Вы находитесь на странице: 1из 12

Praktikum 6

TITRASI SPEKTROFOTOMETRI
BISMUT DAN TEMBAGA DENGAN EDTA

I. Hari/Tanggal : jumat , 21 November 2014


II. Tujuan
1. Menstandarkan larutan EDTA
2. Mentitrasi secara spektrofotometri

III. Teori
Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang
dibutuhkan untuk bereaksisempurna dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya.
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netralyang
terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian
adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal
pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang
menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan,
dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :

M(H2O)n + L = M (H2O)(n-1) L +H2O

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA,
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi permolekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asam etilena diamina tetraasetat, EDTA) yang
mempunyai dua atom nitrogen – penyumbang dan empat atom oksigen
penyumbang dalam molekul.
(Harrizul Rival.1995)
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.
Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa
pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut.
(Harjadi.1993)

Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg,


Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi
kompleksometri mempergunakanindikator yang juga bertindak sebagai
pengompleks dan tentu saja kompleks logamnyamempunyai warna yang berbeda
dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebutindikator
metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T;
pyrocatecholviolet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN,
zincon, asam salisilat, metafaleindan calcein blue.
(Khopkar. 2002)

Jika suatu zat pengkompleks lain (misalnya NH3) juga terdapat dalam
larutan, maka dalam persamaan (6), [Mn+] akan berkurang karena
pengkompleksan ion logam itu dengan molekul-molekul amonia. Pengurangan
dalam konsentrasi efektif, ini akan mudah ditunjukkan, denganmenampilkan suatu
faktor b, yang didefinisikan sebagai angka banding (dari) jumlah konsentrasi
semua bentuk ion logam yang tak terkomplekkan dengan EDTA terhadap
konsentrasi ion sederhana (terhidrasi). Maka tetapan kestabilan namapak dari
kompleks Logam EDTA, jika kita perhitungkan efek-efek baik dari pH maupun
dari adanaya zat-zat pengkompleks lain, diberikan oleh :

log KHZ = log K - log a - log b

(Basset.1994)
Spektofotometri Adalah perpanjangan dari visual suatu studi mengenai
penyerapan energy cahaya oleh spesies kimia yang memungkinkan kecermatan
yang lebih besar dalam perincian dan pengukuran kuantitatif. Pengukuran
kuantitatif tersebut menggunakan mata manusia dan dengan factor lain yang
memungkinkan studi obeservasi diluar daerah spectrum tampak dan sering kali
eksperimen spektometri dilakukan secara automatic.

Tetapan kesetimbangan reaksi kimia seperti pembentukan hydrogen iodide


dari hydrogen dan iodine dalam fase gas.
H2(g) + F2 (g) = 2HI(g)

Pada umumnya bersifat reversible, dan ketika kecepatan dari reaksi ke depan dan
ke belakang sama, konsentrasi dari reaktan dan produk tetap konstan seiring
berjalannya waktu. Kita akan mengatakan reaksi tersebut telah mencapai
kesetimbangan. Dalam eksperimen ditemukan bahwa reaksi selesai ketika
kesetimbangan telah tercaapai dengan berbagai variasi. Dalam beberapa kasus,
konsentrasi produk jauh lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi reaktan
dalam kasus lain yang terjadi adalah kebalikannya. Konsentrasi kesetimbangan
mencerminkan kecenderungan intrinsic atom untuk hadir sebagai molekul reaktan
dan produk. Meskipun sejauh atau sejumlah reaksi yang memenuhi kondisi
kesetimbangan tersebut bisa menjadi begitu besar, hanya ada satu cara atau
dengan rumus umum dengan yang pada suhu tertentu suatu reaksi pada saat
kesetimbangan. Untuk reaksi umum dala larutan berair :

A(aq) + B(aq) = C(aq) + D(aq)

[ C ][ D ]
Rumus adalah : K=
[ A ][ B ]

Untuk reaksi umum :



aA(aq) + bB(aq) ❑ cC(aq) + dD(aq)
[C ]c [D ]d
Rumus adalah : K=
[ A ]a [B]b

(Underwood.2002)
IV. Prosedur Percobaan
IV.1 Alat dan bahan
 Alat
 Gelas Kimia
 Botol semprot, kaca arloji
 Sendok kaca, gelas ukur
 Spektronik- 20
 Batang Magnet
 pH Meter
 Pengaduk Magnet

 Bahan
 Larutan EDTA 0,1 M
 Larutan Bi3+ 0,01 M
 larutan Cu2+ 0,2 M
 larutan NaOH 5 M
 Asam perklorat asetat padat murni
IV.2 Skema kerja
a. Menstandarkan larutan EDTA

20 ml larutan standar Bi-nitrat

Dimasukkan dalam buret


2 gr asam kloro asetat & 1 mL larutan Cu2+ 0,2 M

Diencerkan sampai tanda batas


Diatur pH menjadi 2 dengan menambahkan NaOH 5M

Larutan

Dimasukkan dalam kuvet dan di tempatkan dalam spectronic dengan A=0 pada panjang gelombang 745 nm

Dituang kembanli dalam gelas kimia

Ditambahkan 0,40 mL larutan EDTA


Kuvet dibilas 2 kali , di isi dengan larutan yang sama diukur A.
Diukur volume EDTA

b. Titrasi spektrofotometri campuran Bismut dan tembaga

Larutan sampel yang


Hasil Pengamatan mengandungBi3+ dan Cu2+
Dilakukan pengerjaan no 1-9 pada no 2
ditambah Larutan tembaga 0,2 M

Dialurkan nilai A yang telah dikoreksi


terhadap volume penitrasi

Dihitung molaritas bismut dan tembaga


dari titik ekivalen

Hasil pengamatan

V. Hasil dan pembahasan


V.1 Hasil
A. Menstandarkan larutan EDTA
Volume EDTA (mL) Absorbansi %T
0,4 0,018 95,7
0,8 0,023 94,7
1,2 0,03 93,2
1,6 0,035 92,2
2 0,037 91,8
2,4 0,038 91,5
2,8 0,038 91,6
3,2 0,036 91,9
3,6 0,038 91,7

B. Titrasi spektrofotometri campuran Bi2+ dan Cu2+


Volume EDTA (mL) Absorbansi %T
0,4 0,002 99,1
0,8 0,015 96,8
1,2 0,014 97
1,6 0,018 96,1
2 0,022 95,1

Panjang gelombang yang digunakan yaitu 745 nm


Warba larutan berubah menjadi biru
*perhitungan
 Konsentrasi EDTA
Titik ekuivalen terjadi pada 2,4 mL penambahan EDTA
Bi3+ + EDTA → Bi-EDTA
[Bi3+] × VBi3+ ¿ [EDTA] × VEDTA
Bi 3+¿
[EDTA] = ¿
¿
¿
0.01 M × 20 mL
= =0,08 M
2,4 mL

 Konsentrasi Bi3+ dan Cu2+ dalam campuran


Titik ekuivalen terjadi pada 2 mL penambahan EDTA
 Konsentrasi Bi3+
Bi3+ + EDTA → Bi-EDTA
[Bi3+] × VBi3+ ¿ [EDTA] × VEDTA
Bi 3+¿
[EDTA] = ¿
¿
¿
0.08 M ×2 mL
= =0,008 M
20 mL

 Konsentrasi Cu2+
Cu2+ + EDTA → Bi-EDTA
[Cu2+] × V Cu2+ ¿ [EDTA] × VEDTA
Cu2+¿
[EDTA] = ¿
¿
¿
0.08 M ×2 mL
= =0,16 M
1 mL
V.2 Pembahasan

Pada percobaan kali ini dilakukan titrasi secara spektrofotometri pada


bismut dan tembaga dengan EDTA sebagai larutan penitran. Titrasi pada
spektrofotometri sama seperti titrasi pada umumnya, selalu ada hubungan linier
konsentrasi data yang didapatkan selama proses titrasi. Perbedaan yang mencolok
antara titrasi konvensional dengan titrasi secara spektrofotometri adalah
penentuan titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Pada titrasi secara
spektrofotometri titik ekuivalen langsung bias dilihat dari plot absorbansi larutan
terhadap volume titran yang ditambahkan sehingga tidak diperlukan indicator lagi.

Pada kedua titrasi tersebut di atas digunakan sinar dengan panjang


gelombang 745 nm, dimana hanya kompleks Cu-EDTA yang menyerap sinar
dengan panjang gelombang tersebut sedangkan senyawa-senyawa lain yang ada
dalam larutan yang sama.: ion Bi3+, Cu2+, EDTA dan kompleks Bi-EDTA tidak
menyerap sinar. Pada titrasi pertama, larutan EDTA yang di standartkan ada dalam
biuret dan di tambahkan kepada larutan standart Bi- nitrat yang mengandung
sedikit Cu-nitrat. Pada titrasi kedua, larutan EDTA di dalam biuret yang telah di
standartkan itu di pakai untuk mentitrasi secara spektrofotometri larutan
cuplikan /sampel yang mengandung campuran Bi-nitrat dan Cu-nitrat. Apabila
EDTA ditambahkan kepada larutan yang mengandung campuran Cu (II) dan
Bi(III), setelah konsentrasi Bi(III) menjadi sangat kecil sekali, baru akan terjadi
reaksi pengkompleksan ion Cu (II) oleh EDTA:

Bi3+ + EDTA Bi-EDTA (Kompleks) Kstab = 1022,8


Cu2+ + EDTA Cu-EDTA (Kompleks) Kstab = 1018,8

(Dimana Kstab = tetapan kestabilan kompleks)

Selama masih ada ion Bi3+ yang akan dikomplekkan, belum akan terjadi
kompleks Cu-EDTA yang menyerap sinar pada 745 nm. Sehingga nilai A larutan
akan tetap nol sampai konsentrasi Bi3+ menjadi sangat kecil. Kemudian akan mulai
terbnetuk kompleks Cu-EDTA yang menyerap sinar pada 745 nm dengan kuat
sekali dan nilai A akan semakin bertambah besar dengan bertambah banyaknya
kompleks Cu-EDTA. Setelah semua ion Cu bereaksi dengan EDTA, maka nilai A
larutan akan tetap constant (tidak bertambah besar) dengan penambahan EDTA
lebih lanjut, oleh karena EDTA tidak menyerap sinar 745 nm.

Sebelum dilakukan titrasi secara spektrofotometri larutan EDTA harus


distandardisasi terlebih daluhulu untuk mengetahui pada penambahan EDTA
berapa mL kah akan terbentuk senyawa kompleks yang stabil.

larutan standar EDTA


0.04
f(x) = 0.01x + 0.02
0.04 R² = 0.73
0.03
0.03
absorbansi

0.02 absorbansi
Linear (absorbansi)
0.02
0.01
0.01
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
volume EDTA

Dari grafik diatas dapat dilihat titik ekuivalen penentuan konsentrasi EDTA
(menentukan larutan standard EDTA) terjadi pada penambahan 2.4 mL EDTA
dengan Absorbansi 0,038.
titrasi spektrofotometri
0.03

0.02 f(x) = 0.01x + 0


R² = 0.82
0.02
absorbansi

absorbansi
0.01 Linear (absorbansi)

0.01

0
0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2
volume EDTA

Sedangkan saat titrasi campuran Bi3+ dan Cu2+ terjadi saat penambahan 2 mL
EDTA dengan absorbansi 0,022. Dari perhitungan diketahui konsentrasi EDTA
saat titik ekuivalen yaitu 0,08 M. Sedangkan konsentrasi Bi dalam campuran yaitu
0,008 M, dan konsentrasi Cu dalam campuran yaitu 0,16 M. Dalam percobaan
bias dikatakan terbentuk kompleks hal ini bias dilihat dari perubahan warna yang
terejadi menjadi biru muda.

Larutan EDTA berfungsi sebagai titran. Struktur molekul EDTA yaitu :

Ikatan pada EDTA, yaitu ikatan N yang bersifat basa mengikat ion H+ dari ikatan
karboksil yang bersifat asam. Jadi dalam bentuk Ianitan pada EDTA ini terjadi
reaksi intra molekuler (maksudnya dalam molekul itu sendiri), maka rumus
senyawa tersebut disebut "zwitter ion". Terlihat dari strukturnya bahwa molekul
tersebut mengandung baik donor elektron dari atom oksigen maupun donor dari
atom nitrogen, sehingga dapat menghasilkan khelat bercincin sampai 6 secara
serempak. Zat pengompleks ligan adalah asam nitriliotriasetat N (CH2COOH)3
Penambahan TCA (triklorida asetat) berfungsi sebagai buffer untuk
menjaga pH larutan tetap 2. Titrasi campuran Bi 3+ dan Cu2+ dengan EDTA ini
harus dilakukan pada pH =2. Pada pH kurang dari 2, titik ekuivalennya tidak akan
jelas, dan pada pH yang lebih dari 2,5 ada kemungkinan Bi 3+ mengendap (sebagai
garam atauhidroksida).

VI. Kesimpulan dan Saran


VI.1 Kesimpulan
a. Saat penambahan EDTA terjadi pembentukan senyawa ion kompleks
ditandai dengan larutan berubah menjadi warna biru muda.
b. Konsentrasi Bi dalam campuran yaitu 0,008 M, dan konsentrasi Cu
dalam campuran yaitu 0,16 M
VI.2 Saran
Ada baiknya praktikan memahami teori dan perosedur kerja sebelum
praktikum dimulai agar praktikum berjalan tertib.
DAFTAR PUSTAKA

Underwood.R.A. Day, JR. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif, edisi 6, Jakarta :


Gramedia.

Basset, J. 1994. / Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC. Penerbit Buku


Kedokteran.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Erlangga.

Khopkar S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Rival, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press.

Вам также может понравиться