Вы находитесь на странице: 1из 15

LANDASAN BIMBINGAN KONSELING DI MADRASAH

Makalah Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Bimbingan Konseling di Madrasah

Dosen Pengampu:
Dr. H. Achmad Muhibbin Zuhri, M.Ag.
Penyusun:
Ahmad Athoul Hasib (D91216044)
Muhammad Avif Ziaul Cholil (D91216066)
Satriyo Wicak Iktiarto (D91216126)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,.

Puji sanjung syukur teruntuk dzat yang Maha Luhur, pemilik nama yaa
Ghofur, yaa Shobur, yakni Allah swt., atas segala rahmat dan limpahan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Bimbingan Konseling di
Madrasah yang bertema “Landasan Bimbingan Konseling di Madrasah”. Sholawat
bermutiarakan salam selalu tercurahkan kepada sang revolusioner muslim sejati,
yakni baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju pada
cahaya yang terang benderang dan sekaligus menjadi suri tauladan bagi umat
Islam.

Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas. Makalah ini tidak akan
tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak terutama Dr. H. Achmad
Muhibbin Zuhri, M.Ag., selaku Dosen Pengampu Bimbingan Konseling, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dengan bijak kepada kami untuk
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap dengan adanya penyusunan makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca. Saya menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sesuai rujukan
sebuah semboyan “Diantara yang jauh dari sempurna dan diantara yang buruk
tentu ada sekelumit kecil yang berguna”. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat penulis butuhkan guna menyempurnakan makalah-
makalah selanjutnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Surabaya, 01 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... ii

Daftar Isi.......................................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan dan Bimbingan Konseling.................... 3


B. Landasan-landasan Bimbingan dan Konseling....................... 4

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia.


Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa
dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang
kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan
adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan
konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa
dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya
bagi para penerima jasa layanan (klien).

Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai
bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para penerima
jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan bimbingan dan
konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi
mutlak adanya.

Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan


bimbingan dan konseling selama ini,– seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling
sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan
bimbingan dan konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat
pemahaman dan penguasaan konselor tentang landasan bimbingan dan konseling. Dengan
kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak
dibangun di atas landasan yang seharusnya.

Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan
dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang
beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan
konseling.

1
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat kita ambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian landasan bimbingan dan konseling?
2. Apa saja landasan-landasan bimbingan dan konseling?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut dapat kita ketahui tujuan penulisan makalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian landasan bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui landasan-landasan bimbingan dan konseling.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Bimbingan dan Konseling

Landasan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai alas, dasar,
bantalan, atau tumpuan. Adapun secara istilah, landasan sebagai dasar dikenal pula sebagai
fundasi atau pondasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa
landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal, suatu titik tumpu atau titik
tolak dari sesuatu hal, atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal.

Sedangkan menurut pakar, Bimbingan yaitu suatu proses pemberian bantuan yang
terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungan.1 Adapun Konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan
maupun sebagai teknik. Konseling suatu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari
bimbingan. Konseli merupakan bagian terpadu dari bimbingan dua orang individu, dimana
konselor berusaha membantu konseli untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri
dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.2

Jadi, Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-
faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku
pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah
bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan
tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan
itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan
konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan
kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi
taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Untuk itu, agar dapat berdiri tegak
sebagai sebuah layanan profesional yang dapat diandalkan dan memberikan manfaat bagi

1 Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusumawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), 2.

2 Ibid, 4-5

3
kehidupan, maka layanan bimbingan dan konseling perlu dibangun di atas landasan-landasan
yang kokoh.

B. Landasan-Landasan Bimbingan dan Konseling


1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan


pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan
dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama berkenaan dengan usaha
mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu?
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat
dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan
filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern. Dari berbagai aliran filsafat yang ada,
para penulis Barat . Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph,
(dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :

a. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu
untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
b. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia
berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c. Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya
sendiri khususnya melalui pendidikan.
d. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti
upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya
mengontrol keburukan.
e. Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara
mendalam.
f. Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia
terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g. Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
h. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat
pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini
memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu
adan akan menjadi apa manusia itu.

4
i. Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun,
manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan
untuk melakukan sesuatu.

Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan
konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri.
Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan
memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.3

Dari sini dapat kita simpulkan bahwa landasan filosofis bimbingan terkait dengan
cara pandang para ahli berdasarkan olah pikirnya tentang hakikat manusia, tujuan, dan
tugas hidupnya di dunia ini.

2. Landasan Psikologis

Landasan psikologis dalam bimbingan konseling berarti memberikan pemahaman


tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Terkadang ada
tingkah laku yang sejalan dengan norma dan ada yang jauh dari norma agama. Maka
dari itu kita harus mengaitkan semua itu dengan norma-norma yang tepat dalam ajaran
Islam. Jika klien memiliki tingkah laku yang jauh dari norma, maka solusi apa yang kita
berikan padanya, misalnya kita memberikan pengertian tentang akhlak-akhlak terpuji
yang di sukai Allah atau sebaliknya, sehingga dia dapat mengambil kesimpulan sendiri
dan mengerti apa yang harus dia lakukan kedepannya. Hal ini sangat penting karena
bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku
yang perlu diubah atau dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi.4

Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses
perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam interaksi dengan
lingkungannya. Di samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai perubahan
sikap dan tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier
(sesuai dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat
fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan.5

3 Sulistyarini dan Mohammad Jauhar, Dasar-dasar Konseling, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014), 39.

4 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), 170

5 Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung: Remaja Rosdakarya.
2009), 157-158

5
3. Landasan Religius

Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan pada 3


hal pokok, yaitu; (1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan,
(2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah
dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan (3) Upaya yang memungkinkan
berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta
kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk
perkembangan dan pemecahan masalah individu.

1. Manusia sebagai Mahluk Tuhan

Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi


kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif.
Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-
hal positif.

2. Sikap Keberagamaan

Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap
keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri,
agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus
diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari
penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.

3. Peranan Agama

Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak


dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak
mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling
yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi memelihara fitrah,
memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan.

4. Landasan Pedagogis

Bimbingan dan konseling identik dengan pendidikan artinya ketika seseorang


melakukan praktik pelayanan bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik,

6
sebaliknya apabila seseorang melakukan praktik pendidikan (mendidik) berarti ia sedang
memberikan bimbingan.

Landasan pedagogis pelayanan bimbingan dan konseling setidaknya berkaitan


dengan : (1) pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan
merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, (2) pendidikan sebagai inti proses
bimbingan dan konseling, dan (3) pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan
dan konseling.

a. pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah


satu bentuk kegiatan pendidikan.

Pendidikan dapat diartikan sebagai upaya membudayakan manusia muda. Upaya


pembudayaan ini meliputi pada garis besarnya penyiapan manusia muda menguasai alam
lingkungannya, memahami dan melaksanakan nilai-nilai dan norma yang berlaku,
melakukan peranan yang sesuai, menyelenggarakan kehidupan yang layak, dan
meneruskan kehidupan generasi orang tua mereka. Untuk tugas-tugas masa depan
mereka itu, melalui proses pendidikan manusia mudah memperkembangkan diri dan
sekaligus mempersiapakan diri dengan potensi yang ada pada diri mereka dan prasarana
serta sarana-sarana yang tersedia.[6]

Dalam pengertian pendidikan tersebut, secara eksplisit, disebutkan bimbingan


sebagai salah satu bentuk upaya pendidikan. Oleh karena itu segenap pembicaraan
tentang bimbingan dan konseling tidak boleh lepas dari pengertian pendidikan yang telah
dirumuskan secara praktis, dengan demikian dalam pelayanan bimbingan dan konseling
harus terkandung komponen-komponen tersebut, yaitu :

 Merupakan usaha sadar.


 Menyiapkan peserta didik (klien)
 Untuk perannya dimasa yang akan datang.

Bimbingan dan konseling menyediakan unsure-unsur diluar individu yang dapat


dipergunakannya untuk mengembangkan diri. Untuk dapat berkembang dengan baik dan
mandiri, setiap individu memerlukan pengetahuan dan keterampilan, jasmani dan rohani
yang sehat, serta kemampuan penerapan nilai dan norma-norma hidup kemasyarakatan.

b. pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling

7
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh para
klien. Bimbingan dan konseling merupakan proses yang berorientasi pada belajar, yakni
belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri. Belajar un tuk mengembangkan
dan menerapkan secara efektif berbagai pemahaman. Dalam proses konseling klien
mempelajari keterampilan dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, tingkah
laku, tindakan serta sikap-sikap baru. Melalui belajar itulah klien memperoleh berbagai
hal yang baru bagi dirinya, dari situlah klien berkembang.

c. pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan bimbingan dan konseling

Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan khusus (jangka pendek) dan tujuan
akhir (jangka panjang). Tujuan khusus (jangka pendek) dal;am pelayanan bimbingan dan
konseling adalah membantu individu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya,
sedangkan tujuan akhir (jangka pnjang) adalah bimbingan diri sendiri. Siswa mampu
mengembangkan kemampuan sendiri untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri
tanpa pelayanan dan bimbingan konseling lagi.6

Tujuan-tujuan bimbingan dan konseling, selain memperkuat tujuan-tujuan pendidikan,


juga menunjang proses pendidikan pada umumnya.

5. Landasan sosial budaya

Kebudayaan akan bimbingan timbul karena terdapat faktor yang menambah


rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti
perubahan kontelasi keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja,
perkembangan komunikasi dan lain-lain.7

MC Daniel memandang setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya
tuntutan biologisnya, tepapi juga tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu
menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola
yang dapat diterima dalam budaya tersebut.

Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga keagamaan,


kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara menyeluruh

6 http://adhisaptr.blogspot.com/2015/06/landasan-bimbingan-konseling.html
7 Rochman Natawidjaya, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1987),

8
memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan dan pola hidup warganya.
Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh organisasi dan budaya lembaga-lembaga
tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh individu, tingkat
pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang
dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang dimasukinya.8

Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam


pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.

6. Landasan Ilmiah dan Teknologi

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan professional yang


memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan
kegiatannya, maupun pengembangan-pengembangan layanan itu secara berkelanjutan.

a. Keilmuan bimbingan dan konseling

Ilmu bimbingan dan konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan


dan konseling yang tersusun secara logis dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu
yang lain, ilmu bimbingan dan konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode
pengalihan pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.

Obyek kajian bimbingan dan konseling ialah upaya bantuan yang diberikan
kepada individu yang mangacu pada ke-4 fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman,
pencegahan, pengentasan dan pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan
tentang bimbingan dan konseling dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti
pengamatan, wawancara, analisis document (Riwayat hidup, laporan perkembangan),
prosedur teks penelitian, buku teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek
kajian bimbingan dan konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan
konseling.

b. Peran ilmu lain dan teknologi dalam bimbingan dan konseling

Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya


ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi
memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik
8 Prayitno, Dasar-Dasar. …Ibid

9
individu; biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal
itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.

c. Pengembangan bimbingan konseling melalui penelitian

Pengembangan teori dan pendekatan bimbingan dan konseling boleh jadi dapat
dikembangkan melalui proses pemikiran dan perenungan, namun pengembangan yang
lebih lengkap dan teruji didalam praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu
memperhatikan pula hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori dan
praktek bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefektifan
dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju
jika dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang
berhubungan dengan BK.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor


yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana
utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Sebagai sebuah layanan
profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas landasan yang kokoh. Karena
landasan bimbingan dan konseling yang kokoh merupakan tumpuan untuk terciptanya
layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan

Landasan adalah dasar dasar yang harus kita ketahui untuk mengetahui macam-
macam kategori masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Dan bimbingan dan konseling
memerlukan sejumlah landasan yaitu; landasan filosofis, landasan religius, landasan
psikologis, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan tekhnologi serta landasan pedagogis.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://adhisaptr.blogspot.com/2015/06/landasan-bimbingan-konseling.html

Natawidjaya, Rochman. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1987.

Prayitno, dan Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Prestasi Pustaka,
2014.

Sukardi, Dewa Ketut, dan Desak P.E. Nila Kusumawati. Proses Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Sulistyarini, dan Mohammad Jauhar. Dasar-dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014.

Yusuf, Syamsu, dan A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009.

12

Вам также может понравиться