Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB 1

PENDAHULUAN

Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan

wanita. Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum

adanya pengalaman akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama

proses persalinan. Keadaan ini sering terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan.

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses

persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir), passanger (janin),

power (kekuatan). Persalinan dapat berjalan dengan normal (Euthocia) apabila ketiga

faktor terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi proses

persalinan yaitu psikologis dan penolong. Pada ibu yang pertama kali menjalani proses

persalinan akan takut, cemas, khawatir yang berakibat pada peningkatan nyeri selama

proses persalinan dan dapat menganggu jalan persalinan menjadi tidak lancer.

Distosia adalah Waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan persalinan

yang terhambat. Persalinan lama memiliki definisi berbeda sesuai fase kehamilan,

seperti klasifikasi berikut ini. Distosia pada kala I fase aktif: grafik pembukaan serviks

pada partograf berada di antara garis waspada dan garis bertindak, atau sudah

memotong garis bertindak, atau Fase ekspulsi (kala II) memanjang: tidak ada kemajuan

penurunan bagian terendah janin pada persalinan kala II. Dengan batasan waktu:

Maksimal 2 jam untuk nulipara dan 1 jam untuk multipara, atau Maksimal 3 jam untuk

nulipara dan 2 jam untuk multipara bila pasien menggunakan analgesia epidural

1
KAJIAN SKENARIO

SKENARIO 2

Seorang perempuan, berusia 21 tahun, tiba di unit gawat darurat RS jam 19.30,

dirujuk oleh bidan desa dengan keterangan persalinan tidak maju. Dari Anamnesis

diketahui ini adalah kehamilan anak pertama dan selama hamil tidak pernah kontrol ke

Bidan, sakit perut tembus ke belakang sejak jam 13.00 siang disertai pelepasan lendir

dan darah. pada pukul 19.00 pasien mengeluh rasa ingin meneran, pembukaan lengkap

(10 cm), ketuban sudah pecah dan kepala belum masuk panggul. Pasien telah diperiksa

dan diobservasi oleh bidan di puskesmas namun persalinan tidak ada kemajuan dan

bidan ragu dengan panggul ibu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi badan 144

cm. Pada pemeriksaan obstetri tinggi fundus 3 jari bawah prosesus xyphoideus,

punggung di kanan ibu, bagian terendah kepala. Jarak antara simfisis pubis – tinggi

fundus uteri 34 cm, lingkar perut ibu 85 cm. Denyut jantung janin 134 x/mnt. His 4x

dalam 10 menit dengan durasi 40-45 dtk, pada pemeriksaan panggul luar didapatkan

distansia spinarum 22 cm, distansia cristarum 25 cm dan Konjugata externa

(Boudeloque) 14 cm. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan pembukaan 10 cm,

selaput ketuban tidak teraba, Kepala H1 terdorong (BAP), pemeriksaan panggul dalam

arkus pubis <90 derajat dan interspinarum 10 cm

2
PENGKAJIAN

A. Identitas Klien

1. Nama : Ny X

2. Umur : 21 tahun

3. Jenis kelamin : perempuan

B. Riwayat Kesehatan:

1. Kehamilan saat ini

Ibu primipara G1P0A0 dengan usia gestasi 40 minggu (tinggi fundus uterus 3

jari dibawah prosessus xiphoideus), mengalami distosia, mengeluh sakit perut

tembus ke belakang sejak jam 13.00 siang disertai pelepasan lendir dan darah.

pada pukul 19.00 pasien mengeluh rasa ingin meneran, pembukaan lengkap (10

cm), ketuban sudah pecah dan kepala belum masuk panggul.

2. Kehamilan dahulu

Kehamilan anak pertama.

3. Keluhan utama

Sakit perut tembus ke belakang sejak jam 13.00 siang disertai pelepasan lendir

dan darah.Pada pukul 19.00 pasien mengeluh rasa ingin meneran, pembukaan

lengkap (10 cm), ketuban sudah pecah dan kepala belum masuk panggul.

4. Riwayat Ginekologi

Tidak ada riwayat ginekologi dilampirkan pada skenario.

5. Riwayat Medis

Selama hamil tidak pernah kontrol ke Bidan.

6. Riwayat Medis Keluarga

Riwayat medis keluarga tidak dilampirkan pada skenario


3
7. Riwayat Pekerjaan

Riwayat pekerjaan pasien tidak dilampirkan di skenario

C. Pemeriksaan Fisik

1. Umum

a. Tinggi badan : 144 cm

b. TTV :

 TD : - Nadi : -

 RR : - Suhu : -

2. Palpasi

a. Leopold I

 Tinggi fundus 3 jari bawah prosesus xyphoideus (usia kehamilan 40

minggu)

 Jarak antara simfisis pubis – tinggi fundus uteri 34 cm

 Lingkar perut ibu 85 cm.

 Tafsiran Berat Janin : TFU x LP ibu = 34 cm x 85 cm = 2.890 gram

b. Leopold II

 Punggung di kanan ibu

 Denyut jantung janin 134 x/mnt.

c. Leopold III

 Bagian terendah kepala

d. Leopold IV

 Kepala janin belum masuk panggul

3. Genitalia

a. Terdapat pengeluaran air ketuban.

b. Pengkajian genitalia eksterna dan interna : Tidak dilampirkan pada skenario

4
4. Pemeriksaan Panggul

a. Distansia spinarum 22 cm

b. Distansia cristarum 25 cm

c. Konjugata externa (Boudeloque) 14 cm

d. Pemeriksaan panggul dalam arkus pubis <90 derajat

e. Interspinarum 10 cm

5. Pemeriksaan vagina

Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan pembukaan 10 cm, selaput

ketuban tidak teraba, Kepala H1 terdorong (BAP).

6. His

His 4x dalam 10 menit dengan durasi 40-45 detik (normal)

7. Personal Hygiene

Tidak dilampirkan di skenario

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Persalinan macet

Persalinan lama disebut juga atau distosia, didefinisikan sebagai persalinan yang

abnormal/sulit. Persalina lama memiliki definisi berbeda sesuai fase kehamilan, seperti

klasifikasi berikut ini.4

 Distosia pada kala I fase aktif : Grafik pembukaan serviks pada partograf berada

diantara garis waspada dan garis bertindak, atau sudah memotong garis

bertindak, atau

 Fase ekspulsi (kala II) memanjang : Tidak ada kemajuan penurunan bagian

terendah janin pada persalinan kala II. Dengan batasan waktu :

Maksimal 2 jam untuk nulipara dan 1 jam untuk multipara, atau

Maksimal 3 jam untuk nulipara dan 2 jam untuk multipara bila pasien menggunakan

analgesia epidural.1

2.2 Faktor Yang Menyebabkan Persalinan Macet

a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan

persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan

panggul ibu.Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu

menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak.Disproporsi

sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul.Panggul

yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak,

presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin

untuk mengadakan molase.Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan

6
abnormal, ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat

menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.2

Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi

disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan

kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan

komplikasi obstetri. Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih

besar dari pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin

melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan

ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau

kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak

dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia

kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal. Disproporsi

sefalopelvik dapat terjadi :2

1. Marginal, bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-

sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkanberlan

gsungnya kelahiran pervaginam

2. Moderat, sekitar setengah dari pasien pada kelompok lantan ini

memerlukan kelahiran dengan tidakan operasi.

3. Definit, iniberarti pelvis sempit, bentukkepala abnormal atau janin

mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnyahidrosefalus, operasi

diperlukan pada kelahiran ini.

b. Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan

kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong.2

7
1. Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi

maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian

terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidak seimbangan kepala dengan

panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun kedalam rongga

panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak

dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis

luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi

0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.

2. Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar

dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak

pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada

persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian

atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina Presentasi

bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut

akut panjangnya porosibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang.

Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot

uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.

3. Presentasi Muka

Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput

menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian

terendah.Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis

sempit atau janin sangat besar.Pada wanita multipara, terjadinya presentasi

muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung


8
janin menggantung kedepan atau ke lateral, sering kali mengarah kearah

oksiput.Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal,

mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi

pada primigravida.

4. Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus,

pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar

siam.

5. Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina

kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.

6. Ada kelainan his

Terjadi kelainan pada kontraksi uterus pada ibu hamil sehingga kontraksi

uterus tidak mencapai kekuatan yang diperlukan

2.3 Tanda Dan Gejala Distosia

a. Ibu

1. Gelisah, letih, suhu badan meningkat, nadi cepat, pernafasan cepat,

meteorismus.

2. Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan ketuban

berbau, terdapat mekonium.3

b. Janin

1. Denyut jantung janin cepat/tidak teratur, bahkan negatif, air ketuban

terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.

2. Kaput suksadenum yang membesar.

9
3. Moulage kepala yang hebat.

4. Kematian janin dalam kandungan.3

2.4 Penatalaksanaan Awal

a. Nilai cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda-tanda vital dan

tingka hidrasinya. 


b. Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his. Hitung

frekuensinya sekurang-kurangnya sekali dalam 30 menit selama fase aktif dan

tiap 5 menit selama kala II. 


c. Memperbaiki keadaan umum:


1. Dengan memberikan dukungan emosional, bila keadaan masih

memungkinkan anjurkan bebas bergerak duduk dengan posisi yangberubah.

2. Berikan cairan secara oral atau parenteral dan upaya buang airkecil

3. Berikan analgesik: tramadol atau petidin 25 mg IM (maksimum 1 mg/kg

BB), jika pasien merasakan nyeri.

4. Diberi antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi

5. Diberikan oksigen.4

2.5 Komplikasi

Persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau

keduanya sekaligus.

a. Dampak pada ibu

1. Infeksi Inpartum

10
Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada

partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban.Bakteri di dalam cairan

amnion menembus amnion dan menginvasi desi dua serta pembuluh korion

sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.Pneumonia pada

janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah konsekuensi

serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukan

bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama

persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi persalinan lama.

2. Ruptur Uteri

Penipisan abnormal segmen bawah menimbulkan bahaya serius selama

partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka

dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disporporsi antara kepala janin dan

panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap(engaged ) dan tidak

terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang kemudian

dapat menyebabkan rupture. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin

retraksi patologis yang dapat diraba sebagai sebuah Krista transversal atau

oblik yang berjalan melintang di uterus antara simfisis dan

umbilikus.Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan persalinan per

abdominan segera.

3. Cincin retraksi patologis

Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu

pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan.Cincin ini sering

timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan oenipisan

berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini cincin dapat

11
terlihat jelas sebagai suatu indentasi abdomen dan menandakan ancaman

akan rupturnya segmen bawah uterus. Konstriksi ini kadang-kadang masih

terjadi sebagai konstriksi jam pasir (bouglass constriction) uterus setelah

lahirnya kembar pertama. Pada keadaan ini, konstriksi tersebut kadang-

kadang dapat dilemaskan dengan anastesi umum yang sesuai dan janin

dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang seksiosesarea yang

dilakukan dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi

kembar kedua.

4. Pembentukan fistula

Apa bila bagian terbawah janin menekan kuat kepintu atas panggul. Tetapi

tidak mau untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang di

antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan.

Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam

beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesiko vaginal,

vesiko servikal, ataurektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini

pada persalinan kala II yang berkepanjangan.

5. Cedera otot-otot dasar panggul

Suatu anggapan yang telah lama dipegang adalah bahwa cedera otot-otot

dasar panggul, persarafan atau fasia penghubungnya merupakan

konsekuensi yang tidak terelakan pada persalinan pervaginam, terutama

apabila persalinannya sulit.Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat

tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan kebawah akibat upaya

mengejan ibu.Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul

sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf dan jaringan

12
ikat. Terdapat semakin besar kekhawatiran bahwa efek-efek pada otot dasar

panggul selama melahirkan ini akan menyebabkan inkontinensia urin dan

alvi serta prolaps organ panggul. Dapat pula terjadi cedera klasik seperti

robekan sfingter ani yang terjadi saat persalinan pervaginam.Robekan ini

terjadi 3 sampai 6 persen persalinan dan sekitar separuh dari mereka

kemudian mengeluhkan adanya inkontinensia alvi atau gas.6

b. Dampak pada janin

Infeksi intrapartum bukan saja merupakan penyulit yang serius pada ibu,

tetapi juga merupakan penyebab penting kematian janin dan neonates.Hal ini

disebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus selaput amnion dan

menginvasi desi dua serta pembuluh darah korion, sehingga terjadi bakterimia pada

ibu dan janin.Pneumonia janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi,

adalah konsekuensi serius lainnya.

1. Kaput Suksedaneum

Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan terjadi kaput suksedaneum yang

besar di bagian terbawah kepala janin.Kaput kepala ini dapat berukuran cukup

besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius. Kaput dapat hamper

mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri belum cakap. Dokter yang

kurang berpengalaman dapat melakukan upaya secara premature dan tidak bijak

untuk melakukan ekstraksi forceps. Biasanya kaput suksedaneum, bahkan yang

besarse kalipun, akan menghilang dalam bebera pahari.

2. Molase Kepala Janin

Akibat tekanan His yang kuat,lempeng-lempeng tulang tengkorak saling

bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang

13
disebut molase. Biasanya batas median tulang parietal yang berkontak dengan

promontorium bertumpang tindih dengan tulang di sebelahnya, hal yang sama

terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang oksipital terdorong kebawah

tulang parietal.Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan

kerugian yang nyata. Dilainpihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok,

molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin,

dan perdarahan intracranial pada janin.6

2.8 Perspektif Islam

QS. Luqman (Keluarga Luqman) – surah 31 ayat 14 [QS. 31:14]

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada

dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

14
KESIMPULAN

Berdasarkan skenario 2 dapat disimpulkan bahwa , ibu 21 tahun primipara

dengan usia kehamilan 40 minggu, His yang adekuat, TFU janin sesuai usia

kehamilan, pembukaan lengkap, pelepasan cairan dan darah , kondisi janin dalam batas

normal. Tetapi terdapat distosia et causa jalan lahir/ panggul ibu yang sempit dimana

ada penyempitan pintu atas panggul (outlet), yang menyebabkan tidak terdapatnya

kemajuan dalam persalinan yang dimana pemeriksaan panggul luar didapatkan

distansia spinarum 22 cm, distansia cristarum 25 cm dan Konjugata externa

(Boudeloque) 14 cm yang dimana normalnya distansia spinarum (± 24-26 cm),

distansia kristarum(± 28-30 cm) dan konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18 cm.

Diagnosa G1P0A0 Gravid aterm 40 minggu Inpartu kala II lama. Disarankan pada

kasus ini dilakukan tindakan lanjutan yaitu SectioCaesareauntuk menghindari

komplikasi seperti ruptur uteri pada ibu, kaput suksedaneum sefalo-hematoma pada

janin dari penyebab partus macet pada skenario.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG dkk. Dystocia: Abnormal Labour. Williams Obstetrics. Edisis


ke-22. New York: McGraw-Hill; 2009.
2. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo.Jakarta : PT Bina Pustaka. Halaman 194,195,222
3. Supriyatiningsih. 2014. Pengetahuan Obstetri dan Ginekologi untuk Pendidikan
Profesi Dokter Fakultas Kedoktern dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Hal 18, 19, 20, 27, 29, 30.
4. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Edisi 5. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Nugraha, N. Hussein, Z. 2014. G2P1A0 Hamil Aterm Inpartu Janin Tunggal
Hidup Presentasi Kepala Dengan Partus Kasep. Vol 2 No 3. Lampung: Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung. Halaman 64.
6. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Edisi 5. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

16

Вам также может понравиться