Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KARYATULIS ILMIAH
OLEH:
PETRUS NOSENI RUMBINO
PO.71.20.7.15.067
1
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYATULIS ILMIAH
OLEH :
Nama : Petrus Noseni Rumbino
Nim :PO.71.20.7.15.067
Menyetujui
Pembimbing 1 pembimbing II
Mengetahui
Ketua prodi D III Keperawatan Biak
2
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan depan tim penguji ujian siding di prodi DIII Keperawatan biak
politeknik kesehatan jayapura jurusan keperawatan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar ahlimadya keperawatan
Pada :
Hari : jumat
Tanggal : 29 - 2018
Mengesahkan
Politeknik jayapura
Dewan Penguji
Mengetahui
Dr.IsakJ.H.Tokayo,Skep,M.Sc
NIP:196403121988031003
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah yang mahakuasa, yang telah
karya tulis ilmiah berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn. ”d” Dengan ganguguan efusi
Dalam penyusunan KTI ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan
pihak yang telah membantu, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
Karya tulis ilmiah ini dapat disusun karena adanya bantuan dan bimbingan kepada
penulis,dan padak sempatan ini dengan kerendahan hati penulis menghanturkan ucapan
1. BapakDr.IsakJ.H.Tukayo,
S.Kep,M,A,P.,M.Kesselakudirekturpoltekesjayapura
2. BapakDr.Lajumu.,S.Sos.,S.Kep.,Ns.,M.A.P.,M,M,Kes.selakuketua PRODI D
4
4. Ibu Rospuana H.E Mandowen selaku dosen pembimbing 1 yang telah banyak
6. Bapak ibu dosen beserta seluruh staf PRODI D III keperawatan biak yang
pendidikan.
Biak,
Nim. PO,71,20,7,15,067
5
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Jika kamu ingin hidup bahagia, kaitkanlah pada tujuan bukan orang lain atau benda.
Hari takan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup takkan indah tanpa
tujuan, harapan serta tantangan. meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan
terasa, apabila semuanya terlalui dengan baik, meski harus memerlukan pengorbanan.
PERSEMBAHAN :
1. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang masih memberikan nafas kehidupan disetiap
detik, menit dan selalu menjadi tempat pendengar yang baik untuk
2. Kedua orangtuaku, bapak dan ibu terima kasih atas doa, pelajaran hidup dan
3. Kakaku, Dina hulda Rumbino dan ke- 8 ( delapan ) sodaraku yang menjadi
inspirasiku dan selalu mensupportku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
4. My sweet heart “Novitha” Yang selalu setia menemani saya dalam susah
yang tak henti-hentinya sehingga saya dapat menjalankan semua ini dengan
baik.
5. Kepada bapak La jumu, S.sos,S,kep,Ns., M.AP., M.Mkes dan ibu Nurul Ulfiani,
bimbingan.
6
7. Kepada ketua prodi, dan semua dosen dan staf, tata usaha prodi D III
keperawatan biak, yang telah memberikan ilmu kepada saya serta nasehat
8. Almamater kebanggaanku.
7
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS :
Suku/bangsa : BIAK/Indonesia
Alamat : MANDIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN :
8
Abstrak
Latar Belakang :
Efusi pelura adalah suatu kondisi kesehatan dimana jumlah kelebihan cairan menumpuk di
rongga pleura. Hal ini membatasi kemampuan paru-paru dalam berkembang dan mengempis
serta karenanya manusia kesulitan untuk bernafas. Dalam kasus ini dibutuhkan intervensi
fisioterapi untuk mengatasi permasalahan yang timbul dari efusi pleura berupa pemberian
Tujuan :
Untuk mengetahui manfaat pemberian infrared dan diapraghmatic breathing exercise pada
penderita efusi pleura untuk mengurangi sesak nafas, nyeri dada, dan meningkatkan mobilitas
thorak.
Hasil :
Penurunan derajat nyeri dada ketika batuk dari sebelum dilakukan tindakan fisioterapi (T0)
6,9Cm (nyeri sedang) dan setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali (T6) menjadi
1,5 Cm (sedikit nyeri). Adanya peningkatan ekspansi sangkar thorak pada daerah axilla dari
selisihnya menjadi T6 = 3 Cm, dan pada daerah procecus xyphoideus dari T0= 2 Cm
selisihnya menjadi T6
= 3 Cm. Adanya penurunan derajat sesak nafas T1 = 5 (sesak berat) menjadi T6 = 2 (sesak
ringan).
Kesimpulan :
Dapat disimpulkan terdapat keberhasilan dalam membantu penurunan derajat sesak nafas,
penurunan nyeri dada, serta peningkatan mobilitas thorak pada pasien dengan kasus efusi
pleura.
9
DAFTAR ISI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian ....................................................................... 5
2. Etiologi ............................................................................ 5-6
3. ManifestasiKlinis ............................................................ 6
4. Patofisiologi .................................................................... 6-7
5. PemeriksaanPenunjang ................................................... 10-11
6. Penatalaksanaan .............................................................. 11-12
7. Komplikasi ...................................................................... 12-13
B. KonsepDasarAsuhanKeperawatan
1. Pengkajian ....................................................................... 13-14
2. DiagnosaKeperawatan .................................................... 14-15
3. IntervensiKeperawatan ................................................... 15-18
4. Implementasi ................................................................... 18-20
5. Evaluasi ........................................................................... 20-21
A. Pengkajian ............................................................................. 22
B. Klasifikasi Data ..................................................................... 30
C. Analisis Data ......................................................................... 31
D. PrioritasDiagnosaKperawatan ............................................... 32
E. Catatanperkembangan ........................................................... 37
BAB IV PEMBAHASAN
10
A. Pengkajain ............................................................................. 39
B. DiagnosaKeperawatan........................................................... 39
C. Intervensi ............................................................................... 41
D. Implementasi ......................................................................... 42
E. Evaluasi ................................................................................. 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 41
B. Saran ...................................................................................... 41
C. DaftarPustaka ........................................................................ 42
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
11
K. DAFTAR LAMPIRAN
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Efusi pleura adalah penimbunan cairan dalam rongga pleura dapat berupa
transudat dan eksudat. Transudat terjadi peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya
pada gagal ginjal kongesti. Pada kasus ini terjadi keseimbangan kekuatan menjadikan
pengeluaran cairan dalam pembuluh darah dan penimbunan, eksudat disebabkan oleh
peningkatan atau keganasan pleura dan terjadi peningkatan permaebilitas kapiler atau
gangguan absorbs getah bening. Pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya
gravitasi (Sylvia, 2014). Cairan dalam ruang pleural yang terletak diantara permukaan
visceral dan parental, adalah suatu proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain, secara normal ruang
pleura mengandung cairan (5-1 5 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan
permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer & Bare, 2012).
Dalam tubuh, oksigen berperan penting sebagai proses metabolisme sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar
ini terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut
tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mengatasi berbagai masalah yang terkait
terapi oksigen dalam asuhan keperawatan memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi masuknya oksigen dari atmosfer hingga sampai ke tingkat sel
melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Metode yang paling sederhana dan efektif
13
untuk mengurangi resiko penurunan pengembangan dinding dada yaitu dengan
pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi pasien dengan ketidak
efektifan pola nafas adalah diberikan posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30-
450. Posisi semi fowler pada pasien efusi pleura telah dilakukan sebagai salah satu cara
Menurut WHO health jounal (2014), penyakit ganas menyumbang 41 persen dan
untuk tuberkocolusis 33 persen dari 100 kasus efusi pleura eksudatif2 pasien 2 % meliki
efusi di temukan hanya 6 % kasus alasan lain adalah gagal jantung kongestif 3%
1% ggagal ginjal kronis 1%kolesistitis akut 1% etiologi tidak diketahui 8% efusi pleura
besar ditemukan pada 24% pasien sedang pada 58% serta efusi pleura ringan pada 18%
Berdasarkan catatan rekam medik rumah sakit umum daerah bandung jumlah
prevalensi penderita efusi pleura lima bulan terakhir dari bulan januari sampai bulan mey
bahwa penyakit yang ada di rsud bandung, jumlah pasien efusi pleura dari bulan januari
Bedasarkan masalah di atas penulis mencoba mendalami tentang efusi pleura dan
merupakan suatu disease entity tetapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang
dapat mengancam jiwa penderita(WHO 2014 secara geografi penyakit ini terdapat
diseluru dunia bahkan menjadi masalah utama di negara – negara yang sedang
14
tahun dan jarang di jumpai secara sporadis tetapi lebih sering bersifat epidemik di suatu
daerah. Pengetahuan yang dalam tenteng efusi pleura dan segalanya merupakan pedoman
dalam pemberian asuhan keperawatan yang tepat disamping pemberian obat, penerapan
proses keperwatan yang tepat memegang peranan yang sangat penting dalam proses
penyembuan dan pencegahan, guna mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat
efusi pleura
B. Rumusan masalah
asuhan keperawatan efusi pleura pada pasien TN, D di ruang melati. Dr h. Rotinsulu
bandung.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
a. mampu melakukan penkajian data pada tn. d,i dengan efusi pleura.
c. mampu menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada tn. d,i dengan efusi
pleura
d. mampu melaksanakan tindakan implemetasi keperawatan pada tn. d,i dengan efusi
pleura
e. mampu melaksanakan evalusi akhir pada tn. d.i dengan efusi pleura
f. mampu dokumentasi hasil asuhan keperawatan pada tn. d,i dengan efusi pleura
15
D. Manfaat penulisan
1. Bagi institusi
tentang penyakit efusi pleura dapat membantu dalam memecakan masalah dan
Penelitian dapat memberikan banyak manfaat bagi diri sendri dan menciptakan
jembatan berkomunikasi dengan diri sendiri maupun orang lain. Melati ketajaman
untuk berkonsentrasi
Mengasa daya nalar dan daya ingat seseorang. Dan diri sendiri
umumnya dan penerapan proses keperawatan pada klien dengan gangguan effusi
pleura
Hasil laporan kasus ini di harapan dapat memberikan manfaat praktis dalam
asuhan keperawatan yaitu sebagai panduan perawatan dalam pengelolaan kasus efusi
pleura. Juga diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam
pengelolaan kasus.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat
berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa
darah atau pus (Baughman C Diane, 2013) Efusi pleural adalah pengumpulan cairan
dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit
primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.
Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya
1.2 Etiologi
berdasarkan jenis caira yang terbentuk, cairan pleura dia bagi menjadi transudat dan
eksud at adalah:
1. Transudat
neftrofik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndrom vena cava superior tumor
17
2. Eksudat
disebabkan oleh infeksi tb pleumonia dan sebagianya tumor infark paru radiasi
penyakit kolagen
setelah cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak
napas.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis
Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak
karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
18
1.4 Manifestasi klinis
Gejalanya berupa:
a. Dispnea
b. Batuk
d. Sesak nafas
e. Demam
f. Bb menurun
g. Foto thorak
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan thoraks kedalam paru paru,sehingga
paru-paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat(resting
pressure )dalam posisi tiduran pada adalah 2 –sampai 5 cm o2 sedikit bertambah negatif
Selain fungsi mekanis rongga pleura steril karena mesothelian bekerja melakukan
fagositosis benda asing dan cairan yang di produksi nya bertindak sebaigai lubringks
1.6 Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh
permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.Cairan ini dihasilkan oleh kapiler
pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik
elastis.Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase
19
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat
20
atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung
karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic
1. 7 Pemeriksaan Diagnostik
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
2. Ultrasonografi
tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan
posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak),
berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
4. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
selmalignan,danpH.
dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung
3. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari
21
tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan
elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan
pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-
Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan
terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut
dengan fibrotoraks jika fibrotoranks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang
Kolops paru
Pada paru ataleksitasi tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ekstrinik pada sebagian /
semua bagian paru akan mendorong udara dan mengakibatkan kolaps paru.
22
1.10 PENGKAJIAN
Pengkajian
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan
2. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit.Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan
keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura
yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk
non produktif.
3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat
23
b. Riwayat Penyakit Dahulu
paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
4. Pemeriksaan Fisik
b. Sistem Respirasi
lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung
untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada
24
palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada
Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas
atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical
Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.
cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis
dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan
akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus,
c. Sistem Kardiovasculer
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS
adanya thrill yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas
untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah
25
bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah
d. Sistem Pencernaan
tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu
normalnya 5-35 kali permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah
nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk
mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga apakah lien
teraba. Perkusi abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cairan
e. Sistem Neurologis
f. Sistem Muskuloskeletal
26
5. Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi
pada kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis akibat
seseorang.
6. Psikologis
7. sosial
8 spiritual
27
9. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif, berpikir dan daya nalar perawat
I. Diagnosa Keperawatan
J. Rencana/intervensi Keperawata.
28
Intervensi Rasional
Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman kita dapat menentukan jenis effusi
nyaman, dalam posisi duduk, dengan dan kedalaman pernafasan, kita dapat
tekanan darah, RR dan respon pasien). daerah dada sehingga ekspansi paru
Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk merupakan indikasi adanya penurunan
Kolaborasi dengan tim medis lain untuk Auskultasi dapat menentukan kelainan
29
Dengan foto thorax dapat dimonitor
dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.
Kriteria hasil: Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil
Intervensi Rasional
Beri makanan dalam porsi kecil tapi Bising usus yang menurun atau
nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, Bau mulut yang kurang sedap dapat
30
Makanan dalam porsi kecil tidak
memudahkan reflek
amino esensial.
dalam tubuh
3. Gangguan mobilitas fisik b/d tampak lemah,kebutuhan px masih dibantu oleh keluarga dan
perawat
Kriteria hasil: lebih 40 % jumlah mobilisasi, berat badan normal dan hasil laboratorium
Intervensi Rasional
- Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan dibatasi oleh pandangan diri / persepsi
31
- Berikan / bantu mobilisasi dengan posisi fungsional eksremitas tangan /
aktivitas organ
intervensi khusus
Pemeriksaan Fisioterapi
mobilitas thorax, nyeri, tingkat sesak nafas, gerak aktif, gerak pasif, kognitif, intra
Diagnosa Fisioterapi Impairment :penurunan ekspansi thorax, nyeri dada saat batuk,
Disability :Pasien masih berada di rumah sakit dalam keadaan rawat inap jadi pasien
mengalami hambatan
32
1. Hari
pernapasan dada.
Penatalaksanaan :
posisi terapis : disebelah pasien dengan salah satu tangan diatas perut pasien.
posisi pasien : duduk bersandar, pasien diinstruksikan untuk tarik napas dari hidung
dan di
keluarkan lewat mulut. Saat inspirasi perut mengembang dan ekspirasi perut
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil :
Seorang pasien dengan diagnosa efusi pleura atas nama Tn. A M berusia
Mobilitas thorax, dan 8 nyeri ketika batuk atau ketika sesak napas kambuh. Setelah
mendapatakan terapi sebanyak enam kali dengan menggunakan infrared (IR) dan
breathing exercise diperoleh hasil adanya penurunan sesak napas, penurunan nyeri
1. Pembahasan Kasus
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Sebelum terapi 5 5 4 4 3 2 2
Sesudah terapi 5 5 4 4 3 2 2
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
34
K. Implementasi
Pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi
intervensi dan respon klien. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara
kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan
L. Evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan
pasien:
seperti biasanya.
35
5. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak
nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat yang
merawatnya.
36
BAB III
TINJAUAN KHASUS
I. IDENTITAS
A. KLIEN.
Nama initial : TN . D
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
37
B.PENANGGUNG JAWAB.
Nama : NY N
saat masuk : klien nampak lemas dan tidak mampu berkata kata akibat
sesak
A. KEADAAN SAKIT :
38
KELUHAN UTAMA : klien mengatakan sesak batuk dahak sudah 2 bulan / muntah
muntah
1. Kesadaran :
Kuantitatif :
VERBAL : 5
39
Kesimpulan : klien nampak sesak
3. Suhu : 36, 5 C
4, Nadi : 70 X/ menit
Irama : Kusmaul
D. PENGUKURAN
40
E. GENOGRAM
Turunan ke tiga
KETERANGAN :
: laki klien
: perempuan klien
: Klien
: Tinggal bersama
41
IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN.
Riwayat penyakit yang pernah dialami: klien menyatakan ia perna di rawat dengan keluan
lain”
Riwayat kesehatan sekarang : efusi pleura / cairan atau penimbunan cairan dalam rongga
paru
a. Keadaan sebelum Sakit : klien mempunyai persepsi tentang sakit bahwa ia akan
effusi pleura
penyakitnya
42
b. Keadaan sejak sakit / sakit saat ini : kaadaan sudah mulai membaik sesak sudah
mulai berkurang
(kondisisakit )
2. data Obyektif
1. data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit : klien menyatakan bahwa sebelum sakit ia makan 3 kali
b. Keadaan sejak Sakit : klien menyatakan bahwa saat sakit ia makan 1 kali perhari
43
2. Data Obyektif
b. Pemeriksaan Fisik
baik
Pharing : normal
Larynx : normal
44
ABDOMEN
1. data subyektif
a. Keadaan sebelum sakit : klien menyatakan ai dalam satu hari BAK 2 -3 kali
b. Keadaan sejak saksakit : saat sakit klien menyatakan BAK 2 – 3 kali sehari
45
2. Data obyektif
a. Observasi: klien Nampak merasa nyeri saat BAB akibat luka yang baru saja ada dianus
b. Pemeriksaan Fisik
Mulut Urethra
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum Sakit : klien menyatakan berholaraga 2 kali dalm sehari dan
stratat.
46
2. Data Obyektif
disembukan
aktivitas harian
Keterangan :
Makan : 2 0. Mandiri
Buangair kecil : 2
Anggota gerak yang cacat : tidak ada anggota tubuh yang cacat
dirinya sendiri
47
b. Pemeriksaan Fisik
Jantung
Klien menggunakan alat Pacu jantung : klien tidak mengunakan alat bantu pemacu
jantung
48
HR :1500/16 = 93 X / menit
Bruit Aorta
Renalis
Atrofi Otot : klien nampak kurus karena hilang / menurunnya pola makan yang
ronga paru
:Kanan 4
Rerfleks fisiologi : klien tidak memberi respon yang tidak disadari dari respon
Refleks patologi : klien nampak memberikan respon pada dorfleksi pada ibu jari kaki
Babinski : Kiri
Kanan
49
Clubbing Jari-jari : klien nampak jaringan ikat yang berhubungan dengan oksigen
Varices Tungkai :pelebaran pembuluh darah balik akibat ganguan aliran darah
Columna Vertebralis :
1. data Subyektif
sebelum sakit dapat di lakukan secara mandiri baik makan / minum toileting
dan kemapuan aktifitas selalu di bantu oleh kelurga maupun orang lain
2. Data Obyektif
Banyak Menguap
50
Palpebrae inferior berwarna gelap
1. data Subyektif
a. Keadaan Sebelum sakit : klien menyatakan ia selalu percaya diri dan klien
pengliatan sedikit berkurang dari batas normal seperti waktu klien masih sehat
2. Data Obyektif
b.Pemeriksaan Fisik
51
Canalis :auditorius external normal
Pengenalan rasa Posisi pada gerakan lengan atas dan Tungkai : pergerakan tidak normal
1. Data Subyektif
a. Keadaan sebelum sakit :klien menyatakan sebelum sakit ia termasuk orang yang
bertanggung jawad dan membantu kedua orang tuanya dalam kebutuhan sehari hari
b. Keadaan sejak sakit : klien beranggapan bahwa penyakit yang di derita sangatlah
2. Data Obyektif
52
b. Pemeriksaan Fisik
bawaan
abdomen
1. data Subyektif
a. keadaan sebelum sakit : klien menyatakan bahwa hubungan dengan orang lain
sangat baik klien mampu mematuhi peraturan atau norma yang di terapkan di tengga
masyarakat seperti budaya dan lain klien juga rajing slot lima waktu di tempat
dimana ia tinggal
b.Keadaan Sejak sakit : saat sakit klien menyatakan hubungan dengan masyarakat di
53
belum juga sembu sembu dan orang lain / masyarakat sudah mengetahui masalah
yang di hadapinya.
2. Data Obyektif
a.Observasi : klien menyatakan bahwa keluarga tidak perna mengalami masalah yang
berkepanjang seperti ini sehingga membuat keluarnya menjadi camas, kuatir, bingung
1. Data Subyektif
a.Keadaan sebelum Sakit : klien menyatakan seksualitas adalah prifasi buat dirinya
sendiri tidak seorang pun yang bole tau tetang hal hal yang menyangkut
kepribadiannyaa.
b.Keadaan sejak sakit : klien menyatakan saat ia sakit ia tidak perna melakukan
hubungan dengan pasang/ atau pacarnya akibat penurunan ormon reproduksi yang
kurang baik
2. data Obyektif
54
J. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS
1. Data Subyektif
a.Keadaan Sebelum Sakit : klien menyatakan bahwa bila ada masalah dalam
keluarga , maka segera di bicarakan dengan anggota keluarga yang lainnya untuk
masalah yang panjang seperti sekarang ini dan tidak bisa memecakan masalah
2. Data Obyektif
masalah kesehatan
b. Pemeriksaan fisisk
HR : 93 X/menit
55
K. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
1. Data Subyektif
b.Keadaan Sejak sakit : klien menyatakan bawah waloupun ia sakit dia tetap
2. Data Obyektif
Observasi : klien nampak menggandalkan tuhan dalam segala all saat klien sehat
maupun sakit
Pemeriksaan fisik :
BB : 43 KG
TTV :
TN : 120 / 70 MMHG
N : 80 x menit
RR : 20 menit
S :36.C
Head to toe
56
Mata : conjungtiva tidak anemis skelera tidak iterik tampak sedikit berair
Mulut : mukosa lembab bibir tidak sianosis lida tidak kotor tidak ada karang
pada gigi
Thoraks : bentuk simetris tidak ada rettraksi pada diding dada dextra
Paru paru
Jantung :
Abdomen
57
Auskultasi : bising usus 6 permenit
Genitalia : terpasang dc
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ekg
Tanggal 15 -5 – 2018
Hasil :
Irma :regular
58
Fotto rogtgent
Terapi : iv : rl 20 tpm
Amoxicillin / ambroxol
Pemeriksaan Fisioterapi
Pemeriksaan fisioterapi meliputi Vital sign, inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, mobilitas
thorax, nyeri, tingkat sesak nafas, gerak aktif, gerak pasif, kognitif, intra personal dan inter
:penurunan ekspansi thorax, nyeri dada saat batuk, sesak napas, Functional Limitation
:Aktifitas sehari-hari menjadi terganggu karena keluhan yang dirasakan pasien ketika
kambuh.
Disability :Pasien masih berada di rumah sakit dalam keadaan rawat inap jadi pasien
mengalami hambatan
1. Hari
59
Sinar Infrared yaitu :-meningkatkan proses metabolism 7-membantu proses rileksasi otot
Prosedur pemakaian posisi pasien : duduk nyaman diatas beddaerah penyinaran : daerah
pernapasan dada.
Penatalaksanaan :
posisi terapis : disebelah pasien dengan salah satu tangan diatas perut pasien.
posisi pasien : duduk bersandar, pasien diinstruksikan untuk tarik napas dari hidung dan di
keluarkan lewat mulut. Saat inspirasi perut mengembang dan ekspirasi perut mengempis.
4.
4.1
Hasil
Seorang pasien dengan diagnosa efusi pleura atas nama Tn. A M berusia
mobilitas
thorax, dan
60
nyeri ketika batuk atau ketika sesak napas kambuh. Setelah mendapatakan terapi
infrared
(IR) dan
breathing exercise
diperoleh hasil adanya penurunan sesak napas, penurunan nyeri dada, serta
1.Pembahasan Kasus
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Sebelum terapi 5 5 4 4 3 2 2
Sesudah terapi 5 5 4 4 3 2 2
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
61
1. PENGELOMPOKAN DATA
62
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak evektivan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan di pleura paru
dextra
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak
mampuan memasukan atau memecakan dan mengabsorpsi makanan
3. Gangguan mobilitas fisik b/d tampak lemah,kebutuhan px masih dibantu oleh
keluarga dan perawat
PELAKSANAAN KEPERAWATAN
63
napas semi flower
pendek Berikan terapi
Skala pengobatan
1. keluhan ekstrim
2. Berat
3. Ringan
4. Sedang
5. tidak ada keluan
2 Ketidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan
seimbangan selama 2x24 jam diharapkan klien mampu
nutrisi memenuhi kebutuhan nutrisi dengan indikator
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan Tujuan
dengan indikator awal 1 2 3 4 5
ketidak
mampuan Intake zat
memasukan gizi 3
atau 5
memecakan
dan
mengabsorpsi Intake zat 5
makan makan 3
Berat 5
badan 2
Ukuran 5
kebutuhan 2
secara
biokimia
Skala
1. keluhan ekstrim
2. Berat
3. Ringan
4. Sedang
5. tidak ada keluan
64
3 Gangguan Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam - Kaji derajat
mobilitas diharapkan gangguan mobilitas belum teratasi imobilitas
fisik b/d Indikator Awal Tujuan - Berikan /
kelemahan 1 2 3 4 5 bantu
mobilisasi
Tahap 1 2 2 dengan tempat
Tahap 2 2 2 tidur,
intruksikan
Tahap 3 2 2 keamanan
dalam
menggunakan
alat mobilisasi
TANGAL EVALUASI
TTV
. TD.120 /70 mmhg
N . 80 x menit
RR . 20 menit
S. 36.C
DO. Klien nampak susah makan separuh yang di sediakan rs tugor kulit cukup
65
- O : Klien masih tampak dibantu oleh keluarga dalam beraktivitas
- A : Masalah belum teratasi
- P : Lanjutkan intervensi
TTV :
TD.13 0 /70 mmhg
N . 80 menit
RR. 25 menit
S . 36 C
15 -5-2018 Ds . klien menyatakan napas sudah sedikit menbaik
Ttv
Td. 120/ 70 menit
N. 80 menit
RR. 24 menit
S. 36 menit
Do. Klien nampak sudah mau memakan seditkit makan yang di sediankan
Ttv
Td. 120/ 80 menit
N. 80 menit
RR. 24 menit
S. 36 menit
66
16- 5- 2018 Ds. Tercapainya ketidakefektifan pola pernafasan (pola nafas normal), tidak
adanya penumpukkan cairan dalam rongga pleura, sianosis tidak ada dan tidak
ada gejala hipoksia dan tidak adanya sesak
Do. Tercapai ventilasi yang adekuat dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam rentang normal dan tidak adanya gejala disstres pernapasan.
p. intervensi lanjut
Ttv
Td. 120/ 80 menit
N. 80 menit
RR. 24 menit
S. 36 menit
p. intervensi lanjut
- S : Keluarga klien mengatakan aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga
Ttv
Td. 120/ 80 menit
N. 80 menit
RR. 24 menit
S. 36 menit
67
BAB IV
PEMBAHASAN
1.10 PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Pada tahan ini perawatan perlu mengetahui tentang nama umur jenis kelamin
alamat rumah agama atau kepercayaan suku bangsa bahasa yang dipakai status
pendidikan dan pekarjaan pasien.
2. Keluhan utamah
Keluhan utamah merupakan faktor yang mendorong pasien mencari perolongan atau
berobat ke rumah sakit . biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan
berupa sesak nafas rasa berat pada dada kanan akibat tajam dan terlokalisir terutama
pada saat batuk dan bernpas serta batuk non produktif
68
Pengkajian
1. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,
status pendidikan dan pekerjaan pasien.
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit Sekarang
69
I. Diagnosa Keperawatan
J. Rencana/intervensi Keperawata.
Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal,
pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi
cairan, bunyi nafas terdengar jelas
Intervensi Rasional
70
Kolaborasi dengan tim medis lain untuk Auskultasi dapat menentukan kelainan
pemberian O2 dan obat-obatan serta suara nafas pada bagian paru-paru
foto thorax. Menekan daerah yang nyeri ketika
batuk atau nafas dalam. Penekanan
otot-otot dada serta abdomen membuat
batuk lebih efektif.
Pemberian oksigen dapat menurunkan
beban pernafasan dan mencegah
terjadinya sianosis akibat hiponia.
Dengan foto thorax dapat dimonitor
kemajuan dari berkurangnya cairan dan
kembalinya daya kembang paru
Kriteria hasil: Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil
laboratorium dalam batas normal.
Intervensi Rasional
71
konsultasi untuk melakukan Penyajian makanan yang menarik dapat
pemeriksaan laboratorium alabumin meningkatkan nafsu makan.
dan pemberian vitamin dan suplemen Makanan dalam porsi kecil tidak
nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, membutuhkan energi, banyak selingan
putmocare) jika intake diet terus memudahkan reflek
menurun lebih 30 % dari kebutuhan Diit TKTP sangat baik untuk kebutuhan
metabolisme dan pembentukan
antibody karena diet TKTP
menyediakan kalori dan semua asam
amino esensial.
Peningkatan intake protein, vitamin dan
mineral dapat menambah asam lemak
dalam tubuh
3.Gangguan mobilitas fisik b/d tampak lemah,kebutuhan px masih dibantu oleh keluarga dan
perawat
Kriteria hasil: lebih 40 % jumlah mobilisasi, berat badan normal dan hasil laboratorium
Intervensi Rasional
- Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan dibatasi oleh pandangan diri / persepsi
72
menggunakan alat mobilisasi komplikasi tirah baring, meningkatkan
aktivitas organ
intervensi khusus
Pemeriksaan Fisioterapi
mobilitas thorax, nyeri, tingkat sesak nafas, gerak aktif, gerak pasif, kognitif, intra personal
dan inter personal, kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas, Diagnosa Fisioterapi
Impairment :penurunan ekspansi thorax, nyeri dada saat batuk, sesak napas, Functional
Limitation :Aktifitas sehari-hari menjadi terganggu karena keluhan yang dirasakan pasien
ketika kambuh.
Disability :Pasien masih berada di rumah sakit dalam keadaan rawat inap jadi pasien
mengalami hambatan
1. Hari
Sinar Infrared yaitu :-meningkatkan proses metabolism 7-membantu proses rileksasi otot
Prosedur pemakaian posisi pasien : duduk nyaman diatas beddaerah penyinaran : daerah
pernapasan dada.
73
Penatalaksanaan :
posisi terapis : disebelah pasien dengan salah satu tangan diatas perut pasien.
posisi pasien : duduk bersandar, pasien diinstruksikan untuk tarik napas dari hidung
dan di
keluarkan lewat mulut. Saat inspirasi perut mengembang dan ekspirasi perut
Hasil
Seorang pasien dengan diagnosa efusi pleura atas nama Tn. A M berusia
Mobilitas thorax, dan 8 nyeri ketika batuk atau ketika sesak napas kambuh. Setelah
breathing exercise diperoleh hasil adanya penurunan sesak napas, penurunan nyeri
1.Pembahasan Kasus
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Sebelum terapi 5 5 4 4 3 2 2
Sesudah terapi 5 5 4 4 3 2 2
74
b.Pengukuran Nyeri Dada menggunakan Visual Analogue Scale (VAS)
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
K. Implementasi
Pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya
intervensi dan respon klien. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara
kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan
dan perawatan yang muncul pada klien.
L. Evaluasi
seperti biasanya.
75
5. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak
nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat yang
merawatnya.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Efusi pleural adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam ruang antara
pleural viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan tersebut, efusi dapat berupa
transudat(Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites) atau eksudat (infeksi dan neoplasma) ; 2
jenis ini penyebab dan strategi tata laksana yang berbeda. Efusi pleura yang disebabkan oleh
infeksi paru disebut infeksi infeksi parapneumonik. Penyebab efusi pleura yang sering terjadi
di negara maju adalah CHF, keganasan, pneumonia bakterialis, dan emboli paru. Di Negara
berkembang, penyebab paling sering adalah tuberculosis.
B. Saran
Demikianlah pemaparan makalah ini semoga bermanfaat bagi yang mempelajarinya.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
77
DAFTAR PUSTAKA
sylvia, B. (2014, Januari 13). Dipetik Februari 15, 2016, dari Bram sylvia.com:
http://sylvia.com/efusi-pleura-penyebab-gejala-dan-pengobatan.
Html smeltzer dan bane. (2014, Appril 5). Dipetik mei 3, 2018, dari Disease & Conditions:
http://my.clevelandclinic.org/health/diseases_conditions/hic_Understanding_COPD/hic_Pul
monary_Rehabilitation_Is_it_for_You/hic_Diaphragmati
http://eprints.ums.ac.id/26908/14/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf
muborak R. (2015). Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit Persahabatan. Jurnal Respirasi
majompol, S. (2013). Makalah Infra Merah. Dipetik Mei 16, 2016, dari
The Effects of the Far-Infrared Ray (FIR) Energy Radiation on Living Body . INTECH
78