Вы находитесь на странице: 1из 24

PILIHAN KATA (DIKSI)

Makalah Disusun Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa

Indonesia.

Disusun oleh:
Kelompok 3
Nama npm

1. Ainun Nabila (1841040368)


2. Claudya (1841040345)
3. Diastuti Suci Pratiwi (1841040342)
4. Mia Paramita (1841040365)
5. Vera Santika (1841040356)
6. Yusholluna Ayu Fitdin (1841040343)
Dosen pengampu: Mardiyah S.Pd,M.Pd.

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
T.A 2019/ 1440 H
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, Sehingga kami masih diberi
kesehatan baik jasmani maupun rohani, Dan khususnya kami (penulis) dapat
menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul“Pilihan kata (Diksi)“.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, tetapi kami
sebagai penulis tentunya bertujuan hanya untuk menjelaskan tentang point-point
di makalah ini, dan sesuai dengan pengetauan yang penulis peroleh, baik itu dari
buku maupun dari sumber-sumber yang lain. Semoga dengan disusunnya makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Kami mengharapkan saran dan
kritik yang membuat makalah ini semakin sempurna, Oleh karena itu, jika ada
kata-kata yang salah dalam makalah ini baik itu berupa tulisan dan isi kami
meminta maaf yang sebesar-besarnya.

Bandar lampung, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB 1 PEDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Pengertian Pilihan kata diksi ........................................................ 3


B. Fungsi Diksi.................................................................................. 3
C. Prinsip Pemilihan Kata ................................................................. 4
D. Jenis-jenis Makna Kata................................................................. 5
E. Relasi Makna ................................................................................ 5
F. Perubahan Makna Kata................................................................. 10
G. Idiom dan Ungkapan Idiomatis .................................................... 12
H. Kesalahan Pemakaian Kata dan Gabungan Kata.......................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19

Kesimpulan ....................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diksi merupakan pilihan kata. Pilihan kata yang dimaksud mencakup
pengertian kata untuk menyampaikan ide gagasan. Kata yang digunakan harus
dapat diterima dan dipahami oleh orang lain. Semakin banyak kata yang dikuasai,
maka semakin lancar pula seseorang itu menyampaikan idea tau gagasannya
kepada orang lain. Seseorang itu menguasai banyak kosa kata, maka dengan
mudah ia lancar mengadakan komunikasi dengan orang lain.
Seseorang pengarang tidak asal menggunakan kata ketika akan menuliskan
idea tau gagasannya. Pengarang akan memilih kata mana yang tepat untuk
menuliskan ide atau gagasannya. Hal tersebut menyangkut kapan, di mana, dan
tujuan penggunaan kata tersebut. Semua itu dimaksudkan untuk memberikan
tulisan yang menarik perhatian pembaca dengan maksud agar pesan yang ditulis
oleh pengarang dapat disampaikan kepada pembaca.

1
B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian pilihan kata (Diksi)?
B. Apa fungsi diksi ?
C. Bagaimana prinsip pemilihan kata?
D. Bagaimana jenis-jenis makna kata?
E. Apa itu Relasi Makna?
F. Bagaimana Perubahan makna kata?
G. Apa itu idiom dan ungkapan idiomatis?
H. Bagaimana kesalahan pemakaian kata dan gabungan kata?

C. TUJUAN MASALAH
A. Mengetahui pengertian diksi
B. Mengetahui apa saja fungsi diksi
C. Mengerti bagaimana prinsip pemilihan kata
D. Mengetahui jenis jenis makna kata
E. Memahami apa itu relasi makna
F. Mengetahui bagaimana perubahan makna kata
G. Mengetahui apa itu idiom
H. Memahami bagaimana kesalahan pemakaian kata dan gabungan kata

2
1. Pengertian Pemilihan kata (diksi)
Diksi merupakan penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan
digunakan oleh penulis. Diksi dapat pula diartikan sebagai pemilihan kata
untuk mencapai suatu gagasan, membentuk, mengelompokkan kata yang
tepat, menggunakan ungkapan-ungkapan yang sesuai, dan gaya bahasa yang
paling baik dalam suatu situasi. Menurut nurgiyantoro (1998: 290), diksi
adalah pemilihan kata-kata melalui pertimbangan-pertimbangantertentu untuk
mendapatkan efek yang dikehendaki.
Diskusi digunakan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
dari gagasan yang ingin disampaikan serta kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar. Untuk itu, pemilihan kata harus disesuaikan dengan
konteks permasalahan, topik, dan kondisi yang sedang dihadapi.
Menurut allyn and bacon (1999: 12), diksi adalah pemilihan kata yang
tepat dan sesuai untuk mewakili gagasan, ide, perasaan, dan lain sebagainya.
Dengan tujua agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
pembaca atau pendengar tanpa menimbulkan persepsi yang berbeda. Didalam
pemilihan kata ini terdapat indikasi seseorang mampu menguasai sejumlah
besar kosakata atau perbendaharaan kata dari bahasa itu.

2. Fungsi Diksi
Fungsi diksi yaitu : (a) untuk memperoleh keindahan guna menambah
daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih indah, bila pilihan kata
tersebut tepat dan sesuai. (b) ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak
menimbulkan interprestasi yang berlainan antara penulis atau pembicara
dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar
tidak merusak suasana. (c) untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa
lebih indah. (d) untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut dalam
mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu , latar
tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.

3
3. Prinsip Pemilihan Kata
Berikut ada syarat kesesuaian diksi :
a. Bahasa Standar dan Substandar
Bahasa standar adalah bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari
mereka yang menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat
dan dalam situasi formal. Bahasa nonstandar pada dasarnya, bahasa ini
dipakai untuk pergaulan biasa, tidak dipakai dalam tulisan. Bahasa standar
lebih efektif daripada bahasa nonstandar dan biasanya cukup untuk digunakan
dalam kebutuhan-kebutuhan umum.
b. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata-kata ini dipakai dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-
diskusi yang khusus dan dalam diskusi-diskusi ilmiah.
Tabel 22. Perbedaan Kata Populer Dan Kata Ilmiah
Kata populer Kata ilmiah
Sesuai Harmonis
Pecahan Fraksi
Aneh Eksentrik
Bukti Argumen
Kesimpulan Konklusi

c. Kata Percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan
atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Penegertian percakapan ini disini
sama sekali tidak boleh di sejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak
terpelihara atau tidak disenangi. Bahasa percakapan yang dimaksud disisni
lebih luas dari penegertian kata-kata populer, kata-kata percakapan
mencangkup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai oleh golongan
terpelajar.

4
d. Kata Artifisial
Artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Fakta dan pernyataan-
pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana dan
langsung tak perlu disembunyikan.

4. Jenis-jenis makna kata


Jenis makna kata dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut
pandang.
a. Jenis makna kata berdasarkan jenis semantiknya: makna leksikal dan
makna gramatikal.
b. Jenis makna kata berdasarkan ada tidaknya referen: makna referensial dan
makna nonrefensial.
c. Jenis makna kata berdasarkan ada tidaknya nilai rasa: makna konotatif dan
makna denotatif.
d. Jenis makna kata berdasarkan ketepatan maknanya: makna istilah atau
makna umum dan makna khusus.

5. Relasi Makna

Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, sering kita temui adanya
hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa
lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi
kemaknaan ini mungkin menyangkut hal sinonim, antonim, polisemi, ambiguitas,
hiponim, redunasi, dan sebagainnya. Berikut ini akan dibicarakan masalah
tersebut satu per satu.

a. Sinonim
Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu
anoma yang berarti “nama”, dan syn yang berarti “nama lain untuk benda
atau hal yang sama”. Secara semantic Verhaar mendefenisikan sebagai
ungkapan (bisa berupa kata, fase, atau kalimat) yang maknanya kurang
lebih sama dengan makna ungkapan lain. Umpamanya kata buruk dan

5
jelek adalah dua buah kata yang bersinonim; bunga, kembang, dan puspa
adalah tiga buah kata yang bersinonim; mati, wafat, meninggal, dan
mampus adalah empat buah kata yang bersinonim. Contoh lain:
Binatang = fauna
Bohong = dusta
Pakaian = baju
Bunga = kembang
Aku = saya
Bertemu = berjumpa
b. Antonim
Kata antonim berasal dari kata yunani kuno, yaitu onoma yang artinya
“nama” dan anti yang artinya “melawan”. Makan secara semantic harfiah
antonim berate “nama lain untik benda lain pula” . secara semantik,
Veerhar mendefenisikan sebagai: ungkapan (biasanya berupa kata , tetapi
dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap
kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya kata bagus adalah
berantonim dengan kata buruk, kata besar berantonim dengan kata kecil.
Contoh lain:
Hidup >< mati
Besar >< kecil
Keras >< lembek
Suami >< istri
Pria >< wanita
Atas >< bawah
c. Homonim, Homofon, Homograf
Kata homonym berasal dari bahasa yunani kuno onoma yang artinya
“nama” dan homo artinya “sama”. Secara harfiah homonim dapat diartikan
sebagai “nama sama untuk hal lain”. Secara semantic, Veerhar member
defenisi homonim sebagai ungkapa (berupa kata, prasa, atau kalimat) yang
bentuknya sama dengan ungkapan lain (juga brupa kata, frasa, atau
kalimat) tetapi maknanya tidak sama. Hubungan antara dua buah kata
yang homonim antara kata bisa yang bersifat dua arah. Misalnya antara

6
kata bisa yang berarti ‘racun ular’ dan kata bisa yang berarti “sanggup atau
dapat”. Contoh homonim:
Buku = ruas
Buku = kitab
Rapat = berdempet-dempetan
Rapat = pertemuan
Beruang = hewan
Beruang = banyak uang
Malam = nama waktu lawannya siang
Malam = nama zat bahan membatik

Disamping homonim ada pula istilah homofon dan homograf. Homofon


dilihat dari segi “bunyi” (homo = sama , fon = bunyi) misalnya: “bank”
yang berarti tempat penyimpanan uang dan “bang” yang berarti kakak
laki-laki, sedangkan homograf dilihat dari segi “tulisan, ejaan” (homo =
sama, grafo =tulisan) misalnya: “apel” yang berarti berkunjung dan “apel”
yang berarti buah, homofon sebetulnya sama saja dengan homonim,
karena realisasi bentuk-bentuk bahasa adalah berupa bunyi. Namun dalam
bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang homofon tetapi ditulis dengan
ejaan yang berbeda karena ingin memperjelas perbedaan makna.
Contoh homofon:
Sangsi = ragu-ragu
Sanksi = hukuman
Bank = tempat menabung
Bang = panggilan untuk orang laki-laki
Rok = pakaian
Rock = aliran music

Contoh homograf:
Apel (lafal e seperti pada kata teh) = upacara
Apel (lafal e seperti pada kata teman) = nama buah
Teras (lafal e seperti pada kata tebu) = inti kayu

7
Teras (lafal e seperti pada kata sate) = beranda
d. Hiponim dan Hipenim
Kata hiponim berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu onoma berarti
“nama” dan hypo berarti “di bawah”. Jadi, secara harfiah berarti “nama
yang termasuk di bawah nama lain”. Secara semantik, Veerhar
menyatakan hiponim ialah uangkapan (biasanya berupa kata, tetapi
kiranya dapat juga frasa atau kalimat) yang maknanya dianggap
merupakan bagian dari makna satu ungkapan lain. Kalau relasi antara dua
buah kata yang bersinonim, berantonim, dan berhomonim bersifat dua
arah, maka relasi antara dua buah kata yang berhiponim ini adalah searah.
Konsep hiponim dan hipernim mengandalkan adanya kelas
bawahan dan kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berbeda di
bawah makna kata lainnya. Karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang
merupakan hipernim terhadap sejumlah kata lain, akan menjadi hiponim
terhadap kata lain yang hierarkial berada di atasnya. Konsep hiponim dan
hipenim mudah di terapkan pada kata benda tapi agak sukarpada kata kerja
atau kata sifat.
Contoh:
Hipernim = hewan
Hiponim = ayam, kambing, harimau, gajah, sapi
Hipernim = buah
Hiponim = apel, anggur, durian, pisang, jeruk
Hipernim = karya ilmiah
Hiponim = esai, artikel, makalah, proposal,laporan
e. Polisemi
Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga
frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Misalnya, kata kepala dalam
bahasa Indonesia memiliki enam makna. Namun makna yang banyak dari
sebuah kata yang polisemi itu masih ada sangkut pautnya dengan makna
asal, karena di jabarkan dari komponen makna yang ada pada makna asal
kata tersebut.

8
Persoalan lain yang berkenan dengan polisemi ini adalah
bagaimana kita bisa membedakannya dengan bentuk-bentuk yang disebut
homonim bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata atau lebih yang
kebetulan bentuknya sama. Tentu saja karena homonim ini bukan sebuah
kata, maka maknanya pun berbeda.
Di dalam kamus bentuk-bentuk yang homonim di daftarkan
sebagai entri-entri yang berbeda. Sebaliknya bentuk-bentuk polisemi
adalah sebuah kata yang memiliki makna lebih dari satu. Karena polisemi
ini adalah sebuah kata maka di dalam kamus di daftarkan sebagai sebuah
entri. Satu lagi perbedaan homonim dan polisemi, yaitu makna-makna
pada bentuk homonim tidak ada kaitan atau hubungan nya sama sekali
antara yang satu dengan yang lainnya.

f. Ambiguitas
Ambiguitas sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau
mendua arti. Konsep ini tidak salah, tetapi juga kurang tepat sebab tidak
dapat dibedakan dengan polisemi. Polisemi dan ambiguitas memang sama-
sama bermakna ganda. Hanya kalau kegandaan makna dalam polisemi
berasal dari kata , sedangkan kegandaan makna dalam ambiguitas berasal
dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat, dan
terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Dalam
bahasa lisan penafsiran ganda ini mungkin tidak akan terjadi karena
struktur gramatikal itu dibantu oleh unsure intonasi.
Perbedaan antara ambiguitas dan homonim adalah homonim dilihat
sebagai dua bentuk yang kebetulan sama dan dengan makna yang berbeda,
sedangkan ambiguitas adalah suatu bentuk dengan makna yang berbeda
sebagai akibat dari berbedanya penafsiran struktur gramatikal bentuk
tersebut. Lagi pula ambiguitas hanya terjadi pada satuan frase dan kalimat,
sedangkan homonim dapat terjadi pada se-mua satuan gramatikal.
Contohnya:

9
1). Dikutip dari sebuah surat kabar, yang terbit pada tanggal 22 agustus
2007 dengan judul berita: “Nyawa Kedua Flu Burung”. Judul tersebut
dapat memiliki banyak arti seperti:
Arti 1 : Flu burung memiliki dua nyawa
Arti 2 : Flu burung telah merenggut nyawa orang yang kedua. (telah ada
korban kedua)
2). Diambil dari sebuah surat kabar, yang terbit pada tanggal 26 november
2007 dengan judul berita “Anak Dipukuli Konglomerat Balas Dendam”
Arti 1 : Anak konglomerat yang dipukuli lalu orang tuanya balas dendam.
Arti 2 : seorang anak (bukan dari keluarga konglomerat) dipukuli oleh
konglomerat dan kerabatnya balas dendam kepada konglomerat.

6. Perubahan Makna Kata

Bahasa itu dinamis. Suatu bahasa bisa tumbuh berkembang, berubah,


mengglobal, atau sebaliknya, bahasa yang tenggelam dan mati dibawa oleh para
penuturnya. Dinamika bahasa tersebut terjadi pula dalam ranah makna. Karena
sebagai faktor makna kata dapat berubah atau bergeser dari makna sebelumnya

a. Faktor-faktor penyebab perubahan


1) Ilmu dan teknologi
2) Social dan budaya
3) Perbedaan bidang pemakaian
4) Adanya asosiasi
5) Pertukaran tanggapan indra
6) Perbedaan tanggapan
7) Adanya penyingkatan
8) Proses gramatikal
9) Pengembangan istilah.
b. Macam-macam perubahan makna
1) Meluas (generalisasi)
Cakupan makna sekarang (kini) lebih luas dari pada makna yang lama.
Contoh:
Pelayaran ke Negara Perancis itu di[impin oleh Kapten Sugianto

10
2) Menyempit (spesialisasi)
Cakupan makna kata yang sekarang lebih sempit atau terbatas dari
pada makna yang dahulu atau makna asalnya. Contoh:
Saya bercita-cita ingin menjadi sarjana pendidikan
Kata sarjana dahulu dipakai untuk menyebut cendikiawan atau orang
pintar atau orang berilmu. Sekarang kata sarjana dipakai untuk
menyebut orang yang lulus dari jenjang strata satu di perguruan tinggi
3) Membaik (ameliorative)
Suatu proses perubahan makna yang membuat makna kata baru
dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilai rasa bahasanya dari pada
makna kata lama. Contoh:
Anak-anak penyandang tunarungu pun berhak mengenyam
pendidikan.
4) Memburuk (peyoratif)
Suatu proses perubahan makna yang membuat makna kata baru
dirasakan lebih rendah nilai rasa bahasanya dari pada nilai pada makna
kata lama. Contoh:
Direktur perusahaan ini ternyata berbini tiga.

5) Sinestesia
Perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indera
yang berlainan. Misalnya: pengecap, pendengaran, pendengaran,
pengecap, penglihatan, pengecap. Contoh:
- Suara penyanyi rosa sampai saat ini masih empuk
Kata empuk sebenarnyayang merasakan adalah indra peraba (kulit)
dengan makna lunak atau tidak keras. Akan tetapi, pada kalimat
tersebut kata empuk yang merasakan adalah indera pendengar
(telinga) dengan makna merdu.

6) Asosiatif
Perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat. Contohnya:
- Orang itu mencatut nama pejabat untuk mencari sumbangan.

11
Kata catut berarti alat untuk menarik atau mencabut paku dan sebagainya.
Berasarkan persamaan sifat ini, kata catut dipakai untuk menyatakan
makna mengambil sesuatu yang bukan haknya.

7. Idiom dan ungkapan idiomatis

Idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frase) yang maknanya
sudah menyatu dan tidak dapat di tafsirkan dengan makna unsur yang
membentuknya. Contoh:

a. Selaras dengan, insaf akan, berbicara tentang, terimakasih atas,


berdasarkan pada/kepada.
b. Membanting tulag, bertekuk lutut, mengadu domba, menarik hati, berkeras
kepada.

Pada contoh (a) terlihat bahwa kata tugas dengan, akan, tentang,atas, dan
pada/kepada dengan kata-kata yang digabunginya merupakan ungkapan tetap
sehingga tidak dapat di ubah atau di gantikan dengan kata tugas yang lain.
Demikian pula pada contoh (b) idiom-idiom tersebut tidak dapat di ubah
dengan kata-kata yang lain.

a. Idiom dengan bagian tubuh


Hati kecil : maksud yang sebenarnya
Mendarah daging : sudah menjadi kebiasaan
Kepala angin : bodoh

b. Idiom dengan kata indra


Pendek permintaan : singkat umurnya
Besar kepala : sombong
Pakaian kebesaran : kehormatan

c. Idiom dengan warna


Merah muka : kemalu-maluan

12
Merah telinga : marah sekali
Jago merah : api kebakaran

d. Idiom dengan nama benda-benda alam


Tanah tumpah darah : tanah tempat lahir
Gerakan di bawah tanah : gerakan rahasia
Makan tanah : miskin sekali
e. Idiom dengan nama binatang
Kambing hitam : orang yang di persalahkan
Kelas kambing : kelas paling murah
Kuda hitam : pemenang yang tak diduga-duga

f. Idiom dengan bagian tumbuh-tumbuhan


Pohon kejahatan : asal mula
Batang air : sungai
Sebatang kara : hidup seorang diri

g. Idiom dengan kata bilangan


Bersatu padu : bersatu benar-benar
Bersatu hati : seiya sekata
Berbadan dua : hamil
Contoh kata yang idiomatik;
-berita selengkapnya dibacakan nita bonita.
Contoh kata yang sudah idiomatik;
- Berita selengkapnya dibacakan oleh nita bonita.

Perhatikan contoh pemakaian kata berpasangan yang salah dalam kalimat berikut,
perbaikannya dengan memakai pasangan kata yang di tempatkan dalam tanda
kurung.
Permasalahan ini terjadi disebabkan karena kelalaian kita (seharusnya
disebabkan oleh)

13
8. kesalahan pemakaian kata dan penggabungan kata.
a. Kesalahan penggunaan kata kepanjangan, singkatan, dan kependekan
contoh penggunaan kata kepanjangan
BNN adalah kepanjangan dari Badan Narkotika Nasional. (salah)
Kepanjangan dari BNN adalah Badan Narkotika Nasional. (Benar)
Contoh penggunaan kata singkatan:
TNI singkatannya adalah Tentara Nasional Indonesia. (Salah)
TNI sudah merupakan singkatan atau akronim dan tidak bisa disingkat lagi.
TNI singkatan dari Tentara Nasional Indonesia. (Benar)
Contoh penggunaan kata kependekan:
Hardiknas kependekannya adalah Hari Pendidikan Nasional. (Salah)
Hardiknas kependekannya adalah Hari Pendidikan Nasional. (Benar)

b. Kesalahan pemakaian kata dengan, di, dan ke.


Contoh pemakaian kata dengan dalam kalimat yang tidak tepat , sebagai berikut:
Sampaikan salam saya dengan Dani.
Kata dengan pada kalimat di atas seharusnya diganti dengan kepada karena tidak
sesuai apabila dipakai dalam kalimat tersebut, karena kata dengan yang berarti
bersama.

c. Kesalahan pemakaian kata berbahagia


Pemakaian kata berbahagia dalam kalimat sering tidak tepat dan keliru. Contoh:
Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak hadirin untuk
menyaksikan persemian hotel kami. (Salah)
Pada kesempatan yang membahagiakan ini, kami mengajak hadirin untuk
menyaksikan peresmian hotel kami. ( Benar)

d. Kesalahan pemakaian gabungan kata yang mana, di mana, daripada.


Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan oleh Pak
Lurah. (Salah)

14
Marilah kita dengerkan sambutan yang akan disampaikan oleh Pak
Lurah.(Benar)
Contoh berikutnya:
Demikian tadi sambutan Pak Lurah di mana beliau telah menghimbau kita
untuk lebih tekun bekerja. Kalimat di atas seharusnya dipecah menjadi dua
kalimat, menjadi:
Demikian tadi sambutan Pak Lurah. Beliau telah menghimbau kita untuk
lebih tekun bekerja.
Pemakaian gabungan kata di mana, yang mana, dan daripada yangg tepat, yaitu:

1) Bentuk gabungan dimana dipakai sebagai kata tanya untuk menanyakan


tempat. Contoh: Anda tinggal di mana?
2) Bentuk gabungan yang mana dipakai daam kalimat tanya yang
mengandung pilihan, termasuk dalam pertanyaaan retoris. Contoh:
Komputer yang mana yang akan kita bawa?

Berikut ini akan dijelaskan mengenai analisis kesalahan dalam pemilihan kata :

Tabel 24. Analisis Kesalahan dalam Pemilihan kata.

Kesalahan Salah Benar


Konjungsi Metode pengumpulan Metode
koornatif”dan” data, metode pembahasan pengumpulandata,
data, bagaimana pembahasan data, dan
menyajikan hasil analisis penyuntingan hasil
data analisis data.
Konjungsi koordinatif Sangat bermanfaat Sangat bermanfaat
“serta” sebagai peranti penentuan sebagai peranti penentuan
sumber data lokasional sumber data lokasional
serta penentuan sumber dan penentuan sumber
data subtansial, dan data subtansial, serta
penentuan sampel data penentuan sampel data
penelitian. penelitian.
Konjungsi Langkah ke2 yang harus Langkah ke2 yang harus

15
koordinatif”atau” dilakukan peneliti adalah dilakukan peneliti adalah
menentukan lokasi menentukan lokasi
penelitian , data, penelitian /sumber data
sumberdata penelitian. penelitian.
Konjungsi koorinatif Tetapi hasil analisis data Akan tetapi, hasil analisis
“tetapi” dengan sangat jelas data dengan sangat jelas
menunjukan signifikan. menunjukan signifikan.
Konjungsi koordinatif Pendekatan dalam Pendekatan dalam
”melainkan” ppenelitian ini bukan ppenelitian ini bukan
pendekatan kaulitatif, pendekatan kaulitatif,
melainkan gabungan tetapi gabungan antara
antara pendekatan pendekatan kuantitatif
kuantitatif dan dan pendekatan
pendekatan kuwalitatif. kuwalitatif.
Konjungsi koordinatif Padahal, responden ,,,padahal, responden
”padahal” penelitian ini sudah penelitian ini sudah
dipilih dengan dipilih dengan
menggunakan metode yg menggunakan metode yg
benar. benar.
Kasus namun demikian Namun demikian, Namun, penelitian ini
penelitian ini sudah sudah dilaksanaakan
dilaksanaakan dengan dengan proedur yang
proedur yang benar. benar.
Kasus seringkali Mahasiswa sebagai Mahasiswa sebagai
pengumpul data dalam pengumpul data dalam
penelitin ini seringkali penelitin itu seringkali
tidak dapat melaksanakan tidak dapat melaksanakan
tugas karena izin. tugas karena izin.

Kasus diisbabkan karna Ketidakberesan dalam Ketidakberesan dalam


penelitian ini penelitian ini

16
sesungguhnya sesungguhnya disebabkan
disebabkan karen oleh dipersiapkan pra
dipersiapkan pra penelitian yang urang
penelitian yang urang baik.
baik.
Kasus dikarenkan Dia tidak masuk berkerja Dia tidak masuk berkerja
pada hari ini dikarenkan pada hari ini karena sakit
sakit demam. demam
Kasus bebas parkir Ditempat ini semua Ditempat ini semua
kendaraan dapat bebas kendaraan dapat parkir
parkir. gratis.
Kasus baik,,, dan Baik sumber data dan Baik sumber data maupun
pengambilan sampel data pengambilan sampel data
harus dilakukan dengan harus dilakukan dengan
baik dan cermat. baik dan cermat.
Kasus pintunya keluar Pintunya keluar mana, Pintu keluarnya mana,
mana kampus ini cukup kampus ini cukup
membingungkan. membingungkan.
Kasus dia sudah matur Untuk semua Untuk semua
ketidaknyamanan ini dia ketidaknyamanan ini dia
sudah matur kepada sudah bicara kepada
direktur. direktur.
Kasus bentuk kata tetapi Tetapi, kerjasama itu Akan tetapi, kerjasama
harus ditanggapi dengan itu harus ditanggapi
serius. dengan serius.
Bentuk karena Karena, masalah itu karena,,, masalah itu
dijadikan sebagai dijadikan sebagai
pertimbangan utama dan pertimbangan utama dan
kompetisi jurnalistik. kompetisi jurnalistik.
Kasus frasa disebabkan Kesalahan ini disebabkan Kesalahan ini terjadi
karena karena para jurnalis tidak karena karena para
sepenuhnya jurnalis tidak sepenuhnya

17
memperhatikan kaidah memperhatikan kaidah
linguistik dalam linguistik dalam
berjurnalistik. berjurnalistik.
Kasus kata sehubungan Sehubungan rapat Sehubungan dengan rapat
redaksi, diskusi sore ini redaksi, diskusi sore ini
ditunda nanti malam. ditunda nanti malam.

18
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Diksi merupakan pilihan kata. Pilihan kata yang dimaksud mencakup pengertian
kata untuk menyampaikan ide gagasan. Kata yang digunakan harus dapat diterima
dan dipahami oleh orang lain. Semakin banyak kata yang dikuasai, maka semakin
lancar pula seseorang itu menyampaikan idea tau gagasannya kepada orang lain.
Seseorang itu menguasai banyak kosa kata, maka dengan mudah ia lancar
mengadakan komunikasi dengan orang lain.

Fungsi diksi yaitu : (a) untuk memperoleh keindahan guna menambah


daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih indah, bila pilihan kata
tersebut tepat dan sesuai. (b) ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak
menimbulkan interprestasi yang berlainan antara penulis atau pembicara
dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar
tidak merusak suasana. (c) untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa
lebih indah. (d) untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut dalam
mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu , latar
tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.

Prinsip pemilihan kata


Dibagi menjai 2 yitu, bahasa standar dan substansar dan bahasa ilmiah dan
popular

c. Faktor-faktor penyebab perubahan


10) Ilmu dan teknologi
11) Social dan budaya
12) Perbedaan bidang pemakaian
13) Adanya asosiasi
14) Pertukaran tanggapan indra

19
15) Perbedaan tanggapan
16) Adanya penyingkatan
17) Proses gramatikal
18) Pengembangan istilah.

20
Daftar Pustaka

Sri, Aninditya Sri Nugraheni. 2017. Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi


Berbasis Pembelajaran Aktif, Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.

21

Вам также может понравиться