Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Gerans
Kelas : VIII C
Kekalahan mereka yang cukup telak pada perang itu, meyebabkan bandar
(Konstantinopel) yang sangat penting bagi lalu lintas perdagangan mereka dengan
Asia melalui Laut Tengah di tutup oleh Turki Ottoman.
Sejak saat itu Eropa kehilangan mata rantai perdagangan dan pelayaran.
Semua keterpurukan ini mendorong mereka untuk menuntut ilmu pengetahuan dan
mengkajinya dengan serius. Tidak berselang lama muncullah masyarakat industri
yang kemudian mendorong munculnya revolusi Industri di Eropa.
Pada postingan kali ini kita akan membahas nama-nama tokoh di Eropa yang
memiliki andil sangat besar dalam mengarungi samudra sehingga membawa
mereka akhirnya sampai di Indonesia. Dan tulisan ini kita batasi hanya mengenai
seputaran tokoh-tokoh tersebut.
1. Bartholomeus Diaz
Bartholomeus Diaz adalah seorang Portugis. Pada bulan Agustus 1487, dia diutus
oleh Raja Portugis Joao II (John II) untuk melakukan pelayaran ke Afrika Barat
dalam usahanya menemukan Hindia, daerah yang kaya akan rempah-rempah.
Kepulauan nusantara sudah sangat terkenal waktu itu sebagai pusat penghasil
rempah-rempah. Hindia/Indonesia terkenal di Eropa karena buku Books of arious
periences yang ditulis oleh Marcopolo (1254-1324).
Marcopolo adalah pedagang dari Venesia, Italia. Di bukunya itu dia mengisahkan
tentang kejaiban dunia atau Imago Mundi selama perjalanannya termasuk ketika
dia berada di Hindia.
Di daerah itu, dia terpaksa berhenti kerena ombaknya cukup besar dan anginnya
bertiup kencang.
Ketika badai mereda, Diaz kembali ke Timur, lalu ke Utara, dan mencapai pantai
Afrika di Teluk Mossel.
Anak buah kapalnya (ABK) sempat mendesak untuk pulang ketika kapal sudah
jauh berlayar ke arah Tenggara. Namun, Bartholomeus Diaz telah melihat bahwa
pantai Afrika berbelok ke Utara sehingga jalan ke India terbuka.
Dias pun kemudian menamakan titik Barat Daya Afrika itu sebagai Tanjung Badai.
Kemudian oleh Raja Joao II menggantinya dengan nama Tanjung Harapan (Cape
of God Hope).
Dinamakan Tanjung Harapan karena tempat ini memberikan harapan bagi bangsa
Portugis untuk menemukan Hindia. Bartholomeus Diaz mendarat di Tanjung
Harapan, Afrika pada tahun 1488.
2. Vasco da Gama
Untuk melanjutkan usaha Diaz, pada tanggal 8 Juli 1497, Raja Portugis, yang
bernama Emmanuel I, memerintahkan seorang pelaut bernama Vasco da Gama
untuk berlayar ke Timur kembali untuk mencari asal rempah-rempah.
Pada tanggal 22 Mei 1498, Vasco da Gama bersama rombongannya yang terdiri
dari para ABK dan pedagang tiba di Calcuta dan Goa di Pantai Barat India.
Walaupun pada akhirnya dia dan para pedagang mengetahui India bukan penghasil
rempah-rempah. Ia sempat membeli rempah-rempah untuk di kirim ke Portugis
dan sebagiannya dijual ke negara Eropa lainnya.
3. Alfonso de Albuquerque
Dia atau Portugis sekarang sudah mengetahui India bukan sumber rempah-rempah,
tetapi Malaka sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di Asia.
Setelah menaklukkan Goa pada tahun 1510, dia melakukan ekspedisi menuju
Malaka. Setelah sampai di perairan Selat Malaka, Alfonso de Albuquerque dengan
armadanya berniat menguasai Malaka.
Setelah Malaka dia pun menaklukkan Myanmar dan dari sinilah kemudian dia
menjalin hubungan dagang dengan Maluku.
4. Christopher Columbus
Pada tanggal 3 Agustus 1492, dengan tiga buah kapal, yaitu Santa Maria, Nina, dan
Pinta, Christopher Columbus bersama adiknya Bartholomew ahli membuat peta
mulai berlayar mencari sumber rempah-rempah di dunia Timur.
5. Ferdinand Magelhaens
Pada tahun 1520 atau tahun 1521, setelah menyeberangi Samudra Pasifik,
sampailah rombongan Magelhaens di Kepulauan Massava. Kepulauan ini
kemudian diberi nama Filipina, diambil dari nama Raja Spanyol, Philips II.
Pergantian nama ini kemudian menimbulkan kebencian dari suku Mactan yang
tinggal di pulau itu.
Maka pertempuran pun meletus antara orang-orang Mactan dan pasukan Ferdinand
Magelhaens. Pertempuran ini menyebabkan gugurnya Magelhaes pada tanggal 27
April 1521.
Pelayaran ini kemudian dikenal dengan sebutan ekspedisi Magelhaens del Cano.
Atas keberhasilan ekspedisi ini, Raja Spanyol menghadiahkan sebuah bola dunia
tiruan yang berlilitkan ikat pinggang dengan tulisan “Engkaulah yang pertama
mengitari diriku”.
Pada tahun 1595, De Houtman bersama Pieter de Kaizer dengan empat buah kapal
yang memuat 249 orang awak beserta 64 meriam, memimpin pelayaran mencari
daerah asal rempah-rempah ke arah timur mengambil jalur seperti yang ditempuh
Portugis.
Arung samudra yang dilakukan oleh bangsa Belanda kemudian terus berlanjut.
Kini giliran Jacob Van Neck dan Van Warwyk yang mengarungi samudra dengan
tujuan yang sama mencari sumber rempah di Indonesia.
Mereka disambut dengan baik di Banten, Tuban, dan Maluku karena kedatangan
mereka bersikap hormat dengan penduduk setempat berbeda dengan pendahulu
mereka Cornelis de Houtman.
Sebab lain Van Neck dan Van Warwyk disambut dengan penuh keramahan oleh
para penduduk adalah:
Begitu pula halnya dengan Tuban dan Maluku, terlebih lagi saat itu Ternate sudah
tidak menjadi sekutu Portugis, malah mereka sedang bermusuhan dengan Portugis
dan Spanyol.
Pada tahun 1591, Ratu Inggris yang bernama Elizabeth I yang pertama mendukung
keterlibatan Inggris secara langsung dalam perdagangan rempah-rempah.
Sir James Lanchester dan George Raymond atas nama Ratu Inggris tersebut
kemudian bersiap dan mengadakan pelayaran. Lanchester berhasil mencapai Aceh
dan Penang dan sampai di Inggris pada tahun 1594.
Pelayaran pertama maskapai dagang ini di pimpin oleh Lanchester dan pada bulan
Juni 1602, berhasil tiba di Aceh dan terus menuju Banten. Akhirnya, dia mendapat
izin membangun kantor dagang.
Pelabuhan Banten inilah yang menjadi pusat kegiatan orang-orang Inggris sampai
tahun 1682. Pada saat itu, Inggris memperoleh kemajuan di wilayah Asia.
Pelayaran kedua EIC di pimpin oleh Sir Henry Middleton di tahun 1604. Dia
kemudian berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon, dan Belanda.
Melihat kenyataan ini Belanda kemudian marah dan berkomplik dengan Inggris.