Вы находитесь на странице: 1из 8

GEOMORFOLOGI DAN ANALISIS LANSCAPE

LAHAN FLUVIAL

Nama : Anas Laitupa

NIM : 2016-82-010

PRODI AGROEKOTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geomorfologi merupakan studi yang mempelajari bentuklahan dan proses yang


mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuklahan dan proses-
proses itu dalam susunan keruangan (Verstappen,1983). Proses geomorfologi adalah
perubahan-perubahan baik secara fisik maupun kimiawi yang mengakibatkan modifikasi
permukaan bumi (Thornbury, 1970). Penyebab proses geomorfologi adalah benda-benda
alam yang dikenal dengan benda-benda alam berupa angin dan air. Proses geomorfologi
dibedakan menjadi dua yaitu proses eksogen (tenaga asal luar bumi) yang umumnya sebagai
perusak dan proses endogen (tenaga yang berasal dari dalam bumi) sebagai pembentuk,
keduanya bekerja bersama-sama dalam merubah permukaan bumi

Bentuk lahan adalah kenampakan medan yang dibentuk oleh proses-proses alam dan
mempunyai komposisi serangkaian, karateristik fisik dan visual tertentu di manapun
bentuklahan ditemui (Way, 1973 dalam Van Zuidam, 1979). Bentuklahan mengalami proses
perubahan secara dinamis selama proses geomorfologi bekerja pada bentuklahan tersebut.
Tenaga yang bekerja disebut dengan tenaga geomorfologi yaitu semua media alami yang
mampu mengikis dan mengangkut material di permukaan bumi, tenaga ini dapat berupa air
mengalir, air tanah, gelombang, arus, tsunami, angin, dan gletser. Berdasarkan pada proses
yang bekerja pada permukaan bumi dikenal dengan proses, fluvial, marine, eolin, pelarutan, dan
proses gletser. Akibat dari adanya proses tersebut maka terjadi proses degradasi dan
agradasi. Proses degradasi menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangakan
agradasi menyebabkan penaikan permukaan bumi. Pada proses degradasi didalamnya
terdapat proses pelapukan, gerak massa dan erosi (Thornbury, 1970). Salah satu studi
geomorfologi adalah mempelajari bentuk-bentuk erosidan gerak massa tanah.

1.2 Rumusan Masalah

- Apa itu bentukan lahan Fluvial


- Apa saja proses-proses yang terjadi pada lahan Fluvial
- Jenis-jenis bentukan lahan Fluvial

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk memberikan informasi mengenai definisi bentukan lahan Fluvial, proses-proses yang
terjadi serta jenis-jenis dari bentukan lahan fluvial.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Lahan Fluvial

Bentuk lahan fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang
mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air
permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang
tidak terkonsentrasi ( sheet water).

2.2. Macam-Macam Proses Fluvial :

a) Proses Erosi adalah gaya melebar air yang mengalir disatas permukaan air tanah yang
menyebabkan terjadinya lembah-lembah.

 Erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

 Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.


 Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
 Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada
daerah cut off slope pada Meander.
 Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.

 Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :


 Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari
sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
 Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir
sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
 Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai
sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion base level.
 Erosion base level ini dapat dibagi menjadi ultimate base level yang base levelnya berupa
permukaan air laut dan temporary base level yang base levelnya lokal seperti permukaan air
danau, rawa, dan sejenisnya. Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan
kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang bersangkutan
mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir meratakan sehingga
mendekati ultimate base level.
b) Proses Transporasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material oleh suatu tubuh
air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek
dari gaya gravitasi.

 Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah :

 stream capacity : jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh aliran sungai
 stream competance : ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh aliran
sungai.Sungai mengangkut material hasil erosinya secara umum melalui 2 mekanisme, yaitu
mekanisme bed load dan suspended load .

 Mekanisme bed load : pada proses material-material tersebut terangkut sepanjang dasar
sungai, dibedakan menjadi beberapa cara, antara lain :

 Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai


 Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai.
 Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.

 Mekanisme suspended load : material-material terangkut dengan cara melayang dalam


tubuh sungai, dibedakan menjadi :

 Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur dengan air sehingga
menyebabkan sungai menjadi keruh.
 Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan kimia.

c) Deposisi

Proses Sedimentasi terjadi bila terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material
yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar
akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus.

2.3. Bentuk Lahan Bentukan Asal Fluvial

1. Dataran aluvial
Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi yang
lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan,
topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi
diendapkan oleh air ke tempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai.
Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai.
daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu
ataupun dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis
dan tekstur batuan.
2. Dataran banjir
Dataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk
oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur.

3. Tanggul alam sungai (natural levee)


Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai di wilayah dataran rendah yang berperan
menahan air hasil limpasan banjir sehingga terbentuk genangan yang dapat kembali lagi ke
sungai. Seiring dengan proses yang berlangsung kontinyu akan terbentuk akumulasi sedimen
yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.
\
4. Rawa belakang (backswamps)
Backswamp atau Rawa belakang adalah bagian dari dataran banjir dimana simpanan tanah liat
menetap setelah banjir. Backswamps biasanya terletak di belakang sungai alam sebuah tanggul.
Kemudian kembali rawa-rawa yang terletak agak jauh dari saluran sungai di dataran banjir
tersebut. Ketika air tumpah ke dataran banjir, material terberat tetes keluar pertama dan materi
terbaik dilakukan jarak yang lebih besar
Relief : Cekung – datar
Batuan/struktur :Berlapis, tidak kompak
Proses :Sedimentasi
Karakteristik :Relief cekung - datar, selalu tergenang, proses sedimentassi.

5. Kipas aluvial
Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pegunungan,
dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis,
sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial, berupa
suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di
depan suatu gawir. Biasanya pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini
dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan lempung sehingga
merupakan lapisan pembawa air yang baik.

6. Teras sungai
Teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses - proses yang telah terjadi di masa
lalu. Teras sungai merupakan satu morfologi yang sering dijumpai pada sungai. Proses deposisi,
proses migrasi saluran, proses erosi sungai meander dan aliran overbank sangat
berperan dalam pembentukan dan perkembangan dataran banjir. Faktor yang mempengaruhi
proses pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah perubahan base level of erosion dan
perubahan iklim

7. Gosong sungai (point bar)


Relief : Datar – berombak
Batuan/struktur : Berlapis, tidak kompak
Proses :Sedimentasi
Karakteristik : Terbentuk pada tubuh sungai bagian hilir, bagian hulu gosong
tumpul dan bagian hilir menyudut.

8. Sungai teranyam (braided stream)


Terbentuk pada bagian hilir sungai yang memiliki slope hampir datar – datar, alurnya luas dan
dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebihan pada bagian hulu sungai sehingga terjadi
pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk endapan gosong tengah. Karena adanya
endapan gosong tengah yang banyak, maka alirannya memberikan kesan teranyam. Keadaan ini
disebut juga anastomosis( Fairbridge, 1968).

9. Sungai meander dan enteranched meander


Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing
sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu
sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai
melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena
ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan
ke batuan yang lebih lemah.
10. Delta dan macamnya
Delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk pada
daerah base level. Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan
aliranya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan
diendapkan sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian
lama , akan terbentuk lapisan - lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen membentuk
dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus
banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu
kuat. Ketiga , pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas,
dan Kali Brantas.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bentuk lahan fluvial adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang
mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi. Proses Fluvial diantaranya : erosi.
Transportasi dan deposisi.

Ada beberapa bentuk lahan fluvial, seperti: dataran alluvial, dataran banjir, tanggul alam sungai
(natural levee). rawa belakang (backswamps), kipas alluvial, teras sungai, gosong sungai (point
bar), sungai teranyam (braided stream), sungai meander dan enteranched meander, delta dan
semacamnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/27167/2/04._BAB_I.pdf

https://kikigeografi.wordpress.com/2015/12/25/bentuk-lahan-fluvial/

http://pencariilmu-goresantinta.blogspot.com/2010/06/bentuklahan-asal-proses-fluvial.html

Вам также может понравиться