Вы находитесь на странице: 1из 13

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA PROSES SOSIALISASI,KEBUDAYAAN,TEMPAT


TINGGAL,DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

DISUSUN OLEH :
NAMA : OKTALIA SUCI A
NO : 25
KELAS : X.2
SMA N 2 UNGARAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia yang
telah diberikan penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Hubungan Antara Proses
Sosisalisasi, Kebudayaan, Tempat Tinggal, dan Pembentukan Kepribadian “ dengan baik.

Makalah ini membahas hubungan antara proses sosialisasi, kebudayaan, tempat tinggal, dan
pembentukan kepribadian yang membahas hubungan factor-faktor sosiologi dengan
pembentukan kepribadian. Makalah ini diharapkan dapat mambantu dalam menjelaskan
kompetensinya agar kelak mampu memahami dan manerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini pada masa yang akan dating. Akhir kata penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan,
penyusunan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………..……………………………………….. 1

1.3 Tujuan……………………………………………………………………………….. 2

1.4 Manfaat……………………………………………………………………………… 2

BAB II ISI

2.1 Pengertian Sosialisasi…………………………………………………….………….. 3

2.2 Fungsi Sosialisasi…………………………………………………………………….. 3

2.3 Jenis Sosialisasi…………………………………………………………………...…. 4

2.4 tipe Sosialisasi……………………………………………...……………………...… 4

2.5 Tahap-tahap Sosialisasi…………………...………………………………………… 5

2.6 Agen-agen Sosialisasi..……………………………………………………….…….. 6

2.7 Sosialisasi dan pembentukan Kepribadian…………………………………………. 8

2.8 pengertian kepribadian……………………………………………………………… 8

2.9 Hubungan antara proses sosialisasi,kebudayaan,tempat tinggal,dan pembentukan


kepribadian…………………………………………………………………………………. 9

2.10 Peranan hubungan antara proses sosialisasi,kebudayaan,tempat tinggal,dan pembentukan


kepribadian…………………………………………………………………………………..10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………. 10

ii
BAB 1. PENDAHULUAN :

1.1 LATAR BELAKANG

Makalah ini berjudul “Hubungan Antara Proses Sosialisasi,Kebudayaan,Tempat Tinggal,dalam


Pembentukan Kepribadian”. Makalah ini dilatarbelakangi oleh adanya hubungan antara
kebudayaan dengan pembentukan kepribadian yang menjadikan sosialisasi,kebudayaan,tempat
tinggal, memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian, baik itu secara
internal maupun secara eksternal

Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya.Naluri manusia
tidak selengkap dan sekuat pada binatang.Untuk mengisi kekosongan dalam kehidupannya
manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang akan
dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya.
Manusia mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga terdapat perbedaan
makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian juga dalam hal hubungan antara laki-
laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam setiap kelompok menghasilkan
bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang berbeda satu dengan lainnya.

Dengan kata lain, kebiasaan-kebiasaan pada manusia/masyarakat diperoleh melalui proses


belajar, yang disebut sosialisasi.

1.2 RUMUSAN

Berdasarkan penjabaran dalam latar belakang di atas dapat dirumuskan poin poin masalah yang
akan dibahas, diantaranya yaitu:

- Apakah itu sosialisasi?

- Apakah itu kepribadian?

- Apa saja hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian?

- Apakah hubungan antara proses sosialisasi,kebudayaan,tempat tinggal,dan pembentukan


kepribadian?

- Apakah peranan kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian?

1
1.3 TUJUAN

- Mengetahui pengertian dari proses sosialisasi.

- Mengetahui pengertian kepribadian.

- Mengetahui hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian.

- Mengetahui hubungan antara proses sosialisasi kebudayaan,tempat tinggal, dengan


pembentukan kepribadian.

- Mengetahui peranan kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian.

1.5 MANFAAT

Berdasarkan penjabaran dalam latar belakang dan rumusan masalah di atas, manfaat dari
makalah ini adalah,

 Generasi muda bangsa Indonesia dapat memulihkan kembali jati diri bangsa Indonesia
melalui pencerminan kepribadian mereka yang baik.
 Dapat menambah pengetahuan tentang kepribadian.

 Generasi muda bangsa Indonesia dapat memahami peranan kebudayaan yang sangat
besar terhadap pembentukan kepribadian.

2
BAB 2. ISI

2.1 PENGERTIAN SOSIALISASI

Sosialisasi adalah proses belajar individu atau seseorang untuk mengenal kebudayaan
masyarakat dilingkungannya.Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai
peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus
dijalankan oleh individu.

Berikut ini adalah definisi sosialisasi dari beberapa sosiolog.

Peter L. Berger:
Sosialisasi adalah proses dalam mana seorang anak belajar menjadi seseorang yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam sosialisasi adalah peran-peran,
sehingga teori sosialisasi adalah teori mengenai peran (role theory).

Robert M.Z. Lawang:


Sosialisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran dan persyaratan lainnya yang
diperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat berpartisipasi secara efektif dalam
kehidupan sosial.

Horton dan Hunt:


Suatu proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai dan norma-norma
kelompok di mana ia hidup sehingga terbentuklah kepribadiannya.

Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak tiga proses, yaitu:


(1) belajar nilai dan norma(sosialisasi).
(2) menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri (internalisasi).
(3) membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan nilai dan normayang telah menjadi
miliknya (enkulturasi).

2.2 Fungsi Sosialisasi

1. Bagi individu: agar dapat hidup secara wajar dalam kelompo/masyarakatnya, sehingga
tidak aneh dan diterima oleh warga masyarakat lain serta dapat berpartisipasi aktif
sebagai anggota masyarakat

2. Bagi masyarakat: menciptakan keteraturan sosial melalui pemungsian sosialisasi sebagai


sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian sosial.

3
2.3 Jenis Sosialisasi

Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga)
dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut
berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi
tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas
dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur
secara formal.

Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi
pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat
(keluarga).Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum
masuk ke sekolah.Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara
bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab
seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya.Warna kepribadian anak akan
sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota
keluarga terdekatnya.

Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer
yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu
bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi
suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami
'pencabutan' identitas diri yang lama.

2.4 Tipe Sosialisasi


 Formal

Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang
berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
 Informal

Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan,
seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di
dalam masyarakat.

4
2.5 Tahap-tahap Sosialisasi

Menurut George Herbert Mead

George Herbert Mead menjelaskan bahwa diri manusia berkembang secara bertahap
melalui interaksinya dengan anggota masyarfakat yang lain, mulai dari play stage, game
stage, dan generalized other.

Tahap 1: Preparatory

• Dalam tahap ini individu meniru perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya, tetapi
belum mampu memberi makna apapun pada tindakan yang ditiru.
• Merupakan peniruan murni.

Tahap 2: Play Stage

Play Stage, atau tahap permainan, anak mulai memberi makna terhadap perilaku yang ditiru.
Mulai mengenal bahasa. Mulai mendefinisikan siapa dirinya (identifikasi diri) sebagaimana
definisi yang diberikan oleh significant other.
Significant other merupakan orang yang secara nyata penting bagi seseorang dalam proses
sosialisasi. Bagi anak-anak dalam tahap play stage, orangtua merupakan significant other.
Bahkan, anak-anak tidak dapat memilih siapa significant other-nya!
Ketika ada yang menyapa: “Hi, Agus”, maka anak mengerti: “Oh – aku Agus”. “Hi, Pintar”.
“Oh, aku pintar”.“Bodoh banget kamu”.“Oh, aku bodoh banget”, dan setertusnya. Definisi
diri pada tahap ini sebagaimana yang diberikan oleh significant other.

Tahap 3 Game Stage

• Tahap ini berbeda dari tahap permainan, karena tindakan meniru digantikan dengan
tindakan yang disadari.
• Tidak hanya mengetahui peran yang dijalankannya, tetapi juga peran orang lain dengan
siapa ia berinteraksi.
• Bisakah Anda membedakan antara “bermain bola” dengan “pertandingan sepakbola”?

5
2.6 Agen-agen Sosialisasi
Jacobs dan Fuller (1973), mengidentifikasi empat agen utama sosialisasi, yaitu: (1)keluarga, (2)
kelompok pertemanan, (3) lembaga pendidikan, dan (4) media massa. Para ahlisosiologi
menambahkan juga peran dan pengaruh dari lingkungan kerja.

1. Keluarga sebagai agen/media sosialisasi

Keluarga merupakan satuan sosial yang didasarkan pada hubungan darah


(genealogis),dapat berupa keluarga inti (ayah, ibu, dan atau tanpa anak-anak baik yang
dilahirkanmaupun diadopsi), dan keluarga luas, yaitu keluarga yang terdiri atas lebih dari
satukeluarga inti yang mempunyai hubungan darah baik secara hirarkhi maupun horizontal.

Nilai dan norma yang disosialisasikan di keluarga adalah nilai norma dasar
yangdiperlukan oleh seseorang agar nanti dapat berinteraksi dengan orang-orang
dalammasyarakat yang lebih luas.

Pihak yang terlibat (significant other):


Pada keluarga inti: ayah, ibu saudara kandung, pada keluarga luas: nenek, kakek, paman,bibi,
pada masyarakat menengah perkotaan sejalan dengan meningkatnya partisipasi kerjaperempuan:
baby sitter, pembantu rumah tangga, petugas pada penitipan anak, guru padaplay group, dll.

2. Kelompok pertemanan sebagai agen/media sosialisasi

Dalam lingkungan teman sepermainan lebih banyak sosialisasi yang


berlangsungequaliter, seseorang belajar bersikap dan berperilaku terhadap orang-orang yang
setarakedudukannya, baik tingkat umur maupun pengalaman hidupnya.

Melalui lingkungan teman sepermainan seseorang mempelajari nilai-nilai dan norma-


norma dan interaksinya dengan orang-orang lain yang bukan anggota keluarganya.Disinilah
seseorang belajar mengenai berbagai keterampilan sosial, seperti kerjasama,mengelola konflik,
jiwa sosial, kerelaan untuk berkorban, solidaritas, kemampuan untukmengalah dan keadilan.Di
kalangan remaja kelompok sepermainan dapat berkembangmenjadi kelompok persahabatan
dengan frekuensi dan intensitas interaksi yang lebihmantap. Bagi seorang remaja, kelompok
persahabatan dapat berfungsi sebagai penyaluran berbagai perasaan dan aspirasi, bakat, minat
serta perhatian yang tidak mungkin disalurkan di lingkungan keluarga atau yang lain.

Peran positif kelompok sepermainan/persahabatan:


•Memberikan rasa aman dan rasa yang dianggap penting dalam kelompok yang
berguna bagi pengembangan jiwa
•Menumbuhkan dengan baik kemandirian dan kedewasaan
•Tempat yang baik untuk mencurahkan berbagai perasaaan: kecewa, takut, kawatir,suka ria, dan
sebagainya, termasuk cinta.

6
3. Sistem/lingkungan pendidikan sebagai agen/media sosialisasi
Di lingkungan pendidikan/sekolah anak mempelajari sesuatu yang baru yang
belumdipelajari dalam keluarga maupun kelompok bermain, seperti kemampuan
membaca,menulis, dan berhitung.

Lingkungan sekolah terutama untuk sosialisasi tentang ilmu pengetahuan dan


teknologiserta nilai-nilai kebudayaan yang dipandang luhur dan akan
dipertahankankelangsungannya dalam masyarakat melalui pewarisan (transformasi) budaya
darigenerasi ke generasi berikutnya.

Fungsi sekolah sebagai media sosialisasi antara lain:


• mengenali dan mengembangkan karakteristik diri (bakat, minat dan kemampuan)
• melestarikan kebudayaan
• merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan
pengembangan kemampuan berfikir kritis, analistis, rasional dan objektif
• memperkaya kehidupan dengan cakrawala intelektual serta cita rasa keindahan
• mengembangkan kemampuan menyesuaikan diri dan kemandirian
• membelajarkan tentang hidup sehat, prestasi, universalisme, spesifisitas, dll.

4. Sistem/lingkungan kerja sebagai agen/media sosialisasi

Di lingkungan kerja seseorang juga belajar tentang nilai, norma dan cara hidup.
Tidaklahberlebihan apabila dinyatakan bahwa cara dan prosedur kerja di lingkungan militer
berbeda dengan di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi. Seorang anggota tentaraakan
bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan militer dengan garis komando yangtegas. Dosen atau
guru lebih banyak bersosialisasi dengan iklim kerja yang lebihdemokratis.

5. Peran media massa

Para ilmuwan sosial telah banyak membuktikan bahwa pesan-pesan yang


disampaikanmelalui media massa (televisi, radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku,
dst.)memberikan pengaruh bagi perkembangan diri seseorang, terutama anak-anak.

Beberapa hasil penelian menyatakan bahwa sebagaian besar waktu anak-anak dan remaja
dihabiskan untuk menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melaluiinternet,
seperti yahoo messenger, google talk, friendster, facebook, dll.

Diakui oleh banyak pihak bahwa media massa telah berperan dalam proses homogenisasi,
bahwa akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dankecenderungan
cara hidup yang sama.

7
2.7 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Kepribadian atau personalitas dapat didefinisikan sebagai ciri watak seorang individu
yangkonsisten memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khas.
Kepribadianmerupakan organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis, yang
unsur-unsurnya adalah: pengetahuan, perasaan, dan naluri.

1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan unsur yang mengisi akal-pikiran seseorang yang sadar, merupakanhasil
dari pengalaman inderanya atau reseptor organismanya.Dengan pengetahuan dankemampuan
akalnya manusia menjadi mampu membentuk konsep-konsep, persepsi, ideaatau gagasan-
gagasan.

2. Perasaan
Kecuali pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan,yaitu
keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainyasebagai
positif atau negatif.Perasaan bersifat subjektif dalam diri manusia dan mampumenimbulkan
kehendak-kehendak.
3. Dorongan naluri (drive)
Naluri merupakan perasaan dalam diri individu yang bukan ditimbulkan oleh
pengaruhpengetahuannya, melainkan sudah terkandung dalam organisma atau gennya

2.8. PENGERTIAN KEPRIBADIAN

Kepribadian adalah keseluruhan cara dimana seorang individu berinteraksi dan bereaksi dengan
induvidu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang
ditunjukan oleh seseorang.

1. Kepribadian Menurut Pengertian Sehari-hari

Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan cirri-ciri yang menonjol pada diri individu,
seperti kepada orang yang pendiam dikenakan atribut “berkepribadian pemalu” Kepada orang
supel dikenakan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan
semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.

2. Kepribadian Menurut Psikologi

Berdasarkan penjelasan Gordon llport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai
suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik ) yang merupakan suatu yang dapat berubah.
Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami
perubahan.

2.9 HUBUNGAN KEBUDAYAAN,TEMPAT TINGGAL,DENGAN


PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Kebudayaan dan tempat tinggal yang baik akan menghasilkan kepribadian yang naik. Hal ini
dapat dikatakan demikian karena kebudayaan yang tertanam sejak usia dini pada seseorang
cenderung lebih kuat untuk menangkal masuknya kebudayaan negatif pada seseoran. Tentunya
dibutuhkan peranan orang tua untuk memperkenalkan anak pada ajaran-ajaran agama sejak dini.

Kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepribadian. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai perilaku manusia yang masih mencerminkan kebudayaan mereka masing – masing.

Di dunia ini kebudayaan terbagi atas dua, yaitu budaya barat dan budaya timur. Contohnya
bangsa Indonesia kental dengan adat budaya timur. Ini berlaku juga untuk negara yang berada di
daerah Eropa serta Amerika yang kental akan budaya barat.

Kedua budaya ini berbeda dalam hal tingkah laku. Adat istiadat yang berasal dari budaya timur
masih menjunjung tinggi adab kesopanan dan etika. Berbeda dengan budaya barat yang
menjunjung tinggi kebebasan individu, sehingga bangsa Eropa dan Amerika kurang menjunjung
adab kesopanan. Hanya dalam keadaan formal saja adab kesopanan dan etika itu berlaku.
Terutama dalam hal berpakaian.

Apakah kalian tahu? Bahwa seseorang dapat menilai kepribadian individu hanya berdasarkan
dengan cara berpakaian dan tempat dari individu tersebut. Cara berpakaian merupakan
pencerminan yang paling tepat mengenai kepribadian. Sebagian besar masyarakat di daerah yang
masih terikat dengan adat ketimurannya (istilah lain dari budaya timur) selalu berpakaian sopan
dimana pun mereka berada. Hal ini menunjukkan gambaran kepribadian yang sopan pula.
Berbanding terbalik dengan budaya barat, hampir sebagian besar orang –orang barat
menggunakan pakaian yang kekecilan, memakai rok diatas paha, baju you can see (baju lengan
pendek) dan sebagainya. Orang tersebut menggunakan pakaian yang seperti ini karena
terpengaruh oleh budaya barat yang mereka anut. Memang tak selamanya masyarakat barat yang
berpakaian seperti itu tidak sopan.

Akan tetapi, menurut orang- orang Indonesia yang melihat cara berpakaian orang tersebut akan
berkomentar pasti mereka memiliki perilaku yang tidak baik. Dan pemikiran itu merupakan hasil
dari pengaruh budaya timur yang menjadikan segala perilaku selalu dan pasti akan dikaitkan
dengan kebudayaan yang menjadi latar belakang budaya Indonesia. Begitupun sebaliknya.
Tempat tinggal yang tidak baik akan membentuk kepribadian yang tidak baik juga seperti berada
di lingkungan negatife dan kita akn terkena hal yang negatif.

2.10 PERANAN PROSES SOSIALISASI,KEBUDAYAAN,TEMPAT


TINGGAL,DENGAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Proses pembentukan kepribadian terjadi sejak individu masih kecil dilingkungan keluarga, ketika
menerima pendidikan kepribadian secara internal dari keluarga sebagai orang terdekat individu
tersebut. Disinilah terjadi peranan proses sosialisasi,kebudayaan,dan tempat tinggal secara
internal membentuk kepribadian individu. Sebagaimana orang tua yang telah mengajarkan
pendidikan kepribadian pada individu dari masa kanak – kanak dengan kebiasaan – kebiasaan
yang yang telah diterapkan maupun yang telah dipelajari oleh mereka. Kebiasaan – kebiasaan
yang diterapkan tersebut berdasarkan pada kebudayaan yang mendarah daging pada orang tua
masing – masing. Kebiasaan-kebiasaan ini akan sangat diingat dikarenakan memori anak saat
masa kanak-kanak sangat kuat bahkan ada orang yang menyebut anak kecil adalah perekam yang
sangat baik. Marilah membiasakan kebudayaan dan perilaku baik di hadapan anak kecil.

Beranjak dewasa, individu pun mendapat pengaruh kebudayaan dari luar lingkungan keluarga
yang dapat mengubah kepribadian seseorang. Disinilah terjadi peranan kebudayaan secara
eksternal dalam membentuk kepribadian individu. Lingkungan yang memiliki kebudayaan baik
di luar lingkungan keluarga akan memberi pengaruh baik terhadap karakteristik kepribadian
individu tersebut. Akan tetapi lain halnya dengan lingkungan yang berkebudayaan buruk di luar
lingkungan keluarga juga dapat mengubah karakteristik dari kepribadian individu yang semula
berperilaku baik berubah menjadi berperilaku buruk. Walaupun kembali lagi kepada kepribadian
dan pola pikir individu tersebut, apabila individu itu mendapat lingkungan yang buruk

Disinilah perhatian dan peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk membangun kebudayaan
baik yang akan berpengaruh dalam pembetukan kepribadian yang baik dan tidak lupa besar
pengaruh pendidikan agama yang baik dalam membentuk kebudayaan dan kepribadian yang bak
menurut agama.

BAB III. PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan penulis dalam makalah ini didapatkanlah
kesimpulan, kebudayaan merupakan segala pola sikap dan perilaku sosial yang dilakukan
individu maupun sekelompok masyarakat yang sebagian berdasarkan pengalaman dan
diwariskan secara turun temurun. Kepribadian merupakan pola sikap dan perilaku individu yang
terlihat dalam kehidupan sehari – hari, sebagai cerminan jati diri individu tersebut. Kebudayaan
berperan dalam pembentukan kepribadian secara internal dan eksternal.

Secara internal, kebudayaan berasal dari lingkungan keluarga. Ketika individu masih kecil,
peranan kebudayaan yang tercipta dalam lingkungan keluarga sangatlah besar. Secara eksternal,
kebudayaan yang berasal dari lngkungan sekitar. Baik itu dari lingkungan teman bermain,
lingkungan kerja.

10

Вам также может понравиться