Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
“ASUHAN KEPERAWATAN
Disusun oleh :
UNGARAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(GN) adalah penyakit yang sering dijumpai dalam praktik klinik sehari-hari dan
merupakan penyebab penting penyakit ginjal tahap akhir (PGTA). Berdasarkan sumber
terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan primer dan sekunder. Glomerulonefritis
primer apabila penyakit dasarnya berasal dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonefritis
sekunder apabila kelainan ginjal terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes
melitus, lupus eritematosus sistemik (LES), mieloma multipel, atau amiloidosis.
Meskipun penyakit ini dapat mengenai semua umur,tetapi GNA paling sering
didapatkan pada anak berumur 2–10 tahun (Pardede S,2005). Glomerulonefritis akut
pasca infeksi streptokokus dapat terjadi secara epidemik atau sporadik. Perbandingan
anak laki-laki dan anak perempuan 2 : 1.3 (Sekarwan HN,2001). Penyebab GNA adalah
bakteri, virus,dan proses imunologis lainnya, tetapi pada anak penyebab paling sering
adalah pasca infeksi streptococcus β haemolyticus,sehingga seringkali di dalam
pembicaraan GNA pada anak yang dimaksud adalah GNA pasca streptokokus atau
GNAPS (Pardede S, 2005).
Streptokokus dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kemampuan
menghancurkan sel darah merah, yaitu Streptococcus β haemolyticus jika kuman dapat
melakukan hemolisis lengkap, Streptococcus α haemolyticus jika melakukan hemolisis
parsial, dan Streptococcus Ɣ haemolyticus jika tidak menyebabkan hemolisis (Todd JK,
2004). Streptococcus β haemolyticus dapat dibagi menjadi 20 grup serologis yaitu grup A
hingga T. Glomerulonefritis akut pasca streptokokus (GNAPS) pada umumnya didahului
infeksi saluran nafas bagian atas atau infeksi kulit oleh kuman Streptococcus β
haemolyticus grup A dan kadang-kadang oleh grup C atau G. Galur yang dapat
menyebabkan glomerulonefritis akut ini disebut streptokokus nefritogenik
(Shulman,2003).
Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan
10% berakibat fatal. GNA merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginja tahap
akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa.
Di indonesia glomerulonefritis masih merupakan penyebab utama PGTA yang
menjalani terapi pengganti dialisis walaupun data US Renal Data System
menunjukkan bahwa diabetes merupakan penyebab PGTA yang tersering. Manifestasi
klinik glomerulonefritis sangat bervariasi mulai dari kelainan urin seperti proteinuria
atau hematuri saja sampai dengan glomerulonefritis progresif cepat.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan glomerulonefritis
akut (GNA) pada anak.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian GNA
2. Untuk mengetahui etiologi/penyebab GNA
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis GNA
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC GNA
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik GNA
6. Untuk mengetahui komplikasi akibat GNA
7. Untuk menegathui perawatan dan penatalaksanaan medis untuk GNA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah istilah yang secara luas digunakan yang
mengacu pada sekelompok penyakit ginjal dimana inflamasi terjadi di glomerulus
(Smeltzer, Suzanne C. 2001)
B. Etiologi
D. Patofisiologi
F. Komplikasi
1. Hipertensi.
2. Dekompensasi jantung
3. GGA (Gagal Ginjal Akut)
4. Oliguri sampai anuria sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.
5. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
6. Terdapat gejala berupa gangguan pada penglihatan, pusing, muntah, dan kejang-
kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan
edema otak.
7. Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah, pembesaran
jantung dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh
darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat
membesar dan terjadi Gagal Jantung akibat HT yang menetap dan kelainan di
miocardium.
8. Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis eritropoetik yang
menurun.
G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pemberian furosemid pada anak untuk mencegah absorsi cairan dalam ginjal
yang mengakibatkan edema tanpa mempengaruhi tekanan darah yang
normal.Pada anak-anak dosis yang diberikan 1-2 mg/kg/bb/hari,maksimal 40
mg.
b. Pemberian penisilin pada fase akut (baik secara oral atau intramuskuler).
Pemberian penisilin dianjurkan hanya untuk 10 hari.
c. Pengobatan terhadap hipertensi
Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedativa untuk menenangkan pasien
sehingga dapat beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral diberikan
reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin sebanyak 0,07
mg/kgBB secara intramuskuler. Bila terjadi diuresis 5-10 jam kemudian,
selanjutnya pemberian reserpin per-oral dengan dosis 0,03 mg/kgBB/hari.
d. Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
e. Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
f. Pemberian antibiotik untuk infeksi.
g. Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien.
2. Keperawatan :
a. Tirah baring diperlukan untuk anak-anak dengan hipertensi dan edema dan
terutama untuk mereka dengan tanda ensefalopati dan kegagalan jantung.
Tirah baring dianjurkan selama fase akut sampai urin berwarna jernih dan
kadar kreatinin dan tekanan darah kembali normal.
b. Cairan
Masukan cairan biasanya dibatasi jika keluaran urin rendah. Pada beberapa
unit dibatasi antara 900-1200 ml / hari. Separuh dari masukan cairan dapat
berupa susu dan separuh lainnya air.
c. Diit
Rendah protein jika kadar BUN dan Creatinin dalam serum meningkat.
Tinggi Karbohidrat
Rendah Garam
Intake dan Out-put harus diukur, kontrol cairan & hypertensi,
Berikan obat antihipertensi jika diperlukan
Kaji edema dan timbang BB setiap hari jika over load berikan diuretik
Observasi tanda-tanda vital waspada terhadap adanya CHF
Jika sudah ambulasi,monitor proteinure dan hematuria jika meningkat
bedrest tetap dijalankan,jika ambulasi dapat ditolelir pasien boleh
pulang.
d. Uji urin harian.
e. Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya.
f. Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke sindrom
nefrotik atau GGK.
H. Prognosis
Prognosis penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada
usia awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun, lebih banyak
pria dari pada wanita (2 : 1).
Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama di traktus
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus gol A.
Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah factor iklim, keadaan gizi, keadaan
umum dan faktor alergi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Anak
2. Identitas Penanggung Jawab
3. Riwayat Kesehatan Pasien
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
c. Riwayat Kesehatan Dahulu.
d. Riwayat kesehatan keluarga
e. Riwayat Anak
i. Masa prenatal
ii. Masa intranatal
iii. Masa post – natal
4. Pengkajian pola fungsional
5. Imunisasi
6. Pemeriksaan Fisik
a. Genitourinaria :
Urine keruh
Proteinuria
Penurunan urine output
Hematuri
b. Kardiovaskular :
Hipertensi
c. Neurologis :
Letargi
Iritabilitas
Kejang
d. Gastrointestinal :
Anorexia
Vomitus
e. Hematologi :
Anemia
Hiperkalemia
f. Integumen :
Pucat
Edema
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan Eliminasi Urin b.d infeksi saluran kemih.
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
3. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan volume cairan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth edition. St.
Louis : Elsevier.