Вы находитесь на странице: 1из 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Derajat kesehatan di Indonesia saat ini masih masih menunjukkan keadaan

yang kurang baik. Hal ini dibuktikan dengan masih tingginya Angka Kematian

Ibu (AKI). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI tahun 2012,

AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH). Target

Nasional Sustainable Development Goals (SDG’s) adalah menurunkan AKI

menjadi 306 per 100.000 KH pada tahun 2019. Mengacu pada kondisi saat ini

potensi untuk mencapai target SDG’S untuk menurunkan AKI diperlukan kerja

keras untuk mencapainya (KeMenKes RI, 2016)

Tingginya AKI terkait dengan banyak faktor, diantaranya kualitas perilaku

ibu hamil yang tidak memanfaatkan pelayanan antenatal, sehingga kehamilannya

berisiko tinggi. Guna menghindari kemungkinan terjadinya risiko-risiko selama

masa kehamilan, ibu harus memeriksakan kehamilannya secara teratur, minimal

empat kali selama kehamilan dengan ketentuan minimal satu kali pada triwulan

pertama, minimal satu kali pada triwulan kedua dan minimal dua kali pada

triwulan ketiga (KeMenKes RI, 2012; Devi, K dan Veni, Y.S., 2016).

Pelayanan antenatal yang disebut Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan

kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga

mampu menghadapi masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas secara

normal. Tujuan dari pelayanan antenatal adalah untuk memantau kemajuan

kehamilan sehingga kesehatan ibu dan janin terjamin, mendeteksi sedini mungkin

faktor-faktor risiko atau penyulit yang dapat mengancam jiwa mereka,

1
mempersiapkan ibu melahirkan dengan selamat serta mempersiapkan masa nifas

berjalan normal (Padila, 2014). Sehingga ibu hamil dianjurkan untuk

memeriksakan kehamilan sedini mungkin sejak merasakan adanya tanda-tanda

kehamilan secara teratur, dengan frekuensi kunjungan antenatal minimal empat

kali dengan distribusi pemeberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu

kali pada trimester I, minimal satu kali pada trimester II, dan minimal dua kali

pada trimester III sesuai standar pelayanan yang berkualitas (KeMenkes RI,

2012).

Pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dari indikator cakupan pelayanan

antenatal K1 Akses, K1 Ideal dan K4. Cakupan pelayanan K1 akses adalah

cakupan ibu hamil yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan

untuk mendapat pelayanan antenatal sesuai standar dan tidak tergantung usia

kehamilan. Cakupan Pelayanan K1 Ideal adalah cakupan ibu hamil yang

melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehtan untuk mendapatkan pelayanan

antenatal sesuai standar pada trimester pertama. Sedangkan K4 adalah cakupan

ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan

sesuai dengan standar paling sedikit empat kali kunjungan dengan distribusi satu

kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada

trimester ketiga (KemenKes RI, 2012; KeMenKes RI, 2013).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 Cakupan K1

Ideal (pelayanan antenatal/kesehatan ibu hamil pertama kali pada trimester

pertama) secara nasional adalah 81,6% dengan cakupan terendah di Papua

(56,3%) (Papua) dan tertinggi di Bali (90,3%).Setiap ibu hamil yang menerima

2
ANC pada trimester I (K1 Ideal) seharusnya mendapat pelayanan ibu hamil secara

berkelanjutan dari trimester pertama hingga trimester ketiga, hal ini dapat dilihat

dari indikator pelayanan antenatal K4. Cakupan K4 secara nasional adalah 70,4%

dengan cakupan terendah adalah Provinsi Maluku (41,4%) dan tertinggi di DI

Jogyakarta (85,8%). Sehingga secara nasional terdapat selisih dari Cakupan K1

Ideal dan K4 sebesar 12 persen dari ibu yang menerima K1 Ideal tidak

melanjutkan ANC sesuai standar minimal (K4) (Riskesdas 2013).

Menurut hasil Riskesdas Tahun 2013 persentase rata-rata Cakupan K1 Ideal

di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 68,4% dengan cakupan terendah

di Kabupaten Sumba Barat Daya (34,2%) dan tertinggi di Kabupaten Lembata

(92,9%). Sedangkan persentase rata-rata Cakupan K4 adalah 72,4% degan

cakupan tertinggi di Kota Kupang (92,1%) dan terendah di Kabupaten Sumba

Barat Daya (28,4%). Berdasarkan penjelasan data tersebut diatas,di Provinsi NTT

terdapat selisih antara Cakupan K1 Ideal dan K4 yaitu sebesar 64% dari ibu yang

menerima K1 Ideal tidak melanjutkan ANC sesuai standar minimal (K4)

(Riskesdas, 2013).

Laporan Profil Kesehatan Provinsi NTT Tahun 2015 persentase rata- rata

Cakupan K1 Akses di Provinsi NTT sebesar 72,7% dengan cakupan terendah

sebesar 38,9 persen di Kabupaten Sumba Tengah dan tertinggi di Kota Kupang

yaitu sebesar 100 persen. Cakupan K1 Akses di Provinsi NTT pada Tahun 2014

sebesar 82,0%, apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2015 mengalami

penurunan sebesar 9,3 persen. Selanjutnya Cakupan K1 Akses di Kabupaten

Timor Tengah Selatan (TTS) pada tahun 2015 sebesar 66,6 persen, persentase ini

3
dibawah Cakupan K1 Akses Provinsi (72,7%) (Profil Kesehatan Provinsi NTT,

2015).

Merujuk data dari Dinas Kesehatan Kabupaten TTS tahun 2016 tentang

cakupan pelayanan antenatal K1 Ideal di wilayah kerja Puskesmas Batu Putih

termasuk rendah dibandingkan puskesmas lainnya di wilayah Kabupaten Timor

Tengah Selatan yakni 92 kunjungan dari total kunjungan pelayanan antenatal

sebesar 1075 atau 8,55% (Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, 2016).

Kunjungan pelayanan antenatal K1 Ideal dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya faktor internal dan eksternal ibu. Faktor internal ibu yaitu

umur, paritas pendidikan, pengetahuan dan sikap. Sedangkan faktor eksternal ibu

adalah dukungan suami, dan sosial budaya. Hasil penelitian sebelumnya oleh

Hidayatun, M.S.,(2014) yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu

mempengaruhi perilaku kunjungan ANC, karena ibu yang memiliki tingkat

pendidikan yang tinggi cenderung melakukan pemeriksaan antenatal sedini

mugkin dan cenderung rutin melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan

dibanding ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Devi K dan Veni Y.S. (2016) menyatakan

bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik 10,000 kali lebih besar untuk

melakukan kunjungan antenatal dini dan status kunjungan antenatal lengkap

dibandingkan dengan responden yang memilki pengetahuan kurang. Pengetahuan

atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan

perilaku seseorang dalam hal ini untuk melakukan kunjungan ANC sesuai standar.

Pengetahuan memegang peranan penting menentukan sikap, karena itu

4
pengetahuan yang dimilki ibu mempeunyai pengaruh terhadap tindakan

pemeriksaan kehamilan (Devi, K dan Veni, Y.S., 2016).

Hasil penelitian Fitrayeni, Suryati dan Faranti (2015) menunjukkan sikap

merupakan salah satu faktor risiko dalam kelengkapan kunjungan ANC pada ibu

hamil. Ibu yang memiliki sikap negatif 16,75 kali berisiko melakukan kunjungan

ANC tidak lengkap dibanding ibu yang memilki sikap positf tentang ANC. Sikap

terdiri dari komponen kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep untuk membentuk

sikap yang utuh, dan berperannya pengetahuan, keyakinan dan emosi. Sikap

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau objek, tetapi belum merupakan suatu tindakan (Notoatmojo,2012).

Hasil penelitian oleh Kurnia, I.P.S. dan Heny, V.E. (2015) menunjukkan ada

hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan kunjungan pemeriksaan

antenatal sesuai standar, dimana ibu yang memilki dukungan suami yang baik

sebesar 75% melakukan pemeriksaan antenatal sesuai standar dibandingkan ibu

dengan suami yang tidak berperan dalam pemeriksaan antenatal. Dukungan suami

berperan penting dalam meningkatkan minat dan motivasi ibu hamil untuk

memanfaatkan pelayanan antenatal sehingga ibu melakukan kunjungan antenatal

sedini mungkin dan secara teratur selama kehamilan.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul: “Analisis faktor yang berpengaruh terhadap cakupan pelayanan antenatal

K1 Ideal di wilayah kerja Puskesmas Batu Putih, Kecamatan Batu Putih,

Kabupaten Timor Tengah Selatan”

5
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah telah diuraikan diatas, maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

NTT yang memilki cakupan pelayanan antenatal K1 Akses dan K1 Ideal

terendah. Menurut Profil Kesehatan Provinsi NTT tahun 2015, cakupan pelayanan

antenatal K1 Akses di Kabupaten TTS sebesar 66,6%, angka ini masih dibawah

cakupan rata-rata provinsi yaitu sebesar 72,7%. Selanjutnya Puskesmas Batuputih

merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten Timor tengah Selatan yang

memilki cakupan pelayanan antenatal K1 Ideal termasuk rendah dibandingkan

dengan puskesmas lainnya di wilayah Kabupaten Timor Tengah Selatan. Data

Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan tahun 2016 menunjukkan

kunjungan pelayanan antenatal K1 Ideal di wilayah kerja Puskesmas Batu Putih

92 kunjungan dari total kunjungan pelayanan antenatal sebesar 1075 atau 8,55%.

1.3 Pembatasan Masalah

Rendahnya cakupan pelayanan antenatal K1 Ideal dipengaruhi oleh berbagai

faktor antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Penelitian ini dibatasi pada

analisis faktor yang berhubungan dengan cakupan pelayanan antenatal K1 Ideal

yang meliputi umur ibu, paritas, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, tingkat

pengetahuan, sikap, dukungan suami, dan sosial budaya.

6
1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka perumusan masalah

penelitian adalah sebagai berikut :“Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

cakupan pelayanan antenatal K1 Ideal di wilayah kerja Puskesmas Batu Putih,

Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan?”

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap cakupan pelayanan

antenatal K1 Ideal di wilayah kerja Puskesmas Batuputih, Kecamatan Batu Putih,

Kabupaten Timor Tengah Selatan.

1.5.2 Tujuan Khusus

1. Mendiskripsikan faktor internal ibu yang meliputi umur, paritas,

pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, dan sikap yang

berpengaruh terhadap pelayanan antenatal K1 Ideal di wilayah kerja

Puskesmas Batu Putih, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor

Tengah Selatan.

2. Mendiskripsikan faktor eksternal ibu yang meliputi dukungan suami

dan social budaya yang berpengaruh terhadap pelayanan antenatal K1

Ideal di wilayah kerja Puskesmas Batuputih, Puskesmas Batu Putih,

Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

3. Menganalisis pengaruh faktor internal ibu yang meliputi umur, paritas,

pendidikan, tingkat pengetahuan, dan sikap terhadap cakupan pelayanan

7
antenatal K1 Ideal di wilayah kerja Puskesmas Batu Putih, Kecamatan

Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

4. Menganalisis pengaruh faktor eksternal ibu yang meliputi dukungan

suami dan sosial budaya terhadap cakupan pelayanan antenatal K1 Ideal

di wilayah kerja Puskesmas Batu Putih, Kecamatan Batu Putih,

Kabupaten Timor Tengah Selatan.

5. Menganalisis pengaruh faktor internal ibu (umur, paritas, pendidikan,

pekerjaan, tingkat pengetahuan dan sikap) dan faktor eksternal ibu

(dukungan suami dan sosial-budaya) terhadap cakupan pelayanan

antenatal K1 Ideal di wilayah kerja Puskesmas Batu Putih, Kecamatan

Batu Putih , Kabupaten Timor Tengah Selatan secara simultan.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan

sebagai dasar atau acuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap cakupan kunjungan pelayanan antenatal K1 Ideal di wilayah kerja

Puskesmas Batu Putih, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Instansi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inormasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan dalam menetapkan

arah kebijakan program terkait pelayanan kesehatan Ibu Hamil

8
khususnya dalam meningkatkan akses dan kualitas pelayanan antenatal

sehingga dapat meningkatkan cakupan pelayanan antenatal K1 Ideal di

wilayah kerja Puskesmas Batu Putih, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten

Timor Tengah Selatan

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang pengetahuan

bagi ibu hamil dan masyarakat tentang pentingnya melakukan

pemeriksaan kehamilan yang sesuai standar sehingga dapat mendeteksi

sedini mungkin komplikasi selama kehamilan dan persalinan.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti

mengenai faftor-faktor yang berpengaruh terhadap cakupan kunjungan

pelayanan antenatal K1 Ideal dan acuan bagi peneliti selanjutnya.

Вам также может понравиться