Вы находитесь на странице: 1из 78

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

”d” DENGAN GANGGUAN


EFUSI PLEURA DI RUANG KEPERAWATAN MELATI 1 RS DR.H.
ROTINSULU BANDUNG

KARYATULIS ILMIAH

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna


Memperoleh Derajat Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep)

OLEH:
PETRUS NOSENI RUMBINO
PO.71.20.7.15.067

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
JURUSANKEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN BIAK
TAHUN 2018

1
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. ”d” DENGAN GANGGUAN


EFUSI PLEURA DI RUANG KEPERAWATAN MELATI 1 RS DR.H.
ROTINSULU BANDUNG

KARYATULIS ILMIAH

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna


Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

OLEH :
Nama : Petrus Noseni Rumbino
Nim :PO.71.20.7.15.067
Menyetujui

Pembimbing 1 pembimbing II

Dr. Lajumu S Sos S.Kep. Ns.M.AP, M.MKes Nurul Ulfiani S.kep Ns


NIP: 196012311983031702 NIP:

Mengetahui
Ketua prodi D III Keperawatan Biak

Dr.LA JUMU, S Sos.,S.Kep.,Ns.,M.A.P.,M.MKes


NIP :196012311983031702

2
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan depan tim penguji ujian siding di prodi DIII Keperawatan biak
politeknik kesehatan jayapura jurusan keperawatan untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar ahlimadya keperawatan

Pada :

Hari : jumat

Tanggal : 29 - 2018

Mengesahkan

Panitia ujian Diploma III keperawatan

Program jurusan keperawatn biak

Politeknik jayapura

Dewan Penguji

1. Dr. La jumu S.Sos S.kep Ns M.A.P M.M.kes (............................)


NIP. 196012311981061001

2. Salomina Noya, S.sos.M.Mkes (............................)


NIP. 195904061981112005

3. Rospuana M.E Mandowen, S.Kep, Ners (............................)


NIP.19771224200222002

Mengetahui

Direktur politeknik kesehatan jayapura

Dr.IsakJ.H.Tokayo,Skep,M.Sc

NIP:196403121988031003

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah yang mahakuasa, yang telah

memberikan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

karya tulis ilmiah berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn. ”d” Dengan ganguguan efusi

pleura di Ruang MELTI 1

DR.H.ROTINSULU Bandung ”.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program studi D-III Keperawatan Biak.

Dalam penyusunan KTI ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan

namunberkat bantuan, bimbingan, pengarahan, dorongan, serta motivasi dari berbagai

pihak yang telah membantu, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

Bapak, ibu dosen pembimbing dari institusi pendidikan.

Karya tulis ilmiah ini dapat disusun karena adanya bantuan dan bimbingan kepada

penulis,dan padak sempatan ini dengan kerendahan hati penulis menghanturkan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. BapakDr.IsakJ.H.Tukayo,

S.Kep,M,A,P.,M.Kesselakudirekturpoltekesjayapura

2. BapakDr.Lajumu.,S.Sos.,S.Kep.,Ns.,M.A.P.,M,M,Kes.selakuketua PRODI D

III KEPERAWATAN BIAK yang telah banyak memberikan bimbingan dan

arahan sertana sehat selama pendidikan

3. Direktur Rumah Sakit D.R.H. ROTINSULU Bandung, kepala keperawatan,

kepala ruangan MELATI 1 yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga,

pikiran, dan perhatian selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

4
4. Ibu Rospuana H.E Mandowen selaku dosen pembimbing 1 yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan perhatian serta nasehat dan

masukan selama menyusun Karya Tulis Ilmiah ini

5. Ibu Salomie Noya.S.Sos., M.Mkes selaku dosen pembimbing 11 yang telah

banyak meluangkan waktu,tenaga,pikiran,dan perhatian serta nasehat.

6. Bapak ibu dosen beserta seluruh staf PRODI D III keperawatan biak yang

telah banyak mendidik dan memberi nasehat selama penulis mengikuti

pendidikan.

Akhirnya dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, penulis

mempersembahkan makalah ini kepada segenap pembaca yang ada dengan

harapan semoga bermanfaat adanya.

Biak,

Petrus Noseni Rumbino

Nim. PO,71,20,7,15,067

5
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Jika kamu ingin hidup bahagia, kaitkanlah pada tujuan bukan orang lain atau benda.
Hari takan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup takkan indah tanpa
tujuan, harapan serta tantangan. meski terasa berat, namun manisnya hidup justru akan
terasa, apabila semuanya terlalui dengan baik, meski harus memerlukan pengorbanan.
PERSEMBAHAN :

Karya tulis ini penulis persembahkan untuk :

1. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang masih memberikan nafas kehidupan disetiap

detik, menit dan selalu menjadi tempat pendengar yang baik untuk

mencurahkan keluh kesah, melindungi dan memberikan waktu sepanjang

perjalanan hidupku ini

2. Kedua orangtuaku, bapak dan ibu terima kasih atas doa, pelajaran hidup dan

kasih sayang tiada batas yang telah kalian berikan.

3. Kakaku, Dina hulda Rumbino dan ke- 8 ( delapan ) sodaraku yang menjadi

inspirasiku dan selalu mensupportku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

4. My sweet heart “Novitha” Yang selalu setia menemani saya dalam susah

maupun senang dan memberikan perhatian, dukungan, semangat dan doa

yang tak henti-hentinya sehingga saya dapat menjalankan semua ini dengan

baik.

5. Kepada bapak La jumu, S.sos,S,kep,Ns., M.AP., M.Mkes dan ibu Nurul Ulfiani,

S.kep., Ns selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan

bimbingan.

6. Teman-teman Colay, Ardy, Ully, Wawan, Marthen, Bambe.

6
7. Kepada ketua prodi, dan semua dosen dan staf, tata usaha prodi D III

keperawatan biak, yang telah memberikan ilmu kepada saya serta nasehat

dan didikan selama pendidikan.

8. Almamater kebanggaanku.

7
RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS :

Nama : PETRUS NOSENI RUMBINO

TTL : BIAK 26 APRIL 1995

Agama : KRISTEN PROTESTAN

Suku/bangsa : BIAK/Indonesia

Alamat : MANDIRI

RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. SD YPK, MNUPISEN YERI BIAK NUMFOR TAHUN 2005

2. SMP NEGERI 2 NABIRE TAHUN 2008

3. SMA YPK 1 BIAK NUMFOR TAHUN 2014

8
Abstrak

Latar Belakang :

Efusi pelura adalah suatu kondisi kesehatan dimana jumlah kelebihan cairan menumpuk di

rongga pleura. Hal ini membatasi kemampuan paru-paru dalam berkembang dan mengempis

serta karenanya manusia kesulitan untuk bernafas. Dalam kasus ini dibutuhkan intervensi

fisioterapi untuk mengatasi permasalahan yang timbul dari efusi pleura berupa pemberian

diapraghmatic breathing exercise dan infrared.

Tujuan :

Untuk mengetahui manfaat pemberian infrared dan diapraghmatic breathing exercise pada

penderita efusi pleura untuk mengurangi sesak nafas, nyeri dada, dan meningkatkan mobilitas

thorak.

Hasil :

Penurunan derajat nyeri dada ketika batuk dari sebelum dilakukan tindakan fisioterapi (T0)

6,9Cm (nyeri sedang) dan setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali (T6) menjadi

1,5 Cm (sedikit nyeri). Adanya peningkatan ekspansi sangkar thorak pada daerah axilla dari

T0 = 3 Cm selisihnya menjadi T6 = 3 Cm, pada daerah intercostallis IV dari T0 = 2 Cm

selisihnya menjadi T6 = 3 Cm, dan pada daerah procecus xyphoideus dari T0= 2 Cm

selisihnya menjadi T6

= 3 Cm. Adanya penurunan derajat sesak nafas T1 = 5 (sesak berat) menjadi T6 = 2 (sesak

ringan).

Kesimpulan :

Dapat disimpulkan terdapat keberhasilan dalam membantu penurunan derajat sesak nafas,

penurunan nyeri dada, serta peningkatan mobilitas thorak pada pasien dengan kasus efusi

pleura.

Kata Kunci :efusi pleura,diapraghmatic breathing exercise, infrare

9
DAFTAR ISI

LEMBAR COVER .................................................................... 1


LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................... 2
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................ 3
KATA PENGANTAR ................................................................ 4
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................. 5
RIWAYAT HIDUP .................................................................... 7
ABSTRAK .................................................................................. 8
DAFTAR ISI ............................................................................... 9
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ....................................................................... 1-2
B. RumusanMasalah .................................................................. 2
C. TujuanPenulisan .................................................................... 2-3
D. Manfaat ................................................................................. 3-4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian ....................................................................... 5
2. Etiologi ............................................................................ 5-6
3. ManifestasiKlinis ............................................................ 6
4. Patofisiologi .................................................................... 6-7
5. PemeriksaanPenunjang ................................................... 10-11
6. Penatalaksanaan .............................................................. 11-12
7. Komplikasi ...................................................................... 12-13
B. KonsepDasarAsuhanKeperawatan
1. Pengkajian ....................................................................... 13-14
2. DiagnosaKeperawatan .................................................... 14-15
3. IntervensiKeperawatan ................................................... 15-18
4. Implementasi ................................................................... 18-20
5. Evaluasi ........................................................................... 20-21

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ............................................................................. 22
B. Klasifikasi Data ..................................................................... 30
C. Analisis Data ......................................................................... 31
D. PrioritasDiagnosaKperawatan ............................................... 32
E. Catatanperkembangan ........................................................... 37

BAB IV PEMBAHASAN

10
A. Pengkajain ............................................................................. 39
B. DiagnosaKeperawatan........................................................... 39
C. Intervensi ............................................................................... 41
D. Implementasi ......................................................................... 42
E. Evaluasi ................................................................................. 43

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 41
B. Saran ...................................................................................... 41
C. DaftarPustaka ........................................................................ 42

DAFTAR GAMBAR

D. Genogram 3 Generasi ............................................................

DAFTAR TABEL

E. Tabel 4. Pemeriksaan penujang ............................................ 43

F. Tabel 5. Pemeriksaan fisioterapi .......................................... 44

G. Tabel 6. Klasifikasi Data ...................................................... 45

H. Tabel 7. Analisa Data ........................................................... 46

I. Tabel 8. Rencana Asuhan keperawatan ............................... 47

J. Tabel 9. Catatan Perkembangan ........................................... 48

11
K. DAFTAR LAMPIRAN

L. Lampiran 1. Lembaran Konsultasi ....................................... 1

M. Lampiran 2. Format Pengkajian ........................................... 2

N. Lampiran 3. Catatan Perkembangan ..................................... 3

12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Efusi pleura adalah penimbunan cairan dalam rongga pleura dapat berupa

transudat dan eksudat. Transudat terjadi peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya

pada gagal ginjal kongesti. Pada kasus ini terjadi keseimbangan kekuatan menjadikan

pengeluaran cairan dalam pembuluh darah dan penimbunan, eksudat disebabkan oleh

peningkatan atau keganasan pleura dan terjadi peningkatan permaebilitas kapiler atau

gangguan absorbs getah bening. Pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya

gravitasi (Sylvia, 2014). Cairan dalam ruang pleural yang terletak diantara permukaan

visceral dan parental, adalah suatu proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi

biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain, secara normal ruang

pleura mengandung cairan (5-1 5 ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan

permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer & Bare, 2012).

Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling penting dalam kehidupan manusia.

Dalam tubuh, oksigen berperan penting sebagai proses metabolisme sel. Kekurangan

oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.

Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar

ini terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut

masuk kedalam bidang keperawatan. setiap perawat mampu memenuhi manifestasi

tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mengatasi berbagai masalah yang terkait

dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada manusia ( Mubarak, 2015). Pemberian

terapi oksigen dalam asuhan keperawatan memerlukan dasar pengetahuan tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi masuknya oksigen dari atmosfer hingga sampai ke tingkat sel

melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Metode yang paling sederhana dan efektif

13
untuk mengurangi resiko penurunan pengembangan dinding dada yaitu dengan

pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi pasien dengan ketidak

efektifan pola nafas adalah diberikan posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30-

450. Posisi semi fowler pada pasien efusi pleura telah dilakukan sebagai salah satu cara

untuk mengurangi sesak nafas (Majampoh, 2013

Menurut WHO health jounal (2014), penyakit ganas menyumbang 41 persen dan

untuk tuberkocolusis 33 persen dari 100 kasus efusi pleura eksudatif2 pasien 2 % meliki

koeksitensi tuberculosis keganasan diaalisis dengan kelompok ganas. Para pneumonia

efusi di temukan hanya 6 % kasus alasan lain adalah gagal jantung kongestif 3%

komplikasi dari bypas koroner 2% rheumatoi artritis 2% erythaematosus lupus sistematik

1% ggagal ginjal kronis 1%kolesistitis akut 1% etiologi tidak diketahui 8% efusi pleura

besar ditemukan pada 24% pasien sedang pada 58% serta efusi pleura ringan pada 18%

pada cairan pleura berdarah 15% kasus.

Berdasarkan catatan rekam medik rumah sakit umum daerah bandung jumlah

prevalensi penderita efusi pleura lima bulan terakhir dari bulan januari sampai bulan mey

bahwa penyakit yang ada di rsud bandung, jumlah pasien efusi pleura dari bulan januari

sampai bulan mei sejumlah 17 pasien

Bedasarkan masalah di atas penulis mencoba mendalami tentang efusi pleura dan

penanganannya ,dengan menerapkan asuhan keperawatan terhadap pasien efusi pleura

yang memerlukan perawatan sehingga komplikasi dapat dicegah,

Efusi pleura merupakan penyakit saluran pernapasan penyakit ini bukan

merupakan suatu disease entity tetapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang

dapat mengancam jiwa penderita(WHO 2014 secara geografi penyakit ini terdapat

diseluru dunia bahkan menjadi masalah utama di negara – negara yang sedang

berkembang termasuk indonesia. Penyakit efusi pleura dapat ditemukan sepanjang

14
tahun dan jarang di jumpai secara sporadis tetapi lebih sering bersifat epidemik di suatu

daerah. Pengetahuan yang dalam tenteng efusi pleura dan segalanya merupakan pedoman

dalam pemberian asuhan keperawatan yang tepat disamping pemberian obat, penerapan

proses keperwatan yang tepat memegang peranan yang sangat penting dalam proses

penyembuan dan pencegahan, guna mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat

efusi pleura

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui bagaimana melaksanakan

asuhan keperawatan efusi pleura pada pasien TN, D di ruang melati. Dr h. Rotinsulu

bandung.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada tn d ketidakefektivan jalan nafas efusi

pleura secara komperhensif

2. Tujuan khusus

Dengan mengunakan metode pendekatan proses keperawatan meliputi:

a. mampu melakukan penkajian data pada tn. d,i dengan efusi pleura.

b. mampu menegakkan diagnoasa keperawatan pada tn. d .i dengan efusi pleura

c. mampu menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada tn. d,i dengan efusi

pleura

d. mampu melaksanakan tindakan implemetasi keperawatan pada tn. d,i dengan efusi

pleura

e. mampu melaksanakan evalusi akhir pada tn. d.i dengan efusi pleura

f. mampu dokumentasi hasil asuhan keperawatan pada tn. d,i dengan efusi pleura

15
D. Manfaat penulisan

1. Bagi institusi

Dengan adanya penelitian ini bisa didapatkan informasih tentang pengetahuan

tentang penyakit efusi pleura dapat membantu dalam memecakan masalah dan

mencegah terjadinya peningkatan perilaku yang tidak sehat.

2. Bagi diri sendiri

Penelitian dapat memberikan banyak manfaat bagi diri sendri dan menciptakan

jembatan berkomunikasi dengan diri sendiri maupun orang lain. Melati ketajaman

untuk berkonsentrasi

Mengasa daya nalar dan daya ingat seseorang. Dan diri sendiri

3 .Institusi Rumah Sakit

Dapat memberikan masukan bagi Rumah Sakit untuk mengambil langkah-langkah

kebijaksanaan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada

umumnya dan penerapan proses keperawatan pada klien dengan gangguan effusi

pleura

Hasil laporan kasus ini di harapan dapat memberikan manfaat praktis dalam

asuhan keperawatan yaitu sebagai panduan perawatan dalam pengelolaan kasus efusi

pleura. Juga diharapkan menjadi informasi bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam

pengelolaan kasus.

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN EFUSI PLEURA

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit

primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat

berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa

darah atau pus (Baughman C Diane, 2013) Efusi pleural adalah pengumpulan cairan

dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit

primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.

Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)

berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya

friksi (Smeltzer C Suzanne, 2014).

1.2 Etiologi

berdasarkan jenis caira yang terbentuk, cairan pleura dia bagi menjadi transudat dan

eksud at adalah:

1. Transudat

Efusi pleura transudat terjadi kalou faktor sistem yang mempengaruhi

pembentukan dan penyebaran cairan pleura mengalami perubahan. Transudat ini

disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal jatung kakan), sindrom

neftrofik, asites (oleh karena sirosis kepatis), syndrom vena cava superior tumor

sindrom meig hipoalbumenia dialysis peritoneal hidrothorak hepatic

17
2. Eksudat

Efusi pleura eksudat terjadi jika faktor lokal yang mempengaruhi

pembentukan dan penyebaran cairan pleura mengalami perubahan. Eksudat

disebabkan oleh infeksi tb pleumonia dan sebagianya tumor infark paru radiasi

penyakit kolagen

1.3 Tanda dan Gejala

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,

setelah cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak

napas.

2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri

dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak

keringat, batuk, banyak riak riak .

3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan

cairan pleural yang signifikan

4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,

karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam

pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,

dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis

Damoiseu).

5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani

dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak

karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati

vesikuler melemah dengan ronki ronki.

6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

18
1.4 Manifestasi klinis

Gejalanya berupa:

a. Dispnea

b. Batuk

c. Dada terasa penuh

d. Sesak nafas

e. Demam

f. Bb menurun

g. Foto thorak

1.5 Fisiologi pleura

Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan thoraks kedalam paru paru,sehingga

paru-paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat(resting

pressure )dalam posisi tiduran pada adalah 2 –sampai 5 cm o2 sedikit bertambah negatif

di apex sewaktu posisi berdiri

Selain fungsi mekanis rongga pleura steril karena mesothelian bekerja melakukan

fagositosis benda asing dan cairan yang di produksi nya bertindak sebaigai lubringks

1.6 Patofisiologi

Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh

permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.Cairan ini dihasilkan oleh kapiler

pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik

elastis.Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,

sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase

cairan disini mencapai 1 liter seharinya.

19
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila

keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat

inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena

(gagal jantung).Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan

20
atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung

karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic

karena tekanan osmotic koloid yang menurun.

1. 7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya

sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan

melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum

2. Ultrasonografi

3. Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan

tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan

posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak),

berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa

mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).

4. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam

(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,

amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-

selmalignan,danpH.

1.8 Penatalaksanaan medis

1. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah

penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta

dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung

kongestif, pneumonia, sirosis).

2. Torak sentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen

guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.

3. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari

21
tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan

elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan

pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-

seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.

4. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam

ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah

1.9 Komplikasi klien efusi pleura

Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan

terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut

dengan fibrotoraks jika fibrotoranks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang

berat pada jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan( dekortikasi)

perlu dilakukan untuk memisahkan membran pleurah tersebut.

Kolops paru

Pada paru ataleksitasi tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ekstrinik pada sebagian /

semua bagian paru akan mendorong udara dan mengakibatkan kolaps paru.

22
1.10 PENGKAJIAN

Pengkajian

Pengumpulan Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

1. Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat

rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan

dan pekerjaan pasien.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan

atau berobat ke rumah sakit.Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan

keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura

yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk

non produktif.

3. Riwayat Kesehatan

a. Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-

tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat

badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan

keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk

menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

23
b. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC

paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini

diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-

penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,

asma, TB paru dan lain sebagainya

4. Pemeriksaan Fisik

a. Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara

umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan

perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk

mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan

pengukuran tinggi badan berat badan pasien

b. Sistem Respirasi

Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit

mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan

pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra

lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung

meningkat dan Px biasanya dyspneu.Fremitus tokal menurun terutama

untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping itu pada

24
palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada

yang sakit.Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya.

Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas

atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical

penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux.

Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di punggung.

Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk

cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis

dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi

dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan

tanda i – e artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata imaka

akan terdengar suara e sengau, yang disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus,

Widjaya Adjis, Mukty Abdol

c. Sistem Kardiovasculer

Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS

– 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung. Palpasi

untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan

kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga memeriksa

adanya thrill yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas

jantung dimana daerah jantung terdengar pekak.Hal ini bertujuan untuk

menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.Auskultasi

untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah

25
bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah

murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.

d. Sistem Pencernaan

Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar,

tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu

juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa

Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai

normalnya 5-35 kali permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah

nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk

mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga apakah lien

teraba. Perkusi abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cairan

akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).

e. Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan

pemeriksaan GCS.Adakah composmentis atau somnolen atau comma,

refleks patologis, dan bagaimana dengan refleks fisiologisnya.Selain itu

fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan,

penciuman, perabaan dan pengecapan.

f. Sistem Muskuloskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada

kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan

pemerikasaan capillary refil time.Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan

pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

26
5. Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi

pada kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis akibat

adanya kegagalan sistem transport O2. Pada palpasi perlu diperiksa

mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian texture

kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi

seseorang.

6. Psikologis

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang

dilakukan terhadap dirinya.Data psikologis

7. sosial

Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi

perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan

persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan

adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-

obatan bisa menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit

8 spiritual

Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya

dihubungkan dengan agama yang dianutnya.. Biasanya klien akan merasa

kesulitan dalam menjalankan ibadahnya

27
9. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan kognitif, berpikir dan daya nalar perawat

terhadap data senjang yang ditemukan sehingga diketahui permasalahan klien.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunya ekspansi

paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan

akibat sesak nafas.

3. Gangguan mobilitas fisik b/d tampak lemah,kebutuhan px masih dibantu oleh

keluarga dan perawat

J. Rencana/intervensi Keperawata.

1 Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi

paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas

normal, pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan

adanya akumulasi cairan, bunyi nafas terdengar jelas

28
Intervensi Rasional

Identifikasi faktor penyebab Dengan mengidentifikasikan penyebab,

Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman kita dapat menentukan jenis effusi

pernafasan, laporkan setiap perubahan pleura sehingga dapat mengambil

yang terjadi. tindakan yang tepat.

Baringkan pasien dalam posisi yang Dengan mengkaji kualitas, frekuensi

nyaman, dalam posisi duduk, dengan dan kedalaman pernafasan, kita dapat

kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 mengetahui sejauh mana perubahan

derajat kondisi klien.

Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, Penurunan diafragma memperluas

tekanan darah, RR dan respon pasien). daerah dada sehingga ekspansi paru

Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 bisa maksimal

jam Peningkatan RR dan tachcardi

Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk merupakan indikasi adanya penurunan

dan nafas dalam yang efektif fungsi paru

Kolaborasi dengan tim medis lain untuk Auskultasi dapat menentukan kelainan

pemberian O2 dan obat-obatan serta suara nafas pada bagian paru-paru

foto thorax. Menekan daerah yang nyeri ketika

batuk atau nafas dalam. Penekanan

otot-otot dada serta abdomen membuat

batuk lebih efektif.

Pemberian oksigen dapat menurunkan

beban pernafasan dan mencegah

terjadinya sianosis akibat hiponia.

29
Dengan foto thorax dapat dimonitor

kemajuan dari berkurangnya cairan dan

kembalinya daya kembang paru

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan

dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil: Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil

laboratorium dalam batas normal.

Intervensi Rasional

Beri motivasi tentang pentingnya Kebiasaan makan seseorang

nutrisi. dipengaruhi oleh kesukaannya,

Auskultasi suara bising usus. kebiasaannya, agama, ekonomi dan

Lakukan oral hygiene setiap hari pengetahuannya tentang pentingnya

Berikan makanan semenarik mungkin nutrisi bagi tubuh.

Beri makanan dalam porsi kecil tapi Bising usus yang menurun atau

sering. meningkat menunjukkan adanya

dan pemberian vitamin dan suplemen gangguan pada fungsi pencernaan

nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, Bau mulut yang kurang sedap dapat

putmocare) jika intake diet terus mengurangi nafsu makan

menurun lebih 30 % dari kebutuhan Penyajian makanan yang menarik dapat

meningkatkan nafsu makan.

30
Makanan dalam porsi kecil tidak

membutuhkan energi, banyak selingan

memudahkan reflek

Diit TKTP sangat baik untuk kebutuhan

metabolisme dan pembentukan

antibody karena diet TKTP

menyediakan kalori dan semua asam

amino esensial.

Peningkatan intake protein, vitamin dan

mineral dapat menambah asam lemak

dalam tubuh

3. Gangguan mobilitas fisik b/d tampak lemah,kebutuhan px masih dibantu oleh keluarga dan

perawat

Tujuan: mobilisasi terpenuhi

Kriteria hasil: lebih 40 % jumlah mobilisasi, berat badan normal dan hasil laboratorium

dalam batas normal.

Intervensi Rasional

- Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan dibatasi oleh pandangan diri / persepsi

oleh cedera diri tentang keterbatasan fisik aktual,

- Berikan papan kaki, bebat memerlukan informasi

pergelangan - Berguna untuk mempertahankan

31
- Berikan / bantu mobilisasi dengan posisi fungsional eksremitas tangan /

kursi roda, kruk, tongkat, sesegera kaki, mencegah kontraktur

mungkin, intruksikan keamanan dalam - Mobilisasi dini menurunkan

menggunakan alat mobilisasi komplikasi tirah baring, meningkatkan

- Awasi TD dengan melakukan penyembuhan dan normalisasi fungsi

aktivitas organ

- adalah masalah umum menyertai tirah

baring lama dan dapat memerlukan

intervensi khusus

Pemeriksaan Fisioterapi

Pemeriksaan fisioterapi meliputi Vital sign, inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,

mobilitas thorax, nyeri, tingkat sesak nafas, gerak aktif, gerak pasif, kognitif, intra

personal dan inter personal, kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas,

Diagnosa Fisioterapi Impairment :penurunan ekspansi thorax, nyeri dada saat batuk,

sesak napas, Functional Limitation :Aktifitas sehari-hari menjadi terganggu karena

keluhan yang dirasakan pasien ketika kambuh.

Disability :Pasien masih berada di rumah sakit dalam keadaan rawat inap jadi pasien

mengalami hambatan

Dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.Pelaksanaan Fisioterapi

32
1. Hari

Selasa Tgl : 2 mei 2018

Sinar Infrared yaitu :-meningkatkan proses metabolism 7-membantu proses rileksasi

otot Prosedur pemakaian posisi pasien : duduk nyaman diatas beddaerah

penyinaran : daerah dada bagian depan durasi : 5 menit jarak : 50 cm

1.Breathing ExerciseDiapraghmatic Breathing

Tujuan: untuk menurunkan beban kerja pernapasan terutama

pernapasan dada.

Penatalaksanaan :

posisi terapis : disebelah pasien dengan salah satu tangan diatas perut pasien.

posisi pasien : duduk bersandar, pasien diinstruksikan untuk tarik napas dari hidung

dan di

keluarkan lewat mulut. Saat inspirasi perut mengembang dan ekspirasi perut

mengempis. Lakukan sebanyak 8X setiap kali latihan.

T2, Rabu 3 mei 2018 Terapi sama pada hari pertama

T3, Kamis 4 mei 2018 Terapi sama pada hari kedua

T4, Jum’at 5 mei 2018 Terapi sama pada hari ketiga

T5, Sabtu 6 mei 2018 Terapi sama pada hari keempat

T6, Senin 8 Februari 2018 Terapi sama pada hari kelima

33
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil :

Seorang pasien dengan diagnosa efusi pleura atas nama Tn. A M berusia

48 tahun yang memiliki masalah utama yaitu, gangguan

Mobilitas thorax, dan 8 nyeri ketika batuk atau ketika sesak napas kambuh. Setelah

mendapatakan terapi sebanyak enam kali dengan menggunakan infrared (IR) dan

breathing exercise diperoleh hasil adanya penurunan sesak napas, penurunan nyeri

dada, serta peningkatan kemampuan mobilitas thorax.

1. Pembahasan Kasus

a. Pengukuran Derajat Sesak Napas menggunakan Borg Scale

Evaluasi Derajat Sesak Nafas (Borg Scale)

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sebelum terapi 5 5 4 4 3 2 2

Sesudah terapi 5 5 4 4 3 2 2

b. Pengukuran Nyeri Dada menggunakan Visual Analogue Scale (VAS)

Evaluasi Derajat Nyeri Gerak pada Dada (Cm)

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sebelum terapi 6.9 6.9 5.9 5.1 4.6 3.9 2.5

Sesudah terapi 6.9 5.9 4.9 4.5 3.9 3.2 1.5

34
K. Implementasi

Pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, keterampilan

interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi

yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi

intervensi dan respon klien. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara

kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan

dan perawatan yang muncul pada klie

L. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi

adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,

perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk

menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan

untuk melakukan pengkajian ulang.Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan

pasien:

1. Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.

2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

3. Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

4. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari mengembalikan aktivitas

seperti biasanya.

35
5. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak

nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat yang

merawatnya.

6. Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.

36
BAB III

TINJAUAN KHASUS

Ruangan : Melati Tanggal Pengkajian : 9 – 05 - 2018

Kamar : 1 Waktu Pengkajian : 2. 00

Tanggal masuk RS : Allo Anamnese

I. IDENTITAS

A. KLIEN.

Nama initial : TN . D

Tempat / Tgl Lahir ( umur : 25-02-1989

Jenis kelamin : Laki -laki

Status Perkawinan : kawin / tidak

Agama / Suku : indonesia

Warga Negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : jalan pagarsih barat 2 bandung

37
B.PENANGGUNG JAWAB.

Nama : NY N

Alamat : Jalan pagarsih barat 2 bandung

Hubungan dengan Klien : kakak kandung

II. DATA MEDIK

A. dikirim oleh : UGD

B Diagnosa Medik : Effusi pleura

saat masuk : klien nampak lemas dan tidak mampu berkata kata akibat

sesak

Saat Pengkajian : klien nampak lemas dan hanya / bisa berbaring /

pucat dan tidak bisa berinteraksi ke tempat lain

III. KEADAAN UMUM

A. KEADAAN SAKIT :

Penggunaan alat medic : O2 siap,1000 liter infus rl /atau na cl perpasang 500 mg

nebulizer 3-4 pemakian 5-15 menit ventolin 2,5 mg

38
KELUHAN UTAMA : klien mengatakan sesak batuk dahak sudah 2 bulan / muntah

muntah

Riwayat keluhan utama : disebabkan oleh meningkatnya tekanan dalam pembuluh

darah atau rendahnya kadar protein dalam darah. Akibat

cairan merembes kelapisan pleura. Dan penyumbatan

pembuluh darah atau pembuluh getah bening

C. TANDA - TANDA VITAL

1. Kesadaran :

Kualitatif : Compos Mentis

Kuantitatif :

SKALA COMA GLASGOW : 15 RESPON MOTORIK : 6

VERBAL : 5

REPO N MEMBUKA MATA :4

Kesimpulan : klien tidak mampu beraktivitas dengan sendiri karna sesak

TREMOR : klien nampak ttremor saat mengambil sesuatu

2. Tekanan darah : 120/70 mmHg

39
Kesimpulan : klien nampak sesak

3. Suhu : 36, 5 C

4, Nadi : 70 X/ menit

5. pernapasan : prekuensi : 28 X / menit

Irama : Kusmaul

Jenis : Perut simetris

D. PENGUKURAN

1. Lingkar lengan Atas : 20 Cm

Tinggi badan :167 Cm

2. Lipat Kulit Triceps :70. Cm

Berat badan :43 Kg

indeks massa Tubuh ( IMT ) : 3, 88 Kg/m2

40
E. GENOGRAM

Klien yang mengidap penyakit efusi pleura termasuk dalam

Turunan ke tiga

KETERANGAN :

: laki klien

: perempuan klien

: laki yang meninggal

: perempuan yang meninggal

: Klien

: Tinggal bersama

41
IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN.

A. KAJIAN PERSEPSI KESEHATAN - PEMELIHARAAN KESEHATAN

Riwayat penyakit yang pernah dialami: klien menyatakan ia perna di rawat dengan keluan

yang sama dan klien meyatkan kalou dalam

keluarnga tidak perna mengalami penyakit

keturunan seperti HIPERTENSI atau DM dan

lain”

Riwayat kesehatan sekarang : efusi pleura / cairan atau penimbunan cairan dalam rongga

paru

1. Data Subyektif : klien nampak semangat dalam perawatan di rs klien menyatakan

sering menghabiskan rokok dalam 1 hari lebih dari 1bungkus klien

sering pulang pagi dalam keadaan mabuk

a. Keadaan sebelum Sakit : klien mempunyai persepsi tentang sakit bahwa ia akan

sembuh dengan perawantan dan pengobatan yang

diberikan di rs dan tindakan pengeluaran cairan /

effusi pleura

(predisposisi : NY N .selalu memberikan motivasi kepada adiknya supaya tetap

semangat dalam menjalani perawatan di rs dan cepat sembuh dari

penyakitnya

42
b. Keadaan sejak sakit / sakit saat ini : kaadaan sudah mulai membaik sesak sudah

mulai berkurang

(kondisisakit )

2. data Obyektif

Observasi : klien nampak ada kemauan untuk membantu perawatan dan

pengobatan agar ia cepat sembuh

Kebersihan Rambut : nampak bersih

Kulit : tugor kulit kering

Kebersihan kulit : kering peca peca

Hygiene Rongga Mulut : mukosa bibi lembab bibir tidak sianosis

Kebersihan genitalia : terpasang dc/ bersih

kebersihan anus : nampak bersih tidak tampak adanya hemoroid

B. KAJIAN NUTRISI METABOLIK

1. data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit : klien menyatakan bahwa sebelum sakit ia makan 3 kali

sehari porsi yang banyak

b. Keadaan sejak Sakit : klien menyatakan bahwa saat sakit ia makan 1 kali perhari

dalam porsi sedikit 1 – 3 sendok

43
2. Data Obyektif

a. Observasi klien nampak kurus akibat nutrisi tidak terpenuhi

b. Pemeriksaan Fisik

Keadaan rambut : nampak bersih dan tidak berwarna

Hidrasi kulit : kulit nampak kerut /kering

Palpebrae : nampak bisa digerakan /mudah digerakan

Conjungtiva : tidak anemis

Sclera : tidak iterik nampak tidak berhair

Hidung : nampak simetris

Rongga Mulut : bersih /lembab

Gusi : nampak bersih

Kemapuan mengunyah keras : klien nampak kurang kuat mengunyah dengan

baik

Lidah : nampak bersih

Tonsil : nampak bersih

Pharing : normal

Larynx : normal

Kelenjer getah bening : tidak ada pada aksila dan lain”

kelenjer tyroi : tidak nampak kelenjar tiroit

44
ABDOMEN

Inspeksi : Bentuk : tidak ada luka di aksites

Auscultasi : Peristaltik : ..6 X / Menit

Palpasi : supel tidak ada distensi

Hidrasi Kulit : tugor kulit kering

Nyri tekan : tidak ada nyeri tekan. Epigastrium

C. KAJIAN POLA ELIMINASI

1. data subyektif

a. Keadaan sebelum sakit : klien menyatakan ai dalam satu hari BAK 2 -3 kali

dengan karakteristik berwarna kuning bau aromatik

BAB 1- 3 kali sehari dengan konsitensi lembek warna

kecolatan bau kas

b. Keadaan sejak saksakit : saat sakit klien menyatakan BAK 2 – 3 kali sehari

dengan karateristik berwarna kuning pekat bau

aromatik BAB 1 kali sehari dengan konsistensi

lembek warna hitam kecoklatan dan kadang klien tidak

ada keluhan BAB

45
2. Data obyektif

a. Observasi: klien Nampak merasa nyeri saat BAB akibat luka yang baru saja ada dianus

dikarenakan klien tidur pada posisi yang sama

b. Pemeriksaan Fisik

Peristaltik Usus 6 X/ menit

Palpasi Supra pubic : kandung kemih nampak Penuh

Nyeri ketuk Ginjal :kanan

Mulut Urethra

Anus :nampak bersih tidak ada peradangan fisura dan hemorhoid

D. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum Sakit : klien menyatakan berholaraga 2 kali dalm sehari dan

suka bersilaturamih dengan warga sekitar dan ia suka

bergaul sama siapa saja tanpa memangdang dari segi

stratat.

b. Keadaan sejak sakit : klien menyatakan saat sakit ia tidak mampu

berolarag lagi akibat sesak napas klien mudah lelah

untuk melakukan aktifitas sehari hari

46
2. Data Obyektif

a.Observasi :pola aktifitas menurun dikarenakan sesak / batuk yang belum di

disembukan

aktivitas harian

Keterangan :

Makan : 2 0. Mandiri

Mandi : 2 1. Bantuan dengan Alat

Berpakaian : 2 2. Bantuan Orang

Kerapian : 2 3. Bantuan orang dan alat

Buangair Besar: 2 4. Bantuan Penuh

Buangair kecil : 2

Mobilisasi ditempat tidur : nampak di tempat tidur dengan 1 posisi

Ambulasi : Tempat Tidur

Postur tubuh : klien terliat kurus

Anggota gerak yang cacat : tidak ada anggota tubuh yang cacat

gaya jalan : klien tidak mampu berjalan / mengerakan

dirinya sendiri

Fixasi : tidak ada fixasi

Tracheostomi : tidak trachestomi

47
b. Pemeriksaan Fisik

JVP : 4 -8. cm H2o

Kesimpulan : semua aktivitas di bantu oleh keluarga atau orang lain

Perfusi pembuluh Perifer Kuku : kembali dalam dua detik

Thoraks dan Pernapasan

Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis

: iktus kordis tampak tdak jelas

Klien menggunakan alat Pacu jantung : klien tidak mengunakan alat bantu pemacu

jantung

Palpasi Ictus Cordis : iktus kordis tidak teraba

Thrill : ada aliran tugorlensi

Perkusi : terdengar bunyi bising dayles

Batas atas jantung : intercotalis kedua garis sinitra

Batas kanan jantung : intercotali 5 linea

batas Kiri jantung : sesuai dengan iktus cordis ke arah medial

Auskultasi terdengar s1 dan s2 reguler dan s3 dan s4 tidak terdengar

48
HR :1500/16 = 93 X / menit

Bruit Aorta

Renalis

Femoralis dishease pattem

Lengan dan Tungkai

Atrofi Otot : klien nampak kurus karena hilang / menurunnya pola makan yang

tidak efektif akibat penyakit/ efusi pleura /cairan menupuk pada

ronga paru

Rentang Gerak : klien sekit kesulitan mengerakan tubuhnnya

Kaku Sendi :klien tidak mampu mengerakan tubuhnya

Uji kekuatan otot :Kiri 4

:Kanan 4

Rerfleks fisiologi : klien tidak memberi respon yang tidak disadari dari respon

otot yang menegan secara tiba tiba dirangsangan tendon

Refleks patologi : klien nampak memberikan respon pada dorfleksi pada ibu jari kaki

disertai pemekaran jari

Babinski : Kiri

Kanan

49
Clubbing Jari-jari : klien nampak jaringan ikat yang berhubungan dengan oksigen

kronik hipoksia kronik

Varices Tungkai :pelebaran pembuluh darah balik akibat ganguan aliran darah

Columna Vertebralis :

Inspeksi : tidak ada Kelainan Bentuk

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Kaku Kuduk : klien tidak mampu duduk sendiri

E. KAJIAN POLA AKTIVITAS

1. data Subyektif

a. Keadaan Sebelum sakit : klien menyatakan kemampuan perwatan dirinya

sebelum sakit dapat di lakukan secara mandiri baik makan / minum toileting

berpakian dan mobilitas fisik semuannya berjalan dengan baik

b. Keadaan sejak sakit : sejak sakit kempuan perwatan dirinya terbatas

dan kemapuan aktifitas selalu di bantu oleh kelurga maupun orang lain

2. Data Obyektif

a.Observasi : klien menyatakan tidak mampu menjelankan tugas sebagai pedagan

bangkul dan hanya bisa terbaring di atas tempat tidur

Ekspresi wajah mengantuk

Banyak Menguap

50
Palpebrae inferior berwarna gelap

F. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF

1. data Subyektif

a. Keadaan Sebelum sakit : klien menyatakan ia selalu percaya diri dan klien

menyatakan ia tidak ada gangguan pendengaran maupun pengliatan

b.Keadaan sejak sakit : klien menyatakan saat sakit pendengaran dan

pengliatan sedikit berkurang dari batas normal seperti waktu klien masih sehat

2. Data Obyektif

a.Observasi : klien nampak kebingugan saat berkomunikasi dengan perawat

akibat pendegarannya yang berkurang dan penurunan pengliatan

b.Pemeriksaan Fisik

Penglihatan : kurang dari batas normal

Cornea : iris mata pupis normal bila di sentu

Visus :ketajaman fissus normal 20 meter

Pupil : tidak ada kelainan pupil

Lensa mata :lensa nampak normal

Tekanan Intra Okuler : klien tidak mengalami intra okuler

Pendengaran : pendengaran berkurang dari sebelumnya / normal

Pina :pina terlihat normal pada saluran telinga

51
Canalis :auditorius external normal

Membran Timpani : normal tidak ada peradangan pada membran

Test Pendengaran :pendengaran kurang jelas

Pengenalan rasa Posisi pada gerakan lengan atas dan Tungkai : pergerakan tidak normal

G.KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

1. Data Subyektif

a. Keadaan sebelum sakit :klien menyatakan sebelum sakit ia termasuk orang yang

bertanggung jawad dan membantu kedua orang tuanya dalam kebutuhan sehari hari

dan untuk memenuhi kebutuhan perekomian keluargannya

b. Keadaan sejak sakit : klien beranggapan bahwa penyakit yang di derita sangatlah

mematikan gambaran positif terhadap dirinya karena sesak napas biasanya

meningkatkan emosi dirinya sendiri dan merasa kawatir tentang penyakitnya

2. Data Obyektif

a. Observasi : klien nampak kuwatir dan cemas terhadap penyakitnyaa

Kontak Mata : baik saat berbicara dengan perawat

Rentang Perhatian : fokus dan tekun pada perawat

Suara dan tata Bicara : intonasi renda dan santu/ sopan

Postur Tubuh : klien nampak kurus akibat sesak yang di deritanya

52
b. Pemeriksaan Fisik

Kelainan bawaan yang nyata : klien menyatakan ia tidak memelikiki kelainana

bawaan

Abdomen : nampak simetris atau kelainan diding peritonitis

abdomen

Bentuk : tidak adanya benjolan local heptogemali

Bayangan Vena : tidak ada lobus atas yang melintas

Bayangan massa : banyang masa normal

Kulit Lesi Kulit : nampak melebar

Penggunaan Protese : nampak netral dan permanen

H. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

1. data Subyektif

a. keadaan sebelum sakit : klien menyatakan bahwa hubungan dengan orang lain

sangat baik klien mampu mematuhi peraturan atau norma yang di terapkan di tengga

masyarakat seperti budaya dan lain klien juga rajing slot lima waktu di tempat

dimana ia tinggal

b.Keadaan Sejak sakit : saat sakit klien menyatakan hubungan dengan masyarakat di

lingkungan ia tinggal berkurang di karenaka penyakit yang di deritannya selama ini

53
belum juga sembu sembu dan orang lain / masyarakat sudah mengetahui masalah

yang di hadapinya.

2. Data Obyektif

a.Observasi : klien menyatakan bahwa keluarga tidak perna mengalami masalah yang

berkepanjang seperti ini sehingga membuat keluarnya menjadi camas, kuatir, bingung

I. KAJIAN POLA REPRODUKSI - SEKSUALITAS

1. Data Subyektif

a.Keadaan sebelum Sakit : klien menyatakan seksualitas adalah prifasi buat dirinya

sendiri tidak seorang pun yang bole tau tetang hal hal yang menyangkut

kepribadiannyaa.

b.Keadaan sejak sakit : klien menyatakan saat ia sakit ia tidak perna melakukan

hubungan dengan pasang/ atau pacarnya akibat penurunan ormon reproduksi yang

kurang baik

2. data Obyektif

a.observasi : kateter terpasang klien nampak berkeringatan atau grogi untuk

menjawab pentanyaan yang di tanyakan

54
J. KAJIAN MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRESS

1. Data Subyektif

a.Keadaan Sebelum Sakit : klien menyatakan bahwa bila ada masalah dalam

keluarga , maka segera di bicarakan dengan anggota keluarga yang lainnya untuk

memecahkan masalah tersebut

b.Keadaan Sejak sakit : klien menyatakan bahwa tidak perna mengalami

masalah yang panjang seperti sekarang ini dan tidak bisa memecakan masalah

sendiri tpi bersama kluarga

2. Data Obyektif

a. Observasi : klien mengangap masalah yang sekarang di hadapi ad

masalah kesehatan

b. Pemeriksaan fisisk

Tekanan darah :120/70 mmhg Berbaring : semi flower

Kesimpulan Hipotensi ortostatik :

HR : 93 X/menit

Kulit : nampak Keringat

55
K. KAJIAN POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN

1. Data Subyektif

a.Keadaan sebelum sakit : klien menyatakan bahwa sebelum sakit ia ruting

mengikuti solat lima waktu dangan keluarganya

b.Keadaan Sejak sakit : klien menyatakan bawah waloupun ia sakit dia tetap

derdoa untuk kesembuanya

2. Data Obyektif

Observasi : klien nampak menggandalkan tuhan dalam segala all saat klien sehat

maupun sakit

Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum cukup kesadaran CM dengan GCS 15 E4 M6 V5

BB : 43 KG

TTV :

TN : 120 / 70 MMHG

N : 80 x menit

RR : 20 menit

S :36.C

Head to toe

Kepala : bentuk muscepal

56
Mata : conjungtiva tidak anemis skelera tidak iterik tampak sedikit berair

Hidung : bentuk simetris tidak ada polip tampak sedikit sekret

Mulut : mukosa lembab bibir tidak sianosis lida tidak kotor tidak ada karang

pada gigi

Telinga :bentuk simettris tidak ad serum yang keluar

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Thoraks : bentuk simetris tidak ada rettraksi pada diding dada dextra

Paru paru

Inpeksi : dada simetris tidak ada retraksi dinding dada dextra

Palpasi : tidak nodul

Perkusi :suara pekak pada paru dextra

Aulkultasi : bunyi hilang pada paru dextra

Jantung :

Auskultasi :suarah regular tidak ada muncul tidak ada golop

Abdomen

Inpeksi : tidak luka tidak ada ascites

Extermitas bawah : tidak ada keluan gerak kaku

Palpasi : supel tidak ada distensi

57
Auskultasi : bising usus 6 permenit

Genitalia : terpasang dc

Extermitas atas : terpasang infus rl 20 tts

Pemeriksaan penunjang

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interprestasi


Darah Rutin
- Hemoglobin 13,1 g/dL 13,2-17,3 Normal
- Leukosit 8,7 (10^3uL) 3,8-10,6 Naik
- Hematokrit 44 40-52 Normal
- Eritrosit 4,3 (10^6uL) 4,4-5,9 Normal
- Trombosit 187 (10^3uL) 150-440 Normal
- MCV 102 pg 80-100 Normal
- MCH 30 26-34 Normal
- MCHC 30 g/dL 32-36 Normal

Pemeriksaan ekg

Tanggal 15 -5 – 2018

Hasil :

Normal : sinus rythm

N :1500/ 16 = 93 kali permenit

Irma :regular

Tidak ada gelombang patologi

Tiap gelombang p diikuti qrs komplek

Pulmunari: disshea pattem

Rigth : vesikuler hipertropy

58
Fotto rogtgent

Hasil : terdapat cairan dipleura dextra

Terapi : iv : rl 20 tpm

Injeksi : ketocolac 2x 30 mg ranitidin 2 x30 mg

Infcl : ciprofoxicin 2x 500 mg

Amoxicillin / ambroxol

Pengeluaran cairan melalui WSD

Benar Benar obat Benar Benar cara Benar Benar


pasien dosis waktu dokumentasi

Tn D Amoxicillin 30 mg – Melalui Setiap 8 Klien


/ ambroxol 120 mg oral jam minum obat
selalu di
awasi
perawat atau
keluarga

Pemeriksaan Fisioterapi

Pemeriksaan fisioterapi meliputi Vital sign, inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, mobilitas

thorax, nyeri, tingkat sesak nafas, gerak aktif, gerak pasif, kognitif, intra personal dan inter

personal, kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas, Diagnosa Fisioterapi Impairment

:penurunan ekspansi thorax, nyeri dada saat batuk, sesak napas, Functional Limitation

:Aktifitas sehari-hari menjadi terganggu karena keluhan yang dirasakan pasien ketika

kambuh.

Disability :Pasien masih berada di rumah sakit dalam keadaan rawat inap jadi pasien

mengalami hambatan

Dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.Pelaksanaan Fisioterapi

1. Hari

Selasa Tgl : 2 mei 2018

59
Sinar Infrared yaitu :-meningkatkan proses metabolism 7-membantu proses rileksasi otot

Prosedur pemakaian posisi pasien : duduk nyaman diatas beddaerah penyinaran : daerah

dada bagian depan durasi : 5 menit jarak : 50 cm

1.Breathing ExerciseDiapraghmatic Breathing

Tujuan: untuk menurunkan beban kerja pernapasan terutama

pernapasan dada.

Penatalaksanaan :

posisi terapis : disebelah pasien dengan salah satu tangan diatas perut pasien.

posisi pasien : duduk bersandar, pasien diinstruksikan untuk tarik napas dari hidung dan di

keluarkan lewat mulut. Saat inspirasi perut mengembang dan ekspirasi perut mengempis.

Lakukan sebanyak 8X setiap kali latihan.

T2, Rabu 3 mei 2018 Terapi sama pada hari pertama

T3, Kamis 4 mei 2018 Terapi sama pada hari kedua

T4, Jum’at 5 mei 2018 Terapi sama pada hari ketiga

T5, Sabtu 6 mei 2018 Terapi sama pada hari keempat

T6, Senin 8 Februari 2018 Terapi sama pada hari kelima

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil

Seorang pasien dengan diagnosa efusi pleura atas nama Tn. A M berusia

48 tahun yang memiliki masalah utama yaitu, gangguan

mobilitas

thorax, dan

60
nyeri ketika batuk atau ketika sesak napas kambuh. Setelah mendapatakan terapi

sebanyak enam kali dengan menggunakan

infrared

(IR) dan

breathing exercise

diperoleh hasil adanya penurunan sesak napas, penurunan nyeri dada, serta

peningkatan kemampuan mobilitas thorax.

1.Pembahasan Kasus

a.Pengukuran Derajat Sesak Napas menggunakan Borg Scale

Evaluasi Derajat Sesak Nafas (Borg Scale)

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sebelum terapi 5 5 4 4 3 2 2

Sesudah terapi 5 5 4 4 3 2 2

b.Pengukuran Nyeri Dada menggunakan Visual Analogue Scale (VAS)

Evaluasi Derajat Nyeri Gerak pada Dada (Cm)

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sebelum terapi 6.9 6.9 5.9 5.1 4.6 3.9 2.5

Sesudah terapi 6.9 5.9 4.9 4.5 3.9 3.2 1.5

61
1. PENGELOMPOKAN DATA

TANGGAL ANALISA DATA MASALAH


11 – 05 – 2018

1. DS: klien menyatakan sering sesak Ketidak efektivan jalan


jika beraktifitas nafas
Klien menyatakan sering batuk
batuk berdahak tapi tidak keluar
dahak

DO: Hilang bunyi napas pada


lapangan paru kanan menurun
ferimitus perkusi dada repirasi
28 x rmenit

2. DS. Klien menyatakan makan 3 Ketidak seimbangan


kali sehari tetapi dengan porsi nutrisi kurang dari
yang sedikit hanya sesendok kebutuhan tubuh
Klien menyatakan minum 1 -2
gelas sehari

DO. Klien nampak kurus bibir


terlihat kering tugor kulit kurang
baik
3. DS: Gangguan mobilitas
- keluarga klien mengatakan fisik
aktivitas klien selalu di bantu oleh
keluarga
DO:
- Klien tampak selalu di bantu oleh
keluarga dan perawat dalam
melakukan aktivitas

62
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidak evektivan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan di pleura paru
dextra
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak
mampuan memasukan atau memecakan dan mengabsorpsi makanan
3. Gangguan mobilitas fisik b/d tampak lemah,kebutuhan px masih dibantu oleh
keluarga dan perawat

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

tanggal Diagnosa Tujuan /hasil yang diharakan Intervensi


keperawatan tindakan

11 -5 - Ketidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Posisikan klien


2018 efektivan selama 3x 24 jam klien menunjukan untuk
pola nafas keefektivan jalan nafas dibuktikan dengan memaksimalkan
kriteria indetifikasi
Tujuan
no indikator Awall 1 2 3 4 5 Klien perlunya
Frekuensi 4 pasangkan
1 pernapasan 2 nafas buatan
sesuai
harapan Lakukaan
Expansi 4 fisioterapi dad
2 dada 2 kalou perlu
simetris
Bernapas 4 Jika perlu
3 mudah 2 keluarkan
Pengeluaran 4 sekret dengan
4 sputum 2 batuk
Tidak 4
5 dapatkan 3 Auskultasi
pengunaan suara napas
otot
tambahan Monitor
Tidak 4 respirasi dan
6 didapatkan 2 status oksigen
ortopneu
Tidak Posisikan klien
4
7 didapatkan dengan posisi

63
napas semi flower
pendek Berikan terapi
Skala pengobatan
1. keluhan ekstrim
2. Berat
3. Ringan
4. Sedang
5. tidak ada keluan
2 Ketidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan
seimbangan selama 2x24 jam diharapkan klien mampu
nutrisi memenuhi kebutuhan nutrisi dengan indikator
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan Tujuan
dengan indikator awal 1 2 3 4 5
ketidak
mampuan Intake zat
memasukan gizi 3
atau 5
memecakan
dan
mengabsorpsi Intake zat 5
makan makan 3
Berat 5
badan 2
Ukuran 5
kebutuhan 2
secara
biokimia

Skala
1. keluhan ekstrim
2. Berat
3. Ringan
4. Sedang
5. tidak ada keluan

64
3 Gangguan Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam - Kaji derajat
mobilitas diharapkan gangguan mobilitas belum teratasi imobilitas
fisik b/d Indikator Awal Tujuan - Berikan /
kelemahan 1 2 3 4 5 bantu
mobilisasi
Tahap 1 2 2 dengan tempat
Tahap 2 2 2 tidur,
intruksikan
Tahap 3 2 2 keamanan
dalam
menggunakan
alat mobilisasi

FORMAT EVALUASI KEPERAWATAN

TANGAL EVALUASI

14 – 5 – DS. Klien menyatakan sesak sudah berkurang


2018
DO.klien terlihat bernapas repirasi 20 kali permenit

A . masalah sebagian teratasi

p. melakukan pengawasan dan monitoring

TTV
. TD.120 /70 mmhg

N . 80 x menit

RR . 20 menit

S. 36.C

DS. Klien menyatakan belum begitu bernafsu makan


14 – 5 – Klien menyatakan hanya bisa menghabiskan sebagian porsi yang tersediakan di
2018 rs

DO. Klien nampak susah makan separuh yang di sediakan rs tugor kulit cukup

A . masalah keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi

P . intervensi perawatan lanjut

- S : Keluarga klien mengatakan aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga

65
- O : Klien masih tampak dibantu oleh keluarga dalam beraktivitas
- A : Masalah belum teratasi
- P : Lanjutkan intervensi
TTV :
TD.13 0 /70 mmhg

N . 80 menit

RR. 25 menit

S . 36 C
15 -5-2018 Ds . klien menyatakan napas sudah sedikit menbaik

Do .klien terliat bernapas belum begitu sempurna dari sebelumnya

A . masalah sebagian teratasi

p. melakukan pengawasan /monitoring keaadaan pasien

Ttv
Td. 120/ 70 menit

N. 80 menit

RR. 24 menit

S. 36 menit

Ds. Klien menyatakan sudah ada ke inginan untuk makan

Do. Klien nampak sudah mau memakan seditkit makan yang di sediankan

A. Masalah kesehimbagan nutrisi sebagian teratasi

P. intervensi perawatan lanjut


- S : Keluarga klien mengatakan aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga
- O : Klien masih tampak dibantu oleh keluarga dalam beraktivitas
- A : Masalah belum teratasi
- P : Lanjutkan intervensi

Ttv
Td. 120/ 80 menit

N. 80 menit

RR. 24 menit

S. 36 menit

66
16- 5- 2018 Ds. Tercapainya ketidakefektifan pola pernafasan (pola nafas normal), tidak
adanya penumpukkan cairan dalam rongga pleura, sianosis tidak ada dan tidak
ada gejala hipoksia dan tidak adanya sesak

Do. Tercapai ventilasi yang adekuat dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam rentang normal dan tidak adanya gejala disstres pernapasan.

A. Masalah sebagian teratasi

p. intervensi lanjut

Ttv
Td. 120/ 80 menit

N. 80 menit

RR. 24 menit

S. 36 menit

Ds. Kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Do. Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas,


klien sudah bisa makan dengan sendiri

A. Masalah sebagian teratasi

p. intervensi lanjut
- S : Keluarga klien mengatakan aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga

- O : Klien masih tampak dibantu oleh keluarga dalam beraktivitas


- A : Masalah belum teratasi
- P : Lanjutkan intervensi

Ttv
Td. 120/ 80 menit

N. 80 menit

RR. 24 menit

S. 36 menit

67
BAB IV
PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN EFUSI PLEURA


Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat
berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa
darah atau pus (Baughman C Diane, 2014) Efusi pleural adalah pengumpulan cairan
dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses
penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai
15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa
adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2015).

1.10 PENGKAJIAN

Pengumpulan data data yang dikumpul atau dikaji meliputi:

1. Identitas pasien
Pada tahan ini perawatan perlu mengetahui tentang nama umur jenis kelamin
alamat rumah agama atau kepercayaan suku bangsa bahasa yang dipakai status
pendidikan dan pekarjaan pasien.
2. Keluhan utamah

Keluhan utamah merupakan faktor yang mendorong pasien mencari perolongan atau
berobat ke rumah sakit . biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan
berupa sesak nafas rasa berat pada dada kanan akibat tajam dan terlokalisir terutama
pada saat batuk dan bernpas serta batuk non produktif

Riwayat sekarang : Pasien dengan efusi pleura

68
Pengkajian

Pengumpulan Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

1. Identitas Pasien

Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,
status pendidikan dan pekerjaan pasien.

2. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari


pertolongan atau berobat ke rumah sakit.Biasanya pada pasien dengan effusi
pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri
pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada
saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif.

3. Riwayat Kesehatan

a. Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya


tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada
dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan
mulai kapan keluhan itu muncul.Apa tindakan yang telah dilakukan
untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC


paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-


penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya

69
I. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru


sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan


dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.

J. Rencana/intervensi Keperawata.

1 Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru

sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal,
pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi
cairan, bunyi nafas terdengar jelas

Intervensi Rasional

Identifikasi faktor penyebab Dengan mengidentifikasikan penyebab,


Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman kita dapat menentukan jenis effusi
pernafasan, laporkan setiap perubahan pleura sehingga dapat mengambil
yang terjadi. tindakan yang tepat.
Baringkan pasien dalam posisi yang Dengan mengkaji kualitas, frekuensi
P a g e | nyaman, dalam posisi duduk, dan kedalaman pernafasan, kita dapat
dengan kepala tempat tidur ditinggikan mengetahui sejauh mana perubahan
60 – 90 derajat kondisi klien.
Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, Penurunan diafragma memperluas
tekanan darah, RR dan respon pasien). daerah dada sehingga ekspansi paru
Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 bisa maksimal
jam Peningkatan RR dan tachcardi
Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk merupakan indikasi adanya penurunan
dan nafas dalam yang efektif fungsi paru

70
Kolaborasi dengan tim medis lain untuk Auskultasi dapat menentukan kelainan
pemberian O2 dan obat-obatan serta suara nafas pada bagian paru-paru
foto thorax. Menekan daerah yang nyeri ketika
batuk atau nafas dalam. Penekanan
otot-otot dada serta abdomen membuat
batuk lebih efektif.
Pemberian oksigen dapat menurunkan
beban pernafasan dan mencegah
terjadinya sianosis akibat hiponia.
Dengan foto thorax dapat dimonitor
kemajuan dari berkurangnya cairan dan
kembalinya daya kembang paru

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan


dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.

Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil: Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan hasil
laboratorium dalam batas normal.

Intervensi Rasional

Beri motivasi tentang pentingnya Kebiasaan makan seseorang


nutrisi. dipengaruhi oleh kesukaannya,
Auskultasi suara bising usus. kebiasaannya, agama, ekonomi dan
Lakukan oral hygiene setiap hari pengetahuannya tentang pentingnya
Berikan makanan semenarik mungkin nutrisi bagi tubuh.
Beri makanan dalam porsi kecil tapi Bising usus yang menurun atau
sering. meningkat menunjukkan adanya
Laborasi dengan tim gizi dalam gangguan pada fungsi pencernaan
pemberian diit TKTP Bau mulut yang kurang sedap dapat
Kolaaborasi dengan dokter atau mengurangi nafsu makan

71
konsultasi untuk melakukan Penyajian makanan yang menarik dapat
pemeriksaan laboratorium alabumin meningkatkan nafsu makan.
dan pemberian vitamin dan suplemen Makanan dalam porsi kecil tidak
nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, membutuhkan energi, banyak selingan
putmocare) jika intake diet terus memudahkan reflek
menurun lebih 30 % dari kebutuhan Diit TKTP sangat baik untuk kebutuhan
metabolisme dan pembentukan
antibody karena diet TKTP
menyediakan kalori dan semua asam
amino esensial.
Peningkatan intake protein, vitamin dan
mineral dapat menambah asam lemak
dalam tubuh

3.Gangguan mobilitas fisik b/d tampak lemah,kebutuhan px masih dibantu oleh keluarga dan
perawat

Tujuan: mobilisasi terpenuhi

Kriteria hasil: lebih 40 % jumlah mobilisasi, berat badan normal dan hasil laboratorium

dalam batas normal.

Intervensi Rasional

- Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan dibatasi oleh pandangan diri / persepsi

oleh cedera diri tentang keterbatasan fisik aktual,

- Berikan papan kaki, bebat memerlukan informasi

pergelangan - Berguna untuk mempertahankan

- Berikan / bantu mobilisasi dengan posisi fungsional eksremitas tangan /

kursi roda, kruk, tongkat, sesegera kaki, mencegah kontraktur

mungkin, intruksikan keamanan dalam - Mobilisasi dini menurunkan

72
menggunakan alat mobilisasi komplikasi tirah baring, meningkatkan

- Awasi TD dengan melakukan penyembuhan dan normalisasi fungsi

aktivitas organ

- adalah masalah umum menyertai tirah

baring lama dan dapat memerlukan

intervensi khusus

Pemeriksaan Fisioterapi

Pemeriksaan fisioterapi meliputi Vital sign, inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi,

mobilitas thorax, nyeri, tingkat sesak nafas, gerak aktif, gerak pasif, kognitif, intra personal

dan inter personal, kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas, Diagnosa Fisioterapi

Impairment :penurunan ekspansi thorax, nyeri dada saat batuk, sesak napas, Functional

Limitation :Aktifitas sehari-hari menjadi terganggu karena keluhan yang dirasakan pasien

ketika kambuh.

Disability :Pasien masih berada di rumah sakit dalam keadaan rawat inap jadi pasien

mengalami hambatan

Dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.Pelaksanaan Fisioterapi

1. Hari

Selasa Tgl : 2 mei 2018

Sinar Infrared yaitu :-meningkatkan proses metabolism 7-membantu proses rileksasi otot

Prosedur pemakaian posisi pasien : duduk nyaman diatas beddaerah penyinaran : daerah

dada bagian depan durasi : 5 menit jarak : 50 cm

1.Breathing ExerciseDiapraghmatic Breathing

Tujuan: untuk menurunkan beban kerja pernapasan terutama

pernapasan dada.

73
Penatalaksanaan :

posisi terapis : disebelah pasien dengan salah satu tangan diatas perut pasien.

posisi pasien : duduk bersandar, pasien diinstruksikan untuk tarik napas dari hidung

dan di

keluarkan lewat mulut. Saat inspirasi perut mengembang dan ekspirasi perut

mengempis. Lakukan sebanyak 8X setiap kali latihan.

T2, Rabu 3 mei 2018 Terapi sama pada hari pertama

T3, Kamis 4 mei 2018 Terapi sama pada hari kedua

T4, Jum’at 5 mei 2018 Terapi sama pada hari ketiga

T5, Sabtu 6 mei 2018 Terapi sama pada hari keempat

T6, Senin 8 Februari 2018 Terapi sama pada hari kelima

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Seorang pasien dengan diagnosa efusi pleura atas nama Tn. A M berusia

48 tahun yang memiliki masalah utama yaitu, gangguan

Mobilitas thorax, dan 8 nyeri ketika batuk atau ketika sesak napas kambuh. Setelah

mendapatakan terapi sebanyak enam kali dengan menggunakan infrared(IR) dan

breathing exercise diperoleh hasil adanya penurunan sesak napas, penurunan nyeri

dada, serta peningkatan kemampuan mobilitas thorax.

1.Pembahasan Kasus

a.Pengukuran Derajat Sesak Napas menggunakan Borg Scale

Evaluasi Derajat Sesak Nafas (Borg Scale)

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sebelum terapi 5 5 4 4 3 2 2

Sesudah terapi 5 5 4 4 3 2 2

74
b.Pengukuran Nyeri Dada menggunakan Visual Analogue Scale (VAS)

Evaluasi Derajat Nyeri Gerak pada Dada (Cm)

T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

Sebelum terapi 6.9 6.9 5.9 5.1 4.6 3.9 2.5

Sesudah terapi 6.9 5.9 4.9 4.5 3.9 3.2 1.5

K. Implementasi

Pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, keterampilan


interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi

intervensi dan respon klien. Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara
kongkrit dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan
dan perawatan yang muncul pada klien.

L. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi


adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan
untuk melakukan pengkajian ulang.Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan
pasien:

1. Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.

2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

3. Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

4. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari mengembalikan aktivitas

seperti biasanya.

75
5. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan seperti sesak

nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat yang
merawatnya.

6. Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.

76
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Efusi pleural adalah adanya sejumlah besar cairan yang abnormal dalam ruang antara
pleural viseralis dan parietalis. Bergantung pada cairan tersebut, efusi dapat berupa
transudat(Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites) atau eksudat (infeksi dan neoplasma) ; 2
jenis ini penyebab dan strategi tata laksana yang berbeda. Efusi pleura yang disebabkan oleh
infeksi paru disebut infeksi infeksi parapneumonik. Penyebab efusi pleura yang sering terjadi
di negara maju adalah CHF, keganasan, pneumonia bakterialis, dan emboli paru. Di Negara
berkembang, penyebab paling sering adalah tuberculosis.

B. Saran
Demikianlah pemaparan makalah ini semoga bermanfaat bagi yang mempelajarinya.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

77
DAFTAR PUSTAKA

sylvia, B. (2014, Januari 13). Dipetik Februari 15, 2016, dari Bram sylvia.com:

http://sylvia.com/efusi-pleura-penyebab-gejala-dan-pengobatan.

Html smeltzer dan bane. (2014, Appril 5). Dipetik mei 3, 2018, dari Disease & Conditions:

http://my.clevelandclinic.org/health/diseases_conditions/hic_Understanding_COPD/hic_Pul

monary_Rehabilitation_Is_it_for_You/hic_Diaphragmati

c_Breathing Damjanov, I. (2012). Pathophysiology. China: Elsevier Inc.11 Iswandi. (2012,

Juli 31). Dipetik Juni 8, 2018, dari

http://eprints.ums.ac.id/26908/14/02._NASKAH_PUBLIKASI.pdf

muborak R. (2015). Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit Persahabatan. Jurnal Respirasi

Indo Vol.32, 155-156.

majompol, S. (2013). Makalah Infra Merah. Dipetik Mei 16, 2016, dari

http://kutipanbuku.blogspot.com/2011/02/makalahinframerah.html Yamashita, K. (2012).

The Effects of the Far-Infrared Ray (FIR) Energy Radiation on Living Body . INTECH

Journal, 272 282

78

Вам также может понравиться