Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENGERTIAN
Demam tifoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan,
dan gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari Salmonella (Salmonellosis) ialah segolongan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus
Salmonella, biasanya mengenai saluran pencernaan (Hasan & Alatas, 1991).
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah jenis Salmonella typhosa, kuman ini memiliki cirri-ciri
sebagai berikut.
1. Basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora.
2. Memiliki paling sedikit 3 macam antigen, yaitu antigen O (somatic yang terdiri atas
zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Diare (konstipasi)
2. Muntah
3. Nyeri perut
4. Sakit kepala
5. Batuk
6. Demam selama 7 hari atau lebih
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme masuknya kuman diawali dengan infeksi yang terjadi pada saluran
pencernaan, basil diserap oleh usus melalui pembuluh limfe lalu masuk ke dalam peredaran
darah sampai di organ-organ lain, terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan
berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar
disertai dengan rasa nyeri pada perabaan, kemudian basil masuk kembali ke dalam darah
(bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus,
sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak Peyeri; tukak
tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Obati dengan kloramfenikol (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau
intravena) selama 10-14 hari, tetapi untuk bayi muda perlu dipertimbangkan secara
lebih spesifik.
2. Apabila tidak diberikan kloramfenikol, dipakai amoksilin 100 mg/kgBB/hari per oral
atau ampisilin intravena selama 10 hari, atau kotrimoksazol 48 mg/kgBB/hari (dibagi
2 dosis) per oral selama 10 hari.
3. Apabila kondisi klinis tidak ada perbaikan, gunakan generasi ketiga sefalosporin
seperti sefriakson (80 mg/kg IM atau IV, sekali sehari, selama 5-7 hari) atau seiksim
oral (20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari).
Perawatan penunjang dilakukan bila anak demam (≥ 39 °C), diberikan parasetamol dan
lakukan pemantauan terhadap tanda komplikasi.
PENGKAJIAN
1. Identifikasi. Penyakit ini sering ditemukan pada anak berumur diatas 1 tahun.
2. Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan
kurang bersemangat, serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi).
3. Suhu tubuh. Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat
febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur baik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua, pasien terus berada
dalam keadaan demam. Saat minggu ketiga, suhu berangsur turun dan kembali pada
akhir minggu ketiga.
4. Kesadaran. Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak seberapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen; jarang terjadi stupor, koma, atau gelisah (kecuali bila
penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Selain gejala-gejala tersebut,
mungkin dapat ditemukan gejala-gejala lainnya, seperti pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan raseola (bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam
kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam), kadang ditemukan
juga bradikardi dan epitaksis anak yang lebih besar.
PEMERIKSAAN FISIK
Mulut : terdapat napas yang berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah.
Lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan tepinya berwarna
kemerahan, dan jarang disertai tremor.
Abdomen : dapat ditemukan keadaan perut kembung, bisa terjadi konstipasi, diare,
atau normal.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relative, dan
aneosinofilia pada permukaan sakit.
b. Kultur darah (biakan, empedu) dan widal.
c. Biakan empedu basil Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada
minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urine dan feses.
d. Pemeriksaan widal, pemeriksaan yang diperlukan adalah titer zat anti terhadap
antigen O. titer yang bernilai 1/200 atau lebih merupakan kenaikan yang progresif.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN