Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Halaman
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang cukup
diperlukan bank dengan kinerja keuangan yang sehat agar fungsi intermediasi
modal yang tidak sedikit. Hal ini dibutuhkan oleh perusahaan untuk meningkatkan
kebutuhan modal tersebut bank dapat bertindak secara internal, yaitu melalui
pemupukan laba ditahan, dengan cara tidak membagikan laba yang diperoleh
pemegang saham. Namun pemenuhan modal secara internal ini sangat terbatas,
melakukan Initial Public Offering (IPO), atau yang lebih dikenal dengan istilah go
1
2
sekuritas (Tandelilin, 2010). Pasar modal merupakan salah satu sumber dana
saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan, bagi
pergerakan perekonomian suatu negara, di samping itu juga menjadi salah satu
sumber permodalan yang sangat potensial bagi dunia usaha. Dalam pergerakan
pasar modal ini, perdagangan saham merupakan salah satu elemen yang
terpenting. Ketika berinvestasi di pasar modal, ada dua (2) hal yang akan dihadapi
oleh investor, yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan dan risiko. Unsur risiko
selalu melekat dalam dunia investasi, hal ini diperkuat oleh prinsip “high risk high
return”.
memerlukan laporan keuangan atas saham perusahaan yang akan menjadi wadah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan serta arus kas
3
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan
melihat terlebih dahulu apakah biaya yang mereka keluarkan (biaya ekuitas)
sebanding dengan return yang akan mereka terima serta memastikan kesesuaian
dikemudian hari.
Harga saham merupakan harga saham tunggal dari sejumlah saham yang
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar (Zakir & Khanna,
saham sangat penting diketahui untuk menentukan investasi di pasar modal serta
perusahaan dalam hal ini bank harus mengeluarkan biaya ekuitas. Biaya ekuitas
atau biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperoleh dana baik yang berasal dari utang, saham preferen, saham biasa, dan
laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. Konsep
biaya modal erat kaitannya dengan konsep tingkat keuntungan yang disyaratkan
(required rate of return) yang dapat dilihat dari dua (2) sisi yaitu investor dan
persahaan. Dari sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan
tingkat keuntungan (rate of return) yang mencerminkan tingkat risiko dari aset
besarnya required rate of return merupakan biaya modal (cost of capital) yang
4
harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut. Secara umum bahwa risiko
perusahaan yang tinggi berakibat tingkat keuntungan yang diminta oleh investor
Terkait dengan harga saham dan biaya ekuitas, dimana kedua elemen ini
sangat dipengaruhi oleh informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, peneliti
ingin mengkaji lebih dalam mengenai laba abnormal, volatilitas laba dan repricing
gap. Laba abnormal sendiri pada hakikatnya adalah “apakah laba perusahaan lebih
dari cost of capital relative dari suatu perusahaan”, atau dengan kata lain laba
abnormal adalah selisih antara laba yang dicapai perusahaan dalam satu periode
Sementara itu, volatilitas laba berarti seberapa stabil atau tidak stabil laba
dari suatu perusahaan. Naik turunnya laba perusahaan ini disebut dengan
menghindari perusahaan yang memiliki tingkat volatilitas laba yang tinggi karena
memiliki risiko yang besar. Dapat disimpulkan bahwa para investor lebih
perusahaan yang memiliki fluktuasi laba yang sangat besar adalah suatu investasi
yang berisiko. Volatilitas seperti itu membuat sulit bagi manajemen untuk
investasi jangka panjang, arus kas yang diprediksi untuk membayar utang obligasi
eksposur risiko suku bunga dan dampaknya terhadap bunga bersih (NII) yang
dihitung melalui selisih antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate Sensitive
Liabilities (RSL) yakni tingkat kepekaan aset dan liabilitas dalam satu kelompok
yang ditentukan terhadap perubahan suku bunga. Aset dan liabilitas tersebut
dinilai ulang (repriced or changed) sesuai atau mendekati bunga pasar untuk
adalah (Ohlson & Feltham, 1995), dalam penelitiannya yang menghasilkan teori
tertentu saham dapat tercermin sebagai rata-rata tertimbang dari nilai buku dan
laba.
bahwa volatilitas laba adalah suatu elemen risiko yang meningkatkan return yang
terdapat hubungan positif dan signifikan antara laba dan harga saham. Penelitian
ini juga menunjukkan bahwa laba dan dividen adalah indikator terkuat dalam
Selain itu, menurut De Fond dan Hung (2003), Dichev dan Tang (2006)
serta Clubb dan Wu (2012) menemukan bahwa volatilitas laba yang semakin
6
besar akan menurunkan kualitas laba yang dilaporkan. Hal ini disebabkan laba
memprediksi laba perusahaan di masa depan. Perkiraan laba dapat menjadi bias
dan menjadi tidak akurat pada kondisi laba yang berfluktuasi. Laba yang stabil
adalah hal yang penting bagi suatu bank, karena volatilitas laba yang tinggi pada
satu bank dapat menimbulkan efek domino. Volatilitas laba yang tinggi
menyebabkan kinerja bank menurun dan berdampak pada aspek lain, seperti
bahwa biaya modal (cost of capital) dihitung berdasarkan tingkat diskonto dan
future cash flow. Model Ohlson digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan
dengan mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai dari laba
abnormal. Lebih lanjut menurut hasil penelitian Botosan (1997), biaya ekuitas
dipengaruhi oleh tingkat disclosure, dan risiko (beta). Botosan (1997) pada
estimasi laba per lembar saham untuk periode empat tahun ke depan (t = 4) dan
memakai data forecast laba per lembar saham yang dipublikasikan oleh value line.
faktor penentu harga saham dan biaya ekuitas adalah terkait dengan konsep laba
secara umum dan bukan menyangkut laba abnormal maupun volatilitas laba serta
kedua variabel dependen tersebut, mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut
terkait dengan aspek yang lebih khusus yakni mengenai laba abnormal, volatilitas
laba dan repricing gap terhadap harga saham dan biaya ekuitas.
Untuk itu penulis tertarik mengambil judul “Analisis Pengaruh Laba Abnormal,
Volatilitas Laba dan Repricing Gap Terhadap Harga Saham dan Biaya
ekuitas?
ekuitas?
ekuitas?
biaya ekuitas.
biaya ekuitas.
8
biaya ekuitas.
mempengaruhi harga saham dan biaya ekuitas, dalam hal ini terkait
pengaruh laba abnormal, volatilitas laba dan repricing gap terhadap harga
saham dan biaya ekuitas serta sebagai referensi dan bahan masukan bagi
harga saham dan biaya ekuitas sehingga investor tidak salah memilih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
perusahaan. Konsep relevansi nilai berkaitan dengan suatu aspek informasi yang
pemakai laporan keuangan lainnya (Epstein dan Mirza, 2003). Ohlson (1995) dan
laporan keuangan yaitu pada neraca dan laporan laba rugi. Model penilaian
prediksi yang mendasari relevansi nilai dan market value diproksikan sebagai
9
10
harga dan return saham. Scott (2003) menyatakan bahwa penelitian tentang
clean surplus. Penman (2001) menyatakan bahwa praktik penilaian ekuitas atau
memperpendek horizon waktu dan menetapkan suatu model akuntansi kas versus
hubungan surplus bersih antara ekuitas dan laba. Hubungan surplus bersih berarti
bahwa seluruh perubahan ekuitas selain yang berasal dari transaksi modal, berupa
Berikut adalah perumusan teori valuasi yang dikutip dari Wirama (2008)
perusahaan amatan
berikut:
LA = Laba abnormal
11
D = LA - BV + (Rf * BVt-1)……………………..…….……(3)
berdasarkan data akuntansi, yaitu laba abnormal dan nilai buku ekuitas. Menurut
teori ekonomi dinyatakan bahwa dalam jangka panjang perusahaan hanya akan
memperoleh laba normal, yaitu laba pada tingkat bunga bebas risiko. Jika dalam
kondisi tertentu seperti halnya resesi ekonomi yaitu tingkat laba suatu industri
menurun sampai di bawah laba normal, maka sebagian perusahaan akan keluar
dari industri sehingga meningkatkan laba perusahaan yang masih bertahan. Hal
FVt = ∑∞
𝑟=1 (Rf)-r Et(Dt+r)…………………………......…….(4)
FVt = BV + ∑∞
𝑟=1 (Rf)-r Et(AEt+r)…………………………...(5)
perusahaan adalah sebesar nilai buku ekuitas ditambah nilai sekarang seluruh laba
abnormal yang disebut goodwill. Goodwill dalam teori valuasi memiliki arti yang
berbeda dari istilah teknis dalam akuntansi. Nilai akhir tersebut umumnya
menggunakan asumsi tingkat pertumbuhan yang stabil sampai pada waktu yang
tak terhingga. Teknik ini memiliki kelemahan dengan tidak adanya dasar teori
untuk menentukan nilai akhir sehingga selalu ditetapkan secara ad hoc. Ohlson
bahwa laba abnormal memiliki perilaku runtut waktu tertentu sehingga nilai
tercermin dari semua informasi yang dapat diakses (Fama, 1970). Efisiensi pasar
adalah suatu asumsi yang sangat penting karena jika pasar efisien, harga
harga saham. Kemudian berdasarkan perilaku harga saham, akan mungkin diuji
sejauh mana harga di pasar bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya terhadap nilai
dari informasi baru yang relevan, seperti perubahan yang tidak diharapkan pada
laba. Efisiensi pasar tidak berasumsi bahwa pasar “maha tahu”. Hanya saja
efisiensi pasar berasumsi bahwa harga dapat diperkirakan. Efisiensi pasar tidak
mutlak bahwa harga adalah efisien atau tidak. Sebaliknya, efisiensi pasar adalah
masalah sejauh mana harga mencerminkan informasi dan seberapa cepat harga
mencapai tingkat keseimbangan baru. Pasar yang sangat efisien terkait dengan
sejumlah laba akuntansi akan bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya ketika
dalam tiga (3) bentuk: bentuk lemah, bentuk semi-kuat, dan bentuk kuat. Efisiensi
bentuk lemah terjadi ketika harga hanya mencerminkan informasi pada harga
13
saham masa lalu. Efisiensi bentuk semi-kuat terjadi ketika harga mencerminkan
dan perkiraan laba. Efisiensi bentuk kuat terjadi ketika harga pasar tidak hanya
diatur dibawah pengaruh harga masa lalu dan informasi publik tetapi juga
dibawah pengaruh informasi pribadi dan rahasia, yang hanya dapat diakses oleh
beberapa investor.
Jika efisiensi pasar dijelaskan dalam bentuk lemah, analisis dari data
abnormal. Jika efisiensi pasar dijelaskan dalam bentuk semi-kuat, analisis data
historis, juga secara umum informasi yang dapat diakses tidak akan membantu
pasar dijelaskan dalam bentuk kuat, pengetahuan tentang data rahasia tidak akan
Tingkat efisiensi pasar dapat diukur dari seberapa besar perubahan rata–
laba masa depan perusahaan, untuk menutupi biaya ekuitas dan menetapkan nilai
perusahaan yang lebih akurat. Meskipun imbal hasil yang diberikan kepada para
pemegang saham bukan merupakan persyaratan yang sah menurut hukum seperti
imbal hasil pada pemegang obligasi, untuk menarik investor perusahaan harus
memberikan kompensasi kepada mereka atas risiko investasi yang mereka terima.
14
menentukan biaya ekuitas. Biaya ekuitas secara sederhana adalah total penyertaan
berdasarkan tiga (3) hal, yaitu capital structure (pembobotan komponen modal),
cost of debt (biaya hutang) dan cost of equity capital (biaya modal ekuitas).
Menghitung biaya hutang relatif lebih mudah daripada menghitung biaya modal
penghitunganya dan bunga dalam hutang yang harus dibayarkan umumnya sudah
tertuang di dalam kontrak (Ionici et al, 2011). Sedangkan dalam menghitung biaya
modal ekuitas kesulitan timbul karena masih banyaknya perdebatan yang timbul
(present value) dari semua dividen yang diterima di masa depan dengan asumsi
yang diharapkan oleh investor sebagai kompensasi risiko. Risiko yang dimaksud
adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi dan diukur dengan beta.
2. Model Ohlson.
pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai sekarang dari laba abnormal.
yang didefinisikan sebagai komponen biaya sesuai jenis modal atau ekuitas.
Komponen penting dalam ekuitas adalah preferred stock dan common equity,
dimana dua komponen ini biaya ekuitasnya berupa dividen (preferred dividend
dan common dividend). Dengan demikian biaya modal ekuitas (dalam hal ini cost
of equity capital) adalah jumlah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada
sebuah model yang menghubungkan nilai ekuitas perusahaan dengan book value
dan market value-nya. Dechow et al. (1999) menyebutkan bahwa model Ohlson
finansial. Sejalan dengan ini, Atyeh dan Al Rashed (2015) menyatakan bahwa
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Crae dan Nilsson (2001) serta Choi et
al. (2001) di Swedia dan Amerika Serikat mendapatkan bukti bahwa model
Tabel 2.1
Nama Peneliti
Judul Variabel Hasil
No dan Tahun
Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
1 Leslie D. Risk-Relevance Net income,
Dengan menggunakan mo-
Hodder, of Fair-Value Comprehensi
del residual income Ohlson,
Patrick E. Income ve Income,
ditemukan bahwa volatilitas
Hopkins, dan Measures for Full Fair
laba adalah suatu elemen
James M. Commercial Value Income
risiko yang meningkatkan
Wahlen (2006) Banks (FFV), BE,
return yang diharapkan dan
AE, GAP,
menurunkan harga saham,
EXP, Market
ceteris paribus. Mereka juga
Risk, dan
menemukan bahwa laba
Share Price
abnormal berpengaruh
positif dan konsisten di
semua model penelitian
mereka. Selain itu variabel
seperti DPS lebih signifikan
dibandingkan dengan EPS
dan variabel lain seperti P/E
dan POR tidak signifikan
terhadap harga saham.
2 Arthur Dongo The Earnings Dalam penelitiannya, ia
Apat (2012) Relationship Volatility dan menggunakan analisis
Between Dividen Pay- regresi linear berganda, dan
Earnings Out mendapatkan hasil bahwa
Volatility and terdapat hubungan negatif
Dividend Pay- dan signifikan antara laba
Out of Firms dan pembayaran dividen.
Quoted at The Penelitian ini juga
Nairobi menemukan bahwa
Securities volatilitas laba dan tingkat
Exchange pertumbuhan laba
merupakan faktor terkuat
yang mempengaruhi
pembayaran dividen.
17
Nama Peneliti
Judul Variabel Hasil
No dan Tahun
Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
3 Daye Jacob The Earnings dan Melalui metode regresi line-
Kalama (2009) Relationship Share Price ar berganda dapat diambil
Between kesimpulan bahwa terdapat
Earnings and hubungan positif dan signi-
Share fikan antara laba dan harga
Prices of saham. Penelitian ini juga
Firms Listed at menunjukkan bahwa laba
The Nairobi dan dividen adalah indikator
Securities terkuat dalam memprediksi
Exchange harga saham. Selain itu juga
menemukan variabel-varia-
bel lain yang mempengaruhi
harga saham seperti DPS
dan PBV untuk variabel
yang signifikan serta P/E
dan POR untuk variabel
yang tidak signifikan.
4 Sarah Yuliarini Prediksi Harga Laba Melalui model regresi linear
(2010) Saham Abnormal, berganda, hasil pengujian
Menggunakan Variabel lain empiris menunjukkan bahwa
Model Valuasi (nonakuntans model Ohlson (1995) meng-
Teori Surplus i), Nilai Buku hasilkan nilai yang beraso-
Bersih Ekuitas, dan siasi dengan harga pasar.
Berdasarkan Nilai Meskipun hasil valuasi
Pendekatan Perusahaan tersebut masih berbeda dari
Ohlson harga pasar, adanya korelasi
positif mengindikasikan
model Ohlson masih dapat
diterapkan dan dapat
dikembangkan lebih akurat.
5 James A. Earnings, Earnings, Dalam penelitiannya, ia
Ohlson (1995) Book Values, Book Values, menyatakan bahwa harga
and Dividens dan Dividen sekuritas ditentukan oleh
in Equity nilai buku dan discounted
Valuation future abnormal earnings.
Sumber : Data berbagai hasil penelitian yang diolah penulis
18
terdahulu yang telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dan
biaya ekuitas terkait dengan laba abnormal, volatilitas laba, dan repricing gap.
Laba Abnormal
Harga Saham
Volatilitas Laba
Biaya Ekuitas
Repricing Gap
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Hodder et al. merumuskan laba abnormal sebagai laba per lembar saham
periode saat ini dikurangi tingkat bunga bebas risiko dari imbal hasil pada awal
tahun dikalikan dengan nilai buku per lembar saham pada awal tahun. Dan dari
beberapa sumber yang penulis telusuri bahwa laba abnormal memiliki satu konsep
penting, yakni apakah laba periode saat ini mampu menutupi biaya modal yang
deviasi dari Return On Asset (ROA) untuk menghitung volatilitas laba bank
selama periode tertentu. Dari hasil penelitian mereka juga membuktikan jika bank
19
dengan ukuran aset yang besar memiliki volatilitas laba yang lebih rendah
dibandingkan dengan bank dengan ukuran aset yang kecil. Menurut De Fond dan
Hung (2003), Dichev dan Tang (2006), volatilitas laba yang semakin besar akan
menurunkan kualitas laba yang dilaporkan. Laba yang stabil adalah hal yang
penting bagi bank, karena volatilitas laba yang tinggi pada suatu bank dapat
kinerja bank menurun dan berdampak pada aspek lain, seperti meningkatnya
risiko likuiditas dan reputasi bank. Oleh karena itu, manajer di sektor perbankan
dan regulator memiliki kepentingan untuk menjaga volatilitas laba minimum pada
perusahaan pada periode tertentu. Menurut Khurniaji dan Raharja (2013) bahwa
volatilitas laba merupakan suatu alat untuk mengukur kestabilan laba yang
diperoleh perusahaan. Jadi, ketika tingkat volatilitas laba perusahaan naik maka
investor akan dengan cepat menjual saham perusahaan. Namun, ketika tingkat
volatilitas laba perusahaan menurun maka para calon investor akan dengan cepat
membeli saham perusahaan. Hal ini disebabkan karena adanya keraguan investor
fluktuasi laba pada perusahaan dan respon mereka akan cepat ketika laba pada
suatu perusahaan naik dengan cepat. Begitu juga sebaliknya, respon mereka juga
akan cepat ketika laba perusahaan turun dengan cepat. Jadi, volatilitas laba
20
merupakan proyeksi akan risiko laba yang akan diterima oleh para investor di
Dan jika kedua variabel ini dikaitkan dengan harga saham, maka dapat
volatilitas laba adalah suatu elemen risiko yang meningkatkan imbal hasil yang
pengaruh positif antara laba abnormal dan harga saham di semua model penelitian
eksposur risiko suku bunga dan dampaknya terhadap bunga bersih (NII) yang
dihitung melalui selisih antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate Sensitive
Liabilities (RSL) yakni tingkat kepekaan aset dan liabilitas dalam satu kelompok
(bucket) yang ditentukan terhadap perubahan suku bunga. Hal ini tentunya
dalam pengaruhnya terhadap aset dan liabilitas mereka. Gap yang positif
Sebaliknya, gap yang positif berarti bahwa NII menurun sebagai akibat dari
abnormal, volatilitas laba dan repricing gap terhadap harga saham dan biaya
ekuitas, dimana repricing gap ini merupakan variabel yang jarang ditemukan
2.4 Hipotesis
ekuitas
ekuitas
ekuitas
22
BAB III
METODE PENELITIAN
keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan
Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dalam hal ini adalah penelitian
yang berusaha untuk menggambarkan suatu keadaan atau objek yang diteliti
dengan kriteria tertentu. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
22
23
abnormal, volatilitas laba, dan repricing gap, serta dua variabel dependen
1. Harga Saham
Harga Saham adalah harga saham pada akhir tahun (31 Desember) dari
masing masing bank yang diperoleh dari Yahoo Finance. Harga pasar suatu saham
di pasar modal dan untuk dapat memprediksi perubahan harga saham yang akan
2. Biaya Ekuitas
residual income menurut Ohlson yang mengacu pada penelitian Ifonie (2012),
Dimana:
BVSt = Nilai buku per lembar saham pada tanggal publikasi laporan
keuangan
1. Laba Abnormal
Laba abnormal adalah selisih antara laba yang dicapai bank dalam satu
periode dikurangi dengan laba yang diharapkan investor atas investasi pada saham
bank tersebut. Laba abnormal dihitung sebagai laba per lembar saham dikurangi
dengan tingkat suku bunga bebas risiko dikalikan nilai buku ekuitas per lembar
saham pada suatu periode. Ohlson (1995) membangun suatu model dengan istilah
residual income atau abnormal earnings. Laba abnormal dapat digunakan untuk
Dimana:
Rf = Risk free rate atau tingkat investasi bebas risiko, menggunakan BI 7 day
repo rate
BVS = Book value per share atau nilai buku per lembar saham
2. Volatilitas Laba
1 1
VL = ( ∑𝑡−𝑇
𝑡=1 (ROAi,t - 𝑇+1 ∑𝑡−𝑇
𝑡=1 ROAi,t ))2
𝑇+1
Menurut De Fond dan Hung (2003), Dichev dan Tang (2006) serta Clubb
dan Wu (2012) volatilitas laba yang semakin besar akan menurunkan kualitas laba
yang dilaporkan. Hal ini disebabkan laba yang cenderung berfluktuasi akan
masa depan. Perkiraan laba dapat menjadi bias dan menjadi tidak akurat pada
kondisi laba yang berfluktuasi. Laba yang stabil adalah hal yang penting bagi
suatu bank, karena volatilitas laba yang tinggi pada satu bank dapat menimbulkan
efek domino. Volatilitas laba yang tinggi menyebabkan kinerja bank menurun dan
berdampak pada aspek lain, seperti meningkatnya risiko likuiditas dan reputasi
bank.
26
3. Repricing Gap
Repricing gap adalah selisih antara Rate Sensitive Assets (RSA) dan Rate
Sensitive Liabilities (RSL) yakni tingkat kepekaan aset dan liabilitas perbankan
dalam satu kelompok yang ditentukan terhadap perubahan suku bunga. Hal ini
suku bunga dalam pengaruhnya terhadap aset dan liabilitas mereka. Menurut
tingkat kepekaannya, aset/liabilitas dibagi menjadi dua jenis, yaitu rate sensitive
digolongkan sebagai rate sensitive assets (RSA) adalah semua aset, termasuk aset
dengan bunga tetap (fixed rate), yang mempunyai jatuh tempo kurang dari satu (1)
tahun (jangka pendek) atau aset dengan bunga mengambang (floating rate) yang
harus diperbaharui setiap satu (1) bulan, tiga (3) bulan, enam (6) bulan, dan
maksimal satu (1) tahun. Liabilitas yang digolongkan rate sensitive liablities
(RSL) adalah semua liabilitas, termasuk liabilitas dengan bunga tetap (fixed rate
liabilities), yang mempunyai jatuh tempo tidak lebih dari satu (1) tahun, atau
pinjaman dengan bunga mengambang yang harus diperbaharui setiap satu (1)
bulan, tiga (3) bulan, atau enam (6) bulan, atau tidak lebih dari enam (6) tahun.
𝑅𝑆𝐴−𝑅𝑆𝐿
Rasio Gap = (Hanafi, 2009)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
27
Dimana:
ini. Variabel kontrol adalah variabel yang turut serta mempengaruhi variabel
pasar. Ukuran perusahaan yang diukur dengan nilai kapitalisasi pasar yang
subjek yang mempunya kuantitas dan karakteristik tertentu yang sebelumnya telah
dimilik oleh populasi. Sampel harus mampu menjelaskan populasi. Oleh karena
itu, sampel yang dipilih harus benar-benar representatif (Sugiyono, 2013). Teknik
pengambilan sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah melalui
sebelumnya.
Desember 2017.
Tabel 3.1
Daftar Sampel Bank
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
menggunakan data-data yang telah ada, selanjutnya dilakukan proses analisa dan
data dalam penelitian ini adalah dari website resmi Bursa Efek Indonesia
digunakan adalah data tahunan dari masing-masing variabel sesuai dengan waktu
penelitian.
30
sebagai berikut:
1. Metode Dokumentasi
2. Studi Pustaka
melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik
(tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran
dll). (Nazir, 1998: 112). Dalam hal ini, penulis menggunakan berbagai buku,
Penelitian ini menggunakan Microsoft Office Excel 2013 dan Eviews 10.
Microsoft Excel 2013, sedangkan pengolahan data untuk menguji hipotesis dan
merupakan kombinasi antar data time series dan data cross section. Data cross
section adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap banyak
individu, sedangkan time series data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu
terhadap suatu individu. Analisis regresi data panel adalah alat analisis regresi
dimana data dikumpulkan secara individu (cross section) dan diikuti pada waktu
tertentu (time series). Persamaan data panel dapat dituliskan sebagai berikut:
Dimana:
t = Periode ke-t
i = Entitas ke-i
32
α = Konstanta
Oleh karena terdapat dua (2) variabel dependen pada penelitian ini, maka terdapat
dua (2) model regresi yang digunakan dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:
Dimana:
X1 = Laba Abnormal
Uji Hausman adalah pengujian statistik untuk memilih apakah fixed effect
model atau random effect model yang paling tepat digunakan. Uji Hausman
(Winarno, 2009). Statistik uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi
1. Nilai chi squares hitung > chi squares tabel atau nilai probabilitas chi
squares < taraf signifikansi, maka tolak H0 atau memilih fixed effect
2. Nilai chi squares < chi squares tabel atau nilai probabilitas chi squares <
fixed effect.
Menurut Ajija (2011), data panel atau pooled data merupakan kombinasi
dari data time series dan cross-section. Dengan mengakomodasi informasi baik
yang mengabaikan variabel yang relevan. Estimasi model regresi data panel
bertujuan untuk memprediksi parameter model regresi yaitu nilai intersep atau
konstanta (α) dan slope yang berbeda pada setiap perusahaan dan setiap periode
parameter model data panel, yaitu dengan mengombinasikan data cross section
dan time series sebagai satu kesatuan tanpa melihat adanya perbedaan waktu dan
individu. Pendekatan yang dipakai pada model ini adalah metode Ordinary Least
34
Dimana:
α : Intersep
model memungkinkan adanya intersep yang tidak konstan. Atau dengan kata lain,
intersep ini mungkin berubah untuk setiap individu dan waktu. Pemikiran inilah
Model ini digunakan untuk mengatasi kelemahan dari analisis data panel
yang menggunakan metode common effect, penggunaan data panel common effect
tidak realistis karena akan menghasilkan intersep ataupun slope pada data panel
35
yang tidak berubah baik antar individu (cross section) maupun antar waktu (time
series). Model ini juga untuk mengestimasi data panel dengan menambahkan
variabel dummy. Persamaan model ini adalah sebagai berikut: (Mahulete, 2016).
Dimana:
𝐷i : Dummy variabel
α : Intersep
Bila pada model efek tetap, perbedaan antarindividu dan atau waktu
dicerminkan lewat intersep, maka pada model random effect, perbedaan tersebut
diakomodasi lewat eror. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa eror mungkin
berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Mengingat terdapat dua
waktu), maka pada metode ini perlu diuraikan menjadi eror dari komponen
individu, waktu, dan eror gabungan. Rumus estimasi model ini sebagai berikut:
(Mauhelete, 2016).
Dimana:
Dalam teknisnya akan lebih relevan jika dari awal peneliti mengabaikan
model common effect karena data penelitian yang bersifat panel memiliki
hanya mengombinasikan data cross section dan time series sebagai satu kesatuan
Uji t yaitu untuk menguji hubungan regresi secara parsial, dalam uji t
dengan menggunakan eviews. Uji t menguji apakah suatu hipotesis diterima atau
ditolak, dimana untuk kekuatan pada uji t adalah sebagai berikut: (Mahulete,
2016).
variabel dependen.
dependen.
37
t = r √𝑛 − 2
√1 − 𝑟2
Dimana:
t = distribusi t
r2 = Koefisien determinasi
n = jumlah data
Untuk memutuskan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak,
tabel jika:
𝑡ℎ𝑖𝑡 > : maka H0 ditolak Ha diterima, yang berarti bahwa variabel independen
adalah signifikan.
𝑡ℎ𝑖𝑡 > : maka H0 diterima Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel independen
2) Uji F
F = R2 / k
(1 – R2) / (n – k – 1)
Dimana:
n = Jumlah sampel
R2 = Koefisen determinasi
variabel dependen.
Dengan kriteria:
Apabila 𝐹ℎ𝑖𝑡 > Ftabel : maka Ho ditolak Ha diterima, yang berarti bahwa variabel
signifikan.
Apabila 𝐹ℎ𝑖𝑡 > Ftabel : maka Ho diterima Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel
3) R-Squared (R²)
dari regresi data panel, yaitu merupakan proporsi presentase sumbangan seluruh
menggunakan rumus :
39
Kd = r2 x 100%
Dimana:
Kd = Koefisien determinasi
r2 = Koefisien korelasi
Besarnya nilai R² berada di antara nol (1) dan satu (1) yaitu 0 < R² < 1.
Jika R² semakin mendekati satu (1) maka model tersebut baik dan pengaruh antara
DAFTAR PUSTAKA
Apat, A.D. (2014). The Relationship Between Earnings Volatility and Dividend
Pay-Out Ratio of Firms Quoted at the Nairobi Securities Exchange.
University of Nairobi: Kenya.
Dichev, I.D., & Tang, V.W. (2009). Earnings Volatility and Earnings
Predictability. Journal of Accounting and Economics, 47, 160-181.
Edmons, C.T., Edmons, J.E., Leece, R.D. (2015). Do Risk Management Activities
Impact Earnings Volatility?. Research in Accounting Regulation, 27(1),
66-72.
Haan, J.D., & Poghosyan, T. (2012). Bank Size, Market Concentration, and Bank
Earnings Volatility in the US. Journal of International Financial Markets,
Institutions & Money, 22(1), 35-54.
41
Haan, J.D., & Poghosyan, T. (2012). Size and Earnings Volatility of US Bank
Holding Companies. Jurnal of Banking & Finance, 36(11), 3008-3016.
Hadi, Nor.(2013). Pasar Modal: Acuan Teoritis dan Praktis Investasi di Instrumen
Keuangan Pasar Modal. Graha Ilmu: Yogyakarta.
http://legacy.earlham.edu/~lautzma/index_files/Capital/Part%202/Chapter_9.doc.
Diakses pada tanggal (10 Januari).
https://www.investopedia.com/articles/fundamental-analysis/11/residual-income-
model.asp. Diakses pada tanggal (14 Januari).
Kalama, D.J. (2013). The Relationship Between Earnings and Share Prices of
Firms Listed at The Nairobi Securities Exchange. University of Nairobi:
Kenya.
Loristiana, D.W. (2009). Analisis Sensitivitas Gap Suku Bunga dan Nilai Tukar
Bank Rakyat Indonesia Periode 2007-2008. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor: Bandung.
LAMPIRAN
Kode Kriteria
No. Bank Nama Bank Sampel
1 2
1. AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Sampel 1
2. AGRS Bank Agris -
3. ARTO Bank Artos Indonesia -
4. BABP Bank MNC Internasional -
5. BACA Bank Capital Indonesia Sampel 2
6. BBCA Bank Central Asia Sampel 3
7. BBHI Bank Harda Internasional -
8. BBKP Bank Bukopin Sampel 4
9. BBMD Bank Mestika Dharma -
10. BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Sampel 5
11. BBNP Bank Nusantara Parahyangan -
12. BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Sampel 6
13. BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) -
14. BBYB Bank Yudha Bhakti -
15. BCIC Bank JTrust Indonesia -
16. BDMN Bank Danamon Indonesia Sampel 7
17. BEKS Bank Pembangunan Daerah Banten -
18. BGTG Bank Ganesha -
19. BINA Bank Ina Perdana -
45
Kriteria
Kode
Nama Bank
No. Bank Sampel
1 2
Bank Pembangunan Daerah Jabar dan
20. BJBR -
Banten
21. BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur -
22. BKSW Bank QNB Indonesia -
23. BMAS Bank Maspion Indonesia -
24. BMRI Bank Mandiri (Persero) Sampel 8
25. BNBA Bank Bumi Arta Sampel 9
26. BNGA Bank CIMB Niaga Sampel 10
27. BNII Bank Maybank Indonesia Sampel 11
28. BNLI Bank Permata Sampel 12
29. BRIS Bank BRISyariah -
30. BSIM Bank Sinar Mas -
31. BSWD Bank of India Indonesia -
32. BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Sampel 13
Kode Kriteria
Nama Bank Sampel
No. Bank
1 2
41. NISP Bank OCBC NISP Sampel 19
42. NOBU Bank Nationalnobu -
43. PNBN Bank Pan Indonesia Sampel 20
44. PNBS Bank Pan Indonesia Syariah -
45. SDRA Bank Woori Saudara Indonesia -