Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerebrovaskuler Accident(CVA)/stroke merupakan
penyakit yang menyerang siapapun dengan kejadian sangat
mendadak dan merupakan salah satu penyebab kematian dan
kecacatan neurologi utama di Indonesia selain penyakit jantung
dan kanker. Diperkirakan prevalensi stroke dipopulasi sekitar 47
per 10.000 yqng umumnya mengalami kecacatan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pasien dengan stroke mengalami ganngguan
kognitif (33%), gangguan ekstremitas (30%), dan gangguan bicara
(27%). (Anthony Rudd,2002).
Penderita Stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di
bangsal atau ruangan pada hampir semua pelayanan rawat inap
penderita penyakit syaraf. Karena, selain menimbulkan beban
ekonomi bagi penderita dan keluarganya, Stroke juga menjadi
beban bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, Stroke masih
merupakan masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada
umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial ini diperlukan strategi
penangulangan Stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi,
dan promotif.
Dari hasil data penelitian di Oxford, Inggris bahwa penduduk yang
mengalami stroke disebabkan kondisi-kondisi sebagai berikut : tekanan
darah tinggi tetapi tidak diketahui 50-60%, Iskemik Heart Attack 30%,
TIA 24%, penyakit arteri lain 23%, Heart Beat tidak teratur 14%, dan DM
9%. Stroke hemoragik intraserebral banyak terjadi pada wanita dengan
tanda awal nyeri kepala (sekitar 25 % kasus), sering terjadi setelah pasien
beraktivitas dan berkembang secara progresif setelah 24 jam, prognosa
jelek dan dapat menyebabkan kematian. Hemoragik subarachnoid biasa
terjadi pada wanita usia muda dan pertengahan, biasanya ditanda adanya
nyeri kepala, sering timbul setelah beraktifitas ataupun secara tiba-
tiba/mendadak dapat menyebabkan koma dan kematian (Lewis,
Heitkemper, dan Dirksen, 2000).
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Stroke/CVA
2. Etiologi Stroke/CVA
3. Klasifikasi Stroke/CVA
4. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala Stroke/CVA
5. Patofisiologi Stroke/CVA
6. Pathway Nursing Stroke/CVA
7. Diagnosa Keperawatan Stroke/CVA
8. Pemeriksaan Penunjang
9. Komplikasi Stroke/CVA
10. Penatalaksanaan Stroke/CVA
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui Pengertian Stroke/CVA
2. Agar mahasiswa mengetahui Etiologi Stroke/CVA
3. Agar mahasiswa megetahui Klasifikasi Stroke/CVA
4. Agar mahasiswa mengetahui Manifestasi Klinis/Tanda dan
Gejala Stroke/CVA
5. Agar mahasiswa mengetahui Patofisiologi Stroke/CVA
6. Agar mahasiswa mengetahui Pathway Nursing Stroke/CVA
7. Agar mahasiswa mengetahui Diagnosa Keperawatan
Stroke/CVA
8. Agar mahasiswa mengetahui Pemeriksaan Penunjang
9. Agar mahasiswa mengetahui Komplikasi Stroke/CVA
10. Agar mahasiswa mengetahui Penatalaksanaan Stroke/CVA
BAB Ii
PENDAHULUAN
A. Definisi
Stroke, atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.
Stroke juga merupakan masalah neurologik primer di AS dan di dunia.
Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden
dalam beberapa tahun stroke merupakan penyebab kematian ketiga.
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian
tanpa adanya penybab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
Terdapat kira kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang
mempunyai beberapa kecacatan; dari angka ini, 40% memerlukan bantuan
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Stroke juga dikenal sebagai Cerebrovaskular Accident (CVA) atau
erangan otak. Persediaan darah diinterupsi untuk bagian tertentu dari otak,
menyebabkan sel otak mati; ini mengakibatkan pasien kehilangan fungsi
otak di dalam are yang terpengaruh. Gangguan pada umumnya disebabkan
oleh suatu sumbatan pada aliran darah arterial (ischemic stroke), seperti
pembentukan gumpalan darah, tetapi dapat pula disebabkan oleh
kebocoran atau pecahnya pembuluh darah (hemoragic stroke). Suatu
gumpalan darah dapat berkembang dari sepotong plak yang tidak stabil,
atau suatu embolus yang berjalan dari bagian lain tubuh dan berhenti di
pembuluh darah. Pendarahan mungkin terjadi sebagai hasil dari trauma
atau secara spontan, seperti pada hipertensi tak terkendali. Ischemia terjadi
ketika darah tidak cukup mencapai jaringan otak. Ini mengakibatkan
kurangnya ketersediaan oksigen (hipoksia) dan glukosa (hipoglisemia)
pada otak. Ketika gizi tidak tersedia untuk periode panjang, sel otak mati,
menyerbabkan suatu area infarktus. Defisit permanen diakibatkan oleh
infarktus. Ada peningkatan resiko stroke pada pasien dengan sejarah
hipertensi, diabetes melitus, kolestrol tinggi, fibrilasi atrial, obesitas,
merokok, atau penggunaan kontrasepsi secara oral.
Pasien dapat juga mengalami Transient Ischemic Attack (TIA)
dimana gejala diakibatkan oleh masalah temporerdengan darah mengalir
ke suatu area khusus otak. Gejala mempunyai jangka waktu antara
beberapa menit dan 24 jam.
B. Etiologi
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan stroke antara lain:
1. Trombosis cerebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan teknan darah yang
dapat menyebabkan ismeki serebral. Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak :
a) Atheroklerosis
Adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitass dinding
pembuluh darah. Manifestasi klinis atheroklerosis
bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut:
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan
berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi
thrombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus (embolus).
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi pendarahan.
b) Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit
meningkat dapat melambaikan aliran darah serebral.
c) Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang
dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli:
a) Katup-katup jantung yang rrusak akibat Rheumatik Heart
Desease (RHD)
b) Miokard infark
c) Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga daerah terbentuk gumpalan
kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdrahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atheroklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,
oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyabab perdarahan otak yyang lazim terjadi:
a) Aneurisma berry, biasanya defek kongenital
b) Aneurisma fusiformis dari atheroklerosis
c) Malforma arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga arah arteri langsung balik
masuk vena.
d) Ruptur arterior serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia umum
a) Hipertensi yang parah
b) Cardiac pulmonary arrest
c) Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hypoksia setempat
a) Apasme arteri serebral, yang disertai perdrahan subarachnoid
b) Vasokontriksi arteri otak disertai aakit kepala ringan
C. Manifestasi Klinis
Ketidakseimbangan mental
Disorientasi, bingung
Perubahan emosional, perubahan kepribadian
Afasia (kesulitan berbicara; mungkin reseptif, ekspresi)
Kata-kata tidak jelas
Perubahan sensori
Kekebalan unilateral atau kelemahan pada wajah dan kaki tangan
Serangan
Sakit kepala parah karena naiknya tekanan intrakraniial akibat
perdrahan
Gejala-gejala TIA serupa, nmun durasinya singkat dan sembuh
D. Patofisiologi
Ada dua bentuk CVA :
1. Perdarahan intra serebral ‘
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk
massa atau hematon yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
oedema disekitar otak. Peningkatan trans iskemik attack (TIA) yang
terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak
karena herniasii otak. Perdarahan intra cerebral sering diumpi di
daerah pituitary glad, talamus, sub kortikal, nukelus kandatus, pon,
dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur
dinding pembuluh darah berupa lipoyhalinosis atau nikrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM.
Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah
besar di sirkulasi willisi.
Arteriovenus malformations (AVM) dapat dijumpai pada
jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun
didalam ventrikel otak dan ruang subarachnoid. Pecahnya arteri dan
keluarnya darah keruang subarachnoid mengakibatkan peningkatan
tekanan intrakranial yang mendadak, meregangnya struktur peka
nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaki
kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peingkatan
tekanan intrakranial yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan
subarachnoid pada retina dan penurunan kesdarran. Perdarahan
subarachnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah
serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya
perdrahn, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang
setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi
antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam
cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri diruang subarachnoid.
Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (gangguan hemisensorik,
afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan
glukoa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf
hampr seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya adangan
O2 jika terjadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh
kurang dari 20mg% karena akan menimbukan koma. Kebutuhan
glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh,
sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai70% akan terjadi
gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
E. Klasifikasi
1. Menurut patologi dan gejala kliniknya :
Stroke hemorhagi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh peahnya pembuluh darah otak
pada daerah otak tertentu. Biasanya terjadi saat melakukan
aktivitas atau aat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
Kesadaran pasien umumnya menurun.
Stroke non hemorhagi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, saat bangun tidur
atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskmeia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Keadaran umunnya baik.
2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang
terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala
yang tibul akan hilang sengan spontan dan sempurna dalam waktu
kurang dari 24 jam.
Atroke involusi : stroke yang terjadi masih terus berkembang
dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan
bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa
hari.
Stroke komplit : dimana gangguan neurologis yang timbul sudah
menetap atau permanen, sesuai dengan istilahnya stroke komplit
dapar diawali oleh serangan TIA berulang.
F. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penururnan aliran darah
serebral, dan luasnya area cedera.
1. Hipoksi serebral
Diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke
jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan
hemoglobin serta hematokrit paa tingkat yang dapat diterima akan
membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
2. Aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah
serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk
mencegah perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya
area cedera.
3. Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat
berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menururnkan
aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
penghentian trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebabkan
embolus serebral dan harus diperbaiki.
G. Pemeriksaan Penunjang
o CT scan mengidentifikasi area perdarahan (biasanya untuk
pemakaian darurat)
o MRI (Magnetic Resonance Imaging) mengidentifiksi lokasi
iskemia (lebih lambat dari CT scan)
o MRA dapat mengidentifikasi vascuture abnormal atau vasospasme
o Difusi/perfusi MRI atau MRA akan menunjukkan area yang tidak
mendapatkan suplai darah dalam jumlah cukup, namun beum
mengalami infarkus.
o SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) akan
menunjukkan area yang tidak mendapat perfusi secara tepat.
H. Penatalaksanaan
1. Berusaha menstabilkan tnda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan salran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasaran
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi
2. Berusaha menemukan dan memperbiki aritmia jantung
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan latihan gerak pasif
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses
keperawatan utuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi
arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari
tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokan data dan
perumusan diagnosis keperawatan.
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang
status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik,
psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat
perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan daya
hidup klien.
1) Identitas kklien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),
enis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa
medis.
2) Keluhan utama
Biasanya didapatan kelemahan anggota gerak sebelah badan,
bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
3) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat
mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral
yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi
ataupun diabetes melitus.
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya
untuk pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini
dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.
7) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol,
penggunaan obat kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi, mudah lelah.
e) Pola istirahat dan tidur
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat
karena kejang otot/nyeri otot.
f) Pola hubungan dan peran
Adaya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat
gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah
marah, tidak kooperatif.
h) Pola sensori kognitif
Pada pola sensori, klien mengalami gangguan
pengliatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan
menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada
pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan
proses berpikir.
B. Diagnosa
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran
darah, oklusi, perdarahan, vasopasme serebral, edema serebral,
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, kelemahan, parastesia, paralisis.
3. Gangguan komunikasi verbal/non verbal berhubungan dengan
gangguan sirkulasi, ganngguan neuromuskuler, kelemahan
umum.
4. Gangguan persepsi berhubunngan dengan gangguan
penerimaan sensori, transmisi, integrasi, stress psikologik.
5. Gangguan perawatan diri: ADL brhubungan dengan defisit
neuromuskuler, menurunnya kekuatan otot dan daya tahan,
kehilangan kontrol otot, gangguan kognitif.
6. Gangguan eliminasi urine: inkontinensia fungsional
sehubungan dengan menurunnya sensasi, disfungsi kognitif,
kerusakan komunikasi
7. Gangguan eliminasi bowel: konstipasi, diare sehubungan
dengan menurunnya kontrol volunter, kerusakan komunikasi,
perubahan peristaltik, immobilisasi.
C. Intervensi
No. Diagnosa keperawatan Rencana tindakan Rasional
1. Gangguan perfusi Kaji status neurologik Menentukan
jaringan serebral setiap jam perubahan defisit
berhubungan dengan neurologik lebih
aliran darah, oklusi, lanjut
perdarahan, vasopasme Kaji tingkat kesadaran Tingkat kesadaran
serebral, edema serebral, dengan GCS merupakan indikator
peningkatan tekanan terbaik adanya
intrakranial. perubahan neurologik
Kaji pupil, ukuran, Mengetahui fungsi N
respon terhadap II dan III
cahaya, gerakan mata
Kaji refleks kornea dan Menurunnya refleks
refleks gag kornea dan refleks
gag indikasi
kerusakan batang otak
Evaluasi keadaan
motorik dan sensorik Gangguan motorik
pasien dan sesnsori dapat
terjadi akibat edema
Monitor TTV setiap 1 otak
jam Adanya perubahan
TTV seperti respirasi
menunjukkan
kerusakan pada
Hitung irama denyut
batang otak
nadi, auskultasi adanya
Bradikardia dapat
murmur
diakibatkan adanya
gangguan otak,
murmur dapat terjadi
Pertahankan pasien bed
pada gangguan
rest, berikan
jantung
lingkungan tenang,
Istirahat yang cukup
batasi pengunjung, atur
dan lingkungan yang
waktu istirahat dan
tenang mencegah
aktivitas
perdarahan kembali
Pertahankan kepala
tempat tidur 30-45%
dengan posisi leher
Memvasilitasi
tidak menekuk/fleksi.
drainase vena dari
Anjurkan pasien untuk
otak
tidak menekuk
lututnya/ fleksi, batuk,
Dapat meningkatkan
bersin, feses yang yang
tekanan intrakranial
keras atau mengedan.
Pertahankan suhu
normal
Suhu tubuh yang
meningkat akan
meningkatkan aliran
darah ke otak
sehingga
meningkatkan TIK
B. Saran
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Istilah ini
sudah sangat lumrah di kalangan kita. Oleh karena itu, untuk
mencegah terjadinya stroke, maka yang harus kita ubah mulai
sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan
teratur. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita tidak
akan mudah terserang penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
IDENTITAS
Nama Pasien : Tn. R
Umur : 71 Tahun (30-06-1947)
No. Register : 857XXX
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : wirausaha
Pendidikan : SD
Alamat : Dupak Jaya V/18 Surabaya
Tanggal MRS :21-01-2019 Jam : 12.00 WIB
Diagnosa Medis : CVA INFARK Trombotik / CVA ICH
STATUS KESEHATAN
Keluhan Utama Saat Masuk RS :
4. Genogram :
5.Vital Signs :
Kesadaran / GCS : Compos Mentis, GCS = 456 (E = 4, V = 5, M = 6)
Tekanan Darah : 160/90 mmHg
Frekuensi Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36ᵒC
Nadi : 96 x/menit
Berat Badan : 55 kg
Tinggi Badan : 170 cm
IMT : 19.6 kg/m²
Normal Status Gizi (IMT) : 18,5 – 25
Data Obyektif:
Pasien Nampak lemas dan bedrest, istri pasien menanyakan
bagaimana kondisi pasien
Masalah keperawatan :
Defisit pengetahuan ( diagnose promkes)
2. Pola Nutrisi – Metabolik
Data subyektif :
ada alergi makanan dan obat. Dan pasien suka makan ayam dan
daging sapi
Data obyektif :
B (Biokimia) : -
Data subyektif :
belum BAB
tidak ada massa/hernia, tidak terpasang selang kateter., tidak ada nyeri
3. Pola Aktivitas
Data subyektif :
MRS : pasien terlihat lemah, bedrest total dan ADL dibantu oleh istri.
Data obyektif : pasien bedrest total, keadaan umum lemah, ADL dibantu
istri,
Aktivitas 0 1 2
Makan v
Mandi v
Berpakaian v
Toileting v
Ambulasi v
Kemampuan motorik
4 5
4 5
Data subyektif :
sampai dengan waktu adzan subuh sekitar jam 04.00. sebelum tidur pasien
biasa menonton televisi dan tidur dalam keadaan lampu kamar dimatikan.
tidur
Data obyektif :
begitu jelas
Hasil CT Scan : sub acute infark thrombosis di sub cortex dan kapsula
interna kiri
actual )
Dengan keadaan pasien selama ini pasien merasa tidak bisa melakukan
gangguan reproduksi
HEMATOLOGI
Hb 14,1 g/d Bayi 0-1hr : 13,2-17,3 g/d
Bayi 2hr : 13,2-17,4 g/d
Bayi 3-5hr : 15,0-24,6 g/d
Anak 1-6th :
10,7-14,7 g/d
Anak 7-13th : 10,9-15,6 g/d
Dewasa >13th : 12,8-16,8 g/d
KIMIA KLINIK
GDA 124 mg/d 50-140 mg/d
BUN 19 mg/d 6-20 mg/d
SGPT 31 U/L <41 U/L
ALBUMIN 3,6 g/d Bayi 0-12bln : 3,8-5,4 g/d
Anak 1-13th : 3,8-5,4 g/d
Dewasa >13th : 3,8-5,4 g/d
K/NA/CL
Kalium 4,1 mmol/L Bayi 0-12bln : 3,3-5,6
Anak 1-13th : 3,3-4,6
Dewasa >13th : 3,6-5,9
Natrium 138 mmol/L Bayi 0-12bln : 132-143
Anak 1-13th :
132-145
Dewasa >13th :
136=145
Chloride Bayi 0-12bln : 96-116
101 mmol/L Anak 1-13th :
96-111
Dewasa >13th :
96-106
Terapi
Infuse RL 14tpm
Injeksi piracetam
Sohobion injeksi Citicolin 3 x 250
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. R No. Register : : 857XXX
Umur : 71 Tahun DiagnosaMedis : CVA
iskemia
Data okjektif
- Pasien bedrest total
hipoksia
- Keadaan Umum lemah
- TTV:
nekrotik jaringan otak
TD: 160/90
N: 96
Hemiplegia,
S: 36
paraplegia, kelemahan,
RR: 20
penurunan kesadaran
SPO2:98%
- ADL: Partial care
Gangguan mobilitas
- Motorik
fisik
4 5
4 5
Asuhan keperawatan
Klien dengan perfusi serebral tidak efektif
SDKI (0017)
Tanggal Diagnosis keperawatan Nursing Outcome Nursing Intervention
Clasifications (NOC) Clasification (NIC)
Tujuan Intervensi
21 januari 2019 Perfusi serebral tidak efektif Perfusi jaringan otak 1. jelaskan tentang penyakit
terpenuhi (1-3x 24 jam 2. Monitor status neurologi
Dibuktikan dengan / d.d: (GCS , Nyeri kepala)
Factor resiko : Criteria hasil : 3. Monitor TTV
Cedera kepala 1.Peningkatan tingkat 4. Berikan posisi headup (30
kesadaran derajat )
Ateroskeloris aorta 2.GCS meningkat sampai 5. Anjurkan Bed rest
Tumor otak normal (456)
Neoplasma otak 3. Tidak ada peningkatan
21/01 Perawat pagi P/B datang dari poli dengan S CVA CT Scan tunggu
infark trombolik dngan diagnose CVA hasil
2019 ICH pada jam 09.00
09.00 I:
obs vs
memasang pagar pengaman
memposisikan pasien yang
nyaman
c/ CT scan
Lab di lengkapi
21/01 Perawat S : pasien terlihat lemah, bedrest
siang total dan ADL di bantu oleh istri
2019
14.00
O : pasien bedrest total
k/u lemah
Resiko jatuh
Resiko perfusi serebral
P:
k/u lemah
Resiko jatuh
P:
Jam 07.00
O:
Resiko jatuh
P:
22/01/2019 Perawat
S : Pasien mengatakan lemah
siang
O:
GCS 456
TD: 170/90
N: 82
S: 36
RR: 18
SPO2: 99%
Skor resiko jatuh : 2 nyeri ringan
Resiko jatuh
P:
22/01/2019 Perawat
malam
O:
GCS 456
TD: 170/90
N: 82
S: 36
RR: 18
SPO2: 99%
Skor resiko jatuh : 2 nyeri ringan
Resiko jatuh
P: