Вы находитесь на странице: 1из 51

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ............................................................................................. i


DAFTAR TABEL ..................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 12
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 9


2.1 Landasan Teoritis........................................................................ 9
2.1.1 Teori Clean Surplus (Surplus Bersih) ............................. 9
2.1.2 Teori Efisiensi Pasar ........................................................ 12
2.1.3 Model Penilaian Laba Residu .......................................... 13
2.1.4 Biaya Ekuitas .................................................................. 14
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................... 16
2.3 Kerangka Konsepetual ................................................................ 18
2.4 Hipotesis .................................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 22


3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 22
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 22
3.3 Batasan Operasional .................................................................. 22
3.4 Definisi Operasional ................................................................... 23
3.4.1 Variabel Independen ...................................................... 23
3.4.2 Variabel Dependen ......................................................... 24
3.4.3 Variabel Kontrol ............................................................. 27
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 27
3.6 Jenis dan Sumber Data................................................................ 28
3.7 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 28
3.8 Analisis Data ............................................................................... 29
3.8.1 Analisis Statistik ............................................................... 29
3.8.2 Analisis Regresi Berganda Data Panel ............................. 30
3.8.3 Penentuan Model Regresi Menggunakan Uji Hausman ... 31
3.8.4 Penentuan Model Data Panel ............................................ 32
3.8.6 Pengujian Hipotesis .......................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40


LAMPIRAN ............................................................................................... 43

i
DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................... 20


3.1 Daftar Sampel Bank ........................................................ 31

ii
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ..................................................... 22

iii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian ...................... 47

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang cukup

andil dalam berkontribusi terhadap perekonomian suatu negara. Hampir semua

sektor yang berhubungan dengan kegiatan keuangan memanfaatkan bank dalam

kegiatan operasional mereka. Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak

yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana,

diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat agar fungsi intermediasi

dapat berjalan lancar (Febryani & Zulfadin, 2003).

Bank dalam rangka mengembangkan usahanya membutuhkan tambahan

modal yang tidak sedikit. Hal ini dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan

produktivitas perusahaannya. Bank yang semakin tumbuh dan berkembang tentu

membutuhkan modal yang semakin besar untuk mendukung ekspansi maupun

untuk memenuhi ketentuan regulator (Otoritas Jasa Keuangan). Untuk memenuhi

kebutuhan modal tersebut bank dapat bertindak secara internal, yaitu melalui

pemupukan laba ditahan, dengan cara tidak membagikan laba yang diperoleh

sebagai dividen kepada pemegang saham, dan/atau melalui setoran oleh

pemegang saham. Namun pemenuhan modal secara internal ini sangat terbatas,

karena keterbatasan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba maupun

keterbatasan pemegang saham secara individu dalam menyetor modal yang

dibutuhkan. Untuk mengatasi permasalahan ini banyak bank-bank yang

melakukan Initial Public Offering (IPO), atau yang lebih dikenal dengan istilah go

1
2

public, yakni penerbitan saham perdana untuk memenuhi permodalannya melalui

penjualan saham mereka kepada para investor di pasar modal.

Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan

dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

sekuritas (Tandelilin, 2010). Pasar modal merupakan salah satu sumber dana

untuk meningkatkan permodalan bagi perusahaan yang telah go public melalui

penerbitan saham dan menjualnya kepada investor dengan melakukan penawaran

saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan, bagi

investor yang ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan dapat

melakukan investasi dengan membeli saham perusahaan yang dikehendaki

melalui pasar modal.

Pergerakan pasar modal menjadi salah satu indikator penting dari

pergerakan perekonomian suatu negara, di samping itu juga menjadi salah satu

sumber permodalan yang sangat potensial bagi dunia usaha. Dalam pergerakan

pasar modal ini, perdagangan saham merupakan salah satu elemen yang

terpenting. Ketika berinvestasi di pasar modal, ada dua (2) hal yang akan dihadapi

oleh investor, yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko. Unsur risiko

selalu melekat dalam dunia investasi, hal ini diperkuat oleh prinsip “high risk high

return”.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada suatu saham, investor

memerlukan laporan keuangan atas saham perusahaan yang akan menjadi wadah

investasinya. Menurut PSAK No 1 tahun 2013, tujuan laporan keuangan adalah

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan serta arus kas
3

entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan

dalam pembuatan keputusan ekonomi. Selain itu, investor juga seyogyanya

melihat terlebih dahulu apakah biaya yang mereka keluarkan (biaya ekuitas)

sebanding dengan return yang akan mereka terima serta memastikan kesesuaian

harga saham dengan nilai wajarnya sehingga tidak mengalami kerugian

dikemudian hari.

Harga saham merupakan harga saham tunggal dari sejumlah saham yang

diperjualbelikan suatu perusahaan. Harga pasar suatu saham pada umumnya

ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar (Zakir & Khanna,

1982). Pengetahuan mengenai faktor-faktor krusial yang mempengaruhi harga

saham sangat penting diketahui untuk menentukan investasi di pasar modal serta

memprediksi perubahan harga saham yang akan terjadi di masa mendatang.

Untuk memperoleh tambahan dana melalui penjualan saham, maka

perusahaan dalam hal ini bank harus mengeluarkan biaya ekuitas. Biaya ekuitas

atau biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk

memperoleh dana baik yang berasal dari utang, saham preferen, saham biasa, dan

laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Konsep

biaya modal erat kaitannya dengan konsep tingkat keuntungan yang disyaratkan

(required rate of return) yang dapat dilihat dari dua (2) sisi yaitu investor dan

persahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan

tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat risiko dari aset

yang dimiliki. Sedangkan, bagi perusahaan yang menggunakan dana (modal),

besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital) yang
4

harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Secara umum bahwa risiko

perusahaan yang tinggi berakibat tingkat keuntungan yang diminta oleh investor

tinggi dan biaya ekuitas juga tinggi.

Terkait dengan harga saham dan biaya ekuitas, dimana kedua elemen ini

sangat dipengaruhi oleh informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, peneliti

ingin mengkaji lebih dalam mengenai laba abnormal, volatilitas laba dan repricing

gap. Laba abnormal sendiri pada hakikatnya adalah “apakah laba perusahaan lebih

dari cost of capital relative dari suatu perusahaan”, atau dengan kata lain laba

abnormal adalah selisih antara laba yang dicapai perusahaan dalam satu periode

dikurangi dengan laba yang diharapkan investor. Ohlson (1995) membangun

suatu model dengan istilah residual income atau abnormal earnings.

Sementara itu, volatilitas laba berarti seberapa stabil atau tidak stabil laba

dari suatu perusahaan. Naik turunnya laba perusahaan ini disebut dengan

volatilitas laba. Fudenberg dan Tirole (1995) menyatakan bahwa investor

menghindari perusahaan yang memiliki tingkat volatilitas laba yang tinggi karena

memiliki risiko yang besar. Dapat disimpulkan bahwa para investor lebih

menyukai perusahaan dengan tingkat volatilitas laba yang rendah. Suatu

perusahaan yang memiliki fluktuasi laba yang sangat besar adalah suatu investasi

yang berisiko. Volatilitas seperti itu membuat sulit bagi manajemen untuk

melakukan perencanaan ke depan, terutama ketika dana harus dipinjam untuk

investasi jangka panjang, arus kas yang diprediksi untuk membayar utang obligasi

berpeluang tidak terwujud.


5

Disisi lain, repricing gap merupakan metode dasar untuk menghitung

eksposur risiko suku bunga dan dampaknya terhadap bunga bersih (NII) yang

dihitung melalui selisih antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate Sensitive

Liabilities (RSL) yakni tingkat kepekaan aset dan liabilitas dalam satu kelompok

yang ditentukan terhadap perubahan suku bunga. Aset dan liabilitas tersebut

dinilai ulang (repriced or changed) sesuai atau mendekati bunga pasar untuk

kurun waktu tertentu dimasa depan.

Beberapa penelitian terkait harga saham dan laba perusahaan diantaranya

adalah (Ohlson & Feltham, 1995), dalam penelitiannya yang menghasilkan teori

residual income valuation model (RIVM), menunjukkan bahwa pada kondisi

tertentu saham dapat tercermin sebagai rata-rata tertimbang dari nilai buku dan

laba.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Hodder et al. (2006), menyatakan

bahwa volatilitas laba adalah suatu elemen risiko yang meningkatkan return yang

diharapkan dan menurunkan harga saham, ceteris paribus. Mereka juga

menemukan bahwa laba abnormal berpengaruh positif dan konsisten terhadap

harga saham di semua model penelitian mereka.

Sementara itu, Kalama (2013), dalam penelitiannya menemukan bahwa

terdapat hubungan positif dan signifikan antara laba dan harga saham. Penelitian

ini juga menunjukkan bahwa laba dan dividen adalah indikator terkuat dalam

memprediksi harga saham.

Selain itu, menurut De Fond dan Hung (2003), Dichev dan Tang (2006)

serta Clubb dan Wu (2012) menemukan bahwa volatilitas laba yang semakin
6

besar akan menurunkan kualitas laba yang dilaporkan. Hal ini disebabkan laba

yang cenderung berfluktuasi akan menyulitkan pengguna laporan keuangan dalam

memprediksi laba perusahaan di masa depan. Perkiraan laba dapat menjadi bias

dan menjadi tidak akurat pada kondisi laba yang berfluktuasi. Laba yang stabil

adalah hal yang penting bagi suatu bank, karena volatilitas laba yang tinggi pada

satu bank dapat menimbulkan efek domino. Volatilitas laba yang tinggi

menyebabkan kinerja bank menurun dan berdampak pada aspek lain, seperti

meningkatnya risiko likuiditas dan reputasi bank.

Sedangkan untuk penelitian terdahulu terkait dengan biaya ekuitas sebagai

variabel dependen diantaranya adalah model Ohlson (1995) yang menyatakan

bahwa biaya modal (cost of capital) dihitung berdasarkan tingkat diskonto dan

future cash flow. Model Ohlson digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan

dengan mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari laba

abnormal. Lebih lanjut menurut hasil penelitian Botosan (1997), biaya ekuitas

dipengaruhi oleh tingkat disclosure, dan risiko (beta). Botosan (1997) pada

dasarnya memakai model Ohlson untuk mengestimasi biaya modal ekuitas.

Botosan (1997) menghitung ekspektasi biaya modal ekuitas dengan menggunakan

estimasi laba per lembar saham untuk periode empat tahun ke depan (t = 4) dan

memakai data forecast laba per lembar saham yang dipublikasikan oleh value line.

Secara keseluruhan, penelitian terdahulu yang berkaitan dengan faktor-

faktor penentu harga saham dan biaya ekuitas adalah terkait dengan konsep laba

secara umum dan bukan menyangkut laba abnormal maupun volatilitas laba serta

tidak ditemukannya penelitian terkait dengan pengaruh repricing gap terhadap


7

kedua variabel dependen tersebut, mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut

terkait dengan aspek yang lebih khusus yakni mengenai laba abnormal, volatilitas

laba dan repricing gap terhadap harga saham dan biaya ekuitas.

Untuk itu penulis tertarik mengambil judul “Analisis Pengaruh Laba Abnormal,

Volatilitas Laba dan Repricing Gap Terhadap Harga Saham dan Biaya

Ekuitas pada Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah laba abnormal berpengaruh terhadap harga saham dan biaya

ekuitas?

2. Apakah volatilitas laba berpengaruh terhadap harga saham dan biaya

ekuitas?

3. Apakah repricing gap berpengaruh terhadap harga saham dan biaya

ekuitas?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh laba abnormal terhadap harga saham dan

biaya ekuitas.

2. Untuk mengetahui pengaruh volatilitas laba terhadap harga saham dan

biaya ekuitas.
8

3. Untuk mengetahui pengaruh repricing gap terhadap harga saham dan

biaya ekuitas.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dan tercapai setelah

melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan pandangan baru mengenai faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi harga saham dan biaya ekuitas, dalam hal ini terkait

dengan laba abnormal, volatilitas laba, dan repricing gap.

2. Bagi kalangan akademisi, dapat memberikan pengetahuan mengenai

pengaruh laba abnormal, volatilitas laba dan repricing gap terhadap harga

saham dan biaya ekuitas serta sebagai referensi dan bahan masukan bagi

penelitian yang relevan berikutnya.

3. Bagi kalangan praktisi atau investor, penelitian ini dapat dijadikan

pertimbangan bagi investor sebelum melakukan investasi di pasar modal,

terkait dengan analisis fundamental perusahaan yang dapat mempengaruhi

harga saham dan biaya ekuitas sehingga investor tidak salah memilih

saham yang layak untuk dijadikan investasi.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Teori Clean Surplus (surplus bersih)

Asumsi mendasar penilaian harga saham pada hakikatnya ditentukan oleh

kekuatan permintaan dan penawaran terhadap saham tertentu di pasar modal

(Hartono, 2003). Laporan keuangan merupakan alat utama perusahaan

menyampaikan informasi kepada pihak luar perusahaan (FASB, 1978) sehingga

laporan keuangan dikatakan mempunyai kandungan informasi ketika hasil

publikasinya menyebabkan timbulnya reaksi pasar. Watts dan Zimmerman (1986)

menyatakan bahwa angka-angka akuntansi pada laporan keuangan potensial

menyampaikan informasi yang berpengaruh terhadap nilai pasar (market value)

perusahaan. Konsep relevansi nilai berkaitan dengan suatu aspek informasi yang

mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi keputusan investor, kreditor, dan

pemakai laporan keuangan lainnya (Epstein dan Mirza, 2003). Ohlson (1995) dan

Feltham dan Ohlson (1995) menunjukkan perspektif relevansi nilai dengan

menganalisis kegunaan angka angka akuntansi untuk menilai perusahaan.

Teori clean surplus menyediakan suatu kerangka yang konsisten dengan

pengukuran yang menunjukkan bahwa nilai pasar tercermin dalam komponen

laporan keuangan yaitu pada neraca dan laporan laba rugi. Model penilaian

Francis dan Schipper (1999) menghubungkan secara langsung kemampuan

prediksi yang mendasari relevansi nilai dan market value diproksikan sebagai

9
10

harga dan return saham. Scott (2003) menyatakan bahwa penelitian tentang

prediksi harga saham dan laba merupakan pengujian kemampuan pendekatan

clean surplus. Penman (2001) menyatakan bahwa praktik penilaian ekuitas atau

sekuritas tidak terlepas dengan melibatkan peramalan yang lebih terbatas,

memperpendek horizon waktu dan menetapkan suatu model akuntansi kas versus

akrual secara khusus.

Model valuasi teori clean surplus mengasumsikan investor memiliki

keyakinan dan preferensi yang homogen. Asumsi atau persyaratan adanya

hubungan surplus bersih antara ekuitas dan laba. Hubungan surplus bersih berarti

bahwa seluruh perubahan ekuitas selain yang berasal dari transaksi modal, berupa

pembagian dividen atau penambahan modal, berasal dari laba perusahaan.

Berikut adalah perumusan teori valuasi yang dikutip dari Wirama (2008)

menurut Peasnell, 1981;1982.

BVt = BVt-1 + Lt - Dt……………,…………………………(1)

BVt = Nilai buku ekuitas tahun t pada perusahaan amatan,

BVt-1 = Nilai buku ekuitas tahun t-1

Lt = Laba yang memenuhi syarat surplus-bersih tahun t pada

perusahaan amatan

Dt = Dividen tahun t pada perusahaan amatan

Dalam bentuk notasi, perhitungan laba abnormal dapat dinyatakan sebagai

berikut:

LAt = Lt - ((Rf - 1) * BVt-1)……….…………………....…...(2)

LA = Laba abnormal
11

Rf = Tingkat bunga bebas risiko dikurangi 1

Berikutnya penggabungan persamaan (1) dan (2) maka akan diperoleh:

D = LA - BV + (Rf * BVt-1)……………………..…….……(3)

Persamaan ke-3 menunjukkan bahwa dividen dapat dinyatakan

berdasarkan data akuntansi, yaitu laba abnormal dan nilai buku ekuitas. Menurut

teori ekonomi dinyatakan bahwa dalam jangka panjang perusahaan hanya akan

memperoleh laba normal, yaitu laba pada tingkat bunga bebas risiko. Jika dalam

kondisi tertentu seperti halnya resesi ekonomi yaitu tingkat laba suatu industri

menurun sampai di bawah laba normal, maka sebagian perusahaan akan keluar

dari industri sehingga meningkatkan laba perusahaan yang masih bertahan. Hal

tersebut dapat dinyatakan dalam notasi pengukuran nilai perusahaan:

FVt = ∑∞
𝑟=1 (Rf)-r Et(Dt+r)…………………………......…….(4)

Dengan menggunakan sisi kanan persamaan (3) menggantikan notasi D

pada persamaan (4), maka didapat:

FVt = BV + ∑∞
𝑟=1 (Rf)-r Et(AEt+r)…………………………...(5)

Persamaan ke-5 dikenal sebagai teori valuasi menunjukkan nilai

perusahaan adalah sebesar nilai buku ekuitas ditambah nilai sekarang seluruh laba

abnormal yang disebut goodwill. Goodwill dalam teori valuasi memiliki arti yang

berbeda dari istilah teknis dalam akuntansi. Nilai akhir tersebut umumnya

menggunakan asumsi tingkat pertumbuhan yang stabil sampai pada waktu yang

tak terhingga. Teknik ini memiliki kelemahan dengan tidak adanya dasar teori

untuk menentukan nilai akhir sehingga selalu ditetapkan secara ad hoc. Ohlson

(1995) mengatasi masalah penentuan nilai akhir di atas dengan mengasumsikan


12

bahwa laba abnormal memiliki perilaku runtut waktu tertentu sehingga nilai

perusahaan dapat dihitung berdasarkan data akuntansi.

2.1.2 Teori Efisiensi Pasar

Teori Efisiensi Pasar menyatakan bahwa harga saham sepenuhnya

tercermin dari semua informasi yang dapat diakses (Fama, 1970). Efisiensi pasar

adalah suatu asumsi yang sangat penting karena jika pasar efisien, harga

sepenuhnya mencerminkan semua informasi penting yang dapat diakses. Seperti

pengumuman informasi baru, informasi penting akan segera ditunjukkan dalam

harga saham. Kemudian berdasarkan perilaku harga saham, akan mungkin diuji

seberapa penting kejadian ini.

Efisiensi pasar, mengacu pada informasi yang mencerminkan harga dan

sejauh mana harga di pasar bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya terhadap nilai

dari informasi baru yang relevan, seperti perubahan yang tidak diharapkan pada

laba. Efisiensi pasar tidak berasumsi bahwa pasar “maha tahu”. Hanya saja

efisiensi pasar berasumsi bahwa harga dapat diperkirakan. Efisiensi pasar tidak

mutlak bahwa harga adalah efisien atau tidak. Sebaliknya, efisiensi pasar adalah

masalah sejauh mana harga mencerminkan informasi dan seberapa cepat harga

mencapai tingkat keseimbangan baru. Pasar yang sangat efisien terkait dengan

sejumlah laba akuntansi akan bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya ketika

informasi baru terkait laba tersedia (Nichols and Wahlen, 2004).

Fama (1991) mengemukakan bahwa efisiensi dari pasar dapat dijelaskan

dalam tiga (3) bentuk: bentuk lemah, bentuk semi-kuat, dan bentuk kuat. Efisiensi

bentuk lemah terjadi ketika harga hanya mencerminkan informasi pada harga
13

saham masa lalu. Efisiensi bentuk semi-kuat terjadi ketika harga mencerminkan

informasi yang dapat diakses publik seperti pengumuman pembayaran dividen

dan perkiraan laba. Efisiensi bentuk kuat terjadi ketika harga pasar tidak hanya

diatur dibawah pengaruh harga masa lalu dan informasi publik tetapi juga

dibawah pengaruh informasi pribadi dan rahasia, yang hanya dapat diakses oleh

beberapa investor.

Jika efisiensi pasar dijelaskan dalam bentuk lemah, analisis dari data

historis akan tidak memungkinkan bagi investor untuk menerima return

abnormal. Jika efisiensi pasar dijelaskan dalam bentuk semi-kuat, analisis data

historis, juga secara umum informasi yang dapat diakses tidak akan membantu

investor untuk memperoleh keuntungan tambahan. Dan akhirnya, jika efisiensi

pasar dijelaskan dalam bentuk kuat, pengetahuan tentang data rahasia tidak akan

memberikan return abnormal (Fama, 1991).

Tingkat efisiensi pasar dapat diukur dari seberapa besar perubahan rata–

rata aktivitas volume perdangangan, perubahan harga saham dan perubahan

indeks harga saham gabungan yang diakibatkan oleh suatu peristiwa.

2.1.3 Model Penilaian Laba Residu

Model laba residu (Ohlson, 1995) berupaya untuk menyesuaikan perkiraan

laba masa depan perusahaan, untuk menutupi biaya ekuitas dan menetapkan nilai

perusahaan yang lebih akurat. Meskipun imbal hasil yang diberikan kepada para

pemegang saham bukan merupakan persyaratan yang sah menurut hukum seperti

imbal hasil pada pemegang obligasi, untuk menarik investor perusahaan harus

memberikan kompensasi kepada mereka atas risiko investasi yang mereka terima.
14

Untuk menghitung laba residual/laba abnormal, kuncinya adalah

menentukan biaya ekuitas. Biaya ekuitas secara sederhana adalah total penyertaan

ekuitas dikalikan dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan atas ekuitas

tersebut, dapat dihitung menggunakan capital asset pricing model (CAPM).

2.1.4 Biaya Ekuitas

Biaya Ekuitas Modigliani dan Miller (1958), menyatakan bahwa biaya

modal merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk

membiayai sumber pendanaan (source of financing). Biaya modal dihitung

berdasarkan tiga (3) hal, yaitu capital structure (pembobotan komponen modal),

cost of debt (biaya hutang) dan cost of equity capital (biaya modal ekuitas).

Menghitung biaya hutang relatif lebih mudah daripada menghitung biaya modal

ekuitas. Ini dikarenakan tidak banyak perdebatan dalam metodologi

penghitunganya dan bunga dalam hutang yang harus dibayarkan umumnya sudah

tertuang di dalam kontrak (Ionici et al, 2011). Sedangkan dalam menghitung biaya

modal ekuitas kesulitan timbul karena masih banyaknya perdebatan yang timbul

dalam metode penghitunganya. Wiwik (2005) berpendapat bahwa dalam

menghitung biaya modal ekuitas dipengaruhi oleh model penilaian yang

digunakan oleh perusahaan. Beberapa model penilaian tersebut adalah:

1. Model pertumbuhan konstan (constant growth valuation model).

Didasarkan pada pemikiran bahwa nilai saham adalah nilai sekarang

(present value) dari semua dividen yang diterima di masa depan dengan asumsi

tingkat pertumbuhan yang konstan.


15

2.Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Berdasarkan model ini, biaya ekuitas merupakan tingkat pengembalian

yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi risiko. Risiko yang dimaksud

adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi dan diukur dengan beta.

2. Model Ohlson.

Model ini pakai untuk memperkirakan nilai perusahaan yang didasarkan

pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai sekarang dari laba abnormal.

Brigham (1983) menyatakan bahwa setiap komponen ekuitas memerlukan biaya

yang didefinisikan sebagai komponen biaya sesuai jenis modal atau ekuitas.

Komponen penting dalam ekuitas adalah preferred stock dan common equity,

dimana dua komponen ini biaya ekuitasnya berupa dividen (preferred dividend

dan common dividend). Dengan demikian biaya modal ekuitas (dalam hal ini cost

of equity capital) adalah jumlah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada

para pemegang saham. Berbeda dengan Brigham, Ohlson (1995) menyediakan

sebuah model yang menghubungkan nilai ekuitas perusahaan dengan book value

dan market value-nya. Dechow et al. (1999) menyebutkan bahwa model Ohlson

secara signifikan meningkatkan implikasi pada penelitian dalam bidang akuntansi

finansial. Sejalan dengan ini, Atyeh dan Al Rashed (2015) menyatakan bahwa

model Ohlson mampu memberikan pandangan yang jelas mengenai situasi

finansial perusahaan berdasakan struktur modal dan performanya di pasar modal.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Crae dan Nilsson (2001) serta Choi et

al. (2001) di Swedia dan Amerika Serikat mendapatkan bukti bahwa model

Ohlson merupakan model yang efisien dan dapat diterapkan.


16

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Rangkuman Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti
Judul Variabel Hasil
No dan Tahun
Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
1 Leslie D. Risk-Relevance Net income,
Dengan menggunakan mo-
Hodder, of Fair-Value Comprehensi
del residual income Ohlson,
Patrick E. Income ve Income,
ditemukan bahwa volatilitas
Hopkins, dan Measures for Full Fair
laba adalah suatu elemen
James M. Commercial Value Income
risiko yang meningkatkan
Wahlen (2006) Banks (FFV), BE,
return yang diharapkan dan
AE, GAP,
menurunkan harga saham,
EXP, Market
ceteris paribus. Mereka juga
Risk, dan
menemukan bahwa laba
Share Price
abnormal berpengaruh
positif dan konsisten di
semua model penelitian
mereka. Selain itu variabel
seperti DPS lebih signifikan
dibandingkan dengan EPS
dan variabel lain seperti P/E
dan POR tidak signifikan
terhadap harga saham.
2 Arthur Dongo The Earnings Dalam penelitiannya, ia
Apat (2012) Relationship Volatility dan menggunakan analisis
Between Dividen Pay- regresi linear berganda, dan
Earnings Out mendapatkan hasil bahwa
Volatility and terdapat hubungan negatif
Dividend Pay- dan signifikan antara laba
Out of Firms dan pembayaran dividen.
Quoted at The Penelitian ini juga
Nairobi menemukan bahwa
Securities volatilitas laba dan tingkat
Exchange pertumbuhan laba
merupakan faktor terkuat
yang mempengaruhi
pembayaran dividen.
17

Nama Peneliti
Judul Variabel Hasil
No dan Tahun
Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
3 Daye Jacob The Earnings dan Melalui metode regresi line-
Kalama (2009) Relationship Share Price ar berganda dapat diambil
Between kesimpulan bahwa terdapat
Earnings and hubungan positif dan signi-
Share fikan antara laba dan harga
Prices of saham. Penelitian ini juga
Firms Listed at menunjukkan bahwa laba
The Nairobi dan dividen adalah indikator
Securities terkuat dalam memprediksi
Exchange harga saham. Selain itu juga
menemukan variabel-varia-
bel lain yang mempengaruhi
harga saham seperti DPS
dan PBV untuk variabel
yang signifikan serta P/E
dan POR untuk variabel
yang tidak signifikan.
4 Sarah Yuliarini Prediksi Harga Laba Melalui model regresi linear
(2010) Saham Abnormal, berganda, hasil pengujian
Menggunakan Variabel lain empiris menunjukkan bahwa
Model Valuasi (nonakuntans model Ohlson (1995) meng-
Teori Surplus i), Nilai Buku hasilkan nilai yang beraso-
Bersih Ekuitas, dan siasi dengan harga pasar.
Berdasarkan Nilai Meskipun hasil valuasi
Pendekatan Perusahaan tersebut masih berbeda dari
Ohlson harga pasar, adanya korelasi
positif mengindikasikan
model Ohlson masih dapat
diterapkan dan dapat
dikembangkan lebih akurat.
5 James A. Earnings, Earnings, Dalam penelitiannya, ia
Ohlson (1995) Book Values, Book Values, menyatakan bahwa harga
and Dividens dan Dividen sekuritas ditentukan oleh
in Equity nilai buku dan discounted
Valuation future abnormal earnings.
Sumber : Data berbagai hasil penelitian yang diolah penulis
18

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan tujuan penelitian, landasan teori, dan beberapa penelitian

terdahulu yang telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dan

biaya ekuitas terkait dengan laba abnormal, volatilitas laba, dan repricing gap.

Maka dibuat model penelitian sebagai berikut:

Laba Abnormal

Harga Saham

Volatilitas Laba

Biaya Ekuitas

Repricing Gap

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Hodder et al. merumuskan laba abnormal sebagai laba per lembar saham

periode saat ini dikurangi tingkat bunga bebas risiko dari imbal hasil pada awal

tahun dikalikan dengan nilai buku per lembar saham pada awal tahun. Dan dari

beberapa sumber yang penulis telusuri bahwa laba abnormal memiliki satu konsep

penting, yakni apakah laba periode saat ini mampu menutupi biaya modal yang

harus dikeluarkan perusahaan kepada investor.

Sedangkan untuk volatilitas laba, penulis menggunakan model yang

dikemukakan oleh Haan dan Poghosyan (2012) yang menggunakan standar

deviasi dari Return On Asset (ROA) untuk menghitung volatilitas laba bank

selama periode tertentu. Dari hasil penelitian mereka juga membuktikan jika bank
19

dengan ukuran aset yang besar memiliki volatilitas laba yang lebih rendah

dibandingkan dengan bank dengan ukuran aset yang kecil. Menurut De Fond dan

Hung (2003), Dichev dan Tang (2006), volatilitas laba yang semakin besar akan

menurunkan kualitas laba yang dilaporkan. Laba yang stabil adalah hal yang

penting bagi bank, karena volatilitas laba yang tinggi pada suatu bank dapat

menimbulkan efek domino, dimana volatilitas laba yang tinggi menyebabkan

kinerja bank menurun dan berdampak pada aspek lain, seperti meningkatnya

risiko likuiditas dan reputasi bank. Oleh karena itu, manajer di sektor perbankan

dan regulator memiliki kepentingan untuk menjaga volatilitas laba minimum pada

bank (Farook et al., 2014).

Volatilitas laba adalah pergerakan naik turunnya laba yang diperoleh

perusahaan pada periode tertentu. Menurut Khurniaji dan Raharja (2013) bahwa

volatilitas laba merupakan suatu alat untuk mengukur kestabilan laba yang

diperoleh perusahaan. Jadi, ketika tingkat volatilitas laba perusahaan naik maka

investor akan dengan cepat menjual saham perusahaan. Namun, ketika tingkat

volatilitas laba perusahaan menurun maka para calon investor akan dengan cepat

membeli saham perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya keraguan investor

terhadap kinerja manajer perusahaan. Respon investor tersebut juga diutarakan

oleh Petrovich Et. Al (2006), dimana investor akan memperhatikan kondisi

fluktuasi laba pada perusahaan dan respon mereka akan cepat ketika laba pada

suatu perusahaan naik dengan cepat. Begitu juga sebaliknya, respon mereka juga

akan cepat ketika laba perusahaan turun dengan cepat. Jadi, volatilitas laba
20

merupakan proyeksi akan risiko laba yang akan diterima oleh para investor di

periode yang mendatang, maka investor harus cepat dalam menyikapinya.

Dan jika kedua variabel ini dikaitkan dengan harga saham, maka dapat

disimpulkan; Hodder et al., (2006), dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa

volatilitas laba adalah suatu elemen risiko yang meningkatkan imbal hasil yang

diharapkan dan menurunkan harga saham. Mereka juga menemukan adanya

pengaruh positif antara laba abnormal dan harga saham di semua model penelitian

yang mereka lakukan.

Sementara itu, repicing gap adalah metode dasar untuk menghitung

eksposur risiko suku bunga dan dampaknya terhadap bunga bersih (NII) yang

dihitung melalui selisih antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate Sensitive

Liabilities (RSL) yakni tingkat kepekaan aset dan liabilitas dalam satu kelompok

(bucket) yang ditentukan terhadap perubahan suku bunga. Hal ini tentunya

menggambarkan kinerja perusahaan dalam mengatasi fluktuasi tingkat suku bunga

dalam pengaruhnya terhadap aset dan liabilitas mereka. Gap yang positif

mengindikasikan bahwa peningkatan suku bunga pasar akan meningkatkan NII.

Sebaliknya, gap yang positif berarti bahwa NII menurun sebagai akibat dari

peningkatan suku bunga pasar.

Secara keseluruhan penelitian ini berusaha untuk mengkaji pengaruh laba

abnormal, volatilitas laba dan repricing gap terhadap harga saham dan biaya

ekuitas, dimana repricing gap ini merupakan variabel yang jarang ditemukan

terkait pengaruhnya dalam harga saham dan biaya ekuitas.


21

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang sebelumnya

telah dipaparkan, maka penulis menarik hipotesis berupa:

H1 : Laba abnormal berpengaruh positif terhadap harga saham dan biaya

ekuitas

H2 : Volatilitas laba berpengaruh negatif terhadap harga saham dan biaya

ekuitas

H3 : Repricing gap berpengaruh negatif terhadap harga saham dan biaya

ekuitas
22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode

penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu

keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan

variabel-variabel yang dapat dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-

kata. Sedangkan pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang analisisnya lebih

berfokus pada angka-angka yang diolah dengan menggunakan metode statistika.

Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam hal ini adalah penelitian

yang berusaha untuk menggambarkan suatu keadaan atau objek yang diteliti

dalam bentuk angka-angka yang dapat diinterpretasikan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Indonesia, dengan mengambil objek penelitian

berupa 20 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sesuai

dengan kriteria tertentu. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dimulai dari tahun 2008 s.d. 2017

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

22
23

1. Penelitian ini menggunakan tiga (3) variabel independen yaitu: laba

abnormal, volatilitas laba, dan repricing gap, serta dua variabel dependen

yaitu: harga saham dan biaya ekuitas.

2. Penelitian ini menjadikan perbankan sebagai objek penelitian.

3. Penelitian ini menggunakan data historis saham yang diperoleh dari

(http://www.yahoo.finance.com) serta data-data laporan keuangan lainnya

dari FactBook tahunan Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, dan

Otoritas Jasa Keuangan periode 2008 s.d. 2017.

3.4 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan

dalam penelitian ini dalah sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Dependen

1. Harga Saham

Harga Saham adalah harga saham pada akhir tahun (31 Desember) dari

masing masing bank yang diperoleh dari Yahoo Finance. Harga pasar suatu saham

pada umumnya ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar

(Zakir & Khanna, 1982). Pengetahuan mengenai faktor-faktor efektif yang

mempengaruhi harga saham sangat penting diketahui untuk menentukan investasi

di pasar modal dan untuk dapat memprediksi perubahan harga saham yang akan

terjadi di masa mendatang.


24

2. Biaya Ekuitas

Perhitungan cost of equity dalam penelitian ini menggunakan model

residual income menurut Ohlson yang mengacu pada penelitian Ifonie (2012),

diukur dengan menggunakan rumus :

CoE = (BVSt + EPSt+1 – Pt) / Pt

Dimana:

CoE = Biaya Ekuitas

BVSt = Nilai buku per lembar saham pada tanggal publikasi laporan

keuangan

EPSt+1 = Laba per lembar saham periode t+1

Pt = Harga saham penutupan pada tanggal publikasi laporan keuangan

3.4.2 Variabel Independen

1. Laba Abnormal

Laba abnormal adalah selisih antara laba yang dicapai bank dalam satu

periode dikurangi dengan laba yang diharapkan investor atas investasi pada saham

bank tersebut. Laba abnormal dihitung sebagai laba per lembar saham dikurangi

dengan tingkat suku bunga bebas risiko dikalikan nilai buku ekuitas per lembar

saham pada suatu periode. Ohlson (1995) membangun suatu model dengan istilah

residual income atau abnormal earnings. Laba abnormal dapat digunakan untuk

mewakili marketing capability (Feltham & Ohlson, 1995).

Secara matematis, laba abnormal ditentukan melalui perhitungan:

AE = EPS – (Rf – 1) * BVSt-1


25

Dimana:

EPS = Earning per share atau laba per lembar saham

Rf = Risk free rate atau tingkat investasi bebas risiko, menggunakan BI 7 day

repo rate

BVS = Book value per share atau nilai buku per lembar saham

2. Volatilitas Laba

Volatilitas laba dihitung menggunakan standar deviasi dari Return on

Assets (ROA), yakni melalui rumus:

1 1
VL = ( ∑𝑡−𝑇
𝑡=1 (ROAi,t - 𝑇+1 ∑𝑡−𝑇
𝑡=1 ROAi,t ))2
𝑇+1

Menurut De Fond dan Hung (2003), Dichev dan Tang (2006) serta Clubb

dan Wu (2012) volatilitas laba yang semakin besar akan menurunkan kualitas laba

yang dilaporkan. Hal ini disebabkan laba yang cenderung berfluktuasi akan

menyulitkan pengguna laporan keuangan dalam memprediksi laba perusahaan di

masa depan. Perkiraan laba dapat menjadi bias dan menjadi tidak akurat pada

kondisi laba yang berfluktuasi. Laba yang stabil adalah hal yang penting bagi

suatu bank, karena volatilitas laba yang tinggi pada satu bank dapat menimbulkan

efek domino. Volatilitas laba yang tinggi menyebabkan kinerja bank menurun dan

berdampak pada aspek lain, seperti meningkatnya risiko likuiditas dan reputasi

bank.
26

3. Repricing Gap

Repricing gap adalah selisih antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate

Sensitive Liabilities (RSL) yakni tingkat kepekaan aset dan liabilitas perbankan

dalam satu kelompok yang ditentukan terhadap perubahan suku bunga. Hal ini

tentunya menggambarkan kinerja perusahaan dalam mengatasi fluktuasi tingkat

suku bunga dalam pengaruhnya terhadap aset dan liabilitas mereka. Menurut

tingkat kepekaannya, aset/liabilitas dibagi menjadi dua jenis, yaitu rate sensitive

assets-liablities dan fixed rate assets-liablities (Antonio, 2001:180). Aset yang

digolongkan sebagai rate sensitive assets (RSA) adalah semua aset, termasuk aset

dengan bunga tetap (fixed rate), yang mempunyai jatuh tempo kurang dari satu (1)

tahun (jangka pendek) atau aset dengan bunga mengambang (floating rate) yang

harus diperbaharui setiap satu (1) bulan, tiga (3) bulan, enam (6) bulan, dan

maksimal satu (1) tahun. Liabilitas yang digolongkan rate sensitive liablities

(RSL) adalah semua liabilitas, termasuk liabilitas dengan bunga tetap (fixed rate

liabilities), yang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari satu (1) tahun, atau

pinjaman dengan bunga mengambang yang harus diperbaharui setiap satu (1)

bulan, tiga (3) bulan, atau enam (6) bulan, atau tidak lebih dari enam (6) tahun.

Formulasi umum tentang manajemen gap yaitu :

Posisi Gap = RSA – RSL (Riyadi, 2006)

𝑅𝑆𝐴−𝑅𝑆𝐿
Rasio Gap = (Hanafi, 2009)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
27

Perhitungan repricing gap dapat dituliskan sebagai berikut:

GAP = RSA – RSL

Dimana:

RSA = Rate Sensitive Assets atau rasio sensitivitas aset

RSL = Rate Sensitive Liabilities atau rasio sensitivitas liabilitas

3.4.3 Variabel Kontrol

Beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa ukuran bank (bank size)

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap biaya ekuitas. Dengan demikian,

variabel ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel kontrol dalam penelitian

ini. Variabel kontrol adalah variabel yang turut serta mempengaruhi variabel

dependen. Dalam menghitung ukuran bank digunakan proksi nilai kapitalisasi

pasar. Ukuran perusahaan yang diukur dengan nilai kapitalisasi pasar yang

mengacu pada penelitian Purwanto (2013), yang dirumuskan dengan: jumlah

lembar saham yang beredar dikalikan dengan harga saham penutupan.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek maupun

subjek yang mempunya kuantitas dan karakteristik tertentu yang sebelumnya telah

ditetapkan oleh peneliti untuk kemudian dikaji dan ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah 45


28

perusahaan perbankan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2008 s.d. 2017.

Sampel adalah sebahagian dari jumlah keseluruhan dan karakteristik yang

dimilik oleh populasi. Sampel harus mampu menjelaskan populasi. Oleh karena

itu, sampel yang dipilih harus benar-benar representatif (Sugiyono, 2013). Teknik

pengambilan sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah melalui

purposive sampling, yaitu memilih sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai

dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan peneliti sebelumnya.

Adapun yang menjadi kriteria penentuan dipilhnya populasi menjadi

sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang go public pada 31 Desember 2008 atau

sebelumnya.

2. Ketersediaan data laporan keuangan dan harga saham pada

(https://www.idx.co.id/) dan (http://www.yahoo.finance.com) selama

periode penelitian yakni dimulai pada 31 Desember 2008 s.d. 31

Desember 2017.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, penulis menetapkan sampel

penelitian berupa 20 perusahaan perbankan yang terdiri dari sebagai berikut:


29

Tabel 3.1
Daftar Sampel Bank

No. Kode Bank Nama Bank


1. AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga
2. BACA Bank Capital Indonesia
3. BBCA Bank Central Asia
4. BBKP Bank Bukopin
5. BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)
6. BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero)
7. BDMN Bank Danamon Indonesia
8. BMRI Bank Mandiri (Persero)
9. BNBA Bank Bumi Arta
10. BNGA Bank CIMB Niaga
11. BNII Bank Maybank Indonesia
12. BNLI Bank Permata
13. BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional
14. BVIC Bank Victoria Internasional
15. INPC Bank Artha Graha Internasional
16. MAYA Bank Mayapada Internasional
17. MCOR Bank China Construction Bank Indonesia
18. MEGA Bank Mega
19. NISP Bank OCBC NISP
20. PNBN Bank Pan Indonesia

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

menggunakan data-data yang telah ada, selanjutnya dilakukan proses analisa dan

interpretasi terhadap data-data tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Sumber

data dalam penelitian ini adalah dari website resmi Bursa Efek Indonesia

(https://www.idx.co.id/) dan (http://www.yahoo.finance.com). Data yang

digunakan adalah data tahunan dari masing-masing variabel sesuai dengan waktu

penelitian.
30

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006:158), Dokumentasi adalah mencari dan

mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda, dan sebagainya. Di dalam

melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis

maupun elektronik seperti laporan keuangan perusahaan serta dokumen lain

dalam perusahaan yang relevan dengan kepentingan penelitian. Dimana dalam

penelitian ini penulis menggunakan laporan keuangan masing masing bank

yang diunduh melalui website tertentu.

2. Studi Pustaka

Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah

seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah

melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik

penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber

kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian;

(tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran

dll). (Nazir, 1998: 112). Dalam hal ini, penulis menggunakan berbagai buku,

jurnal, skripsi, maupun tesis yang relevan dengan penelitian ini.


31

3.8 Analisis Data

3.8.1 Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan Microsoft Office Excel 2013 dan Eviews 10.

Pengolahan perhitungan nilai masing-masing variabel akan diolah menggunakan

Microsoft Excel 2013, sedangkan pengolahan data untuk menguji hipotesis dan

mencapai tujuan penelitian menggunakan program statistik Eviews 10.

3.8.2 Analisis Regresi Berganda Data Panel

Penelitian ini menggunakan analisis data panel dimana data panel

merupakan kombinasi antar data time series dan data cross section. Data cross

section adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap banyak

individu, sedangkan time series data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

terhadap suatu individu. Analisis regresi data panel adalah alat analisis regresi

dimana data dikumpulkan secara individu (cross section) dan diikuti pada waktu

tertentu (time series). Persamaan data panel dapat dituliskan sebagai berikut:

Yit = α + β1X1it + β2X2it + … + βnXnit + eit

Dimana:

Yit = Variabel dependen

Xit = Variabel independen

t = Periode ke-t

i = Entitas ke-i
32

α = Konstanta

e = Error term atau variabel diluar model

Oleh karena terdapat dua (2) variabel dependen pada penelitian ini, maka terdapat

dua (2) model regresi yang digunakan dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:

Y1it = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + Cit + µit (1)

Y2it = α + β1X1it + β2X2it + β3X3it + Cit + µit (2)

Dimana:

Y1it = Harga Saham X2 = Volatilitas Laba

Y2it = Biaya Ekuitas X3 = Repricing gap

α = Konstanta Cit = Variabel kontrol

β1, β2, β3 = Koefisien regresi µit = Error term

X1 = Laba Abnormal

3.8.3 Penentuan model regresi menggunakan Uji Hausman

Uji Hausman adalah pengujian statistik untuk memilih apakah fixed effect

model atau random effect model yang paling tepat digunakan. Uji Hausman

didapatkan melalui command Eviews yang terdapat pada direktori panel

(Winarno, 2009). Statistik uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi

Square dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k adalah jumlah variabel

independen. Pengambilan keputusan dilakukan jika:


33

1. Nilai chi squares hitung > chi squares tabel atau nilai probabilitas chi

squares < taraf signifikansi, maka tolak H0 atau memilih fixed effect

dibanding random effect.

2. Nilai chi squares < chi squares tabel atau nilai probabilitas chi squares <

taraf signifikansi, maka terima H0 atau memilih random effect disbanding

fixed effect.

3.8.4 Penentuan Model Data Panel

Menurut Ajija (2011), data panel atau pooled data merupakan kombinasi

dari data time series dan cross-section. Dengan mengakomodasi informasi baik

yang terkait dengan variabel-variabel cross-section maupun time series., data

panel secara substansial mampu menurunkan masalah omitted-variables, model

yang mengabaikan variabel yang relevan. Estimasi model regresi data panel

bertujuan untuk memprediksi parameter model regresi yaitu nilai intersep atau

konstanta (α) dan slope yang berbeda pada setiap perusahaan dan setiap periode

waktu. Menurut Widarjono (2007:251), untuk mengestimasi parameter model

dengan data panel, terdapat tiga teknik yang ditawarkan yaitu:

1. Pooled Least Square atau Common Effect

Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana untuk mengestimasi

parameter model data panel, yaitu dengan mengombinasikan data cross section

dan time series sebagai satu kesatuan tanpa melihat adanya perbedaan waktu dan

individu. Pendekatan yang dipakai pada model ini adalah metode Ordinary Least
34

Square (OLS). Rumus estimasi dengan menggunakan common effect adalah

sebagai berikut: (Silalahi, 2014).

Yit = α + βj X jit + εit

Dimana:

Yit : Variabel dependen individu ke-i pada waktu ke-i

X jit : Variabel independen ke-j individu ke-i pada waktu ke-t

i : Unit cross-section sebanyak n

j : Unit time series sebanyak t

εit : Komponen error individu ke-i pada waktu ke-t

α : Intersep

βj : Parameter untuk variabel ke-j

2. Metode Efek Tetap (Fixed Effect)

Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan

model memungkinkan adanya intersep yang tidak konstan. Atau dengan kata lain,

intersep ini mungkin berubah untuk setiap individu dan waktu. Pemikiran inilah

yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model tersebut.

Model ini digunakan untuk mengatasi kelemahan dari analisis data panel

yang menggunakan metode common effect, penggunaan data panel common effect

tidak realistis karena akan menghasilkan intersep ataupun slope pada data panel
35

yang tidak berubah baik antar individu (cross section) maupun antar waktu (time

series). Model ini juga untuk mengestimasi data panel dengan menambahkan

variabel dummy. Persamaan model ini adalah sebagai berikut: (Mahulete, 2016).

Yit = α + βjXjit + ∑ni=2 αi Di + εit

Dimana:

Yit : Variabel dependen individu ke-i pada waktu ke-i

𝑋jit : Variabel independen ke-j individu ke-i pada waktu ke-t

𝐷i : Dummy variabel

𝜀it : Komponen error individu ke-i pada waktu ke-t

α : Intersep

𝛽j : Parameter untuk variabel ke-j (Silalahi, 2014)

3. Metode Efek Random (Random Effect)

Bila pada model efek tetap, perbedaan antarindividu dan atau waktu

dicerminkan lewat intersep, maka pada model random effect, perbedaan tersebut

diakomodasi lewat eror. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa eror mungkin

berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Mengingat terdapat dua

komponen yang mempunyai kontribusi pada pembentukan eror; (individu dan

waktu), maka pada metode ini perlu diuraikan menjadi eror dari komponen

individu, waktu, dan eror gabungan. Rumus estimasi model ini sebagai berikut:

(Mauhelete, 2016).

𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽𝑗𝑋𝑖𝑡𝑗 + 𝜀𝑖𝑡 ; 𝜀𝑖𝑡 = 𝑢𝑖 + 𝑉𝑡 + 𝑊𝑖𝑡


36

Dimana:

𝑢i : Komponen error cross-section

𝑉t : Komponen time series

Wit : Komponen error gabungan. (Silalahi, 2014).

Dalam teknisnya akan lebih relevan jika dari awal peneliti mengabaikan

model common effect karena data penelitian yang bersifat panel memiliki

perbedaan karakteristik individu maupun waktu. Sedangkan model common effect

hanya mengombinasikan data cross section dan time series sebagai satu kesatuan

tanpa melihat adanya perbedaan waktu maupun individu.

3.8.5 Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t yaitu untuk menguji hubungan regresi secara parsial, dalam uji t

statistik pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh suatu variabel

penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen

dengan menggunakan eviews. Uji t menguji apakah suatu hipotesis diterima atau

ditolak, dimana untuk kekuatan pada uji t adalah sebagai berikut: (Mahulete,

2016).

Ho : Tidak ada pengaruh yang berarti dari variabel independen terhadap

variabel dependen.

H1 : Ada pengaruh yang berarti dari variabel dependen terhadap variabel

dependen.
37

Menurut Sugiyono (2014:250), menggunakan rumus:

t = r √𝑛 − 2

√1 − 𝑟2

Dimana:

t = distribusi t

r = Koefisien korelasi parsial

r2 = Koefisien determinasi

n = jumlah data

Untuk memutuskan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak,

maka pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t

tabel jika:

𝑡ℎ𝑖𝑡 > : maka H0 ditolak Ha diterima, yang berarti bahwa variabel independen

(X1,X2,Xn) secara parsial berpengaruh positif terhadap variabel dependen (Y)

adalah signifikan.

𝑡ℎ𝑖𝑡 > : maka H0 diterima Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel independen

(X1,X2,Xn) secara parsial berpengaruh positif terhadap variabel dependen (Y)

adalah tidak signifikan. (Mahulete, 2016).

2) Uji F

Pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen (Ghozali 2005). Menurut Sugiyono (2014:257) Nilai

F dapat dirumuskan sebagai berikut:


38

F = R2 / k

(1 – R2) / (n – k – 1)

Dimana:

n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel independen

R2 = Koefisen determinasi

Dengan hipotesis sebagai berikut: (Mahulete, 2016).

H0 : Variabel independen tidak memiliki pengaruh dengan variabel dependen

Ha : Ada pengaruh secara serentak antara semua variabel independen terhadap

variabel dependen.

Dengan kriteria:

Apabila 𝐹ℎ𝑖𝑡 > Ftabel : maka Ho ditolak Ha diterima, yang berarti bahwa variabel

independen (X1,X2,Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y) adalah

signifikan.

Apabila 𝐹ℎ𝑖𝑡 > Ftabel : maka Ho diterima Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel

independen (X1,X2,Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y) adalah

tidak signifikan. (Mahulete, 2016).

3) R-Squared (R²)

Koefisien determinasi (R²) mengukur tingkat ketepatan atau kecocokan

dari regresi data panel, yaitu merupakan proporsi presentase sumbangan seluruh

variabel independen terhadap variasi (naik turunnya) variabel dependen yang

dilihat menggunakan Eviews. Koefisien determinasi dapat dicari dengan

menggunakan rumus :
39

Kd = r2 x 100%

Dimana:

Kd = Koefisien determinasi

r2 = Koefisien korelasi

Besarnya nilai R² berada di antara nol (1) dan satu (1) yaitu 0 < R² < 1.

Jika R² semakin mendekati satu (1) maka model tersebut baik dan pengaruh antara

variabel terkait Y semakin kuat (erat hubungannya). (Mahulete, 2016).


40

DAFTAR PUSTAKA

Adriani. (2013). Pengaruh Tingkat Disclosure, Manajemen Laba, Asimetri


Informasi terhadap Biaya Modal. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri
Padang: Padang.
Al-Yaseen, B.S., Al-Khadash, H.A. (2011). Risk Relevance of Fair Value Income
Measures Under IAS 39 and IAS 40. Journal of Accounting in Emerging
Economics, 1(1), 9-32.
Ani, Sri.(2018). Pengaruh Volatilitas Laba, Perataan Laba, Good Corporate
Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kualitas Laba. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Apat, A.D. (2014). The Relationship Between Earnings Volatility and Dividend
Pay-Out Ratio of Firms Quoted at the Nairobi Securities Exchange.
University of Nairobi: Kenya.

Bhattarai, Y.G. (2014). Determinants of Share Price of Nepalase Commercial


Banks. Economic Journal of Development Issues, 17 & 18(1-2), 187-198

Dechow, P.M. (1999). An Empirical Assessment of the Residual Income


Valuation Model. Journal of Accounting and Economics, 26(1-3), 1-34.

Dichev, I.D., & Tang, V.W. (2009). Earnings Volatility and Earnings
Predictability. Journal of Accounting and Economics, 47, 160-181.

Edmons, C.T., Edmons, J.E., Leece, R.D. (2015). Do Risk Management Activities
Impact Earnings Volatility?. Research in Accounting Regulation, 27(1),
66-72.

Haan, J.D., & Poghosyan, T. (2012). Bank Size, Market Concentration, and Bank
Earnings Volatility in the US. Journal of International Financial Markets,
Institutions & Money, 22(1), 35-54.
41

Haan, J.D., & Poghosyan, T. (2012). Size and Earnings Volatility of US Bank
Holding Companies. Jurnal of Banking & Finance, 36(11), 3008-3016.

Hadi, Nor.(2013). Pasar Modal: Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen
Keuangan Pasar Modal. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Hendratmi, Achsania., Askarullah, M. (2017). Perbandingan Pembentukan Gap


Sensitivitas pada Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Mega Periode
2011-2015. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, 4(8), 613-529.

Hodder, L., Hopkins, P., & Wahlen, J. (2006). Risk-Relevance of Fair-Value


Income Measures for Commercial Banks. The Accounting Review, 81(2),
337-375.

http://legacy.earlham.edu/~lautzma/index_files/Capital/Part%202/Chapter_9.doc.
Diakses pada tanggal (10 Januari).

https://www.investopedia.com/articles/fundamental-analysis/11/residual-income-
model.asp. Diakses pada tanggal (14 Januari).

Kalama, D.J. (2013). The Relationship Between Earnings and Share Prices of
Firms Listed at The Nairobi Securities Exchange. University of Nairobi:
Kenya.

Khan, Shahwali., Bradbury, M.E. (2014). Volatility and Risk Relevance of


Comprehensive Income.Journal of Contemporary Accounting &
Economics, 10(1), 76-85.

Loristiana, D.W. (2009). Analisis Sensitivitas Gap Suku Bunga dan Nilai Tukar
Bank Rakyat Indonesia Periode 2007-2008. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor: Bandung.

Moutsianas, K.A., Kosmidou, Kyriaki. (2016). Bank Earnings Volatility in the


UK: Does Size Matter? A Comparison Between Commercial and
Investments Banks. Research in International Business and Finance, 38,
137-150.
42

Murwaningsari, Etty. (2012). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Cost Of Capital


(Pendekatan Structural Equation Model). Fakultas Ekonomi. Universitas
Trisakti: Jakarta.

Nurjanati, Ratri. (2015). Pengaruh Asimetri Informasi dan Tingkat Disclosure


Terhadap Biaya Ekuitas dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel
Moderating. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UIN Syarif Hidayatullah:
Jakarta.

Ohlson, J.A. (1995). Earnings, Book Values, and Equity Valuation.Contemporary


Accounting Research, 11(2), 661-687.

Philipson, Sarah. (2017). Value of Listed Companies; Abnormal Earnings and


Innovativeness. 10th Annual Conference of the EuroMed Academy of
Business. 1342-1348.

Prasada, Krishna., & R, Suprabha (2014). Anomalies in Maturity Gap: Evidence


from Scheduled Commercial Banks in India. Procedia Economics and
Finance, 11, 423-430.

Pratomo, W.A., Hidayat, Paidi. (2010). Pedoman Praktis Penggunaan Eviews


Dalam Ekonometrika. (Edisi ke-2). Medan: USU Press.

Purwanto, Agus. (2012). Pengaruh Manajemen Laba, Asymmetry Information dan


Pengungkapan Sukarela Terhadap Biaya Modal. Fakultas Ekonomi.
Universitas Diponegoro: Semarang.

Putri, Armelia. (2017). Perbandingan Volume Perdagangan Sebelum dan Sesudah


Perubahan Fraksi Harga Saham di Bursa Efek Indonesia. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Rahmawati, B.S. (2016). Pengaruh Volatilitas Laba Terhadap Kesalahan


Peramalan Laba. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta: Yogyakarta.
43

Sakti, Indra. (2018). Analisis Regresi Data Panel Menggunakan Eviews.


Universitas Esa Unggul: Jakarta.

Siswaningsih, P.N. (2017). Analisis Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya


Ekuitas dengan Mandatory Disclosure Sebagai Variabel Pemoderasi
dengan Pendekatan Long Term. Sekolah Pascasarjana. Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Semarang.

Wijayanti, Rahma., Diyanti, Vera. (2017). Pengaruh Volatilitas Laba, Perataan


Laba dan Corporate Governance terhadap Kualitas Laba Bank Syariah dan
Konvensional. Jurnal Akuntansi dan Investasi, 18(1), 66-79.

Yuliarini, Sarah. (2010). Prediksi Harga Saham Menggunakan Model Valuasi


Teori Surplus Bersih Berdasarkan Pendekatan Ohlson, 1(2), 171-189.
44

LAMPIRAN

DAFTAR POPULASI DAN PENENTUAN SAMPEL PENELITIAN

Kode Kriteria
No. Bank Nama Bank Sampel
1 2
 
1. AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Sampel 1
 
2. AGRS Bank Agris -
 
3. ARTO Bank Artos Indonesia -

4. BABP Bank MNC Internasional  -

5. BACA Bank Capital Indonesia  Sampel 2

6. BBCA Bank Central Asia  Sampel 3
 
7. BBHI Bank Harda Internasional -
 
8. BBKP Bank Bukopin Sampel 4
 
9. BBMD Bank Mestika Dharma -

10. BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)  Sampel 5

11. BBNP Bank Nusantara Parahyangan  -

12. BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero)  Sampel 6
 
13. BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) -
 
14. BBYB Bank Yudha Bhakti -
 
15. BCIC Bank JTrust Indonesia -

16. BDMN Bank Danamon Indonesia  Sampel 7

17. BEKS Bank Pembangunan Daerah Banten  -

18. BGTG Bank Ganesha  -

19. BINA Bank Ina Perdana  -
45

Kriteria
Kode
Nama Bank
No. Bank Sampel
1 2
Bank Pembangunan Daerah Jabar dan 
20. BJBR  -
Banten

21. BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur  -

22. BKSW Bank QNB Indonesia  -

23. BMAS Bank Maspion Indonesia  -

24. BMRI Bank Mandiri (Persero)  Sampel 8

25. BNBA Bank Bumi Arta  Sampel 9

26. BNGA Bank CIMB Niaga  Sampel 10

27. BNII Bank Maybank Indonesia  Sampel 11

28. BNLI Bank Permata  Sampel 12

29. BRIS Bank BRISyariah  -

30. BSIM Bank Sinar Mas  -

31. BSWD Bank of India Indonesia  -

32. BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional  Sampel 13

Bank Tabungan Pensiunan Nasional 


33. BTPS  -
Syariah

34. BVIC Bank Victoria Internasional  Sampel 14

35. DNAR Bank Dinar Indonesia  -

36. INPC Bank Artha Graha Internasional  Sampel 15

37. MAYA Bank Mayapada Internasional  Sampel 16

38. MCOR Bank China Construction Bank Indonesia  Sampel 17

39. MEGA Bank Mega  Sampel 18

40. NAGA Bank Mitraniaga  -
46

Kode Kriteria
Nama Bank Sampel
No. Bank
1 2
 
41. NISP Bank OCBC NISP Sampel 19
 
42. NOBU Bank Nationalnobu -
 
43. PNBN Bank Pan Indonesia Sampel 20
 
44. PNBS Bank Pan Indonesia Syariah -
 
45. SDRA Bank Woori Saudara Indonesia -

Вам также может понравиться