Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling
terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang baik agar
dapat melaksanakan aktivitasnya, sebaliknya kondisi lingkungan yang baik tergantung pada
aktivitas manusia terhadap lingkungan. Perkotaan sebagai pusat aktivitas telah berkembang
dengan pesat dan berperan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, kebudayaan, pariwisata,
transportasi maupun industri.
Perkembangan industri dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun, meningkatkan sampah industri dan sampah domestik yang dihasilkan oleh
penduduk sehingga semakin membebani tanah, udara dan sungai yang mengalir dalam wilayah
perkotaan. Akibat pertambahan jumlah penduduk yang setiap tahunnya mengalami peningkatan,
jarang sekali dalam suatu wilayah kota di temukan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk
daerah pemukiman yang layak.
Ini disebabkan karena ruang terbuka tersebut berubah fungsi menjadi tempat pembuangan
berbagai macam sampah dari hasil aktivitas manusia,berupa sampah dari kegiatan rumah tangga,
perkantoran, lembaga (instansi), pasar, terminal, restoran serta industri. Secara garis besar,
sampah perkotaan berasal dari pencemaran yang disebabkan oleh industri dan sektor domestik
yang menghasilkan limbah domestik (sampah domestik).
Sampah domestik ini terdiri dari sampah organik dan sampah non organik. Sampah organik
berasal dari mahluk hidup yang dapat terdegradasi sedangkan sampah non organik yang tidak
dapat terdegradasi misalnya: plastik, kaleng, kaca, dan lain-lain. Selain sampah organik dan
sampah non organik terdapat juga yang disebut sampah berbahaya misalnya: baterai, jarum
suntik, dan lain-lain. Sementara sampah industri terdiri dari emisi dari proses pembakaran,
limbah cair (sampah cair), limbah padat (sampah padat).
Volume sampah dan jenis yang dihasilkan tergantung dari pola komsumsi suatu
masyarakat dalam suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat tersebut maka
semakin tinggi pula volume sampah yang dihasilkan dan semakin banyak jenis sampah yang
dihasilkan.Tetapi pada umumnya sebagian besar sampah yang di hasilkan adalah jenis sampah
organik (sampah basah), yaitu mencakup 60-70 % dari total volume sampah (Kementerian
Lingkungan Hidup, 2008).
Pengelolaan persampahan di perkotaan merupakan suatu sistem yang saling berinteraksi
membentuk kesatuan dan mempunyai tujuan. Pengolahan sampah suatu kota bertujuan untuk
melayani penduduk terhadap sampah domestik rumah tangga yang dihasilkannya secara tidak
langsung memelihara kesehatan masyarakat serta menciptakan suatu lingkungan yang baik,
bersih dan sehat.
Sampah padat dari pemukiman merupakan bagian terbesar dari sampah yang timbul di
Indonesia. Untuk itu pengolahan sampah pada TPA harus betul-betul sesuai dengan prosedur.
Sehingga tidak menimbulkan dampak yang berlebihan bagi lingkungan dan masyarakat yang
tinggal di sekitar TPA tersebut.
Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui teknik pengambilan sampel tanah menggunakan auger dan
pengambilan air lindi menggunakan botol winkler.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen
padat, cairan, dan gas, mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Sifat dinamik tanah
tersebut karena tanah merupakan system yang terbuka dengan terjadinya proses pertukaran
bahan dan energy secara berkesinambungan (Palar, 1994).
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber kehidupan
tanaman, yang mengandung semua unsur yang berbeda baik dalam bentuk maupun
jumlahnya. Unsur hara mikro seperti besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn) dan tembaga (Cu)
merupakan unsur hara penting bagi tanaman yang terdapat dalam tanah.
Tanah secara alami telah mengandung logam berat meskipun hanya sedikit.
Tanah pun memiliki kemampuan dalam menyerap logam berat yang berbeda untuk tiap
jenis tanah berdasarkan bahan induk penyusun tanah tersebut. Menurut standar umum kadar
Pb dan Cd yang boleh ada pada tanah adalah masing-masing 150 ppm dan 2 ppm namun
untuk jenis tanah yang berasal dari batuan beku (Charlena, 2004)
Pengambilan contoh tanah dimaksudkan untuk memperoleh data karakteristik tanah yang tidak
dapat diperoleh langsung dari pengamatan lapangan. Lokasi pengambilan contoh tanah harus
dipilih sedemikian rupa sehingga dapat mewakili areal yang diambil contoh tanahnya.
Berdasarkan cara pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah, dihasilkan beberapa macam
contoh tanah, antara lain:
a. Contoh terduga (Judgement Sample)
Satu atau lebih contoh tanah yang diambil dipilih berdasarkan satuan pemetaan yang
ditemui pada areal survei. Lokasi pengambilan contoh tanah ditentukan secara subyektif
sehingga agak bias. Tingkat kepercayaan data yang diperoleh bisa tinggi bisa rendah tergantung
dari tingkat pengalaman (keahlian) si pengambil contoh.
b. Contoh acak (Random Sample)
Contoh tanah diambil sedemikian rupa sehingga setiap tanah di dalam daerah survei
mempunyai kesempatan yang sama. Pemilihan lokasi dilakukan dengan menggunakan tabel
bilangan random. Satu pasangan angka random yang diperlukan untuk pemilihan lokasi contoh
berdasarkan atas sistem koordinat.
c. Contoh acak bertingkat (Stratified Random Sample)
Pengelompokkan populasi dari yang heterogen ke strata homogen adalah suatu cara yang
paling efektif untuk dapat meningkatkan akurasi pengambilan contoh. Hal ini berarti dapat
meningkatkan akurasi atau mengurangi jumlah contoh tanah yang diperlukan apabila kita dapat
mengelompokkan areal survei ke dalam areal yang seragam. Pemilihan lokasi pada masing-
masing satuan pemetaan ditentukan dengan bilangan random.
d. Contoh sistematik (Systematic Sample)
Lokasi pengambilan contoh tanah dengan cara ini ditentukan dengan sistim Grid yaitu
berjarak sama pada kedua arah. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan praktis terutama
bagi tenaga yang kurang terampil.
Penetapan sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium memerlukan tiga macam contoh
tanah yaitu :
a. Contoh Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample) untuk penetapan bobot isi (bulk density),
susunan pori tanah, pF, dan permeabilitas tanah.
b. Contoh Tanah Agregat Utuh (Undisturbed Soil Agregat) untuk penetapan stabilitas agregat.
c. Contoh Tanah Biasa (Disturbed Soil Sample), untuk penetapan kandungan air, tekstur angka
Atterberg, dan sifat-sifat kimia.
Beberapa hal prinsip yang harus diperhatikan dalam pengambilan
contoh tanah untuk penetapan sifat fisik tanah adalah sebagai berikut:
BOD
Biochemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang terdapat dalam air pada keadaan
aerobik yang diinkubasi pada suhu 200 C selama 5 hari, sehingga sering disebut BOD5 (APHA,
1989). Nilai BOD5 perairan dapat dipengaruhi oleh suhu,densitas plankton, keberadaan mikroba,
serta jenis dan kandungan bahan organik (Effendi, 2003). Nilai BOD5 ini juga digunakan untuk
menduga jumlah bahan organik di dalam air limbah yang dapat dioksidasi dan akan diuraikan
oleh mikroorganisme melalui proses biologi.
COD
COD menyatakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi semua bahan
organik yang terdapat di perairan, menjadi CO2 dan H2O (Hariyadi, 2001). Pada prosedur penentuan
COD, oksigen yang yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan dalam
mengoksidasi air sampel (Boyd, 1982). Bila BOD memberikan gambaran jumlah bahan organik yang
dapat terurai secara biologis (bahan organik mudah urai, biodegradable organic matter), maka COD
memberikan gambaran jumlah total bahan organik yang mudah urai maupun yang sulit terurai (non
biodegradable ) (Hariyadi, 2001).
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD5, namun perbandingan antara angka COD dengan
angka BOD5 dapat ditetapkan.Angka perbandingan yang semakin rendah menunjukkan adanya zat-
zat yang bersifat racun dan berbahaya bagi mikroorganisme (Alaerts dan Santika, 1984). Perairan
yang memiliki COD yang tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai
COD pada perairan tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/l, pada perairan tercemar bisa
melebihi 200 mg/l dan bahkan pada limbah industri bisa mencapai 60.000 mg/l
(UNESCO/WHO/UNEP 1992 inEffendi, 2003).
BAB III
DOKUMENTASI & PEMBAHASAN
Pembungkusan sampel tanah & air lindi yang sudah di beri Label