Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua negara mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur dari
keabsahan politik. Kehendak rakyat adalah dasar utama
kewenangan pemerintahan menjadi basis tegaknya sistem politik demokrasi.
Negara yang tidak memegang demokrasi disebut negara otoriter. Negara otoriter
pun masih mengaku dirinya sebagai negara demokrasi. Ini menunjukkan bahwa
demokrasi itu penting dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan. Dalam
realitanya perkembangan sistem ketatanegaraan mulai berkembangdari teori-teori
para filsuf kuno yang banyak diadopsi oleh bangsa-bangsa yangada di seluruh
dunia.
Setiap negara menganut system ketatanegaraan. Salah satucontohnya
adalah sistem pemerintahan demokrasi. Salah satu sistem pemerintahan klasik
yang sudah ada sejak dulu kala. Sejak zaman Yunani Kuno yang kemudian
dikembangkan oleh para penganut aliran-aliran yang sependapat dengan pembuat
sistem pemerintahan tersebut.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara pada umumnya
memberikan pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan
dalam masalah-masalah pokok yang mengenai kehidupannya, termasuk dalam
menilai kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat. Dengan demikian,
negarademokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara)
atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar de,okrasi adalah prinsip trial politica yang membagi ketiga
politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga
jenis lembaga yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang
sejajar satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah


a) Pengertian demokrasi dan pemerintahan
b) Kelemahan sistem demokrasi pemerintahan

1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui ilmu politik
b) Untuk mengetahui sejarah perkembangan demokrasi pemerintahan
c) Untuk menjelaskan prinsip-prinsip demokrasi
d) Mengetahui macam-macam demokrasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Demokrasi
Konsep demokrasi lahir dari tradisi Yunani tentang hubugan negara dan
hukum yang dipraktikkan antara abad ke 6 SM sampai abad ke 4 M. Pada masa
itu demokrasi yang dipraktikkan berbentuk demokrasi langsung, yaitu dimana hak
rakyat dalam membuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh
warga negara berdasarkan prosedur mayoritas.
Demokrasi langsung tersebut berjalan secara efektif karena negara kota
Yunani Kuno merupakan sebuah kawasan politik yang tergolong kecil, yaitu
sebuah wilayah dengan jumlah penduduk tidak lebih dari 300.000 penduduk.
Yang unik dari demokrasi Yunani itu adalah ternyata hanya kalangan tertentu
(warga negra resmi) yang dapat menikmati dan menjalankan sistem demokrasi
awal tersebut. Sementara masyarakatnya berstatus budak, pedagang asing, anak-
anak dan perempuan tidak bisa menikmati demokrasi.
Dalam sejarah demokrasi, demokrasi Yunani Kuno berakhir pada abad
pertengahan. Pada masa itu masyarakat Yunani berubah menjadi masyarakat
feodal yang ditandai oleh kehidupan keagamaan terpusat pada Paus dan pejabat
agama dengan kehidupan politik yang diwarnai dengan perbutan kekuasaan di
kalangan para bangsawan.
Sejarah demokrasi selanjutnya tumbuh kembali di Eripa menjelang akhir
abad pertengahan, ditandai oleh lahirnya Magna Charta (piagam besar) di negara
Inggris. Magna Charta adalah suatu piagam yang dimana memuat perjanjian
antara kaum bangsawan dan Raja John Inggris. Dalam piagam Magna Charta
menegaskan bahwa Raja mengakui dan menjamin beberapa hak dan hak khusus
bawahannya. Dalam hal ini terdapat dua hal yang sangat mendasar pada piagam
ini, adanya pembatasan kekuasaan raja dan HAM (Hak Asasi Manusia) lebih
penting daripada kedaulatan rakyat.
Dalam sejarah demokrasi, momentum lainnya yang menandai kemunculan
kembali demokrasi di Eropa yaitu gerakan pencerahan dan reformasi. Gerakan
pencerahan adalah gerakan yang menghidupkan kembali minat pada budaya dan
sastra Yunani Kuno. Gerakan reformasi yaitu penyebab lain kembalinya tradisi
demokrasi di Barat, setelah pernah tenggelam pada abad pertengahan tersebut.
Gerakan reformasi adalah gerakan revolusi agama di Eropa pada abad ke 16.
Tujuan dari gerakan ini yaitu gerakan kritis terhadap kebekuan doktrin gereja.
Lahirnya istilah kontrak sosial antara yang berkuasa dan yang dikuasai
tidak lepas dari dua filsuf Eropa, John Locke dari Inggris dan Monstesquieu dari
Perancis. Pemikiran keduanya telah berpengaruh pada ide dang gagasan
pemerintah demokrasi. Menurut Locke, hak-hak politik rakyat mencakup hak atas
hidup, kebebasan dan juga hak kepemilikan, sedangkan
menurut Montesquieu sistem politik tersebut adalah melalui prinsip trias
politica. Trias Politica adalah suatu sistem dimana pemisahan kekuasaan dalam
negara menjadi tiga bentuk kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan
eksekutif dan kekuasaan yudikatif.
Gagasan demokrasi dari kedua filsuf Eropa itu pada akhirnya berpengaruh
pada kelahiran konsep konstitusi demokrasi Barat. Konstitusi demokrasi yang
bersandar pad trias politica ini selanjutnya berakibat pada munculnya konsep
negara kesejahteraan. Konsep negara kesejahteraan tersebut pada intinya
merupakan suatu konsep pemerintahan yang memprioritaskan kinerja pada
peningkatan kesejahteraan warga negara.

B. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis kata Demokrasi terdiri dari dua kata Yunani yaitu
“damos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan
“cratein atau cratos” yang berarti kedaulatan atau kekuasaan. Gabungan kedua
kata demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) memiliki arti suatu sistem
pemerintahan dari rakyat , oleh rakyat dan untuk rakyat.
Pengertian Demokrasi menurut pendapat Joseph A. Schmeter,
Demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan
politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara
perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
Menurut pandangan Sidney Hook, Pengertian Demokrasi adalah bentuk
pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara
langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
Philippe C. Schmitter mengemukakan pengertian
demokrasi, Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah
diminta tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh
warga negaranya, yang bertindak baik secara tidak langsung melalui kompetisi
dan kerja sama dengan para wakil mereka yang telah terpilih.
Pengertian Demokrasi menurut Henry B. Mayo, Demokrasi sebagai
sistem politik yaitu suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh
rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan
politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
Dari pengertian demokrasi yang disampaikan di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Hakikat Demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses
sosial politik. Dengan kata lain, pemerintahan demokrasi adalah pemerintahan di
tangan rakyat yang mengandung pengertian tiga hal : (1) Pemerintahan itu dari
rakyat, (2) Pemerintahan itu oleh rakyat dan (3) Pemerintahan itu untuk rakyat.
Dari ketiga faktor pemerintahan yang demokrasi ini merupakan tolak ukur umum
dari suatu pemerintahan yang demokratis.
Demokrasi terbagi menjadi 3 yaitu :
a. Demokrasi Konstitusional
Ciri khas dari demokrasi konstitusional ialah gagasan bahwa pemerintah
yang demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak
dibenarkan bertindak sewenang – wenang terhadap warga negaranya
Gagasan bahwa kekuasaan pemerintah perlu dibatasi mengingat bahwa
pemerintahan selalu diselenggarakan oleh manusia dan bahwa pada msanusia itu
tanpa kecuali melekat banyak kelemahan.hal ini dikemukakan oleh seorang ahli
sejarah Inggis lord acton.
Pada waktu demokrasi konstitusional muncul sebagai suatu program dan
sistem politik yang konkret yaitu pada akhir abad ke – 19, dianggap bahwa
pembatasan atas kekuasaan negara sebaiknya diselenggarakan dengan suatu
konstitusi tertulis, yang dengan tegas menjamin hak – hak asasi warga negara.
Kekuasaan dibagi sedemikian rupa sehingga kesempatan penyalahguanaan
diperkecil, yaitu dengan cara menyerahkannya kepada beberapa orang atau badan
dan tidak memusatkan kekuasaan pemerintahan dalam tangan satu orang atau satu
badan.
Demokrasi diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dri rakyat oleh
rakyat dan untuk rakyat. Istilah demokrasi ini memberikan posisi penting bagi
rakyat sebab dengan demokrasi, hak-hak rakyat untuk menentukan sendiri
jalannya organisasi Negara dijamin.
Penerapan demokrasi di berbagai Negara di dunia memiliki ciri khas dan
spesifikasi masing-masing, lazimnya sangat dipengaruhi oleh ciri khas masyarakat
sebagai rakyat dalam suatu negara. Indonesia sendiri menganut demokrasi
pancasila di mana demokrasi itu dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur
Pancasila sehingga tidak dapat diselewengkan begitu saja.
Implementasi demokrasi pancasila terlihat pada pesta demokrasi yang
diselenggarakan tiap lima tahun sekali. Dengan diadakannya Pemilihan Umum
baik legislatif maupun presiden dan wakil presiden terutama di era reformasi ini,
aspirasi rakyat dan hak-hak politik rakyat dapat disalurkan secara langsung dan
benar serta kedaulatan rakyat yang selama ini hanya ada dalam angan-angan
akhirnya dapat terwujud.

b. Demokrasi Substantif
Demokrasi secara substantif fokusnya pada kondisi kehidupan dan politik
yang dikembangkan suatu rezim. Apakah rezim tersebut mempromosikan
kesejahteraan warganegara, kebebasan individual, keamanan, kesetaraan,
kesetaraan social, pilihan public, atau resolusi konflik secara damai? Itu
merupakan pertanyaan yang diajukan kalangan yang mengartikan demokrasi
secara substansial.
Dalam pengertian substansial ini, dapat saja suatu Negara dinyatakan
sebagai demokratis kendati undang-undang Negara tersebut tidak menggariskan
sesuatu yang demokratis. Demokrasi dalam pengertian ini, yang mungkin
menyebabkan Mohamad Hatta, founding father Indonesia, menulis artikelnya
“Demokrasi Kita.” Di artikel tersebut, Hatta menyatakan bahwa demokrasi
tidaklah aneh bagi masyarakat Indonesia. Ia mencontohkan di nagari-nagari
Minangkabau, pengambilan keputusan dilakukan secara bersama berdasar
musyawarah untuk mufakat. Meski tidak pernah menyebut “demokrasi”, nagari-
nagari tersebut sesungguhnya memberlakukan demokrasi secara substansial.

c. Demokrasi Prosedural.
Demokrasi secara Prosedural adalah perhatian pada prosedur-prosedur
pemerintahan yang dilakukan pemerintah. Kajian ini utamanya terfokus pada
aspek Pemilihan Umum. Titik perhatiannya pada pemilihan kompetitif yang
melibatkan sejumlah besar warganegara yang secara periodik ikut serta dalam
pemilihan umum.
Titik perhatian pada pemilihan umum ini krusial, oleh sebab lewat prosedur
tersebut perubahan kebijakan dan personil pemerintahan akan terjadi. Jika
prosedur pemilihan umum tidak mengandung nuansa kompetitif, penganut aliran
procedural ini menganggap suatu Negara tidaklah demokratis. Ini misalnya terjadi
di pemilu-pemilu Indonesia era ORde Baru. Pemilu-pemilu yang terjadi tidaklah
kompetitif oleh sebab “Negara” ikut serta dalam pemilu lewat salah satu
kontestannya. Suatu organisasi bernama Freedom House mengkategorikan,
prosedur dari suatu demokrasi adalah:
Sistem politik multipartai yang kompetitif,
1. Hak pilih universal bagi orang-orang dewasa,
2. Adanya pemilu periodic yang mengandung asas langsung, umum, bebas,
dan rahasia,
3. Warganegara dapat mengakses informasi seputar partai politik yang ikut
bersaing secara terbuka.
Orientasi Proses. Demokrasi secara Orientasi Proses sangat berbeda
dengan tiga pengertian demokrasi sebelumnya. Demokrasi dalam pengertian ini
mengidentifikasi sejumlah persyaratan minimum agar suatu pemerintahan atau
Negara dinyatakan sebagai demokrasi. Kajian klasik atas ini dilakukan teoritisi
kampium demokrasi yaitu Robert A. Dahl. Bagi Dahl, proses-proses minimal
suatu demokrasi adalah:
1) Partisipasi efektif. Artinya, sebelum suatu keputusan atau kebijakan
diambil, masyarakat harus dilibatkan dalam hal pengutaraan pandangan-
pandangan mereka.
2) Hak suara yang sama. Tatkala pengambilan keputusan atas suatu kebijakan
akan diambil, setiap yang terlibat harus sama hak suaranya untuk lakukan
voting.
3) Pemahaman. Menjelang pengambilan suatu keputusan, mereka yang
terlibat harus berkesempatan mengkaji alternative keputusan lain berikut
dampak-dampaknya.
4) Kontrol Agenda. Semua pengambil keputusan harus berkesempatan
mengendalikan cara bagaimana jalannya suatu keputusan atau kebijakan.
Mereka dapat merevisi atau memperbaikinya di suatu saat nanti.
5) Keterbukaan. Seluruh orang dewasa yang sudah tiba hak pilihnya, harus
berkesempatan melakukan voting.

Вам также может понравиться