Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
perintah, bula ditanya jawaban melantur, pupil isokor, refleks cahaya
(+).
- Exposure : suhu 36,8 C
Secondry Survey
- Kepala
a) Mata : konjungtiva tidak anemis
b) THT : tidak ada kelainan
- Leher : dalam batas normal, vena jugularlis
- Thoraks:
a. Inspeksi : gerak nafas simetris, frekuensi nafas 24x/menit]
b. Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicula sinistra, stem fremitus
kanan dan kiri sama.
c. Perkusi : batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
d. Auskultasi : suara jantung jelas dan reguler, HR: 100x/menit, suara paru vesikuler,
ronki tidak ada, wheezing tidak ada
- Abdomen
a. Inspeksi : datar
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar-lien dalam batas normal
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
Ekstremitas inferior dan superior : refleks fisiologi meningkat
3
2.4 Identifikasi Masalah
1. Ronald, seorang laki-laki, 26 tahun diantar temannya ke IGD karena tampak gelisah
sejak 2 jam sebelum masuk RS.
2. Tiga jam sebelum masuk RS, Ronald menelan 2 tablet pil ekstasi. Setelah itu, ronald
tampak gelisah, sesak nafas, bicara melantur, kadang-kadang menjerit disertai sakit
kepala.
3. Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey
- Airway : bisa bicara dengan jelas, tidak terdapat suara nafas tambahan
- Breathing : pernapasan 24x/menit, suara napas kiri dan kanan vesikuler,
ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
- Circulation : tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 100x/menit
- Disability : membuka mata secara spontan, bisa menggerakan ekstremitas
sesuai perintah, bula ditanya jawaban melantur, pupil isokor,
refleks cahaya (+).
- Exposure : suhu 36,8 C
Secondry Survey
- Kepala
a. Mata : konjungtiva tidak anemis
b. THT : tidak ada kelainan
- Leher : dalam batas normal, vena jugularlis
- Thoraks:
a. Inspeksi : gerak nafas simetris, frekuensi nafas 24x/menit
b. Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicula sinistra, stem
fremitus kanan dan kiri sama.
c. Perkusi : batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
d. Auskultasi : suara jantung jelas dan reguler, HR: 100x/menit, suara paru
vesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada
- Abdomen
a. Inspeksi : datar
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar-lien dalam batas normal
c. Perkusi : timpani
4
d. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
Ekstremitas inferior dan superior : refleks fisiologi meningkat
2. Agitasi dapat terjadi dengan otak dan gangguan kesehatan mental, seperti:
a. Kecemasan
b. Demensia (sepertipenyakit Alzheimer)
c. Depresi
d. Mania
5
e. Skizofrenia (Sadock, 2007)
6
Tabel 2. Jumlah Tersangka Menurut Kelompok Umur Tahun 2008-2012
7
Pengobatan sistemik:
1. Ansietas : diazepam 0,05-0,1 mg/kgBB IV atau oral. Dapat diulang 5-10 menit
2. Agitasi/psikosis : haldol 5-19 mg iv. Dapat diulang 10-60 menit (Purwadianto,
2013)
2. Tiga jam sebelum masuk RS, Ronald menelan 2 tablet pil ekstasi. Setelah itu, ronald
tampak gelisah, sesak nafas, bicara melantur, kadang-kadang menjerit disertai sakit
kepala.
8
a. Bagaimana anatomi pada kasus?
Jawab:
Otak
Otak, terdiri dari otak besar yang disebut cerebrum, otak kecil disebut
cerebellum dan batang otak disebut brainstem. Beberapa karateristik khas Otak
orang dewasa yaitu mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan dan
mendapat sirkulasi darah sebenyak 20% dari cardiac out put serta
membutuhkan kalori sebesar 400 Kkal setiap hari. Otak merupakan jaringan
yang paling banyak menggunakan energi yang didukung oleh metabolisme
oksidasi glukosa. Kebutuhan oksigen dan glukosa otak relatif konstan, hal ini
disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus
tanpa periode istirahat yang berarti. Bila kadar oksigen dan glukosa kurang
dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf
akan mengalami kerusakan. Secara struktural, cerebrum terbagi menjadi
bagian korteks yang disebut korteks cerebri dan sub korteks yang disebut
struktur subkortikal.Korteks cerebri terdiri atas korteks sensorik yang
berfungsi untuk mengenal, Interpretasi impuls sensosrik yang diterima
sehingga individu merasakan, menyadari adanya suatu sensasi rasa/indra
tertentu.Korteks sensorik juga menyimpan sangat banyak data memori sebagai
hasil rangsang sensorik selama manusia hidup.Korteks motorik berfungsi
untuk memberi jawaban atas rangsangan yang diterimanya.
9
Struktur sub kortikal :
1. Basal ganglia; melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan
mengkoordinasi gerakan dasar, gerakan halus atau gerakan trampil dan
sikap tubuh.
2. Talamus; merupakan pusat rangsang nyeri
3. Hipotalamus; pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom
dan terlibat dalam pengolahan perilaku insting seperti makan, minum,
seks dan motivasi
4. Hipofise; Bersaman dengan hipothalamus mengatur kegiatan sebagian
besar kelenjar endokrin dalam sintesa dan pelepasan hormon.
Cerebrum terdiri dari dua belahan yang disebut hemispherium cerebri dan
keduanya dipisahkan oleh fisura longitudinalis.Hemisperium cerebri terbagi
menjadi hemisper kanan dan kiri.Hemisper kanan dan kiri ini dihubungkan
oleh bangunan yang disebut corpus callosum. Hemisper cerebri dibagi menjadi
lobus- lobus yang diberi nama sesuai dengan tulang diatasnya, yaitu:
1. Lobus frontalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang frontalis
2. Lobus parietalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang parietalis
3. Lobus occipitalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang occipitalis
d. Lobus temporalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang
temporalis
4. Cerebelum (Otak Kecil) terletak di bagian belakang kranium menempati
fosa cerebri posterior di bawah lapisan durameter Tentorium Cerebelli. Di
bagian depannya terdapat batang otak. Berat cerebellum sekitar 150 gr
atau 8- 8% dari berat batang otak seluruhnya. Cerebellum dapat dibagi
menjadi hemisper cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan oleh vermis.
Fungsi cerebellum pada umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-
gerakan otot sehingga gerakan dapat terlaksana dengan sempurna.
5. Batang Otak atau Brainstern terdiri atas diencephalon, mid brain, pons
dan medula oblongata. Merupakan tempat berbagai macam pusat vital
seperti pusat pernafasan, pusat vasomotor, pusat pengatur kegiatan
jantung dan pusat muntah, bersin dan batuk.
10
Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan perpanjangan medula oblongata ke arah
kaudal di dalam kanalis vertebralis mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I
memanjang hingga setinggi cornu vertebralis lumbalis I - II.Terdiri dari 31
segmen yang setiap segmennya terdiri dari satu pasang saraf spinal. Dari
medula spinalis bagian cervical keluar 8 pasang , dari bagian thorakal 12
pasang, dari bagian lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta dari
coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis. Seperti halnya otak, medula
spinalispun terbungkus oleh selaput meninges yang berfungsi melindungi saraf
spinal dari benturan atau cedera.
Gambaran penampang medula spinalis memperlihatkan bagian-bagian
substansia grissea dan substansia alba. Substansia grisea ini mengelilingi
canalis centralis sehingga membentuk columna dorsalis, columna lateralis dan
columna ventralis. Massa grisea dikelilingi oleh substansia alba atau badan
putih yang mengandung serabut-serabut saraf yang diselubungi oleh myelin.
Substansi alba berisi berkas-berkas saraf yang membawa impuls sensorik dari
SST menuju SSP dan impuls motorik dari SSP menuju SST. Substansia grisea
berfungsi sebagai pusat koordinasi refleks yang berpusat di medula
spinalis.Disepanjang medulla spinalis terdapat jaras saraf yang berjalan dari
medula spinalis menuju otak yang disebut sebagai jaras acenden dan dari otak
menuju medula spinalis yang disebut sebagai jaras desenden. Subsatansia alba
berisi berkas-berkas saraf yang berfungsi membawa impuls sensorik dari
sistem tepi saraf tepi ke otak dan impuls motorik dari otak ke saraf tepi.
Substansia grisea berfungsi sebagai pusat koordinasi refleks yang berpusat
dimeudla spinalis.
Refleks-refleks yang berpusat di sistem saraf puast yang bukan medula
spinalis, pusat koordinasinya tidak di substansia grisea medula spinalis. Pada
umumnya penghantaran impuls sensorik di substansia alba medula spinalis
berjalan menyilang garis tenga. ImPuls sensorik dari tubuh sisi kiri akan
dihantarkan ke otak sisi kanan dan sebaliknya. Demikian juga dengan impuls
motorik. Seluruh impuls motorik dari otak yang dihantarkan ke saraf tepi
melalui medula spinalis akan menyilang. Upper Motor Neuron (UMN) adalah
neuron-neuron motorik yang berasal dari korteks motorik serebri atau batang
otak yang seluruhnya (dengan seratsaraf-sarafnya ada di dalam sistem saraf
11
pusat.Lower motor neuron (LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal
dari sistem saraf pusat tetapi serat- serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat
dan membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di otot rangka.Gangguan fungsi
UMN maupun LMN menyebabkan kelumpuhan otot rangka, tetapi sifat
kelumpuhan UMN berbeda dengan sifat kelumpuhan UMN.Kerusakan LMN
menimbulkan kelumpuhan otot yang 'lemas', ketegangan otot (tonus) rendah
dan sukar untuk merangsang refleks otot rangka (hiporefleksia).Pada
kerusakan UMN, otot lumpuh (paralisa/paresa) dan kaku (rigid), ketegangan
otot tinggi (hipertonus) dan mudah ditimbulkan refleks otot rangka
(hiperrefleksia). Berkas UMN bagian medial, dibatang otak akan saling
menyilang. Sedangkan UMN bagian Internal tetap berjalan pada sisi yang
sama sampai berkas lateral ini tiba di medula spinalis. Di segmen medula
spinalis tempat berkas bersinap dengan neuron LMN. Berkas tersebut akan
menyilang. Dengan demikian seluruh impuls motorik otot rangka akan
menyilang, sehingga kerusakan UMN diatas batang otak akan menimbulkan
kelumpuhan pada otot-otot sisi yang berlawanan.
Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah
sebagai pusat refleks.Fungsi tersebut diselenggarakan oleh substansia grisea
medula spinalis.Refleks adalah jawaban individu terhadap rangsang,
melindungi tubuh terhadap pelbagai perubahan yang terjadi baik dilingkungan
internal maupun di lingkungan eksternal.Kegiatan refleks terjadi melalui suatu
jalur tertentu yang disebut lengkung refleks.
Fungsi medula spinalis
1. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu
ventralis.
2. Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai
3. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum
4. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.
Fungsi lengkung refleks
1. Reseptor: penerima rangsang
2. Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf
pusat (ke pusat refleks)
12
3. Pusat refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis: substansia
grisea), tempat terjadinya sinap (hubungan antara neuron dengan neuron
dimana terjadi pemindahan /penerusan impuls)
4. Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel efektor.
Bila sel efektornya berupa otot, maka eferen disebut juga neuron motorik
(sel saraf /penggerak)
5. Efektor: sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai jawaban
refleks. Dapat berupa sel otot (otot jantung, otot polos atau otot rangka),
sel kelenjar.
Neuron
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan
fungsional system saraf.Setiap neuron mempunyai badan sel yang mempunyai
satu atau beberapa tonjolan.Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan
informasi menuju badan sel. Tonjolan tunggal dan panjang yang
menghantarkan informasi keluar dari badan sel disebut Axon.Dendrit dan
akson secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan
saraf.Kemampuan untuk menerima, menyampaikan dan meneruskan pesan –
pesan neural disebabkan oleh karena sifat khusus membran sel neuron yang
mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan elektrokimia (Price,
2005).Neuron dapat diklasifikasikan menurut bentuknya atas neuron unipolar,
bipolar atau multipolar (Chung, 1993).Neuron unipolar hanya mempunyai satu
serabut yang dibagi menjadi satu cabang sentral yang berfungsi sebagai satu
akson dan satu cabang perifer yang berguna sebagai satu dendrite. Jenis
neuron ini merupakan neuron-neuron sensorik saraf perifer (misalnya, sel-sel
ganglion cerebrospinalis). Neuron bipolar mempunyai dua serabut, satu
dendrite dan satu akson. Jenis neuron ini dijumpai dalam epithel olfaktorius,
dalam retina mata dan dalam telinga dalam. Neuron multipolar mempunyai
beberapa dendrite dan satu akson. Jenis neuron ini merupakan yang paling
sering dijumpai pada system saraf sentral (misalnya, sel-sel motoris pada
cornu anterior dan lateralis medulla spinalis, sel- sel ganglion otonom).
Neurotransmtter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron
dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini
dilepaskan dari ujung akson terminal dan juga direabsorbsi untuk daur
13
ulang.Neurotransmiter merupakan cara komunikasi amntar neuron.Setiap
neuron melepaskan satu transmitter. Zat – zat kimia ini menyebabkan
perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih kurang
dapat menyalurkan impuls. Diketahui atau diduga terdapat sekitar tigapuluh
macam neurotransmitter, diantaranya adalah Norephinephrin, Acetylcholin,
Dopamin, Serotonin, Asam Gama-Aminobutirat (GABA) dan Glisin. Tempat
–tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan dengan neuron lain atau
dengan organ –organ efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu – satunya
tempat dimana suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya
atau efektor. Ruang antara satu neuron dan neuron berikutnya ( atau organ
efektor ) dikenal dengan nama celah sinaptik (synaptic cleft). Neuron yang
menghantarkan impuls saraf menuju ke sinaps disebut neuron prasinaptik.
Neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron postsinaptik (Price,
2005) (Chung,1993)
14
berkurangnya kontrasi otot polos di saluran cerna. Stimulasireseptor β1, yang
terutama terdapat di jantung, menyebabkanrespons eksitatorik, yaitu peningkatan
frekuensi dan kekuatankontraksi jantung. Respons terhadap pengaktifan reseptor
β2,umumnya bersifat inhibitorik, misalnya dilatasi arteriol ataubronkiolus (saluran
napas) akibat relalcasi otot polos didinding saluran-saluran tersebut
(Sherwood,2011)
Jalur serotonergik
Neuron serotonin paling banyak terdapat di bagian median dan dorsal
nukleus raphe, caudal locus cereleus, area postrema dan area interpedunkular.Dari
bagian medial dan dorsal ini, jalur ini proyeksi ke talamus, hipotalamus, dan
ganglia basalis.Neuron medial juga proyeksi ke amigdala, korteks piriform, dan
korteks serebral (Goldman, 1994).
15
Jalur desending serotonin ini menginnervasi ke medulla spinalis, dan
memodulasi sensitivitas terhadap rasa sakit. Pada badan pineal, ia mengandung 50x
ganda kandungan serotonin berbanding kadar serotonin di otak dan mengandung
semua enzim yang dibutuhkan untuk sintesis serotonin (Goldman, 1994).
Melatonin merupakan hormon yang disintesa dari serotonin.Oleh karena
aktivitas serotonin meningkat saat terjaga, arousal, dan berkurang saat REM sleep,
maka dikatakan serotonin dalam badan pineal berfungsi dalam kontrol circadian
system (Goldman, 1994).
Reseptor serotonin
Terdapat beberapa subtipe untuk reseptor serotonin. Pertama adalah
reseptor 5- HT1Abanyak letaknya di post sinaps di hipokampus. Pada hewan coba,
dibuktikan bahwa stimulasi pada reseptor ini akan menyebabkan respon adaptif
dan protektif terhadap stimulus yang tidak disukai. Selain itu, dikatakan juga
reseptor ini turut berperan dalam sikap seksual seseorang (sexual behavior)
(Goldman, 1994). Subtipe yang lain adalah 5-HT 1B yang lokasinya paling banyak
di presinaps substansia nigra dan globus pallidus. Apabila distimulasi, ia akan
menghambat pelepasan serotonin dan berfungsi dalam negative feedback
(Goldman, 1994).Terdapat juga subtipe 5-HT 1C yang merupakan satu-satunya
reseptor serotonin yang terdapat di pleksus koroidius.Stimulasi pada reseptor ini
berfungsi untuk regulasi sintesa dan komposisi cairan serebrospinal. Reseptor ini
juga terdapat di beberapa regio lain di otak dan ia dikatakan berperan dalam
penyebab ansietas dan kenaikan nafsu makan (Goldman, 1994). 5-HT pula
merupakan autoreseptor yang menghambat pelepasan serotonin dan merupakan
reseptor postsinaps di striatum (Goldman, 1994).
Reseptor 5-HT2 pula terdapat di postsinaps di hipokampus, korteks frontal,
dan medulla spinalis. Antagonis yang selektif untuk reseptor ini menyebabkan
slow-wave sleep pada manusia manakala agonis untuk reseptor ini memberikan
efek stereotyped behavior pada hewan coba (Goldman, 1994).
Untuk reseptor 5-HT3, reseptor ini mempunyai daya affinitas yang lemah
terhadap serotonin dan agonisnya tetapi kuat pada zat antagonis serotonin.
Reseptor ini dijumpai pada korteks entorhinal , area postrema dan sistem saraf
perifer. Studi in- vitro dan in-vivo membuktikan aktivasi pada reseptor ini
menyebabkan inhibisi terhadap pelepasan asetilkolin di dalam korteks tetapi
16
meningkatkan pelepasan dopamin di striatal dan sistem mesolimbik (Goldman,
1994).
17
Melatonin merupakan hormon yang berfungsi dalam keadaan gelap di mana
sintesanya meningkat 10x ganda.Hormon ini merangsang tidur secara semula jadi
tanpa efek samping (Sherwood, 2007).
Bagian otak yang lain adalah lokus sereleus. Bagian ini merupakan bagian
utama yang mensuplai noradrenalin ke sistem saraf pusat. Peransangan oleh
hormon ini melalui reseptor alfa dan beta akan merangsang terjadinya arousal
(Berridge, 2008).
18
c. Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein)
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :
1. Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain
2. Ganja atau kanabis, marihuana, hashis - Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta
kokain, daun koka.
3. Psikotropika (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang
Psikotropika). Yang dimaksud dengan : psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut.
a. Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
(Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
b. Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta
menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh
amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
c. Psikotropika golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan
(Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
d. Psikotropika golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan
(Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
19
b. Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil
koplo dll
c. Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.
3. Zat adiktif lain Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
Minuman berakohol, Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-
hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan
narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh
manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
1. Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
2. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
3. Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson
House, Johny Walker, Kamput.)
Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain :
Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
a. Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.
Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut :
Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika Golongan I.
Penggunaan dengan resep dokter : amfetamin, sedatif hipnotika.
Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.
Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.
(Kemenkes RI, 2014)
20
e. Apa kandungan dari pil ekstasi?
Jawab:
Pil ekstasi memiliki kandungan MDMA (Metilen Dioksi Metaamfetamin), salah
satu derivat amfetamin yang masuk golongan psikotropika. Nama lainnya adalah
xtc, fantacy pils, inex, cece, dan cein. Terdiri dari berbagai macam jenis antara lain
white doft, pink heart, snow white, yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul
(Handly, 2012).
21
Duration
22
makan, peningkatan keringat, sensitif terhadap suhu yang dingin, mulut menjadi
kering, sering dahaga, palpitasi dan sulit untuk konsentrasi (Curran, 2000).
3. Pencernaan
Amfetamin bekerja dalam sistem pencernaan menyebabkan anoreksia, mual,
muntah, kram perut dan diare.
Terdapat juga beberapa efek samping yang bersifat akut seperti hipertermia..
Komplikasi lain seperti sindrom serotonin yaitu perubahan status mental,
hiperaktivitas autonomik, dan abnormalitas neuromuskular .Penghentian ekstasi
secara tiba-tiba pula dapat menimbulkan withdrawal syndrome yang ditandai
dengan depresi yang terjadi sehingga beberapa minggu.Selain itu, dilaporkan juga
terjadinya aggresifitas pada mereka yang ‘berpuasa’ dari mengambil ekstasi
(Katzung, 2007).
g. Apa makna menelan 2 pil ekstasi dan mengalami gelisah, sesak nafas, bicara
melantur, kadang-kadang menjerit disertai sakit kepala?
Jawab:
Menunjukkan gajala Keracunan Amfetamin, seperti peningkatan atau
penurunan kecepatan detak jantung, mual, muntah, dilatasi pupil, hipertermia,
penurunan berat badan yang signifikan, retardasi psikomotor, stress respiratorik,
kejang dan bahkan koma. Sedangkan gejala yang muncul akibat putus obat adalah
kelelahan, mimpi buruk, peningkatan nafsu makan, dan retardasi psikomotor
(Sadock, 2007).
23
3) Bicara melantur, kadang menjerit, sakit kepala
Intoksikasi ekstasi MDMA serotonin selective, akumulasi serotonin di
ruang sinaps neuron kerusakan akson terminal neuron serotonin
gangguan stimulus neurotransmitter di korteks serebri (pusat kesadaran,
persepsi sensorik) (Sherwood, 2011).
24
Terkait putusan pengadilan yang diselenggarakan di fasilitas rehabilitasi
medis milik pemerintah dilaksanakan melalui tahapan program rawat inap awal,
program lanjutan dan program pasca rawat.Program rawat inap awal dilaksanakan
minimal 3 (tiga) bulan untuk kepentingan asesmen lanjutan, serta penatalaksanaan
medis untuk gangguan fisik dan mental.Program lanjutan meliputi rawat inap
jangka panjang atau program rawat jalan yang dilaksanakan sesuai standar
prosedur operasional.Program rawatpenyalahgunaan narkotika yang sedang dalam
proses peradilan yang sedang menjalani rehabiltasi medis menjadi tanggung jawab
penyidik, penuntut umum atau hakim sesuai tingkat pemeriksaan perkara.
(BNN, 2014)
25
menghilang dalam waktu singkat, pada umumnya antara48-72 jam karena
pengeluaran secara berkala
b. Uji rambut dapat mendekteksi dan menapaki (to trak) jangka waktu
penggunaan melalui uji segmentasi sepanjang perjalanan pertumbuhan
rambut sekitar 1,5 cm per bulan, sehingga dapat mendeteksipenyalahguna
priodik atau kronisSecara operasional pengambilan dan penyimpanan
contoh rambut jauh lebih sederhana dan tidak menjijikan seperti dalam
pengumpulan kemih (tes urine) (Handly, 2012)
4. Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey
- Airway : bisa bicara dengan jelas, tidak terdapat suara nafas tambahan
- Breathing : pernapasan 24x/menit, suara napas kiri dan kanan vesikuler,
ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
- Circulation : tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 100x/menit
- Disability : membuka mata secara spontan, bisa menggerakan ekstremitas
sesuai perintah, bula ditanya jawaban melantur, pupil isokor,
refleks cahaya (+).
- Exposure : suhu 36,8 C
Secondry Survey
- Kepala
a. Mata : konjungtiva tidak anemis
26
b. THT : tidak ada kelainan
- Leher : dalam batas normal, vena jugularlis
- Thoraks:
d. Inspeksi : gerak nafas simetris, frekuensi nafas 24x/menit
e. Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicula sinistra, stem
fremitus
kanan dan kiri sama.
f. Perkusi : batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
g. Auskultasi : suara jantung jelas dan reguler, HR: 100x/menit, suara paru
vesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada
- Abdomen
a. Inspeksi : datar
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar-lien dalam batas normal
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
Ekstremitas inferior dan superior : refleks fisiologi meningkat
27
ekstremitas sesuai ekstremitas sesuai GCS: 13
perintah, perintah, penurunan
V: bila ditanya jawaban V: berorientasi baik, kesadaran
melantur, pupil isokor, refleks ringan
pupil isokor, refleks cahaya (+).
cahaya (+).
Exposure suhu 36,8 C suhu 36,8 C Normal
28
ada, wheezing tidak ada, wheezing tidak
ada ada
Abdomen e. Inspeksi : datar a. Inspeksi : datar Normal
f. Palpasi :lemas, b. Palpasi :lemas,
nyeri tekan (-), hepar- nyeri tekan (-), hepar-
lien dalam batas normal lien dalam batas normal
g. Perkusi : timpani c. Perkusi : timpani
h. Auskultasi : bising d. Auskultasi : bising
usus dalam batas usus dalam batas
normal normal
Ekstremitas inferior dan superior : inferior dan superior : Abnormal
refleks fisiologi meningkat refleks fisiologi meningkat
29
a. Baru-baru ini mengonsumsi amfetamin atau zat terkait (cth.metilfenidat)
b. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptive yang secara klinis
signifikan (cth. Euphoria atau penumpulan afek; perubahan sosiabilitas;
hipervigilans; sensitivitas interpersonal; ansietas; ketegangan; atau
kemarahan; perilaku stereotipi; daya nilai terganggu) yang timbul selama
atau segera setelah pengunaan amfetamin atau zat terkait.
c. Dua (atau lebih) hal berikut, timbul selama atau segera setelah penggunaan
amfetamin atau zat terkait:
1. Takikardia atau bradikardia(bila obat murni alfa adrenergik agonis)
2. Dilatasi pupil
3. Tekanan darah meningkat atau menurun
4. Berkeringan atau menggigil
5. Mual atau muntah
6. Bukti penurunan berat badan
7. Agitasi atau retardasi psikomotor
8. Kelemahan otot , depresi napas , nyeri dada , atau aritmia jantung
9. Kebingungan , kejang , diskinesia , distonia , atau koma
d. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain
30
Jawab:
a. Airway, menjaga airway dengan kontrol servical
b. Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi.
c. Circulation, dengan kontrol perdarahan
d. Disability, status neurologis.
e. Exposure, buka baju pasien, tetapi cegah hipotermia (atls, 2014)
Pada keracunan ampethamin
1. Bilas lambung
2. Diuresis
3. Oksigen 2-4 liter
4. Ansietas : diazepam 0,05-0,1 mg/kgBB IV atau oral. Dapat diulang 5-10
menit
5. Klorpromazin 0,5 mg/bb im atau oral, bisa diulang tiap 30 menit
(standar pelayanan minimal terapi medik ketergantungan narkotika,
psikotropika dan bahan adiktif lainnya (narkoba) badan narkotika
nasional jakarta,2013)
31
e. Bagaimana komplikasi pada kasus ini?
Jawab:
2.6 Kesimpulan
Ronalad, seorang laki-laki, 26 tahun mengalami gelisah et causa intoksikasi obat
MDMA derajat sedang.
32
2.7 Kerangka Konsep
Intoksikasi
33
Daftar Pustaka
Katzung, B. G. 2007. Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition.United States : Lange
Medical Publications.
Kemenkes RI, 2014. Penyalahgunaan Narkotika. Pengguna Narkoba Dapat Dicegah dan
Direhabilitasi. p9-11
Price, A. Silvia; Wilson, M. Lorraine, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – proses Penyakit,
901 – 929, 1021 – 1022, EGC, Jakarta, 2005.
Sadock ,Benjamin james dan Sadock, Virginia Alcott. 2007. Gangguan ansietas. Dalam :
Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta: EGC
34