Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud kanker payudara
2. Mengetahui jenis-jenis kanker payudara
3. Mengetahui penyebab dari kanker payudara
4. Mengetahui tanda dan gejala kanker payudara
5. Mengetahui tingkatan stadium kanker payudara
6. Mengetahui proses terjadinya kanker payudara
7. Mengetahui pathway dari kanker payudara
8. Mengetahui pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
kanker payudara
9. Mengetahui penatalaksanaan dari kanker payudara
10. Mengetahui komplikasi dari kanker payudara
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker payudara
BAB II
PEMBAHASAN
b. Stadium II
Tumor kurang dari 5 cm, atau lebih kecil dengan keterlibatan nodus limfe
aksilaris yang dapat digerakkan.
c. Stadium III
1) Stadium IIIa
Tumor lebih besar dari 5 cm, atau tumor disertai dengan perbesaran
nodus limfe aksila yang terfiksasi satu sama lain atau pada jaringan di
dekatnya.
2) Stadium IIIb
Lesi disertai nodulus satelit, terfiksai pada kulit atau dinding dada,
ulserasi, edema, atau dengan keterlibatan nodus supraklavikular atau
intraklavikular.
d. Stadium IV
Semua tumor dengan metastasis jauh.
2.6 PATOFISIOLOGI
Ca mammae terjadi karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel payudara
dan apoptosis sehingga sel payudara berpoliferasi secara terus-menerus.
Hilangnya fungsi apoptosis menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi
kerusakan sel akibat kerusakan DNA. Bila terjadi mutasi gen p53 maka fungsi
sebagai pendeteksi kerusakan DNA akan hilang, sehingga sel-sel abnormal
berpoliferasi terus-menerus. Peningkatan jumlah sel tidak normal ini
umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker. Tumor jinak
biasanya merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam suatu wadah
yang menyerupai kantong. Lewat aliran darah maupun sistem getah bening,
sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan keluar dari kumpulannya dan
menyebar ke bagian lain tubuh.
Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh berkembang di tempat
baru, yang akhirnya membentuk segerombolan sel tumor ganas atau kanker
baru. Keganasan kanker payudara ini dengan menyerang sel-sel nomal
disekitarnya, terutama sel-sel yang lemah. Sel kanker akan tumbuh pesat
sekali, sehingga payudara penderita akan membesar tidak seperti biasanya.
Ca mamae berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara. Pertumbuhan
dimulai dari dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut karsinoma
noninvasif. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau kelenjar
di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama
karsinoma invasif. Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening,
deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening
aksiler atau supraklavikuler membesar. Ca mammae pertama kali menyebar ke
kelenjar aksila regional. Lokasi metastasis paling jauh yaitu tulang, hati, paru,
pleura, dan otak (Heffner, 2005).
2.7 PATHWAY CA MAMMAE
Pre operasi
- Genetik
- Hormon
Jaringan epithelia
Karsinoma insitu
Invasi stroma
Post operasi
Pembedahan
KERUSAKAN RESIKO
POLA SEKSUALITAS NYERI
MOBILITAS INFEKSI
TIDAK EFEKTIF AKUT
FISIK
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG CA MAMMAE
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat,
trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin.
2) Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
b. Tes Diagnostik
1) Mamografi
Dengan tes ini dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Bila
secara klinis dicurigai ada tumor dan pada mamografi tidak ditemukan
apa-apa, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsi sebab sering
karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya bila
mamografi positif dan secara klinis tidak teraba tumor pemeriksaan
harus dilanjutkan dengan pungsi atau biopsi.
2) Ulrasonografi
USG biasanya digunakan bersamaan bersama dengan mamografi,
tujuannya untuk membedakan kista yang berisi cairan atau solid.
Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto thoraks, USG
abdomen, Bone scanning dan CT scan.
3) X-foto thorax
Dapat membantu mengetahui adanya keganasan dan mendeteksi
adanya metastase ke paru-paru.
4) Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Merupakan pemeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh
dari hasil punksi jarum terhadap lesi yang dapat dipakai untuk
menentukan apakah akan segera disiapkan pembedahan dengan
sediaan beku atau akan dilanjutkan oleh pemeriksaan lain. Cara
pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi,
namun tidak dapat memastikan tidak adanya keganasan. Hasil negatif
pada pemeriksaan ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak mengenai
daerah keganasan sehingga biopsi eksisi tetap diperlukan untuk
konfirmasi hasil negatif tersebut (Sjamsuhidayat, 2004).
b. Diagnosa Keperawatan
Praoperatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (retraksi
puting payudara).
2) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan
mengenai proses penyakit.
4) Postoperatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (trauma
pembedahan).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pengobatan
(pengangkatan nodus limfe dan otot pektoralis).
4) Potensial disfungsi seksual berhubungan perubahan struktur tubuh
(kehilangan payudara).
c. Intervensi Keperawatan
Praoperatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan massa
tumor
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
a) Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
b) Nyeri tekan tidak ada
c) Ekspresi wajah tenang
d) Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
a) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan
penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan
rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat
dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
b) Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk
rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
c) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa
nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
d) Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi
acuan adanya peningkatan nyeri.
e) Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri
sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan.
Postoperatif
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma insisi
Tujuan : Tidak adanya nyeri dan rasa tidak nyaman
Kriteria hasil :
Intervensi :
a) Kaji intensitas, sifat dan letak nyeri.
Rasional : memberikan dasar untuk mengkaji keefektivitasan
tindakan pereda nyeri.
b) Berikan analgesik sesuai yang diresepkan.
Rasional : meningkatkan peredaan nyeri.
c) Posisi tubuh yang sesuai akan meningkatkan kenyamanan,
seperti posisi semi-fowler’s dan meninggikan lengan yang
sakit.
Rasional : stress pada letak insisi dikurangi; gaya gravitasi
mengurangi akumulasi cairan pada lengan.
d) Instruksikan pasien untuk menghubungi dokter jika lengan
atauh letak insisi menjadi sangat nyeri, bengkak atau
kemerahan.
Rasional : Pengobatan dini terhadap kemungkinan infeksi atau
cedera akan menghindari ketidaknyamanan dan komplikasi
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA