Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan:
1. Dapat menentukan sifat larutan biner dengan membuat diagram temperatur
versus komposisi.
2. Dapat menentukan indeks bias campuran
Dalam larutan ideal sifat larutan komponen yang satu akan mempengaruhi
sifat komponen yang lain. Contoh: sistem benzena- toluena. Sedangkan larutan
non ideal adalah larutan yang tidak memiliki sifat-sifat di atas, larutan ini dapat
dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Larutan non ideal deviasi positif yang mempunyai volume ekspansi.
Dimana akan menghasilkan titik didih maksimum pada sistem campuran
itu. Contoh: sistem aseton- karbon disulfida dan sistem HCl- air.
2. Larutan non ideal deviasi negatif yang mempunyai volume kontraksi.
Dimana akan menghasilkan titik didih minimum pada sistem campuran.
Contoh: sistem benzena- etanol dan sistem aseton- kloroform.
V. KESELAMATAN KERJA
Dalam melakukan percobaan ini digunakan jas praktikum dan kaca mata,
sarung tangan dan masker pelindung. jangan menghirup cat yang digunakan.
Dalam memakai refraktometer sebelum dan sesudah dipakai dibersihkan lendanya
dengan zat cair sebagai pembersih.
VI. CARA KERJA
1. Mencatat massa jenis zat yang digunakan dari tabel atau melakukan dengan
aerometer
2. Menentukan indeks bias aseton murni dan kloroform murni menggunakan
refraktometer
3. Selanjutnya menentukan indeks bias campuran dengan perbandingan
sebagai berikut :
aseton 100 ml 80 ml 60 ml 40 ml 20 ml 0 ml
kloroform 0 ml 20 ml 40 ml 60 ml 80 ml 100 ml
4. Untuk setiap campuran yang didestilasi, dicatat tititk didihnya dan titik
uapnya masing-masing larutan. Destilat diambil dengan pipet dilihat indeks
biasnya kemudian residunya juga ditentukan indeks biasnya.
Catatan :
Jumlah campuran boleh lebih dari 10 ml dengan menggunakan alat yang micro
(volume 25 ml). Pengamatan titik didih dua kali pada titik didih larutan dan
temperatur setelah destilat
1) Aseton 80 ml + Kloroform 20 ml
P aseton = 0,79 g/cm3
BM aseton = 58,08 g/mol
P kloroform = 1,489 g/cm3
BM aseton = 119,38 g/mol
Xa1 = P a . Va
BMa
Pa . Va Pk . Vk
BMa BMk
Xa1 = 0,79 . 80
58,08
0,79 . 80 1,489 . 20
58,08 119,38
Xa1 = 0,81
Xk1 = 1 – 0,81 = 0,19
2) Aseton 60 ml + Kloroform 40 ml
Xa2 = P a . Va
BMa
Pa . Va Pk . Vk
BMa BMk
Xa2 = 0,79 . 60
58,08
0,79 . 60 1,489 . 40
58,08 119,38
Xa2 = 0,62
Xk2 = 1 – 0,62 = 0,38
3) Aseton 40 ml + Kloroform 60 ml
Xa3 = P a . Va
BMa
Pa . Va Pk . Vk
BMa BMk
Xa3 = 0,79 . 40
58,08
0,79 . 40 1,489 . 60
58,08 119,38
Xa3 = 0,42
Xk3 = 1 – 0,42 = 0,58
4) Aseton 20 ml + Kloroform 80 ml
Xa4 = P a . Va
BMa
Pa . Va Pk . Vk
BMa BMk
Xa4 = 0,79 . 20
58,08
0,79 . 20 1,489 . 80
58,08 119,38
Xa4 = 0,21
Xk4 = 1 – 0,21 = 0,79
XI. GRAFIK
1,42
1,41
Indeks bias destilat
1,4
1,39
Y-Values
1,38
1,37
1,36
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Fraksi mol aseton
2.Kurva Azeotropik
66
64
62
60
T (0C)
58
56
54
52
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1
X Aseton X Kloroform
Keterangan:
: Titik Didih
: Titik Uap
X. ANALISIS GRAFIK
Pada praktikum kali ini ada dua grafik yaitu grafik indeks bias destilat dan
grafik fraksi mol campuran titik didih dan titik uap. Berdasarkan grafik 1 dapat
diketahui bahwa indeks bias destilat menurun seiring dengan banyaknya mol
aseton atau dapat ditulis:
Pada proses distilasi campuran biner yang pertama keluar sebagai destilat
adalah aseton, karena aseton memiliki titik didih yang penentuan titik didih dilihat
pada saat terjadinya tetesan pertama, hal ini menunjukkan telah tercapainya titih
didih campuran.
Fraksi mol aseton terhadap titik didih menunjukkan bahwa semakin kecil
fraksi mol zat dengan titik didih lebih rendah (aseton) menyebabkan titik didih
campuran menjadi lebih besar. Ini dapat dijelaskan dengan hukum Roult.
a. 20 ml aseton + 80 ml kloroform
Titik didih : 61 0C
Titik uap : 58 0C
b. 40 ml aseton + 60 ml kloroform
Titik didih : 63 0C
Titik uap : 61 0C
c. 60 ml aseton + 40 ml kloroform
Titik didih : 65 0C
Titik uap : 65 0C
d. 80 ml aseton + 20 ml kloroform
Titik didih : 62 0C
Titik uap : 59 0C
2. Semakin besar titik didih suatu campuran maka semakin besar pula indeks
biasnya.
M. Utoro Yahya, dan A.H. Bambang Setiaji, “ Kimia Fisika Teori dan
Praktikum”. Lab. Kimia Fisika FIPA UGM, Yogyakarta, 1979.
LAMPIRAN