Вы находитесь на странице: 1из 135

MANAJEMEN KEPERAWATAN

DI RUANG UNIT STROKE


RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh :
1. Munova Anjarwati 1811040029
2. Rafa Afifah 1811040011
3. Ratnasari 1811040126
4. Sefa Budi Tri P 1811040119
5. Safira Amalia Pertiwi 1811040055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2018/2019

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 1


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktek klinik adalah bagian penting dalam pendidikan keperawatan
dengan tujuan utama menghasilkan perawat yang percaya diri, kompeten,
memiliki konsep diri yang sehat, berkomitmen melakukan asuhan
keperawatan yang berpusat pada klien, dan menjadi pembelajar mandiri
(Levett Jones et al., 2015). Mahasiswa sarjana keperawatan di Indonesia
melaksanakan praktek klinik setelah menyelesaikan program sarjana yaitu
selama pendidikan profesi baik di rumah sakit maupun di komunitas.
Kegiatan praktik klinik keperawatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian kami mahasiswa profesi ners dalam melakukan
praktik management dalam penerapan model Metode Asuhan keperawatan
Profesional ( MAKP) dengan model keperawatan Tim dapat di terapkan di
ruang keperawatan.
Model praktik keperawatan professional salah satunya adalah dengan
adanya posisi perawat sebagai seorang kepala ruang, ketua tim atau perawat
pelaksana, dalam suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang
bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang berkwalitas.
Mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi standar
profesi yang diterapkan, sumber daya untuk pelayanan, asuhan keperawatan
dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif , memuaskan bagi pasien dan
tenaga keperawatan serta aspek social, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata
nilai masyarakat diperhatikan dan di hormati. Kemamapuan managerial dapat
dimiliki dari berbagai cara salah satunya untuk dapat di tempuh dengan
meningkatkan keterampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui
pembelajaran di lahan praktik.
Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang pengelolaan
perubahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa
rencana strategi melalui pendekatan, pengumpulan data, analisa SWOT dan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 2


menyusun langkah-langkah perencanaan, melakukan pengawasan dan
pengendalian ( Nursalam, 2000).
Komponen utama dalam manajemen keperawatan adalah focus pada
sumber daya manusia dan materi secara efektif. Tujuan dari manajemen
keperawatann untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanann
keperawatan, untuk kepuasaan pasien melalui penigkatan produktifitas dan
kualiatas keerja perawat (Nursalam, 2000).
Proses manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap – tahap
yaitu pengkajian ( kajian situasional ), perencanaan (strategi operasional),
implementasi dan evaluasi. Untuk menciptkan pelayanan yang berkualitas,
maka diperlukan berbagai sumber daya yang dapat mendukung system
pelayanan kesehatan. Dengan adanya system pengelolaan yang baik,
kemungkinan untuk terwujudnya suatu pemanfaatan atau pemberdayaan
segala sumber daya yang ada secara optimal.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen selama 4 minggu di Ruang
Unit Stroke RSUD Banyumas, mahasiswa Ners mampu memahami
manajemen keperawatan baik pengelolaan sarana prasarana maupun mutu
pelayanan keperawatan dalam tatanan klinik dan Mahasiswa Ners mampu
mengaplikasikan kemampuan managerial untuk meningkatkan mutu serta
kualitas pelayanan keperawatan di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi masalah manajemen keperawatan di Ruang Unit
Stroke RSUD Banyumas
2) Mengaplikasikan Standar manajemen di Ruang Unit Stroke RSUD
Banyumas.
3) Mengevaluasi hasil dari Implementasi yang telah dilakukan oleh
mahasiswa Ners UMP di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
C. Waktu
Waktu pelaksanaan praktik manajemen mahasiswa profesi pendidikan
Ners Universitas Muhammadiyah Purwokerto dari tanggal 1 April – 27 April
2019.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 3


D. Peserta
Mahasiswa praktik manajemen di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
adalah mahasiswa program ners Universitas Muhammadiyah Purwokerto
angkatan 2018/2019. Nama anggota kelompok yang melakukan praktek di
Ruang Unit Stroke, meliputi :
1. Munova Anjarwati, S.Kep
2. Rafa Afifah, S.Kep
3. Ratnasari, S.Kep
4. Sefa Budi Tri Prasetyo, S.Kep
5. Safira Amalia Pertiwi, S.Kep

E. Kategori Penilaian
Kategori penilaian berdasarkan Arikunto (2002), yang akan diberikan pada
masing – masing komponen instrumen pengumpulan data 5M, pasien,
instrumen A, instrumen B, dan instrumen C. Kategori penilaian ini digunakan
untuk menentukan nilai/analisa yang terbagi dalam 3 kategori : baik, cukup
dan kurang dengan rentang sebagai berikut :
1. kategori baik : > 75%
2. kategori cukup : 60 – 75 %
3. kategori kurang : < 60 %
Adapun kelompok menyepakati masalah yang akan di angkat berdasarkan :
1. Nilai < 60 %
2. Nilai yang seharusnya 100% tetapi belum terpenuhi : identifikasi pasien,
komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat,dan resiko jatuh
3. Poin kritis
 Oral hygiene:pemasangan sarungtangan,masker dan baju tindakan
 Pemberian obat oral: pastikan identitas pasien, ikuti prinsip 6
benar obat, catat alergi pada klien, dan yakinkan obat yang
diberikan sesuai aturan
 Pemasangan kateter: pakai sarung steril

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 4


BAB II
KAJIAN TEORI DAN DATA

A. PROFIL RSUD BANYUMAS


1. Visi
Menjadi Rumah Sakit Pendidikan yang bermutu tinggi, seimbang dan
Komprehensif.
2. Misi
a. Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan riset bidang kesehatan
yang bermutu tinggi, manusiawi dan terjangkau bagi masyarakat.
b. Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan riset bidang kesehatan
yang seimbang, komprehensif dan terintegrasi.
c. Mengembangkan profesionalisme Sumber Daya Manusia.
d. Meningkatkan kesejahteraan pihak-pihak yang terkait.
3. Motto
RSUD Banyumas memberikan pelayanan terbaik dan CEMERLANG :
a. Cepat, pelayanan yang segar, sigap dan tanggap.
b. Efektif, pelayanan dengan hasil yang memuaskan dan tingkat kepuasan
yang tinggi.
c. Mudah, pelayanan yang mudah dimengerti dan tidak berbelit-belit.
d. Efisiensi, pelayanan dengan biaya yang minimal dengan hasil yang
optimal.
e. Ramah, pelayanan dengan senyuman, salam dan sapa yang hangat.
f. Lancar, pelayanan yang berkesinambungan.
g. Aman, pelayanan yang memberikan rasa aman baik fisik, mental-
emosional maupun material-spiritual.
h. Nyaman, pelayanan dengan lingkungan yang bersih, indah dan penuh
kekeluargaan.
i. Gairah, pelayanan yang diberikan dengan semangat disiplin disertai
rasa senang dan gembira.

4. Filosofi
Keselamatan, kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah kebahaigiaan
kami.
5. Gambaran Umum
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas adalah rumah sakit tipe B
pendidikan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas dengan
jumlah tempat tidur 435 TT, luas tanah 6,99 Ha dan luas bangunan 4,95

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 5


Ha. Berada di lingkungan daerah pedesaan tepatnya di Desa Kejawar,
Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan letak geografis tersebut diatas dan beberapa faktor
terkait lainnya, RSUD Banyumas tidaklah berada dalam posisi yang
strategis dalam banyak hal. Namun, apresiasi terhadap RSUD Banyumas
baik dari masyarakat sebagai pelanggan maupun dari pemerintah RI
terus meningkat secara bermakna. Pada tahun 1997 RSUD Banyumas
mendapat predikat juara I tingkat nasional lomba kinerja RS kelas C,
tahun 2000 terakreditasi secara penuh untuk akreditasi tingkat lanjut dari
Kemenkes pertama di jawa tengah. Tahun 2003 terakreditasi untuk
akreditasi penuh tingkat lengkap dari Kemenkes pertama di Indonesia,
dan tahun 2006 RSUD Banyumas mendapat predikat juara I lomba
pelayanan publik tingkat nasional, dan masih banyak apresiasi yang di
raih RSUD Banyumas. Sejak tahun 1992 sampai dengan sekarang
tercatat lebih dari tiga puluh predikat membanggaan yang diraih RSUD
Banyumas baik tingkat regional maupun nasional. Prestasi demi prestasi
ini diraih RSUD Banyumas bukan dengan cara yang sederhana dan
proses yang mudah. Sejak tahun 1992, diadakan upaya perbaikan mutu
pelayanan yang intensif melalui penerapan Total Quality Management
yang dibarengi dengan kegiatan continuous improvement lainnya.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4
Tahun 2001, RSUD Banyumas adalah salah satu Badan Teknis Daerah
milik Pemerintah Kabupaten Banyumas yang mempunyai tugas
melaksanakan upaya kesehatan secara efektif dan efisien dengan
mengutamakan upaya penyembuhan serta pemulihan yang dilaksanakan
secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan. Dalam perkembangannya RSUD
Banyumas terus melesat secara bermakna dari tugas sesuai Perda
tersebut diatas.
RSUD Banyumas terus memperlihatkan hasil produk pelayanan
kesehatan yang semakin diminati oleh masyarakat Kabupaten Banyumas

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 6


dan sekitarnya. Disisi lain prestasi dan apresiasi secara ersisten diperoleh
juga merupakan untaian benang merah dari pelayanan yang terbaik oleh
seluruh karyawan, manajemen yang berkompeten serta dukungan dari
seluruh pihak. Menyikapi dengan perkembangan yang signifikan dari
RSUD Banyumas ini, pengelolaan RSUD Banyumas pun menjadi satu
kebutuhan untuk diubah dari status swadana menjadi Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD). Berdasarkan Keputusan Bupati Banyumas
Nomor 445/371/2008 tentang Pola Pengelolaan Keuangan, RSUD
Banyumas pun berubah status pengelolaannya menjadi BLUD yang
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
(PPK-BLUD).
Dari catatan sejarah RSUD Banyumas berdiri pada tanggal 30 april
1925 pada masa Hindia Belanda. Berikut adalah perjalanan sejarah
RSUD Banyumas dari masa ke masa.
Sejarah Periode tahun 1925–1935 RSUD Banyumas diberi nama
“Julianna Bugerziekenheis” yang pada waktu itu lebih dikenal dengan
Rumah Sakit Julianna yang pengelolaannya dibawah Pemerintah Hindia
Belanda. Periode tahun 1935–1945 RS Julianna tersebut diberi nama
Rumah Sakit Banyumas yang pengelolaannya di bawah Pemerintah
Jepang. Periode tahun 1945–1947, Rumah Sakit Banyumas
pengelolaannya dibawah Kabupaten Banyumas. Periode tahun 1950–
1953 dengan nama Rumah Sakit Umum Banyumas yang pengelolaannya
dibawah Departemen Kesehatan Kabupaten Banyumas. Periode tahun
1953 sampai dengan tahun 1992 RSU Banyumas dengan nama Rumah
Sakit Umum Daerah Banyumas, pengelolaannya dibawah Pemerintah
Daerah. Periode tahun 1992–1993 Rumah Sakit tersebut dengan nama
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dengan status kelas D yang
pengelolaannya dibawah Pemerintah Kabupaten Banyumas.
Periode tahun 1993–2000 Rumah Sakit tersebut dengan nama
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dengan status kelas C yang
pengelolaannya di bawah Pemerintah Kabupaten Banyumas. Periode

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 7


tahun 2000–2001, RSUD Banyumas menjadi RS kelas B non-
Pendidikan yang pengelolaannya dibawah Pemerintah Kabupaten
Banyumas. Periode tahun 2001–2008 Rumah Sakit tersebut diberi nama
Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas dengan status kelas B
pendidikan yang pengelolaannya dibawah Pemerintah Kabupaten
Banyumas, sesuai keputusan Bupati Banyumas nomor 445/371/2008
tertanggal 16 Juli 2008 diberi kewenangan untuk melaksanakan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD).

6. PROFIL RUANG UNIT STROKE


Unit stroke didirikan pada akhir tahun 2008 dengan tujuan
meningkatkan mutu pelayanan dan menurunkan angka kematian dan
kecacatan penderita stroke khususnya dan menurunkan angka kematian
pasien di RSUD Banyumas pada umumnya. Ruang unit stroke terletak
diselatan ruang talasemia dan utara ruang aset. Jumlah SDM unit stroke
adalah 12 orang yang terdiri dari tenaga medis dengan rincian sebagai
berikut: 1 kepala ruang, 1 kepala tim, 1 administrasi, dan 9 perawat
pelaksana.
a. Visi dan misi ruang stroke center
1) Visi
Menjadi pusat rujukan pelayanan stroke dikabupaten banyumas
dan sekitarnya yang unggul dalam penelitian, pendidikan, dan
pelayanan yang terpadu dan paripurna.

2) Misi
a) Mengembangkan sistem pelayanan yang berkualitas dan
komperhensif serta terjangkau bagi masyarakat umum.
b) Mengembangka riset dan sistem informasi pelayanan stroke.
c) Menjadi pusat rujukan pelayanan stroke ditingkat masyarakat,
puskesmas, dan rumah sakit diwilayah kabupaten banyumas
dan sekitarnya.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 8


d) Mendorong dan mendidik kemandirian SDM dalam pelayanan
unit stroke untuk peningkatan kesejahteraan.
3) Filosofi
Keselamatan, kesembuhan dan kepuasan pelanggan adalah
kebahagiaan kami

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 9


Gambar 2. 1. Struktur Organisasi Ruang Unit Stroke

Direktur Wakil Direktur


Instalasi-instilasi dr. Supraptini, MMR

Kepala Instalasi Rawat Inap


dr. Sri Banun Sapardina
Bidang-bidang

Kepala Ruang
Imam Najmudin, S. Kep., Ns

Administrasi
Aman Santoso

Katim I
Heri Setia Kurniati, S. Kep., Ns

Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota


Sri Harum S, Sriyani, Yanti Setyorini, Heri Susilo, Diah Ayu I, Tofiq Hidayat, Bahtiar Adi P, A. Anggarita Nafiatun, S.
AMK AMK AMK AMK S. Kep., Ns AMK S. Kep., Ns AMK Kep., Ns

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 10


DENAH RUANG UNIT STROKE
Keterangan :

: bed pasien

: kamar mandi

E A, B, C, D, E : kamar pasien non HCU


F / HCU
F : kamar pasien HCU

D G : ruang tindakan

H : tempat lemari linen


G H
1 : ruang konsultasi

2 : nurse station

3 : ruang ganti/ ruang serbaguna


5
C 4 : ruang pre conferens
4
6 5 : gudang alat kebersihan

B 6 : dapur
2 3 7 : gudang alat kebersihan
8
7
8 : spoll hook

U
1
A
Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 11
B. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 2-4 April 2019 diruang Unit stroke
RSUD Banyumas.

C. INPUT
1. MAN (TENAGA DAN PASIEN)
a) Kuantitas
1) Kajian Teori
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling dominan di
rumah sakit. Perawat adalah tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan selama 24 jam kepada pasien sehingga perawat menjadi
orang yang paling mengetahui perkembangan pasien. Perilaku perawat
mencerminkan citra rumah sakit karena perilaku perawat dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Pelayanan
keperawatan yang diberikan hendaknya bermutu, efektif dan efesien.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan
adalah ketersediaan sumber daya manusia. Jumlah sumber daya
manusia/perawat harus sesuai dengan kebutuhan dari rumah sakit.
Keberhasilan Rumah Sakit sangat tergantung pada
kemampuan manajemen dalam menentukan tenaga perawat dengan
sistem, struktur organisasi, teknologi, tugas, budaya kerja dan
lingkungannya. Sumber daya manusia seringkali menjadi penyebab
kegagalan rumah sakit dalam mengembangkan kualitas pelayanan,
Oleh karena itu penetapan sumber daya manusia di Rumah Sakit
dalam hal ini tenaga perawat perlu diperhatikan. Penetapan jumlah
tenaga keperawatan adalah proses membuat perencanaan untuk
menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan pada suatu
ruangan inap. Untuk keperluan itu, beberapa orang ahli telah
mengembangkan beberapa formula. Formula tersebut juga dapat
digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga yang
ada saat ini cukup, kurang, atau berlebih.
i. Menurut Gillies (1994)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan
dengan perhitungan sebagai berikut:

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 12


atau

Keterangan :
TP : Tenaga perawat
A : Jam efektif /24 jam (waktu perawatan yang
dibutuhkan klien.
B : Sensus harian = BOR x jumlah tempat tidur.
C : Jumlah hari libur.
Prinsip perhitungan Gilles adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan yang dibutuhkan klien per hari adalah
:
a. Waktu keperawatan langsung (rata-rata 4-5/klien/hari)
dengan spesifikasi pembagian adalah :
a) Keperawatan mandiri/self care = ¼ x 4 = 1 jam
b) Keperawatan partial/partial care = ¾ x 4 = 3 jam
c) Keperawatan total/total care = (1-1,5) x 4 = 4 – 6 jam
d) Keperawatan intensif/ intensif care = 2 x 4 = 8 jam
b. Waktu perawatan tidak langsung
a) Menurut RS detrolit (Gilles, 1994) = 38
menit/klien/hari
b) Menurut wolfed an young = 60 menit/klien/hari = 1
jam/hari/klien
c. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15
menit/hari/klien = 0,25/jam/hari/klien
d. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam/minggu
(kalau hari kerja efektif 6 hari hari maka 40/6 = 6,6
dibulatkan menjadi 7 jam/hari, kalau hari kerja efektif 5
hari maka 40/5 = 8 jam/hari.
ii. Menurut Douglas (1994)

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 13


Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan
dalam 1 unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana
masing-masing kategori mempunyai nilai standar/shifnya.
Identifikasi jumlah pasien berdasarkan ketergantungan dengan
panduan :
Dilakukan 1 x sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya
dilakukan oleh perawat yang sama selama berapa hari sesuai
kebutuhan, dengan format klasifikasi menurut derajat
ketergantungan.
Sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien
terhadap keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
(a) Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam per
24 jam, dengan kriteria :
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
 Makan dan minum dilakukan sendiri.
 Ambulasi dengan pengawasan.
 Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
 Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
(b) Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam per 24
jam dengan kriteria :
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
 Folley catheter/intake output dicatat.
 Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
(c) Perawatan maksimal atau atau memerlukan waktu 5 – 6 jam
/ 24 jam dengan kriteria :
 Segalanya diberikan / dibantu.
 Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 14


 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi
intravena.
 Pemakaian suction.
 Gelisah / disorientasi.
Kategori tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Kebutuhan Tenaga Perawat berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien

Tingkat Kebutuhan tenaga perawat


ketergantungan
Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Partial 0,27 0,15 0,10
Total 0,36 0,30 0,20

iii. Menurut Depkes (2001)


Beberapa model pendekatan pendapat yang dilakukan
dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah :
a) Berdasarkan klasifikasi pasien menurut Depkes RI, rata-
rata jam keperawatan ialah:
 Bedah 4 jam / hari/ klien
 Penyakit dalam 3.5 jam/hari/klien
 Gawat 10 jam/ hari/klien
 Kebidanan 2.5 jam/hari/klien
 Pasien anak 4.5 jam
Berdasarkan tingkat ketergantungan jumlah jam perawatan
menurut Depkes :
1. Askep minimal 2 jam
 Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan
sendiri.
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 15


 Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap sift.
 Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
2. Askep sedang 3.08 jam
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
 Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
3. Aspek agak berat 4.15 jam
 Sebagian besar aktivitas dibantu.
 Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali
 Terpasang folly cateter, intake output dicatat
 Terpasang infus
 Pengobatan lebih dari sekali
 Persiapan pengobatan perlu prosedur
4. Aspek berat 6.16 jam
 Segala aktivitas diberikan perawat
 Posisi tidur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, terapi intravena.
 Penggunaan section
 Gelisah/disorientasi
Formula perhitungan tenaga keperawatan menurut Depkes
adalah:
a. Jumlah perawat yang tersedia :
Jumlah jam perawatan per hari
Jam efektif perawat
b. Loss Day
(Jml hari minggu/thn + cuti + hari besar) x jumlah perawat
Jumlah hari kerja efektif selama setahun
c. Non Nursing Job
Jumlah perawat yang tersedia + ( loss day x 25%)
d. Faktor Koreksi
Loss day + Non Nursing Job
e. Jumlah Tenaga Perawat
Tenaga perawat yang tersedia + faktor koreksi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 16


b) Kajian data
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh data jumlah pegawai di
Ruang Unit stroke ini adalah 12 orang, dengan perincian 1 orang
Kepala Ruang, 1 orang Ketua Tim, 9 orang Perawat Pelaksana dan
1 orang dibagian administrasi. Dari 12 tenaga perawat yang ada di
ruang Unit stroke dibagi menjadi 3 shift jaga yaitu:
 Shift pagi : 6 orang
 Shift sore : 2 orang
 Shift malam : 2 orang
 Libur & Lepas : 2 orang
Perawat yang bertugas dalam shift pagi secara menetap adalah
Kepala Ruang, Ketua tim dan administrasi. Kapasitas tempat tidur
diruang Unit stroke adalah 7 tempat tidur. Berikut ini adalah
perhitungan jumlah kebutuhan tenaga di ruang Unit stroke:
(1) Jumlah tenaga perawat yang diperlukan Ruang Unit stroke menurut
Gillies
Tabel 2.2
Data BOR Ruang Unit stroke RSUD Banyumas
Periode Bulan Januari – Maret 2019
Rata-rata jam
Jumlah
No Bulan perawatan BOR Jumlah TT
Pasien
pasien/hari
1. Januari 25 3,5 57,14 7
2. Febuari 25 3,5 71,42 7
3. Maret 19 3,5 38,57 7
Rata- 23 3,5 55,71% 7
rata
Sumber: Buku expedisi Ruang Unit stroke

= 3,5 ( 167,13/100 x 7 ) x 365


( 365 – 82 ) x 7
= 14.945,60025
1981
=7,544 di bulatkan menjadi 8 orang
Jadi rata-rata kebutuhan perawat yang ada di ruang Unit stroke menurut
Gilles adalah 8 orang.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 17


(2) Jumlah tenaga perawat yang diperlukan Ruang Unit stroke menurut
Douglas
Tabel 2.3
Data Angka ketergantungan pasien
di Ruang Unit stroke RSUD Banyumas
periode tanggal 2-4 April 2019
2 – 4 April 2019 Ketergantungan
Pasien Minimal Parti Total
al
2-4-2019 0 0 6
3-4-2019 0 0 6
4-4-2019 0 0 6
Jumlah 0 0 18
Rata-Rata 0 0 6
Sumber: Hasil observasi mahasiswa Ners
Berdasarkan perhitungan tenaga menurut Douglas (1994)
jumlah tenaga yang dibutuhkan diruang Unit stroke pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2.4
Data Kebutuhan Perawat Menurut Shift Jaga
di Ruang Unit stroke RSUD Banyumas
Periode tanggal 2-4 April 2019

Klasifikasi Kebutuhan Tenaga Perawat


Pasien Pagi Sore Malam
Minimal Care 0,17 x 0 = 0 0,14 x 0 = 0 0,07 x 0 = 0
Intermediet care 0,27 x 0 = 0 0,15 x 0 = 0 0,10 x 0 = 0
Total care 0,36 x 6 = 0,30 x 6 = 1,8 0,20 x 6 = 1,2
2,16
Jumlah 3 2 2

Jadi perawat yang dibutuhkan Ruang Unit stroke menurut


Douglas:
Pagi : 2,16 orang = 3 orang
Sore : 1,8 = 2 orang
Malam : 1,2 orang = 2 orang
 Jumlah perawat jaga dalam 24 jam = 7 orang.
 Perawat libur/cuti = 1/3 x 7 = 2,33 orang dibulatkan jadi 3 orang
 Perawat pengelola = 1 orang

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 18


Jadi dihitung menurut formula Douglas= 7 + 3 + 1 = 11 orang.

(3) Jumlah tenaga perawat yang diperlukan Ruang Unit stroke


menurut Depkes
Berdasarkan klasifikasi pasien cara penghitungan :
Klasfikasi pasien :
Penyakit dalam : 6 x 3,5 = 21 jam
a. Jumlah perawat yang tersedia :
Jumlah jam perawatan per hari
Jam efektif perawat
= 21 jam
7 jam
=3

b. Loss Day

= Jumlah hari + cuti + hari besar x jumlah perawat


Jumlah hari kerja efektif selama setahun
= 50
+ 12 + 20 x 11
365 - 82
= 902
283
= 3,18

c. Non – Nursing Job


= Jumlah perawat yang tersedia + ( Loss day x 25 % )
= 3 + ( 3,18 x 25 % )
= 3,796

d. Faktor Resiko
= loss day + Non Nursing job
= 3,18 + 3,796
= 6,976

e. Jumlah tenaga perawat


= 3 + 6,976 = 9,976
= dibulatkan menjadi 10 orang

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 19


Table 2.5
Data Hasil perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
Berdasarkan 3 Rumus penghitungan kebutuhan tenaga
di Ruang Unit stroke RSUD Banyumas
Metode Hasil Yang ada Keterangan
Gillies 8 11 Lebih 3 orang perawat
Douglas 11 11 Tercukupi
Depkes 2001 10 11 lebih 1 orang perawat
Sumber : Penghitungan Tenaga Ruang Unit stroke

Analisa Data
Dari tabel di atas terdapat tiga metode penghitungan tenaga
keperawatan yang ada di ruang Unit stroke menggunakan rumus
menurut Gillies, Douglas dan Depkes. Menurut Gillies kebutuhan
tenaga perawat yang ada diruang Unit stroke adalah 8 perawat, hal ini
didasarkan dari perhitungan jumlah pasien, rata-rata jam
perawatan/hari, jumlah BOR dan jumlah tempat tidur yang rasionya
tidak seimbang antara jumlah perawat dan pasien yang ada sehingga
beban kerja perawat menjadi lebih efektif.
Hasil rumus yang digunakan Douglas lebih besar hasilnya
yaitu 11 perawat namun dengan rumus penghitungan jumlah tenaga
perawat menurut Depkes yaitu 10.

a) Kualitas
1) Kajian Teori
Kualitas pelayanan merupakan tipe pengawasan yang
berhubungan dengan kegiatan yang dimonitor dan diatur dalam proses
pemberian pelayanan berdasarkan kebutuhan atau pandangan
konsumen. Keberhasilan sebuah organisasi rumah sakit sangat
bergantung pada kemampuan manajemen dalam menyerasikan unsur-
unsur karyawan (tenaga perawat) dengan sistem, struktur organisasi,
tekhnologi, tugas, budaya kerja dan lingkungannya. Hal ini telah
disadari bahwa SDM seringkali menjadi penyebab kegagalan suatu
organisasi di rumah sakit.
Menurut analisis Teng (2002) dalam Soeroso (2003) penyebab
kegagalan organisasi dari sisi SDM yaitu, sikap serta pola pikir yang

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 20


negative, Staff Turnover (tingkat pergantian staff) yang tinggi,
program insentif yang buruk, dan rendahnya kemampuan
merngembangkan dan memotivasi karyawan. Dalam keperawatan
tujuan kualitas pelayanan adalah untuk memastikan bahwa jasa
pelayanan keperawatan yang dihasilkan sesuai standar/keinginan
pasien. Kualitas pelayanan asuhan keperawatan merupakan salah satu
indikator untuk menentukan keberhasilan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Secara teori indikator keberhasilan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan salah satunya ditentukan oleh
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan keperawatan
yang berkualitas ditentukan juga oleh sumber daya manusia yang
melakukan pelayanan perawatan itu, yang diharapkan adalah tenaga
yang berkualitas tinggi dan profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
PPNI sendiri sebagai organisasi profesi telah mengusulkan pula
perpaduan perawat di suatu ruangan adalah: 85% perawat profesional
(D III ke atas), 9% perawat bukan profesional dan 6% asisten perawat.
Menurut Djojodibroto (2008) konsep pengembangan SDM atau
Human Reseource Development (HRD) mempunyai 3 program yaitu :

(1) Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan


pada pekerjaan saat ini.
(2) Education, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan
untuk pekerjaan yang akan datang.
(3) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar
diarahkan untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan
secara langsung.Disamping itu perlunya direncanakan rotasi
dan mutasi SDM untuk menyesuaikan beban dan tuntutan
pelayanan di masa depan. Sehingga penyesuaian keahlian
yang dibutuhkan dilakukan melalui pelatihan secara terus
menerus dan berkesinambung.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 21


Bagi tenaga profesional di rumah sakit menurut
Djojodibroto (2008), pelatihan, kursus dan lokakarya yang
diperlukan untuk Ruang adalah:
(1) Etika komunikasi.
(2) Komunikasi terapeutik dalam perawatan.
(3) Etika keperawatan.
(4) Management keperawatan.
(5) Hospital management training.
(6) Audit Medik.
(7) Pencegahan penyakit nosokomial.
2) Kajian Data
Sumber Daya Manusia (SDM) Ruang Unit stroke
terdiri dari 1 Kepala Ruang, 1 Ketua Tim, 9 Perawat
Pelaksana, 1 Administrasi dengan total 12 orang.
Adapun pengembangan kompetensi tenaga
keperawatan yang sudah dan akan dilaksanakan perlu
diselaraskan dengan tuntutan dan kebutuhan profesi, sistem
penghargaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan standar VI RSUD Banyumas (2004), tentang
pengembangan staff dan program pendidikan jenis-jenis
pelatihan di Ruang Unit stroke adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6
Daftar Nama Perawat Ruang Unit Stroke
No Nama Perawat Pendidikan Jabatan Pelatihan
1. Imam majmudin., Ners Karu 1. Btcls
S.Kep., Ns 2. Seminar “asesmen dan
intervensi psikologis
terkini dalam praktik
keperawatan profesional”
tahun 2016.
3. Seminar “Peningkatan
profesionalisme dan
kemandirian anggota
profesi diera digital.”
4. Sertifikat neurologi update

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 22


2016
5. Sertifikat pasca perawat
dalam manajemen code
blue terkini
2. Heri setia kurniati, Ners KaTim 1. Btcls 2015
S.Kep., Ns 2. Hiperccl 2016
3. Seminar “management
kolaborasi penanganan
diabetes militus dalam
berbagai aspek bidang
kesehatan” tahun 2015
4. Workshop “manajemen
nyeri terkini” tahun 2014
5. Pelatihan pra jabatan gol 1
dan 2 tahun 2009
6. Seminar dalam rangka
gerakan sayang ibu
7. Sertifikat serangan jantung
: deteksi dan pengobatan
terkini 2008
8. Pelatihan deteksi dini
kanker payudara dan
servik tahun 2013

3. Diah ayu irawati, Ners Perawat 1. Seminar “Perawatan luka


S.Kep.,Ns pelaksan bakar dengan hipnoterapi
a tanpa nyeri” tahun 2012
2. Seminar “Phlebotomy :
arterial veneos blood
sample training” tahun
2012
3. Seminar “Kardiovaskuler
bagi perawat dan bidan”
tahun 2014
4. Bahtiar adi Ners Pp 1. BTCLS 2012
prasetya, S.Kep, Ns 2. Pelatihan hiperkes dan
keselamatan kerja bagi para
medis perusahaan tahun
2014
3. Seminar “Pelatihan unit
khusus perawatan teknik
kamar bedah” tahun 2014
4. Seminar keperawatan
pembedahan perawat
dalam paliati care tahun
2017
5. Seminar keperawatan
“aplikasi askep keluarga

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 23


dan komunitas dalam
rangka menunjang SKP”
ntahun 2017
5. Nafiatun, S. Ners PP 1. Seminar “Aplikasi
Kep.,Ns asuhan keperawatan
keluarga dan komunitas
dalam rangka
menunjang SKP
pengembangan profesi”
tahun 2017
2. Seminar keperawatan
“Penatalaksanaan Luka
Bakar” tahun 2014
3. Semnas keperawatan
medikal bedah &
workshop perawatan
luka sirkumsisi dengan
tema “kami perawat-
kami bangga” tahun
2015
4. Seminar nasional
“deteksi dini kelainan
kongenital neonatus”
tahun 2015
5. Workshop “assessment
and nursing care in
trauma patiens” tahun
2015
6. Seminar nasional
kegawat daruratan
obstetri ginekologi dan
prosedur merujuk bayi
tahun 2016
7. Seminar nasional
keperawatan bedah
pediatrik” tahun 2015
8. Semnas “ mendobrak
revolusi mental melalui
subconcious
empowerment dengsn
peningkatan
komunikasi terapeutik
dan handling komplain
6. Agustina D3 PP 1. Seminar Keperawatan
Anggarita, AMK “Implementasi
pelayanan melalui
asapek legal dalam
hukum kesehatan”

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 24


tahun 2014
7. Sri yani, AMK D3 PP 1. Seminar dan workshop
“perawatan luka datar tanpa
nyeri dengan hipnoterapi”
tahun 2012
2. Workshop askep stroke
2013
3. Seminar “Antisipasi
pengaruh musim panas pada
jamaah haji dan umroh”
tahun 2016
4. Workshop “pendaftaran
online petugas kesehatan
haji indonesia” tahun 2016
5. BTCLS plus manajemen
pelayanan kesehatan haji
tahun 2016
6. Seminar “Peran perawat
dalam manajemen code
blue” terkini 2016
7. Pelatihan tim kesehatan haji
indonesia 2017
8. Seminar keperawatan
“peningkatan
profesionalisme dan
kemandirian anggota profesi
di era globalisasi” tahun
2018
9. Seminar “Fenoma
kehamilan remaja ditinjau
dari berbagai perspektif”
tahun 2018
8. Yanti setyorini, D3 PP 1. Aplikasi askep keluarga
AMK dan komunitas dalam
rangka menunjang
pengembangan profesi
tahun 2017
2. Asessment dan intervensi
psikologis terkini
psikologis terkini dalam
praktek keperawatan
profesional tahun2016
3. Aplikasi perawatan luka
terkini pada pasien ulkus
diabetikum
4. Aplikasi pasien safety di
rumah sakit 2015

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 25


9. Heri susilo, AMK D3 PP 1. Seminar PPNI 2016

10. Sri harum satiti, D3 PP 1. Workshop keperawatan


AMK peningkatan
profesionalisme dan
kemandirian anggota
profesi diera global 2018
2. Workshop manajemen
terkini 2014
3. Asesment and nursing care
in trauma patient 2015
4. Seminar nasional dan
workshop manajemen
home care dengan
pendekatan terapi
keperawatan
komplementer pada
penderita stroke 2014
5. Pelatihan penulisan buku
perawatan 2013
6. Pelatihan pra jabatan
golongan 1 dan 2 2008
11. Tofiq Hidayat, D3 PP 1. Neurologi update jogja
AMK clan clinical of
neuroscience
2. Peran perawat dalam
managemen codeblue
terkini
3. Perawatan luka bakar
tanpa nyeri dengan
hypnoterapi
4. Perawatan luka terkini
5. Pelatihan manajemen
terkini kegawatan amid an
interpretasi EKG
6.
Sumber : Data Pegawai Intalasi Rawat Inap Unit stroke

Tabel 2.7
Klasifikasi Pendidikan Formal Tenaga
di Ruang Unit stroke
No Jenis pendidikan Jumlah %
1. S.Kep. Ners 5 45,45 %
2. D III keperawatan 6 54,54 %
Jumlah 11 100%
Sumber :Kuesioner dan wawancara dengan perawat di Ruang Unit

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 26


stroke pada tanggal 2-4 April 2019
Analisa Data
Tingkat pendidikan tenaga perawat di ruang Unit stroke rata-rata adalah
Ners sebanyak 5 orang ( 45,45 %), D III sebanyak 6 orang ( 54,54 %).
Untuk pendidikan non formal, seluruh tenaga perawat diruang Unit stroke
sudah pernah mengikuti pelatihan seperti PPGD, BTCLS, Pelatihan PPI
Dasar, Pelatihan BHD dan Pelatihan Pasien Safety serta lainnya yang
dapat menunjang kinerja perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan oleh para perawat
ruang Unit stroke tersebut tidak lain untuk menambah pengatahuan,
pengalaman, dan keterampilan. Dimana semakin banyak pelatihan yang
diikuti maka akan semakin banyak ilmu yang didapatkan. Sehingga bisa
berbagi dengan perawat lain sebagai pembelajaran dan meningkatkan
kualitas, karena kualitas seseorang tidak hanya dilihat dari pendidikan
formal semata saja.

2. MONEY
a. Pembiayaan (M4-Money)
1) Kajian Teori
Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-
kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar
dalam institusi. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang
penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa
uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat
yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai
dari suatu organisasi (Council of Nurses, 1965).
Salah satu fungsi rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan bagi
petugas medis maupun non medis. Dalam pelayanan tersebut agar
pelayanan rumah sakit berjalan seoptimal mungkin dan dapat di rasakan
oleh seluruh masyarakat maka rumah sakit perlu mempersiapkan
peralatan jasa non medis dan jasa pemborongan.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 27


RSUD Banyumas mempunyai dana yang bersumber dari pemerintah
kabupaten yang oleh rumah sakit sendiri untuk memajukan dan
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Berdasarkan hasil pengkajian RSUD Banyumas merupakan rumah
sakit pemerintah kabupaten yang pembiayaannya bersumber dari
anggaran APBD/APBN dan berasal dari penghasilan rumah sakit
termasuk tarif pelayanan ruangan.Sumber dana RSUD Banyumas yaitu:
a) APBN
Anggaran Pendapatan Badan Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah negara indonesia yang disetujui
oleh dewan perwakilan rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan
terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran
negara selama satu tahun anggaran (1 Januari-31 Desember).
b) APBD
Anggaran Pendapatan Badan Daerah (APBD) adalah suatu rencana
keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan
daerah selama satu tahun. Penyusunan dan penetapan APBD diatur
dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomer 105 tahun
2000 tentang pengeluaran dan pertanggung jawaban keuangan
daerah.
c) BLUD
BLUD adalah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) atau unit
kerja pada satuan kerja perangkat daerah lingkungan pemerintah
daerah di Indonesia yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

2) Kajian Data
Tabel 2.13
Data Pendapatan Perdebitur
Periode: Januari 2019 – Maret 2019
NO DEBITUR JUMLAH

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 28


1. BPJS Rp. 337.955.426

2. UMUM Rp. 52.450.402

3. JAMKESDA Rp. 29.399.000

Sumber: buku ekspedisi ruang unit stroke


AnalisaData :
Berdasarkan data diatas diperoleh hasil pendapatan Ruang Unit Stroke
RSUD Banyumas pada bulan Januari 2019 – Maret 2019 terbanyak adalah
BPJS dengan jumlah Rp. 337.955.426. Kedua terbanyak UMUM dengan
jumlah Rp. 52.450.402. Dan yang terakhir JAMKESDA dengan jumlah Rp.
29.399.000.

3. MACHINE
a) Kajian data
Tabel 2.12
Inventaris Mesin Tahun 2019 di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
No. Nama alat Jumlah Keterangan

1. Bed side monitor 7 1 rusak

2. ECG 1 Rusak

3. Suction 2 Baik

4. Syring pump 3 Baik

5. Nebulizer 2 Baik

6. Infus pump 7 Baik

Sumber : Data Primer Ruang Unit Stroke RSUD BANYUMAS 2019


Analisa : Data diatas menunjukkan kondisi alat mesin di ruang Unit Stroke ada

yang rusak dan dalam kondisi baik, penggunaannya sesuai dengan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 29


fungsi dan kegunaannya. Bed side monitor dan ECG rusak karena

kurang adanya perawatan alat yang berkala.

4. MATERIAL
a) Kajian Teori
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan
jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain
manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan
bahan atau materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan
manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil
yang dikehendaki (Kesmas, 2015).
Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau
mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas
untuk mencapai tujuan. Alat-alat yang digunakan sebagai penunjang bagi
pelaksanaan tindakan keperawatan pada setiap ruangan (Brantas, 2009).
Mebeler memiliki definisi perabot yang diperlukan, berguna, atau
disukai, seperti barang atau benda yang dapat dipindah-pindah,
digunakan untuk melengkapi rumah, kantor, dan instansi rumah sakit.
Mebeler adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang
berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur,
tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja atau tempat menaruh
barang di permukaannya (Postell, 2009).
1) Kajian Data
a) Linen
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 hari (02-04
April 2019), berikut kami sampaikan hasil sebagai berikut :
Tabel 2.8
Daftar Linen Ruang Unit Stroke
Keterangan:
No Nama barang Jumlah
1 Bantal 8 Baik
2 Masker Tindakan Disposibel
5 Handuk Lap Tangan 84 Baik
8 Sprei 23 Baik
6 Sarung bantal 86 Baik
7 Sarung guling 41 Baik
8 Korden 6 Baik

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 30


9 Baju pasien 18 Baik
10 Selimut lorek 19 Baik
11 Jas tindakan 45 Baik
12 Stik laken 18 Baik
Sumber : Data Primer Ruang Unit Stroke RSUD BANYUMAS 2019

Analisa:

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 hari terhitung 02-04

April 2019, kondisi alat tenun masih baik dan layak digunakan.

Penggunaannya telah sesuai dengan fungsi dan kegunaannya dan cukup.

b) Mebelair

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 hari (02-04 April

2019), berikut kami sampaikan hasil sebagai berikut :

Tabel 2.9
Daftar mebeler Ruang Unit Stroke
No. Nama Alat Jumlah Keterangan
1. Kursi bundar 17 Baik

2. Kursi lipat 4 Baik

3. Almari pasien 13 Baik

4. Almari kayu besar 3 Baik

5. Almari obat 2 Baik

6. Troli emergency 1 Baik

7. Meja tulis besar 2 Baik

8. Kursi busa 1 Baik

9. Kursi beroda 1 Baik

10. Rak sepatu 1 Baik

11. Kabinet 3 Baik

12. Sofa 1 set 1 Baik

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 31


13. Rak piring 1 Baik

Observasi di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas 2019


Analisa :
Data diatas merupakan fasilitas yang terdapat di ruangan Unit Stroke, semua

peralatan masih dalam keadaan baik.

c) Alat Kesehatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 hari (02-04

April 2019), berikut kami sampaikan hasil sebagai berikut


Tabel 2.10
Daftar Alat Kesehatan dan Kedokteran Ruang Unit Stroke
No. Nama Alat Jumlah Kondisi
1. Ambubag 2 Baik

2. Tensi meter digital 1 Rusak

3. Stetoskop 4 Baik

4. Thermometer digital 2 Baik

5. Kasur decubitus 7 Baik

6. Bed standar 6 Baik

7. Standar Infus 9 Baik

8. Bak instrument 3 Baik

9. Suction 2 Baik

10.Timbamgan dewasa 1 Baik

11.Tongue spatel 1 Baik

12.Tramal kecil 1 Baik

13.Tramal besar 1 Baik

14.Tourniquete 2 Baik

15.Glukosa test 1 Baik

16.Senter 1 Baik

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 32


17.Gelas ukur 1 Baik

18.Bengkok 10 Baik

19.Kom kecil 10 Baik

20.Pinset anatomis 15 Baik

21.Pinset sirugis 15 Baik

22.Nebulizer 2 Baik

Observasi di Ruang Unite Stroke RSUD Banyumas 2019


Analisa:
Alat- alat kesehatan merupakan poin terpenting dalam sebuah rumah sakit

karena alat-alat tersebut hampir setiap hari digunakan guna mendukung

kegiatan di dalam rumah sakit terutama di ruang Unit Stroke dimana setiap

hari hampir selalu digunakan untuk mendukung data pengkajian dari setiap

pasien sehingga kelengkapan alat dan fungsi yang masih baik sangat

dibutuhkan. Sebagian besar alat kesehatan yang ada sudah sesuai dengan

jumlah awal, penggunaannya masih bisa berfungsi dengan baik, namun

terdapat tensi meter digital dalam keadaan rusak.

d) Alat Elektro
Tabel 2.11
Daftar Alat Electro Ruang Unit Stroke
No. Nama Alat Jumlah Keterangan
1. CPU 1 Baik

2. Kipas Angin 1 Baik

3. Komputer 1 Baik

4. TV 1 Baik

5. Kulkas kecil 1 Baik

6. Telephone 1 Baik

7. Printer 2 1 rusak

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 33


8. AC 5 Baik

9. Dispenser 1 Baik

Sumber : Data Primer Ruang Unit Stroke RSUD BANYUMAS 2019


Analisa :
Data diatas menunjukkan kondisi alat elektronik di ruang Unit Stroke baik,
penggunaannya sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.

5. METHOD
Model penugasan asuhan keperawatan
Kajian Teori
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada
enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model
primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan berfokus pada
pasien.
a. Model Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian
tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan
tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di
ruangan.
b. Metode TIM
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah danberpengalaman
kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse).
c. Metode Primer.
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24
jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaluasi satu atau
beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien
dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan
perawatan langsung secara total untuk klien.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 34


d. Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk
satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode
tertentu.
e. Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan
dengan modifikasi antara tim dan primer.
b) Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruang unit
stroke didapatkan hasil bahwa ruang unit stroke terdapat 1 kepala ruang, 1
ketua tim, serta perawat pelaksana.

D. Proses

1. SP2KP
a) Kajian Teori
1) Meeting Morning

Definisi Suatu pertemuan yang dilakukan dipagi hari sebelum


dimulainya operan tugas jaga antara sift malem ke sift pagi.

(1) Tujuan
(a) Koordinasi intern ruang perawatan (wahana informasi dan
komunikasi).
(b) Dilakukan diruang rawat inap atau intalasi yang ada
kaitannya dengan pelayanan keperawatan agar tercapai
pemberian askep yang optimal yang tepat.
(c) Dilakukan tiap pagi hari sebelum jaga, waktu pelaksanaan
kurang lebih 15 menit.
(d) Diikuti oleh perawat jaga malam, perawat jaga pagi,
administrasi ruang.
(2) Prosedur
(a) Ka Ru menyiapkan tempat untuk melakukan meeting
morning.
(b) Ka Ru memberikan pengarahan pada staf dengan materi
yang telah disiapkan sebelumnya.
(c) Ka Ru melakukan klarifikasi apa yang telah disampaikan
pada staf.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 35


(d) Memberikan kesempatan kepada staf untuk
mengungkapkan permasalahan yang muncul diruangan.
(e) Bersama staf mendiskusikan pemecahan masalah yang
dapat ditempuh.
(f) Ka Ru memberi motivasi dan reinforcement pada staf.
b. Timbang Terima/Operan
(1) Definisi
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan pasien.
(2) Tujuan
(a) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna.
(b) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
(c) Akan terjalin suatu hubungan kerjasama yang
bertanggungjawab antar anggota tim perawat.
(d) Terlaksananya asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
(3) Manfaat
(a) Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak
lanjuti oleh perawat pada shift berikutnya.
(b) Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang
dilaporkan dengan keadaan pasien yang sebenarnya.
(c) Pasien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung
bila ada yang belum terungkap.
(4) Metode Pelaporan
(a) Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien
melaporkan langsung kepada perawat penanggung jawab
berikutnya. Cara ini memberikan kesempatan diskusi yang
maksimal untuk kelanjutan dan kejelasan rencana
keperawatan.
(b) Pelaksanaan timbang terima dapat dilakukan di ruang
perawat kemudian dilanjutkan berkeliling mengunjungi
pasien satu persatu.

(5) Prosedur pelaksanaan


(a) Kedua kelompok dinas sudah siap.
(b) Perawat yang melaksanakan timbang terima mengkaji
secara penuh terhadap masalah, kebutuhan dan segenap

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 36


tindakan yang telah dilaksanakan serta hal-hal yang
penting lainnya selama masa perawatan (tanggungjawab).
(c) Hal-hal yang sifatnya khusus, memerlukan perincian yang
matang sebaiknya dicataat khusus untuk kemudian diserah
terimakan kepada petugas berikutnya.
(d) Hal-hal yang perlu disampaikan dalam timbang terima:
(e) Identitas pasien dan diagnosa medis.
(f) Masalah keperawatan yang masih muncul.
(g) Tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (secara
umum).
(h) Intervensi kolaboratif yang telah dilaksanakan.
(i) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan operatif, pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan
penunjang lain, persiapan untuk konsultasi/ prosedur yang
tidak rutin dijalankan.
(j) Prosedur rutin yang biasa dijalankan tidak perlu
dilaporkan.
(6) Hal-hal yang perlu diperhatikan
(a) Dilaksanakan tepat waktu pada saat pergantian dinas yang
disepakati.
(b) Dipimpin oleh penanggung jawab pasien atau perawat
primer.
(c) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.
(d) Adanya unsur bimbingan dan pengarahan dari
penanggungjawab.
(e) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematik dan menggambarkan kondisi pasien pada saat
ini serta kerahasiaan pasien.
(f) Timbang terima harus berorientasi pada masalah
keperawatan yang ada pada pasien dengan kata lain
informasi yang diberikan berawal dari masalahnya terlebih
dahulu (setelah diketahui melalui pengkajian), baru
kemudian terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
belum dilakukan serta perkembangan setelah dilakukan
tindakan.
(g) Timbang terima dilakukan didekat pasien, menggunakan
volume suara yang pelan dan tegas (tidak berbisik) agar
pasien disebelahnya tidak mendengarkan apa yang

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 37


dibicarakan untuk menjaga privasi pasien, terutama
mengenai, hal yang perlu dirahasiakan, sebaiknya jangan
dibicarakan didekat pasien tetapi diruang perawat.
c. Pre Confrence
Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan yang dipimpin oleh katim atau
penanggungjawab tim isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ
tim:
Pre Conference
(1) Mengenali masalah pasien
(2) Membuat rencana asuhan keperawatan
(3) Membagi tugas kepada PP
(a) Melakukan analisis kritikan, memilih alternative pemecahan
masalah dan pendekatan kreatif.
(b) Memberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat dalam
penyelesaian masalah.
(c) Menerima umpan balik dari kelompok.
(d) Meningkatkan kemampuan untuk memformulasikan ide.
(e) Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dalam
kelompok.
(f) Mengembangkan kemampuan berargumentasi.
(g) PP membagikan pasien yang menjadi tanggung jawab PA.
(h) PP menjelaskan tentang karakteristik pasien.
(i) PP mengkaji kembali persiapan PA untuk menghadapi dan
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien baik aspek
perencanaan sampai ke rencana evaluasi.
d. Post Confrence
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang sift dan sebelum operan.
Post Conference:
(1) Mengetahui perkembangan pasien
(2) Mengetahui pencapaian tujuan asuhan keperawatan
(3) Mengetahui kendala yang dihadapi selama pemberian asuhan
keperawatan
(4) Meng etahui kejadian-kejadian lain yang ditemukan
(a) Melakukan analisis kritikan, memilih alternatif pemecahan
masalah dan pendekatan kreatif.
(b) Memberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat
dalam penyelesaian masalah.
(c) Menerima umpan balik dari kelompok.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 38


(d) Meningkatkan kemampuan untuk memformulasikan ide.
(e) Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dalam
kelompok.
(f) Mengembangkan kemampuan berargumentasi.
(g) Mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
(h) PP melakukan diskusi dengan PA untuk membahas.
e. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu metode kunjungan ke pasien
secara langsung untuk mengobservasi kondisi pasien, meninjau
kembali asuhan keperawatan yang diberikan dan mengumpulkan
informasi dari pasien serta mendemonstrasikan intervensi
keperawatan secara spesifik. Tujuan dilaksanakan ronde
keperawatan meliputi:
(1) Memberikan pengetahuan keperawatan kepada perawat
pelaksana,pasien dan keluarga.
(2) Mendiskusikan tentang perubahan ide yang berkaitan dengan
masalah dan cara menyelesaikan masalah yang bertujuan untuk
meningkatkan asuhan keperawatan secara spesifik.
(3) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Prosedur pelaksanaan Pra ronde
(a) Menentukan kasus dan topik.
(b) Menentukan tim ronde
(c) Menentukan literature
(d) Memebuat proposal
(e) Mepersiapkan pasien
(f) Diskusi pelaksanaan
 Pembukaan
a) Salam pembuka
b) Memperkenalkan tim ronde
c) Menyampaikan identitas dan masalah pasien
d) Menjelaskan tujuan ronde
 Penyampaian masalah :
(a) Memberikan salam dan memperkenalkan pasien dan keluarga
kepada tim ronde
(b) Menjelaskan riwayat penyakit dan keperawatan pasien
(c) Menjelaskan masalah pasien dan rencana yang telah dilaksanakan
dan serta menetapkan prioritas yang perlu di diskusikan
 Validitas data :
(a) Mencocokan dan menjelaskan kembali data yang telah
disampaikan.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 39


(b) Diskusi antar naggota tim dan pasien tentang masalah keperawatan
tersebut.
(c) Pemberian justifikasi oleh PP atau konselor atau kepala ruang
tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
(d) Menentukan tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang
telah ditetapkan.
 Evaluasi dan rekomendasi intervensi keperawatan, penutup.
f. Discharge planning
Discharge planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai
pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk
kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke
tempat lainnya. Dalam perencaan, pemulangan, pasien dapat
dipindahkan ke rumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi,
nursing home, hospiece, homecare atau tempat-tempat lain di luar
rumah sakit.
Infeksi nosokomial ini dapat menyebar melalui beberapa jalur yaitu
jalur kontak, jalur droplet dan jalur debu. Jalur kontak dibagi atas
kontak langsung dan tidak langsung. Kontak langsung adalah adanya
kontak fisik langsung antara jalur penyebaran yang paling sering,
misalnya melalui tangan perawat, alat medis atau darah (Depkes RI,
2003).

Tabel 2.16
Meeting Morning Ruang Unit Stroke Center RSUD Banyumas
Periode 02-04 April 2019
N : 3 hari

No Aktivitas YA TIDAK
3 0
1 Karu sudah mempersiapkan materi dan informasi
mengenai kegiatan-kegiatan non keperawatan di ruangan
tersebut.
2 Karu sudah menyiapkan tempat untuk melakukan 3 0
meeting morning
3 Karu sudah mempersiapkan salah satu staf untuk 3 0
menjadi notulen
4 Meeting morning diikuti oleh seluruh staf yang jaga pagi 3 0
dan malam.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 40


5 Karu memulai meeting morning dengan salam 3 0
dilanjutkan dengan doa pembuka
6 Karu memberikan arahan kepada staf dengan materi 3 0
yang telah disiapkan sebelumnya
7 Karu melakukanklarifikasi apa yang telah disampaikan 3 0
kepada staf
8 Memberikan kesempatan kepada staf untuk 3 0
mengungkapkan permasalahan yang muncul di ruangan

9 Bersama-sama staf mendiskusikan pemecahan masalah 3 0


yang dapat ditempuh
10 Karu memberi motifasi dan reinforcement kepada staf 3 0
11 Karu menutup meeting morning 3 0
12 Karu menandatangani catatan notulensi 0 3
TOTAL 33 33
PERSENTASE 91,66 8,34%
%
Sumber : Observasi di Ruang Unit Stroke Rsud Banyumas

Analisa:
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengkajian 3 hari periode 02 – 04 april 2019
persentase proses meeting morning di ruang Unit Stroke Center RSUD Banyumas
didapatkan bahwa kepala ruang di ruang Unit Stroke Center dalam menjalankan
meeting morning masuk dalam kategori baik (91,66 %).

Tabel 2.17
Pre Conference Ruang Unit Stroke Center RSUD Banyumas
Periode 02-04 April 2019
N : 3 hari (3 hift : pagi, siang, malam )

No Aktivitas YA TIDAK
Persiapan
1 Ketua Tim dan perawat 5 4
2 Ketua Tim menyiapkan rekam medik dan buku 5 4
laporan shift pasien dalam tanggungjawabnya
Pelaksanaan
1 Ketua Tim / PJ membuka pre conference dengan 3 6
salam dan berdoa jika belum dilakukan.
2 Semua perawat berkumpul di ruang coverence 3 6
3 Ketua Tim / PJ merencanakan asuhan keperawatan 9 0
pada tiap pasien yang menjadi tanggung jawab
kepada anggota timnya
4 Anggota tim menuliskan semua asuhan 0 9
keperawatan yang direncakan oleh ketua tim di

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 41


buku log book masing masing
5 Tutup kegiatan pre conference dengan bacaan 1 8
salam.
TOTAL 25 20
PERSENTASE 57,77% 42.22%

Sumber : Data Observasi di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Analisa :
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengkajian 3 hari periode 02 – 04 April 2019
persentase proses pre conference di ruang Unit Stroke center RSUD Banyumas
didapatkan bahwa di ruang Unit Stroke center dalam menjalankan pre
conference dalam kategori kurang (57,77%). Karena pre conference hanya
dilakukan pada shift pagi dan pada shift siang malam tidak dilaksanakan.

Tabel 2.18
Operan Jaga Ruang Unit Stroke Center RSUD Banyumas
Periode 02-04 april 2019
N : 3 hari (3 hift : pagi, siang dan malam)

No Aktivitas YA TIDAK
Persiapan
1 Kepala ruang/ PJ Shift Sudah mempersiapkan 3 6
buku laporan shift dan melengkapi buku
laporan jaga shift.
2 Kepala ruang/ PJ Shift menyiapkan tempat 9 0
untuk serah terima tugas jaga
3 Kepala ruang/ PJ Shift mempersiapkan perawat 9 0
(Karu, Ketua Tim dan Anggota Tim) untuk
dimulainya timbang terima jaga.
Tahap interaksi
1 Karu/ PJ Shift menyiapkan buku handover. 2 7
2 Perawat shift sebelumnya melaporkan/ 8 1
menginformasikan keadaan umum/kondisi
umum/kondisi pasien yang ada dan dilakukan di
nurse station
3 Menginformasikan tindakan yang sudah 8 1
dilakukan
4 Menginformasikan evaluasi tindakan 9 0
5 Menginformasikan rencana tindak lanjut 9 0
6 Melaporkan kasus/peristiwa incidental 9 0
7 Perawat berkeliling satu persatu pasien cek 6 3
identitas pasien dan validasi data yang sudah
dilaporkan dan dilakukan oleh seluruh petugas

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 42


Penutup
1 Karu/ PJ Shift menutup operan jaga di ruang 6 3
nurse station dengan memberikan ucapan
terimakasih kepada perawat jaga malam dan
motivasi untuk perawat jaga pagi.
2 Ditutup dengan doa pulang untuk perawat shif 1 8
sebelumnya dan doa untuk mengawali kegiatan
untuk perawat shif saat itu.
3. Penandatanganan buku laporan jaga oleh 2 7
penanggung jawab ke dua shift.
TOTAL 73 36
PERSENTASE 66.97% 33.02%

Sumber : Data Observasi di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Analisa :
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengkajian 3 hari periode 02 – 04 april 2019
persentase proses timbang terima/operan di ruang Unit Stroke center RSUD
Banyumas didapatkan bahwa di ruang Unit Stroke center dalam menjalankan
timbang terima/operan masuk dalam kategori cukup (66.97%). Karena setiap
operan perawat tidak menuliskan di buku handover masing-masing dan
sebagian perawat tidak menutup operan jaga.

Tabel 2.19
Post Conference Ruang Unit Stroke Center RSUD Banyumas
Periode 02-04 April 2019

No Aktivitas YA TIDAK
Persiapan
1 Ketua tim/pj shift dan perawat 1 8
2 Buku hand over 2 7
3 Alat tulis 2 7
4 Buku catatan pribadi / log book 0 9
Pelaksanaan
1 Ketua Tim / PJ membuka post conference dengan bacaan 2 7
salam
2 Kaji ulang data pasien : nama, no RM, medik, tanggal 2 7
lahir
3 Identifikasi program dalam pre conference 2 7
4 Perawat pelaksana menyampaikan hasil asuhan 2 7
keperawatan yang telah dilaksanakan
5 Ceritakan respon pasien dan keluarga dalam menerima 1 7

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 43


tindakan keperawatan
6 Diskusikan kendala dalam asuhan keperawatan 1 8
7 Buat rencana tindak lanjut asuhan yang belum 2 7
dilaksanakan dan yang akan direncanakan ke shift yang
berikutnya
Penutup
1 Mengakhiri post conference dengan doa 1 8
2 Mendokumentasikan post conference 2 7
TOTAL 15 102
PERSENTASE 12.82% 87.18%
Sumber : Data Observasi di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Analisa :
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengkajian 3 hari periode 02 – 04 april 2019
persentase proses post conference di ruang Unit Stroke center RSUD Banyumas
didapatkan bahwa di ruang Unit Stroke center dalam menjalankan post conference
dalam kategori kurang (12.82%). Karena setiap perawat tidak memiliki handover
pribadi dan post conference hanya dilakukan pada shift pagi dan tidak dilakukan pada
shift siang dan malam.
Tabel 2.20
Pelaksanaan Uraian Tugas Kepala Ruang di Unit Stroke Center RSUD Banyumas

No INDIKATOR YA TIDAK
1 Menerangkan kepada pasien dan keluarganya mengenai 1 0
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit / UPF, keadaan
pasien pada situasi tertentu.
2 Mengusahakan dan memelihara hubungan kerja yang 1 0
harmonis dan berdaya guna antara perawat dengan
perawat, perawat dengan dokter / petugas lain, pasien dan
keluarga

3 1 0
Mengatur dan mengendalikan kegiatan perawatan /
pegawai lain / siswa dalam kegiatan pelayanan
keperawatan ( koordinator)
4 Mengatur dan mengawasi pelaksanaan rumah sakit yang 1 0
berlaku di unit perawatan
5 Mengenal jenis dan penggunaan barang, serta 1 0
mengusahakan pengadaan sesuai kebutuhan di unit
perawatannya agar tercapai pelayananperawatan yang

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 44


optimal
6 Merencanakan, melaksanakan dan menilai pelayanan 1 0
perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien berdasarkan
proses perawatan.

7 Mengklarifikasikan pasien menurut tingkat kegawatan / 1 0


infeksi dan non infeksi untuk memudahkan cara
merawatnya.

8 Mengawasi dan meneliti pelaksanaan pemberian obat, 1 0


makanan / diit dengan perhatian khusus terhadap pasien
yang perlu dibantu.

9 Mengawasi dan meneliti pencatatan medik dan catatan 1 0


perawatan pasien.
10 Membimbing tenaga perawatan dalam melaksanakan 1 0
teknik perawatan.

Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang 1 0


11
dirawat untuk mengetahuikeluhan / masalah yang dihadapi.

12 Mendampingi selama visite, mencatat serta melaksanakan 1 0


teknik perawatan
13 Memelihara dan meningkatkan sistem pencatatan dan 1 0
pelaporan secara teraturdan berkesinambungan tentang
keadaan pasien untuk kepentingan perawatan.

14 Mengisi buku catatan pribadi dan menandatangani buku 1 0


catatan pribadi daripelaksana perawatan di unitnya.

15 Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan 1 0


keluargannya sesuai dengan penyakitnya.

16 Mengadakan penilaian pelayanan perawatan antara lain 1 0


dengan cara meneliti,mengobservasi reaksi pasien, reaksi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 45


petugas dan reaksi masyarakat.

17 Menyusun daftar dinas dari petugas perawatan dan petugas 1 0


lainnya secara merata dan seefektif mungkin.

18 Membantu mengawasi dan membimbing siswa perawat 1 0


ntuk mendapatkanpengalaman belajar di unitnya.

19 Menjaga rahasia yang menyangkut penyakit dan keadaan 1 0


peasien di unitnyasesuai dengan sumpah jabatan.

20 Menjaga terpeliharanya kebersihan, kerapihan dan 1 0


keindahan di unitnya sertalingkungannya.

21 Menjaga perasaan nyaman bagi pasien dan petugas selama 1 0


melaksanakankegiatan perawatan.

22 Mengadakan rapat berkala dengan pelaksana perawatan. 1 0

23 Mengusahakan kesejahteraan dan keselamatan kerja 1 0


petugas.
24 Memberikan orientasi kepada tenaga perawat baru 1 0

Total 24 0

100%
Persentase
Sumber : Data Observasi di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Analisa
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengkajian pada Kepala Ruang periode 02 – 04
april 2019 di ruang Unit Stroke center RSUD Banyumas didapatkan perawat
melaksanakan tugas dengan baik yaitu (100%).

Tabel 2.21
Pelaksanaan Uraian Tugas Kepala Tim di Unit Stroke Center RSUD Banyumas

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 46


No INDIKATOR YA TIDAK
1 Melakukan pengkajian lengkap dan mencatatnya pada
formulir rekam keperawatan untuk digunakan sebagai dasar
1 0
perencanaan asuhan keperawatan lebih lanjut.

2 Membuat rencana asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


keperawatan dan rencana terapi yang ditetapkan oleh dokter. 0
1

3 Melakukan asuhan dan pelayanan keperawatan sesuai


dengan rencana keperawatan serta membuat rencana pulang ( 1 0
resume )
4 Membagi tugas kepada semua anggota timnya dengan
mempertimbangkan kemampuan anggota dan kebutuhan 1 0
pasien yang harus dipenuhi.
5 Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
1 0
sesuai kebutuhan klien.
6 Mengadakan serah terima tugas kepada perawat yang jaga
1 0
sore dan menerima laporan tugas dari perawat jaga malam.
7 Memberikan bimbingan kepada perawat yang telah jadi
anggota tim dan melakukan evaluasi hasil kerjanya 1 0

8 Menyusun data yang berhubungan dengan asuhan


keperawatan berdasar laporan anggota tim sebagai masukan
1 0
untuk membuat laporan kerja pertanggung jawaban ruangan.

9 Menghadiri pertemuan klinik dengan dokter dan tim


kesehatan lain untuk membicarakan dan membahas kasus –
kasus dalam rangka meningkatkan mutu asuhan dan 1 0
pelayanan keperawatan.

10 Melakukan kunjungan keliling ruangan bersama anggota tim, 1 0


dokter dan tim kesehatan lain untuk mengetahui keadaan
pasien dalam rangka memberikan asuhan dan pelayanan
keperawatan.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 47


Memberikan bimbingan kepada siswa / mahasiswa praktek
11
yang ada didalam tim dalam rangka orientasi dan
1 0
pelaksanaan praktek keperawatan.

12 Mengadakan konferensi keperawatan dengan anggota tim


untuk mengetahui masalah dalam tim keperawatan yang
menjadi tanggung jawabnya untuk mendapatkan cara
1 0
penyelesaian agar pelaksanaan perawatan klien berjalan
sesuai dengan tujuan

13 Melakukan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam


rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan 1 0

TOTAL 13 0
PRESENTASI 100%
Sumber : Data Observasi di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Analisa
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengkajian pada kepala TIM periode 02 – 04 april
2019 di ruang Unit Stroke center RSUD Banyumas didapatkan perawat
melaksanakan tugas dengan baik yaitu (100%)

Tabel 2.22
Pelaksanaan uraian Tugas Perawat Pelaksana Unit Stroke Center
RSUD Banyumas
N(Jumlah perawat) = 7

No INDIKATOR YA TIDAK
1 Dalam keadaan insidentil membuat pengkajian, 7 0
diagnose dan perencanaan keperawatan yang
kemudian disyahkan oleh penanggung jawab group
primer ( Ketua Tim ).
2 Memberikan perawatan paripurna pada sejumlah 7 0
pasien yang sudah didelegasikan oleh penanggung
jawab ( Ketua Tim ).
3 Melakukan kerjasama dan berkonsultasi kepada 7 0
penanggung jawab / ketua tim bila terjadi masalah-
masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan
asuhan keperawatan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 48


4 Mengambil keputusan bila terjadi masalah-masalah 7 0
yang berhubungan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada waktu dinas sore, malam dan hari
libur dan melapor pada PPJR.
5. Menata ruangan perawatan dengan mengawasi 5 2
kebersihan, kelengkapan peralatan dan mebelair
untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan pasien
6 Memberikan bimbingan kepada pasien atau keluarga 7 0
tentang penggunaan obat, kebersihan perorangan,
makanan dan cara hidup sehat serta memberi
motivasi dalam rangka memberikan pelayanan pada
pasien.
7 Menghadiri konferensi keperawatan, tim kesehatan 5 2
lain untuk membicarakan dan membahas kasus-kasus
untuk mendapatkan cara pemecahan masalah dalam
rangka menningkatkan mutu pelayanan pada pasien.
8 Mengikuti serah terima tugas yang dipimpim oleh 7 0
penanggung jawab / ketua tim.
9 Melaksanakan tugas sore, malam dan hari libur 7 0
secara bergilir sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh
Kepala Ruang / Ketua Tim.
10 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di 7 0
bidang keperawatan dengan mengikuti pertemuan
ilmiah atau rapat-rapat khusus.
11 Melakukan kegiatan penunjang sesuai dengan juknis 5 2
jabatan fungsional keperawatan
12 Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan 7 0
dalam hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
dalam rangka menunjangkelancaran pelaksanaan
kegiatan di ruang keperawatan
Total 78 6

Persentase 92,8 7,14%


5%

Sumber : Data Observasi di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Analisa :
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengkajian 7 perawat pelaksana periode 02 – 04
april 2019 di ruang Unit Stroke center RSUD Banyumas didapatkan perawat
melaksanakan tugas dengan baik yaitu (92,85%).

Tabel 2.23
Pelaksanaan Penerimaan, Pemberian Orientasi, dan Pemberian Informasi
Pasien Baru

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 49


Di Ruang Unit Stroke Center RSUD Banyumas Tgl 02-04 April 2019
N (Perawat) :1
Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
PRE INTERAKSI
Mengumpulkan data pasien (nama, kelas, status: umum, askes, 1
jamkesmas, dll)
Menyiapkan tempat untuk memberikan informasi 1
Menyiapkan media (leaflet) dan blangko bukti pemberian 1
informasi pasien baru
ORIENTASI
Memberi salam dengan senyum. 1
Memperkenalkan diri (nama, dan peran perawat) 1
Mengajak pasien/keluarga ke tempat yang teah disiapkan 1
Mempersilahkan pasien/keluarga pasien untuk duduk 1
berhadapan dengan perawat
Menanyakan nama panggilan kesukaan pasien/keluarga 1
Menanyakan perasaan pasien/keluarga 1
Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 1
Menjelaskan tujuan 1
Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan 1
pemberian informasi baru
KERJA
Memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk 1
mengklarifikasi informasi
Melakukan pemberian informasi baru antara lain:
a) Menjelaskan materi informasi yang akan diberikan 1
b) Menjelaskan petugas yang akan merawat 1
c) Menjelskan waktu konsultasi 1
d) Menjelaskan hak dan kewajiban pasien/keluarga 1
e) Menjelaskan peraturan dan tata tertib
1) Tarif pelayanan 1
2) Tata tertib penunggu dan pengunjung 1
3) Pedoman administrasi pasien pulang/pindah bangsal
 Pasien umum 1
 Pasien ASKES/PNS 1
 Pasien Jamkesmas 1
 Pasien Astek/Jamsostek 1
 Menjelaskan bahwa perkembangan kondisi dan 1
rencana perawatan pasien akan disampaikan oleh
katim setiap pagi atau sewaktu-waktu bila
diperlukan
 Menjelaskan perencanaan perawatan lanjutan 1
(discharge planning)
 Menjelaskan fasilitas ruangan 1
Memberi tahu tempat jaga perawat (nurse mengklarifikasi 1

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 50


kejelasan pasien/keluarga terhadap informasi yang telah
disampaikan
TERMINASI
Menyimpulkan hasil kegiatan 1
Memberi reinforcement positif (terima kasih, semoga lekas 1
sembuh, dsb) dan mengakhiri orientasi dengan salam.
Merencanakan tindak lanjut kepada pasien/keluarga dan 1
rencana pertemuan selanjutnya.
Mengakhiri kegiatan dengan salam 1
DOKUMENTASI
Perawat dan pasien/keluarga menandatangani bukti pemberian 1
informasi pasien baru pada blangko rekam medic yang telah
tersedia
TOTAL 29 2
PERSENTASE 93.55 6.45%
%
Sumber: hasil observasi tanggal 04 April 2019

Analisa :
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengkajian 3 hari periode 02 – 04 april 2019
persentase proses pelaksanaan penerimaan, pemberian Orientasi, dan pemberian
informasi pasien baru di ruang Unit Stroke center RSUD Banyumas didapatkan
dalam menjalankan penerimaan pasien baru dalam kategori baik (93.55%)

Tabel 2.24
Admission Cared Ruang Unit Stroke Center
N (jumlah pasien)= 1
No ASPEK YANG DINILAI YA TIDAK
1 Keluarga pasien dijelaskan tentang pintu masuk dan 1
keluar yang digunakan oleh pengunjung
2 Keluarga dan pengunjung dijelaskan untuk cuci tangan 1
sesudah dan sebelum ke lingkungan pasien
3 Keluaga pasien dijelaskan olh perawat unuk menjaga 1
kebershan dan ketertiban ruangan
4 Perawat menjelaskan jumlah penunggu satu dan 1
bergantian dengan penunggu lain
5 Keluarga pasien dijelakan jam kunjung pasien (Siang : 1
10.30-14.00 dan Sore pukul 15.30-21.30 WIB)
6 Perawat menjelaskan pengunjung izin jika ada 1
keperluan mendadak
7 Perawat menjelaskan engunjung yang membawa 1
makanan dan minuman dan barang tidak boleh
berlebihn
8 Perawat menjelaskan saat pemeriksaan dokter dan 1
tindakan medis pengunjung diluar ruangan
9 Perawat menjelaskan bahwa pengungjun dilarang 1

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 51


merokok dilingkungan Rumah Sakit
10 Menjelaskan bahwa pengunjung dilarang memotret 1
tanpa seijin perawat
11 Menjelaskan bahwa pengujung dilarang membawa 1
senjata tajam dan barang berbahaya lainnya
12 Dilarang merusak dan membawa barang milik RSUD 1
13 Menjelaskan pengunjung anak anak dibawah 13 tahun 1
dilarang berkujung RS
14 Pengunjung dijelaskan pintu keluar ruamah sakit 1
Total 14
Persentase 100%

Sumber : Data Observasi di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Analisa Data : berdasarkan penilaian admision care di ruang Unit Stroke Center
dalam kategori baik( 100 %)

Tabel 2.25
Pelaksanaan discharge planning
Di Ruang Unit Stroke Center RSUD Banyumas Tanggal 02-04 April 2019
N (Perawat) : 1

No Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
A. PRE INTERAKSI
Mengidentifikasi data pasien (tingkat pendidikan 1
1.
dan pengetahuan pasien/keluarga)
Mengidentifikasi kebutuhan perawatan lanjutan 1
2.
pasien di rumah
3 Membuat rencana interaksi 1
Menyiapkan tempat untuk memberikan 1
4.
discharge planning
Menyiapkan bahan untuk memberikan (pedoman 1
5 pemberian discharge planning, leaflet), surat
control, surat pulang, obat-obatan
B. ORIENTASI
1. Memberi salam dengan senyum. 1
2 Memperkenalkan diri (nama, dan peran perawat) 1
3 Menanyakan perasaan pasien/keluarga 1
4 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 1
5 Menjelaskan tujuan kegiatan 1
Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan 1
6
untuk kegiatan pemberian discharge planning
C. KERJA
Memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk 1
1.
mengklarifikasi informasi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 52


Menjelaskan informasi Menyiapkan tempat
2. untuk memberikan discharge planning secara
urut sesuai pedoman:
Masalah keperawatan yang perlu tindak lanjut di 1
rumah
Penyuluhan/pendidikan kesehatan: 1
Cara pemakaian obat 1
Cara makan dan minum/pengaturan diet 1
Cara pengaturan aktivitas dan istirahat 1
Periksa ulang/control 1
3 Mengklarifikasi informasi yang telah diberikan 1
Menanyakan kejelasan informasi discharge 1
4 planning yang telah disampaikan pada
pasien/keluarga
D. TERMINASI
Mengevaluasi pengetahuan pasien/keluarga 1
1. tentang informasi discharge planning yang
diberikan.
Memberi reinforcement positif (terima kasih, 1
2.
atas kerjasamanya, dsb) dan
3 Mengakhiri pertemuan dengan salam 1
E. DOKUMENTASI
Perawat dan pasien/keluarga menandatangani 1
1. bukti pemberian discharge planning pada
blangko rekam medic yang telah tersedia.
TOTAL 17 7
PERSENTASE 70.83 29.17%
%
Sumber: hasil observasi tanggal 04 April 2019

Analisa Data : berdasarkan penilaian discharge planning di ruang Unit Stroke Center
dalam kategori cukup( 70,83 %)

RONDE KEPERAWATAN

Dari pengkajian selama 3 hari yaitu pada periode 2-4 April 2019 prosentase
proses ronde keperawatan di ruang Unit Stroke Center RSUD Banyumas termasuk
dalam kategori cukup (0%). Hal itu dikarenakan perawat tidak melakukan ronde
keperawatan. Pada saat dilakukan pengkajian ruang Unit Stroke Center sedang tidak
dalam jadwal melakukan ronde keperawatan.

Tebel 2.26
Pelaksanaan SP2KP Di Ruang Unit Stroke
RSUD Banyumas Periode 2-4 April 2019

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 53


No Variabel yang Dinilai Hasil

1 Meeting morning 91,66%

2. Pre – conference 57,77%

3. Operan jaga 66,97%

4. Post – conference 12,82%

5. Pelaksanaan Uraian Tugas Kepala karu 100 %

6. Pelaksanaan Uraian Tugas Kepala Tim 100%

7. Pelaksanaan uraian Tugas Perawat 92,85 %


Pelaksana

8. Pelaksanaan Penerimaan, Pemberian 93,55%


Orientasi, dan Pemberian Informasi Pasien
Baru
9. Penilaian Admission Care 100 %

10. Discharge planning 70,83%

11. Ronde keperawatan 0%

Jumlah Prosentase 781.9

Rata – rata 71.08 %

Sumber : Data Observasi di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Analisa:
Berdasarkan hasil observasi mengenai pelaksanaan SP2KP di ruang Unit Stroke
Center II RSUD Banyumas menyatakan bahwa pelaksanaan SP2KP di ruangan
dalam kategori baik (71.08%).
2. Instrumen A

Proses Asuhan Keperawatan


Kajian Teori
a. Pengertian
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) adalah uraian pernyataan tingkat

kinerja yang diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 54


dinilai. Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang

diinginkan dan dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/

klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling

terkait erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti

pelayanan meningkat dan memburuk (Wilkinson,2006).


b. Tujuan
Tujuan ditetapkannya standar asuhan keperawatan diantaranya yaitu:
- Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya

dan meningkatkan motovasi perawat terrhadap pencapaian tugas.


- Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan

perawat yang tidak penting atau tidak tepat terhadap kebutuhan pasien.
- Memberikan landasan untuk mengantisipasi suatu hasil yang tidak

memenuhi standar asuhan keperawatan ataas kelalaian petugas

keperawatan (Sitorus, 2006).


c. Manfaat SAK
- Dalam praktek klinik, memberikan serangkaian kondisi untuk

mengevaluasi mutu asuhan keperawatan dan juga merupakan alat

pengukur mutu penampilan kerja perawat yang sangat diperlukan sebagai

umpan balik dalam meningkatkan penampilan kerja perawat.


- Dalam administrasi pelayanan keperawatan, sangat penting dalam

perencanaan pola ketenagaan, progam pengembangan staf dan

mengidentifikasi isi dari progam pelatihan.


- Dalam pendidikan keperawatan, standar sangat menbantu pendidikan

keperawatan dalam merencanakan kurikulum.


- Sebagai area riset dan penelitian keperawatan dengan temuan yang dapat

digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan asuhan keperawatan.


- Dalam sistem pelayanan kesehatan secara umum, perawat dapat

menggunakan standar untuk mengkomunikasikan inti asuhan

keperawatan kepada konsumen dan profesi kesehatan yang lain (Depkes

RI, 2005).

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 55


Table 2.27
Proses Asuhan keperawatan
Observasi tanggal 2-4 April 2019
N (Jumlah pasien) = 5

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak KET.


A Pengkajian
`1 Mencatat data yang dikaji sesuai 4 1 Pengisian format
dengan pedoman pengkajian cukup optimal
2 Data dikelompokan (bio-Psiko- 5 0 hampir semua
sosial-spiritual) perawat
3 Data yang dikaji sejak pasien 5 0 mengisi,tetapi
masuk sampai pulang masih ada
4 Masalah dirumuskan berdasarkan 5 0 beberapa yang
kesenjangan antara status kesehatan kosong di kolom 4.
dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
SUB TOTAL 19 1
TOTAL 100
PROSENTASE 95%
B. Diagnosa
1. Dx. Keperawatan berdasarkan 5 0
masalah yang lain dirumuskan.

2. Dx. Keperawatan mencerminkan 5 0


PE/PES
3. Merumuskan diagnosa keperawatan 5 0
aktual/potensial.

SUB TOTAL. `15 0


TOTAL 15
PROSENTASE 100%

NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak Keterangan

C. Perencanaan
1 Berdasarkan Dx. Keperawatan 5 0
2 Disusun menurut urutan prioritas. 5 0
3 Rumusan tujuan mengandung 5 0
komponen pasien/subyek,
perubahan, perilaku, kondisi pasien,
dan atau kriteria waktu.
4 Rencana tindakan mengacu pada 5 0
tujuan dengan kalimat perintah,
terinci dan jelas.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 56


5. Rencana tindakan menggambarkan
keterlibatan pasien/keluarga 5 0

6. Rencana tindakan menggambarkan


kerjasama dengan tim kesehatan 5 0
lain.
SUB TOTAL 30 0
TOTAL 30
PRESENTASE 100%
D. Intervensi Ya Tidak Keterangan
1. Tindakan dilaksanakan mengacu 5 0
pada rencana keperawatan.

2. Perawat mengobservasi respon 5 0


pasien terhadap tindakan
keperawatan.
3. Semua tindakan yang telah 5 0
dilaksanakan dicatat ringkas dan
jelas.
SUB TOTAL 15 0
TOTAL 15
PROSENTASE 100%
NO ASPEK YANG DINILAI Ya Tidak Keterangan
E. Evaluasi
1. Evaluasi mengacu pada tujuan. 5 0

2 Hasil evaluasi dicatat. 5 0

SUB TOTAL 10 0
TOTAL 10
PROSENTASE 100%
PROSENTASE TOTAL 99 %
Sumber : Hasil observasi tanggal 2-4 April 2019

Berdasarkan hasil penilaian dengan instrumen A dapat dianalisa bahwa proses asuhan
keperawatan di ruang Unit Stroke dalam kategori baik yaitu 99%. Format diagnosa
keperawatan sudah terisi. Dikolom catatan perkembangan perawat sudah diisi dan
dibuat berdasarkan masalah. Evaluasi tindakan keperawatan sudah didokumentasikan
secara tepat, tetapi pada salah satu askep terdapat format pengkajian yang belum
terisi.
1. Instrumen B
a) Kajian Teori

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 57


Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan
kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan
kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan
kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan
penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami pasien dan
keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperwatan itu adalah
apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau
tidak. Kepuasan merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang
didapat dengan keinginan, kebutuhan dan harapan (Tjiptono, 2001 dalam
Nursalam, 2012).
Pelaksanaan kegiatan jaminan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
dapat pula dilakukan dalam bentuk kegiatan pengendalian mutu. Kegiatannya
dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pengendalian mutu. Kegiatannya
dapat dilaksanakan dalam dua tingkat yaitu tingkat rumah sakit dan tingkat
ruang rawat. Tingkat rumah sakit dapat dilaksanakan dengan cara
mengembangkan tim gugus kendali mutu yang memiliki program baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Ada 6 indikator utama kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit, yaitu :
(1) Keselamatan (patient safety), yang meliputi : angka infeksi nosokomial,
angka kejadian pasien jatuh/ kecelakaan, skabies, kesalahan dalam
pemberian obat, dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan.
(2) Pengelolaan pasien lari dan kenyamanan.
(3) Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan.
(4) Perawatan diri.
(5) Kecemasan pasien.
(6) Perilaku (pengetahuan, sikap, keterampilan) pasien.
Berdasarkan Andyani (2009), kesempatan berkarir, upah, dan
fasilitas lingkungan kerja merupakan aspek yang berhubungan dengan
kepuasan kerja dan produktifitas karyawan.
Pemberian pelayanan keperawatan yang holistic (Bio, Psiko,
Sosio dan spiritual) merupakan bentuk pelayanan prima dalam praktik

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 58


asuhan keperawatan (Puspitasari, 2009). Oleh karena itu, dalam hal ini
diharapkan agar dapat dipertahankan indikator kepuasan pasien yang
sudah berjalan optimal dan ditingkatkan indikator kepuasan pasien yang
masih belum berjalan optimal.
b) Kajian Data
Berdasarkan observasi di ruang unit stroke RSUD Banyumas , SPO
yang tersedia di ruangan sebagai berikut :
Tabel 2.28
SPO di Ruang unit stroke RSUD Banyumas
NO Tindakan Yang Dilakukan di Ruang unit stroke
1 Serah terima (operan) jaga perawat
2 Pemberian makan lewat NGT
3 Pembuangan sampah benda tajam
4 Pembuangan sampah infeksius
5 Pembuangan sampah
6 Kebersihan tangan
7 Pemberian oksigen dengan menggunakan nasal kanul
8 Memandikan pasien di tempat tidur
9 Mengukur suhu di ketiak
10 Administrasi medikasi parenteral
11 Oral hygiene
12 Memberikan oksigenisasi NRM
13 Melakukan pengkajian nyeri
14 Bantuan perawatan diri
15 Admision care
16 Melakukan pemeriksaan NGT
17 Memberikan obat per oral
18 Perawatan kuku
19 Memberikan obat melalui rectum
20 Perawatan bedrest
21 Pemberian makan: menyapi
22 Pemberian inhalasi melalui nebulizer
23 Pemberian obat enteral
24 Bantu perawatan: makan
25 Kompres demam
26 Bantuan perawatan diri: berpakaian/ berdandan
27 Pemberian obat: oral
28 Pemberian makan melalu selang enteral
29 Menghitung denyut nadi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 59


30 Menghitung pernafasan
31 Mengambil spesimen urine untuk pemeriksaan kultur
32 Mengambil spesimen darah untuk pemeriksaan kultur
33 Pemakaian infus pump
34 Monitor saturasi oksigen
35 Penghapusan linen
36 Pembuangan sampah
37 Transfer antar ruang perawat
38 Seragam tugas keperawatan
39 Indikasi masuk ruang unit stroke
40 Indikasi keluar unit stroke
41 Koreksi albumin
42 Pengambilan darah arteri
43 Resusitasi jantung paru lanjut
44 Intensif (ICU, HCU,UNIT STROKE, PICU, NICU)
45 Koreksi kalium
46 Pemantauan pasien dengan bedside monitor
47 Pemakaian syringe pum
48 Pengumpulan linen kotor
49 Penggandaan/ BON linen baru
50 Serah terima linen baru
51 Pemasangan kateter menetap pria
52 Pemasangan infus dewasa
53 Prosedur pasien pulang rawat
54 Identifikasi pasien
55 Pemasangn gelang pasien
56 Pemasangan kateter menetap pada wanita
57 Pemberian produk darah
58 Bledder training
59 Perawatan peralatan pasien
60 Menyuntik aman
61 Pelepasan gelang pasien
62 Pelaksanaan pasien resiko jatuh non psikiatri
63 Prosedur catatan perkembangan pasien
64 Penggunan alat perlindungan diri (APD)
65 Pencegaha dan penendalian infeksi saluran kencing
66 Dekontaminasi tingkat tinggi
Sumber : Data SPO di Ruang RSUD Banyumas

3. Instrumen C

Kajian Teori

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 60


Suatu standar/ pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan

menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar

operasional prosedur merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan yang

harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry dan Potter,

2005).

Tujuan SOP antara lain :

1. Petugas/ pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/ pegawai

atau tim dalam organisasi atau unit kerja.


2. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi.
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/

pegawai terkait.
4. Melindungi organisasi/ unit kerja dan petugas/ pegawai dari malpraktek atau

kesalahan administrasi lainnya.


Kajian Data

1) Pemberian Oral hygine


Pengertian : suatu perawatan mulut dengan atau tanpa

menggunakan antiseptik pasien


Tujuan : 1. Mencegah terjadinya infeksi

2. Memberikan rasa nyaman pada daera mulut klien

Prosedur :Disajikan dalam tabel berikut


Tabel 2.29
Oral hygine
Di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
Periode 2-4 april 2019
N (perawat): 7
Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
PRE INTERAKSI
Melakukan pengeckan program terapi 7 0
Mencuci tangan sesuai program 2 5
Mendekatkan alat kepasien 7 0
ORIENTASI
Memberi salam dan menyapa nama jika pasien sadar 2 5
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3 4

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 61


Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 2 5
KERJA
Menjaga privacy pasien 3 4
Memasang alas dan handuk dibawah dagu pasien 0 7
Memakai sarung tangan, masker dan baju tindakan 2 5
Membasahi deppers menggunakan NaCl dan ditambah cairan 7 0
listerin dengan pinset
Membuka mulut pasien dengan kasa menggunakan pinset 7 0
Membersikan rongga mulut mulai dinding gusi, gigi dan gigi 7 0
luar hingga bersih
Mengolesi bibir bila ada stomatitis di olesi listerin 7 0
menggunakan kasa dengan pinset
Rapikan pasien 2 5
TERMINASI
Melakukan evaluasi tindakan 0 7
Berpamitan dengan pasien 3 4
Membereskan alat 7 0
Mencuci tangan 5 2
TOTAL 73 53
PERSENTASE 57.93% 42.06%
Sumber : SPO oral Hygiene di RSUD Banyumas
Analisa data
Dari hasil tabel diatas didapatkan bahwa dalam melakukan tindakan keperawatan oral

hygiene kepada pasien termasuk dalam katagori kurang yaitu 57.93% dikarena

perawat tidak memasang alas dan handuk dibawah dagu pasien dan tidak melakukan

evaluasi yang sesuai SOP di ruangan

2) Pemberian Obat Oral

Pengertian : Memberikan obat melalui mulut dan meminta respon pasien


Tujuan :
1. mempersiapkan obat dan memberikan obat melalui mulut secara tepat dan

benar sesuai program pengobatan


2. Memonitor respon obat kepada pasien
Prosedur :Disajikan dalam tabel berikut

Tabel 2.31
Pemberian Obat Oral
N (Jumlah perawat) = 7
No JENIS ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI
KEGIATAN YA TDK

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 62


Memberikan a. Kriteria Pelaksanaan
obat melalui 1. Kebersihan tangan sesuai prosedur 7 0
mulut 2. Ucapkan salam 0 7
3. Perkenalkan diri 0 7
4. Pastikan identitas pasien 7 0
5. Sampaikan tujuan dan prosedure 2 5
6. Ikuti prinsip : bener obat, bener pasien, 7 0
bener dosis, bener waktu, bener cara
pemberian, bener indikasi dan
dokumentasi
7. Tentukan kemampuan pasien untuk 7 0
menelan tablet atau kapsul
8. Cek kemampuan obat dan kontra indikasi 7 0
9. Catat alergi pada klien sebelum 7 0
memberikan tiap obat
10. Yakinkan obat yang diberikan sesuai 7 0
aturan
11. Cek tanggal kadaluarsa pada wadah obat 7 0
12. Berikan saat perut kosong atau sesudah 7 0
makan, sesuai kebutuhan
13. Informasikan pada pasien efek obat yang 4 3
diharapkan dan kemungkinan efek yang di
harapkan
14. Bantu pasien untuk menelan obat 5 2
15. Monitor pasien dari kemungkinan aspirasi 2 5
dan efek terapi

16. Informasikan pasien dan anggota keluarga 7 0


bagaimana cara pemberian obat
17. Dokumentasikan pemberian obat dan 7 0
respon pasien

Jumlah Total 90 29
Presentase 75,63 24,36%
%
Sumber : SPO Obat Oral di RSUD Banyumas
Analisa
Dari hasil tabel diatas didapatkan bahwa dalam melakukan tindakan keperawatan

pemberian obat oral kepada pasien baik hanya mencapai 75,63% dan perlu

ditingkatkan.

3) Pemasangan Kateter Menetap Pada Wanita


Pengertian : Memasukkan selang karet atau plastic melalui uretra dan kedalam

kandungkemih pada wanita

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 63


Tujuan : 1. Menghilangkan distensi kandung kemih2.

2. Mengosongkan kandung kemih secara lengkap


Prosedur :Disajikan dalam tabel berikut

Tabel 2.32

PEMASANGAN KATETER MENETAP PADA WANITA

DI RUANG UNIT STROKE CENTER RSUD BANYUMAS

Periode 2-4 April 2019

N (Pasien): 2

Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
PRE INTERAKSI
Melakukan pengeckan program terapi 2 0
Mencucitangan sesuai program 1 1
Mendekatkan alat kepasien 2 0
ORIENTASI
lakukan kebersihan tanggan 2
Berikan salam 2
Perkenalkan diri 0 2
Jelaskan tujuan tindakan dan prosedur 2 0
Berikan informed consent 2 0
Tanyakan kesiapan pasien 2 0
KERJA
Menjaga privacy pasien 1 1
Membuka pakaian bagian bawah 2 0
Mengatur posisi dorsal recumber 2 0
Taruh bengkok diantara kedua paha 0 2
Dekatkan alat-alat 2 0
Lakukan kebersihan tangan 2 0
Pasang perlak 0 2
Pakai sarungtangan bersih 2 0
Buka daerah meatus 1 1
Berikan daerah meatus dengan kasa disinfektan betadin 1 1
menggunakan pinset
Pasangkan duk steril didaerah meatus 0 2
Anjurkan pasien untuk nafas dalam selama pemasangan 0 2
kateter
Sambungkan kateter dengan urin bag 2 0
Oleskan ujung kateter dengan jeli 4 – 5 cm 2 0

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 64


Masukan kateter secara perlahan sepanjan 5 -7 cm sampai urin 2 0
keluar
Hentikan pemasangan kateter bila terasa ada tahanan 2 0
Isi balon kateter menggunakan aquades 2 0
Tarik kateter sampai ada tahan balon 2 0
Angkat duk 0 2
Fiksasi kateter pada paha 2 0
Gantung urine bag dengan posisi lebih rendah dari pada vesica 2 0
urinaria
TERMINASI
Rapikan pasien 2 0
Lakukan evaluasi 2 0
Sampaikan rencana tindak lanjut 2 0
Berpamitan 2 0
Cuci tangan 2 0
TOTAL 54 16
PERSENTASE 77,14 22,85
% %
Sumber : SPO pemasangan kateter menetap pada wanita di RSUD Banyumas
Analisa

Dari hasil tabel diatas didapatkan bahwa dalam melakukan tindakan

keperawatan Pemasangan Kateter Menetap Pada Wanita kepada pasien baik

mencapai 77,14% dan perlu ditingkatkan penggunaan duk steril dan pasang perlak

kecil

4) ALIH BARING
Pengertian : melakukan tindakan alih baring pada pasien immobile untuk
mencegah komplikasi akibat immobilisasi
Tujuan : 1. Mencegah kerusakan integritas kulit

2. Memperbaiki sirkulasi dan perkusi


Prosedur : Disajikan dalam tabel berikut

Tabel 2.33
ALIH BARING
DI RUANG UNIT STROKE CENTER RSUD BANYUMAS
N (PERAWAT): 7

No Kegiatan Pelaksanaan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 65


Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan verifikasi program pengobatan klien 0 7
2 Mencuci tangan 0 7
3 Menempatkan alat didekat pasien dengan benar 0 7
Tahap Orientasi
1 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 3 4
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada2 5
klien/keluarga
3 Menayakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum0 7
tindakan dilakukan
Tahap Kerja
1 Menjaga privacy pasien 0 7
Merubah posisi dari terlentang ke miring:
2 Menata beberapa bantal disebelah klien 2 5
3 Memiringkan klien kearah bantal yang disiapkan 2 5
4 Menekuk lutut kaki yang atas 2 5
5 Memastikan posisi klien aman 7 0
Merubah posisi dari miring ke terlentang:
6 Menata beberapa bantal di sebelah klien 2 5
7 Menelentangkan klien kearah bantal yang disiapkan 2 5
8 Meluruskan kedua lutut 2 5
9 Memastikan posisi klien aman 7 0
10 Merapikan pasien 2 5
Tahap Terminasi
1 Mengevaluasi hasil tindakan 0 7
2 Berpamitan dengan pasien 0 7
3 Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 0 7
4 Mencuci tangan 7 0
5 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 7 0
TOTAL 55 92
PRESENTASE 37.41% 62.58%
Sumber : SPO Alih Baring di RSUD Banyumas
Analisa

Dari hasil tabel diatas didapatkan bahwa dalam melakukan tindakan keperawatan alih

baring kepada pasien termasuk dalam katagori kurang yaitu 37.41% . karena

sebagian perawat tidak sesuai dengan jadwal alih baring.

5) Memandikan pasien di tempat tidur

Pengertian : membersihkan tubuh pasien dengan air bersih dan sabun di


tempat tidur

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 66


Tujuan : 1. Mengosongkan kandung kemih secara lengkap
2. melakukan kebersihan perorangan
3. memberikan rasa nyaman

Prosedur : Disajikan dalam tabel berikut

Tabel 2.34
MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR
DI RUANG UNIT STROKE CENTER RSUD BANYUMAS
N (Pasien): 5

Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
Persiapan
Pakaian bersih satu set 5 0
Baskom mandi 2 buah 5 0
Air hangat 5 0
Waslap 2 buah 5 0
Perlak dan handuk kecil 1 buah 5 0
Handuk besar 2 buah 5 0
Selimut mandi/ kain penutup 5 0
Sabun mandi 5 0
Handshcoon 5 0
Fase Orientasi
a. Kebersihan tangan 5 0
b. Memberikan salam 5 0
c. Perkenalkan diri 0 5
d. Pastikan identitas pasien 4 1
e. Jelaskan tujuan tindakan dan prosedur 5 0
f. Tanyakan kesiapan pasien 3 2
Fase Kerja
Jaga privacy 2 3
Kebersihan tangan 5 0
Ganti selimut pasien dengan selimut/ kain penutup 0 5
Lepas pakaian atas pasien 5 0
Basuh daerah muka lebih dulu menyusul lengan, dada, 2 3
punggung, kaki, lipat paha, dan kemaluan
1. BASUH MUKA
a) Bentangkan perlak kecil dan handuk kecil di bawah 0 5
kepala
b) Tawarkan pasien menggunakan sabun atau tidak 5 0
c) Bersihkan muka, telinga dengan waslap lembab lalu 3 2
di keringkan
d) Gulung perlak dan handuk 0 5
e) Turunkan selimut bagian perut pasien 2 3

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 67


f) Pasang handuk besar di atas dada pasien secara 0 5
melintang dan kedua tangan pasien diletakan diatas
handuk
g) Basahi tangan klien dengan waslap air besar, 5 0
disabun, kemudian dibilas dengan air hangat
(lakukan mulai dari ekstermitas terjauh klien )
2. BASUH DADA DAN PERUT
a) Lepaskan pakaian bawah klien dan menurunkan 2 3
slimut hingga perut bagian bawah, kedua tangan
diletakan di atas bagian kepala, membentangkan
handuk pada sisi klien
b) Basuh ketiak dan dada serta perut dengan waslap 5 0
basah, disabun, kemudian dibilas dengan air hangat
dan dikeringkan, kemudian menutup dengan handuk
3. BASUH PUNGGUNG
a) Miringkan pasien 5 0
b) Bentangkan handuk di belakang punggung hingga 0 5
bokong
c) Basahi punggung hingga bokong 5 0
4. BASUH PUNGGUNG
a) Keluarkan kaki pasien dari selimut mandi dengan 5 0
benar
b) Bentangkan handuk dibawah kaki tersebut, menekuk 5 0
lutut
c) Basahi kaki mulai dari pergelangan sampai pangkal 5 0
paha, disabun, dibilas dengan air bersih, kemudian
di keringkan
d) Lakukan tindakan yang sama untuk kaki yang lain 5 0
5. BASUH DAERAH LIPAT PAHA DAN GENITAL
a) Bentangkan handuk di bawah bokong, kemudian 5 0
selimut mandi bagian bawah dibuka
b) Basahi daerah lipat paha dan genetal dengan air, 5 0
disabun, dibilas, kemudian keringkan
Prosedur
Angkat handuk, membantu mengenakan pakaian bawah klien 5 0
Rapikan klien, ganti selimut mandi dengan selimut tidur 5 0
Fase Terminasi
Evaluasi hasil tindakan 0 5
Pamitan dengan pasien 5 0
Bereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 5 0
Kebersihan tangan 5 0
Dokumentasikan tindakan 0 5
Total 178 51
Presentase 77.72 %
Sumber : SPO Memandikan pasien di tempat tidur di Unit Stroke RSUD
Banyumas
Analisa

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 68


Dari hasil tabel diatas didapatkan bahwa dalam melakukan tindakan memandikan

pasien di tempat tidur termasuk dalam katagori baik yaitu 77.72% .

4. SKP (Sasaran keselamatan Pasien)


Kajian Teori
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. (DepKes, 2006).

Enam sasaran pasien safety


Pasien safety meliputi :
a. Ketepatan identifikasi pasien
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedure, tepat pasien operasi
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan risiko pasien jatuh

a. Ketepatan Identitas Pasien


Kajian teori
Menurut teori identifikasi artinya adalah pengumpulan data dan
pencatatan segala keterangan dengan bukti-bukti dari seseorang sehingga
kita dapat mendapatkan dan mempersamakan keterangan tersebut dengan
individu seseorang dengan kata lain bahwa dengan identifikasi kita dapat
mengetahui identitas seseorang dan dengan identitas tersebut kita dapat
mengenal seseorang dengan membedakan dari orang lain. Setiap pasien
yang berobat ke rumah sakit akan diberikan gelang identitas. Identitas
pasien terdiri dari 3 hal, yaitu nama lengkap pasien, tanggal lahir pasien
dan no rekam medis pasien. gelang identitas juga dibedakan warnanya
yaitu gelang warna biru untuk pasien laki-laki, gelang warna pink untuk
pasien perempuan. Terdapat dua warna stiker tambahan yaitu stiker warna

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 69


merah untuk pasien yang memiliki riwayat alergi, dan stiker warna kuning
untuk pasien yang berisiko jatuh.
Pelaksanaan identifikasi pasien dilakukan pada saat :
1. Sebelum memberikan obat kepada pasien
2. Sebelum memberika transfuse darah dan produk darah
3. Sebelum mengambil sample darah, atau sample lainnya untuk
pemeriksaan
4. Sebelum melakukan tindakan prosedur

Tabel 2.36
Pengukuran Instrumen Pasien Safety : Identifikasi Pasien Ruang Unit Stroke
Center di RSUD Banyumas Periode 02-04 April 2019
N (Jumlah pasien) = 5

NO INDIKATOR YA TDK
1 Pemberian gelang identitas pasien 7 0
2 Identitas gelang pasien sesuai dengan nama, No RM pasien, 7 0
tempat tanggal lahir pasien
3 Identitas gelang pasien sesuai dengan label obat pasien 7 0
4 Perawat menanyakan nama pasien dan mencocokan di gelang 5 0
identitas pasien saat akan akan memberikan obat pasien
5 Perawat menanyakan nama pasien dan mencocokan di gelang 2 3
identitas pasien saat melakukan tindakan, laboratorium,
rongent dan operasi
Jumlah Total 29 6
Persentase 82,8 17,15
5% %
Sumber : Data dari ruang unit Stroke RSUD Banyumas
Analisa

Berdasarkan hasil observasi dan pengisisan ceklist identifikasi pasien yang

ditemukan di ruang unit strok termasuk dalam kategori Kurang yaitu 82,8 %,

namun perlu di tingkatkan untuk indikator yang masih rendah seperti

menanyakan nama pasien dan mencocokan di gelang identitas pasien saat

memberikan obat pasien dan menanyakan nama pasien serta mencocokan di

gelang identitas pasien saat melakukan tindakan.

b. Peningkatan Komunikasi yang efektif

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 70


Kajian Teori
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan

memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia

sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga

tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Suatu komunikasi

yang tidak efektif adalah hal paling sering disebutkan sebagai penyebab

dalam kasus-kasus sentinel. Suatu komunikasi harus tepat pada waktunya,

akurat, komplit, tidak rancu dan dimengerti oleh sang penerima informasi.
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah

komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation,

metode komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover

ke pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang

disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.


SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi

penting yang membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi

terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien.

SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan serah

terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.

Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke

dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR

memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau

tim kesehatan lainnya.

Adapun keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah:

a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.


b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat

paham akan kondisi pasien.


c. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 71


Metode SBAR sama dengan SOAP yaitu Situation, Background,

Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan

oleh semua tenaga kesehatan, diharapkan semua tenaga kesehatan maka

dokumentasi tidak terpecah sendiri-sendiri. Diharapkan dokumentasi

catatan perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga

kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.


a. Situation : Bagaimana situasi yang akan dibicarakan/ dilaporkan.
b. Background: Apa latar belakang informasi klinis yang

berhubungan dengan situasi.


c. Assessment : Berbagai hasil penilaian klinis perawat
d. Recommendation: Apa yang perawat inginkan terjadi dan Kapan.
Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan Ruang unit selama 3 hari ,

komunikasi yang efektif Ruang unit stroke RSUD Banyumas, dapat dilihat

pada tabel di bawah ini


Tabel 2.37
Pasien Safety : Komunikasi Efektif di Ruang unit stroke
Periode 2 -4 april 2019
N (Jumlah pasien)=15

No INDIKATOR YA TDK
1 Komunikasi dalam catatan perawat menggunakan 5 0
SOAP
2 Komunikasi dalam catatan integrasi dokter 5 0
menggunakan SOAP
3 Setelah mengisi catatan integrasi perawat menulis ttd 5 0
dan nama terang
4 Setelah mengisi catatan integrasi dokter menulis ttd 5 0
dan nama terang
5 Setelah mengisi catatan integrasi profesi lain menulis 5 0
ttd dan nama terang
6 Dokumentasi setelah konsul dicatatan terintegrasi 5 0
menggunakan SBAR
Jumlah Total 30 0
Persentase 100% 0%
Sumber : Data dari ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Analisa data :

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 72


Hasil observasi yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa komunikasi efektif

dalam keperawatan di Ruang unit stroke dalam kategori baik yaitu sebanyak 100 %.

c. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai

Kajian teori
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,

pemulihan, peningkatan, kesehatan dan kontrasepsi (Kebijakan Obat Nasional,

Departemen Kesehatan RI, 2005).


Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat yang

diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan sesuai

resep dan selalu menggunakan prinsip 7 benar. Begitu banyaknya pasien yang

berobat ke rumah sakit, banyaknya petugas kesehatan dari berbagai disiplin

ilmu, dan begitu banyaknya prosedur tindakan, memungkinkan dalam

pemberian pengobatan, untuk mencegah hal ini, diperlukan beberapa cara,

yaitu :
1. Mensosialisasikan dan meningkatkan kewaspadaan obat Lool Alike Sound

Alike (LASA) atau istilah Indonesianya nama obat rupa ucapan dan mirip

(NORUM).
2. Menerapkan double check dan counter sign setiap distribusi dan

pemberian obat.
3. Perhatikan agar obat high alert berada di tempat yang aman.
4. Perhatikan prinsip 7 benar dalam pemberian obat, yaitu : benar obat, benar

dosis, benar waktu pemberian obat, benar cara dan tempat pemberian

(route), benar pasien dan benar dokumentasi.

Tabel 2.38

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 73


Pengukuran Instrument Pasien Safety : Keamanan Obat High Alert
Ruang unit stroke selama periode 2-4 januari 2019

No Variabel Ya Tdk
1 Tersedianya loker pemisahan obat antar pasien. 1
2 Pemisah obat norum (nama obat, rupa dan ucapan mirip) 1
3 Penyimpanan obat sesuai indikasi tempat penyimpanan 1
4 Tersedia obat emergency. 1
5 Penyimpanan obat High Alert
a. Tempat penyimpanan terkunci 1
b. Jauh dari tempat pasien. 1
c. Memiliki daftar obat dan jumlah obat-obat High 1
Alert.
6 Adanya etiket obat oral maupun parenteral saat 1
pemberian
7 Etiket obat oral terdiri nama pasien, dan waktu 1
pemberian
8 Etiket obat parenteral terdiri dari nama pasien, nama 1
obat, dan waktu pemberian
9 Pemberian obat oral dan parenteral diletakkan pada 1
khusus tempat obat
10 Pemberian obat oral dan parenteral perawat 1
memperhatikan 5 benar obat : Benar pasien
11 Pemberian obat oral dan parenteral perawat 1
memperhatikan 5 benar obat : Benar Obat
12 Pemberian obat oral dan parenteral perawat 1
memperhatikan 5 benar : Benar dosis
13 Pemberian obat oral dan parenteral perawat 1
memperhatikan 5 benar obat : Benar indikasi
14 Pemberian obat oral dan parenteral perawat 1
memperhatikan 5 benar obat : Benar Cara Pemberian
TOTAL 100%
Sumber: data primer Ruang unit stroke Banyumas
Analisis
Setelah dilakukan observasi selama 3 hari didapatkan keamanan obat

High Alert dikategorikan baik yaitu 85.71%. Penyimpanan obat high alert

sayangnya tidak terkunci. Perawat mengatakan saat menggunakan obat

tersebut selalu dikontrol.

d. Memastikan benar lokasi operasi, benar prosedur, dan benar pasien.


Indikator keselamatan Operasi :
- Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi
operasi dan mengikutsertakan pasin dalam proses penandaan.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 74


- Menggunakan cheklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang
tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, serta seluruh peralatan
yang dibutuhkan tersedia benar dan berfungsi.
- Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time
out sesaat sebelum prosedur time out sesaat sebelum prosedur operasi
dimulai.
Prosedur penandaan lokasi yang akan dioperasi:
- Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tanda pada pasien
adalah operator/ orang yang akan melakukan tindakan.
- Operator yang membuat tanda itu hadir pada operasi tersebut.
- Penandaan titik yang akan dioperasi adalah sebelum pasien
dipindahkan ke ruang dimana operasi akan dilakukan.
- Tanda berupa X dititik yang akan dioperasi.
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Mengurangi resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan. Indikator
usaha menurunkan Infeksi Nosokomial :
- Menggunakan panduan hand hygiene terbaru yang diakui umum.
- Mengimplementasikan program kebersihan tangan yang efektif.
- Semua petugas di rumah sakit termasuk dokter melakukan kebersihan
tangan pada 5 momen yang telahditemukan,yakni :
 Sebelum kontak dengan pasien
 Sesudah kontak dengan pasien
 Sebelum tindakan asepsis
 Sesudah terkena cairan tubuh pasien
 Sesudah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Ada 2 cara cuci tangan yaitu:
- Handwash dengan air mengalir.Waktunya : 40-60 detik
- Handrub dengan gel berbasis alkohol.Waktunya : 20-30 detik

Tabel 2.40
Kebersihan tangan di ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
Periode 2-4 Januari 2019

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 75


HANDWA
HANDRUB MOMENT Seb Seb
Tgl No Profesi SH
HS HS
Ya Tidak Ya Tidak 1 2 3 4 5

02/04/19 1 Perawat X

02/04/19 2 Perawat

03/04/19 3 Perawat

03/04/19 4 Perawat

04/04/19 5 Perawat

Jumlah 3 1 1 1 1 1 1 1 4

Prosentase 80%

Sumber : hasil kuesioner di ruang Unit Stroke RSUD Banyumas


Analisa :
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai kebersihan tangan di ruang unit stroke RSUD

Banyumas pada kategori baik ( 80%).

f. Mengurangi resiko bahaya akibat pasien jatuh.


Kajian teori
Indikator usaha menurunkan resiko cedera karena jatuh:
- Semua pasien baru dinilai resiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan dan
lainnya.
- Hasil pengukuran dimonitor dan ditindak lanjuti sesuai derajat resiko
jatuh pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga
lainnya.
Langkah-langkah :
- Seluruh pasien rawat inap dinilai resiko jatuhnya dengan
menggunakan checklist penilaian resiko.
- Pasien anak memakai formulir checklist penilaian resiko pasien anak,
skala humpty dumpty.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 76


- Pasien dewasa memakai formulir : skala jatuh morse.
- Pasien geriatric memakai formulir :penilaian resiko jatuh pada pasien
geriatri.
- Pengkajian resiko di ulang dilakukan jika ada perubahan kondisi atau
pengobatan.
Urgensi Patient safety :
Tujuan utama rumah sakit adalah merawat pasien yang sakit dengan
tujuan agar pasien segera sembuh dari sakitnya dan sehat kembali,
sehingga tidak dapat ditoleransi bila dalam perawatan di rumah sakit
pasien menjadi lebih menderita akibat dari terjadinya risiko yang
sebenarnya dapat dicegah, dengan kata lain pasien harus dijaga
keselamatannya dari akibat yang timbul karena error. Bila program
keselamatan pasien tidak dilakukan akan berdampak pada terjadinya
tuntutan sehingga meningkatkan biaya urusan hukum, menurunkan
efisisiensi, dll.

Kajian data

Tabel 2.39
Patient Safety: Risiko Jatuh Ruang unit stroke
Periode 2-4 Januari 2019
N (Jumlah pasien)=5
No Pernyataan YA TDK
1 Perawat melakukan pengkajian Risiko Jatuh menggunakan 0 5
SPO RSUD Banyumas
2 Mengatur tinggi rendahnya tempat tidur sesuai dengan 5 0
prosedur pencegahan pasien jatuh
3 Memastikan pagar pengaman tempat tidur dalam keadaan 5 0
terpasang saat pasien sendiri
4 Adanya penanda resiko jatuh 2 3

TOTAL 12 8
PERSENTASE 60% 40%
Sumber: osumber : observasi Ruang unit stroke 2019

Analisa:
Berdasarkan hasil observasi didapat bahwa penatalaksanaan pasien risiko

jatuh di Ruang unit stroke sebesar 60% yang dikategorikan kurang.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 77


Pengkajian resiko jatuh sudah dilakukan oleh perawat tetapi di ruang unit

stroke tidak semua pasien ada tanda segitiga resiko jatuh dan semua pasien

tidak ada stiker kuning penanda resiko jatuh di gelang pasien. Di rekam

medik pasien tidak ada SPO pengkajian resiko jatuh.

5. PPI ( pencegahan dan pengendalian infeksi )


Kajian Teori
Adapun 10 Pilar PPI adalah sebagai berikut:
a) Kebersihan tangan
Tangan merupakan media transmisi patogen tersering di Rumah Sakit.
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat mencegah
penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial.
Kepatuhan terhadap kebersihan tangan merupakan pilar pengendalian
infeksi. Teknik yang digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat
memakai antiseptik, dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol.
Kebersihan tangan merupakan prosedur terpenting untuk mencegah
transmisi penyebab infeksi (orang ke orang;objek ke orang). Banyak
penelitian menunjukkan bahwa cuci tangan menunjang penurunan insiden
MRSA, VRE di ICU.
Cuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama
seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas
di bawah aliran air (Larsan, 2005).
Kapan Mencuci Tangan
(a) Sebelum kontak dengan pasien.
(b) Sebelum tindakan aseptik.
(c) Setelah kontak dengan pasien.
(d) Setelah kontak dengan lingkungan pasien.
(e) Setelah terkena cairan tubuh pasien.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 78


Alternatif Kebersihan Tangan
Handsrub berbasis alkohol 70%:
- Pada tempat dimana akses wastafel dan air bersih terbatas.
- Tidak mahal, mudah didapat dan mudah dijangkau.
- Dapat dibuat sendiri (gliserin 2 ml 100 ml alkohol 70 %)
- Jika tangan terlihat kotor, mencuci tangan air bersih mengalir dan
sabun harus dilakukan.
- Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik,
sehingga jika tangan kotor harus mencuci tangan sabun dan air
mengalir.
- Setiap 5 kali aplikasi Handrub harus mencuci tangan sabun dan air
mengalir.
- Mencuci tangan sabun biasa dan air bersih mengalir sama efektifnya
mencuci tangan sabun antimikroba (Pereira, Lee dan Wade 2007).
- Sabun biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit.
Enam langkah kebersihan tangan :
(a) Langkah 1 : Gosokkan kedua telapak tangan
(b) Langkah 2 : Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan
kanan, dan lakukan sebaliknya.
(c) Langkah 3 : Gosokkan kedua telapak tangan dengan jari-jari tangan
saling menyilang.
(d) Langkah 4 : Gosok ruas-ruas jari tangan kiri dengan ibu jari tangan
kanan dan lakukan sebaliknya.
(e) Langkah 5 : Gosok Ibu Jari tangan kiri dengan telapak tangan kanan
secara memutar, dan lakukan sebaliknya.
(f) Langkah 6 : Gosokkan semua ujung-ujung jari tangan kanan di atas
telapak tangan kiri, dan lakukan sebaliknya.
Tabel 2.54
Sarana Kebersihan Tangan di Ruang Unit Stroke

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 79


Periode 02-04 April 2019
N (Jumlah perawat) = 7
No ITEM HASIL

YA TDK

A Kebersihan tangan dengan handrub

1. Handrub di setiap pintu -

2. Handrub di setiap tempat tidur √

3 Tertulis tanggal dibuka pada kemasan handrub √

4 Tersedia poster 6 langkah kebersihan tangan di √


tempat handrub

5 Tersedia poster 5 momen cuci tangan di tempat √


handrub

B Kebersihan tangan dengan air

1. Tersedia wastafel berfungsi dengan baik √

2. Wastafel tampak bersih, bebas dari peralatan √


lainnya

3. Gagang kran air berbentuk panjang √

4. Tersedia sabun cair pada tempatnya √

5. Tersedia handuk sekali pakai √

6. Tersedia tempat handuk injak di samping √


wastafel

7. Tersedia poster 6 langkah kebersihan tangan di √


wastafel

8. Tersedia poster 5 momen cuci tangan di √


wastafel

Total 12 1

Persentase 92,30% 7,69%

Sumber : Data di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas


Analisa:
Dari hasil observasi sasaran kebersihan tangan perawat Ruang Unit
Stroke dikategorikan baik dalam melakukan sasaran kebersihan tangan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 80


dengan presentase 92,30%, harus tetap ditingkatkan untuk menambahkan
handrub di setiap pintu ruangan sehingga tidak terjadinya infeksi nosocomial.

b) Penggunaan APD
Penggunaan secara rasional dan konsistensi APD yang tersedia
serta higiene sanitasi tangan yang menandai juga akan membantu
mengurangi penyebaran infeksi. Meskipun memakai APD dalah
langkah yang paling kelihatan dalam upaya pengendalian dan
penularan infeksi, namun upaya ini adalah yang terakhir dan paling
lemah dalam hirarki kegiatan IPC. Oleh karena itu jangan
mengandalkan sebagai strategi utama pencegahan. Bila tidak ada
langkah pengendalian administratif dan rekayasa teknis yang efektif,
maka APD hanya memiliki manfaat yang terbatas.

Tabel 2.41
Penggunaan Alat Pelindung Diri di ruang unit stroke RSUD
Banyumas
Periode 2-4 April 2019
Tanggal No Tindakan Masker Penutup Sarung Apron Gaun Sepatu Segera
muka tangan dilepas

02/04/19 1 Memandikan X - X - √ √ √

02/04/19 2 menyuntik - - X - - √ -

03/04/19 3 Oral hygine √ - √ - √ √ √

4 Pemasangan √ - √ - √ √ √
04/04/19
kateter

5 Pemasangan √ - √ - √ √ √
04/04/19
NGT

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 81


Total 19
Jumlah
Prosentase 86,36%

Sumber : hasil kuesioner di ruang unit stroke RSUD Banyumas


Analisa : Penggunaan APD oleh perawat di unit Stroke dikategorikan baik dengan
prosentase (86,36%) dan perawat harus meningkatkan penggunaan APD sesuakain
dengan indikasi dan jenis tindakan.

c) Pengolahan sampah
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan,
pemrosesan, pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah.
Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan
dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi
dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau radioaktif dengan
metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat. Praktek
pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah
pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah
industri.
Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukaan dan
institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daera, sedngkan untuk sampah dari area komersial dan
industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah. Metode
pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, diantaranya
tipe zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan
ketersediaan area.
Tujuan Pengelolaan sampah yaitu
- Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai
ekonomis.
- Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak
membahayakan bagi lingkungan hidup.

Tabel 2.44

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 82


Pengolohan sampah di ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Periode 2-4 April 2019

NO INDIKATOR Tanggal

02-04-2019 03-04-2019 04-04-2019

I TERSEDIA

Tempat sampah kuning


(infeksius) bersih

Tempat sampah hitam (non


infeksius) bersih

safety box berlogo

Tempat sampah besar


bersih

II KEPATUHAN

Plastik sesuai jenis tempat


sampah

Membuang sampah
infeksius (diapers,
pembalut, kassa, blood
set,selang infus, kateter,
sarung tangan, dll) dibuang
ketempat sampah infeksius /
kantong kuning)

Membuang sampah non


infeksius (kertas, tissue,
plastik, pembungkus, spuit,
pembungkus sarung
tangan,dll) dibuang
ketempat sampah non
infeksius / kantong hitam)

Membuang sampah benda


tajam (jarum, pisau,
ampulan, kater, dll) ke
safety box

¾ penuh diikat dan diganti

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 83


Total jumlah 8 8 8

Prosentase 88%

Sumber : hasil kuesioner di ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Anaslisa: Berdasarkan hasil observasi tentang pengelolaan sampah di ruang Unit


Stroke periode 2-4 April 2019, didapatkan hasil bahwa pengelolaan sampah tergolong
baik (88%).

d) Penatalaksanaan linen
Pengertian linen adalah bahan / kain yang digunakan di rumah
sakit untuk kebutuhan pembungkus kasur, bantal, guling dan alat
instrument steril lainnya.
Tabel 2.42
Penatalaksanaan Linen di ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
Periode 2-4 April 2019
NO INDIKATOR TANGGAL

02-04-2019 03-04-2019 04-04-2019

1 Penyimpanan linen bersih


dalam almari bersih,
kering, tertutup

2 Pemakaian linen bersih


dengan system FIFO

3 Troly linen bersih dan siap


pakai

4 Buang limbah yang ada di


tempat tidur sebelum
linen digulung dan
dimasukan ke kantong
plastic

5 Linen kotor masuk


kantong plastik putih

6 Linen terkontaminasi
masuk kantong plastic
kuning

7 Tidak meletakan linen


kotor / terkontaminasi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 84


dilantai, meja, kursi atau
yang lainnya. Linen
kotor/terkontaminasi.

8 Penyimpanan linen kotor


dan terkontaminasi dalam
plastik diikat dan
dimasukan dalam ember
tertutup

Total Jumlah 7 7 7

Prosentase 87,5%

Sumber : hasil kuesioner di ruang Unit Stroke RSUD Banyumas


Analisa: Berdasarkan hasil observasi tentang penatalaksanaan linen di ruang unit
stroke periode 2-4 April 2019, didapatkan hasil bahwa penatalaksanaan di ruangan
tersebut baik (87,7%).

e) Kesehatan karyawan
Keselamatan dan kesehatan adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, hasil karja dan budaya untuk
menuju masyarakat adil dan makmur. Keselamatan dan kesehatan
kerja pada dasarnya mencari dan menggungkapkan kelemahan yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan.

Tabel 2.45
Kesehatan Karyawan di ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
Periode 2-4 April 2019

NO INDIKATOR TANGGAL

02-04-2019 03-04-2019 04-04-2019

1 Petugas berpakaian
bersih dan rapi

2 Bertugas tidak
menggunakan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 85


asesoris dan
berkuku pendek

3 Jalur terpajan
terpasang

4 Petugas
mengetahui jalur
terpajan

5 Petugas segera
lapor jika terpajan

6 Petugas paham
cara menggunakan
benda tajam
( jarum suntik,
scalpel, pisau)

7 Membuang benda
tajam ke safety box

Jumlah 6 6 6

Prosentase 100%

Sumber : hasil kuesioner di ruang Unit stroke RSUD Banyumas

Analisa:

Berdasarkan hasil observasi tentang kesehatan karyawan di ruang Unit Stroke


periode 2-4 April, didapatkan hasil bahwa kesehatan karyawan baik (100%).

f) Etika batuk
Batuk bukanlah suatu penyakit, batuk merupakan mekanisme tubuh
pernapsan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh
terhadap iritasi ditenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu,
asap dan sebagainya. Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan
manusia dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh
akal. Etika batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 86


cara menutup hidung dan mulut dengan tisu atau lengan baju. Jadi
bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain.
Tabel 2.46

Pengkajian Data Pencegahan dan Pengendalian Infeksi : Etika Batuk dan


Bersin tanggal 02-04 April 2019 di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

N (Jumlah perawat)=7

No Aspek yang dinilai 02-04-2019 03-04-2019 04-04-2019

1 Petugas dengan gejala infeksi √


saluran nafas menggunakan masker

2 Menutup hidung dan mulup dengan √ √


tisu/sapu tangan / lengan atas ketika
batuk/bersin

3 Tisu dibuang ke tempat sampah


infeksius

4 Melakukan kebersihan tangan √ √

Total 5

Persentase 100%

Sumber : hasil kuesioner di ruang Unit stroke RSUD Banyumas

Analisa :

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari disimpulkan bahwa


pencegahan dan pengendalian infeksi tentang etika batuk pada petugas kesehatan
sebesar mencapai 100% merupakan kategori baik dan harus selalu
dipertahankan.

g) Teknik menyuntik yang aman


Jarum suntik adalah perangkat yang paling banyak menyebabkan luka
bagi petugas kesehatan .
a. Intruksi penyuntikan oleh dokter.
b. Persiapan meja suntik dengan tersedia diatasnya seperti kapas
alkohol 70% dalam wadah tertutup.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 87


c. Persiapan pasien, cek ulang identitas pasien dan cek ulang riwayat
alergi.
d. Persiapan obat, cek jenis obat, dosis obat, cara pemberian dengan
intruksi penyuntikan.
e. Lakukan tindakan aseptik antiseptik.
f. Lakukan penyuntikan.
g. Cara penyuntikan secara intravena langsung, tentukan vena mana
yang akan disuntik.
h. Tindakan lumbal pungsi
Suatu cara untuk mengambil cairan cerebro spinalis dengan
menusuk jarum pungsi pada celah tulang belakang antara L 3-4
dan antara L 4-5 dengan maksud untuk mengukur tekanan likuor
dan mengurangi tekanan tersebut bila perlu.

Tabel 2.30
Menyuntik Aman
N (Jumlah perawat) = 7

N JENIS ASPEK YANG DINILAI OBSERVASI


o KEGIATAN YA TDK
1 Menyuntik a. Kriteria Pelaksanaan:
Aman. 1. Lakukan kebersihan tangan 6 1
2. Gunakan APD sesuai indikasi (sarung 1 6
tangan non steril)
3. Lakukan desinfeksi pada area insersi 7 0
dengan alkohol 70%
4. Pakai jarum yang steril,sekali pakai pada 7 0
tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan dan terapi
5. Bila memungkinkan sekali pakai vial 7 0
walaupun multi doses
6. Tidak dipebolehkan menggunakn jarum 7 0
atau spuit yang dipakai ulang untuk
mengmbil obat dalam vial multidoses
karena dapat menimbulkan kontaminasi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 88


mikroba yang dapat menyebar saat obat
dipakai untuk pasien lain
7. Lakukan prinsip pemberian obat dengan 6 1
5 benar : benar obat, benar dosis, benar
pasien, benar rute pemberian, benar
waktu pemberian.
8. Lakukan desinfeksi pada area injeksi 7 0
( karet/port injeksi)
9. Lakukan injeksi sesuai petunjuk 7 0
pemberian ( IM,IV,SC)
10. Tidak melakukan recaping 4 3
11. Melakukan recaping dengan tehnik one 7 0
hand (1 tangan) bila terpaksa.
12. Buang spuit injeksi kedalam sefty box 7 0
oleh perawat atau dokter yang
melakukan injeksi
13. Lepas APD ( sarung tangan dan buang 1 6
ke tempat sampah infeksius)
14. Lakukan kebersihan tangan sesuai 5 2
prosedur
15. Lakukan pencatatan dokumentasi pada 6 1
lembar daftar pemberian terapi.

Jumlah Total 90 15
Persentase 85,71
14.28%
%
Sumber : SPO Menyuntik aman di RSUD Banyumas
Analisa
Dari hasil observasi yang telah dilakukan dalam melakukan tindakan keperawatan

menyuntik di ruang unit stroke perawat sudah melakukan tindakan dengan baik dan

benar yaitu mencapai 85,71 % . dan perawat harus meningkatkan pemakaian APD.

Tabel 2.43
Penatalaksanaan Kebersihan Lingkungan di ruang Unit Stroke RSUD
Banyumas
Periode 2-4 April 2019

NO INDIKATOR TANGGAL

02-04-2019 03-04-2019 04-04-2019

I Nurse Station

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 89


1.Minimal debu

2.Barang-barang
tertata rapi

II Kamar Jaga

1.Minimal debu

2.Barang-barang
tertata rapi

III Kamar Pasien

1.Minimal debu

2.Barang-barang
tertata rapi

IV Ruang Obat

1.Minimal debu

2.Barang-barang
tertata rapi

3.Tidak ada obat


kadaluarsa

V Ruang
Dekontaminasi

1.Minimal debu

2.Barang-barang
tertata rapi

VI Dapur

1.Minimal debu

2.Barang-barang
tertata rapi

VII Gudang

1.Minimal debu

2.Barang-barang
tertata rapi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 90


Total Jumlah 15 15 15

Prosentase 100%

Sumber : hasil kuesioner di ruang Unit stroke RSUD Banyumas

Analisa:

Berdasarkan hasil observasi tentang kebersihan lingkungan di ruang Unit stroke


periode 2-4 April 2019, didapatkan hasil kebersihan lingkungan baik (100%).

D. OUTPUT
1. Kepuasan Pasien
Tabel 2.36
Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan
Di Ruang Unit stroke RSUD Banyumas. Periode 2 – 4 april 2019
N (Jumlah pasien) = 5

No Kriteria Ya Tidak
1 Apakah perawat bersikap sopan dan ramah. 5 0
2 Apakah perawat terampil dalam melalukan 5 0
tindakan.
3 Apakah dokternya ramah. 5 0
4 Apakah konsultasi dengan dokter mudah. 5 0
5 Apakah ketetapan diagnose dokter tepat. 5 0
6 Apakah administrasinya jelas dan mudah di 5 0
pahami.
7 Apakah perawat melarang anda atau pengunjung 5 0
merokok diruangan.
8 Apakah perawat menyakan / memperhatikan 3 2
berapa jumlah makanan dan minuman yang biasa
anda/ keluarga anda habiskan.
9 Apakah pasien dan pasien sudah diajarkan SP 5 0
oleh perawat
10 Apabila anda/keluarga anda mengalami kesulitan 5 1
buang air besar apakah perawat menganjurkan
makan buah-buahan, sayuran, minum yang
cukup, banyak bergerak
11 Apakah kamar mandi bersih. 5 0
12 Apakah ruangan tidur anda / keluarga anda selalu 5 0
dijaga kebersihannya dengan di sapu dan dipel
setiap hari.
13 Apakah lantai kamar mandi/ WC selalu bersih, 5 0
tidak licin, tidak berbau dan cukup terang.
14 Apakah alat-alat tenun seperti sprei, selimut 5 0

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 91


diganti setiap kotor.
15 Pada saat anda/ keluarga anda masuk rumah sakit 5 0
apakah perawat memerikan penjelasan tentang
fasilitas yang tersedia dan cara pennggunaannya,
peraturan/ tata tertib yang berlaku dirumah sakit
16 Selama anda/keluarga anda dalam perawatan 4 1
apakah perawat: memanggil nama dengan benar.
17 Selama anda/ keluarga anda dalam perawatan 4 1
apakah perawat mengawasi keadaan anda secara
teratur pagi, sore, maupun malam hari.
18 Dalam perawatan apakah perawat segera 5 0
memberi bantuan bila diperlukan.
19 Apakah perawat bersikap sopan dan ramah 5 0

20 Apakah anda/ keluarga anda mengetahui perawat 2 3


yang bertaggung jawab setiap kali pergantian
dinas.
21 Apakah ruangannya nyaman. 5 0
Jumlah 97 8
Presentase 92,38 7,61
% %
Sumber : Data Observasi di Ruang RSUD Banyumas

Analisa :

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kelompok, didapatkan data

bahwa rata-rata pasien puas dengan pelayanan di ruang Unit stroke yaitu

mencapai 92,38% karena perawat Unit stroke sopan dan ramah, terampil

dalam tindakan, administrasinya mudah, ruangannya bersih, serta perawat

cepat bertindak jika pasien membutuhkan bantuan tetapi sebagian besar pasien

dan keluarga tidak mengetahui perawat yang jaga saat itu.

Tabel 2.37
Kepuasan Kerja Karyawan Ruang unit stroke RSUD Banyumas
N(Jumlah perawat)=
YA TIDAK
No INDIKATOR
1 Gaji Salery
Saya puas dengan sistem pemberian gaji di tempat 7 0
saya bekerja
Gaji yang diterima sesuai dengan pendidikan saya 7 0
2 Kondisi Kerja

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 92


Saya merasa puas dengan kondisi lingkungan kerja 7 0
saya
Kondisi kerja sangat menyenangkan dan nyaman 7 0
3 Kebijakan Rumah Sakit
Saya merasapuas dengan cara rumah sakit 7 0
menerapkan kebijakan yang berlaku
Sanksi yang diterapkan oleh rumah sakit tidak 7 0
merugikan karyawan
4 Hubungan Antar Pribadi
Tingkat kebersamaan diantara rekan kerja lebih 7 0
memuaskan saya
Rekan kerja saya di rumah sakit ini menyenangkan 7 0
5 Supervisi
Komunikasi dengan atasan sangat baik 7 0
Atasan membantu dalam permasalahan yang 7 0
menyangkut pekerjaan
6 Prestasi
Saya puas dengan prestasi kerja saya saat ini 7 0
Saya mendapatkan pengakuan yang selayaknya atas 7 0
prestasi saya
7 Pengakuan
Saya sangat dihargai ditempat kerja 7 0
Atasan saya sangat menghargai hasil kerja saya 7 0
8 Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan yang saya lakukan sesuai dengan job 6 1
description
Saya bisa menyelesaikan tugas-tugas saya selama 7 0
jam kerja
9 Tanggung jawab
Saya merasa puas dengan tingkat tanggung jawab 7 0
dalam pekerjaan yang saya emban
Sebagai perawat saya bertanggung jawab atas 7 0
pekerjaan yang diberikan kepada saya
10 Promosi/ pengembangan karier
Saya puas karena mendapat pelatihan yang sesuai 3 4
untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan saya
Kenaikan posisi/ promosi/ gaji ditandai dengan adil 7 0
dengan memperhatikan masa kerja, kinerja dan
kemampuan.
Total 135 5
Persentase 96.42 % 3.57 %
Sumber : Data Primer Ruang Stroke RSUD Banyumas

Analisa data : berdasarkan hasil tabel diatas mengenai kepuasan perawat di ruang unit
stroke dengan kategori baik (96.42 %).

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 93


2. Efisiensi Ruang Rawat (BOR, LOS, TOI, BTO)
f. Kaji Teori
a. Bed Occupation Rate (BOR)
Masalah Depkes RI (2015), BOR adalah adalah prosentase pemakaian

tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan

gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan dari tempat tidur rumah

sakit. Nilai parameter dari BOR ini idealnya antara 60-85 %

x 100

b. Average Length Of Stay (AvLOS)


Menurut Depkes RI (2015), AvLOS yaitu rata rata lama rawatan seorang

pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi

juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada

diagnosis tertentu yang dijadikan tracer ( yang perlu pengamatan lebih

lanjut). Secara umum nilai LOS ideal antara 6-9 hari

c. Bed Turn Over (BTO)


Menurut Depkes RI (2015), BTO yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur,

berapa kali dalam satu satuan waktu tertentu (biasanya 1 tahun) tempat

tidur rumah sakit dipakai. Indikator ini memberikan gambaran tingkat

efisiensi dari pada pemankaian tempat tidur. Idealnya selama satu tahun,

satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali .

d. Turn Over Interval (TOI)


Yaitu rata-rata hari, tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi ke saat

terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat

efisiensi dari pada penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong

hanya dalam waktu 1-3 hari.

Kajian data

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 94


Tabel 2.
Efisiensi Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
Periode Januari-Maret 2019

No. Bulan BOR LOSS TOI BTO


1. Januari 57.14% 5 hari 4 hari 4x
2. Februari 71.42% 5 hari 2 hari 4x
3. Maret 38.57% 4 hari 7 hari 3x
Jumlah 167,13% 14 hari 15 hari 11x
Rata-rata 55.71% 5 hari 5 hari 4x
Standar 60-85% 6-9 hari 1-3 hari 20-25x
Keterangan Tidak sesuai Tidak Tidak Tidak

standar Sesuai Sesuai Sesuai

standar standar standar


Analisa :
1. BOR diruang unit stroke RSUD Banyumas pada bulan Januari-Maret tahun

2019 adalah 55.71% belum sesuai dengan standar ideal dari Depkes RI (2015)

bahwa BOR idealnya adalah 60-85% termasuk dalam kriteria kurang


2. LOS diruang unit stroke RSUD Banyumas pada bulan Januari-Maret tahun

2019 adalah 5 hari belum sesuai dengan standar ideal dari Depkes RI (2015)

bahwa LOS idealnya adalah 6-9 hari termasuk dalam kriteria kurang
3. TOI (waktu rata-rata satu tempat tidur kosong) diruang unit stroke RSUD

Banyumas pada bulan Januari-Maret tahun 2019 adalah 4 hari tidak sesuai

dengan standar ideal dari Depkes RI (2015) bahwa TOI idealnya adalah 1-3

hari termasuk dalam kriteria sangat baik


4. BTO (Bed Turn Over) atau frekuensi pemakaian tempat tidur di ruang unit

stroke 4x sehingga sudah memenuhi standar ketentuan nilai BTO.


3. Rentang Kendali
Berdasarkan observasi yang kami lakukan, rentang kendal di Ruang Unit

Stroke dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel
Hasil Penilaian Mutu Pelayanan (Instrumen A, B, C)
di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
Periode 02-04 April 2019
No. Aspek Tercapai (%)

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 95


1. Instrumen A 99%
2. Instrumen B 88,69%
3. Instrumen C 59,55%
Rata-rata 82.41%
Analisa :
Berdasarkan hasil tersebut, pada dasarnya hasil dari Instrumen A, B, sudah sangat

baik. Instrumen C memiliki hasil evaluasi yang paling rendah yaitu 59.55%.

BAB III

PERENCANAAN

A. Identifikasi Masalah di Input Proses dan Output


Berdasarkan hasil pengkajian masalah yang dapat diidentifikasi di

ruang unit stroke RSUD Banyumas pada tanggal 2-4 April 2019 kami

mendapatkan masalah sebagai berikut :


Tabel
Daftar Masalah Yang Ditemukan Di Ruang Unit stroke
Pengkajian tanggal 2-4 April 2019

No Masalah Sub masalah Hasil Kriteria

1. SP2KP Pelaksanaan Uraian 100 % Baik


Tugas Kepala Ruang
Penilaian katim 100% Baik

Penilaian kinerja 92,85 % Baik


perawat

Meeting morning 91.66% Baik

Pre- conference 57,77 % Kurang

Post- conference 12,82 % Kurang

Penerimaan pasien 93.55%


baru

Discharge Planing 70.83% Cukup

Admission Care 100 % Baik

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 96


Ronde Keperawatan 0% Kurang

Timbang terima 66,97% Cukup

Rata – rata 71,49% Cukup

2. Instrumen A Proses Asuhan 99 % Baik


Keperawatan

Rata – rata 99% Baik

3. Instrumen B Kepuasan pasien 92,38 % Baik


terhadap mutu
pelayanan

Kepuasan kerja 85 % Baik


karyawan

Rata – rata 88.69% Baik

4. Instrumen C Oral hygine 57,93% Kurang

Alih baring 37,41% Kurang

Pemasangan kateter 75,63 % Baik

SOP Pemberian Obat 77,15% Baik


Oral

Memandikan pasien 77,72 % Baik

Rata – rata 65,16% Kurang

5. Sasaran Identifikasi Pasien 82,85 % Kurang


Keselamatan
pasien

Komunikasi Efektif 100% Baik

Obat high alert 100% Baik

Resiko jatuh 55% Kurang

Rata – rata 84,46 % Baik

6. PPI Kebersihan tangan 86,36% Baik

APD 92,30% Baik

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 97


Pengolahan sampah 88% Baik

Penatalaksanaan linen 87,5 % Baik

Kesehatan karyawan 100% Baik

Etika batuk 100 % Baik

Teknik menyuntik 85,71 % Baik


yang aman

Penatalaksanaan 100 % Baik


kebersihan lingkungan

Rata – rata 92,48% Baik

Sumber: data penilaian ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

B. Skoring
Berdasarkan hasil fungsi pengkajian dan maka ditemukan masalah-

masalah, sehingga dilakukan penyusunan prioritas masalah dan planning of

action yang akan dilakukan pada pasien yang dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.
Prioritas masalah dilakukan dengan metode C.A.R.L (Capability,

Accesbility, Readness, Leverage) dengan menggunakan skor nilai 1-5. Kriteria

C.A.R.L tersebut mempunyai arti.


C : Ketersediaan sumber daya (Dana dan Sarana/ peralatan)
A : Kemudahan, masalah yang diatasi atau tidak diatasi. Kemudahan
dapat didasarkan pada ketersediaan metode/ cara/ teknologi serta

penunjang pelaksanaan seperti peraturan.

R : Kesiapan dari tenaga kesehatan maupun kesiapan sasaran seperti


keahlian/ kemampuan dan motivasi.
L : Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan yang dibahas.
Nilai total merupakan hasil perkalian C x A x R x L, urutan ranking

atau prioritas adalah nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah


Tabel
Prioritas Masalah Berdasarkan Masalah-Masalah Yang Ditemukan
Di Ruang unit stroke RSUD Banyumas
Pada tanggal 2-4 April 2019

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 98


URAIAN PRIORI
NO PROBLEM C A R L SKOR
MASALAH TAS

Pre conference
kadang kadang
1. Pre – Confrence dilakukan karena 5 3 4 4 240 7
kurangnya
motivasi.

2. Post conference Belum optimalnya 4 4 4 4 256 6


waktu
dilakukannya post
conference, karena
masih
digabungkan
dengan operan
jaga dengan shift
selanjutnya

3. Ronde Tidak pernah 5 4 5 4 400 1


keperawatan dilakukannya
ronde keperawatan
diruangan

4. Oral hygine Kurangnya alat 1 4 4 4 4 256 5


karena pinset di
gunakan untuk
beberapa pasien
karena jumlah
pinset yang ada di
ruangan tidak
sebanding dengan
pasien.

5. Alih baring Tidak ada 5 4 4 4 320 4


pengingat perawat
untuk melakukan
alih baring tiap 3
jam sekali

6. Identifikasi Belum maksimal 5 5 4 4 400 2


pasien melakukan
identifikasi pasien

7. Resiko jatuh Tidak ada stiker 5 4 4 4 320 3


kuning di gelang
pasien penanda
resiko jatuh dan
kurangnya
penanda segitiga

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 99


resiko jatuh di
beberapa pasien.

Sumber: kuesioner dan observasi di Ruang unit stroke RSUD Banyumas

Keterangan:

1 : Sangat kurang
2 : Kurang
3 : Cukup
4 : Mampu
5 : Sangat mampu
C. Prioritas Masalah
1. Tidak pernah dilakukannya ronde keperawatan diruangan
2. Belum maksimal melakukan identifikasi pasien
3. Tidak ada stiker kuning di gelang pasien penanda resiko jatuh dan kurangnya

penanda segitiga resiko jatuh di beberapa pasien..


4. Tidak ada pengingat perawat untuk melakukan alih baring tiap 2 jam sekali
5. Kurangnya alat 1 karena pinset di gunakan untuk beberapa pasien karena

jumlah pinset yang ada di ruangan tidak sebanding dengan pasien.


6. Belum optimalnya waktu dilakukannya post conference, karena masih

digabungkan dengan operan jaga dengan shift selanjutnya


7. Pre conference kadang kadang dilakukan karena kurangnya motivasi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 100


D. Analisa SWOT

Tabel

Analisa SWOT Permasalahan Ruang unit stroke RSUD Banyumas

Periode 2-4 April 2019

Internal Eksternal
No. Element
Strength Weakness Opportunity Threats
(Kekuatan) (Kelemahan) (Peluang) (Ancaman)

1. Metode 1. Adanya SOP di ruang 1. Tidak adanya SAK di 1. Adanya kebijakan 1. Adanya kebebasan pers
(SAK / SOP) unit Stroke sebanyak 66 ruangan. Sesuai 10 besar pemerintah tentang yang mengakibatkan
2. Kelengkapan instrumen
penyakit. profesionalisasi mudahnya penyebaran
A 100% 2. Belum lengkapnya SOP
perawat. informasi ke masyarakat
sesuai 10 besar tindakan 2. Adanya kemauan pasien
luas.
keperawatan seperti SOP maupun keluarga untuk 2. Perawat dituntut untuk
EWS, Alih Baring. mengikuti anjuran yang melakukan asuhan
diberikan oleh perawat. keperawatan pada pasien
3. Pengadaan seminar atau
sesuai dengan SAK dan
workshop terkait
SOP.
pelaksanaan SAK 3. Budaya dan keyakinan
masyarakat yang tidak
mendukung pelayanan
kesehatan.
4. Adanya tuntutan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 101


masyarakat dalam
penjelasan penyakit sesuai
dengan SAK yang ada
5. Adanya tuntutan dari
pihak rumah sakit dalam
pengaplikasian SAK dan
SOP.

2. Proses 1. Tersedia fasilitas penanda 1. Pelaksanaan pre dan post 1. Adanya akreditasi 1. Adanya tuntutan model
resiko jatuh di tiang infus conference ruang unit Rumah Sakit yang pelayanan keperawatan
1. SP2KP
2. Adanya filosofi RSUD stroke dalam kategori berakreditasi B. profesional dilaksanakan
- Pre 2. Adanya tuntutan model
Banyumas “keselamatan, kurang 41,27% dan sesuai dengan teori.
Confrence
pelayanan keperawatan 2. Adanya tuntutan terhadap
- Post kesembuhan, dan kepuasan 12,82%
confrence 2. Pelaksanaan ronde professional yang mutu pelayanan
pelanggan adalah
- Ronde
keperawatan dalam dilaksanakan sesuai keperawatan professional
Keperawata kebahagiaan kami”
n kategori kurang dengan dengan S2KP. di Rumah Sakit.
3. Adanya poster pengingat
3. Dukungan manajemen 3. Tuntutan pasien akan
2. Pasien post prosentase 0%
conference yang
safety Tidak adanya SAK dalam meningkatkan keselamatan dan
terpasang
diruangan mutu pelayanan. kenyamana dalam proses
3. Belum ada tanda resiko 4. Adanya tim supervisi
keperawatan.
jatuh pada tempat tidur yang membawahi
atau pintu kepala ruang untuk
mendukung program-
program penunjang.
5. Adanya mahasiswa
ners yang sedang

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 102


praktik manajemen
keperawatan untuk
mengontrol
pelaksanaan patient
safety
6. Lebih meningkatkan
dan menerapkan PPI
7. Adanya mahasiswa
praktik yang menjalani
stase manajemen
keperawatan untuk
meroleplaykan proses
pelaksanaan meeting
morning, pre
conference, post
conference dan
timbang terima.ronde
Keperawatan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 103


D. STRATEGI SWOT

Internal KEKUATAN KELEMAHAN

1. Adanya SOP di ruang Unit Stroke 1. Tidak adanya SAK di ruangan. Sesuai 10
Center sebanyak 66 besar penyakit.
Eksternal 2. Kelengkapan instrumen A 100% 2. Belum lengkapnya SOP sesuai 10 besar
3. Tersedia fasilitas penanda resiko jatuh
tindakan keperawatan seperti SOP EWS,
di tiang infus
Alih Baring.
internal 4. Adanya filosofi RSUD Banyumas
3. Pelaksanaan pre dan post conference
Internal
“keselamatan, kesembuhan, dan
ruang unit stroke dalam kategori kurang
kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan
41,27% dan 12,82%
kami” 4. Pelaksanaan ronde keperawatan dalam
5. Adanya poster pengingat post
kategori kurang dengan prosentase 0%
conference yang terpasang 5. Tidak adanya SAK diruangan
6. Belum ada tanda resiko jatuh pada tempat
tidur atau pintu

Eksternal

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 104


PELUANG SO :. WO :.

1. Adanya kebijakan pemerintah 1. Perawat dan mahasiswa 1. Adanya Tim supervisi memastikan
tentang profesionalisasi perawat. berkerjasama dalam melaksanakan kelengkapan SAK dan SOP guna
2. Adanya kemauan pasien maupun
pasien sasety dan pencegahan pan tercapainya akreditasi rumahsakit.
keluarga untuk mengikuti anjuran 2. Adanya tuntutan model keperawatan
pengendalian infeksi (ppi) untuk
yang diberikan oleh perawat. profesional yang dilakukan sesuai dengan
akreditasi dan peningkatan mutu
3. Pengadaan seminar atau workshop
2. Perawat dan mahasiswa bekerjasama SP2KP menuntut perawat untuk
terkait pelaksanaan SAK
mengenai manajemen ruangan sesuai melakukan SP2KP secara tertib
3. Adanya Seminar atau Workshop terkait
SP2KP
3. Adanya kelengkapan SOP tindakan pelaksanaan SAK, membantu dalam
diruangan Unit Struk menjadi salah penyusunan SAK.
satu syarat akreditasi rumah sakit
4. Adanya Tim Supervisi bisa
mendorong tingkat kepatuhan
perawat pada SOP

ANCAMAN ST : WT :

1. Adanya tuntutan terhadap mutu 1. Tidak adanya SAK 10 besar penyakit


pelayanan keperawatan dan kebebasan diruangan tidak sejalan dengan tuntutan
1. Adanya tuntutan model pelayanan
pers, menuntut perawat untuk patuh masyarakat dalam penejelasan penyakit
keperawatan profesional
pada SAK dan SOP. yang sesuai dengan SAK.
dilaksanakan sesuai dengan teori. 2. Adanya fasilitas penanda resiko jatuh
2. Adanya tuntutan terhadap mutu 2. Perawat dituntut untuk melakukan asuhan
dan post confernce yang terpasang
pelayanan keperawatan keperawatan pada pasien sesuai dengan
memudahkan perawat, pasien dan
professional di Rumah Sakit. SAK dan SOP tetapi SAK tidak tersedia
3. Tuntutan pasien akan keselamatan keluarga sehingga komplikasi
diruangan.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 105


dan kenyamana dalam proses 3. Adanya filosofi RSUD Banyumas 3. Kurang lengkapnya SOP berdasarkan 10
keperawatan. sejalan dengan tuntutan masyarakat besar keperawatan menurunkan tingkat
tentang pelayanan rumah sakit yang keselamatan dan kenyamanan dalam proses
profesional. keperawatan.
4. Adanya tuntutan model pelayanan
keperawatan profesional dilaksanakan
sesuai dengan teori mengharuskan perawat
untuk melaksanakan SP2KP secara optimal.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 106


E. PLAN OF ACTION (POA)

PLAN OF ACTION (POA)

PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN

MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

DI RUANG UNIT STROKE RSUD BANYUMAS


Priori
N Masal Sub tas Uraian Kegiatan Penanggung
Target Waktu Sasaran Biaya
o ah Masalah masal jawab
ah

1 Identif Tidak Pelaksaan identifikasi 1 1. Koordinasi dengan 10 April 1. KaRu Pembuatan Ratnasari
kepala ruang. 2019 2. kaTim
ikasi pernah dapat meningkat 80% label
10 April 3. Perawat
pasien dilakukan menjadi 100% dengan 2. Mencari literature 2019 identitas
Ruang
atau sumber
nya ronde indikator: pasien dan
tentang 11 April
1. semua gelang
keperawa managemen tempat label
2019
identitas berisi 2-3 pasien safety
tan 12 April Rp 23.000
3. Menyiapkan
identitas pasien
diruanga sasaran (label dan 2019
3. perawat menanyakan
tempat label)
n 15-16
nama pasien dan 4. Sosialisasi dengan
perawat tentang April
mencocokan di gelang 2019
manajemen pasien
identitas pasien saat safety. 15-16
5. Melakukan April
akan melakukan
roleplay
tindakan keperawatan 2019

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 107


4. memberikan print 6. Memberi
kesempatan 18-19
label identitas pasien
kepada perawat
April
pada spluit saat untuk
mengaplikasikan 2019
pemberian obat
identifikasi pasien

7. Melakukan
Evaluasi

8. Dokumentasi
2. Resiko Tidak ada Pelaksanaan resiko 2 1. Koordinasi dengan 11 April 1. KaRu Gantungan Rafa
2. kaTim
Jatuh stiker jatuh dapat meningkat kepala ruang. 2019 untuk Afifah
3. Perawat
11 April
kuning di 40 % yang awalnya penanda
2. Mencari literature Ruang
2019
gelang 60% menjadi 100% risiko jatuh
atau sumber
pasien pasien sefety dengan 11 April Rp 13.500
tentang risiko
penanda indikator: 2019
jatuh
1. perawat
resiko
mengaplikasikan 3. Menyiapkan
jatuh dan 11 April
penulisan resiko jatuh sarana yaitu
kurangny 2019
dengan lembar gantungan untuk 16 April
a
penilaian resiko jatuh resiko jatuh, stiker 2019
penanda
2. perawat 16 April
resiko jatuh dan
segitiga
mengaplikasikan 2019
segitiga resiko
resiko
pengidentifikasikan
jatuh.
jatuh di
resiko jatuh pada setiap 4. Sosialisasi dengan 18-19
beberapa
harinya perawat tentang April

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 108


pasien. 3. Memberikan stiker stiker risiko jatuh 2019
5. Melakukan
55% resiko jatuh di gelang
roleplay
pasien dan tempat tidur
6. Memberi
kesempatan
kepada perawat
untuk pasien
risiko jatuh

7. Mengevaluasi
pelaksanaan
penandaan risiko
jatuh
8. Dokumentasi
3 Alih Tidak ada Setelah dilakukan 3 1. Koordinasi dengan 11 April 1. KaRu Jam weaker Safira
2. kaTim
baring pengingat implementasi kepala ruang. 2019 pengingat Rp Amalia P
3. Perawat
11 April
perawat diharapkan 28.000
2. Mencari literature Ruang
Alih baring 2019
untuk
Pelaksanaan alih baring atau sumber 11 April
melakuka
didapat kan hasil tentang alih baring 2019
n alih 3. Menyiapkan 11 April
37,41% diharapkan
baring sasaran 2019
meningkat 42,59%
4. Sosialisasi dengan 16 April
tiap 3
menjadi 80% dengan
perawat tentang 2019
jam
indikator: 16 April
alih baring
sekali 1. menggunakan
5. Melakukan 2019
poster alih baring
roleplay
18-19
yang sudah ada 6. Memberi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 109


2. Penggunaan alat kesempatan April
bantu pengingat kepada perawat 2019
perawat untuk untuk pasien alih
mengingat perawat baring
7. Mengevaluasi
melaksanakan alih
pelaksanaan
baring setiap 2 jam
penggunaan alat
sekali
bantu pengingat
alih baring
8. Dokumentasi
4. Oral Kurangn Pelaksanaan oral 4 1. Koordinasi dengan 11 April 1. KaRu Melengkapi Munova
2. kaTim
hygien ya alat hygine didapat kan kepala ruang. 2019 pinset Anjarwati
3. Perawa
2. Mencari literature 11 April
e karena 1 hasil 57,93% anatomis Rp
t Ruang
atau sumber 2019
pinset di diharapkan meningkat 36.000
tentang oral
gunakan 22,07% menjadi 80%
hygien 11 April
untuk dengan indikator:
3. Menyiapkan
1. Lengkapi pinset 2019
beberapa
sarana seperti
untuk oral hygiene
pasien 11 April
2. Gunakan dua pinset melengkapi pinset
karena 2019
satu pasien dalam oral yang kurang
jumlah 4. Sosialisasi dengan
hygiene 16 April
pinset perawat tentang
2019
yang ada oral hygiene 16 April
5. Melakukan
di 2019
roleplay
ruangan
6. Memberi
tidak 18-19
kesempatan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 110


sebandin kepada perawat April
g dengan dalam pelaksanaan 2019
pasien. oral hygiene
7. Mengevaluasi
pelaksanaan
penggunaan alat
oral hygiene
8. Dokumentasi
5. SP2K Belum Setelah dilakukan 5 1. Koordinasi dengan 16 April 1. KaRu Pembuatan Sefa Budi
2. kaTim
P optimaln implementasi kepala ruang. 2016 poster
3. Perawat
(Post 2. Mencari literature 14 April
ya waktu diharapkan Post pengingat
Ruang
Confer atau sumber 2016
dilakukan Conference post
16 April
ence) dapat dijalankan dari tentang post
nya post conferense
2016
12,82 % menjadi conference
conferenc 16 April Rp 5.000
3. Menyiapkan
51,28% dengan
e, karena 2016
sarana
indicator: 16 April
masih 4. Sosialisasi dengan
1. Penggunaan
2016
digabung perawat tentang
panduan Post 17 April
kan post conference
conference. 2016
5. Melakukan
dengan 2. Perawat 17 April
roleplay
operan melaksanakan pada 2016
6. Memberi
jaga setiap shift
kesempatan
dengan sebelum
kepada perawat
shift pelaksanaan
pelaksanaan post
selanjutn timbang terima
conference
3. Ada alat bantu
ya. 7. Mengevaluasi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 111


pengingat untuk pelaksanaan post
post conference conference

7, SP2K Tidak Setelah dilakukan 1. Koordinasi 16 April 1.KaRu Pembuatan Sefa Budi
2. KaTim
P dilakukan implementasi dengan kepala 2019 poster
3.Perawat
(Pre 14 April
Pre diharapkan ruang. pengingat pre
Ruang
Confer pre Conference 2. Mencari 2019
conferen conferense
dapat dijalankan dari
ence) literature atau
ce setiap 15 April Rp 5.000
57,55 % menjadi
sumber tentang
sift 2019
84,12%
pre conference 15 April
perawat dengan indicator:
3. Menyiapkan
 Penggunaan panduan 2019
sarana 15 April
Pre conference. 4. Sosialisasi
 Perawat 2019
dengan 15 April
melaksanakan pada
perawat 2019
setiap shift setiap
tentang pre
pelaksanaan timbang 16-17
conference
terima/ operan jaga. April
5. Melakukan
2019
roleplay
6. Memberi
kesempatan
17 April
kepada
2019
perawat
pelaksanaan
pre conference
7. Mengevaluasi
pelaksanaan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 112


pre
conferenceMe
mberi
kesempatan
kepada
perawat untuk
melakukan pre
conferen
8. Dokumentasi

8. Discha Pengetah Setelah dilakukan 1. Koordinasi 8 April 1. KaRu Lembar balik Munova
2. KaTim
rd uan implementasi dengan kepala 2019 Rp. 40.000 anjarwati
3. Perawat
planni keluarga diharapkan dischard ruang.
8 April Ruang
2. Mencari
ng tentang planning dapat
2019
literature atau
stroke meningkat yang
sumber tentang
dan awalnya didapatkan
9 April
dischard
penangan 70,83% meningkat
2019
planning
annya 19,17% menjadi 90%
3. Sosialisasi
Dengan indikator:
dirumah
1. Penyuluhan dan dengan
kurang
pendidikan perawat
kesehatan tentang
tentang stroke dischard
dan planning 9 april
penanganannya dengan 2019
2. Cara pemakaian
melakukan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 113


obat penyuluhan 10 April
3. Cara makan dan
tentang stroke 2019
minum/ 10 April
dan
pengaturan diet 2019
penanganannya
4. Cara
4. Menyiapkan
pengarturan
sarana leaflet,
aktivitas dan
powerpoint
11 April
istrirahat 5. Melakukan
2019
roleplay
6. Memberi
kesempatan
kepada
perawat
pelaksanaan
dischard
planning
7. Mengevaluasi
pelaksanaan
dischard
planning
8. Dokumentasi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 114


BAB IV

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Berdasarkan hasil pengkajian dan perencanaan manajemen keperawatan yang


telah dilakukan mulai tanggal 1 April 2019 di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
dilaporkan pelaksanaan dan evaluasi sebagai berikut:

A. Belum Optimalnya Pelaksanaan Identifikasi Pasien


1. Implementasi
Kami berencana meningkatkan identifikasi pasien di Ruang Unit Stroke
dari 82,85% menjadi 100% dengan kenaikan sebesar 17,15%. Penanggung
jawab dalam kegiatan ini adalah Ratnasari.,S.Kep, namun untuk pelaksanaan
dilakukan oleh seluruh rekan profesi Ners dan perawat yang ada di ruangan
Unit Stroke.
Uraian kegiatan yang telah terlaksana di ruang unit Stroke selama 7 hari,
dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.1
Rencana Pelaksanaan Peningkatan Identifikasi Pasien di ruang Unit Stroke
RSUD Banyumas

No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan

10 11 12 15 16 18 19

1. Koordinasi dengan kepala


ruang

2. Mencari literature atau


sumber tentang manajemen
pasien safety

3. Menyiapkan sarana (label dan


tempat label

4. Sosialisasi dengan perawat


tentang manajemen pasien
safety

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 115


5. Melakuakan Role Play

6. Memberi kesempatan kepada


perawat untuk
mengaplikasikan identifikasi
pasien

7. Melakukan Evaluasi

8. Dokumentasi

Sumber : Data primer Mahasiswa Ners UMP 2019

Analisis:

Berdasarkan tabel diatas, rencana kegiatan sudah dilakukan seluruhnya (100%).


Adapun rencana kegiatan sudah sesuai dengan rencana tetapi ada 1 jadwal yang
mundur contohnya dalam menyiapkan sarana yang kurang

2. Evaluasi
Kegiatan evaluasi yang sudah kami lakukan selama 3 hari yaitu tanggal 18-19
April 2019 didapatkan peningkatan hasil setelah dilakukan implementasi
kepada perawat. Adapun hasil evaluasi akan dilihat pada tabel 4.2 sebagai
berikut:

Tabel 4.2
Evaluasi Pelaksanaan Peningkatan Identifikasi Pasien di Ruang Unit Stroke RSUD
Banyumas periode 18-20 April 2019

No Indikator

Ya Tdk

1. Pemberian gelang identitas pasien 7 0

2. Identitas gelang pasien sesuai dengan 7 0


nama, No RM pasien, tempat tanggal
lahir pasien

3. Identitas gelang pasien sesuai dengan 7 0


label obat pasien

4. Perawat menanyakan nama pasien dan 7 0

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 116


mencocokan di gelang identitas pasien
saat akan akan memberikan obat pasien

5. Perawat menanyakan nama pasien dan 7 0


mencocokan di gelang identitas pasien
saat melakukan tindakan, laboratorium,
rongent dan operasi

JUMLAH 35 0

PRESENTASE 100% 0

RATA-RATA 100%

Analisis:
Target peningkatan identifikasi pasien ruangan Unit Stroke sebesar 17,15% dari
82,85% menjadi 100%, setelah dilakukan pelaksanaan identifikasi pasien
didapatkan hasil evaluasi 100 %, dalam hal tersebut terjadi peningkatan sebesar
17,15% yang berarti target sudah tercapai.

3. Faktor pendukung dan kendala


Faktor pendukung yaitu :
1) Dukungan kepala ruang dan perawat ruang Unit Stroke dalam
mengidentifikasi ulang identitas pasien
2) Respon dan penerimaan yang baik dari perawat pada saat sosialisasi
mengidentifikasi ulang identitas pasien
3) Adanya komunikasi yang baik antara perawat dengan mahasiswa
Faktor kendala
Perawat yang sudah hafal nama-nama dan kamar pasien maka dari itu
perawat tidak menanyakan kembali dan mencocokan gelang pasien

4. Kesinambungan
Kepatuhan perawat untuk membiasakan melakukan identifikasi pasien pada
pasien di Ruang Unit Stroke.

B. Kurangnya Penandaan Risiko Jatuh pada pasien

1. Implementasi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 117


Dalam mengoptimalkan pelaksanaan Keselamatan pasien, mahasiswa
telah melaksanakan Plan Of Action (POA) Kurangnya Penadaan Risiko
Jatuh pada pasien sebesar 60% dengan target 100%.

Penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah Rafa afifah, dengan


sasaran rekan yang ada di ruang unit stroke Rsud Banyumas.

Rencana kegiatan yang telah terlaksana di ruang unit stroke Rsud


Banyumas selama 4 hari dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel
Rencana Pelaksanaan Peningkatan resiko jatuh
di ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan

11 16 18 19

1. Koordinasi dengan kepala ruang

2. Mencari literature atau sumber


tentang manajemen pasien safety

3. Menyiapkan sarana yaitu


menyiapka gantungan untuk
segitiga resiko jatuh,stiker resiko
jatuh dan segitiga resiko jatuh

4. Sosialisasi dengan perawat tentang


manajemen pasien safety

5. Melakuakan Role Play

6. Memberi kesempatan kepada


perawat untuk mengaplikasikan
identifikasi pasien

7. Melakukan Evaluasi

8. Dokumentasi

Sumber : Data primer Mahasiswa Ners UMP 2019

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 118


Analisa : Bedasarkan tabel di atas, rencana kegitan sudah di
lakukan seluruhnya (100%). Implementasi yang kamilakukan sudah
sesuaidengan rencana, adapun evaluasi yang kami lakukan selama 2
hari.

2. Evaluasi

Patient Safety: Risiko Jatuh Ruang unit stroke


N (Jumlah pasien)=5

No Pernyataan YA TIDA
K

1 Perawat melakukan pengkajian Risiko Jatuh 5 0


menggunakan SPO RSUD Banyumas
2 Mengatur tinggi rendahnya tempat tidur sesuai 5 0
dengan prosedur pencegahan pasien jatuh
3 Memastikan pagar pengaman tempat tidur dalam 5 0
keadaan terpasang saat pasien sendiri
4 Adanya penanda resiko jatuh 5 0

TOTAL 25 0
PRESENTASE 100% 0
Sumber: sumber : observasi Ruang unit stroke 2019

Analisa :
Target peningkatan resiko jatuh di Ruang Unit Stroke, sebesar 40% dari
60% menjadi 100 % setelah dilakukan pelaksanaan resiko jatuh didapatkan
hasil evaluasi 100 %, dalam hal tersebut terjadi peningkatan sebesar 40%
yang berarti target sudah tercapai.

3. Faktor pendukung
Faktor pendukung yaitu :
4) Adanya Motivasi dari pihak Karu dan katim untuk mengoptimalkan
Patient safety
5) Fasilitas mengenai Patient safety pelaksanaan sasaran keselamatan
pasien resiko jatuh sudah tersedia

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 119


6) Adanya komunikasi yang baik antara perawat dengan mahasiswa
4. Kesinambungan
Kepatuhan perawat untuk membiasakan melakukan pengendalian resiko jatuh
pada pasien di Ruang Unit Stroke. .
C. Belum Optimalnya Pelaksanaan Alih Baring
1. Implementasi
Kami berencana meningkatkan identifikasi pasien diRuang Unit Stroke
dari 37.41% menjadi 80% dengan kenaikan sebesar 42.59%. Penanggung
jawab dalam kegiatan ini adalah Safira Amalia P.,S.Kep, namun untuk
pelaksanaan dilakukan oleh seluruh rekan yang ada di ruangan Unit Stroke.
Uraian kegiatan yang telah terlaksana di ruang unit Stroke selama 7 hari,
dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.1
Rencana Pelaksanaan Peningkatan Alih Baring di ruang Unit Stroke RSUD
Banyumas

No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan


11 16 18 19
1. Koordinasi dengan kepala
ruang
2. Mencari literature atau
sumber tentang alih baring
3. Menyiapkan sarana alih
baring
4. Sosialisasi dengan perawat
tentang alih baring
5. Melakuakan Role Play
6. Memberi kesempatan kepada
perawat untuk
mengaplikasikan alih baring
7. Melakukan Evaluasi
8. Dokumentasi
Sumber : Data primer Mahasiswa Ners UMP 2019

Analisis:

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 120


Berdasarkan tabel diatas, rencana kegiatas sudah dilakukan
seluruhnya (100%). Adapun rencana kegiatan sudah sesuai dengan
rencana yang ada

2. Evaluasi
Kegiatan evaluasi yang sudah kami lakukan selama 3 hari yaitu tanggal
18-19 April 2019didapatkan peningkatan hasil setelah dilakukan implementasi
kepada perawat. Adapun hasil evaluasi akan dilihat pada tabel 4. sebagai
berikut:

Evaluasi Pelaksanaan Alih Baring di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas periode
18-19 April 2019

No Pelaksanaan
Kegiatan
Ya Tidak
Tahap Pra Interaksi
1 Melakukan verifikasi program pengobatan klien 2 5
2 Mencuci tangan 4 3
3 Menempatkan alat didekat pasien dengan benar 3 4
Tahap Orientasi
1 Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik 5 2
2 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada3 4
klien/keluarga
3 Menayakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum2 5
tindakan dilakukan
Tahap Kerja
1 Menjaga privacy pasien 2 5
Merubah posisi dari terlentang ke miring:
2 Menata beberapa bantal disebelah klien 7 0
3 Memiringkan klien kearah bantal yang disiapkan 7 0
4 Menekuk lutut kaki yang atas 7 0
5 Memastikan posisi klien aman 7 0
Merubah posisi dari miring ke terlentang:
6 Menata beberapa bantal di sebelah klien 7 0
7 Menelentangkan klien kearah bantal yang disiapkan 7 0
8 Meluruskan kedua lutut 7 0
9 Memastikan posisi klien aman 7 0
10 Merapikan pasien 4 3

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 121


Tahap Terminasi
1 Mengevaluasi hasil tindakan 3 4
2 Berpamitan dengan pasien 3 4
3 Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula 2 5
4 Mencuci tangan 7 0
5 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan 7 0
TOTAL 103 44
PRESENTASE 70.07% 29.93%

Analisa :

Target pelaksanaan alih baring di Ruang Unit Stroke sebesar 42.59% dari
37.41% menjadi 80%. Setelah dilakukan pelaksanaan terjadi peningkatan sebesar
32.66%. adapun implementasi yang belum dilakukan oleh perawat dalam
melaksanakan alih baring adalah menjelaskan tujuan prosedur tindakan pada pasien
atau keluarga, menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum tindakan dan
mengevaluasi hasil tindakan.

3. Faktor Pendukung dan Kendala

1) Faktor pendukung
a. Dukungan kepala ruang dan perawat di Ruang Unit Stroke dalam
melaksanakan alih baring
b. Respon dan penerimaan yang baik dari perawat pada saat sosialisasi
tentang alih baring
c. Adanya kesadaran dari perawat pentingnya dilakukan alih baring pada
pasien total care di Ruang Unit Stroke
2) Kendala
a. Perawat kurang terbiasa untuk melakukan alih baring dan menyetel alarm
setiap 2 jam sekali
b. Perawat hanya mengajarkan sekali, selanjutnya perawat hanya
mengandalkan keluarga pasien untuk melakukan alih baring.

4. Kesinambungan

a. Kebiasaan perawat untuk membiasakan melakukan alih baring pada


pasien di ruang unit strok

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 122


D. Oral Hygiene
1. Implementasi
Kami berencana meningkatkan pelaksanaan oral hygiene di Ruang
Unit Stroke dari 57,93% menjadi 80% dengan kenaikan sebesar 22,07%.
Penanggung jawab dalam kegiatan ini adalah Munova Anjarwati.,S.Kep,
namun untuk pelaksanaan dilakukan oleh seluruh rekan yang ada di ruangan
Unit Stroke.
Uraian kegiatan yang telah terlaksana di ruang Unit Stroke selama 7 hari,
dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.1
Rencana Pelaksanaan Discharge Planning di ruang Unit Stroke RSUD
Banyumas

Tanggal
No Kegiatan Pelaksanaan
11 16 18 19
1. Koordinasi dengan kepala
ruang
2. Mencari literature atau
sumber tentang oral hygiene
3. Sosialisasi dengan perawat
tentang oral hygiene
4. Menyiapkan sarana seperti
melengkapi pinset yang
kurang
5. Melakukan Role Play
6. Memberi kesempatan kepada
perawat pelaksana melakukan
oral hygiene
7 Mengevaluasi pelaksanaan
oral hygiene
9. Dokumentasi
Sumber : Data primer Mahasiswa Ners UMP 2019

Analisis:

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 123


Berdasarkan tabel diatas, rencana kegiatan sudah dilakukan
seluruhnya (100%). Pelaksanaan kegiatan oral hygiene sudah
dilakukan sesuai dengan perencanaan. Kegiatan pelaksanaan dilakukan
bersama-sama dengan perawat dan rekan kelompok.

2. Evaluasi
Kegiatan evaluasi yang sudah kami lakukan selama 2 hari yaitu
tanggal 18-19 April 2019 didapatkan peningkatan hasil setelah dilakukan
implementasi kepada perawat. Adapun hasil evaluasi akan dilihat pada tabel
sebagai berikut:

Tabel
Oral hygine
Di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
N (perawat): 7
Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
PRE INTERAKSI
Melakukan pengecekan program terapi 7 0
Mencuci tangan sesuai program 7 0
Mendekatkan alat kepasien 7 0
ORIENTASI
Memberi salam dan menyapa nama jika pasien sadar 7 0
Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 7 0
Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien 7 0
KERJA
Menjaga privacy pasien 7 0
Memasang alas dan handuk dibawah dagu pasien 0 7
Memakai sarung tangan, masker dan baju tindakan 7 0
Membasahi deppers menggunakan NaCl dan ditambah cairan 7 0
listerin dengan pinset
Membuka mulut pasien dengan kasa menggunakan pinset 7 0
Membersikan rongga mulut mulai dinding gusi, gigi dan gigi 7 0
luar hingga bersih
Mengolesi bibir bila ada stomatitis di olesi listerin 7 0
menggunakan kasa dengan pinset
Rapikan pasien 7 0
TERMINASI

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 124


Melakukan evaluasi tindakan 7 0
Berpamitan dengan pasien 7 0
Membereskan alat 7 0
Mencuci tangan 7 0
TOTAL 119 7
PERSENTASE 94,4% 5,5%

Analisis :

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan pada perawat di ruang


Unit Stroke didapatkan hasil persentase pelaksanaan oral hygiene sebesar
57,93% yang termasuk kedalam kategori kurang. Berdasarkan hasil evaluasi
pelaksanaan oral hygiene yang dilakukan perawat di ruang Unit Stroke
mengalami peningkatan menjadi 94,4 %. Capaian yang didapatkan sudah
sesuai dengan target yang telah kami terapkan sehingga peningkatan
pelaksanaan discharge planning meningkat menjadi kategori baik yaitu
meningkat menjadi sebesar 36,47%.

3. Faktor pendukung dan kendala


a. Faktor pendukung
1) Adanya dukungan dari kepala ruang, ketua tim dan perawat pelaksana
kepad mahasiswa dan perawat ruang Unit Stroke dalam pelaksanaan
oral hygiene
2) Adanya keinginan dari ketua tim dan perawat pelaksana serta
mahasiswa dalam pelaksanaan oral hygiene
3) Kepala ruang, ketua tim serta perawat pelaksana adanya penerapan
SPO yang dilakukan oleh mahasiswa praktek Manajemen keperwatan
b. Kendala
1) Kurangnya kepatuhan perawat pelaksana dalam oral hygiene saat
mengunakan alat

4. Kesinambunngan

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 125


Diharapkan dengan adanya pembuatan lembar balik dan leaflet yang
berhubungan dengan discharge planning serta dukungan dari kepala ruang.
kegiatan ini dapat terus terlaksana untuk dilakukkannya oral hygiene.

E. Pelaksanaan Pre Conference (57,77%) dan Post Conference (12,82%)


1. Implementasi
Berdasarkan hasil observasi kelompok mengenai Pre Conference dan
Post Confrence di Ruang Unit Stroke, kami berencana meningkatkan Pre
conference dan post conference di Unit Stroke dari pre confrence 57,77%
menjadi 65%, dan post confrence dari 18,82 menjadi 76%.Penanggung
jawab dalam kegiatan ini adalah Sefa budi tri prasetyo namun untuk
pelaksanaan dilakukan oleh seluruh rekan profesi Ners yang ada di Ruangan
Unit Stroke RSUD Banyumas. Uraian kegiatan yang telah terlaksana selama
2 hari kami mengobservasi di Unit Stroke, dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.3
Rencana Pelaksanaan Pre Conference dan Post Conference
Di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

No Tanggal

Kegiatan 15 16 17 18 19

1. Melakukan koordinasi
dengan kepala ruang
mengenai masalah pre
dan post confrerence

2. Mencari literatur atau


sumber tentang Pre dan
post conference

3 Menyusun materi dan


panduan Pre dan post
conference

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 126


4 Mengkonsultasikan
kepada kepala ruang dan
preceptor

5 Mensosialisasikan
dengan perawat tentang
pre dan post conference

6 Melakukan role play


tentang pre dan post
conference

7 Mengobservasi
pelaksanaan pre dan
post conference

Periode 18-19 April 2019

Keterangan :

Hitam: Rencana dan pelaksanaan

Biru : hari libur

Analisis :

Berdasarkan tabel diatas semua kegiatan sudah dilakukan seluruhnya.


Pelaksanaan kegiatan Pre dan Post Conference sudah dilakukan sesuai dengan
perencanaan. Kegiatan pelaksanaan dilakukan bersama-sama dengan perawat
dan rekan kelompok. Kegiatan pelaksanaan dilakukan selama 2 hari dengan
cara mengobservasi perawat saat melakukan pre dan post conference sesuai
dengan prosedur keperawatan manajemen.

2. Evaluasi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan di Ruang
Unit Stroke didapatkan hasil Pre Conference sebesar 84,12% dengan
target awal 65% dan hasi Post Conference sebesar 51,28% dari target

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 127


awal 75%. Hasil presentase yang sudah memenuhi target diharapkan,
evaluasi yang kami lakukan mengenai Pre dan Post Conference sudah
mulai dilakukan dengan baik.
Hasil implementasi Pre Conference telah naik 84,12%% dari
57,77% melalui pengkajian sebagai berikut:

Tabel 4.4
Evaluasi Penilaian Pelaksanaan Pre Conference
Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
Periode 18-19 April 2019

No Aktivitas YA TIDAK
Persiapan
1 Ketua Tim dan perawat 7 2
2 Ketua Tim menyiapkan rekam medik dan buku 7 2
laporan shift pasien dalam tanggungjawabnya
Pelaksanaan
1 Ketua Tim / PJ membuka pre conference dengan 8 1
salam dan berdoa jika belum dilakukan.
2 Semua perawat berkumpul di ruang coverence 6 3
3 Ketua Tim / PJ merencanakan asuhan keperawatan 9 0
pada tiap pasien yang menjadi tanggung jawab
kepada anggota timnya
4 Anggota tim menuliskan semua asuhan 7 2
keperawatan yang direncakan oleh ketua tim di
buku log book masing masing
5 Tutup kegiatan pre conference dengan bacaan 9 0
salam.
TOTAL 53 10
PERSENTASE 84,12 15.87%
%
Sumber : Data Observasi di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Analisa

Berdasarkan target Pre Conference di Ruang Unit Stroke adalah 65%.


Dari hasil pengkajian presentase Pre Conference sebesar 57,77% namun
setelah dilakukan sosialisasi dan demonstrasi tentang Pre Conference

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 128


mengalami peningkatan sebesar 84,12%. Hasil ini menunjukan bahwa
pelaksanaan Pre Conference berjalan dengan baik. Namun pada kegiatan Pre
Conference dari observasi yang telah dilakukan selama 2 hari terdapat
pelaksanaan Pre Conference di RSUD Banyumas, didapatkan dari point
ceklist pada pembagian tugas pada anggota tim jarang dilakukan, hal tersebut
sangat penting karena perawat pelaksana yang bertugas harus sudah siap
dengan tugas dan tanggung jawabnya pada saat shift tersebut, serta
mendiskusikan cara dan strategi keperawatan juga jarang dilakukan hal ini
dilakukan agar dapat membantu memecahkan masalah yang ada di saat shift,
dan memberikan reinforcement dan motivasi juga perlu dilakukan supaya
perawat semangat dalam menjalankan tugas. Hasil implementasi Post
Conference telah naik 51,28% dari 12,82% melalui pengkajian sebagai
berikut:

Tabel 4.5
Evaluasi Penilaian Pelaksanaan Post Conference
Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas
Periode 18-19 April 2019

No Aktivitas YA TIDAK
Persiapan
1 Ketua tim/pj shift dan perawat 6 3
2 Buku hand over 7 6
3 Alat tulis 8 2
4 Buku catatan pribadi / log book 0 9
Pelaksanaan
1 Ketua Tim / PJ membuka post conference dengan bacaan 7 2
salam
2 Kaji ulang data pasien : nama, no RM, medik, tanggal 2 7
lahir
3 Identifikasi program dalam pre conference 6 3
4 Perawat pelaksana menyampaikan hasil asuhan 2 7
keperawatan yang telah dilaksanakan
5 Ceritakan respon pasien dan keluarga dalam menerima 6 3
tindakan keperawatan
6 Diskusikan kendala dalam asuhan keperawatan 7 2

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 129


7 Buat rencana tindak lanjut asuhan yang belum 7 2
dilaksanakan dan yang akan direncanakan ke shift yang
berikutnya
Penutup
1 Mengakhiri post conference dengan doa 1 8
2 Mendokumentasikan post conference 1 8
TOTAL 60 57
PERSENTASE 51,28% 48,71%
Sumber : Data Observasi di Ruang Unit Stroke RSUD Banyumas

Analisa

Berdasarkan target Post Conference di Ruang Unit Stroke adalah 76%. Dari hasil
pengkajian presentase Post Conference sebesar 12,82% namun setelah dilakukan
sosialisasi dan demonstrasi tentang Post Conference mengalami peningkatan sebesar
51,28%. Hasil ini menunjukan bahwa pelaksanaan Post Conference berjalan dengan
cukup baik. Namun pada kegiatan Post Conference dari observasi yang telah
dilakukan selama 2 hari terdapat pelaksanaan Post Conference di RSUD Banyumas,
didapatkan dari point ceklist pada tujuan dilakukan Post Conference jarang dilakukan
hal tersebut sangat penting agar semua anggota lebih tahu mengenai post conference
serta menyimpulkan hasil Post Converence juga jarang dilakukan hal ini agar
mempermudah tindakan dan memberikan reinforcement dan motivasi juga perlu
dilakukan supaya perawat semangat dalam menjalankan tugas.

b) Faktor Pendukung dan Penghambat Pre Conference dan Post Conference


1. Pre Conference
b) Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan dari KaRu, Ka. Tim dan perawat pelaksana
kepada mahasiswa dalam pelaksanaan Pre Conference
2) Adanya keinginan dari Ka. Tim dan perawat pelaksana dalam
pelaksanaan Pre Conference
3) RSUD Banyumas menerapkan program SP2KP yang harus
diselenggarakan disetiap ruangan
4) Perawat mendukung adanya program penerapan SP2KP yang
dilakukan oleh mahasiswa praktek manajemen keperawatan
5) Mahasiswa yang shift pagi datang tepat waktu sehingga Pre
Conference dapat dilaksanakan pukul 07.30 WIB.
c) Faktor Penghambat

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 130


1) Kurangnya pengalaman mahasiswa dalam melakukan role play pre
conference
2) Pada saat pelaksanaan pre confrence bersamaan dengan visit dokter
3) Kurangnya manajemen waktu pada pelaksanaan pre conference
4) Perawat Ruangan Unit Stroke biasanya tidak melaksanakan point
ke4 saat pelaksanaan yaitu perawat Ruangan tidak menuliskan
semua asuhan keperawatan yang direncanakan oleh ketua tim
dibuku log book masing masing.
2. Post Conference
a. Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan dari KaRu, Ka. Tim dan perawat pelaksana
kepada mahasiswa dalam pelaksanaan Post Conference
2) Adanya keinginan dari Ka. Tim dan perawat pelaksana dalam
pelaksanaan Post Conference
b. Faktor Penghambat
1) Ketidak efektifnya waktu untuk melaksanakan kegiatan post
conference
2) Kendala yang dihadapi adalah program ruangan yang banyak
sehingga akan berdamSAK pada post conference yang
akhirnya kurang terlaksana.
3) Saat waktu Post conference tiba, Katim masih mengisi
dokumentasi / status pasien.
d) Kesinambungan
Diharapkan dengan adanya Role Play, Sosialisasi pre conference dan post
conference dan penerapanya sesuai protap ini mampu untuk memotivasi
semua perawat Ruang Unit Stroke dalam pelaksanaan pre conference
sebelum melakukan tindakan keperawatan dan post conference sesudah
melakukan tindakan keperawatan. Dengan begitu tujuan dari pre
conference dan post conference dapat tercapai dan dapat berjalan lebih
optimal lagi pelaksanaannya. Pre dan post conference yang baru
dilakukan saat shif pagi, hendaknya dilakukan juga saat shif siang
maupun malam. Adanya pelaksanaan pre conference dan post conference
diharapkan nanti Ruang Unit Stroke mampu memberikan contoh kepada
ruangan yang lain yang belum melakukan pre conference dan post
conference. Oleh karena itu, sangat diperlukan sekali dukungan dari
KaRu, Ka.Tim dan perawat pelaksana yanga ada di Ruang Unit Stroke

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 131


untuk lebih memaksimalkan lagi kegiatan keperawatan yang sudah
direncanakan.

F. Discharge Planning
1. Implementasi
Kami berencana meningkatkan discharge planning di Ruang Unit Stroke dari
70,83% menjadi 90% dengan kenaikan sebesar 19,17%. Penanggung jawab
dalam kegiatan ini adalah Munova Anjarwati.,S.Kep, namun untuk
pelaksanaan dilakukan oleh seluruh rekan yang ada di ruangan Unit Stroke.
Uraian kegiatan yang telah terlaksana di ruang Unit Stroke selama 7 hari,
dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.1
Rencana Pelaksanaan Discharge Planning di ruang Unit Stroke RSUD
Banyumas

Tanggal Pelaksanaan
No Kegiatan
8 9 10 11 12 13
1. Koordinasi dengan kepala
ruang
2. Mencari literature atau
sumber tentang dischard
planning
3. Sosialisasi dengan perawat
tentang dischard planning
dengan melakukan
penyuluhan tentang stroke
dan penanganannya
4. Menyiapkan sarana leaflet,
powerpoint
5. Melakukan Role Play
6. Memberi kesempatan kepada
perawat pelaksanaan dischard
planning
7 Mengevaluasi pelaksanaan
dischard planning
8. Melakukan Evaluasi

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 132


9. Dokumentasi
Sumber : Data primer Mahasiswa Ners UMP 2019

Analisis:

Berdasarkan tabel diatas, rencana kegiatan sudah dilakukan seluruhnya


(100%). Pelaksanaan kegiatan discharge planning sudah dilakukan sesuai
dengan perencanaan. Kegiatan pelaksanaan dilakukan bersama-sama dengan
perawat dan rekan kelompok..

2. Evaluasi
Kegiatan evaluasi yang sudah kami lakukan selama 2 hari yaitu tanggal
12-13 April 2019 didapatkan peningkatan hasil setelah dilakukan implementasi
kepada perawat. Adapun hasil evaluasi akan dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel
Pelaksanaan Discharge Planning
Di Ruang Unit Stroke Center RSUD
N (Perawat) : 3

No Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
A. PRE INTERAKSI
Mengidentifikasi data pasien (tingkat pendidikan 3
1.
dan pengetahuan pasien/keluarga)
Mengidentifikasi kebutuhan perawatan lanjutan 3
2.
pasien di rumah
3 Membuat rencana interaksi 3
Menyiapkan tempat untuk memberikan 3
4.
discharge planning
Menyiapkan bahan untuk memberikan (pedoman 3
5 pemberian discharge planning, leaflet), surat
control, surat pulang, obat-obatan
B. ORIENTASI
1. Memberi salam dengan senyum. 3
2 Memperkenalkan diri (nama, dan peran perawat) 3
3 Menanyakan perasaan pasien/keluarga 3
4 Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 3
5 Menjelaskan tujuan kegiatan 3

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 133


Menjelaskan perkiraan waktu yang dibutuhkan 3
6
untuk kegiatan pemberian discharge planning
C. KERJA
Memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk 3
1.
mengklarifikasi informasi
Menjelaskan informasi Menyiapkan tempat 3
2. untuk memberikan discharge planning secara
urut sesuai pedoman:
Masalah keperawatan yang perlu tindak lanjut di 3
rumah
Penyuluhan/pendidikan kesehatan: 3
Cara pemakaian obat 3
Cara makan dan minum/pengaturan diet 3
Cara pengaturan aktivitas dan istirahat 3
Periksa ulang/control 3
3 Mengklarifikasi informasi yang telah diberikan 3
Menanyakan kejelasan informasi discharge 3
4 planning yang telah disampaikan pada
pasien/keluarga
D. TERMINASI
Mengevaluasi pengetahuan pasien/keluarga 3
1. tentang informasi discharge planning yang
diberikan.
Memberi reinforcement positif (terima kasih, 3
2.
atas kerjasamanya, dsb) dan
3 Mengakhiri pertemuan dengan salam 3
E. DOKUMENTASI
Perawat dan pasien/keluarga menandatangani 3
1. bukti pemberian discharge planning pada
blangko rekam medic yang telah tersedia.
TOTAL 69 6
PERSENTASE 92% 8%

Analisis :

Berdasarkan hasil observasi yang kami lakukan pada perawat di ruang


Unit Stroke didapatkan hasil persentase pelaksanaan discharge planning
sebesar 70,83% yang termasuk kedalam kategori cukup. Berdasrkan hasil

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 134


evaluasi pelaksanaan discharge planning yang dilakukan perawat di ruang
Unit Stroke mengalami peningkatan menjadi 92 %. Capaian yang didapatkan
sudah sesuai dengan target yang telah kami terapkan sehingga peningkatan
pelaksanaan discharge planning meningkat menjadi kategori baik yaitu
meningkat menjadi sebesar 21,17%.

3. Faktor pendukung dan kendala


a. Faktor pendukung
2) Adanya dukungan dari kepala ruang, ketua tim dan perawat
pelaksana kepad mahasiswa dan perawat ruang Unit Stroke dalam
pelaksanaan discharge planning
3) Adanya keinginan dari ketua tim dan perawat pelaksana serta
mahasiswa dalam pelaksanaan discharge planning
4) Kepala ruang, ketua tim serta perawat pelaksana adanya penerapan
SPO yang dilakukan oleh mahasiswa praktek Manajemen
keperwatan
b. Kendala
2) Kurangnya media untuk menyampaikan discharge planning
3) Kurangnya motivasi perawat pelaksana menggunakan media
leaflet untuk pelaksanaan discharge planning

4. Kesinambunngan
Diharapkan dengan adanya pembuatan lembar balik dan leaflet yang
berhubungan dengan discharge planning serta dukungan dari kepala
ruang.kegiatan ini dapat terus terlaksana saat penerimaan pasien baru dan
selama pasien dirawat serta sebelum pasien pulang di ruang unit stroke.

Stase Manajemen Keperawatan Profesi Ners UMP | 135

Вам также может понравиться