Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
NAMA : OKTALIA SUCI A
NO : 25
KELAS : X.2
SMA N 2 UNGARAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia yang
telah diberikan penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Hubungan Antara Proses
Sosisalisasi, Kebudayaan, Tempat Tinggal, dan Pembentukan Kepribadian “ dengan baik.
Makalah ini membahas hubungan antara proses sosialisasi, kebudayaan, tempat tinggal, dan
pembentukan kepribadian yang membahas hubungan factor-faktor sosiologi dengan
pembentukan kepribadian. Makalah ini diharapkan dapat mambantu dalam menjelaskan
kompetensinya agar kelak mampu memahami dan manerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini pada masa yang akan dating. Akhir kata penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan,
penyusunan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………….. 2
1.4 Manfaat……………………………………………………………………………… 2
BAB II ISI
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………. 10
ii
BAB 1. PENDAHULUAN :
Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya.Naluri manusia
tidak selengkap dan sekuat pada binatang.Untuk mengisi kekosongan dalam kehidupannya
manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang akan
dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya.
Manusia mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga terdapat perbedaan
makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian juga dalam hal hubungan antara laki-
laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam setiap kelompok menghasilkan
bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang berbeda satu dengan lainnya.
1.2 RUMUSAN
Berdasarkan penjabaran dalam latar belakang di atas dapat dirumuskan poin poin masalah yang
akan dibahas, diantaranya yaitu:
1
1.3 TUJUAN
1.5 MANFAAT
Berdasarkan penjabaran dalam latar belakang dan rumusan masalah di atas, manfaat dari
makalah ini adalah,
Generasi muda bangsa Indonesia dapat memulihkan kembali jati diri bangsa Indonesia
melalui pencerminan kepribadian mereka yang baik.
Dapat menambah pengetahuan tentang kepribadian.
Generasi muda bangsa Indonesia dapat memahami peranan kebudayaan yang sangat
besar terhadap pembentukan kepribadian.
2
BAB 2. ISI
Sosialisasi adalah proses belajar individu atau seseorang untuk mengenal kebudayaan
masyarakat dilingkungannya.Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai
peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus
dijalankan oleh individu.
Peter L. Berger:
Sosialisasi adalah proses dalam mana seorang anak belajar menjadi seseorang yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam sosialisasi adalah peran-peran,
sehingga teori sosialisasi adalah teori mengenai peran (role theory).
1. Bagi individu: agar dapat hidup secara wajar dalam kelompo/masyarakatnya, sehingga
tidak aneh dan diterima oleh warga masyarakat lain serta dapat berpartisipasi aktif
sebagai anggota masyarakat
3
2.3 Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga)
dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut
berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi
tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas
dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur
secara formal.
Sosialisasi primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi
pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat
(keluarga).Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum
masuk ke sekolah.Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara
bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab
seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya.Warna kepribadian anak akan
sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota
keluarga terdekatnya.
Sosialisasi sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer
yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu
bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi
suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami
'pencabutan' identitas diri yang lama.
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang
berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan,
seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di
dalam masyarakat.
4
2.5 Tahap-tahap Sosialisasi
George Herbert Mead menjelaskan bahwa diri manusia berkembang secara bertahap
melalui interaksinya dengan anggota masyarfakat yang lain, mulai dari play stage, game
stage, dan generalized other.
Tahap 1: Preparatory
• Dalam tahap ini individu meniru perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya, tetapi
belum mampu memberi makna apapun pada tindakan yang ditiru.
• Merupakan peniruan murni.
Play Stage, atau tahap permainan, anak mulai memberi makna terhadap perilaku yang ditiru.
Mulai mengenal bahasa. Mulai mendefinisikan siapa dirinya (identifikasi diri) sebagaimana
definisi yang diberikan oleh significant other.
Significant other merupakan orang yang secara nyata penting bagi seseorang dalam proses
sosialisasi. Bagi anak-anak dalam tahap play stage, orangtua merupakan significant other.
Bahkan, anak-anak tidak dapat memilih siapa significant other-nya!
Ketika ada yang menyapa: “Hi, Agus”, maka anak mengerti: “Oh – aku Agus”. “Hi, Pintar”.
“Oh, aku pintar”.“Bodoh banget kamu”.“Oh, aku bodoh banget”, dan setertusnya. Definisi
diri pada tahap ini sebagaimana yang diberikan oleh significant other.
• Tahap ini berbeda dari tahap permainan, karena tindakan meniru digantikan dengan
tindakan yang disadari.
• Tidak hanya mengetahui peran yang dijalankannya, tetapi juga peran orang lain dengan
siapa ia berinteraksi.
• Bisakah Anda membedakan antara “bermain bola” dengan “pertandingan sepakbola”?
5
2.6 Agen-agen Sosialisasi
Jacobs dan Fuller (1973), mengidentifikasi empat agen utama sosialisasi, yaitu: (1)keluarga, (2)
kelompok pertemanan, (3) lembaga pendidikan, dan (4) media massa. Para ahlisosiologi
menambahkan juga peran dan pengaruh dari lingkungan kerja.
Nilai dan norma yang disosialisasikan di keluarga adalah nilai norma dasar
yangdiperlukan oleh seseorang agar nanti dapat berinteraksi dengan orang-orang
dalammasyarakat yang lebih luas.
6
3. Sistem/lingkungan pendidikan sebagai agen/media sosialisasi
Di lingkungan pendidikan/sekolah anak mempelajari sesuatu yang baru yang
belumdipelajari dalam keluarga maupun kelompok bermain, seperti kemampuan
membaca,menulis, dan berhitung.
Di lingkungan kerja seseorang juga belajar tentang nilai, norma dan cara hidup.
Tidaklahberlebihan apabila dinyatakan bahwa cara dan prosedur kerja di lingkungan militer
berbeda dengan di lingkungan sekolah atau perguruan tinggi. Seorang anggota tentaraakan
bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan militer dengan garis komando yangtegas. Dosen atau
guru lebih banyak bersosialisasi dengan iklim kerja yang lebihdemokratis.
Beberapa hasil penelian menyatakan bahwa sebagaian besar waktu anak-anak dan remaja
dihabiskan untuk menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melaluiinternet,
seperti yahoo messenger, google talk, friendster, facebook, dll.
Diakui oleh banyak pihak bahwa media massa telah berperan dalam proses homogenisasi,
bahwa akhirnya masyarakat dari berbagai belahan dunia memiliki struktur dankecenderungan
cara hidup yang sama.
7
2.7 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Kepribadian atau personalitas dapat didefinisikan sebagai ciri watak seorang individu
yangkonsisten memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khas.
Kepribadianmerupakan organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis, yang
unsur-unsurnya adalah: pengetahuan, perasaan, dan naluri.
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan unsur yang mengisi akal-pikiran seseorang yang sadar, merupakanhasil
dari pengalaman inderanya atau reseptor organismanya.Dengan pengetahuan dankemampuan
akalnya manusia menjadi mampu membentuk konsep-konsep, persepsi, ideaatau gagasan-
gagasan.
2. Perasaan
Kecuali pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan,yaitu
keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainyasebagai
positif atau negatif.Perasaan bersifat subjektif dalam diri manusia dan mampumenimbulkan
kehendak-kehendak.
3. Dorongan naluri (drive)
Naluri merupakan perasaan dalam diri individu yang bukan ditimbulkan oleh
pengaruhpengetahuannya, melainkan sudah terkandung dalam organisma atau gennya
Kepribadian adalah keseluruhan cara dimana seorang individu berinteraksi dan bereaksi dengan
induvidu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang
ditunjukan oleh seseorang.
Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan cirri-ciri yang menonjol pada diri individu,
seperti kepada orang yang pendiam dikenakan atribut “berkepribadian pemalu” Kepada orang
supel dikenakan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan
semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
Berdasarkan penjelasan Gordon llport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai
suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik ) yang merupakan suatu yang dapat berubah.
Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami
perubahan.
Kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepribadian. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai perilaku manusia yang masih mencerminkan kebudayaan mereka masing – masing.
Di dunia ini kebudayaan terbagi atas dua, yaitu budaya barat dan budaya timur. Contohnya
bangsa Indonesia kental dengan adat budaya timur. Ini berlaku juga untuk negara yang berada di
daerah Eropa serta Amerika yang kental akan budaya barat.
Kedua budaya ini berbeda dalam hal tingkah laku. Adat istiadat yang berasal dari budaya timur
masih menjunjung tinggi adab kesopanan dan etika. Berbeda dengan budaya barat yang
menjunjung tinggi kebebasan individu, sehingga bangsa Eropa dan Amerika kurang menjunjung
adab kesopanan. Hanya dalam keadaan formal saja adab kesopanan dan etika itu berlaku.
Terutama dalam hal berpakaian.
Apakah kalian tahu? Bahwa seseorang dapat menilai kepribadian individu hanya berdasarkan
dengan cara berpakaian dan tempat dari individu tersebut. Cara berpakaian merupakan
pencerminan yang paling tepat mengenai kepribadian. Sebagian besar masyarakat di daerah yang
masih terikat dengan adat ketimurannya (istilah lain dari budaya timur) selalu berpakaian sopan
dimana pun mereka berada. Hal ini menunjukkan gambaran kepribadian yang sopan pula.
Berbanding terbalik dengan budaya barat, hampir sebagian besar orang –orang barat
menggunakan pakaian yang kekecilan, memakai rok diatas paha, baju you can see (baju lengan
pendek) dan sebagainya. Orang tersebut menggunakan pakaian yang seperti ini karena
terpengaruh oleh budaya barat yang mereka anut. Memang tak selamanya masyarakat barat yang
berpakaian seperti itu tidak sopan.
Akan tetapi, menurut orang- orang Indonesia yang melihat cara berpakaian orang tersebut akan
berkomentar pasti mereka memiliki perilaku yang tidak baik. Dan pemikiran itu merupakan hasil
dari pengaruh budaya timur yang menjadikan segala perilaku selalu dan pasti akan dikaitkan
dengan kebudayaan yang menjadi latar belakang budaya Indonesia. Begitupun sebaliknya.
Tempat tinggal yang tidak baik akan membentuk kepribadian yang tidak baik juga seperti berada
di lingkungan negatife dan kita akn terkena hal yang negatif.
Beranjak dewasa, individu pun mendapat pengaruh kebudayaan dari luar lingkungan keluarga
yang dapat mengubah kepribadian seseorang. Disinilah terjadi peranan kebudayaan secara
eksternal dalam membentuk kepribadian individu. Lingkungan yang memiliki kebudayaan baik
di luar lingkungan keluarga akan memberi pengaruh baik terhadap karakteristik kepribadian
individu tersebut. Akan tetapi lain halnya dengan lingkungan yang berkebudayaan buruk di luar
lingkungan keluarga juga dapat mengubah karakteristik dari kepribadian individu yang semula
berperilaku baik berubah menjadi berperilaku buruk. Walaupun kembali lagi kepada kepribadian
dan pola pikir individu tersebut, apabila individu itu mendapat lingkungan yang buruk
Disinilah perhatian dan peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk membangun kebudayaan
baik yang akan berpengaruh dalam pembetukan kepribadian yang baik dan tidak lupa besar
pengaruh pendidikan agama yang baik dalam membentuk kebudayaan dan kepribadian yang bak
menurut agama.
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan penulis dalam makalah ini didapatkanlah
kesimpulan, kebudayaan merupakan segala pola sikap dan perilaku sosial yang dilakukan
individu maupun sekelompok masyarakat yang sebagian berdasarkan pengalaman dan
diwariskan secara turun temurun. Kepribadian merupakan pola sikap dan perilaku individu yang
terlihat dalam kehidupan sehari – hari, sebagai cerminan jati diri individu tersebut. Kebudayaan
berperan dalam pembentukan kepribadian secara internal dan eksternal.
Secara internal, kebudayaan berasal dari lingkungan keluarga. Ketika individu masih kecil,
peranan kebudayaan yang tercipta dalam lingkungan keluarga sangatlah besar. Secara eksternal,
kebudayaan yang berasal dari lngkungan sekitar. Baik itu dari lingkungan teman bermain,
lingkungan kerja.
10