Вы находитесь на странице: 1из 12

KEGAWATDARURATAN WISATA KEMASUKAN BENDA ASING

A. Defenisi
Kemasukan benda asing adalah keadaan darurat dimana bagian tubuh seperti
mata, hidung, telinga dan mulut secara tidak sengaja (tidak diinginkan) atau disengaja
kemasukan benda asing yang dapat mengganggu sistem vital tubuh siapa saja dan kapan
saja yang dapat menyebabkan kematian karena kurangnya pengetahuan pertolongan
pertama.
Benda asing adalah benda yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang dalam
keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas
benda asing eksogen (dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda
asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terbagi
terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang
(yang berasal dari kerangka bintang) dan zat organik seperti paku, jarum, peniti, batu dan
lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif seperti zat
kimia, dan benda cair non iritatif yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing eksogen dapat
berupa sekret kental, darah, bekuan darah, nanah, krusta.

B. Benda asing di telinga


1. Defenisi
Benda asing telinga adalah benda asing yang berada diliang telinga. Bila kemasukan
benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan pendengaran. Terkadang benda
asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam telinga orang dewasa yang mencoba
membersihkan kanalis eksternus atau mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-
anak memasukkan benda tersebut ke dalam telinganya sendiri. Namun, terkadang
sering dianggap enteng oleh setiap orang. Benda yang masuk ketelinga bisa berupa
benda mati ataupun benda hidup, binatang, komponen tumbuh-tumbuhan atau
mineral. Pada anak kecil sering ditemukan kacang hijau, manik-manik, dan lain-lain.
Pada orang dewasa yang relatif sering adalah kapas cotton buds yang tertinggal,
potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan serangga kecil seperti
kecoa, semut dan nyamuk.
2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing bisa berada diliang telinga
yaitu :
a. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
b. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu menggunakan alat
alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek api atau lidi yang tertinggal
di dalam telinga
c. Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk ke dalam
telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.

3. Manifestasi Klinis
a. Merasa tidak enak di telinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga merasa
tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan telinganya, padahal
membersihkan akan mendorong benda asing yang masuk ke dalam menjadi masuk
lagi.
a. Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja
membuat telinga terasa tersumbat
b. Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya
ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah
c. Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman
pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi telinga
akibat benda asing.
4. Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain pada anak – anak yaitu faktor kesengajaan dari anak tersebut , faktor
kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang dewasa
seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor kebetulan yang tidak disengaja
seperti kemasukan air, serangga lalat , nyamuk dan lain-lain. Masuknya benda asing
ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius eksternus akan menimbulkan
perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien akan berusaha mengeluarkan benda
asing tersebut. Namun, tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan benda asing
tersebut sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asing ke bagian tulang
kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane
timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan
menyebabkan gangguan pendengaran , rasa nyeri telinga/ otalgia dan kemungkinan
adanya risiko terjadinya infeksi.

5. Penatalaksanaan
a. Jika benda asing masih hidup, harus dimatikan terlebih dahulu sebelum dikeluarkan.
Biasanya cukup dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan
cairan, kemudian benda asing tersebut diirigasi dengan air bersih untuk
mengeluarkannya, atau dengan pinset atau kapas . Benda asing yang besar dapat
ditarik dengan pengait serumen, yang kecil bisa diambil dengan cunam atau pengait.
b. Jika benda asing ringan dan mudah bergerak, keluarkan dengan suction. Jika benda
asing keras dan pasien tidak kooperatif, benda asing dapat dikeluarkan dengan
pengait atau wire loop.
c. Forsep aligator dipakai untuk mengeluarkan benda asing yang lunak seperti kapas
dan kertas.
d. Benda asing yang licin dan keras seperti batu, manik-manik, biji-bijian pada anak-
anak yang tidak kooperatif harus dikeluarkan dalam narcosis. Dengan memakai head
lamp yang sinarnya terang, benda asing dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan
pengait.
C. Benda asing disaluran pernafasan
1. Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut antara lain di tonsil,
dasar lidah, valekula, sinus piriformis yang menimbulkan rasa nyeri pada waktu
menelan (odinofagia), baik makanan maupun ludah, terutama bila benda asing tajam
seperti tulang ikan, tulang ayam. Untuk memeriksa dan mencari benda itu di dasar
lidah, valekula dan sinus piriformis diperlukan kaca tenggorok yang besar (no 8-
10).Benda asing di sinus piriformis menunjukkan tanda Jackson yaitu terdapat
akumulasi ludah di sinus piriformis tempat benda asing tersangkut. Bila benda asing
menyumbat introitus esofagus, makan tampak ludah tergenang di kedua sinus
piriformis.

2. Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau
berada di subglotis.Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak
(posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat
biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini
disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai
afonia, apneu dan sianosis. Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan gejala
suara parau, disfonia sampai afonia, batuk yang disertai sesak, odinofagia, mengi,
sianosis, hemoptisis dan rasa subyektif dari benda asing dan dispneu dengan derajat
bervariasi. Gejala dan tanda ini jelas bila benda asing masih tersangkut di laring,
dapat juga benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih meninggalkan rekasi laring
oleh karena edema laring.

3. Benda asing di bronkus, lebih banyak masuk ke dalam bronkus kanan, karena
bronkus kanan hamper merupakan garis lurus dengan trakea, sedangkan bronkus kiri
membuat sudut dengan trakea. Pasien dengan benda asing di bronkus yang datang ke
rumah sakit kebanyakan berada pada fase asimtomatik.Pada fase ini keadaan umum
pasien masih baik dan foto rontgen toraks belum memperlihatkan kelainan.Pada fase
pulmonum, benda asing berada di bronkus dan dapat bergerak ke perifer.Pada fase ini
udara yang masuk ke segmen paru terganggu secara progresif, dan pada auskultasi
terdengar ekspirasi memanjang di sertai mengi. Derajat sumbatan bronkus dan gejala
yang ditimbulkannya bervariasi, tergantung pada bentuk, ukuran dan sifat benda asing
dan dapat timbul emfisema, atelektasis, serta abses paru. Benda asing organik
menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran napas dengan gejala
laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk dan demam ireguler. Tanda fisik benda asing
di bronkus bervariasi, karena perubahan posisi benda asing dari satu sisi ke sisi lain
dalam paru.

4. Faktor prediposisi
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran
napas antara lain :
a. Faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal).
b. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (kelainan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme, epilepsi).
c. Faktor fisik (yaitu kelainan dan penyakit neurologik).
d. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
e. Faktor dental, medikal dan surgikal (antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi,
belum tumbuhnya gigi molar pada anak yang berumur <4 tahun).
f. Faktor kejiwaan (antara lain emosi, gangguan psikis).
g. Ukuran dan bentuk serta sifat benda asing.
h. Faktor kecerobohan (antara lain meletakkan benda asing di mulut, persiapan
makanan yang kurang baik, makan atau minum yang tergesa-gesa, makan sambil
bermain (pada anak-anak), memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi
molarnya belum lengkap.

5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang timbul akibat aspirasi benda asing di jalan nafas tergantung
pada ukuran, lokasi, jenis, bentuk, sifat iritasinya terhadap mukosa, lama benda asing
di jalan nafas, derajat sumbatan serta ada tidaknya komplikasi.Gejala aspirasi benda
asing dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu :
a. Fase awal yaitu saat benda asing teraspirasi, batuk-batuk hebat secara tiba-tiba,
rasa tercekik, rasa tersumbat di tenggorok, wheezing dan obstruksi nafas, dapat
juga disertai adanya sianosis terutama perioral, kematian pada fase ini sangat
tinggi.
b. Fase asimptomatik yaitu interval bebas gejala terjadi karena benda asing
tersangkut pada satu tempat, dapat terjadi dari beberapa menit sampai berbulan-
bulan setelah fase pertama. Lama fase ini tergantung lokasi benda asing, derajat
obstruksi yang ditimbulkannya dan jenis benda asing yang teraspirasi serta
kecenderungan benda asing untuk berubah posisi.
c. Fase komplikasi yaitu telah terjadi komplikasi akibat benda asing, dapat berupa
pneumonia, atelektasis paru, abses dan hemoptisis.

6. Penatalaksanaan
a. Benda asing di laring.
Pasien dengan benda asing di laring harus diberi pertolongan dengan segera,
karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Pada anak
dengan sumbatan total pada laring, dapat dicoba menolongnya dengan memegang
anak dengan posisi terbalik, kepala ke bawah, kemudian daerah
tengkuk/punggung dipukul, sehingga diharapkan benda asing dapat dibatukkan ke
luar.Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat di laring secara
total ialah dengan cara perasat dari Heimlich dapat dilakukan pada anak maupun
orang dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing masuk ke dalam laring ialah
pada waktu inspirasi. Dengan demikian paru penuh oleh udara, diibaratkan
sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka sumbatannya
akan terlempar ke luar.
Dengan perasat Heimlich, dilakukan penekanan pada paru.Caranya ialah,
bila pasien masih dapat berdiri, maka penolong berdiri di belakang pasien,
kepalan tangan kanan penolong diletakkan di atas prosesus xifoid, sedangkan
tangan kirinya diletakkan di atasnya. Kemudian dilakukan penekanan ke belakang
dan ke atas paru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan terlempar
ke luar dari mulut pasien. Bila pasien sudah terbaring karena pingsan, maka
penolong bersetumpu pada lututnya di kedua sisi pasien, kepalan tangan di
letakkan di bawah prosesus xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke bawah dan
ke arah paru beberapa kali, sehingga diharapkan benda asing akan terlempar ke
luar mulut pasien.pada tindakan ini posisi muka pasien harus lurus, leher jangan
ditekuk ke samping, supaya jalan napas merupakan garis lurus.
Komplikasi perasat Heimlich ialah kemungkinan terjadi rupture lambung
atau hati dan fraktur iga. Oleh Karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya
tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari
kanan dan kiri.
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring, perasat Heimlich
tidak dapat digunakkan. Dalam hal ini pasien masih dapat dibawa ke rumah sakit
terdekat untuk diberi pertolongan dengan menggunakan laringoskop atau
bronkoskop, atau kalau alat-alat itu tidak ada, dilakukan trakeostomi. Pada waktu
tindakan trakeostomi, pasien tidur dengan posisi Trendelenburg, kepala lebih
rendah dari badannya, supaya benda asing tidak turun ke trakea
b. Benda asing di bronkus
Untuk mengeluarkan benda asing dari bronkus dilakukan bronkoskopi,
menggunakan bronkoskop kaku atau serat optic dengan memakai cunam yang
sesuai dengan benda asing itu.Tindakan bronkoskopi harus segera dilakukan,
apalagi bila benda asing bersifat organic. Benda asing yang tidak dapat dikeluarkan
dengan cara bronkoskopi, seperti benda asing tajam, tidak rata dan tersangkut pada
jaringan, dapat dilakukan servikotomi atau torakotomi.Antibiotik dan kortikosteroid
tidak rutin diberikan setelah tindakan endoskopi pada ekstraksi benda
asing.Fisioterapi dada dilakukan pada anak kasus pneumonia, bronchitis purulenta
dan atelektasis. Pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan, jika paru bersih dan
tidak demam.Foto toraks pasca bronkoskopi dibuat hanya bila gejala pulmonum
tidak menghilang. Gejala-gejala persisten seperti batuk, demam, kongesti paru,
obstruksi jalan napas atau odinofagia memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan
pengobatan yang tepat dan adekuat.
D. Benda asing dimata
1. Defenisi
Benda asing merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering
mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa
cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu benda asing masuk kedalam bola mata maka akan
terjadi reaksi infeksi yang berat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu,
perlu segera dikeluarkan dengan cepat. Benda asing dipermukaan mata hanya menyebabkan
sedikit atau tidak ada kerusakan, bila terbatas pada forniks konjungtiva, walaupun penyebab
lain akan menyebabkan kerusakan akibat gesekan atau sifat kimiawinya

2. Etiologi dan faktor resiko


Benda asing yang masuk ke konjungtiva sebagian besar merupakan akibat dari
kecelakaan yan terjadi selama melakukan aktivitas sehari-hari. Jenis benda asing yang paling
banyak masuk kedalam mata adalah :
a. Bulu mata
b. Serbuk gergaji
c. Kosmetik
d. Lensa kontak
e. Partikel logam
f. Pecahan kaca
Benda yang masuk kedalam mata dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu
a. Benda logam emas, perak, platina, timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga
besi
b. Benda bukan logan batu, kaca, perselin, karbon, bahan tumbuh-tumbuhan, pakaian,
dan bulu mata.
c. Benda inert benda yang terdiri dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi
pada mata, walaupun di beberapa kasus terdapat reaksi yang ringan dan tidak
mengganggu fungsi mata seperti emas, perak, platina, batu, kaca, porselin, dan plastik
jenis tertentu.
d. Benda reaktif yaitu benda yang menimbulkan reaksi pada mata sehingga
mengganggu fungsi mata seperti timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga,
kuningan, besi, tumbuh-tumbuhan, pakaian, dan bulu ulat.
Faktor resiko terjadinya corpus alienum pada mata dapat berupa :
a. Pekerja di bidang industri yang tidak memakai pelindung mata
b. Pekerja las
c. Pemotong keramik
d. Tukang kayu

3. Patofisiologi
Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan sklera atau kornea serta
jaringan lain dalam bola mata kemudian bersarang dalam bola mata dan menimbulkan perforasi
sehingga benda asing tersebut bersarang di dalam rongga orbita. Hal ini biasanya akan ditemukan
suatu luka terbuka dan biasanya terjadi prolaps iris, lensa, maupun badan kaca.Jika suatu benda
masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari ketiga perubahan berikut :
a. Mechanical effect
Benda asing masuk ke dalam bola mata menembus kornea ataupun sklera. Setelah
benda itu menembus kornea maka beda akan ke dalam kamera okuli anterior dan mengendap
ke dasar. Jika ukuran benda sangat kecil benda dapat mengendap di sudut bilik mata. Jika
benda menembus lebih dalam lagi maka bisa menggakibatkan katarak dan trauma. Benda ini
bisa juga tinggal di dalam corpus vitreus. Bila benda melekat di retina, akan terlihat sebagai
bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih sertaadanya endapan sel-sel darah
merah. Hingga akhirnya terjadi degenerasi retina.
b. Permulaan terjadinya proses infeksi
Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata kemungkinan akan timbul infeksi.
Corpus alienum dan lensa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga
sering menimbulkan infeksi supuratif, khususnya infeksi kuman tetanus.
c. Terjadi perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi (reaction of ocular
tissue)
Reaksi yang timbul bergantung pada jenis benda tersebut apakah inert atau reaktif.
Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi yang mengakibatkan dilatasi
pembuluh darah dan udem kelopak mata, konjungtiva, dan kornea. Sel darah putih juga ikut
berperan dalam reaksi inflamasi yang mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan
terdapat infltrasi kornea. Jika tidak dihilangkan benda asing dapat menyebabkan infeksi dan
nekrosis jaringan.
4. Gejala Klinis
a. Adanya perasaan tidak nyaman
b. Adanya sensai benda asing pada mata
c. Air mata keluar berlebihan
d. Sensitif terhadap cahaya
e. Nyeri pada mata
f. Mata merah

5. Penatalaksanaan kegawatdaruratan
Benda yang lunak biasanya hanya menempel saja dipermukaan mata, sehingga
mengeluarkannya cukup dengan kapas steril maupun cotton tip. Perintahkan kepada pasien untuk
tetap menghadap kesatu titik, tanpa melihat ketitik yang lainnya. Setelah benda asing
dikeluarkan, mata dibilas terlebih dulu dengan larutan garam fisiologis hingga bersih. Kemudian
mata diberikan tetes midriatik ringan berupa skopolamin 0,25% atau homatropin 2%. Setelah
benda asing dikeluarkan, mata harus diberikan salep antibiotik dan ditutup untuk proses re-
epitalisasi yang berlangsung selama 1 sampai 3 hari. Luka harus diperiksa setiap hari untuk
mencari tanda-tanda infeksi sampai luka sembuh sempurna

E. Benda asing dihidung


1. Defenisi
Benda asing dihidung adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada saluran pernafasan tersebut.

2. Etiologi
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen sedangkan
yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen
biasanya masuk melalui hidung atau mulut.
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen
padat dapat berupa zat organik seperti kacang-kacangan dan tulang, ataupun zat
anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain sebagainya. Benda asing eksogen cair
dapat berupa benda cair yang bersifat iritatif.
Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, cairan amnion, atau mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran nafas bayi
pada saat persalinan.
Faktor-faktor yang mempermudah masuknya benda asing ke dalam hidung, antara
lain:
a. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal, antara lain; keadaan tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme dan epilepsi.
b. Faktor fisik; kelainan dan penyakit neurologik.
c. Faktor kejiwaan, antara lain, emosi, gangguan psikis.
d. Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
e. Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di hidung, , memberikan
kacang atau permen pada anak-anak.

3. Manifestasi Klinis
Kadang disertai rasa nyeri, demam, epistaksis, dan bersin. Pada pemeriksaan tampak
edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi.
Bila benda asing tersebut adalah binatang lintah, terdapat epistaksis berulang yang sulit
berhenti meskipun sudah diberikan koagulan. Pada rinoskopi anterior tampak benda asing
berwama coklat tua, lunak pada perabaan, dan melekat erat pada mukosa hidung atau
nasofaring.

4. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Benda asing dengan permukaan kasar dapat dikeluarkan memakai forsep. Bila benda
asing bulat danlicin, misalnya manik-manik, dipergunakan pengait yang ujungnya tumpul.
Bagian pengait yang bengkok dimasukkan ke dalam hidung bagian atas menyusuri atap
kavum nasi, sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit, sampai ke
belakang obyek, kemudian ditarik ke depan. Bila tidak ada alat yang sesuai sebaiknya dirujuk
ke rumah sakit atau ahli THT.
Untuk lintah, diteteskan dulu air tembakau agar terlepas dari mukosa hidung atau
nasofaring, kemudian dijepit dengan pinset dan tarik ke luar. Pemberian antibiotik sistemik
selama 5-7 hari hanya bila ada infeksi hidung dan sinus. Tidak dianjurkan mendorong ke
arah nasofaring dengan tujuan agar masuk ke mulut, karena dapat terus masuk ke laring dan
saluran napas bawah, sehingga timbul sesak napas dankegawatan.

Вам также может понравиться