Вы находитесь на странице: 1из 45

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ll

“KARSINOMA TIROID”

Disusun oleh :

1. Sofia krismunika (0117065)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2017/2018
KATA PENGANTAR

Pertama – tama penulisinginmengucapkanpujisyukurkehadirat Allah


SWTkarenadenganbimbingandanpetunjuk-Nya kami dapatmenyelesaikanmakalah
“Keperawatan anak I“ merupakansalahsatubahasa yang menarik.
Meskipunsudahcukupbanyakdiskusidanpembahasanmengenaiteorikeperawatan
,namunpenulisinginmemperdalampembahasansejarahdan model
aplikasidalammemberikanasuhankeperawatan yang
menjadipembelajarandalampendidikan.

Selainitupenulisberusahamenulismakalah yang
dapatdiemplementasikansecaranyatasesuaidenganteoridanuntukmemenuhitugaskuliah.
Atasterselesaikannyamakalah “Keperawatan Medikal Bedah II” ini,
penulisberterimakasihkepadaDr. Linda Presti Fibriana,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen
pembimbing, beserta pihak-pihak lain yang
telahmembantudanmendukungatasterselesaikannyaini.

Penulismenyadaribahwaapa yang disajikandalammakalah “Keperawatan


anakI” inimasihterdapatbanyakkekurangan, baikmenyangkutisimaupuntulisan.
Kekurangan-
kekurangantersebutdisebabkanolehketerbatasanpengetahuandankemampuanpenulis,ol
ehkarenaitu, penulismengharapkankritikdan saran yang konstruktifsehingga kami
dapatberbenahdiridandapatmemberikan yang terbaik.

Mojokerto, 24Februari 2019

Penulis

Lampiran 2.LembarPernyataan (dilampirkandalammakalah)


Denganini kami menyatakanbahwa:

Kami mempunyai kopi darimakalahini yang bias kami reproduksijikamakalah yang


dikumpulkanhilangataurusak

Makalahiniadalahhasilkarya kami sendiridanbukanmerupakankarya orang


lainkecuali yang telahdituliskandalamreferensi, sertatidakadaseorangpun yang
membuatkanmakalahiniuntuk kami.

Jikadikemudianhariterbuktiadanyaketidakjujuranakademik, kami
bersediamendapatkansangsisesuaiperaturan yang berlaku.

Mojokerto, 20 Februari 2019

Nama Nim TandaTanganMahasiswa

Sofia Krismunika 0117065


DAFTAR ISI

COVER 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

LAMPIRAN 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 5
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi 7
B. Anatomi dan fisiologi 8
BAB III

KONSEP MEDIS

A. Definisi 18
B. Etiologi
C. Manifestasi klinis
D. Patofisiologi
E. Pathway
F. Gejala kangker thyroid
G. Pemeriksaan diagnostik
BAB III

A.Konsep Asuhan Keperawatan


BAB 1V

A.Contoh Kasus Asuhan Keperawatan Thyroid

DAFTAR PUSTAKA 29

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di


berbagai jarinan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid
merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel di tubuh , membantu mengatur
metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan
normal.

Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan


perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap
dingin, serta pada anak–anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya,
sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia,
tremor, dan kelebihan pembentukan panas.

Fungsi tiroid diatur oleh hormone perangsang tiroid dari hipofisis anterior. Sebaliknya
, sekresi hormone ini sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar
hormontiroid yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui
hipotalamus. Dengan cara ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus
dan sebagian lagi melalui hipotalamus.

B. Rumusan Masalah

1.Apa Karsinoma Tiroid?


2.Apa gejala Karsinoma Tiroid?

c. Tujuan

1.Untuk mengetahui penyakit Karsinoma Tiroid

2. Untuk mengetahui gejala Karsinoma Tiroid

BAB I1

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Kanker tiroid adalah pertumbuhan sel abnormal yang terjadi di dalam kelenjar
tiroid. Tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak pada bagian
depan leher. Kelenjar ini mengeluarkan hormon-hormon yang mengatur
metabolisme, pertumbuhan, suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, berat
badan, dan lainnya.
Ada tiga jenis hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid, antara lain:
● Triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Kedua hormon ini membantu
mengatur metabolisme tubuh. Kelebihan hormon T3 dan T4 bisa
membuat seseorang menjadi overaktif dan berat badan menurun.
Sebaliknya jika kekurangan kedua hormon ini, maka seseorang akan
merasa lemah dan berat badan akan bertambah.
● Calcitonin. Ini adalah jenis hormon yang berfungsi mengatur kadar
kalsium di dalam darah dan membantu proses pembentukan tulang
yang kuat. Hormon ini tidak terlalu memiliki peran kunci dalam menjaga
kesehatan karena tubuh juga memanfaatkan cara lain dalam
mengendalikan kadar kalsium dalam darah.
Kanker tiroid adalah salah satu jenis penyakit yang jarang terjadi. Kondisi ini
umumnya terjadi pada orang yang berusia antara 35-39 tahun dan usia 70
tahun ke atas. Wanita memiliki risiko kanker tiroid tiga kali lipat lebih besar
dibandingkan pria. Meski penyebab pasti kanker tiroid masih belum diketahui,
tapi ada kemungkinan hal ini berkaitan dengan perubahan hormon pada
sistem reproduksi wanita.
Kanker tiroid terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
● Karsinoma papiler. Ini adalah jenis kanker tiroid yang paling umum
terjadi, yaitu sekitar 60 persen dari keseluruhan kasus kanker tiroid, dan
biasanya memengaruhi wanita usia di bawah 40 tahun.
● Karsinoma folikuler. Sekitar 15 persen dari kasus kanker tiroid adalah
jenis ini. Karsinoma folikuler cenderung terjadi pada orang-orang lanjut
usia.
● Karsinoma medular tiroid. Jenis ini terjadi pada sekitar 5-8 persen dari
seluruh kasus kanker tiroid. Yang membedakan dari jenis lainnya adalah
karsinoma medular tiroid umumnya dipengaruhi oleh faktor keturunan.
● Karsinoma tiroid anaplastik. Ini merupakan jenis kanker tiroid yang
paling jarang, namun paling agresif. Kondisi ini hanya terjadi pada 5
persen dari keseluruhan kasus kanker tiroid dan umumnya terjadi pada
usia 60 tahun ke atas.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID


Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang
18 gram.

Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh isthmus.
Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm, lebar 2,5
cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-masing
lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang
berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar tiroid mendapat sirkulasi
darah dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior
merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior
merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat
suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf
adrenergik dan kolinergik. saraf adrenergik berasal dari ganglia servikalis dan
kolinergik berasal dari nervus vagus.

Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit kalsitonin.
Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan oleh
parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang
diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah menjadi
ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan
ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut pompa iodida, yang dapat dihambat oleh
ATP- ase, ion klorat dan ion sianat.

Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin yang kemudian
mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan Diiodotironin (DIT).
Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT yang akan membentuk
Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra iodotironin atau
tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat
oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4
berikatan dengan protein plasma dalam bentuk PBI (protein binding Iodine).

Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah:

a) Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan


metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini
pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testis

b) Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas
dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih
singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat
dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.

c) Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan


saraf dan tulang
d) Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin

e) Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan


kontraksi otot dan menambah irama jantung.

f) Merangsang pembentukan sel darah merah

g) Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh


terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme.

h) Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran


tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat
reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin
adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan
;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan
merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan
sekresi gastrin di lambung.

Pembentukan dan Sekresi Hormon Tiroid Ada 7 tahap, yaitu:

1. Trapping

Proses ini terjadi melalui aktivitas pompa iodida yang terdapat pada bagian basal sel
folikel. Dimana dalam keadaan basal, sel tetap berhubungan dengan pompa Na/K
tetapi belum dalam keadaan aktif. Pompa iodida ini bersifat energy dependent dan
membutuhkan ATP. Daya pemekatan konsentrasi iodida oleh pompa ini dapat
mencapai 20-100 kali kadar dalam serum darah. Pompa Na/K yang menjadi perantara
dalam transport aktif iodida ini dirangsang oleh TSH.

2. Oksidasi

Sebelum iodida dapat digunakan dalam sintesis hormon, iodida tersebut harus
dioksidasi terlebih dahulu menjadi bentuk aktif oleh suatu enzim peroksidase. Bentuk
aktif ini adalah iodium. Iodium ini kemudian akan bergabung dengan residu tirosin
membentuk monoiodotirosin yang telah ada dan terikat pada molekul tiroglobulin
(proses iodinasi). Iodinasi tiroglobulin ini dipengaruhi oleh kadar iodium dalam
plasma. Sehingga makin tinggi kadar iodium intrasel maka akan makin banyak pula
iodium yang terikat sebaliknya makin sedikit iodium di intra sel, iodium yang terikat
akan berkurang sehingga pembentukan T3 akan lebih banyak daripada T4.

3. Coupling

Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang


terbentuk dari proses iodinasi akan saling bergandengan (coupling) sehingga akan
membentuk triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Komponen tiroglobulin beserta
tirosin dan iodium ini disintesis dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekul
tirosin yang terikat pada ikatan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin dibentuk oleh sel-
sel tiroid dan dikeluarkan ke dalam koloid melalui proses eksositosis granula.

4. Penimbunan (storage

Produk yang telah terbentuk melalui proses coupling tersebut kemudian akan disimpan
di dalam koloid. Tiroglobulin (dimana di dalamnya mengandung T3 dan T4), baru
akan dikeluarkan apabila ada stimulasi TSH.

5. Deiodinasi

Proses coupling yang terjadi juga menyisakan ikatan iodotirosin. Residu ini kemudian
akan mengalami deiodinasi menjadi tiroglobulin dan residu tirosin serta iodida.
Deiodinasi ini dimaksudkan untuk lebih menghemat pemakaian iodium.

6. Proteolisis

TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior akan merangsang pembentukan vesikel
yang di dalamnya mengandung tiroglobulin. Atas pengaruh TSH, lisosom akan
mendekati tetes koloid dan mengaktifkan enzim protease yang menyebabkan pelepasan
T3 dan T4 serta deiodinasi MIT dan DIT.

7. Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)

Proses ini dipengaruhi TSH. Hormon tiroid ini melewati membran basal dan kemudian
ditangkap oleh protein pembawa yang telah tersedia di sirkulasi darah yaitu Thyroid
Binding Protein (TBP) dan Thyroid Binding Pre Albumin (TBPA). Hanya 0,35% dari T4
total dan 0,25% dari T3 total yang berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3 dengan
TBP kurang kuat daripada ikatan T4 dengan TBP. Pada keadaan normal kadar T3 dan
T4 total menggambarkan kadar hormon bebas. Namun dalam keadaan tertentu jumlah
protein pengikat bisa berubah. Pada seorang lansia yang mendapatkan kortikosteroid
untuk terapi suatu penyakit kronik cenderung mengalami penurunan kadar T3 dan T4
bebas karena jumlah protein pembawa yang meningkat. Sebaliknya pada seorang
lansia yang menderita pemyakit ginjal dan hati yang kronik maka kadar protein
binding akan berkurang sehingga kadar T3 dan T4 bebas akan meningkat.

Efek Primer Hormon Tiroid

Sel-sel sasaran untuk hormon tiroid adalah hampir semua sel di dalam tubuh. Efek
primer hormon tiroid adalah:

a) Merangsang laju metabolik sel-sel sasaran dengan meningkatkan metabolisme


protein, lemak, dan karbohidrat.
b) Merangsang kecepatan pompa natrium-kalium di sel sasaran.Kedua fungsi
bertujuan untuk meningkatkan penggunaan energi oleh sel, terjadi peningkatan laju
metabolisme basal, pembakaran kalori, dan peningkatan produksi panas oleh setiap sel.

c) Meningkatkan responsivitas sel-sel sasaran terhadap katekolamin sehingga


meningkatkan frekuensi jantung.

d) meningkatkan responsivitas emosi.

e) Meningkatkan kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan


kontraksi otot rangka.

f) Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal semua sel
tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.

Pengaturan Faal Tiroid

Ada 3 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :

1. TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)

Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis, dan dibuat di
hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya prolaktin, kadang-kadang juga Follicle
Stimulating Hormone(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).

2. TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)

TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel tiroid
(TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan trapping,
peningkatan iodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon
meningkat.

3. Umpan balik sekresi hormon

Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3 selain berefek
pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi
kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.

Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus menghasilkan Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan
kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar
hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit, jika kadar hormon tiroid
dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH.

Evaluasi Kelenjar Tiroid

Pada pasien yang mengalami pembesaran kelenjar tiroid (goiter), pemeriksaan kelenjar
sangatlah penting dan dapat ditunjang dengan memilih tes fungsi tiroid yang optimal,
seorang ahli bedah harus mengetahui metode yang sistematis untuk melakukan
pemeriksaan, yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah besar, konsistensi,
penampang, perlengketan pada trakea dari kelenjar tiroid, serta melakukan palpasi
pada KGB daerah servikal.

Serum T3, T4, TSH dapat diperiksa secara akurat dengan radioimmunoassay, T4 juga
dapat diperiksa dengan metode competitive protein binding. Dengan tes sensitive TSH
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan pasien dengan hipertiroid atau hipotiroid,
Pengukuran T3RU secara in vitro dapat secara langsung mengetahui konsentrasi dari
tiroksin binding globulin di dalam serum.

Pengukuran serum T4 dan TSH menggunakan tes sensitive tinggi TSH merupakan cara
terbaik dalam menentukan fungsi tiroid, pengukuran T3 biasanya di barengi dengan
pemeriksaan T3RU untuk mengkoreksi pertukaran ikatan protein. Sebagai contoh
pada pasien yang hamil atau sedang mengkonsumsi esterogen yang tinggi terdapat
peningkatan T4 tetapi T3Runya menurun, jadi nilai tiroid indexnya normal (T4 x
T3RU). Pengukuran kadar T3 dilakukan pada pasien dengan kecurigaan
hipertiroidism.

BAB III

KONSEP MEDIS

1. Definisi

Kanker tiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering dijumpai dan


diperkirakan 1,1% dari seluruh keganasan manusia. Pada tahun 2004 American
Cancer Society memperkirakan terdapat lebih kurang 22.500 kasus baru kanker tiroid
di Amerika Serikat. Dimana perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 3 : 1,
dengan estimasi 16.875 kasus pada perempuan dan 5.625 kasus pada laki-laki.1 Di
Indonesia dari registrasi Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia didapatkan
kanker tiroid menempati urutan ke 9 dari 10 kanker terbanyak (4,43%).2 (Jurnal,
Oktahermoniza, 2013)

Kanker tiroid umumnya tergolong tumor dengan pertumbuhan dan perjalanan


penyakit yang lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah, terutama pada
kanker tiroid tipe papiler.3 Mortalitas paling rendah pada individu dengan usia
dibawah 50 tahun dan meningkat tajam pada usia di atasnya, namun sebagian kecil ada
pula yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis yang fatal.4 Angka
rekurensi tumor umum pada kanker tiroid tipe papiler, berkisar setinggi 30% jika
terapi awal tidak komplit.3 Angka kematian akibat kanker tiroid 0,4% dari semua
kematian akibat kanker atau berkisar 5 kematian per sejuta penduduk pertahun.
Angka ketahanan hidup lima tahun relatif kanker tiroid adalah 96%.5 Tujuan utama
tata laksana kanker tiroid adalah memperkecil resiko rekurensi dan metastasis jauh,
sehingga bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penderita. Terapi utama
dalam tata laksana kanker tiroid adalah operasi, sedangkan terapi adjuvan adalah
ablasi tiroid dengan iodine radioaktif, supresi thyrotropin dan radiasi
eksternal. (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)

2. Etiologi

Radiasi eksternal kepala, leher, atau dada pada bayi dan anak-anak meningkatkan
resiko karsinoma tiroid. Terapi radiasi kadang-kadan dilakukan untuk mengecilkan
jaringan tonsil dan adenoid yang membesar, mengobati jerawat, atau mengurangi
pembesaran kelenjar timus. Bagi individu yang terkena rradiasi eksternal dalam usia
kanak-kanak terdapat peningkatan insiden kanker tiroid dalam 5 hingga 40 tahun
sesudah penyinaran akibatnya, individu yang menjalanii terapi radiasi harus
berkonsultasi dengan dokter dan meminta pemeriksaan pemindai isotoptiroid sebagai
bagian dari pemeriksaan evaluasi, mengikuti terapi yang di anjurkan untuk kelainan
pada kelenjar tersebut serta melajutkann ppemeriksaan umum atau check-up setiap
tahun sekali jika semua hasil pemeriksaannya normal. ( Brunner & Suddarth. 2001)

3. Manifestasi klinis

Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di
dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker
tiroid. (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)

a. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.

b. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.

c. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat


ditemukan selama pemeriksaan fisik.

d. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.

e. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.

f. Adanya pembengkakan pada leher

g. Kesulitan menelan

4. Patofisiologi

Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium radio aktif dibandingkan dengan


kelenjar tiroid normal yang terdapat di sekelilingnya. Oleh karena itu, bila dilakukan
scintiscan, nodula akan tampak sebagai suatu daerah dengan pengambilan yang
kurang, suatu lesi dingin. Teknik diagnostik lain yang dapat digunakan untuk diagnosis
banding nodula tiroid adalah ekografi tiroid. Teknik ini memungkinkan membedakan
dengan cermat antara massa padat dan massa kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat,
sedangkan massa kistik biasanya merupakan kista jinak.

Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya ada satu nodula
yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan berhubungan dengan
limfadenopati satelit.

Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat dibedakan
menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik dengan kecepatan
pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan tinggi, dan suatu
kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal. Terdapat empat jenis
kanker tiroid menurut sifat morfologik dan biologiknya : papilaris, folikularis,
medularis, dan anaplastik.

Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras, tunggal, “dingin”
pada scan isotop, dan “padat” pada ultrasonografi tiroid, yang sangat berbeda dengan
bagian-bagian kelenjar lainnya. Pada goiter multinodular, kanker berupa “nodul
dominan” lebih besar, lebih keras dan jelas dari bagian sekelilingnya. Kira-kira 10%
karsinoma papiler, terutama pada anak-anak, disertai pembesaran kelenjar getah
bening leher, tapi pemeriksaan teliti biasanya akan mengungkapkan nodul “dingin”
pada tiroid. Jarang, akan perdarahan, nekrosis dan pembentukan kista pada nodul
ganas tetapi pada ultrasonografi tiroid, akan terdapat echo interna yang berbatas jelas
yang berguna untuk lesi ganas semi kistik dari “kista murni” yang tidak ganas.
Akhirnya, karsinoma papiler dapat ditemukan tanpa sengaja sebagai suatu fakus
kanker mikroskopik di tengah-tengah kelenjar yang diangkat untuk alasan-alasan lain
seperti misalnya : penyakit graves atau goiter multinodular.

Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid teratur pada
“vascular stalk”, dengan penonjolan papil ke dalam ruang mikroskopis seperti kista.
Inti sel besar dan pucat sering mengandung badan inklusi intra nukleus yang jelas san
seperti kaca. Kira-kira 40% karsinoma papiler membentuk bulatan klasifikasi yang
berlapis, sering pada ujung dari tonjolan papil disebut “psammoma body”, ini biasanya
diagnostik untuk karsinoma papiler. Kanker ini biasanya meluas dengan metastasis
dalam kelenjar dan dengan invasi kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada
pasien tua, mereka bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal kedalam otot dan
trakea. Pada stadium lebih lanjut, mereka dapat menyebar ke paru. Kematian biasanya
disebabkan penyakit lokal, dengan invasi kedalam pada leher, lebih jarang kematian
bisa disebabka metastasis paru yang luas. Pada beberapa penderita tua, suatu
karsinoma papiler yang tumbuh lambat akan mulai tumbuh cepat dan berubah
menjadi karsinoma anaplastik. Perubahan anaplastik lanjut ini adalah penyebab
kematian lain dari karsinoma papiler, banyak karsinoma papiler yang mensekresi
tiroglobulin, yang dapat digunakan sebagai tanda rekurensi atau metastasis kanker.
Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel kecil walaupun
pembentukan koloid buruk. Memang karsinoma folikular bisa tidak dapat dibedakan
dari adenoma folikular kecuali dengan invasi kapsul atau invasi vaskular. Tumor ini
sedikit lebih agresif daripada karsinoma papilar dan menyebar baik dengan invasi
lokal kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh darah disertai metastasis jauh
ke tulang atau paru. Secara mikroskopis, sel-sel ini berbentuk kuboid dengan inti besar
yang teratur sekeliling folikel yang sering kali mengandung koloid. Tumor-tumor ini
sering tetap mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasi iodium radioaktif untuk
membentuk tiroglubulin dan jarang, untuk mensintesis T3 dan T4. Jadi, kanker tiroid
yang berfungsi yang jarang ini hampir selalu merupakan karsinoma folikular.
Karakteristik ini membuat tumor-tumor ini lebih ada kemungkinan untuk memberi
hasil baik terhadap pengobatan iodin radioaktif . Pada penderita yang tidak diobati,
kematian disebabkan karena perluasan lokal atau karena metastasis jauh mengikuti
aliran darah dengan keterlibatan yang luas dari tulang, paru, dan visera.

Suatu varian karsinoma folikular adalah karsinoma “sel Hurthle” yang ditandai
dengan sel-sel sendiri-sendiri yang besar dengan sitoplasma yang berwarna merah
muda berisi mitokondria. Mereka bersikap lebih seperti karsinoma papilar kecuali
mereka jarang ada ambilan radioiodin. Karsinoma campuran papilar dan folikular
lebih seperti karsinoma papilar. Sekresi tiroglobulin yang dihasilkan oleh karsinoma
folikular dapat digunakan untuk mengikuti perjalanan penyakit.

Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular) yang berasal dari
badan brankial utama dan mampu mensekresi kalsitonin, histaminase, prostaglandin,
serotonir, dan peptida-peptida lain. Secara mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-
lapisan sel-sel yang dipisahkan oleh substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid
terdiri dari rantai kalsitonin yang tersusun dalam pola fibril atau berlawanan dengan
bentuk-bentuk lain amiloid, yang bisa mempunyai rantai ringan imunoglobulin atau
protein-protein lain yang dideposit dengan suatu pola fibri.

Karsinoma medular lebih agresif daripada karsinoma papilar atau folikular tetapi
tidak seagresif kanker tiroid undifferentiated. Ini meluas secara lokal ke kelenjar getah
bening dan ke dalam otot sekeliling dan trakea. Bisa invasi limfatik dan pembuluh
darah dan metastasisi ke paru-paru dan visera.kalsitonin dan antigen
karsinoembrionik (CEA = Carsinoembryonic antigen) yang disekresi oleh tumor adalah
tanda klinis yang membantu diagnosisdan follow-up. Kira-kira sepertiga karsinoma
medular adalah familial, melibatkan kelenjar multipel (Multiple Endocrin neoplasia
tipe II = MEN II, sindroma sipple). MEN II ditandai dengan dengan karsinoma
medular, feokromositoma, dan neuroma multipel pada lidah, bibir, dan usus. Kira-kira
sepertiga dalah kasus keganasan semata. Jika karsinoma medular di diagnosis dengan
biopsi aspirasi jarum halus atau saat pembedahan, maka penting kiranya pasien
diperiksa untuk kelainan endokrin lain yang di jumpai pada MEN II dan anggota
diperiksa untuk adanya karsinoma medular dan juga MEN II. Pengukuran kalsitonin
serum setelah stimulasi pentagastrin atau infus kalsium dapat digunakan untuk
skrining karsinoma medular. Pentagastrin diberikan per intravena dalam bentuk bolus
0,5µg/kg, dan contoh darah vena diambil pada menit 1, 3, 5, dan 10. Peningkatan
abnormal kalsitonin serum pada menit ke 3 atau 5 adalah indikatif adanya keganasan.
Gen untuk MEN Iia telah dilokalisasi pada kromosom 10, dan sekarang
memungkinkan menggunakan pemeriksaan DNA polimorfik dan polimorfisme panjang
fragmen terbatas untuk identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi anggota keluarga
yang membawa gen ini dapat diidentifikasi dan diperiksa sebagai orang berisiko tinggi
untuk timbulnya sindroma ini.

Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasuk karsinoma sel


kecil, sel raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada pasien-pasien tua dengan
riwayat goiter yang lama dimana kelenjar tiba-tiba dalam waktu beberapa minggu atau
bulan mulai membesar dan menghasilkan gejala-gejala penekanan, disfagia atau
kelumpuhan pita suara, kematian akibat perluasan lokal yang biasanya terjadi dalam
6-36 bulan. Tumor-tumor ini sangat resisten terhadap pengobatan. (Jurnal,
Oktahermoniza, 2013)

5.pathway
6.Gejala Kanker Tiroid
Pada tahapan awal, kanker tiroid jarang menimbulkan gejala, bahkan cenderung tidak
ada sama sekali. Namun, jika sudah memasuki tahap lanjutan, kanker tiroid seringkali
ditandai dengan munculnya benjolan atau pembengkakan pada bagian depan leher,
lebih tepatnya di bawah jakun, dan biasanya tidak terasa sakit.
Ada beberapa gejala lain yang muncul setelah kanker memasuki stadium lanjutan, di
antaranya:
● Sakit tenggorokan.
● Kesulitan dalam menelan.
● Suara menjadi serak dan tidak membaik setelah beberapa minggu.
● Rasa sakit pada bagian leher.
● Pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher.
Tidak semua benjolan yang muncul pada kelenjar tiroid disebabkan oleh kanker tiroid.
Sebagian besar pembengkakan kelenjar tiroid disebabkan oleh kondisi yang dikenal
dengan istilah penyakit gondok. Kondisi ini disebabkan oleh hipertiroidisme (terlalu
banyak hormon T3 dan T4) atau hipotiroidisme (kekurangan hormon T3 dan T4).

7. Pemeriksaan diagnostik

Menurut ( Brunner & Suddarth. 2001)

a. Pemeriksaan Laboratorium.

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada
yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid
dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

b. Radiologis

a. Foto X-Ray

Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat


obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor.
Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus
yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih
jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis
karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk
survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto
barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.

b. Ultrasound

Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun
cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih
sederhna dan murah.

c. Computerized Tomografi

CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat


membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid

d. Scintisgrafi

Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.
Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai
penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.

b.Biopsi Aspirasi

Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur
diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan
mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang,
sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur
sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma
anaplastik dan karsinoma meduler.

8. Komplikasi

Menurut (Jurnal, Oktahermoniza, 2013)


Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :

a. Perdarahan

Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan


penggunaan drain pada pasien setelah operasi.

b. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan


embolisme udara.

c. Trauma pada nervus laringeus rekurens

Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.

d. Sepsis yang meluas ke mediastinum

Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga antibiotik
tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi.

9. Penatalaksanaan

Mnurut ( Brunner & Suddarth. 2001)

1. Terapi

Terapi pilihan untuk karsinoma titoid adalah pembedahan untuk mengangkat tumor
tersebut.tiroidektomi total atau hampir total di lakukan bila keadaan
memungkinkan.Tindakan dikseksi leher yang lebih luas di lakukan jika metastase telah
menyampai kelenjar lipe.jaringan paratiroid di upayakan untuk tidak terangkat guna
mengurangi resiko hipokalsemia pasca operatif dan tetanus.sesudah pembedahan
,tindakan ablasi di laksanakan untuk menlenyapkan jaringan tiroid yang tersisa bila
tumor tersebut bersifat radiosensitif.iodium radiatif juga meningkatkan peluang untuk
menemukan metastatis tiroid di kemudian hari bila pemeriksaan pemindai seluruh
tubuh (whole bodi scan) di lakukan.sesudah pembedahan ,hormon tiroid di berikan
dengan dosis supresi untuk menurunkan kadar TSH hingga tercapai keadaan
eutiroid.jika jaringan tiroid yang tertinggal tidak cukup untuk menghasilkan hormon
tiroid dengan jumlah memadai,maka preparat tiroksin di butuhkan secara permanen.

Radiasi pada kelenjar tiroid atau jaringan leher dapat di lakukan beberapa jalur :
pemberian peroral dan lewat pemberian eksternal terapi radiasi.pasien yang mendapat
sumber sumber eksternal terapi radiasi menghadapi resiko untuk mengalami
mukositis,kekeringan mulut,dispagia,kemerahan kulit,anoreksia,dan kelelahan
kemoterapi jarang di gunakan dalam pengobatan kanger tiroid.

2. Tiroidektomi
Tiroidektomi parsial atau total dapat di laksanakan sebagai terapi primer terhadap
karsinoma tiroid,hipertiroidisme atau hipertiroidisme tipe dan luas operasi bergantung
pada hasil diagnosis,tujuan pembedahan hasil pronogsis

Peran perawat adalah dalam penatalaksanaan Pre-Operatif, Intra Operatif dan Post
Operasi:

a. Penatalaksanaan Pre Operasi yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut:

1. Inform Concern (Surat persetujuan operasi) yang telah ditandatangani oleh


penderita atau penanggung jawab penderita

2. Keadaan umum meliputi semua system tubuh terutama system respiratori dan
cardiovasculer

3. Hasil pemeriksaan / data penunjang serta hasil biopsy jaringan jika ada

4. Persiapan mental dengan suport mental dan pendidikan kesehatan tentang


jalannya operasi oleh perawat dan support mental oleh rohaniawan

5. Konsul Anestesi untuk kesiapan pembiusan

6. Sampaikan hal-hal yang mungkin terjadi nanti setelah dilakukan tindakan


pembedahan terutama jika dilakukan tiroidectomi total berhubungan dengan minum
suplemen hormone tiroid seumur hidup.

b. Penatalaksanaan Intra Operasi Peran perawat hanya membantu kelancaran


jalannya operasi karena tanggung jawab sepenuhnya dipegang oleh Dokter Operator
dan Dokter Anesthesi.

c. Penatalaksanaan Post Operasi (di ruang sadar)

1. Observasi tanda-tanda vital pasien (GCS) dan jaga tetap stabil

2. Observasi adanya perdarahan serta komplikasi post operasi

3. Dekatkan peralatan Emergency Kit atau paling tidak mudah dijangkau apabila
sewaktu-waktu dibutuhkan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

4. Sesegera mungkin beritahu penderita jika operasi telah selesai dilakukan setelah
penderita sadar dari pembiusan untuk lebih menenangkan penderita

5. Lakukan perawatan lanjutan setelah pasien pindah ke ruang perawatan umum.


BAB III

A.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pola kegiatan sehari - hari

a. Aktivitas atau istirahat

Gejala : Aneroksia, gaduh dan gelisah, kesulitan menelan, insomnia, kelemahan


berat, gangguan koordinasi

Tanda : massa pada tiroid

b. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi, Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun,


kelemahan fisik

Tanda : peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia
saat istirahat, syok (krisis tirotoksikosis)

c. Eliminasi

Gejala : Urine dalam jumlah banyak, diare.

d. Integritas / Ego

Gejala : cemas, Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial


yang berhubungan dengan kondisi.

Tanda : Ansietas peka rangsang

e. Makanan / Cairan

Gejala : Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4ºC.Pembesaran tiroid,


edema non-pitting terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit.

Tanda : pembesaran thyroid.

f. Neurosensori

Gejala : Pusing atau pening, kelemahan, gangguan status mental dan perilaku,
seperti : bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam

Tanda : koma (tahap lanjut),

g. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.


h. Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, Suara parau dan kadang sampai tak dapat
mengeluarkan suara

Tanda : Sesak napas, suara serak.

i. Keamanan

Gejala : Kulit kering , ulkus kulit

Tanda : lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan otot pernapasan.

j. Seksualitas

Gejala : adanya riwayat monopouse dini

Tanda : Hilangnya tanda – tanda seks sekunder

2. Diagnosa keperawatan

a. Intoleransi aktifitas b/d kelelahan, penurunan proses kognitif

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d lambatnya


metabolisme tubuh

c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi akibat adanya
perdarahan atau edema pada tempat pembedahan, kerusakan saraf laringeal atau luka
pada kelenjar paratiroid.

d. Nyeri berhubungan dengan edema pascaoperasi.

e. Gangguan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara.

f. Defisiensi pengetahuan b/d kurang informasi tentang program untuk pengobatan


untuk terapi

g. Ansietas b/d faktor fisiologis: status hipermetabolik.

INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Noc Nic


O
1 Intoleransi Setelah di lakukan tindakan cActivity therapy
aktifitas b/d keperawatan selama..24 jam klien ● Kolaborasikan
kelelahan, menunjukan aktivitas sehari-haari dengan tenaga
penurunan dengan baik rehabilitasi
proses kognitif Kriteria Hasil:
medik dalam
● Berpartisipasi dalam aktivitas
merencanakan
fisik tanpa di sertai peningkatan program terapi
TD,ND, dan RR yang tepat
● Mampu melakukan aktivitas ● Bantu klien
sehari-hari (ADLS) Secara untuk
mandiri mengidentivikasi
● TTV normal aktivitas yang
● Energi psikomotor mampu di
● Level kelemahan lakukan
● Mampu berpindah: dengan atau ● Bantu untuk
tanpa bantuan alat memilih aktivitas
● Status kardiopulmunari adekuat konsisten yyyang
● Sirkulasi status baik sesuai dengan
● Status respirasi : pertukaran gas kemampuan fisik,
dan ventilasi adekuat psikologi dan
sosial
● Bantu untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan
sumber yang di
perlukan untuk
aktivitas yang di
inginkan
● Bantu untuk
mendapatkan
alat bantuan
aktivitas seperti
kursi roda dan
krek
● Bantu untuk
mengidentivikasi
aktivitas yang di
sukai
● Bantu pasien
atau keluarga
untuk
mengidentivikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
● Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktifitas
● Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
● Monitor respon
fisik, emosi, sosial
dan spritual

2 Ketidak seimb Setelah di lakukan tindakan ● Nutrition


angan nutrisi keperawatan selama..24 jam klien Management
kurang dari menunjukan peningkatan berat badan Kaji adanya
kebutuhan Criteria Hasil :
alergi makanan
tubuh b/d ● Adanya peningkatan
lambatnya berat badan sesuai
metabolisme ● Kolaborasi
dengan tujuan
tubuh dengan ahli gizi
● Berat badan ideal sesuai
untuk menetukan
dengan tinggi badan
jumlah kalori
● Mampu
dan nutrisi yang
mengidentifikasikan
di butuhkan
kebutuhan nutrisi
pasien
● Tidak adatanda-tanda
● Anjurkan pasien
malnutrisi
untuk
● Menunjukan peningkatan
meningkatkan
fungsi pengecapan dan
protein vitamin C
menelan
● Berikan substansi
● Tidak terjadi penurunan
gula
berat badan yang berarti
● Yakinkan diet
yang di makan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
● Berikan makanan
yang terpilih (
sudah di
konsultasikan
dengan ahli gizi )
● Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
● Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
● Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
● Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang di
butuhkan

Nutrition Monitoring
● BB pasien dalam
batas normal
● Monitor adanya
penurunan berat
badan
● Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa di
lakukan
● Monitor interaksi
anak atau orang
tua selama
makan
● Monitor
lingkungan selam
makan
● Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
● Monitor turgor
kulit monitor
kulit kering dan
perubahan
pigmentasi
● Monitor mual
dan muntah
● monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
● Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
● Catat jika lidah
berwarna
magenta, scarlet

3 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Airway Suction


nafas tidak keperawatan selama ... x 24 jam, klien ● Monitor tanda-
efektif mempertahankan kepatenan jalan nafas tanda respiratori
berhubungan dengan
distres, sianosis,
dengan Kriteria hasil
obstruksi ● Mengeluarkan/membersihka takipnea dan
akibat adanya n sekret dan bebas aspirasi. nafas yang
perdarahan ● Menunjukkan perilaku berbunyi.
atau edema
untuk ● Periksa balutan
pada tempat leher setiap jam
pembedahan, memperbaiki/memtertahank
an jalan nafas bersih dalam pada periode
kerusakan
tingkat kemampuan/situasi awal post op,
saraf laringeal
atau luka pada kemudian tiap 4
kelenjar jam.
paratiroid. ● Monitor
frekuensi dan
jumlah drainase
serta kekuatan
balutan.
● Periksa sensasi
klien karena
keketatan
disekeliling
tempat insisi.
● Pertahankan
klien dalam posisi
semi fowler
dengan diberi
kantung es (ice
bag)untuk
mengurangi
bengkak.
● Anjurkan klien
untuk berbicara
setiap 2 jam
tanpa merubah
nada atau
keparauan suara.

4 Nyeri setelah dilakukan tindakan Pain Management


berhubungan keperawatan selama ... x 24 jam klien ● Lakukan
dengan edema menunjukkan Nyeri berkurang/hilang penkajian nyeri
pascaoperasi. dengan
secara
Kriteria Hasil:
● Tidak ada rintihan, ekspresi konprehensif
wajah rileks, termasuk lokasi,
● melaporkan nyeri dapat karakteristik,
berkurang/hilang. Dari skala 7 durasi, frekuensi,
berkurang menjadi 2. kualitas dan
faktor presipitasi.
● Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
.
● Kaji kultur yang
mempengaruhi
respon nyeri
● Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau.
● Analgesic
Administration
● Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu.
● Tentukan
pilihananalgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri.

5 Hambatan Setelah dilakukan tindakan Communication


komunikasi keperawatan …..24 jam klien Enhancement
berhubungan menunjukkan berkomunikasi dengan ● Antisipasi
dengan cedera baik dengan kebutuhan sebaik
pita suara. Kriteria hasil : mungkin,
● Mampu menciptakan metode kunjungi pasien
komunikasi dimana kebutuhan secara teratur.
dapat dipahami. ● Gunakan
● Gerakan terkoordinasi : mampu penerjemah jika
menkoordinasi gerakan dalam diperlukan
menggunakan isyarat. ● Dorong pasien
untuk berbicara
secara perlahan
● Pertahankan
lingkungan yang
tenang
● Anjurkan untuk
tidak berbicara
terus menerus.
● Kolaborasikan
dengan dokter
obat obat yang
diperlukan untuk
meringankan rasa
nyeri
6 Defisiensi Setelah di lakukan tindakan Teaching : disease
pengetahuan keperawatan selama..24 jam klien proses
b/d kurang menunjukan peningkatan pengetahuan ● Berikan penilaian
informasi Kriteria Hasil : tentang tingkat
tentang ● Pasien dan keluarga menyatakan pengetahuan
program untuk pemahaman tentang penyakit, pasien tentang
pengobatan kondisi, prognosis dan program
untuk terapi proses penyakit
pengobatan yang spesifik
● Pasien dan keluarga mampu ● Jelaskan
melaksanakan prosedur yang di patofisiologi dari
jelaskan secara benar penyakit dan
● Pasien dan keluarga mampu bagaimana hal ini
menjelaskan kembali apa yang di berhubungan
jelaskan perawat / tim kesehatan dengan anatomi
lainnya dan fisiologi
, dengan cara
yang tepat
● Gambarkan
tanda dan gejala
yang biasa
muncul pada
penyakit, dengan
cara yang tepat
● Gambarkan
proses penyakit ,
dengan cara yang
tepat

● Identivikasi
kemungkinan
penyebab, dengan
cara yang tepat
● Sediakan
informasi pada
pasien
tentang kondisi,
dengan cara yang
tepat
● Hindaro jaminan
yang kosong
● Diskusikan
pilihan terapi
atau penanganan
● Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan

7 Ansietas b/d Setelah di lakukan tindakan Anxiety Reducation (


faktor keperawatan selama..24 jam klien penurunan kecemasan
fisiologis: status menunjukan sikap kontrol emosi )
hipermetabolik Kriteria Hasil : ● Gunakan
● Klie mampu mengidentifikasi pendekatan yang
dan mengungkapkan gejala menenangkan
cemas ● Nyatanya dengan
● Mengidentifikasi, jelas harapan
mengungkapkan dan terhadap pelaku
menunjukan teknik untuk pasien
mengontrol cemas ● Jelaskan semua
● Vital sign dalam batas normal prosedur dan apa
● Postur tubuh, ekspresi wajah, yang di rasakan
bahasa tubuh dan tingkat selama prosedur
aktivitas menunjukan ● Pahami prespektif
berkurangnya kecemasan pasien terhadap
situasi stress
● Temani pasien
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
● Dorong keluarga
untuk menemani
anak
● Lakukan back /
neck rub
● Dengarkan dengan
penuh perhatian

● Identifikasi tingka
t kecemasanBantu
pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
● Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
● Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik relaksasi
● Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
BAB IV

A.KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KANGKER KELENJAR THYROID

Laporan Kasus

Seorang perempuan usia 30 tahun, masuk RS di hantar oleh keluarganya dengan


keluhan adanya benjolan pada leher sejak 3 bulan yang lalu dan semakin membesar,
suara serak, stridor vokal, bruit, gaduh dan gelisah dan aneroksia. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan massa pada tiroid dan nodul keras pada kelenjar tiroid. Bila klien
menelan terasa ada yang menjanggal. Pemeriksaan fisik ditemukan TTV: TD 120/80
mmhg, Nadi 80 kali/menit, Suhu 37º, turgor baik. Klien nampak cemas dan kwatir
dengan benjolan yang ada di lehernya yang semakin membesar. Klien nampak gelisah.
Klien di anjurkan untuk melakukan USG, kemotrapi dan harus segera dilakukan
triodektomi total.

A. Pengkajian

1. Biodata

Nama : Ny. R

Umur : 30 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama :-

Pekerjaan :-

Pendidikan :-
Alamat :-

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1. Keluhan Utama

Terdapat benjolan pada leher yang semakin membesar.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan terdapat benjolan pada bagian leher sejak 3 bulan yang lalu yang
semakin membesar.

3. Pemeriksaan Head To Tue

1. Kepala :-

2. Mata

Inspeksi :-

Palpasi :-

3. Hidung :-

4. Mulut :-

5. Telinga :-

6. Leher

Inspeksi : Terdapat benjolan pada leher

Palpasi : Terdapat Massa, Terdaat nodul pada kelenjar tiroid

7. Kulit

Inspeksi : turgor baik

Palpasi :-

8. Abdomen : -

9. Ekstermitas

Inspeksi :-
Palpasi :-

4. Kesadaran

Compos Mentis (15)

B. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada
yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid
dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).
Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

b. Radiologis

1. Foto X-Ray

Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat


obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor.
Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus
yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih
jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis
karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk
survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto
barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
2. Computerized Tomografi

CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat


membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid

C. Klasifikasi Data

Data Subjective

Ø Klien mengatakan ada benjolan pada leher sejak 3 bulan yang lalu dan semakin
membesar

Ø Klien mengatakan sulit untuk menelan

Ø Klien mengatakan suara serak

Ø Klien mengatakan gaduh gelisah dan aneroksia

Data Objective

Ø Terdapat massa pada tiroid

Ø Terdapat nodul keras pada kelenjar tiroid

Ø Klien nampak cemas

Ø Klien nampak gelisah

D. Analisa Data

Data Fokus Etiologi Problem


DS: Pola nafas tidak efektif
- klien mengatakan - Difisiensi Iodium
ada benjolan di leher -Disfungsi TRH
DO: hipotalamus
- terdapat nodul yang -TSH meransang
keras pada kelenjar tiroid tiroid untuk
mensekresi T3
-Pembesaran pada
tiroid, nodul yang
keras
-Menekan struktur
di leher (Trakhea)
-Gangguan respirasi
-Depresi ventilasi
-Pola nafas tidak
efektif
DS : Difisiensi Iodium Bersihan jalan nafas tidak
- Klien mengatakan Disfungsi TRH efektif
suara serak hipotalamus
- Klien mengatakan ada
benjolan pada leher
DO:
- Terdapat nodul TSH meransang tiroid
keras pada kelenjar tiroid untuk mensekresi T3

Pembesaran pada tiroid


nodul yang keras

Penekanan pada trakhea

Penurunan refleks batuk

Akumulasi sekret
(suara serak)

Bersihan jalan nafas tidak


efektif

DS: Difisiensi Iodium Nutrisi kurang dari


- klien mengatakan ad kebutuhan tubuh
yang mengganjal ketika TSH meransang tiroid
menelan untuk mensekresi T3
- Klien mengatak ada
benjolan di leher Pembesaran pada tiroid,
DO: nodul yang keras
- Terdapat nodul
keras pada kelenjar tiroid Kesulitan menelan
- Terdapa massa pada
tiroid

Intake nutrisi kurang

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

DS: Difisiensi Iodium Hambatan Komunikasi


- Klien mengatakan
suara serak TSH meransang tiroid
- Klien mengatakan untuk mensekresi T3
ada benjolan pada leher
DO:
- Terdapat nodul yang
keras pada kelenjar tiroid Pembesaran pada tiroid,
- Terdapat stridor nodul yang keras
vokal
- Terdapat massa
pada tiroid.
Menekan struktur di leher

Kolapsnya pita suara

Hambatan komuunikasi

DS: ● Difisiensi Iodium Ansietas


- klien mengatakan ● TSH meransang
ada benjolan di leher tiroid untuk
- Klien mengatakan
mensekresi T3
gaduh dan gelisah
DO: ● Pembesaran pada
- klien nampak cemas tiroid nodul yang
dan kwatir terhadap keras
benjolan yang ada di ● Penyakit kronik
lehernya ● (Ca. Tiroid)
- Klien nampak gelisah ● Tidak tau kondisi
dan pengobatan
● Stress Psikologis
● Ansietas

E. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas b/d adanya nodul ditandai dengan

DS : - klien mengatakan ada benjolan di leher dan suara serak

DO : - terdapat nodul yang keras pada kelenjar tiroid

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d dispneu (sesak napas) yang di tandai
dengan :
DS : - Klien mengatakan suara serak

- Klien mengatakan ada benjolan pada leher

DO : - Terdapat nodul keras pada kelenjar tiroid

c. Ketidakseimbanngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d adanya massa


pada tiroid ditandai dengan

DS : - klien mengatakan ad yang mengganjal ketika menelan

- Klien mengatak ada benjolan di leher

DO : - Terdapat nodul keras pada kelenjar tiroid

- Terdapa massa pada tiroid

d. Hambatan komunikasi b/d terjepitnya pita suara ditandai dengan

DS : - Klien mengatakan suara serak

- Klien mengatakan ada benjolan pada leher

DO :- terdapat stridor vokal

- Terdapat massa pada tiroid.

e. Ansietas b/d kecemasan ditandai dengan

DS : - klien mengatakan ada benjolan di leher

- Klien mengatakan gaduh dan gelisah

DO : - klien nampak cemas dan kwatir terhadap benjolan yang ada

di lehernya

- Klien nampak gelisah

N Diagnosa Noc (Tujuan) Nic (Intervensi)


O
1 Ketidakefektifan pola nafas b/d Setelah dilakukan Airway
adanya nodul ditandai dengan tindakan Management
DS: keperawatan ● Buka jalan
- klien mengatakan ada selama 2 kali dalam nafas
benjolan di leher dan suara serak 24 jam klien ● Posisikan
DO: menunjukkan
- terdapat nodul yang keras kepatenan jalan pasien untuk
pada kelenjar tiroid nafas dengan memaksimalka
kriteria hasil: n ventilasi
● Tidak ada
● Lakukan
sianosis dan
fisiotrapi dada
dyspneu
bila perlu
● Menunjukkan
● Auskultasi
jalan nafas
suara nafas,
yang paten
catat adanya
(klien tidak
suara
merasa
tambahan
tercekik)
● Atur intake
● TTV dalam
untuk cairan
rentang
mengoptimalk
normal.
an
keseimbangan.
Oxygen Teraphy
● Pertahankan
jalan nafas
yang paten
● Pertahankan
posisi pasien
● Observasi adanya
tanda hipoventilasi
Vital Sign
Monitoring

● Monitor TTV
● Monitor
kualitas dari
nadi
● Monitor
frekuensi dan
irama
pernafasan
● Monitor suara
paru
● Monitor suara
paru
abnormal.

2 Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan Airway Suction


nafas b/d dispneu (sesak napas) yang tindakan ● Monitor
di tandai dengan keperawatan tanda-tanda
DS : selama 2x 24 jam, respiratori
- Klien mengatakan suara klien menunjukkan distres, sianosis,
serak kepatenan jalan takipnea dan
- Klien mengatakan ada nafas dengan
nafas yang
benjolan pada leher Kriteria hasil
DO: ● Mengeluarkan/ berbunyi.
- Terdapat nodul keras pada membersihkan ● Periksa
kelenjar tiroid sekret balutan leher
dan bebas setiap jam pada
aspirasi. periode awal
● Menunjukkan post op,
perilaku untuk kemudian tiap 4
memperbaiki/me jam.
mpertahankan ● Monitor
jalan nafas frekuensi dan
bersih dalam jumlah drainase
tingkat serta kekuatan
kemampuan/situ balutan.
asi ● Periksa
sensasi klien
karena keketatan
disekeliling
tempat insisi.
● Pertahankan
klien dalam
posisi semi
fowler dengan
diberi kantung
es (ice bag)untuk
mengurangi
bengkak.
● Anjurkan
klien untuk
berbicara setiap
2 jam tanpa
merubah nada
atau keparauan
suara.

3 Ketidakseimbanngan nutrisi kurang Setelah di lakukan Nutrition


dari kebutuhan tubuh b/d adanya tindakan Management
massa pada tiroid ditandai dengan keperawatan ● Kaji adanya
DS: selama3 kali 24 jam alergi makanan
- klien mengatakan ad yang klien menunjukan ● Kolaborasi
mengganjal ketika menelan peningkatan berat
dengan ahli gizi
- Klien mengatak ada benjolan badan untuk
di leher Criteria Hasil : menetukan
DO: ● Adanya jumlah kalori
- Terdapat nodul keras pada peningkatan dan
kelenjar tiroid berat badan
- Terdapat massa pada tiroid nutrisi yang di
sesuai dengan butuhkan
tujuan pasien
● Berat badan ● Anjurkan
ideal sesuai pasien untuk
dengan tinggi meningkatkan
badan protein vitamin
● Mampu C
mengidentifikasi ● Berikan
kan kebutuhan substansi gula
nutrisi ● Yakinkan diet
● Tidak adatanda- yang di makan
tanda malnutrisi mengandung
● Menunjukan tinggi serat
peningkatan untuk
fungsi mencegah
pengecapan dan konstipasi
menelan ● Berikan
● Tidak terjadi makanan yang
penurunan berat terpilih ( sudah
badan yang di
berarti konsultasikan
dengan ahli gizi
)
● Ajarkan pasien
bagaimana
membuat
catatan
makanan
harian
● Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan
kalori

● Berikan
informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
● Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang di
butuhkan

Nutrition
Monitoring
● BB pasien
dalam batas
normal
● Monitor
adanya
penurunan
berat badan
● Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa di
lakukan
● Monitor
interaksi anak
atau orang tua
selama makan
● Monitor
lingkungan
selam makan
● Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
makan
● Monitor turgor
kulit monitor
kulit kering dan
perubahan
pigmentasi
● Monitor mual
dan muntah
● Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
● Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
● Catat jika lidah
berwarna
magenta,
scarlet

4 Hambatan komunikasi b/d Setelah dilakukan Communication


terjepitnya pita suara ditandai tindakan Enhancement
dengan keperawatan 3 kali ● Antisipasi
DS: 24 jam klien kebutuhan
- Klien mengatakan suara serak menunjukkan sebaik mungkin,
- Klien mengatakan ada berkomunikasi
kunjungi pasien
benjolan pada leher dengan baik dengan
DO: Kriteria hasil : secarateratur.
- terdapat stridor vokal ● Mampu ● Gunakan
- Terdapat massa pada tiroid. menciptakan penerjemah jika
metode diperlukan
komunikasi ● Dorong pasien
dimana untuk berbicara
kebutuhan secara perlahan
dapat dipahami. ● Pertahankan
● Gerakan lingkungan yang
terkoordinasi : tenang
mampu ● Anjurkan
menkoordinasi untuk tidak
gerakan dalam berbicara terus
menggunakan menerus.
isyarat. ● Kolaborasikan
dengan dokter
obat obat yang
diperlukan
untuk
meringankan
rasa nyeri

5 Ansietas b/d kecemasan ditandai Setelah di lakukan Anxiety Reducation


dengan tindakan ( penurunan
DS: keperawatan kecemasan )
- klien mengatakan ada benjolan selama..24 jam klien ● Gunakan
di leher menunjukan sikap pendekatan
- Klien mengatakan gaduh dan kontrol emosi
gelisah Kriteria Hasil : yang
DO: ● Klie mampu menenangkan
- klien nampak cemas dan mengidentifikasi ● Nyatanya
kwatir terhadap benjolan yang ada dan mengungkap dengan jelas
di lehernya
kan gejala cemas harapan
- Klien nampak gelisah
● Mengidentifi terhadap
kasi, pelaku pasien
mengungkapkan ● Jelaskan
dan menunjukan semua
teknik untuk prosedur dan
mengontrol cemas apa yang di
● Vital sign rasakan
dalam batas selama
normal prosedur
● Postur ● Pahami
tubuh, ekspresi prespektif
wajah, bahasa pasien
tubuh dan tingkat terhadap
aktivitas situasi stress
menunjukan ● Temani pasien
berkurangnya untuk
kecemasan memberikan
keamanan dan
mengurangi
takut
● Dorong
keluarga
untuk
menemani
anak
● Lakukan back
/ neck rub
● Dengarkan
dengan penuh
perhatian
● Identifikasi ti
ngkat
kecemasan

● Bantu pasien
mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
● Dorong pasien
untuk
mengungkapk
an perasaan,
ketakutan,
persepsi
● Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi
· Berikan obat
untuk mengurangi
kecemasan

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?source=hp&ei=Cn9tXN68NNHprQHzqJLIBw&q=asuh
an+keperawatan+kanker+kelenjar+tiroid&oq=Asuhan+keperawatan+kangker+kelenja
r+&gs_l=psy-
ab.1.1.33i22i10i29i30l4.1705.22859..24960...7.0..0.139.2937.38j3......0....1..gws-
wiz.....0..0i131j0j0i22i10i30j0i13j0i13i30j0i13i5i30j0i8i13i30j33i22i29i30.Y15Wx6ChEec

https://www.google.com/search?biw=1366&bih=633&ei=PkZtXJXuOIm7rQG94oLgD
Q&q=ETIOLOGIKANGKER+kelenjar+tiroid&oq=ETIOLOGIKANGKER+kelenjar+
tiroid&gs_l=psy-ab.3...21358.26243..26975...0.0..0.245.843.5j0j2......0....1..gws-
wiz.......0i71j0i13.ovfH45k5_ME

Вам также может понравиться

  • Reni Dwi Damayanti/0117060
    Reni Dwi Damayanti/0117060
    Документ2 страницы
    Reni Dwi Damayanti/0117060
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Reni Dwi Damayanti/0117060
    Reni Dwi Damayanti/0117060
    Документ2 страницы
    Reni Dwi Damayanti/0117060
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Tugas Biostatistik MOH. AS'AD
    Tugas Biostatistik MOH. AS'AD
    Документ6 страниц
    Tugas Biostatistik MOH. AS'AD
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Data Nilai KD 2 - Tugas Spss Deskritif
    Data Nilai KD 2 - Tugas Spss Deskritif
    Документ2 страницы
    Data Nilai KD 2 - Tugas Spss Deskritif
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • SPSS - Statistik Deskriptif
    SPSS - Statistik Deskriptif
    Документ16 страниц
    SPSS - Statistik Deskriptif
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Документ2 страницы
    Abs Trak
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Format Pengkajian Gerontik Word
    Format Pengkajian Gerontik Word
    Документ9 страниц
    Format Pengkajian Gerontik Word
    Lylastikes Dianhusada
    Оценок пока нет
  • Tugas Biostatistik RENI
    Tugas Biostatistik RENI
    Документ6 страниц
    Tugas Biostatistik RENI
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Makalah Disaminated Intravaskular Koagulation
    Makalah Disaminated Intravaskular Koagulation
    Документ18 страниц
    Makalah Disaminated Intravaskular Koagulation
    rini
    Оценок пока нет
  • ASKEP Uts Lufivitahapsari
    ASKEP Uts Lufivitahapsari
    Документ17 страниц
    ASKEP Uts Lufivitahapsari
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Cover Kti
    Cover Kti
    Документ4 страницы
    Cover Kti
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Kasus Uts
    Kasus Uts
    Документ2 страницы
    Kasus Uts
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Daftar Nama Mahasiswa Penerima Bantuan Ukt/Spp Semester Ganjil 2020/2021
    Daftar Nama Mahasiswa Penerima Bantuan Ukt/Spp Semester Ganjil 2020/2021
    Документ2 страницы
    Daftar Nama Mahasiswa Penerima Bantuan Ukt/Spp Semester Ganjil 2020/2021
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Kasus 3 (Kelompok 3)
    Kasus 3 (Kelompok 3)
    Документ1 страница
    Kasus 3 (Kelompok 3)
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Reni
    Reni
    Документ1 страница
    Reni
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • BIOSTATISTIK Reni Dwi Damayanti 0117060
    BIOSTATISTIK Reni Dwi Damayanti 0117060
    Документ2 страницы
    BIOSTATISTIK Reni Dwi Damayanti 0117060
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Rps Kep Paliatif 20 New
    Rps Kep Paliatif 20 New
    Документ6 страниц
    Rps Kep Paliatif 20 New
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Ina Anak
    Ina Anak
    Документ27 страниц
    Ina Anak
    Ajies Abdul ajies
    Оценок пока нет
  • Kelompok 5 Bu Aini
    Kelompok 5 Bu Aini
    Документ37 страниц
    Kelompok 5 Bu Aini
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Format PICOT
    Format PICOT
    Документ2 страницы
    Format PICOT
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • STIKES Dian Husada
    STIKES Dian Husada
    Документ1 страница
    STIKES Dian Husada
    Reni Dwi Damayanti DianHusada
    Оценок пока нет
  • Pak Tomooo
    Pak Tomooo
    Документ3 страницы
    Pak Tomooo
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • STIKES Dian Husada
    STIKES Dian Husada
    Документ1 страница
    STIKES Dian Husada
    Reni Dwi Damayanti DianHusada
    Оценок пока нет
  • Kelompok 5 Bu Aini
    Kelompok 5 Bu Aini
    Документ37 страниц
    Kelompok 5 Bu Aini
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Cover Anak
    Cover Anak
    Документ4 страницы
    Cover Anak
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Cover Anak
    Cover Anak
    Документ4 страницы
    Cover Anak
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Bu Hetti
    Bu Hetti
    Документ72 страницы
    Bu Hetti
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Askep Nutrisi P.edy
    Askep Nutrisi P.edy
    Документ22 страницы
    Askep Nutrisi P.edy
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет
  • Yunita Rifka Annisa
    Yunita Rifka Annisa
    Документ32 страницы
    Yunita Rifka Annisa
    Reni Dwi Damayanti
    Оценок пока нет