Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Gambar 4. Gambaran umum lokasi pantai yang mengalami erosi di Indonesia menurut
Diposaptono et al. (2001, dengan modifikasi). Garis pantai berwarna hitam tebal
mununjukkan lokasi pantai yang mengalami erosi.
Tabel 2. Lokasi erosi pantai di Indonesia yang dicatat oleh Departemen Pekerjaan
Umum dan diberitakan oleh Media Massa.
1.6.1. Sedimentasi
Proses sedimentasi terjadi di perairan daerah pesisir yang mendapat suplai
muatan sedimen yang tinggi dan memiliki kondisi lingkunganyang relatif terlindung
dari pukulan gelombang atau berenergi rendah, dan dangkal. Secara fisik di lapangan,
keberadaan proses sedimentasi dapat dilihat dari adanya gosong pasir di perairan atau
endapan lumpur yang meluas ke perairan. Dalam jangka panjang, sedimentasi terlihat
dari perubahan kedalaman perairan atau pertambahan daratan ke arah laut atau
pergeseran garis pantai ke arah laut.
Bagi daerah pesisir, terjadinya sedimentasi dapat menguntungkan dan dapat
pula merugikan. Dari sudut pandang pertambahan lahan daratan pesisir yang diperoleh
karena sedimentasi di pantai, maka sedimentasi di perairan pesisir bersifat
menguntungkan. Namun, bila dilihat dari sudut pandang bahwa sedimentasi di perairan
pesisir menyebabkan pendangkalan alur-alur pelayaran, kolam pelabuhan, muara
sungai, dan kanal-kanal di tepi pantai, maka sedimentasi bersifat merugikan. Salah satu
contoh yang paling nyata dari sedimentasi yang menguntungkan karena memberikan
lahan pantai yang luas adalah pertumbuhan Delta Ciujung-Cidurian di Kabupaten
Serang, Propinsi Banten (Setyawan, 2003).
Sedimentasi yang menimbulkan kerugian dapat dijumpai di wilayah pesisir
Cirebon. Hasil pengamatan lapangan pada tahun 2006 menunjukkan sedimentasi di
kawasan itu menyebabkan terjadinya pendangkalan di alur-alur sungai yang berfungsi
sebagai pelabuhan rakyat dan di kolam pelabuhan perikanan di daerah pesisir selatan,
dan kanal-kanal pengendali banjir di daerah Kapetakan pesisir barat. Pendangkalan
pelabuhan dan alur-alur sungai yang berfungsi sebagai pelabuhan menimbulkan
kerugian dalam bentuk timbulnya biaya perawatan alur atau pengerukan alur dan kolam
pelabuhan yang harus dilakukan secara rutin dan biaya pembangunan jetty yang jauh
menjorok ke laut.
Tingginya suplai muatan sedimen merupakan faktor utama penyebab
sedimentasi di perairan pesisir. Sebagaimana kita ketahui bahwa masuknya muatan
sedimen ke perairan pesisir terutama terjadi melalui aliran sungai. Oleh karena itu,
suplai muatan sedimen yang tinggi melalui aliran sungai sangat ditentukan oleh tingkat
erosi lahan yang terjadi dan kondisi tataguna lahan di Daerah Aliran Sungai, dan tingkat
curah hujan. Dengan demikian, sedimentasi di perairan pesisir dapat sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor alam maupun oleh aktifitas manusia.
1.7.Subsiden
Subsiden adalah fenomena tanah yang terjadi karena pemadatan alamiah atau
beban di atasnya. Fenomena ini umum terjadi di daerah daratan pesisir yang terbentuk
melalui proses sedimentasi, baik melalui proses fluviatil maupun marin. Secara
alamiah, proses subsiden terjadi karena pemadatan alamiah dan di daerah-daerah baru
yang terbentuk oleh endapan baru, dan subsiden itu sendiri merupakan salah satu tahap
dari serangkaian proses pembentukan daratan melalui sedimentasi.
Subsiden karena beban terjadi di daerah-daerah rawa yang terbangun menjadi
daerah pemukiman atau perkotaan. Tekanan beban yang terjadi berasal dari berat
berbagai macam bangunan dan prasarana yang dibangun di atasnya. Di Indonesia
banyak kota dan daerah pemukiman yang berkembang di daerah pesisir. Pada awal
perkembangannya, kawasan kota maupun pemukiman berkembang di daerah yang
bukan rawa. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kegiatan sektoral di kota-kota
maupun daerah pemukiman telah membuat kawasan kota-kota maupun pemukiman
berkembang dan berekspansi ke daerah rawa-rawa di sekitarnya. Rawa-rawa ditimbun
dan kemudian berbagai bangunan fisik yang berat di bangun di atasnya, dan berbagai
aktifitas yang dengan beban berat juga terjadi di atasnya.
Pantai ditimbun untuk keperluan pengembangan pelabuhan, kawasan
perdagangan dan industri, pembangunan jalan utama, dan pengembangan pemukiman.
Beban berat yang diletakkan di atas endapan rawa telah menyebabkan terjadinya
subsiden. Dampak negatif yang paling nyata dari subsiden itu adalah bahwa kawasan
pengembangan tersebut mengalami genangan oleh banjir pasang surut. Selain itu,
berbagai bentuk kerusakan juga dapat kita lihat dengan mudah di kawasan yang
mengalami subsiden adalah:
1) Bangunan yang tampak lebih rendah dari pada jalan atau lahan disekitarnya. Dalam
banyak kasus, bangunan menjadi tidak dapat dimanfaatkan (ditinggalkan atau
dibongkar), atau lantainya ditinggikan sehingga langit-langitnya menjadi lebih
rendah daripada ukuran normal suatu bangunan.
2) Jalan-jalan yang dibuat dengan beton cor mengalami keretakan, sedang yang dibuat
dari aspal akan bergelombang
3) Selain kerusakan fisik bangunan dan jalan, dampak lain dari subsiden adalah biaya
untuk meninggikan jalan, pembuatan tanggul-tanggul dan operasional pompa air,
serta perbaikan prasarana kota yang rusak. Studi detil dampak dari subsiden
terhadap Kota Semarang telah dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002).
2. Tsunami
2.1.Pengertian tsunami
Tsunami, kata ini berasal dari Jepang, tsu berarti pelabuhan, nami berarti
gelombang. Tsunami dipergunakan untuk gelombang pasang yang memasuki
pelabuhan. Pada laut lepas misal terjadi gelombang pasang sebesar 8 m tetapi begitu
memasuki daerah pelabuhan yang menyempit tinggi gelombang pasang menjadi 30 m.
Tsunami biasa terjadi jika gempa bumi berada di dasar laut dengan pergerakan vertikal
yang cukup besar. Tsunami juga bisa terjadi jika terjadi letusan gunun gapi di laut atau
terjadi longsoran di laut.
2.2.Penyebab terjadinya tsunami
Tsunami terutama disebabkan oleh gempabumi di dasar laut. Tsunami yang
dipicu akibat tanah longsor di dasar laut, letusan gunungapi dasar laut, atau akibat
jatuhnya meteor jarang terjadi.
a. Gempa bumi
Secara umum gempabumi yang bisa menimbulkan tsunami adalah gempa
bumi tektonik yang terjadi di laut dan mempunayai karakteristik sebagai berikut :
1) Sumber gempabumi berada di laut
2) Kedalaman gempabumi dangkal, yakni kurang dari 60 km
3) Kekuatannya cukup besar, yakni di atas 6,0 SR
4) Tipe patahannya turun (normal fault) atau patahan naik (thrush fault)
Tsunami yang ditimbulkan oleh gempabumi biasanya menimbulkan
gelombang yang cukup besar, tergantung dari kekuatan gempanya dan besarnya area
patahan yang terjadi. Tsunami dapat dihasilkan oleh gangguan apapun yang dengan
cepat memindahkan suatu massa air yang sangat besar, seperti suatu gempabumi,
letusan vulkanik, batu bintang/meteor atau tanah longsor. Bagaimanapun juga,
penyebab yang paling umum terjadi adalah dari gempabumi di bawah permukaan laut.
Gempabumi kecil bisa saja menciptakan tsunami akibat dari adanya longsor di bawah
permukaan laut/lantai samudera yang mampu untuk membangkitkan tsunami
Tsunami dapat terbentuk manakala lantai samudera berubah bentuk secara vertikal dan
memindahkan air yang berada di atasnya. Dengan adanya pergerakan secara vertical
dari kulit bumi, kejadian ini biasa terjadi di daerah pertemuan lempeng yang disebut
subduksi. Gempa bumi di daerah subduksi ini biasanya sangat efektif untuk
menghasilkan gelombang tsunami dimana lempeng samudera slip di bawah lempeng
kontinen, proses ini disebut juga dengan subduksi.
b. Land slide (Tanah Longsor)
Land Slide/tanah longsor dengan volume tanah yang jatuh/turun cukup besar dan
terjadi di dasar Samudera, dapat mengakibatkan timbulnya Tsunami. Biasanya tsunami
yang terjadi tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan tsunami akaibat gempa bumi.
3. Gunung Berapi
Gunung berapi aktif yang berada di tengah laut, ketika meletus akan dapat
menimbulkan tsunami. Tsunami yang terjadi bisa kecil, bisa juga sangat besar,
tergantung dari besar kecilnya letusan gunung api tersebut. Ada banyak gunung api
yang berada ditengah laut di seluruh dunia. Untuk di Indonesia, yang paling terkenal
adalah letusan gunung Krakatau yang terletak di tengah laut sekitar Selat Sunda, yang
terjadi pada tahun 1883. Letusannya sangat dashyat, sehingga menimbulkna tsunami
yang sangat besar dan korban yang banyak, baik jiwa maupun harta benda. Dampak
dari bencana ini juga dirasakan kedashyatannya di negara lain. Tanah longsor di dalam
laut dalam, kadang-kadang dicetuskan oleh gempabumi yang besar seperti halnya
bangunan yang roboh akibat letusan vulkanik, mungkin juga dapat mengganggu kolom
air akibat dari sediment dan batuan yang bergerak di lantai samudera. Jika terjadi
letusan gunungapi dari dalam laut dapat juga menyebabkan tsunami karena kolom air
akan naik akibat dari letusan vulkanik yang cukup besar lalu membentuk suatu
tsunami. Contoh seperti yang terjadi di Gunung Krakatau.Gelombang terbentuk akibat
perpindahan massa air yang bergerak di bawah pengaruh gravitasi untuk mencapai
keseimbangan dan bergerak di lautan, seperti jika kita menjatuhkan batu di tengah
kolam akan terbentuk gelombang melingkar. Sekitar era tahun 1950 an ditemukan
tsunami yang lebih besar dibandingkan sebelumnya percaya atau tidak mungkin ini
disebabkan oleh tanah longsor, bahan peledak, aktifitas vulkanik dan peristiwa lainnya.
Gejala ini dengan cepat memindahkan volume air yang besar sebagai energi dari
material yang terbawa atau melakukan ekspansi energi yang ditransfer ke air sehingga
terjadi gerakan tanah. Tsunami disebabkan oleh mekanisme ini, tidak sama dengan
tsunami di lautan lepas yang disebabkan oleh beberapa gempabumi, biasanya
menghilang dengan cepat dan jarang sekali berpengaruh sampai ke pantai karena area
yang terpengaruh sangat kecil.Peristiwa ini dapat memberi kenaikan pada gelombang
kejut lokal yang bergerak cepat dan lebih besar (solitons), Seperti gerakan tanah yang
terjadi di Teluk Lituya memproduksi suatu gelombang dengan tinggi 50- 150 m dan
mencapai area pegunungan yang jaraknya 524 m. Bagaimanapun juga , suatu tanah
longsor yang besar dapat menghasilkan megatsunami yang mungkin berdampak pada
samudera.
3. Mitigasi
Mitigasi didefinisikan sebagai "Upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak
dari bencana baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari
keduanya dalam suatu negara atau masyarakat."
Ada empat hal penting dalam rnitigasi bencana, yaitu :
a) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana.
b) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam
menghadapi bencana karena bermukim di daerah rawan bencana.
c) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul
d) Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancarnan
bencana.
Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah mitigasi
bencana yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan.
Mitigasi bencana mencakup perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk
mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana
terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang.
Mitigasi berarti mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi
pengaruhpengaruh dari satu bahaya sebelum bencana itu terjadi. Istilah mitigasi
berlaku untuk cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakantindakan
perlindungan yang mungkin diawali dari yang fisik, seperti membuat bangunanyang
lebih kuat sampai dengan prosedural, seperti teknik-teknik yang baku untuk
menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan.
Mitigasi meliputi segala tindakan yang mencegah bahaya, mengurangi
kemungkinan terjadinya bahaya dan mengurangi daya rusak suatu bahaya yang tidak
dapat dihindarkan. Mitigasi adalah dasar managemen situasi darurat.
Untuk mitigasi bahaya tsunami sangat diperlukan ketepatan dalam menilai
kondisi alam yang terancam, merancang dan menerapkan teknik peringatan bahaya dan
mempersiapkan daerah yang terancam untuk mengurangi dampak negatif dari bahaya
tersebut. Ketiga langkah penting tersebut adalah penilaian bahaya (hazard assessment),
peringatan (warning) dan persiapan (preparedness) adalah unsur utama model mitigasi.
Unsur kunci lainnya yang tidak terlibat langsung dalam mitigasi tetapi sangat
mendukung adalah
penelitian yang terkait (tsunami-related research).
BMKG juga memasang alat berupa GPS geodetik dan tide gauge di seluruh
penjuru Indonesia sehingga membentuk jaringan GPS dan tide gauge. GPS geodetik
difungsikan untuk tujuan mitigasi gempa bumi (baca : Cara Melakukan Mitigasi
Gempa Bumi). Sedangkan tide gauge bertujuan untuk mendeteksi pasang surutnya air
laut pasca terjadinya gempa bumi (baca juga : Macam- Macam Gempa Bumi).
Tide gauge memang sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui
perubahan permukaan laut, baik secara mekanik maupun secara otomatis. Alat ini
memiliki komponen pressure, sensor radar dan sensor pelampung. Tide gauge paling
ideal dipasang di dekat titik lempeng di tengah laut yang tenang. Namun pada
kenyataannya, alat ini sering dipasang di zona laut tenang meski tidak dekat dengan
titik lempeng (baca : Pengertian Tektonik Lempeng). Hal itu dikarena mahalnya biaya
pemasangan.
Setidaknya ada sejumlah 40 GPS dan 80 tide gauge yang rencananya akan
dipasang dan dikontrol oleh Bakosurtanal. Kegunaan kedua alat tersebut adalah untuk
mengamati gerakan lempeng bumi. Data arah gerakan lempeng bumi diiperlukan untuk
memprediksi daerah- daerah yang rawan gempa di masa selanjutnya. Data yang
diperoleh akan dikirim secara langsung ke BMKG pusat menggunakan VSAT.
3. Buoy
Buoy adalah sebuah alat yang berfungsi sebagai penanda yang dipasang di laut.
Pada awalnya buoy dipasang untuk aktivitas bongkar muat kapal laut. Namun, alat ini
kemudian juga difungsikan untuk mengamati tsunami yang mungkin terjadi di kawasan
tersebut (baca : Ciri Ciri akan Terjadi Tsunami). Buoy memiliki pemberat yang disebut
sinker. Sinker ini terhubung dengan buoy menggunakan rantai yang panjangnya dua
kali kedalaman laut yang dipasang buoy. Pada umumnya, buoy memiliki warna terang
seperti warna kuning agar mudah dikenali dan tidak tertabrak oleh kapal.
Indonesia melalui BPPT sudahmemasang beberapa buoy di SamuderaHindia.
Pemasangan buoy ini merupakan kerjasama antara Indonesia dan Jerman. Akan tetapi
ada saja buoy yang letaknya berubah akibat terbawa arus laut. Buoy tersebut terbawa
arus laut karena terputusnya rantai atau sinker yang menghubungkan pemberat dengan
buoy. Beberapa buoy yang ada di perairan Indonesia juga merupakan hasil kerjasama
antara Indonesia dengan WaveScan Malaysia, GITEWS Jerman dan DART Buoy
Amerika Serikat.