUSTAKA
Fiyani, Rita. 2009. “Pemakaian Tingkat Tutur Bahasa Jawa Mahasiswa Kos
di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang”. Skripsi.
Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan


Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

11
Rahardi, R. Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Soeparno. 2002. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta. PT Tiara


Wacana Yogya.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:


Duta Wacana University Press.

Syamsudin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metode Penelitian Pendidikan


Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.

12

Вам также может понравиться

  • Suhu Dan Kalor
    Suhu Dan Kalor
    Документ8 страниц
    Suhu Dan Kalor
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Pengukuran Dasar
    Pengukuran Dasar
    Документ19 страниц
    Pengukuran Dasar
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • DIFRAKSI
    DIFRAKSI
    Документ5 страниц
    DIFRAKSI
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Lampiran D
    Lampiran D
    Документ9 страниц
    Lampiran D
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • GENERASI UNGGUL
    GENERASI UNGGUL
    Документ4 страницы
    GENERASI UNGGUL
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Bab 3 Manusia Dan Cinta
    Bab 3 Manusia Dan Cinta
    Документ11 страниц
    Bab 3 Manusia Dan Cinta
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • EFEK PEMBEBANAN Instrumentasi (Autosaved) 1
    EFEK PEMBEBANAN Instrumentasi (Autosaved) 1
    Документ14 страниц
    EFEK PEMBEBANAN Instrumentasi (Autosaved) 1
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Filsfat Ilmuilmu Filsafat Dan Filsafat Ilmu
    Filsfat Ilmuilmu Filsafat Dan Filsafat Ilmu
    Документ16 страниц
    Filsfat Ilmuilmu Filsafat Dan Filsafat Ilmu
    Membahagiakanmu Adalah Harapku
    Оценок пока нет
  • DOKUMENTASI Unit 3
    DOKUMENTASI Unit 3
    Документ2 страницы
    DOKUMENTASI Unit 3
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Tugas 2
    Tugas 2
    Документ23 страницы
    Tugas 2
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • 10f4a LKS-44. HUBUNGAN F-A 1-Rev
    10f4a LKS-44. HUBUNGAN F-A 1-Rev
    Документ15 страниц
    10f4a LKS-44. HUBUNGAN F-A 1-Rev
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • 04 Kata Kerja Operasional Kko Edisi Revisi Teori Bloom
    04 Kata Kerja Operasional Kko Edisi Revisi Teori Bloom
    Документ4 страницы
    04 Kata Kerja Operasional Kko Edisi Revisi Teori Bloom
    Edy Tahir Mattoreang
    Оценок пока нет
  • Rubrik Penilaian
    Rubrik Penilaian
    Документ17 страниц
    Rubrik Penilaian
    sonic_goodboy
    Оценок пока нет
  • Artikel Eksperimen Fisika 1
    Artikel Eksperimen Fisika 1
    Документ6 страниц
    Artikel Eksperimen Fisika 1
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Materi
    Materi
    Документ1 страница
    Materi
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Muhammad Alman. G (1612042007)
    Muhammad Alman. G (1612042007)
    Документ13 страниц
    Muhammad Alman. G (1612042007)
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • DIFRAKSI
    DIFRAKSI
    Документ5 страниц
    DIFRAKSI
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Artikel Eksperimen Fisika 1
    Artikel Eksperimen Fisika 1
    Документ2 страницы
    Artikel Eksperimen Fisika 1
    RizkyAH
    Оценок пока нет
  • Review Jurnal 3
    Review Jurnal 3
    Документ9 страниц
    Review Jurnal 3
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • 10f5. L.Penilaian45NW
    10f5. L.Penilaian45NW
    Документ51 страница
    10f5. L.Penilaian45NW
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Kelas Pendidikan A-Unit 6-Kelompok 6
    Kelas Pendidikan A-Unit 6-Kelompok 6
    Документ6 страниц
    Kelas Pendidikan A-Unit 6-Kelompok 6
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Tugas Akhir Manajemen Lab
    Tugas Akhir Manajemen Lab
    Документ4 страницы
    Tugas Akhir Manajemen Lab
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Review Jurnal 2
    Review Jurnal 2
    Документ12 страниц
    Review Jurnal 2
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Isnaini S (1612040011)
    Isnaini S (1612040011)
    Документ9 страниц
    Isnaini S (1612040011)
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • DIFRAKSI
    DIFRAKSI
    Документ5 страниц
    DIFRAKSI
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Tata Tertib Rapat Kerja
    Tata Tertib Rapat Kerja
    Документ3 страницы
    Tata Tertib Rapat Kerja
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет
  • Profile Penulis
    Profile Penulis
    Документ1 страница
    Profile Penulis
    Muhammad Alman
    Оценок пока нет