Вы находитесь на странице: 1из 9

Hubungan antara Adversity dan Ketidakberdayaan yang

Dipelajari pada Anak yang Berhadapan dengan Hukum


(ABH) di Rumah Tahanan Surabaya
Denda Prayogo
Margaretha Rehulina
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Abstract.________________________________________________________________________
This research aims to know the relationship between adversity and learned helplessness in ado-
lescent who are dealing with the law in Rutan Surabaya. Definition of learned helplessness at
this research using a definition that has been created by Grundvig Partnership (2010) and the
definition of adversity on this research using a definition that has been created by Stolz (2000).
This research was conducted on 100 teenage occupants in Rutan Surabaya. Technique collect-
ing data used population. In this study, data collecting instrument that was used to collect
adversity’s data is adversity questionnaire that has been modified by the researcher. To learned
helplessness use questionnaire developed by researchers at the Grundwig Partnership which is
then translated into Indonesian. Data analysis techniques using simple correlation Spearman’s
rho techniques with the SPSS program 2.0 for Windows. The results of this research show that
there is a negative relationship between adversity and learned helplessness of 0,546. From a test
taken on the dimensions of the control, the origin and ownership, reach and endurance in ad-
versity also showed a negative relationship with learned helplessness. From this research can be
obtained that adversity associated with the condition of learned helplessness in adolescent who
are dealing with the law in Rutan Surabaya.
Key words: Adolescent who are dealing with the law; Adversity; Learned Helplessness; Rutan
Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adversity dan ketidakberdayaan
yang dipelajari pada anak yang berhadapan dengan hukum (ABH) di Rutan Surabaya. Definisi
ketidakberdayaan yang dipelajari pada penelitian ini menggunakan definisi yang telah dibuat
oleh Grundvig Partnership (2010) dan definisi adversity pada penelitian ini menggunakan
definisi yang telah dibuat oleh Stolz (2000). Penelitian ini dilakukan pada 100 orang remaja
penghuni Rutan Surabaya. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah total populasi.
Dalam penelitian ini, alat pengumpul data yang digunakan untuk mengumpulkan data adver-
sity adalah kuisioner adversity yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Untuk ketidakberdayaan
yang dipelajari digunakan kuisioner yang dibuat oleh peneliti di Grundwig Partnership yang
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Teknik analisis data menggunakan teknik
korelasi sederhana Spearman’s rho dengan program SPSS 20 for Windows. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara adversity dan ketidakberdayaan yang
dipelajari sebesar 0,546. Dari uji yang dilakukan pada dimensi control, origin and ownership,
reach dan endurance pada adversity juga menunjukkan hubungan yang negatif dengan learned
helplessness. Dari penelitian ini dapat diperoleh bahwa adversity berhubungan dengan kondisi
ketidakberdayaan yang dipelajari pada ABH di Rutan Surabaya.
Kata kunci: ABH; Adversity; Ketidakberdayaan; Rutan.

Korespondensi:
Denda Prayogo, email: dendaprayogo@yahoo.com
Margaretha Rehulina, email: Margaretha@psikologi.unair.ac.id
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286,Telp. (031) 5032770, (031)
5014460, Fax (031) 5025910.

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi 108


Vol. 3 No. 2, Agustus 2014
Denda Prayogo, Margaretha Rehulina

PENDAHULUAN learning (Overmier & Seligman, 1967).


Sistem pemidanaan anak di Indonesia dia- Kenyataannya tidak semua anak dalam Rutan
tur oleh UU No. 11 Tahun 2012. Undang-undang mengalami kondisi ketidakberdayaan yang dipela-
tersebut diatur mengenai aturan mengenai pemi- jari. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa
danaan anak. Anak yang berhadapan dengan hu- faktor seperti, dukungan sosial (Cohen, 1984), self
kum adalah anak yang memiliki konflik dengan esteem yang tinggi (Witkowski, 1997), dan adver-
hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, sity yang tinggi (Stolz, 2000).
atau anak yang menjadi saksi tindak pidana. Anak Adversity adalah suatu konsep yang ditujukan
yang dapat dijerat dengan hukum adalah anak mengenai bagaimana seseorang dapat bertahan
yang berusia sekurang kurangnya 12 tahun dan dan dapat mengatasi kesulitan (Stolz, 2000). Ad-
tidak lebih dari 18 tahun. Namun dalam setting versity adalah perwujudan dari kebiasaan respon
koreksional, batasan usia anak tidak melebihi 21 seseorang terhadap kesulitan (Stolz, 2000). Adver-
tahun yang mana diatur dalam undang-undang sity mempunyai komponen berupa control (kend-
yang sama. Anak yang sedang mengalami per- ali), origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan),
masalahan hukum akan ditempatkan kedalam reach (jangkauan), endurance (daya tahan) (Stolz,
Rumah Tahanan (Rutan) selama menjalani proses 2000).
persidangan anak. Siahaan (2012) menyebutkan adversity pada
Berbagai macam keadaan yang harus di- tahanan remaja di Rutan dianggap penting dalam
hadapi anak yang berhadapan dengan hukum di meningkatkan motivasi pada anak yang terlibat
dalam Rutan meliputi kondisi lingkungan sosial dengan hukum. Ketika anak dalam Rutan mampu
dalam Rutan yang kurang baik (Sudarsono, 1995), membangun adversity maka hal yang akan terjadi
kelebihan kapasitas penghuni, terbatasnya sarana adalah semakin meningkatnya motivasi untuk
prasarana kurangnya fasilitas khusus untuk anak, melanjutkan hidupnya (Siahaan, 2012), mening-
dan komunikasi antar penghuni Rutan mencip- katkan self concep dan harga diri pada anak yang
takan iklim yang kurang baik untuk perkemban- berhadapan dengan hukum (Fitriana, 2013), serta
gan anak. Berbagai permasalahan yang mereka dapat memberdayakan diri meraka selama mer-
hadapi selama di dalam Rutan akan secara lang- eka di dalam Rutan dan nantinya ketika kembali
sung membuat para tahanan anak rentan terhadap ke masyarakat (Stolz, 2000).
stress dan depresi (Indah, 2007), labeling buruk Berdasarkan penjelasan yang ada maka tim-
dari masyarakat (Sudarsono, 1995) dan kurang bul asumsi bahwa anak dalam Rutan yang memi-
terpenuhinya kesejahteraan psikologis anak yang liki adversity yang tinggi pada dirinya sesuai den-
akan berdampak pada pola perilaku anak terse- gan yang diungkapkan oleh Stolz (2000), maka
but dikemudian hari (Puspa, 2010). Hal-hal terse- akan lebih tahan terhadap munculnya kondisi
but nantinya yang akan membuat anak penghuni ketidakberdayaan yang dipelajari. Dan ketika ad-
Rutan merasa tidak berdaya menghadapi perma- versity dari anak dalam Rutan tersebut rendah
salahan-permasalahan yang ada dan merasa tidak maka mereka akan lebih rentan mengalami keti-
mampu mengendalikan lingkungan mereka. dakberdayaan yang dipelajari.
Berdasarkan hasil studi literatur dari topik Penelitian ini akan membahas mengenai
penelitian, penulis menemukan bahwa ketidak- hubungan antara adversity dan ketidakberdayaan
berdayaan yang dipelajari menjadi penting untuk yang dipelajari sebagai dua variabel penelitian,
diperhatikan. Hal ini terkait dengan konsekuensi namun peneliti juga akan membahas mengenai
negatif dari ketidakberdayaan yang dipelajari yai- hubungan masing masing dimensi pada variabel
tu penurunan motivasi dalam pemecahan masalah adversity yaitu kendali, asal usul dan pengakuan,
(Seligman, 1978; Mauk, 1979), perilaku dependen jangkauan serta daya tahan dengan ketidakber-
dan pasif (Slimmer, 1987), penurunan kemampuan dayaan yang dipelajari pada anak berhadapan den-
koping perilaku, ekspresi emosi, dan associative gan hukum di Rutan Surabaya.

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi 109


Vol. 3 No. 2, Agustus 2014
Hubungan Antara Adversity dan Ketidakberdayaan yang Dipelajari Pada Anak yang Berhadapan dengan
Hukum (ABH) di Rumah Tahanan Surabaya

Adversity Skala adversity yang digunakan dalam pene-


Adversity adalah kemampuan berpikir in- litian ini mengacu pada aspek-aspek adversity
dividu, mengontrol, mengelola, dan mengambil menurut Stoltz (2000) yang meliputi: control,
tindakan yang terbentuk dari pola-pola tanggapan ownership, origin, reach, endurance (CO2RE). Skala
kognitif terhadap kesulitan yang dialami (Stolz, ini merupakan modifikasi dari skala adversity yang
2000). Aspek dari adversity adalah control (ken- disusun oleh Dwi Wahyu Sho’imah (2010) dengan
dali), ownership & origin (pengakuan & asal-usul), memodifikasi daftar pernyataan dan sebaran no-
reach (jangkauan), endurance (daya tahan). mor aitem agar lebih sesuai dengan kondisi subjek
penelitian. Skala adversity yang digunakan dalam
Ketidakberdayaan yang dipelajari penelitian ini berisi 36 aitem dengan koefisien re-
Kondisi ketidakberdayaan yang dipelajari liabilitas sebesar 0,905.
(learned helplessness) menurut Abramson (dalam Skala ketidakberdayaan yang dipelajari yang
Sitompul, 2009), yaitu perasaan kurang mampu digunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari
mengendalikan lingkungannya yang membimb- adaptasi skala Learned Helplessness Snapshot
ing pada sikap menyerah atau putus asa dan men- yang dibuat oleh sebuah lembaga penelitian di In-
garahkan pada atribusi diri yang kuat bahwa dia ggris yang bernama Grundvig Partnership (2010)
tidak memiliki kemampuan. Menurut peneliti yang mana telah diujicobakan pada sampel yang
dari Grundtvig Partnership (2010) mengemukakan memiliki kriteria yang hampir sama dengan popu-
definisi ketidakberdayaan yang dipelajarai seb- lasi yang akan digunakan peneliti. Skala ketidak-
agai persepsi atau perasaan tidak mampu untuk berdayaan yang dipelajari yang digunakan dalam
merubah arah hidup seseorang, sebagai sebuah penelitian ini berisi 27 aitem dengan koefisien
pembelajaran dari kegagalan sebelumnya. Penye- reliabilitas sebesar 0,823. Analisis data yang digu-
bab dari ketidakberdayaan yang dipelajari dapat nakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi
dikaitkan secara internal, eksternal atau keduan- sederhana. Analisa data dalam penelitian ini di-
ya, untuk individu atau kelompok sosial. Hal ini lakukan dengan menggunakan bantuan program
dapat mengakibatkan bentuk baru pengucilan SPSS 20 for Windows.
yang mencegah perkembangan pribadi yang posi-
tif. HASIL PENELITIAN
Uji korelasi pada penelitian ini menggu-
METODE PENELITIAN nakan teknik statistik non parametrik, sebab ada
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian satu asumsi yang tidak terpenuhi yaitu data me-
kuantitatif. Metode pengumpulan data yang di- miliki distribusi tidak normal. Teknik statistik non
gunakan dalam penelitian ini adalah metode sur- parametrik yang digunakan untuk mengukur uji
vei. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi, korelasi dalam penelitian ini adalah teknik kore-
dimana penelitian ini berupaya untuk mencari lasi Spearman’s rho. Acuan untuk menginterpre-
hubungan antara variable adversity dengan varia- tasi besar nilai korelasi ditunjukkan oleh tabel 1 ini
bel ketidakberdayaan yang dipelajari (Neuman, (Pallant, 2005):
2004). Tabel 1
Karakteristik populasi dalam penelitian ini Interpretasi Koefisien Korelasi
adalah remaja yang berusia kurang dari 20 tahun
Interval Tingkat Hubungan
dan sedang ditahan di Rutan Surabaya, Penelitian
ini menggunakan metode pengambilan populasi. 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam 0.20 – 0,399 Rendah
penelitian ini menggunakan kuisioner untuk kes- 0,40 – 0,599 Sedang
eluruhan variabel yang akan diukur. Variabel yang 0,60 – 0,799 Kuat
diungkapkan dalam kuisioner tersebut dinyatakan 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
dalam bentuk skala likert.

110 Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi


Vol. 3 No. 2, Agustus 2014
Denda Prayogo, Margaretha Rehulina

Dari hasil uji korelasi yang dilakukan dengan PEMBAHASAN


menggunakan SPSS for windows 20 diperoleh ha- Penelitian ini menggali dinamika internal
sil korelasi yang dapat dilihat dalam tabel berikut: dalam diri anak yang berhadapan dengan hukum

Tabel 2
Hasil Uji Korelasi

X Adversity Daya tahan Jangkauan Asal Usul dan Kontrol


Y Pengakuan
Ketidak- -,564** -,548** -,490** -,532** -,406**
berdayaan
yang dipe-
lajari
Keterangan: ** p ≤ 0,001

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa yang ditinjau dari konsep adversity dan ketidak-
taraf signifikansi sebesar 0,000 yang berarti sig- berdayaan yang dipelajari yang dialami oleh anak
nifikansi < 0,05, maka H0 ditolak. Hal ini menun- yang berhadapan dengan hukum. Faktor eksternal
jukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan dari individu dikesampingkan dalam penelitian
antara variabel ketidakberdayaan yang dipelajari ini, hal ini dikarenakan peneliti ingin lebih dapat
dengan adversity. Besar nilai korelasi antara varia- memfokuskan permasalahan yang ada yang akan
bel ketidakberdayaan yang dipelajari dengan vari- diteliti oleh peneliti. Penelitian ini bertujuan un-
abel adversity sebesar -0,564 yang mana dapat di- tuk mengetahui hubungan antara adversity dan
artikan bahwa ketika seseorang memiliki adversity ketidakberdayaan yang dipelajari pada anak ber-
yang tinggi maka nilai variabel ketidakberdayaan hadapan dengan hukum di Rutan Surabaya. Hipo-
yang dipelajarinya cenderung akan rendah. Ber- tesis dalam penelitian ini menyebutkan bahwa
dasarkan tabel korelasi dijelaskan pula hubungan terdapat hubungan antara adversity dan ketidak-
antara tiap dimensi dalam adversity yaitu dimensi berdayaan yang dipelajari. Uji asumsi pada pene-
kendali, asal usul dan pengakuan, jangkauan, dan litian ini menyebutkan bahwa data adversity dan
daya tahan memiliki hubungan yang bernilai nega- ketidakberdayaan yang dipelajari tidak memenuhi
tif terhadap ketidakberdayaan yang dipelajari. asumsi distribusi normal. Sehingga, peneliti
Nilai Spearman’s rho korelasi antara variabel menggunakan uji korelasi non parametrik yang
ketidakberdayaan yang dipelajari dengan dimensi didasarkan pada data dengan distribusi yang tidak
kendali sebesar -0,406, hal ini menunjukkan bah- normal (Field, 2005). Sehingga, untuk pengujian
wa variabel ketidakberdayaan yang dipelajari den- hipotesis, peneliti menggunakan uji teknik Spear-
gan variabel kendali berhubungan negatif. Artinya man’s rho dalam menganalisis hubungan antara
kenaikan pada dimensi kendali akan menurunkan adversity dan ketidakberdayaan yang dipelajari.
variabel ketidakberdayaan yang dipelajari. Be- Berdasarkan hasil dari analisis data sebelum-
gitu juga dengan kenaikan dimensi asal usul dan nya dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
pengakuan. Nilai korelasi Spearman’s rho antara yang signifikan yang bernilai negatif antara ketida-
variabel ketidakberdayaan yang dipelajari dengan kberdayaan yang dipelajari dengan adversity den-
dimensi asal usul dan pengakuan sebesar -0,532. gan nilai signifikansi sebesar 0,00 dan koefisien
Pada dimensi jangkauan memiliki nilai korelasi korelasi sebesar -0,564. Hal ini menunjukkan bah-
sebesar – 0,49, dan pada dimensi daya tahan me- wa setiap peningkatan dari adversity yang dimiliki
miliki nilai korelasi sebesar – 0,548 terhadap varia- oleh individu akan diikuti oleh penurunan ketida-
bel ketidakberdayaan yang dipelajari. kberdayaan yang dipelajari yang dimilikinya. Hasil

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi 111


Vol. 3 No. 2, Agustus 2014
Hubungan Antara Adversity dan Ketidakberdayaan yang Dipelajari Pada Anak yang Berhadapan dengan
Hukum (ABH) di Rumah Tahanan Surabaya

dari penelitian ini menunjukkan nilai koefisien pemikiran yang dipelajari di masa kanak-kanak
korelasi yang sedang antara keduanya. Sesuai den- dan remaja. Dari penelitian ini dapat dilihat
gan asumsi awal peneliti, yang mana berdasar dari hubungan langsung antara adversity dan ketidak-
pernyataan Stolz (2000) dalam bukunya mentakan berdayaan yang dipelajari pada anak yang berha-
bahwa ketidakberdayaan yang dipelajari apabila dapan dengan hukum.
telah diinternalisasi kedalam diri individu maka Adversity tersusun dari empat dimensi yaitu
individu tersebut akan merasa apapun yang akan kendali, asal usul dan pengakuan, jangkauan, dan
dia kerjakan tidak akan mendapatkan manfaat daya tahan. Berdasarkan analisis data yang dilaku-
dan ketidakberdayaan yang dipelajari merupakan kan, dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa pada
hambatan dari adversity. masing-masing dimensi mempunyai korelasi yang
Hasil dari penelitian ini juga mendukung per- signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
nyataan dari teori Stolz (2000) yang menyatakan masing-masing dimensi dalam adversity dipisah,
bahwa adversity merupakan keadaan dimana ses- masing-masing dimensi mendukung antara di-
eorang merasa berdaya dengan hidupnya sedang- mensi satu dengan dimensi lain pada adversity.
kan ketidakberdayaan yang dipelajari merupakan Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa dalam
faktor yang memiliki nilai keterbalikan dari ad- adversity terdapat dimensi kendali yang menjelas-
versity itu sendiri yang mana jika dihubungkan kan bahwa ketika seseorang memiliki kendali
melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh dalam mengelolah sebuah peristiwa yang men-
peneliti pada remaja di Rutan Surabaya dapat di- imbulkan kesulitan, maka akan berdampak pada
artikan bahwa ketika anak yang berhadapan den- tindakan selanjutnya atau respon yang dilakukan
gan hukum memiliki adversity yang tinggi maka individu bersangkutan, tentang harapan dan ide-
remaja tersebut akan mampu memberdayakan alitas individu untuk tetap berusaha keras mewu-
dirinya dan remaja tersebut cenderung mengala- judkan keinginannya walau sesulit apapun ke-
mi kondisi ketidakberdayaan yang dipelajari yang adaannya sekarang(Stolz, 2000). Pada penelitian
lebih rendah. Hasil dari penelitian ini secara tidak yang dilakukan, terdapat hubungan yang bersifat
langsung menujukkan hubungan secara langsung negatif pada dimensi kendali dengan variabel keti-
antara adversity dan ketidakberdayaan yang di- dakberdayaan yang dipelajari sebesar -0,406. Hal
pelajari yang mana pada kesimpulan penelitian- ini menunjukkan bahwa ketika remaja di Rutan
penelitian sebelumnya yang mengkaitkan hubun- mampu mengontrol situasi yang menyebabkan ke-
gan antara adversity dan ketidakberdayaan yang sulitan, maka remaja tersebut memiliki kecender-
dipelajari didasarkan oleh model eksplanatori. ungan mengalami kondisi ketidakberdayaan yang
Penelitian sebelumnya yang mencari hubun- dipelajari yang rendah. Hal ini diperkuat dengan
gan antara adversity dengan ketidakberdayaan penelitian yang dilakukan oleh Eichelsheim(2013)
yang dipelajari menyatakan bahwa adanya hubun- yang menyatakan bahwa anak dalam penjara
gan antara explanatory style dengan adversity yang dapat merasa kehilangan kontrol sehingga yang
mana ketika individu memiliki model eksplanato- terinternalisir kedalam diri dapat menyebabkan
ri optimistik maka individu tersebut juga memi- rasa stress yang membuat tidak berdaya. Selain
liki adversity yang tinggi, dan sebaliknya (John- itu Bukstel & Kilmann (1980, dalam Eichelsheim,
son, 2005).Sedangkan pada penelitian Peterson & 2013) menyatakan bahwa menurunnya kontrol
Barrett (1987, dalam Martinez, 2000) menyatakan dalam diri berasosiasi pada peningkatan learned
bahwa model eksplanatori pesimistik akan mem- helplessness.
buat individu mengarah kepada keadaan keti- Dimensi asal usul dan pengakuan menjelas-
dakberdayaan. Pernyataan pernyataan tersebut kan sejauh mana seseorang mempermasalahkan
didukung oleh pernyataan Seligman (1976, dalam asal dari permasalahan ketika mendapati bahwa
LeRoy, 1999) yang menyatakan bahwa model eks- kesalahan dan sejauh mana seseorang mengakui
planatori adalah regulator besar dari ketidakber- akibat-akibat kesulitan dan kesediaan seseorang
dayaan yang dipelajari dan merupakan kebiasaan untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau

112 Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi


Vol. 3 No. 2, Agustus 2014
Denda Prayogo, Margaretha Rehulina

kegagalan tersebut (Stolz, 2010). Komponen ini memandang permasalahan yang ada(Johnson,
memiliki nilai korelasi yang bersifat negatif sebe- 2005; Seligman, 1992). Mereka akan memandang
sar -0,532 yang mana memiliki arti bahwa ketika permasalahan yang mereka hadapi akan selesai
seseorang mampu mengakui kesalahan yang telah ketika mereka nantinya keluar dari penjara dan
terjadi dan mau untuk bertanggung jawab atas menghirup kebebasan, hal ini juga kemungkinan
kesalahan yang ada maka remaja didalam Rutan besar akan diikuti kesiapan untuk menghadapi
akan mengalami kondisi ketidakberdayaan yang tantangan tantangan yang ada selanjutnya ketika
dipelajari yang rendah. mereka telah keluar dari penjara(Gideon, 2010).
Pada komponen reach menjelaskan sejauh Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpul-
mana seseorang akan menganggap kesulitan yang kan bahwa adversity secara keseluruhan mempu-
dia alami akan merambah ke kehidupan orang nyai hubungan yang nyata bensifat sedang dan
yang bersangkutan (Stolz, 2000). Ketika remaja berkebalikan dengan ketidakberdayaan yang dipe-
didalam Rutan menganggap permasalahan yang lajari.
dialaminya mengganggu aktivitas lain dalam ke-
hidupanya, sekalipun tidak berhubungan den- SIMPULAN DAN SARAN
gan masalah yang sedang dihadapi. Maka remaja Penelitian mengenai “hubungan antara ad-
tersebut memiliki kemungkinan untuk mengala- versity dan ketidakberdayaan yang dipelajari pada
mi kondisi ketidakberdayaan yang dipelajari. Hal anak berhadapan dengan hukum di Rumah Tah-
ini sesuai dengan hasil penelitian yang menun- anan Surabaya” dapat disimpulkan bahwa terdapat
jukkan koefisian korelasi antara komponen reach hubungan yang signifikan yang bernilai negatif
memiliki hubungan yang bersifat negatif terhadap dengan kekuatan yang sedang antara adversity
variabel ketidakberdayaan yang dipelajari yaitu dengan ketidakberdayaan yang dipelajari. Hal ini
sebesar -0,49. menunjukkan bahwa ketika anak yang berhada-
Endurance adalah aspek ketahanan dari indi- pan dengan hukum memiliki adversity yang tinggi
vidu. Sejauh mana kecepatan dan ketepatan ses- maka dia akan tahan terhadap kondisi ketidak-
eorang dalam memecahkan suatu permasalahan, berdayaan yang dipelajari, begitu pula sebaliknya.
sehingga pada komponen ini dapat dilihat dari Hasil dari penelitian ini juga diketahui terdapat
berapa lama kesulitan akan berlangsung dan bera- hubungan yang signifikan pada masing-masing
pa lama penyebab kesulitan itu akan berlangsung dimensi dalam adversity. Hal tersebut menunjuk-
(Stolz, 2000). Endurance berkaitan dengan pan- kan bahwa secara terpisah-pisah dimensi kendali,
dangan individu terhadap kepermanenan kesuli- asal usul dan pengakuan, jangkauan, dan daya tah-
tan yang berlangsung. Efek dari aspek ini adalah an pada adversity memiliki hubungan yang nyata
pada harapan tentang baik atau buruknya keadaan dan berkebalikan dengan ketidakberdayaan yang
masa depan. Makin tinggi daya tahan seseorang, dipelajari.
makin mampu menghadapi berbagai kesukaran Saran Bagi Pihak Rutan Bedasarkan hasil
yang dihadapinya. Hasil data korelasi antara en- dari penelitian ini, pihak Rutan dapat melakukan
durance dengan ketidakberdayaan yang dipelajari intervensi atau pelatihan dan penyuluhan terkait
memiliki nilai korelasi paling besar jika diband- dengan adversity pada anak yang berhadapan
ingkan dengan komponen lain dalam adversity dengan hukum penghuni Rutan Surabaya guna
yaitu sebesar -0,548. Korelasi yang ditunjukkan menghindari atau mengurangi dampak dari keti-
bernilai negatif yang memiliki arti bahwa ketika dakberdayaan yang dipelajari. Hasil dari peneli-
seorang remaja di Rutan memiliki daya tahan yang tian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertim-
tinggi dalam menghadapi suatu permasalahan bangan bagi Rutan Surabaya dalam mengambil
maka remaja tersebut akan cenderung mengalami langkah untuk memberikan pelatihan ataupun
kondisi ketidakberdayaan yang dipelajari yang penyuluhan untuk meningkatkan adversity pada
rendah. Remaja di dalam Rutan yang memilki remaja di Rutan Surabaya.
daya juang yang tinggi akan lebih optimis dalam Penelitian ini memiliki beberapa saran untuk

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi 113


Vol. 3 No. 2, Agustus 2014
Hubungan Antara Adversity dan Ketidakberdayaan yang Dipelajari Pada Anak yang Berhadapan dengan
Hukum (ABH) di Rumah Tahanan Surabaya

penelitian selanjutnya, yaitu: untuk subjek penelitian yang berada di dalam Ru-
a) Penelitian selanjutnya dapat ditingkatkan tan, yaitu:
dengan meneliti tentang pengaruh antara a) Peneliti berharap anak yang berhadapan
variabel adversity terhadap keteidakberday- dengan hukum dapat meningkatkan faktor-
aan yang dipelajari pada anak yang berhada- faktor adversity dan mengoptimalkan potensi
pan dengan hukum di Rutan. diri yang dimiliki sehingga anak yang berha-
b) Populasi subjek penelitian dapat diperbe- dapan dengan hukum tahan terhadap kon-
sar dan mencakup beberapa Rutan maupun disi ketidakdayaan yang dipelajari di dalam
Lembaga Pemasyarakatan sehingga gener- Rutan.
alisasi tidak hanya berlaku pada tempat ter- b) Anak yang berhadapan dengan hukum dapat
tentu. mengikuti kegiatan yang telah diadakan dan
c) Perbanyak kajian pustaka mengenai ketidak- disediakan oleh pihak Rutan supaya anak
berdayaan yang dipelajari, mengingat belum dapat mengembangkan kreativitasnya serta
banyak penelitian yang memberikan defi- sedikit menghilangkan rasa ketidakberday-
nisi ketidakberdayaan yang dipelajari secara aannya selama di dalam Rutan.
rinci. c) Anak yang berhadapan dengan hukum harus
d) Pada penelitian selanjutnya dapat melaku- dapat membatasi diri dari pengaruh nara-
kan quality control yang lebih ketat ketika pidana dewasa ketika selama di dalam Rutan,
menggunakan kuisioner dalam penelitian- hal ini berkaitan dengan pengaruh buruk
nya mengingat kemungkinan subjek anak yang mungkin akan didapat anak yang berha-
yang berhadapan dengan hukum menjawab dapan dengan hukum terkait dengan kondisi
kuisioner yang ada dengan jawaban yang psikologisnya sehingga mempengaruhi kon-
kurang menggambarkan keadaan psikologis disi ketidakberdayaan anak yang berhadapan
subjek bersangkutan. dengan hukum.
Penelitian ini memberikan beberapa saran

DAFTAR PUSTAKA
Adiratna, R.(2013). Peran Penolakan Sosial Dan Kecenderungan Neurotik Dalam Memprediksikan Keti-
dakberdayaan Yang Dipelajari Pada Narapidana. Jakarta: Binus University
Arikunto. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2008). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baum, S.E., & Taylor, J.E. (1984). Handbook of Psychology and Health. New Jersey: Hillsdale.
Benjamin, A. S. (2011). Learned Helplessness And Depressive Symptoms In Patients Following Acute
Myocardial Infarction. Dissertation . Nashville: Vanderbilt University.
Brace, N., Kemp, R., & Snelgar, R. (2009). SPSS for Psychologists (4th ed.). UK: Pallgrave Macmillan.
Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafika Persada.
Cullen, J.L., & Boersma, F. J. (1982). The Influence Of Coping Strategies On The Manifestation Of Learned
Helplessness. Contemporary Educational Psychology, 25, 109-116.
Eichelsheim, V. (2013). Juvenile Adaptations to Imprisonment: Feeling of Safety Autonomy and Well-
being, And Behaviour in Prisson. European Journal of Criminology 10(4)424-443.
Feist, J., & Feist, G.J. (2008). Theory of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Feldman, P. (1993). The psychology of Crime. Cambridge: Cambridge University Press.
Field, A. (2009). Discovering Statistics Using SPSS(3rd Ed). London: Sage Pub Ltd.

114 Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi


Vol. 3 No. 2, Agustus 2014
Denda Prayogo, Margaretha Rehulina

Fitriana, A. (2013). Self Concept Dengan Adversity Quotient Pada Kepala Keluarga Difabel Tuna Daksa.
Jurnal Online Psikologi.
Fogle, D.O. (1978). Learned Helplessness And Learned Restlessness. Ontario:University Of Waterloo.
Gideon, L.(2010). Drug Offenders’ Perceptions of Motivation: The Role of Motivation in Rehabilita-
tion and Reintegration. International Journal of Offender Therapy and Comparative Criminology
54(4)597-610
Gowers, S (2005). Development in adolescent. Psychiatry, 4(6), 6-9.
Grundtvig Partnership. (2010). Learned helplessness and the Glory of Failur. Hertfordshire: Authors.
Hadi, S. (1986). Metode Research. Yogyakarta: UGM Press.
Handayani, T. P. (2010). Kesejahteraan Psikologis Narapidana Remaja Di Lembaga Pemasyarakatan Anak
Kutoarjo; Studi Kualitatif Fenomenologis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Haryanto. (2010, 29 Agustus). Batasan Usia Remaja. Diunduh 25 Desember 2014 dari http://www.bela-
jarpsikologi.com/batasan-usia-remaja/
Himelstein, S. (2011). Meditation Research: The State of the Art in Correctional Settings. International
Journal of Offender Therapy and Comparative Criminology 55(4) 646–661
Indriani, F, N. (2008). Dampak Psikologis Perceraian Orang Tua Terhadap Anak. Skripsi. Semarang: Uni-
versitas Katolik Soegijapranata.
Indah, T.S., & Abdurrohim. (2007). Masa hukuman & stres pada narapidana. Jurnal Proyeksi.
Johnson, M. B. (2005). Optimism, Adversity And Performance: Comparing Explanatory Style And AQ. San
Jose: San Jose State University.
Kerlinger, F. N. (2006). Asas-asas Penelitian Behavioral (3th ed). Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kjelsberg, E. & Friestad, C. (2008). Social Adversities In First Time And Repeat Prisoners. International
Journal of Social Psychiatry 54: 514.
Learner, R. M. & Spanier, G. B. (1980). Adolescent Development: A Life-Span Perspective. New York: Mc
Graw Hill Book Company.
LeRoy, S. C. (1999). Family Connectedness, Human Relatedness, And Learned Optimism In Late Adoles-
cents. Minnesota: University of Minnesota.
LeSage, J., dkk.(1989). Learned Helplessness. Journal of Gerontological Nursing
Maier, S.F., Peterson, C., & Schwartz, B. (2000). From helplessness to hope: The seminal career of Martin
Seligman. In J.E. Gillham. The science of optimism and hope: Research essays in honor of Martin
E.P. Seligman (pp.11-37). Philadelphia: Templeton Foundation Press.
Maier, S.F., & Seligman, M.E.P. (1976). Learned helplessness: Theory and evidence. Journal of Experimen-
tal Psychology: General, 105(1), 3-46.
Martinez, R. & Sewell, K.W. (2000). Explanatory Style As A Predictor Of College Performance In Stu-
dents With Physical Disabilities. Journal Of Rehabilitation.
Morgan, C. T., King, R.A., Weizz, J.R., & Schopler, J. (1986). Introduction Of Psychology, (7th ed). Singa-
pore : Mc Graw Hill Book Company.
Morris, M. (2013). The Impact Of Attributions On Academic Performance: A Test Of The Reformulated
Learned Helplessness Model. Journal Social Sciences Directory 2(2)2-15.
Newman, W. L. (2004). Basic Of Social Research, Qualitative And Quantitative Approach (2nd Ed). Bos-
ton: Pearson Education Inc.
Ozment, J.M. (2001). Helplessness, Locus Of Control, And Psychologycal Health. The Journal Of Social
Psychology 141(1)137-138
Pallant, J. F. (2007). SPSS Survival Manual: A Sttep By Step Guide To Data Analysis Using SPSS (3rd Ed).
New South Wales: Allen & Unwin.

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi 115


Vol. 3 No. 2, Agustus 2014
Hubungan Antara Adversity dan Ketidakberdayaan yang Dipelajari Pada Anak yang Berhadapan dengan
Hukum (ABH) di Rumah Tahanan Surabaya

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2004). Human Development (9th ed.). New York: McGraw-
Hill.
Rahmawati, R. (2009). Hubungan Antara Adversity Intelligence dan Persepsi terhadap Kohesivitas Ke-
lompok dengan Organizational Citizenship Behaviour pada Karyawan PT Padma Soode. Surakar-
ta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Rejeki, S. (2009). Persepsi Remaja Tentang Body Image Ditinjau Dari Konsep Diri. Semarang: Universitas
Katolik Soegijapranata.
Santrok, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Seligman, M.E.P. (1992). Learned Optimism: How To Change Your Mind And Your Life. New York: A Divi-
sion of Random House Inc.
Seligman, M.E.P., & Maier, S.F. (1967). Failure To Escape Traumatic Shock. Journal of Experimental Psy-
chology. 74, 1-9.
Siahaan , E.(2012). Gambaran faktor-faktor yang memengaruhi adversity quotient warga binaan remaja
di Rumah Tahanan Negara klas I Bandung. Bandung: Universitas Padjadjaran.
Siswanti, T. I. (2007). Masa Hukuman Dan Stress Narapidana. Semarang: Universitas Islam Sultan
Agung.
Sitompul, E. A. (2009). Gambaran Learned Helplessness Pada Supir Angkut Di Kota Medan Ditinjau Dari
Explanatory Style. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sho’imah, D. W. (2010). Hubungan Adversity Quotient Dan Self Efficacy Dengan Toleransi Terhadap
Stres Pada Mahasiswa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Slimmer, L. W. (1987). Perceptions Of Learned Helplessness. Journal of Gerontological Nursing.
Stoltz, P. G. (2005). Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: PT Grasindo.
Sudarsono. (1995). Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
Yazid, F. (2005). Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Adversity Intelligence di Bidang Musik
pada Personel Band di Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Yulia, R. 2008. Penjahat Anak-Anak. Diunduh 10 Oktober 2014 dari http://www.unisba.ac.id/artikel.
cfm?doc_id=203
Vollmayr, B., & Gass, P. (2013). Learned Helplessness: Unique Features And Translational Value Of A Cog-
nitive Depression Model. Mannheim: Heidelberg University
Wasserman, G. A. dkk.(2003). Risk and Protective Factors of Child Delinquency.U.S. Department of Jus-
tice: Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention.
Widyaningrum, J., & Rachmawati, M.A. (2007). Adversity Intelligence Dan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal
Psikologi Proyeksi.

116 Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi


Vol. 3 No. 2, Agustus 2014

Вам также может понравиться