Вы находитесь на странице: 1из 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok traumatologi dan kegawatdaruratan medik adalah dua puluh pada semester VI
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan studi kasus skenario
Ronald, seorang laki-laki, 26 tahun diantar temannya ke IGD karena tampak gelisah sejak
2 jam sebelum masuk RS. Tiga jam sebelum masuk RS, Ronald menelan 2 tablet pil
ekstasi. Setelah itu, ronald tampak gelisah, sesak nafas, bicara melantur, kadang-kadang
menjerit disertai sakit kepala.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Miranti Dwi Hartanti
Moderator : M. Hadyan Syahputra
Sekretaris : Ade Zulfiah
Notulen : Desty Puspita Sari
Waktu : 1. Selasa, 21 Juli 2016
2. Kamis, 23 Juli 2016
Pukul. 13.00 – 14.30 WIB.
Peraturan : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat / aktif.
3. Mengacungkan tangan saat akan mengutarakan pendapat.
4. Izin terlebih dahulu saat akan keluar ruangan.
5. Tidak boleh membawa makanan dan minuman pada saat proses
tutorial berlangsung.
6. Dilarang memotong pembicaraan ketika ada yang sedang
memberikan pendapat.
7. Dilarang berbisik-bisik dengan teman.

2.2 Skenario Kasus


Ronald, seorang laki-laki, 26 tahun diantar temannya ke IGD karena tampak
gelisah sejak 2 jam sebelum masuk RS. Tiga jam sebelum masuk RS, Ronald menelan 2
tablet pil ekstasi. Setelah itu, ronald tampak gelisah, sesak nafas, bicara melantur, kadang-
kadang menjerit disertai sakit kepala.
Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey
- Airway : bisa bicara dengan jelas, tidak terdapat suara nafas tambahan
- Breathing : pernapasan 24x/menit, suara napas kiri dan kanan vesikuler, ronkhi
tidak ada, wheezing tidak ada
- Circulation : tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 100x/menit
- Disability : membuka mata secara spontan, bisa menggerakan ekstremitas sesuai

2
perintah, bula ditanya jawaban melantur, pupil isokor, refleks cahaya
(+).
- Exposure : suhu 36,8 C

Secondry Survey
- Kepala
a) Mata : konjungtiva tidak anemis
b) THT : tidak ada kelainan
- Leher : dalam batas normal, vena jugularlis
- Thoraks:
a. Inspeksi : gerak nafas simetris, frekuensi nafas 24x/menit]
b. Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicula sinistra, stem fremitus
kanan dan kiri sama.
c. Perkusi : batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
d. Auskultasi : suara jantung jelas dan reguler, HR: 100x/menit, suara paru vesikuler,
ronki tidak ada, wheezing tidak ada
- Abdomen
a. Inspeksi : datar
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar-lien dalam batas normal
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
Ekstremitas inferior dan superior : refleks fisiologi meningkat

2.3 Klarifikasi Istilah


1. Gelisah : Keadaan seseorang merasa tidak tenang atau merasa khawatir
2. Pil ekstasi : Senyawa yang sifat kimianya menyerupai amfetamin dan
memiliki daya halusinogen
3. Sesak Nafas : Pernafasan yang sukar
4. Melantur : Menyimpang dari pembicaraan atau teralih dari pembicaraan
5. Pupil Isokor : Persamaan ukuran pupil kedua mata
6. Refleks : Suatu respon involunter terhadap stimulus yang secara
Fisiologi normal

3
2.4 Identifikasi Masalah
1. Ronald, seorang laki-laki, 26 tahun diantar temannya ke IGD karena tampak gelisah
sejak 2 jam sebelum masuk RS.
2. Tiga jam sebelum masuk RS, Ronald menelan 2 tablet pil ekstasi. Setelah itu, ronald
tampak gelisah, sesak nafas, bicara melantur, kadang-kadang menjerit disertai sakit
kepala.
3. Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey
- Airway : bisa bicara dengan jelas, tidak terdapat suara nafas tambahan
- Breathing : pernapasan 24x/menit, suara napas kiri dan kanan vesikuler,
ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
- Circulation : tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 100x/menit
- Disability : membuka mata secara spontan, bisa menggerakan ekstremitas
sesuai perintah, bula ditanya jawaban melantur, pupil isokor,
refleks cahaya (+).
- Exposure : suhu 36,8 C

Secondry Survey
- Kepala
a. Mata : konjungtiva tidak anemis
b. THT : tidak ada kelainan
- Leher : dalam batas normal, vena jugularlis
- Thoraks:
a. Inspeksi : gerak nafas simetris, frekuensi nafas 24x/menit
b. Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicula sinistra, stem
fremitus kanan dan kiri sama.
c. Perkusi : batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
d. Auskultasi : suara jantung jelas dan reguler, HR: 100x/menit, suara paru
vesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada
- Abdomen
a. Inspeksi : datar
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar-lien dalam batas normal
c. Perkusi : timpani

4
d. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
Ekstremitas inferior dan superior : refleks fisiologi meningkat

2.5 Analsis Masalah


1. Ronald, seorang laki-laki, 26 tahun diantar temannya ke IGD karena tampak gelisah
sejak 2 jam sebelum masuk RS.
a. Apa makna tampak gelisah?
Jawab:
Terjadinya ketidakseimbangan antar neurotransmiter di sistem saraf pusat
(sherwood,2007)

b. Apa penyebab gelisah?


Jawab:
1. Ada banyak penyebab agitasi, beberapa di antaranya termasuk:
a. Keracunan alkohol ataupenarikan
b. Reaksi alergi
c. Kafein keracunan
d. Bentuk-bentuk tertentu dari penyakit jantung, paru-paru, hati atau ginjal
e. Keracunan atau penarikan dari obat-obatan penyalahgunaan (seperti kokain,
ganja, halusinogen, PCP, atau opiat)
f. Rawat inap (dewasa sering memiliki delirium sementara di rumah sakit)
g. Hipertiroidisme(kelenjar tiroid terlalu aktif)
h. Infeksi (terutama pada orang tua)
i. Nikotin penarikan
j. Keracunan (misalnya, karbon monoksida keracunan)
k. Teofilin, amfetamin, steroid, dan obat-obatan tertentu lainnya
l. Trauma
m. Vitamin B6kekurangan

2. Agitasi dapat terjadi dengan otak dan gangguan kesehatan mental, seperti:
a. Kecemasan
b. Demensia (sepertipenyakit Alzheimer)
c. Depresi
d. Mania

5
e. Skizofrenia (Sadock, 2007)

c. Bagaimana mekanisme gelisah?


Jawab:
Ekstasi merupakan derivat amfetamin yang dikenal sebagai 3,4
methylenedioxymethamphetamine(MDA). Seperti amfetamin yang lain,
ekstasimerangsang pelepasan katekolamin dari presinaps. Ekstasibersifat selektif
terhadap neuron serotonin yang menyebabkan pelepasan serotonin yang banyak dan
menghambat reuptakeserotonin pada presinaps dengan reversaldari fungsiserotonin
transporter(SERT). Maka, lebih banyak serotonin yang berkumpul di ruang sinaps.
Peningkatan level serotonin menyebabkan peningkatan rasa senang seperti empati,
euforia, disinhibisi, dan peningkatan perasaan ingin disentuh dan bersosial →
Perasaan gelisah (Aziz, 2011).
Konsumsi ekstasi (amfetamin)  pelepasan serotonin dan menghambat re-uptake
serotonin pada presinaps dengan reversal dari fungsi serotonin transporter (SERT)
 lebih banyak serotonin yang berkumpul di ruang sinaps  pada saat terjadi
intoksikasi, akson terminal neuron serotoninrusak/terganggu penurunan level
serotonin di sinaps  gelisah

d. Apa hubungan jenis kelamin dan usia dengan kasus?


Jawab:
Menurut data dari Badan Narkotika Nasional, tercatat sebagian besar
penyalah guna narkoba adalah laki-laki dibandingkan wainta. Sedangkan tersangka
narkoba berdasarkan kelompok umur tercatat jumlah terbesar pada kelompok >29
tahun. Data tersebut disajikan dalam Tabel 1 dan 2 berikut. Berdasarkan laporan
dari Badan Narkotika Nasional tersebu terdapat hubungan jenis kelamin sedaangkan
untuk kelompok usia tidak terdapat hubungan dengan kasus.
Tabel 1. Jumlah Tersangka Narkoba Menurut Jenis Kelamin Tahun 2008-2012

6
Tabel 2. Jumlah Tersangka Menurut Kelompok Umur Tahun 2008-2012

(Kemenkes RI, 2014)

e. Bagaimana tatalaksana awal di IGD?( secara umum Khusus)


Jawab:
Airway, Breathing, Circulation, Disability, Eposure
Prinsip pengobatan menghindari kontak/eliminasi obat dengan cara :
1. Mencegah konsumsi obat tersebut
2. Beri norit / obat katarsis
3. Rangsang muntah bila kesadaran baik
4. Bilas lambung
5. Diuresis paksa (karena obat ini di ekskresikan ke ginjal)

7
Pengobatan sistemik:
1. Ansietas : diazepam 0,05-0,1 mg/kgBB IV atau oral. Dapat diulang 5-10 menit
2. Agitasi/psikosis : haldol 5-19 mg iv. Dapat diulang 10-60 menit (Purwadianto,
2013)

2. Tiga jam sebelum masuk RS, Ronald menelan 2 tablet pil ekstasi. Setelah itu, ronald
tampak gelisah, sesak nafas, bicara melantur, kadang-kadang menjerit disertai sakit
kepala.

8
a. Bagaimana anatomi pada kasus?
Jawab:

Gambar 1. Anatomi Sistem Saraf Pusat


Sumber: google.co.id

Otak
Otak, terdiri dari otak besar yang disebut cerebrum, otak kecil disebut
cerebellum dan batang otak disebut brainstem. Beberapa karateristik khas Otak
orang dewasa yaitu mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan dan
mendapat sirkulasi darah sebenyak 20% dari cardiac out put serta
membutuhkan kalori sebesar 400 Kkal setiap hari. Otak merupakan jaringan
yang paling banyak menggunakan energi yang didukung oleh metabolisme
oksidasi glukosa. Kebutuhan oksigen dan glukosa otak relatif konstan, hal ini
disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus
tanpa periode istirahat yang berarti. Bila kadar oksigen dan glukosa kurang
dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf
akan mengalami kerusakan. Secara struktural, cerebrum terbagi menjadi
bagian korteks yang disebut korteks cerebri dan sub korteks yang disebut
struktur subkortikal.Korteks cerebri terdiri atas korteks sensorik yang
berfungsi untuk mengenal, Interpretasi impuls sensosrik yang diterima
sehingga individu merasakan, menyadari adanya suatu sensasi rasa/indra
tertentu.Korteks sensorik juga menyimpan sangat banyak data memori sebagai
hasil rangsang sensorik selama manusia hidup.Korteks motorik berfungsi
untuk memberi jawaban atas rangsangan yang diterimanya.

9
Struktur sub kortikal :
1. Basal ganglia; melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan
mengkoordinasi gerakan dasar, gerakan halus atau gerakan trampil dan
sikap tubuh.
2. Talamus; merupakan pusat rangsang nyeri
3. Hipotalamus; pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom
dan terlibat dalam pengolahan perilaku insting seperti makan, minum,
seks dan motivasi
4. Hipofise; Bersaman dengan hipothalamus mengatur kegiatan sebagian
besar kelenjar endokrin dalam sintesa dan pelepasan hormon.
Cerebrum terdiri dari dua belahan yang disebut hemispherium cerebri dan
keduanya dipisahkan oleh fisura longitudinalis.Hemisperium cerebri terbagi
menjadi hemisper kanan dan kiri.Hemisper kanan dan kiri ini dihubungkan
oleh bangunan yang disebut corpus callosum. Hemisper cerebri dibagi menjadi
lobus- lobus yang diberi nama sesuai dengan tulang diatasnya, yaitu:
1. Lobus frontalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang frontalis
2. Lobus parietalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang parietalis
3. Lobus occipitalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang occipitalis
d. Lobus temporalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang
temporalis
4. Cerebelum (Otak Kecil) terletak di bagian belakang kranium menempati
fosa cerebri posterior di bawah lapisan durameter Tentorium Cerebelli. Di
bagian depannya terdapat batang otak. Berat cerebellum sekitar 150 gr
atau 8- 8% dari berat batang otak seluruhnya. Cerebellum dapat dibagi
menjadi hemisper cerebelli kanan dan kiri yang dipisahkan oleh vermis.
Fungsi cerebellum pada umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-
gerakan otot sehingga gerakan dapat terlaksana dengan sempurna.
5. Batang Otak atau Brainstern terdiri atas diencephalon, mid brain, pons
dan medula oblongata. Merupakan tempat berbagai macam pusat vital
seperti pusat pernafasan, pusat vasomotor, pusat pengatur kegiatan
jantung dan pusat muntah, bersin dan batuk.

10
Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan perpanjangan medula oblongata ke arah
kaudal di dalam kanalis vertebralis mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I
memanjang hingga setinggi cornu vertebralis lumbalis I - II.Terdiri dari 31
segmen yang setiap segmennya terdiri dari satu pasang saraf spinal. Dari
medula spinalis bagian cervical keluar 8 pasang , dari bagian thorakal 12
pasang, dari bagian lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta dari
coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis. Seperti halnya otak, medula
spinalispun terbungkus oleh selaput meninges yang berfungsi melindungi saraf
spinal dari benturan atau cedera.
Gambaran penampang medula spinalis memperlihatkan bagian-bagian
substansia grissea dan substansia alba. Substansia grisea ini mengelilingi
canalis centralis sehingga membentuk columna dorsalis, columna lateralis dan
columna ventralis. Massa grisea dikelilingi oleh substansia alba atau badan
putih yang mengandung serabut-serabut saraf yang diselubungi oleh myelin.
Substansi alba berisi berkas-berkas saraf yang membawa impuls sensorik dari
SST menuju SSP dan impuls motorik dari SSP menuju SST. Substansia grisea
berfungsi sebagai pusat koordinasi refleks yang berpusat di medula
spinalis.Disepanjang medulla spinalis terdapat jaras saraf yang berjalan dari
medula spinalis menuju otak yang disebut sebagai jaras acenden dan dari otak
menuju medula spinalis yang disebut sebagai jaras desenden. Subsatansia alba
berisi berkas-berkas saraf yang berfungsi membawa impuls sensorik dari
sistem tepi saraf tepi ke otak dan impuls motorik dari otak ke saraf tepi.
Substansia grisea berfungsi sebagai pusat koordinasi refleks yang berpusat
dimeudla spinalis.
Refleks-refleks yang berpusat di sistem saraf puast yang bukan medula
spinalis, pusat koordinasinya tidak di substansia grisea medula spinalis. Pada
umumnya penghantaran impuls sensorik di substansia alba medula spinalis
berjalan menyilang garis tenga. ImPuls sensorik dari tubuh sisi kiri akan
dihantarkan ke otak sisi kanan dan sebaliknya. Demikian juga dengan impuls
motorik. Seluruh impuls motorik dari otak yang dihantarkan ke saraf tepi
melalui medula spinalis akan menyilang. Upper Motor Neuron (UMN) adalah
neuron-neuron motorik yang berasal dari korteks motorik serebri atau batang
otak yang seluruhnya (dengan seratsaraf-sarafnya ada di dalam sistem saraf

11
pusat.Lower motor neuron (LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal
dari sistem saraf pusat tetapi serat- serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat
dan membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di otot rangka.Gangguan fungsi
UMN maupun LMN menyebabkan kelumpuhan otot rangka, tetapi sifat
kelumpuhan UMN berbeda dengan sifat kelumpuhan UMN.Kerusakan LMN
menimbulkan kelumpuhan otot yang 'lemas', ketegangan otot (tonus) rendah
dan sukar untuk merangsang refleks otot rangka (hiporefleksia).Pada
kerusakan UMN, otot lumpuh (paralisa/paresa) dan kaku (rigid), ketegangan
otot tinggi (hipertonus) dan mudah ditimbulkan refleks otot rangka
(hiperrefleksia). Berkas UMN bagian medial, dibatang otak akan saling
menyilang. Sedangkan UMN bagian Internal tetap berjalan pada sisi yang
sama sampai berkas lateral ini tiba di medula spinalis. Di segmen medula
spinalis tempat berkas bersinap dengan neuron LMN. Berkas tersebut akan
menyilang. Dengan demikian seluruh impuls motorik otot rangka akan
menyilang, sehingga kerusakan UMN diatas batang otak akan menimbulkan
kelumpuhan pada otot-otot sisi yang berlawanan.
Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah
sebagai pusat refleks.Fungsi tersebut diselenggarakan oleh substansia grisea
medula spinalis.Refleks adalah jawaban individu terhadap rangsang,
melindungi tubuh terhadap pelbagai perubahan yang terjadi baik dilingkungan
internal maupun di lingkungan eksternal.Kegiatan refleks terjadi melalui suatu
jalur tertentu yang disebut lengkung refleks.
Fungsi medula spinalis
1. Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu
ventralis.
2. Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai
3. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum
4. Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.
Fungsi lengkung refleks
1. Reseptor: penerima rangsang
2. Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf
pusat (ke pusat refleks)

12
3. Pusat refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis: substansia
grisea), tempat terjadinya sinap (hubungan antara neuron dengan neuron
dimana terjadi pemindahan /penerusan impuls)
4. Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel efektor.
Bila sel efektornya berupa otot, maka eferen disebut juga neuron motorik
(sel saraf /penggerak)
5. Efektor: sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai jawaban
refleks. Dapat berupa sel otot (otot jantung, otot polos atau otot rangka),
sel kelenjar.

Neuron
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan
fungsional system saraf.Setiap neuron mempunyai badan sel yang mempunyai
satu atau beberapa tonjolan.Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan
informasi menuju badan sel. Tonjolan tunggal dan panjang yang
menghantarkan informasi keluar dari badan sel disebut Axon.Dendrit dan
akson secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan
saraf.Kemampuan untuk menerima, menyampaikan dan meneruskan pesan –
pesan neural disebabkan oleh karena sifat khusus membran sel neuron yang
mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan elektrokimia (Price,
2005).Neuron dapat diklasifikasikan menurut bentuknya atas neuron unipolar,
bipolar atau multipolar (Chung, 1993).Neuron unipolar hanya mempunyai satu
serabut yang dibagi menjadi satu cabang sentral yang berfungsi sebagai satu
akson dan satu cabang perifer yang berguna sebagai satu dendrite. Jenis
neuron ini merupakan neuron-neuron sensorik saraf perifer (misalnya, sel-sel
ganglion cerebrospinalis). Neuron bipolar mempunyai dua serabut, satu
dendrite dan satu akson. Jenis neuron ini dijumpai dalam epithel olfaktorius,
dalam retina mata dan dalam telinga dalam. Neuron multipolar mempunyai
beberapa dendrite dan satu akson. Jenis neuron ini merupakan yang paling
sering dijumpai pada system saraf sentral (misalnya, sel-sel motoris pada
cornu anterior dan lateralis medulla spinalis, sel- sel ganglion otonom).
Neurotransmtter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron
dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini
dilepaskan dari ujung akson terminal dan juga direabsorbsi untuk daur

13
ulang.Neurotransmiter merupakan cara komunikasi amntar neuron.Setiap
neuron melepaskan satu transmitter. Zat – zat kimia ini menyebabkan
perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih kurang
dapat menyalurkan impuls. Diketahui atau diduga terdapat sekitar tigapuluh
macam neurotransmitter, diantaranya adalah Norephinephrin, Acetylcholin,
Dopamin, Serotonin, Asam Gama-Aminobutirat (GABA) dan Glisin. Tempat
–tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan dengan neuron lain atau
dengan organ –organ efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu – satunya
tempat dimana suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya
atau efektor. Ruang antara satu neuron dan neuron berikutnya ( atau organ
efektor ) dikenal dengan nama celah sinaptik (synaptic cleft). Neuron yang
menghantarkan impuls saraf menuju ke sinaps disebut neuron prasinaptik.
Neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron postsinaptik (Price,
2005) (Chung,1993)

b. Bagaimana fisiologi pada kasus?


Jawab:
Reseptor adrenergik
Terdapat dua kelas utama reseptor adrenergik untuk norepinefrin dan epinefrin:
reseptor alfa dan beta, yang dibagi lebih lanjut menjadi reseptor ,α1dan α2serta β1
dan β2. Berbagai jenis reseptor ini tersebar secara berbeda di antaraorgan-organ
efektor. Reseptor tipe β2, berikatan terutamadengan epinefrin sementara reseptor
β1, mengikat norepinefrindan epinefrin sama kuatnya, dan kedua subtipe reseptor α
memiliki sensitivitas yang lebih besar terhadap norepinefrindaripada terhadap
epinefrin. Semua reseptor adrenergik berkaitan dengan protein G, tetapi jalur
selanjutnya berbeda unruk tipe reseptor yang berbeda. Pengaktifan reseptor β1, dan
β2 memicu respon sel sasaran melalui sistem pembawa pesan kedua AMp siklik.
Stimulasi reseptor α1 merangsang respons melalui sistem pembawa pesan kedua
Ca2+ . sebaliknya, pengikatan suatu neurorransmiter ke reseptor α2 menghambat
produksi AMp siklik di sel sasaran. Pengaktifan resepror α1, biasanya
menyebabkan respons eksitatorik di organ efektor-misalnya, konstriksi arteriol
akibat meningkatnya kontraksi otot polos di dinding pembuluh darah ini. Reseptor
α1, terdapat di sebagian besar jaringan sasaran simpatis. Pengaktifan reseptor α2,
sebaliknya, menyebabkan respons inhibitorik di organ efektor, misalnya

14
berkurangnya kontrasi otot polos di saluran cerna. Stimulasireseptor β1, yang
terutama terdapat di jantung, menyebabkanrespons eksitatorik, yaitu peningkatan
frekuensi dan kekuatankontraksi jantung. Respons terhadap pengaktifan reseptor
β2,umumnya bersifat inhibitorik, misalnya dilatasi arteriol ataubronkiolus (saluran
napas) akibat relalcasi otot polos didinding saluran-saluran tersebut
(Sherwood,2011)

Sistem saraf pusat (Otak) dan neurotransmitter serotonin


Sistem saraf pusat terbagi kepada dua yaitu otak dan medulla spinalis.Otak
merupakan organ penting yang dilindung oleh tulang kranium (tulang tengkorak)
yang keras dan dilindungi oleh tiga lapisan pembungkus otak yang dinamakan
meninges yaitu lapisan terluar adalah dura mater, diikuti oleh araknoid mater dan
lapisan paling dalam adalah pia mater.
Serotonin merupakan salah satu neurotransmitter yang terdapat di otak.Serotonin
juga dikenali sebagai 5-hydoxytryptamine (5-HT) (Goldman, 1994).

Sintesa dan degradasi serotonin


Serotonin disintesa dari beberapa proses enzimatik dengan proses pertama
dimulai dengan enzim tryptophan hydroxylase. Bahan bakunya adalah asam amino
triptofan.Maka, konsentrasi triptofan dalam tubuh merupakan substrat yang penting
sebagai prekursor pembentukan serotonin.Serotonin dimetabolisme oleh
monoamine oxidase menjadi 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA).Hanya 1-2%
konsentrasi serotonin yang terdapat dalam otak dan selebihnya terdapat dalam
platlet, sel mast, dan sel enterokromaffin di mukosa intestinal.Oleh karena
serotonin tidak dapat menembusi sawar otak, maka otak harus mensintesa sendiri
neurotransmitter ini (Goldman, 1994).

Jalur serotonergik
Neuron serotonin paling banyak terdapat di bagian median dan dorsal
nukleus raphe, caudal locus cereleus, area postrema dan area interpedunkular.Dari
bagian medial dan dorsal ini, jalur ini proyeksi ke talamus, hipotalamus, dan
ganglia basalis.Neuron medial juga proyeksi ke amigdala, korteks piriform, dan
korteks serebral (Goldman, 1994).

15
Jalur desending serotonin ini menginnervasi ke medulla spinalis, dan
memodulasi sensitivitas terhadap rasa sakit. Pada badan pineal, ia mengandung 50x
ganda kandungan serotonin berbanding kadar serotonin di otak dan mengandung
semua enzim yang dibutuhkan untuk sintesis serotonin (Goldman, 1994).
Melatonin merupakan hormon yang disintesa dari serotonin.Oleh karena
aktivitas serotonin meningkat saat terjaga, arousal, dan berkurang saat REM sleep,
maka dikatakan serotonin dalam badan pineal berfungsi dalam kontrol circadian
system (Goldman, 1994).

Reseptor serotonin
Terdapat beberapa subtipe untuk reseptor serotonin. Pertama adalah
reseptor 5- HT1Abanyak letaknya di post sinaps di hipokampus. Pada hewan coba,
dibuktikan bahwa stimulasi pada reseptor ini akan menyebabkan respon adaptif
dan protektif terhadap stimulus yang tidak disukai. Selain itu, dikatakan juga
reseptor ini turut berperan dalam sikap seksual seseorang (sexual behavior)
(Goldman, 1994). Subtipe yang lain adalah 5-HT 1B yang lokasinya paling banyak
di presinaps substansia nigra dan globus pallidus. Apabila distimulasi, ia akan
menghambat pelepasan serotonin dan berfungsi dalam negative feedback
(Goldman, 1994).Terdapat juga subtipe 5-HT 1C yang merupakan satu-satunya
reseptor serotonin yang terdapat di pleksus koroidius.Stimulasi pada reseptor ini
berfungsi untuk regulasi sintesa dan komposisi cairan serebrospinal. Reseptor ini
juga terdapat di beberapa regio lain di otak dan ia dikatakan berperan dalam
penyebab ansietas dan kenaikan nafsu makan (Goldman, 1994). 5-HT pula
merupakan autoreseptor yang menghambat pelepasan serotonin dan merupakan
reseptor postsinaps di striatum (Goldman, 1994).
Reseptor 5-HT2 pula terdapat di postsinaps di hipokampus, korteks frontal,
dan medulla spinalis. Antagonis yang selektif untuk reseptor ini menyebabkan
slow-wave sleep pada manusia manakala agonis untuk reseptor ini memberikan
efek stereotyped behavior pada hewan coba (Goldman, 1994).
Untuk reseptor 5-HT3, reseptor ini mempunyai daya affinitas yang lemah
terhadap serotonin dan agonisnya tetapi kuat pada zat antagonis serotonin.
Reseptor ini dijumpai pada korteks entorhinal , area postrema dan sistem saraf
perifer. Studi in- vitro dan in-vivo membuktikan aktivasi pada reseptor ini
menyebabkan inhibisi terhadap pelepasan asetilkolin di dalam korteks tetapi

16
meningkatkan pelepasan dopamin di striatal dan sistem mesolimbik (Goldman,
1994).

Beberapa bagian dalam otak dan fungsinya


Yang termasuk dalam bagian otak depan adalah talamus dan hipotalamus.
Fungsi utama talamus adalah untuk proyeksikan input sensorik ke korteks serebri
untuk dikenal pasti lokasi dan intensitas nyeri, sebagai organ pertama yang
mendeteksi impuls sensorik, berfungsi juga dalam kesadaran, dan dalam kontrol
motorik (Sherwood, 2007). Untuk bagian hipotalamus, ia berfungsi untuk regulasi
berbagai fungsi homeostatis seperti temperatur, dahaga, produksi urin, dan selera
makan. Ia juga memainkan peranan yang besar dalam emosi dan sikap asas
seseorang (basic behaviour patterns) (Sherwood, 2007).
Amigdala merupakan bagian dari sistem limbik.Sistem ini berfungsi
sebagai perasaan subjektif yang merangkumi emosi, mood seperti kemarahan,
ketakutan dan kegembiraan. Contohnya, fungsi amigda la adalah untuk memproses
input dan memberikan efek emosi berupa ketakutan (Sherwood, 2007).
Korteks serebri mempunyai banyak area tertentu menjalankan fungsi yang
berbeda tetapi saling bersangkutan antara satu sama lain. Secara umumnya, fungsi
korteks serebri adalah persepi sensorik, mengawal pergerakan yang volunter,
bahasa, dan fungsi kompleks lain seperti berfikir, memori, membuat keputusan,
kreativitas dan kesadaran (Sherwood, 2007).
Badan pineal merupakan organ yang mensintesa hormon melatonin yang
berfungsi dalam mengatur circadian rhythms. Bagian otak yang mengawal proses
ini dinamakan nukleus suprakiasmatik yang terletak di atas optik kiasma tempat
persilangan nervus III dari kedua mata menuju ke bagian otak yang berlawanan
(Sherwood, 2007).
Bagaimana melatonin berfungsi dalam proses ini dimulai dengan
penangkapan sinyal cahaya oleh fotoreseptor spesifik di retina dan ditransmisikan
ke daerah nukleus suprakiasmatik. Fotoreseptor yang dimaksudkan berbeda dengan
fotoreseptor yang berfungsi untuk penglihatan yaitu reseptor batang dan
rod.Terdapat protein spesifik pada reseptor ini yang dinamakan melanopsin,
berfungsi untuk menghantar sinyal kepada badan pineal mengenai ada tidaknya
cahaya di lingkungan melalui traktus retino-hipotalamik ke nukleus spinotalamik.
Dari sini, nukleus ini akan meneruskan sinyal ke badan pineal (Sherwood, 2007).

17
Melatonin merupakan hormon yang berfungsi dalam keadaan gelap di mana
sintesanya meningkat 10x ganda.Hormon ini merangsang tidur secara semula jadi
tanpa efek samping (Sherwood, 2007).
Bagian otak yang lain adalah lokus sereleus. Bagian ini merupakan bagian
utama yang mensuplai noradrenalin ke sistem saraf pusat. Peransangan oleh
hormon ini melalui reseptor alfa dan beta akan merangsang terjadinya arousal
(Berridge, 2008).

c. Apa hubungan gelisah dengan meminum obat pil ekstasi?


Jawab:
Gelisah merupakan salah satu manifestasi gejala dari sindoma serotonin
akibat overdosis pil ekstasi. Sindrom serotonin bisa terjadi sebagai akibat dari
penggunaan ekstasi baik sebagai obat anti depresi maupun akibat dari overdosis.
Gejala-gejalanya meliputi agitasi, gelisah, sakit kepala, kebingunan, gangguan
detak jantung, kedutan pada otot dan, dalam kasus-kasus ekstrim, koma dan
kematian (National Drug Campaign, 2015).

d. Apa saja jenis-jenis obat terlarang?


Jawab:
1. Narkotika (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang
Narkotika).
Narkotika : adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika dibedakan kedalam golongan-golongan :
a. Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan x
pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat
tinggi menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
b. Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin)

18
c. Narkotika Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein)
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :
1. Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain
2. Ganja atau kanabis, marihuana, hashis - Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta
kokain, daun koka.
3. Psikotropika (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang
Psikotropika). Yang dimaksud dengan : psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut.
a. Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
(Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
b. Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta
menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh
amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
c. Psikotropika golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan
(Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
d. Psikotropika golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan
(Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam,
klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :


a. Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu

19
b. Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil
koplo dll
c. Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.

3. Zat adiktif lain Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
Minuman berakohol, Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-
hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan
narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh
manusia.
Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :
1. Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)
2. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
3. Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson
House, Johny Walker, Kamput.)
Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain :
Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.
a. Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian
rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya
pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk
penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.
Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut :
Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika Golongan I.
Penggunaan dengan resep dokter : amfetamin, sedatif hipnotika.
Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.
Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.
(Kemenkes RI, 2014)

20
e. Apa kandungan dari pil ekstasi?
Jawab:
Pil ekstasi memiliki kandungan MDMA (Metilen Dioksi Metaamfetamin), salah
satu derivat amfetamin yang masuk golongan psikotropika. Nama lainnya adalah
xtc, fantacy pils, inex, cece, dan cein. Terdiri dari berbagai macam jenis antara lain
white doft, pink heart, snow white, yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul
(Handly, 2012).

Struktur kimia dan farmakonetik


Amfetamine merupakan suatu senyawa sintetik analog dengan epinefrin
dan merupakan suatu agonis ketekolamin tak langsung. Struktur kimia penting
yang berkaitan dengan efek farmakologis biokimia amfetamine yaitu tidak
digantinya cincin fenil kelompok alfa metil, dua rantai karbon diantara cincin fenil
dan nitrogen serta kelompok amino utama. Manipulasi dari struktur dasar molekul
amfetamine bertujuan untuk menurunkan efek yang tidak diinginkan dan
menonjolkan efek yang diinginkan. Perbaikan atau modifikasi struktur kimia akan
menonjolkan atau melemahkan variasi aksi dari amfetamine dan komponen
sejenisnya (Handly, 2012).
Subsitusi gugus methil pada ion hidrogen dalam gugus amino meghasilkan
metamfetamin yang mempunyai efek stimulasi sentral terhadap susunan saraf pusat
dan sangat potensial untuk disalahgunakan. Analog amfetamine dihasilkan dengan
merubah cincin fenil atau etilamin pada rantai lain. Penambahan gugus metil
terhadap rantai alfa karbonik menghasilkan fenteramin yang mempunyai aktivitas
anoreksi. Penggantian rantai lain pada gugus siklik seperti metilfenidat
menimbulkan efek stimulasi susunan saraf pusat dan menurunkan efek
kardiovaskuler. Menempatkan satu atau lebih gugus metoksi pada cincin fenil
menghasilkan obat dengan efek halusinogen misalnya meskalin (Handly, 2012).
Strukturnya MDMA: Struktur MDMA 3D model:

21
Duration

Total Duration 3-5jam

Onset 20-90 menit

Come up (muncul) 5-20 menit

Plateau (puncak) 2-3 jam

Menurun 1-2 jam

Setelah efek 2-24 jam

Hangover 2-72+ jam


(Handly, 2012)

f. Apa efek samping dari pil ekstasi?


Jawab:
Efek penggunaan ekstasi
1. Kardiovaskuler
Ekstasi dapat menimbulkan berbagai keburukan terhadap sistem
tubuh.Antaranya ialah efek pada sistem kardiovaskuler.Dengan penggunaan
yang sedang, tetap dapat menyebabkan perubahan di mana penggunaan ekstasi
menyebabkan peningkatan sistol dan diastol tekanan darah yang dibuat
penelitiannya antara pengguna ekstasi dengan sampel yang diberi placebo.
Hipertensi, palpitasi, aritmia jantung, sakit angina, kolaps pembuluh darah
merupakan efek samping dari amfetamin (Gamma et al, 2000).
2. Neurotoksik
Ekstasi juga memberikan efek neurotoksik yang dilihat dari dua garis besar
yaitu dari pertama, dilihat dari segi riset neurobiologi, kedua, efek pada
psikologi terhadap pengguna itu sendiri (Curran, 2000).Pada gangguan yang
berkaitan dengan psikologi, hal yang dapat terjadi adalah seperti depresi,
ansietas dan psikosis (Huizink et al, 2006).Selain itu, terdapat juga beberapa
efek samping yang didapati dari penggunaan ekstasi yaitu penurunan selera

22
makan, peningkatan keringat, sensitif terhadap suhu yang dingin, mulut menjadi
kering, sering dahaga, palpitasi dan sulit untuk konsentrasi (Curran, 2000).
3. Pencernaan
Amfetamin bekerja dalam sistem pencernaan menyebabkan anoreksia, mual,
muntah, kram perut dan diare.
Terdapat juga beberapa efek samping yang bersifat akut seperti hipertermia..
Komplikasi lain seperti sindrom serotonin yaitu perubahan status mental,
hiperaktivitas autonomik, dan abnormalitas neuromuskular .Penghentian ekstasi
secara tiba-tiba pula dapat menimbulkan withdrawal syndrome yang ditandai
dengan depresi yang terjadi sehingga beberapa minggu.Selain itu, dilaporkan juga
terjadinya aggresifitas pada mereka yang ‘berpuasa’ dari mengambil ekstasi
(Katzung, 2007).

g. Apa makna menelan 2 pil ekstasi dan mengalami gelisah, sesak nafas, bicara
melantur, kadang-kadang menjerit disertai sakit kepala?
Jawab:
Menunjukkan gajala Keracunan Amfetamin, seperti peningkatan atau
penurunan kecepatan detak jantung, mual, muntah, dilatasi pupil, hipertermia,
penurunan berat badan yang signifikan, retardasi psikomotor, stress respiratorik,
kejang dan bahkan koma. Sedangkan gejala yang muncul akibat putus obat adalah
kelelahan, mimpi buruk, peningkatan nafsu makan, dan retardasi psikomotor
(Sadock, 2007).

h. Bagaimana mekanisme dari keluhan?


Jawab:
1) Ektasi ↓ kadar serotonin↓ 5-hidroxyindolacetic dan inhibisi enzim
tryptopan hydroxylase dam ↓ 5-HT reuptake sites  kerusakan akson terminal
↓ level serotinin di sinapsTampak gelisah
Intoksikasi ekstasi  gangguan keseimbangan serotonin  rendahnya
serotonin amigdala  gangguan psikis/mood
2) Sesak nafas  Efek dopaminergik amfetamin medulla oblongata 
perangsanan pusat nafas, peningkatan kerja kardiovaskular  nafas cepat,
sesak

23
3) Bicara melantur, kadang menjerit, sakit kepala
Intoksikasi ekstasi  MDMA serotonin selective, akumulasi serotonin di
ruang sinaps neuron  kerusakan akson terminal neuron serotonin 
gangguan stimulus neurotransmitter di korteks serebri (pusat kesadaran,
persepsi sensorik) (Sherwood, 2011).

i. Bagaimana terapi lanjutan pada pengguna pil ekstasi? (Rehabilitasi)


Jawab:
Rehabilitasi
1. Rehabilitasi rawat inap
a) Detoksifikasi dan pengobatan
b) Pendekatan psikososial dan spiritual
c) Terapi jangka pendek
d) Terapi jangka panjang
2. Rehabilitasi rawat jalan
a) Terapi obat-obatan
b) Terapi singkat
c) Konseling adiksi
d) Psikoedukasi keluarga
e) Kelompok bantu diri antara sesama pecandu
(BNN, 2014)
Rehabilitasi adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. Proses rehabilitasi medis
meliputi asesmen, penyusunan rencana rehabilitasi, program rehabilitasi rawat
jalan atau rawat inap dan program pasca rehabilitasi. Rawat inap sesuai dengan
rencana rehabilitasi yang telah disusun dengan mempertimbangkan hasil asesmen
yang meliputi intervensi medis. Intervensi medis antara lain melalui program
detoksifikasi, terapi simtomatik, dan/ atau terapi rumatan medis, serta terapi
penyakit komplikasi. Intervensi psikososial dilakukan melalui konseling adiksi
narkotika, wawancara motivasional, terapi perilaku dan kognitif, dan pencegahan
kekambuhan.Pelaksanaan rawat inap meliputi intervensi medis melalui program
detoksifikasi, terapi simtomatik, dan terapi penyakit komplikasi. Intervensi
psikosial antara lain melalui konseling individual, kelompok, keluarga atau
vokasional.

24
Terkait putusan pengadilan yang diselenggarakan di fasilitas rehabilitasi
medis milik pemerintah dilaksanakan melalui tahapan program rawat inap awal,
program lanjutan dan program pasca rawat.Program rawat inap awal dilaksanakan
minimal 3 (tiga) bulan untuk kepentingan asesmen lanjutan, serta penatalaksanaan
medis untuk gangguan fisik dan mental.Program lanjutan meliputi rawat inap
jangka panjang atau program rawat jalan yang dilaksanakan sesuai standar
prosedur operasional.Program rawatpenyalahgunaan narkotika yang sedang dalam
proses peradilan yang sedang menjalani rehabiltasi medis menjadi tanggung jawab
penyidik, penuntut umum atau hakim sesuai tingkat pemeriksaan perkara.
(BNN, 2014)

j. Bagaimana cara mendeteksi pengguna pil ekstasi?


Jawab:
1.Uji melalui urine
a. Tes urine adalah jenis tes yang paling umum dan dianggap sebagai
goldstandard pengujian obat
b. Alat tes urine sudah tersedia seperti pada tempat-tempat tes
narkoba,analisis laboratorium, atau toko alat kesehatan
c. Urine disimpan dalam cangkir yang amanyang dirancang khusus,disegel
dengan pita tahan panas, dan dilakukan pengujian dilaboratorium
pengujian

2. Uji melalui air liur


Kelemahan dari uji narkoba berbasis air liur adalah bahwa hal itu tidak
disetujui oleh FDA atau SAMHSA untuk digunakan dengan Federal
DrugTesting.

3. Uji melalui rambut


Analisis sampel rambut memiliki banyak keunggulan sebagai metode skrining
awal untuk keberadaan narkoba. Ada beberapa kelebihan dari analisis rambut
bila dibandingkan dengan uji kemih (urine test), diantaranya :
a. Narkoba dan metabolisme narkoba tetap berada dalam rambut secaraabadi
dan mengikuti pertumbuhan rambut yang berkangsung sekitar 1inchi per
60 hari, dibandingkan dengan dalam kemih yang segeraberkurang dan

25
menghilang dalam waktu singkat, pada umumnya antara48-72 jam karena
pengeluaran secara berkala
b. Uji rambut dapat mendekteksi dan menapaki (to trak) jangka waktu
penggunaan melalui uji segmentasi sepanjang perjalanan pertumbuhan
rambut sekitar 1,5 cm per bulan, sehingga dapat mendeteksipenyalahguna
priodik atau kronisSecara operasional pengambilan dan penyimpanan
contoh rambut jauh lebih sederhana dan tidak menjijikan seperti dalam
pengumpulan kemih (tes urine) (Handly, 2012)

k. Apa yang terjadi bila penghentian penggunaan obat secara tiba-tiba?


Jawab:
Gejala putus obat Amfetamin pada umumnya mencapai puncak dalam dua sampai
empat hari dan sembuh dalam satu minggu. Gejala putus obat yang paling serius
adalah depresi, yang dapat menjadi berat setelah penggunaan Amfetamin dengan
dosis tinggi yang berkelanjutan dan dapat dihubungkan dengan ide bunuh diri.
Kriteria diagnosa putus obat Amfetamin menurut DSM IV TR (tabel 2.4.)
menekankan bahwa keadaan disforik dan perubahan psikologi penting dalam
penegakkan diagnose (Sadock, 2007).

4. Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey
- Airway : bisa bicara dengan jelas, tidak terdapat suara nafas tambahan
- Breathing : pernapasan 24x/menit, suara napas kiri dan kanan vesikuler,
ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
- Circulation : tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 100x/menit
- Disability : membuka mata secara spontan, bisa menggerakan ekstremitas
sesuai perintah, bula ditanya jawaban melantur, pupil isokor,
refleks cahaya (+).
- Exposure : suhu 36,8 C

Secondry Survey
- Kepala
a. Mata : konjungtiva tidak anemis

26
b. THT : tidak ada kelainan
- Leher : dalam batas normal, vena jugularlis
- Thoraks:
d. Inspeksi : gerak nafas simetris, frekuensi nafas 24x/menit
e. Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicula sinistra, stem
fremitus
kanan dan kiri sama.
f. Perkusi : batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
g. Auskultasi : suara jantung jelas dan reguler, HR: 100x/menit, suara paru
vesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada
- Abdomen
a. Inspeksi : datar
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar-lien dalam batas normal
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
Ekstremitas inferior dan superior : refleks fisiologi meningkat

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?


Jawab :

Pemeriksaan Primary Survey Normal Interpretasi


Airway bisa bicara dengan jelas, bisa bicara dengan jelas, Normal
tidak terdapat suara nafas tidak terdapat suara nafas
tambahan tambahan
Breathing pernapasan 24x/menit, pernapasan 24x/menit, Normal
suara napas kiri dan kanan suara napas kiri dan kanan
vesikuler, ronkhi tidak vesikuler, ronkhi tidak
ada, wheezing tidak ada ada, wheezing tidak ada
Circulation tekanan darah 130/80 tekanan darah 130/80 Prehipertensi
mmHg, Nadi 100x/menit mmHg, Nadi 100x/menit
Disability E: membuka mata secara E: membuka mata secara Eye: 4
spontan, spontan, Motorik:6
M: bisa menggerakan M: bisa menggerakan Verbal:3

27
ekstremitas sesuai ekstremitas sesuai GCS: 13
perintah, perintah, penurunan
V: bila ditanya jawaban V: berorientasi baik, kesadaran
melantur, pupil isokor, refleks ringan
pupil isokor, refleks cahaya (+).
cahaya (+).
Exposure suhu 36,8 C suhu 36,8 C Normal

Pemeriksaan Secondary Survey Normal Interpretasi


Kepala c) Mata : a) Mata : Normal
konjungtiva tidak konjungtiva tidak
anemis anemis
d) THT : tidak ada b) THT : tidak ada
kelainan kelainan
Leher - dalam batas normal, - dalam batas normal, Normal
vena jugularlis vena jugularlis
Thoraks e. Inspeksi : gerak a. Inspeksi : gerak Normal
nafas simetris, nafas simetris,
frekuensi nafas frekuensi nafas
24x/menit] 24x/menit]
f. Palpasi : iktus b. Palpasi : iktus
kordis teraba pada ICS kordis teraba pada ICS
5 midclavicula sinistra, 5 midclavicula sinistra,
stem fremitus kanan stem fremitus kanan
dan kiri sama. dan kiri sama.
g. Perkusi : batas c. Perkusi : batas
jantung normal, sonor jantung normal, sonor
pada kanan dan kiri pada kanan dan kiri
h. Auskultasi : suara d. Auskultasi : suara
jantung jelas dan jantung jelas dan
reguler, HR: reguler, HR:
100x/menit, suara paru 100x/menit, suara paru
vesikuler, ronki tidak vesikuler, ronki tidak

28
ada, wheezing tidak ada, wheezing tidak
ada ada
Abdomen e. Inspeksi : datar a. Inspeksi : datar Normal
f. Palpasi :lemas, b. Palpasi :lemas,
nyeri tekan (-), hepar- nyeri tekan (-), hepar-
lien dalam batas normal lien dalam batas normal
g. Perkusi : timpani c. Perkusi : timpani
h. Auskultasi : bising d. Auskultasi : bising
usus dalam batas usus dalam batas
normal normal
Ekstremitas inferior dan superior : inferior dan superior : Abnormal
refleks fisiologi meningkat refleks fisiologi meningkat

b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan fisik?


Jawab:
Intoksikasi ekstasi  MDMA serotonin selective, akumulasi serotonin di
ruang sinaps neuron  kerusakan akson terminal neuron serotonin 
gangguan stimulus neurotransmitter di korteks serebri (pusat kesadaran,
persepsi sensorik)

Konsumsi MDMA  menekan pembebasan neurotransmiter simpatik 


peningkatan aktivitas reseptor α maupun β-adrenergik  pembebasan
dopamine ke celah sinaptik dan pelepasan norepinefrin  menimbulkan
aktivitas lakomotor berlebihan  peningkatan refleks fisiologis
Efektor  reseptor (respon terhadap stimulasi fisik)  potensial aksi pada
serabut neuron aferen (n. Craniales)  radiks dorsalis medulla spinalis 
serat neuron aferen  radiks ventralis spinalis  refleks motorik (fisiologis
meningkat)

4. Jika semua gejala dan tanda digabungkan.


a. Bagaimana cara mendiganosis pada kasus?
Jawab:
Kriteria diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Amfetamin

29
a. Baru-baru ini mengonsumsi amfetamin atau zat terkait (cth.metilfenidat)
b. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptive yang secara klinis
signifikan (cth. Euphoria atau penumpulan afek; perubahan sosiabilitas;
hipervigilans; sensitivitas interpersonal; ansietas; ketegangan; atau
kemarahan; perilaku stereotipi; daya nilai terganggu) yang timbul selama
atau segera setelah pengunaan amfetamin atau zat terkait.
c. Dua (atau lebih) hal berikut, timbul selama atau segera setelah penggunaan
amfetamin atau zat terkait:
1. Takikardia atau bradikardia(bila obat murni alfa adrenergik agonis)
2. Dilatasi pupil
3. Tekanan darah meningkat atau menurun
4. Berkeringan atau menggigil
5. Mual atau muntah
6. Bukti penurunan berat badan
7. Agitasi atau retardasi psikomotor
8. Kelemahan otot , depresi napas , nyeri dada , atau aritmia jantung
9. Kebingungan , kejang , diskinesia , distonia , atau koma
d. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain

b. Apa diagnosis banding pada kasus?


Jawab:
Intoksikasi Intoksikasi Skizofrenia
amfetamin heroin paranoid
Gelisah √ √ √
Sesak Nafas √ √ −
Bicara Melantur, √ √ √
Menjerit
Sakit kepala √ − −
Riwayat √ √ −
penggunaan obat

d. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini?

30
Jawab:
a. Airway, menjaga airway dengan kontrol servical
b. Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi.
c. Circulation, dengan kontrol perdarahan
d. Disability, status neurologis.
e. Exposure, buka baju pasien, tetapi cegah hipotermia (atls, 2014)
Pada keracunan ampethamin
1. Bilas lambung
2. Diuresis
3. Oksigen 2-4 liter
4. Ansietas : diazepam 0,05-0,1 mg/kgBB IV atau oral. Dapat diulang 5-10
menit
5. Klorpromazin 0,5 mg/bb im atau oral, bisa diulang tiap 30 menit
(standar pelayanan minimal terapi medik ketergantungan narkotika,
psikotropika dan bahan adiktif lainnya (narkoba) badan narkotika
nasional jakarta,2013)

31
e. Bagaimana komplikasi pada kasus ini?
Jawab:

f. Bagaimana prognosis pada kasus ini?


Jawab:
Bonam

h. Bagaimana NNI pada kasus ini?


Jawab:
‫ َع ْن ُك ِِّل ُم ْس ِك ٍر َو ُمفَتِ ِّ ٍر‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬
‫سو ُل ه‬
ُ ‫نَ َهى َر‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari segala yang
memabukkan dan mufattir (yang membuat lemah)” (HR. Abu Daud no. 3686
dan Ahmad 6: 309).
Dari hadist tersebut dikatakan terdapat kata “muffatir” atau yang
melemahkan.Hal ini dapat dimaknai narkoba.Jika khomr itu haram, maka
demikian pula dengan mufattir atau narkoba.

2.6 Kesimpulan
Ronalad, seorang laki-laki, 26 tahun mengalami gelisah et causa intoksikasi obat
MDMA derajat sedang.

32
2.7 Kerangka Konsep

FR: Usia, Jenis Kelamin dan Lingkungan sosial

Menelan 2 pil MDMA

Intoksikasi

Mengganggu sistem saraf pusat

Dopamine serotonin Epinefrin

Gelisah, sesak nafas, refleks fisiologis meningkat, bicara


melantur, kadang menjerit disertai sakit kepala

33
Daftar Pustaka

Aziz, B. 2011. Intoksikasi Amfetamin [pdf]. Website: http://repository.usu.ac.id akses pada


22 Juni 2016

Chung, KW, Gross Anatomy, Binarupa Aksara, Jakarta, 1993, p. 7-8.

Goldman, 1994. Manual of Pharmacology and Therapeutic. University of Texas


Southwestern Medical School : Texas

Handly, N., et al., 2012. Amphetamine Toxicity. Diperoleh dari:


http://emedicine.medscape.com/article/812518-clinical [diakses pada tanggal 22 Juni
2016]

Katzung, B. G. 2007. Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition.United States : Lange
Medical Publications.

Kemenkes RI, 2014. Penyalahgunaan Narkotika. Pengguna Narkoba Dapat Dicegah dan
Direhabilitasi. p9-11

Narkoba dalam Pandangan Islam. Diakses dari https://muslim.or.id/9077-narkoba-dalam-


pandangan-islam.html pada tanggal 23 Juni 2016.

National Drug Campaign. 2015. Narkoba: Fakta Sesungguhnya. Australian Government.


(http://www.drugs.health.gov.au). Diakses tanggal 22 Juni 2016.

Price, A. Silvia; Wilson, M. Lorraine, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – proses Penyakit,
901 – 929, 1021 – 1022, EGC, Jakarta, 2005.

Sadock ,Benjamin james dan Sadock, Virginia Alcott. 2007. Gangguan ansietas. Dalam :
Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta: EGC

34

Вам также может понравиться