Вы находитесь на странице: 1из 18

KARAKTERISTIK MIE KORO BASAH YANG DIPENGARUHI OLEH

PERBANDINGAN TEPUNG KACANG KORO PEDANG (Canavalia


ensiformis) DENGAN TEPUNG TERIGU SERTA KONSENTRASI
SODIUM TRIPOLYPHOSPHATE

ARTIKEL

Oleh :

Hikmawati Hanurani
12.302.0024

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

KARAKTERISTIK MIE KORO BASAH YANG DIPENGARUHI OLEH


PERBANDINGAN TEPUNG KACANG KORO PEDANG (Canavalia
ensiformis) DENGAN TEPUNG TERIGU SERTA KONSENTRASI
SODIUM TRIPOLYPHOSPHATE

Hikmawati Hanurani*), Dr. Tantan Widiantara, ST., MT. **), Dr. Ir. Yudi Garnida., MS.**)

ABSTRACT

The purpose of this research was to know the comparative influence of white jack bean
flour with wheat flour and the concentration of sodium tripolyphosphate to the characteristic of
white jack bean wet noodle. The benefits of this research is to increase the economic value of
white jackbean, as a diversified food products, utilize local raw materials, and became one of the
local source of protein. The research method used was Randomized Group Design (RGD) with
factorial 4x3 and two replications. Factors of this research is a comparison of white jack bean
flour with wheat flour (T) with 4 levels of treatment that is 70:30 (t 1), 60:40 (t2), 50:50 (t3), 0:100
(t4), and the concentration of sodium tripolyphosphate (S) with 3 levels that is 0.25% (s 1), 0.30%
(s2) and 0.35% (s3). The organoleptic response including attributes of taste, flavor, color, texture
using by quality of hedonic. The chemical analysis was water content, ash content, protein
content, cyanide acid (HCN) content, and starch content. Results of research of comparison jack
bean flour and wheat flour affects water content, ash content, protein content, color, taste, flavor,
texture of the white jack bean wet noodle. The concentration of sodium tripolyphosphate affects
water content, ash content, and texture, but has any effect on the response of protein content,
color, odor, and taste of the white jack bean wet noodle. The interaction between the comparison
of white jack baen flour with wheat flour and the concentration of sodium tripolyphosphate affects
ash content, but has any effect on the response of water content, protein content, color, texture,
flavor, and taste white jack bean wet noodle. White jack bean wet noodle in research has a water
content of 48,375%, ash content of 1,434%, protein content of 10.49%, starch content of 21.6%,
and cyanide acid of 5.99 mg/kg.

Keyword : Wet noodle, white jack bean, wheat flour, Sodium Tripolyphosphate

PENDAHULUAN pada bijinya yang dapat mengakibatkan


keracunan bahkan sampai kematian. Kadar
Komoditi kacang-kacangan memiliki HCN dapat dikurangi sampai batas aman
peranan yang cukup besar terutama untuk dikonsumsi dengan cara yang sedehana dan
memenuhi kebutuhan protein (Suherman, mudah (Sudiyono,2010).
2012). Koro pedang (Canavalia ensiformis) Menurut Kam (2001) dalam Marthia
merupakan salah satu jenis kacang-kacangan (2013) untuk menghilangkan asam sianida
lokal yang memiliki beragam varietas dan (HCN) dari kacang-kacangan yaitu dengan
bisa digunakan sebagai bahan baku cara merebus dan membuang air rebusannya
pengganti kedelai. Kacang koro pedang atau dikupas dan dicuci dengan air mengalir.
memiliki semua unsur gizi dengan nilai gizi Sifat asam sianida (HCN) mudah menguap
yang cukup tinggi, yaitu karbohidrat 66.1%, dan mudah larut dalam air maka semakin
protein 27,4%, lemak 2,9%, pati 35%, dan lama perebusan maka kadar sianida akan
serat kasar 8,3%. Kacang koro memberikan menurun.
beberapa manfaat seperti dapat menurunkan Menurut Widiantara (2014),
kadar gula darah, menjaga ketahanan tubuh, penurunan kadar sianida menggunakan alat
menghindari penyakit jantung, dan sirkulasi mixing system pada kecepatan
kolesterol dalam darah (Duke, 1992 dalam perputaran pengaduk 180 rpm, 120 rpm, dan
Silvia, 2014). 60 rpm dengan waktu proses 4,5 jam adalah
Kacang koro jarang diolah sebagai 10,75 mg/kg, 13,35 mg/kg, dan 15,99
makanan karena adanya kandungan HCN mg/kg.

*Alumni Teknologi Pangan UNPAS


** Dosen Teknologi Pangan UNPAS
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

Tepung adalah partikel padat yang pengganti formalin dan boraks seperti
berbentuk butiran halus atau sangat halus penggunaan sodium tripolyphosphate
tergantung proses penggilingannya. Tepung (STPP) yang dapat menggantikan peran
memiliki kadar air yang rendah, hal tersebut formalin dan boraks pada produk mie basah.
berpengaruh terhadap daya simpan tepung. Penggunaan polifosfat dalam bahan
Tepung koro merupakan tepung yang terbuat makanan berpati dapat meningkatkan Water
dari kacang koro yang telah dilakukan Holding Capacity (WHC) sehingga akan
proses pengeringan, penggilingan dan mengakibatkan masa kenyal. Penggunaan
pengayakan. polifosfat dalam pengolahan makanan
Pemanfaatan tepung kacang koro di adalah pada dosis 0,3%-0,5% dari total
Indonesia sebagai bahan pangan sangatlah adonan yang digunakan (Ernawati, 2010).
rendah, sehingga tepung koro dapat
digunakan untuk penganekaragaman pangan BAHAN DAN METODE PENELITIAN
pada pembuatan mie basah. Menurut Tian Bahan dan Alat
(2009), penganekaragaman bahan dapat Bahan-bahan yang digunakan pada
diartikan sebagai upaya untuk penelitian ini adalah kacang koro pedang
mengkombinasikan berbagai macam yang diperoleh dari Temanggung dan tepung
komoditi bahan pangan untuk mencapai terigu, sodium tripolyphosphat, soda kue,
kondisi gizi yang baik. Penganekaragaman telur ayam, air bersih, dan garam. NaOH
pangan sangat penting, hal itu dilakukan 2,5%, NH4OH 6 N, indikator KI 5%, dan
untuk meningkatkan dan mendorong AgNO3 untuk analisis asam sianida. Garam
pemenuhan bahan pangan yang lebih kjedahl, batu didih, H2SO4 pekat, aquades,
beraneka ragam dan mempunyai kualitas NaOH 50%, granula Zn, NaOH 0,1 N, HCl
yang baik untuk dikonsumsi. Substitusi 0,1 N, kertas lakmus merah, dan
tepung koro dan tepung terigu diharapkan phenopthalein untuk analisis protein. HCl
dapat menambah kandungan gizi pada pekat, NaOH 30%, asam asetat 1 N, larutan
pembuatan mie. Luff Schoorl, H2SO4 6 N, KI, NaS2O3 0,1 N
Indonesia merupakan Negara yang untuk analisis kadar pati.
dimana masyarakatnya mengkonsumsi nasi
Alat yang digunakan dalam
sebagai makanan pokok. Namun, saat ini
mie merupakan pilihan makan pokok setelah
penelitian ini adalah baskom, panci,
nasi. Kandungan karbohidrat yang tinggi saringan, pisau, talenan, sumpit, sendok,
menjadikan mie sebagai sumber karbohidrat timbangan, roll press, cabinet dryer, alat
pengganti nasi, dimana bahan baku untuk sirkulasi berpengaduk, blender, ayakan 80
membuat mie yaitu tepung terigu. Menurut mesh, oven, eksikator pyrex, neraca digital,
Munarso dan Haryanto (2012), konsumsi tang krus, cawan, tunnel dryer, labu
mie di Indonesia semakin meningkat, pada erlenmayer 250 ml, labu destilasi, pipet
tahun 1995 mencapai 3554,5 juta tetes, pipet volumetrik, buret, klem, statif,
perbungkus yang setara dengan 265.838 ton. bunsen, labu kjeldahl, lemari asam, kompor,
Sedangkan pada tahun berikutnya konsumsi dan labu takar.
meningkat hingga 25% dan pada awal tahun Metode Penelitian
2000 hingga sekarang konsumsi mie terus Metode penelitian yang dilakukan
meningkat mencapai 15% per tahun. terdiri dari dua tahap, yaitu penelitian
Akhir-akhir ini proses pembuatan mie pendahuluan dan penelitian utama.
basah sudah banyak yang melakukan Penelitian pendahuluan yang
kecurangan dengan menggunakan bahan dilakukan yaitu pembuatan tepung kacang
tambahan non-pangan dalam proses koro pedang ukuran 80 mesh, analisis asam
pembuatan mie seperti formalin dan boraks sianida (HCN) pada tepung kacang koro
yang bertujuan agar mie basah tersebut pedang, dan menentukan lama pengukusan
tahan lama dan memiliki tekstur yang tepung kacang koro dan penambahan jumlah
kenyal. Hal tersebut sangat air yang digunakan pada penelitian utama.
mengkhawatirkan, karena mengonsumsi Penelitian pendahuluan menentukan
makanan yang mengandung bahan-bahan penambahan jumlah air yang terpilih dengan
berbahaya tersebut dapat berdampak pada variasi jumlah air 30%, 32%, dan 34% dan
kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan bahan lama pengukusan dengan variasi waktu 30

*Alumni Teknologi Pangan UNPAS


** Dosen Teknologi Pangan UNPAS
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

menit, 45 menit, dan 60 menit yang Pengujian yang digunakan dalam


kemudian dilakukan uji organoleptik (uji penelitian ini menggunakan uji mutu
hedonik) terhadap aroma, warna, dan hedonik. Uji mutu hedonik merupakan
kenampakan. pengujian yang tidak menyatakan suka atau
Penelitian utama merupakan lanjutan tidak suka melainkan menyatakan kesan
dari penelitian pendahuluan yang bertujuan tentang baik atau buruk. Penilaian dilakukan
untuk mengetahui perngaruh perbandingan terhadap sifat organoleptik dengan atribut
tepung kacang koro pedang dengan tepung warna, aroma, rasa, dan tekstur (kekenyalan)
terigu serta konsentrasi sodium dengan panelis yang digunakan yaitu 30
tripolyphosphate terhadap karakteristik mie orang.
koro basah. Setelah itu dilakukan analisis
Penentuan Produk Terpilih
kadar air, kadar abu, kadar protein, dan uji
Penentuan produk terpilih dilakukan
organoleptik (uji mutu hedonik) yang
dengan menggunakan uji skoring. Dimana
dilakukan oleh 30 panelis.
setiap respon diberi skor (nilai) sesuai
Rancangan Perlakuan dengan banyaknya kelas yang ditentukan.
Rancangan perlakuan penelitian Produk yang terpilih setelah dilakukan
utama terdiri dari dua faktor yaitu analisis kimia meliputi analisis kadar pati
perbandingan antara tepung koro pedang metode luffschrool dan kadar asam sianida
dengan tepung terigu dan konsentrasi (HCN).
sodium tripolyphosphate (STPP).
1. Faktor perbandingan antara tepung koro Prosedur Penelitian
dengan tepung terigu (T) dengan 4 taraf,
yaitu : Pembuatan Tepung Kacang Koro Pedang
t1 = Tepung koro : tepung terigu, 70 : 30
1. Sortasi
t2 = Tepung koro : tepung terigu, 60 : 40
Kacang koro pedang disortasi terlebih
t3 = Tepung koro : tepung terigu, 50 : 50
dahulu untuk memisahkan kacang yang baik
t4 = Tepung koro : tepung terigu, 0 : 100
dan kacang yang rusak
2. Faktor konsentrasi sodium
1. Penimbangan
tripolyphosphate (STPP) (S) dengan 3 taraf,
Penimbangan untuk mengetahui berat
yaitu :
kacang koro pedang yang dibutuhan.
s1 = 0,25%
2. Pencucian
s2 = 0,30%
Kacang koro pedang yang telah
s3 = 0,35%
ditimbang kemudian dilakukan pencucian
Rancangan Percobaan untuk menghilangkan kotoran yang
Rancangan percobaan yang menempel pada kacang koro.
digunakan dalam pembuatan mie koro basah 3. Penurunan Kandungan Sianida
adalah rancangan faktorial 4x3 dalam Perendaman bertujuan untuk
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 menghilangkan asam sianida (HCN) yang
kali ulangan, sehingga diperoleh 24 terdapat dalam kacang koro pedang.
perlakuan. Perendaman dilakukan menggunakan alat
sirkulasi berpengaduk selama 4,5 jam. Di
Rancangan Respon dalam mesin terdapat blade yang berputar
Rancangan respon yang dilakukan dengan kecepatan perputaran yang
pada penelitian utama untuk produk mie digunakan 180 rpm dan terdapat pompa air
koro basah terdiri dari respon kimia dan untuk sirkulasi air pada saat perendaman.
repon organoleptik. 4. Pengupasan Kulit
1. Respon Kimia Kacang koro pedang dikupas kulit arinya
Respon kimia yang dilakukan terhadap untuk mempermudah proses selanjutnya dan
produk mie koro basah adalah penentuan untuk menghilangkan kulit ari dari kacang
kadar air dengan metode gravimetri, koro pedang.
penentuan kadar abu dengan metode 5. Pengecilan Ukuran
gravimetri, dan penentuan kadar protein Pengecilan ukuran kacang koro
metode kjedahl. menggunakan blender, kacang koro
2. Respon Organoleptik dihancurkan secara kasar. Pengecilan ukuran

*Alumni Teknologi Pangan UNPAS


** Dosen Teknologi Pangan UNPAS
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

ini bertujuan untuk mempermudah dan Adonan yang telah kalis kemudian
mempercepat proses pengeringan. adonan dimasukan kedalam mesin pembuat
mie yang diatur ketebalannya secara
6. Pengeringan berulang kali sampai ketebalan lembar mie
Pengeringan dilakukan dengan suhu mencapai 1,5-2 mm (Agusrina, 2008).
70°C selama kurang lebih 7 jam dengan 5. Pencetakan
menggunakan tunnel dryer . Pengeringan Proses pembentukan atau pemotongan
bertujuan untuk mengurangi kadar air yang mie dilakukan dengan alat pencetak mie,
tedapat pada kacang koro, dan untuk lembaran adonan yang tipis dimasukan
menghentikan perkembangan kedalam alat pencetak sehingga terbentuk
mikroorganisme sehingga dapat mie yang panjang (Agusrina, 2008).
memperpanjang umur simpan. 6. Perebusan
7. Penggilingan dan Pengayakan Mie yang telah terbentuk dimasukan
Penggilingan yang bertujuan untuk dalam panci yang berisi air mendidih
menghaluskan kacang koro yang telah (100°C) yang ditambahkan sedikit minyak.
kering sehingga dapat mempermudah proses Mie direbus selama 2 menit sambil diaduk
pengayakan. Pengayakan dilakukan perlahan (Rizal, 2012).
bertujuan untuk memisahkan partikel yang 7. Pendinginan
halus dengan yang berukuran besar sehingga Mie hasil perebusan kemudian ditiriskan,
didapatkan tepung dengan ukuran yang selanjutnya didinginkan secara cepat dengan
seragam dimana ukuran yang digunakan disiram air. Proses ini bertujuan untuk
yaitu 80 mesh. melepaskan sisa-sisa uap panas dari mie
8. Analisis Kimia basah hasil perebusan (Agusrina, 2008).
Produk tepung kacang koro pedang 8. Penambahan Minyak (Glazing)
kemudian dilakukan analisis asam sianida Mie yang telah didinginkan kemudian
untuk mengetahui kadar asam sianida ditambahkan minyak goreng sambil diaduk-
(HCN) tepung kacang koro pedang. aduk agar merata. Tujuan penambahan
minyak agar tekstur mie lebih kelihatan
Penelitian Pendahuluan
halus dan antar pilinan tidak lengket.
1. Persiapan Bahan
Persiapan bahan ini dilakukan terlebih Penelitian Utama
dahulu penimbangan bahan-bahan yang 1. Persiapan Bahan
akan digunakan sesuai dengan formulasi, Persiapan bahan ini dilakukan terlebih
yaitu perbandingan tepung koro dengan dahulu penimbangan bahan-bahan yang
tepung terigu, garam, telur ayam, soda kue, akan digunakan sesuai dengan formulasi,
sodium tripolyphosphate, dan air. yaitu perbandingan tepung koro dengan
2. Pengukusan Tepung Koro tepung terigu, garam, telur ayam, soda kue,
Tepung koro dilakukan proses sodium tripolyphosphate, dan air.
pengukusan terlebih dahulu dengan lama 2. Pengukusan Tepung Koro
pengukusan tepung koro adalah selama 30 Tepung koro dilakukan proses
menit, 45 menit, dan 60 menit. Pengukusan pengukusan terlebih dahulu. Pengukusan
tepung koro dilakukan untuk menghilangkan tepung koro dilakukan untuk menghilangkan
bau langu pada tepung koro agar hasil mie bau langu pada tepung koro agar hasil mie
tersebut diinginkan oleh panelis. tersebut diinginkan oleh panelis.
3. Pencampuran dan Pengadukan 3. Pencampuran dan Pengadukan
Pembuatan mie koro basah diawali Pembuatan mie koro basah diawali
dengan proses pencampuran bahan baku dengan proses pencampuran bahan baku
utama dan bahan baku tambahan. Tepung utama dan bahan baku tambahan.
koro ditambah tepung terigu, garam, telur, Perbandingan tepung koro dan tepung terigu
soda kue, sodium tripolyphosphate, dan air (0:100, 50:50, 60:40, 70:30), garam, telur,
(30%, 32%, dan 34%). Setelah dilakukan soda kue, sodium tripolyphosphate (0,25%,
proses pencampuran kemudian dilakukan 30%, 35%), dan air. Setelah dilakukan
proses pengadukan bahan hingga bahan proses pencampuran kemudian dilakukan
menjadi kalis dan tidak lengket. proses pengadukan bahan hingga bahan
4. Pembentukan lembaran menjadi kalis dan tidak lengket.

*Alumni Teknologi Pangan UNPAS


** Dosen Teknologi Pangan UNPAS
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

4. Pembentukan lembaran
Adonan yang telah kalis kemudian
adonan dimasukan kedalam alat pembuat
mie yang diatur ketebalannya secara
berulang kali sampai ketebalan lembar mie
mencapai 1,5-2 mm (Agusrina, 2008).
5. Pencetakan
Proses pembentukan atau pemotongan
mie dilakukan dengan alat pencetak mie,
lembaran adonan yang tipis dimasukan
kedalam alat pencetak sehingga terbentuk
mie yang panjang (Agusrina, 2008).
6. Perebusan
Mie yang telah terbentuk dimasukan
dalam panci yang berisi air mendidih
(100°C) yang ditambahkan sedikit minyak.
Mie direbus selama 2 menit sambil diaduk
perlahan (Rizal, 2012).
7. Pendinginan
Mie hasil perebusan kemudian ditiriskan,
selanjutnya didinginkan secara cepat dengan
disiram air. Proses ini bertujuan untuk
melepaskan sisa-sisa uap panas dari mie Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
basah hasil perebusan (Agusrina, 2008). Pendahuluan
8. Penambahan Minyak (Glazing)
Mie yang telah didinginkan kemudian
ditambahkan minyak goreng sambil diaduk-
aduk agar merata. Tujuan penambahan
minyak agar tekstur mie lebih kelihatan
halus dan antar pilinan tidak lengket.

Gambar 3. Diagram Alir Penelitia Utama


Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Tepung
Kacang Koro Pedang

*Alumni Teknologi Pangan UNPAS


** Dosen Teknologi Pangan UNPAS
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

HASIL DAN PEMBAHASAN menit, 45 menit, dan 60 menit yang


kemudian dilakukan uji organoleptik (uji
Hasil Penelitian Pendahuluan
hedonik) terhadap aroma, warna, dan
Penelitian pendahuluan dilakukan
kenampakan.
untuk mengetahui kadar asam sianida pada
tepung kacang koro pedang, dan 1. Kadar Asam Sianida (HCN)
menentukan lama pengukusan tepung Hidrogen sianida merupakan salah satu
kacang koro dan penambahan jumlah air senyawa dari berbagai contoh senyawa
yang digunakan pada penelitian utama. sianida lainnya. Berdasarkan hasil analisis
Penelitian pendahuluan menentukan asam sianida pada bahan baku tepung
penambahan jumlah air yang terpilih dengan kacang koro pedang dapat dilihat pada tabel
variasi jumlah air 30%, 32%, dan 34% dan berikut.
lama pengukusan dengan variasi waktu 30

*Alumni Teknologi Pangan UNPAS


** Dosen Teknologi Pangan UNPAS
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

HASIL DAN PEMBAHASAN pengukusan (AB) tidak berpengaruh nyata


terhadap mie koro basah.
Hasil Penelitian Pendahuluan
Hasil uji kesukaan dengan atribut
Penelitian pendahuluan dilakukan
warna menunjukkan bahwa tidak pengaruh
untuk mengetahui kadar asam sianida pada
nyata terhadap warna mie koro basah dari
tepung kacang koro pedang, dan
semua perlakuan. Hal ini disebabkan oleh
menentukan lama pengukusan tepung
penilaian panelis terhadap warna produk mie
kacang koro dan penambahan jumlah air
koro basah rata-rata memberikan nilai yang
yang digunakan pada penelitian utama.
sama pada semua perlakuan yaitu agak suka.
Penelitian pendahuluan menentukan
penambahan jumlah air yang terpilih dengan 2.2. Kenampakan
variasi jumlah air 30%, 32%, dan 34% dan Berdasarkan hasil perhitungan
lama pengukusan dengan variasi waktu 30 analisis variansi uji organoleptik (lampiran
menit, 45 menit, dan 60 menit yang 10) terhadap atribut kenampakan mie koro
kemudian dilakukan uji organoleptik (uji basah menunjukkan bahwa perlakuan
hedonik) terhadap aroma, warna, dan penambahan jumlah air (A), lama
kenampakan. pengukusan (B), dan interaksi penambahan
jumlah air dan lama pengukusan (AB) tidak
1. Kadar Asam Sianida (HCN)
berpengaruh nyata terhadap mie koro basah.
Hidrogen sianida merupakan salah satu
Hasil uji kesukaan dengan atribut
senyawa dari berbagai contoh senyawa
kenampakan menunjukan bahwa tidak
sianida lainnya. Berdasarkan hasil analisis
adanya pengaruh nyata terhadap
asam sianida pada bahan baku tepung
kenampakan mie koro basah dari semua
kacang koro pedang dapat dilihat pada tabel
perlakuan. Hal ini disebabkan oleh penilaian
berikut.
panelis terhadap produk mie koro basah
Tabel 1. Kadar Asam Sianida pada Tepung
Kacang Koro Pedang (ppm)
rata-rata memberikan nilai yang sama pada
semua perlakuan yaitu agak suka.
2.3. Aroma
Berdasarkan hasil analisis variansi uji
organoleptik terhadap atribut aroma mie
Pada tabel 1. menunjukan bahwa kadar koro basah menunjukan bahwa lama
asam sianida tepung kacang koro pedang pengukusan tepung kacang koro (B)
sebesar 16,96 mg/kg ± 3,46. Hasil analisis berpengaruh nyata terhadap aroma mie koro
kadar asam sianida yang terdapat pada basah, namun perlakuan penambahan jumlah
tepung kacang koro sudah termasuk kedalam air (A), dan interaksi penambahan jumlah air
batas aman untuk dikonsumsi. Menurut dan lama pengukusan (AB) tidak
Gustiningsih (2011), kadar asam sianida berpengaruh nyata terhadap aroma mie koro
yang bersifat toksik apabila kadarnya basah. Pengaruh pengukusan tepung kacang
melebihi 50 ppm. koro terhadap aroma mie koro basah dapat
2. Uji Organoleptik dilihat pada tabel 2.
Penelitian pendahuluan dilakukan Tabel 2. Pengaruh Lama Pengukusan
pengujian organoleptik dengan uji hedonik Tepung Kacang Koro Terhadap Aroma Mie
dengan tujuan untuk menentukan Koro Basah
penambahan jumlah air pada saat
pengulenan dan lama pengukusan tepung Lama Pengukusan Nilai Rata-rata
koro pedang. Hasil yang paling disukai oleh (B)
panelis kemudian akan digunakan pada b1 (30 menit) 3,441 a
penelitian utama. b2 (45 menit) 4,259 c
2.1. Warna b3 (60 menit) 4,174 b
Berdasarkan hasil perhitungan Keterangan : Setiap huruf yang berbeda
analisis variansi uji organoleptik terhadap menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
atribut warna mie koro basah menunjukan pada taraf 5% Uji Duncan.
bahwa perlakuan penambahan jumlah air Tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan
(A), lama pengukusan (B), dan interaksi b1 (30 menit) berbeda nyata dibandingkan
penambahan jumlah air dan lama perlakuan b2 (45 menit) dan b3 (60 menit).
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

Lama pengukusan tepung kacang koro tripolyphosphate 0,25%, 0,30%, dan 0,35%.
pedang memberikan aroma yang berbeda. Setelah itu dilakukan analisis kadar air,
Hal itu karena adanya pemanasan, kadar abu, kadar protein, dan uji
pemanasan ini akan menginaktifkan enzim organoleptik (uji mutu hedonik). Perlakuan
lipoksidase yang mengakibatkan bau langu. yang terpilih dilakukan analisis kadar pati
Dimana enzim lipoksidase menghidrolisis dan kadar asam sianida (HCN).
atau menguraikan lemak pada kacang
1. Analisi Kimia
menjadi senyawa-senyawa penyebab bau
1.1. Kadar Air
langu, yang tergolong pada kelompok
Berdasarkan hasil analisis variansi
heksanal dan heksanol. Senyawa-senyawa
terhadap kadar air menunjukan bahwa
tersebut dalam konsentrasi rendah sudah
perbandingan tepung kacang koro pedang
dapat menyebabkan bau langu (Trisnawati,
dengan tepung terigu (T) dan penambahan
2011).
konsentrasi sodium tripolyphosphate (S)
Penentuan Sampel Terpilih berpengaruh nyata terhadap mie koro basah,
Perlakuan terpilih yang dipilih mengacu namun interakasi perbandingan tepung
pada karateristik mie koro basah yang kacang koro pedang dengan tepung terigu
diinginkan dengan pemberian skor secara dan konsentrasi penambahan sodium
statistik. Berdasarkan data yang diperoleh tripolyphosphate (TS) tidak berpengaruh
dari hasil perhitungan uji skoring maka nyata terhadap mie koro basah. Hasil uji
dapat diambil suatu kesimpulan untuk lanjut Duncan kadar air mie koro basah
penentuan sampel terpilih dari penelitian dapat dilihat pada tabel 4 dan 5.
pendahuluan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 4. Pengaruh Perbandingan Tepung
Tabel 32. Hasil Pemberian Skor untuk Kacang Koro Pedang dengan Tepung Terigu
Penentuan Perlakuan Terpilih Dari Terhadap Kadar Air Mie Koro Basah (T)
Mie Basah Koro
Perbandingan Tepung Nilai rata-rata
Arom Kenampaka Total Kacang Koro Pedang Kadar Air (%)
Perlakuan Warna
a n t1 (70 : 30) 50.123 b
a1b1 4 1 1 6 t2 (60 : 40) 50.873 b
a1b2 1 4 2 7 t3 (50 : 50) 49.822 b
a1b3 1 3 1 5 t4 (0 : 100) 47.217 a
a2b1 1 1 1 3 Keterangan : Setiap huruf yang berbeda
a2b2 1 3 4 8 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
pada taraf 5% Uji Duncan.
a2b3 1 4 2 7
a3b1 1 1 1 3 Pada tabel 4 menunjukan bahwa semakin
a3b2 1 4 1 6 berkurangnya penambahan tepung kacang
a3b3 1 3 1 5 koro pedang membuat kadar air mie koro
basah semakin menurun. Hal itu
Berdasarkan hasil pemberian skor dikarenakan penambahan tepung kacang
penelitian pendahuluan didapatkan koro pedang membuat kandungan protein
perlakuan a2b2 dengan penambahan jumlah pada mie koro basah meningkat, protein
air sebanyak 32% dan lama pengukusan 45 memiliki sifat hidrofilik sehingga dengan
menit merupakan produk terpilih karena bertambahnya tepung kacang koro pedang
pada perlakuan tersebut memperoleh skor kadar air mie koro basah meningkat.
terbesar terhadap respon organoleptik yang Menurut Tamrin (2014), penyerapan air oleh
telah diuji. protein berkaitan dengan adanya gugus-
gugus polar rantai samping seperti karbonil,
Hasil Penelitian Utama hidroksil, amino, dan karboksil yang
Penelitian utama merupakan lanjutan menyebabkan perbedaan kemampuan
dari penelitian pendahuluan. Penelitian protein dalam menyerap air.
utama dibuat produk dengan menggunakan
perbandingan tepung kacang koro pedang
dengan tepung terigu sebesar 70:30, 60:40,
50:50, 0:100 dan konsentrasi sodium
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

Tabel 5. Pengaruh konsentrasi sodium Tabel 6. Pengaruh Interaksi Perbandingan


tripolyphosphate Terhadap Kadar Air Mie Tepung Kacang Koro Pedang dan Tepung
Koro Basah (S) Terigu dengan Variasi Konsentrasi Sodium
Tripolyphosphate Terhadap Kadar Abu Mie
Konsentrasi Sodium Nilai Rata-rata Koro Basah (%)
Tripolyphosphate Kadar Air (%)
s1 (0,25%) 48.350 a Konsentrasi Sodium
Perbandingan
Tripolyphosphate (S)
s2 (0,30%) 49.180 a Tepung Kacang
Koro Pedang dan s1 s2 s3
s3 (0,35%) 50.996 b Tepung Terigu (T) (0,25% (0,30%
(0,35%)
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda ) )

menunjukkan adanya perbedaan yang nyata A D C


pada taraf 5% Uji Duncan. t1 (70 : 30) 2.757 3.833 4.260
a b c
Pada tabel 5 menunjukan bahwa nilai
kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan s3 A A A
(konsentrasi sodium tripolyphosphate t2 (60 : 40) 2.750 2.685 3.196
0,35%) yaitu 50,996 %. Hasil data tersebut a a b
menunjukan bahwa semakin tinggi A B B
konsentrasi sodium tripolyphosphate yang t3 (50 : 50) 2.867 3.058 3.691
ditambahkan, maka kadar air mie koro basah
a b c
semakin tinggi.
Sodium Tripolyphosphate (STPP) A C B
t4 (0 : 100)
berfungsi sebagai bahan pengikat air dalam 2.773 3.385 3.596
gel pati, maka akan menghasilkan mie basah a b c
dengan jumlah kadar air yang maksimum Keterangan : Nilai rata-rata yang ditandai
pada saat perebusan (Handoyo, 1997). dengan huruf yang sama menunjukan tidak
Menurut Agusrina (2008), semakin tinggi berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji
konsentrasi STPP yang ditambahkan maka Duncan. Notasi huruf kecil dibaca horizontal
kadar air mie basah akan meningkat. sedangkan notasi huruf kapital dibaca
vertikal.
1.2. Kadar Abu Tabel 6 menunjukan bahwa dengan
Berdasarkan hasil analisis variansi meningkatnya konsentrasi sodium
terhadap kadar abu menunjukan bahwa tripolyphosphate terhadap perbandingan
perbandingan tepung kacang koro pedang tepung kacang koro pedang dan tepung
dan tepung terigu (T), penambahan terigu yang tetap terjadi peningkatan yang
konsentrasi sodium tripolyphosphate (S), signifikan terhadap kadar abu pada t1
dan interaksi antara perbandingan tepung (70:30), t3 (50:50), dan t4 (0:100). Tetapi pada
kacang koro pedang dan tepung terigu dan t2 (60:40), konsentrasi sodium
penambahan konsentrasi sodium tripolyphosphate s1 (0,25%) dan s2 (0,30%)
tripolyphosphate berpengaruh terhadap tidak terjadi peningkatan, namun pada
kadar abu mie koro basah. Pengaruh sodium tripolyphosphate s3 (0,35%) terjadi
interaksi perbandingan tepung kacang koro peningkatan terhadap kadar abu.
pedang dan tepung terigu dengan Hal ini disebabkan sodium
konsentrasi sodium tripolyphosphate tripolyphosphate merupakan salah satu
terhadap kadar abu mie koro basah dapat golongan dari garam fosfat yang
dilihat pada tabel 6. mengandung unsur Na (natrium) dan P
(fosfat). Garam fosfat merupakan garam
anorganik. Menurut Desrosier (1988), abu
merupakan mineral-mineral anorganik yang
memiliki ketahanan panas yang cukup tinggi
terhadap suhu pemanasan sehingga
keberadaannya dalam bahan pangan tetap
dan yang terurai hanya zat organik saja.
Sehingga konsentrasi sodium
tripolyphosphate memberi pengaruh cukup
besar terhadap kadar abu mie koro basah.
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

Selain itu, kadar abu mie koro basah pedang : tepung terigu, 0 : 100) yaitu
meningkat karena kadar abu tepung koro 8.160%. Semakin meningkat penggunaan
pedang lebih besar dibandingkan kadar abu tepung kacang koro pedang, kadar protein
tepung terigu. Menurut Murdiarti (2015), mie koro basah semakin meningkat. Hal ini
kadar abu tepung koro pedang putih sebesar disebabkan karena kadar protein tepung
2,36%, dan menurut Astawan (2006), kadar kacang koro lebih tinggi dibandingkan
abu tepung terigu sebesar 0,43%. tepung terigu. Kadar protein tepung kacang
Kadar abu merupakan mineral yang koro pedang sebesar 23,952% (Nurohman,
terdapat pada suatu bahan. Menurut Gayati 2016), sedangkan kadar protein tepung
(2014), kandungan mineral yang tinggi pada terigu sebesar 11% (Astawan, 2006).
tepung kacang koro pedang yaitu kalium dan Kadar protein mie koro basah berasal
zat besi. penambahan tepung kacang koro pedang,
Nilai abu merupakan ukuran umum tepung kacang koro sebesar 23,952%.
kualitas dan merupakan kriteria yang Penurunan kadar protein pada mie koro
berguna untuk identifikasi bahan makanan. basah yang dihasilkan disebabkan adanya
Abu diperoleh setelah pemijaran bahan proses denaturasi oleh panas pada saat
makanan sampai bebas karbon atau pengukusan tepung kacang koro pedang dan
mengoksidasi semua zat organik pada suhu perebusan mie koro basah. Denaturasi dapat
tinggi. Apabila nilai abu lebih dari yang diartikan sebagai suatu perubahan atau
ditentukan berarti ada zat pengotor yang modifikasi terhadap struktur sekunder,
terdapat didalam makanan (Sudarmadji, tersier, dan kuartener terhadap molekul
2010). protein, tanpa terjadinya pemecahan ikatan-
ikatan kovalen (Winarno, 2004). Protein
1.3. Kadar Protein
yang terkandung pada kacang koro pedang
Berdasarkan hasil analisis variansi
yaitu albumin, dimana albumin bersifat
menunjukan bahwa konsentrasi sodium
mudah larut dalam air dan dapat
tripolyphosphate (S) dan interaksi
terkoagulasi oleh panas dengan suhu yang
perbandingan tepung terigu dan tepung
berbeda-beda tergantung jenis albuminnya.
kacang koro dan konsentrasi sodium
Selain itu kacang koro pedangan juga
tripolyphosphate (TS) tidak berpengaruh
mengandung banyak asam amino seperti
nyata terhadap kadar protein mie koro basah.
asam aspartate, treonin, alanine, glisin,
Tetapi secara mandiri, perbandingan tepung
valin, fenilalanin, lisin dan histidin yang
terigu dan tepung kacang koro (T)
lebih tinggi dibandingkan yang terkandung
berpengaruh nyata terhadap kadar protein
dalam kacang kedelai (Harliati, 2014).
mie koro basah. Hasil uji lanjut duncan,
Kadar protein mie basah dari semua
kadar protein mie koro basah dapat dilihat
perbandingan sudah sesuai dengan SNI 01-
pada tabel 7.
2987-1992 tentang syarat mutu mie basah
Tabel 7. Pengaruh Perbandingan Tepung yaitu minimal kadar proteinnya adalah 8%.
Kacang Koro Pedang dengan Tepung Terigu
Terhadap Kadar Air Mie Koro Basah (T) 2. Uji Organoleptik
2.1. Warna
Perbandingan Tepung Nilai rata-rata Hasil analisis variansi uji organoleptic
Kacang Koro Pedang Kadar Protein terhadap atribut warna menunjukan adanya
t1 (70 : 30) 10.323 c
pengaruh nyata pada perlakuan
t2 (60 : 40) 9.729 b
perbandingan tepung kacang koro pedang
t3 (50 : 50) 10.146 b
dan tepung terigu (T) terhadap mie koro
t4 (0 : 100) 8.160 a
basah, namun konsentrasi sodium
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda tripolyphosphate (S) dan interaksi
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata perbandingan tepung kacang koro pedang
pada taraf 5% Uji Duncan. dan tepung terigu dengan namun konsentrasi
Tabel 7 menunjukan bahwa nilai kadar sodium tripolyphosphate (TS) tidak
protein tertinggi terdapat pada perlakuan t1 berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut duncan
(substitusi tepung kacang koro pedang : atribut warna terhadap mie koro basah dapat
tepung terigu, 70 : 30) yaitu 10,323% dan dilihat pada Tabel 8.
kadar protein terendah terdapat pada
perlakuan t4 (substitusi tepung kacang koro
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

Tabel 8. Pengaruh Perlakuan Perbandingan Terhadap Tektur (Kekenyalan) Mie Koro


Tepung Kacang Koro Pedang dan Tepung Basah
Terigu (T) terhadap Warna Mie Koro Basah
Perbandingan Tepung Nilai rata-rata
Perbandingan Tepung Nilai rata-rata Kacang Koro Pedang
Kacang Koro Pedang t1 (70 : 30) 3,178 a
t1 (70 : 30) 3,922 c t2 (60 : 40) 3,467 a
t2 (60 : 40) 3,606 b t3 (50 : 50) 4,111 b
t3 (50 : 50) 3,511 b t4 (0 : 100) 4,511 c
t4 (0 : 100) 3,222 a Keterangan : Setiap huruf yang berbeda
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada taraf 5% Uji Duncan.
pada taraf 5% Uji Duncan.
Tabel 9 menunjukan bahwa semakin
Tabel 8 menunjukan bahwa semakin banyak menggunakan tepung kacang koro
banyak tepung kacang koro yang pedang pada perbandingan tepung kacang
ditambahkan warna mie koro basah semakin koro pedang dan tepung terigu, maka tekstur
gelap. Hal ini terjadi karena kacang koro kekenyalan pada mie koro basah semakin
pedang memiliki pigmen antosianin. berkurang. Hal itu karena penggunaan
Antosianin merupakan pigmen alami yang tepung terigu yang semakin sedikit, dimana
memiliki warna coklat tua, larut dalam air, di dalam terigu terdapat protein gluten yang
dan peka terhadap perubahan panas. dapat menyebabkan tekstur mie menjadi
Konsentrasi pigmen juga sangat berperan kenyal dan elastis. Gluten merupakan
dalam membentuk warna, adanya tannin protein tidak larut air yang hanya terdapat
akan banyak mengubah warna dari tidak pada tepung terigu. Gluten mempunyai
berwarna sampai kuning atau coklat peranan penting sehubungan dengan fungsi
(Winarno, 2004 dalam Razak, 2015) terigu sebagai bahan dasar pembuatan mie
Menurut Sartika (2009), kacang koro dan roti. Adonan akan mempunyai sifat yang
mengandung senyawa antintrisi antara lain kenyal atau elastis dan licin permukaan nya.
tanin, fenol, antitripsin, asam fitat, dan Gluten merupakan komponen tepung terigu
glukosianida yang dapat menyebabkan yang membentuk sifat tersebut (Muchtadi,
warna kusam pada tahu. 2010).
2.2. Tekstur (Kekenyalan) Tabel 10. Pengaruh Penambahan
Berdasarkan analisis variansi terhadap Konsentrasi Sodium Tripolyphosphate
atribut tekstur (kekenyalan) menunjukan Terhadap Tektur (Kekenyalan) Mie Koro
bahwa perbandingan tepung kacang koro Basah
pedang dengan tepung terigu (T) dan Konsentrasi Sodium Nilai rata-rata
penambahan konsentrasi sodium Tripolyphosphate
tripolyphosphate (S) berpengaruh nyata s1 (0,25%) 3,379 a
terhadap tekstur kekenyalan mie koro basah, s2 (0,30%) 3,871 b
namun interaksi perbandingan tepung s3 (0,35%) 4,2 b
kacang koro pedang dengan tepung terigu Keterangan : Setiap huruf yang berbeda
dan penambahan konsentrasi sodium menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
tripolyphosphate (TS) tidak berpengaruh pada taraf 5% Uji Duncan.
nyata terhadap mie koro basah. Hasil uji Tabel 10 menunjukan bahwa perlakuan
lanjut duncan atribut tekstur kekenyalan s3 (konsentrasi sodium tripolyphosphate
terhadap mie koro basah dapat dilihat pada 0,35) memberikan tekstur yang lebih kenyal.
tabel 9 dan 10. Semakin banyak penambahan konsentrasi
sodium tripolyphosphate (S), tekstur
(kekenyalan) mie koro basah semakin
kenyal. Hal itu dikarenakan sifat sodium
tripolyphosphate dapat berperan pada proses
gelatinisasi pati-protein sehingga
mempengaruhi tekstur menjadi lebih liat dan
Tabel 9. Pengaruh Perbandingan Tepung kenyal. Menurut Widyaningsih dan Murtini
Kacang Koro Pedang dengan Tepung Terigu (2006), mie yang dibuat tanpa penambahan
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

sodium tripolyphosphate, carboxyl metil dengan tepung terigu dan penambahan


celulose, atau gliserin tingkat kekenyalan konsentrasi sodium tripolyphosphate (TS)
kurang sehingga agak lengket. tidak berpengaruh nyata terhadap rasa mie
koro basah. Hasil uji lanjut duncan atribut
2.3. Aroma
rasa terhadap mie koro basah dapat dilihat
Berdasarkan hasil analisis variansi
pada Tabel 12.
terhadap atribut aroma menunjukkan bahwa
perbandingan tepung kacang koro pedang Tabel 12. Pengaruh Perbandingan Tepung
dan tepung terigu (T) berpengaruh terhadap Kacang Koro Pedang dan Tepung Terigu
aroma mie koro basah, namun penambahan Terhadap Rasa Mie Koro Basah
konsentrasi sodium tripolyphosphate (S) dan Perbandingan Tepung Nilai rata-rata
interaksi perbandingan tepung kacang koro Kacang Koro Pedang
pedang dengan tepung terigu dan t1 (70 : 30) 3,678 b
penambahan konsentrasi sodium t2 (60 : 40) 3,444 b
tripolyphosphate (TS) tidak berpengaruh t3 (50 : 50) 3,250 b
nyata terhadap aroma mie koro basah. Hasil t4 (0 : 100) 2,817 a
uji lanjut duncan atribut aroma terhadap mie Keterangan : Setiap huruf yang berbeda
koro basah dapat dilihat pada tabel 11. menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
Tabel 11. Pengaruh Perbandingan Tepung
pada taraf 5% Uji Duncan.
Kacang Koro Pedang dan Tepung Terigu Tabel 12 menunjukan bahwa perlakuan t4
Terhadap Aroma Mie Koro Basah (perbandingan tepung kacang koro pedang :
Perbandingan Tepung Nilai rata-rata tepung terigu, 0 : 100) berbeda nyata
Kacang Koro Pedang dibandingkan perlakuan t1 (70:30), t2
t1 (70 : 30) 3,7 b
t2 (60 : 40) 3,467 a (60:40), dan t3 (50:50). Hal itu karena
t3 (50 : 50) 3,350 a semakin banyak penambahan tepung kacang
t4 (0 : 100) 3,4 a koro pada perbandingan tepung kacang koro
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda dan tepung terigu, maka semakin terasa
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata kacang koro.
pada taraf 5% Uji Duncan.
Penentuan Sampel Terpilih
Tabel 11 menunjukan bahwa perlakuan Perlakuan terpilih yang dipilih mengacu
t1 (perbandingan tepung kacang koro pedang pada karateristik mie koro basah yang
dan tepung terigu, 70:30) berbeda nyata diinginkan dengan pemberian skor secara
dibandingkan perlakuan t2 (60:40), t3 statistik. Berdasarkan data yang diperoleh
(50:50), dan t4 (0:100). Penambahan tepung dari hasil perhitungan uji skoring maka
kacang koro pedang yang lebih banyak dapat diambil suatu kesimpulan untuk
memberikan aroma kacang koro yang penentuan sampel terpilih dari penelitian
berbeda. Hal itu karena aroma dalam bahan utama dapat dilihat pada tabel 13.
makanan dapat ditimbulkan oleh komponen-
komponen volatil. Protein yang tedapat pada
kacang-kacangan akan terdegredasi menjadi
asam amino karena adanya panas. Asam
amino ini kemudian bergabung dengan
lemak atau karbohidrat untuk membentuk
senyawa volatil yang dapat menimbulkan
aroma (Fennema, 1985 dalam Razak, 2015).
2.4. Rasa
Berdasarkan hasil analisis variansi
atribut rasa menunjukkan bahwa
Tabel 13. Hasil Pemberian Skor Perlakuan
perbandingan tepung kacang koro pedang
Terpilih dari Mie Koro Basah
dan tepung terigu (T) berpengaruh nyata
terhadap rasa mie koro basah, namun
penambahan konsentrasi sodium
tripolyphosphate (S) dan interaksi
perbandingan tepung kacang koro pedang
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

kadar pati mie basah bahan baku tepung


terigu. Menurut Mudiarti (2015), kadar pati
tepung koro pedang sebesar 34,73%,
sedangkan kadar pati tepung terigu sebesar
74% (Astawan, 2006).

Pati merupakan simpanan karbohidrat


dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan
karbohidrat utama yang dimakan manusia di
seluruh dunia. Pati terutama terdapat dalam
Berdasarkan hasil pemberian skor secara padi-padian, biji-bijian, dan umbu-umbian.
statistik, mie koro basah dengan perlakuan Beras, jagung, dan gandum mengandung 70-
t3s1 (perbandingan tepung kacang koro 80% pati, kacang-kacang kering, seperti
pedang : tepung terigu, 50:50 dan kacang kedelai, kacang merah, dan kacang
penambahan konsentrasi sodium hijau 30-60%, sedangkan ubi, talas, kentang,
tripolyphosphate 0,25%) merupakan produk dan singkong 20-30% pati (Almatsier,
terpilih yang direkomendasikan karena pada 2009).
perlakuan tersebut memperoleh skor yang Menurut Greenwood (1979) dalam Sari
tertinggi terhadap semua respon yang diuji. (2006), penurunan kadar pati disebabkan
Adapun gambar mie koro basah pada adanya pemanasan. Pemanasan akan
semua perlakuan yang telah dilakukan, dapat mengakibatkan penurunan kekuatan ikatan
dilihat pada gambar 1. hidrogen pati, sehingga pati pecah dan
terdegradasi menjadi komponen yang lebih
sederhana dan larut air, sehingga terjadinya
penurunan kadar pati.
1.2. Kadar Asam Sianida (HCN)
Sampel terpilih dilakukan analisis kadar
asam sianida (HCN) dengan metode titrasi
argentometrik. Sampel terpilih dari
penelitian utama ditentukan berdasarkan
hasil pemberian skor dari semua respon
Gambar 1. Produk Mie Koro Basah yaitu respon kadar air, kadar protein, kadar
abu, dan organoleptik (warna, rasa, tekstur
1. Respon Kimia Produk Terpilih kekenyalan, dan aroma). Sampel terpilih
1.1. Kadar Pati yaitu pada perlakuan t3s1 (perbandingan
Berdasarkan hasil analisis kadar pati tepung kacang koro dan tepung terigu, 50 :
pada sampel yang terpilih dengan perlakuan 50 dan konsentrasi sodium tripolyphosphate
t3s1 (perbandingan tepung kacang koro dan sebesar 0,25%).
tepung terigu, 50 :50 dan konsentrasi Berdasarkan hasil analisis kadar asam
sodium tripolyphosphate sebesar 0,25%) sianida pada sampel yang terpilih dengan
dapat dilihat pada tabel 14. perlakuan t3s1 (perbandingan tepung kacang
Tabel 14. Hasil Analisis Kadar Pati koro dan tepung terigu, 50 :50 dan
Terhadap Mie Koro Basah konsentrasi sodium tripolyphosphate sebesar
Sampel Kadar Pati 0,25%) dapat dilihat pada tabel 15.
Mie Koro Basah 21,60% Tabel 15. Hasil Analisis Kadar Asam
Pada tabel 14 menunjukan bahwa kadar Sianida Terhadap Mie Koro Basah (ppm)
pati mie koro basah dengan perlakuan t3s1 Sampel Kadar Asam Sianida
(perbandingan tepung kacang koro dan Mie Koro Basah 5,99 mg/kg
tepung terigu, 50 :50 dan konsentrasi
sodium tripolyphosphate sebesar 0,25%) Pada tabel 15 menunjukan bahwa kadar
sebesar 21,60%. Menurut Rizal (2012), asam sianida mie koro basah dengan
kadar pati mie basah dengan bahan baku perlakuan t3s1 (perbandingan tepung kacang
tepung terigu sebesar 21,40%. Kadar pati koro dan tepung terigu, 50 :50 dan
mie koro basah tidak jauh beda dengan konsentrasi sodium tripolyphosphate sebesar
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

0,25%) sebesar 5,99 mg/kg. Hasil analisis langu dari kacang koro untuk
kadar asam sianida yang terdapat pada mie menghasilkan tepung kacang koro yang
koro basah sudah termasuk kedalam batas lebih baik.
aman untuk dikonsumsi. Menurut 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Gustiningsih (2011), kadar asam sianida tentang penyimpanan atau masa
yang bersifat toksik apabila kadarnya simpan yang terbaik untuk produk mie
melebihi 50 ppm. koro basah sehingga dapat mengetahui
umur simpan dari produk.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
1. Penelitian pendahuluan menghasilkan
kadar asam sianida pada tepung kacang Agusrina, R. 2008. Pengaruh
koro pedang sebesar 16,96 mg/kg ± 3,46, Perbandingan Tepung Jagung (Zae
dengan perlakuan lama pengukusan Mays L) Dengan Tepung Terigu dan
selama 45 menit dan penambahan air Konsentrasi Sodium Tripoly
sebanyak 32% berdasarkan pengujian Phosphate (STPP) Terhadap Mutu
organoleptik terhadap atribut warna, Mie Basah. Jurusan Teknologi Pangan,
aroma, dan kenampakan. Universitas Pasundan.
2. Faktor perbandingan tepung kacang koro Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu
pedang dan tepung terigu berpengaruh Gizi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
terhadap karakteristik mie koro basah Jakarta.
pada respon kadar air, kadar abu, kadar
Astawan, M. 2006. Membuat Mie dan
protein, warna, rasa, aroma, dan tekstur
Bihun. Penebar Swadaya, Depok.
kekenyalan.
3. Faktor konsentrasi sodium AOAC. 1994. Official Methods of Analysis
tripolyphosphate berpengaruh terhadap of The Assosiation of Official of
karakteristik mie koro basah pada respon Analytical Chemist. AOAC, inc.
kadar air, kadar abu, dan tekstur Washington D.C.
kekenyalan, namun tidak berpengaruh AOAC. 1995. Official Methods of Analysis
pada respon kadar protein, warna, aroma, of The Assosiation of Official of
dan rasa. Analytical Chemist. AOAC, inc.
4. Interaksi antara perbandingan tepung Washington D.C.
kacang koro pedang dan tepung terigu
Deman, J. M., (1997). Kimia Makanan.
dan konsentrasi sodium tripolyphosphate
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
berpengaruh terhadap karakteristik mie
koro basah pada respon kadar abu, Departemen Kesehatan RI,. 1992. Daftar
namun tidak berpengaruh pada respon Komposisi Bahan Makanan. Bhratara
kadar air, kadar protein, warna, tekstur Karya Aksara, Jakarta.
kekenyalan, aroma, dan rasa. Desrosier N. W. 1988. Teknologi
5. Berdasarkan hasil metode pemberian Pengawetan Pangan. Edisi Ke-3,
skor secara statistik yang telah Diterjemahkan oleh Muchi Muljohardjo.
dilakukan, perlakuan yang terpilih adalah Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
t3s1 (perbandingan tepung kacang koro
pedang : tepung terigu, 50:50 dan Duke J.A. 1992. Handbook of Biological
penambahan konsentrasi sodium Active Phytochemicals and Their
tripolyphosphate 0,25%) dengan Activity. Di dalam Silvia, L. 2014.
kandungan kadar air sebesar 48,375%, Pengaruh Perbandingan Koro dengan
kadar abu 1,434%, kadar protein Tapioka dan Konsentrasi Telur
10,49%, kadar pati 21,6%, dan kadar Terhadap Karakteristik Kerupuk
Koro (Canavalia ensiformis). Skripsi
asam sianida 5,99 mg/kg. Jurusan Teknologi Universitas Pasundan,
Saran Bandung.
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Fennema, O.R. 1985. Food Chemistry.
mengenai cara menghilangkan bau Marcel Dekker Inc, New York. Di dalam
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

Razak, I. L.2015. Pemanfaatan Kacang Widiantara. T, dan Afriani H. Leni .2013.


Koro Pedang (Canavalia ensiformis) Penurunan Sianida dalam Kacang
Terhadap Pembuatan Tahu Kacang Koro Pedang Putih (Canavalia
Koro Berdasarkan Perbedaan ensiformis) Dengan Berbagai Metode.
Konsentrasi Koagulan. Universitas Universitas Pasundan, Bandung.
Pasundan, Bandung. Kartika, B., Pudji, H., dan Wahyu, S. 1988.
Ernawati, N. 2010. Penggunaan Sodium Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan.
Tripoliphosphate (STPP) Terhadap Penerbit Universitas Gadjah Mada,
Sifat Karak (Kerupuk Gender). Yogyakarta.
Universitas Sebelas Maret. Muchtadi, T. R., Sugiyono.,
Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Ayustaningwarno, F. 2010. Ilmu
Percobaan. Penerbit Armico, Bandung. Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta,
Gayati, I. A.P. 2014. Pemanfaatan Tepung Bandung.
Kacang Koro Pedang (Canavalia Munarso, S.J. dan Haryanto, B. 2012.
ensiformis) dan Tepung Mocaf Perkembangan Teknologi Pembuatan
(Modified Cassava Flour) pada Mie. Jurnal Teknologi Pangan. Balai
Cookies Ditinjau dari Sifat Fisiko Besar Penelitian dan Pengembangan
Kimia dan Sensori. Fakultas Teknologi Pascapanen Pertanian.
Pertanian, Uiversitas Katolik Nurohman, S. H., Widiantara. T, dan
Soegijapranata, Semarang. Ikrawan. Y .2016. Kajian Kandungan
Greenwood, C. T,. 1979. Observation on Protein Tepung Kacang Koro Pedang
The Structure of The Strach Granule. (Canavalia ensiformis) yang Dikemas
Di dalam Sari, W. 2006. Pengaruh LDPE (Low Density Polyethylene)
Perbandingan Tepung Ubi Jalar Selama Penyimpanan Menggunakan
(Ipomoea batatas L.) dan Tapioka Regresi Linier Sederhana. Skripsi
(Manihot utilissma POHL) dengan Jurusan Teknologi Universitas Pasundan,
Variasi Konsentrasi Natrium Bandung.
Tripolifosfat (Na5P3O10) Terhadap Rizal, A.D., I. N. Kencana., dan Ni Wayan.
Karakteristik Siomay. Universitas W. 2012. Pengaruh Perbandingan
Pasundan, Bandung. Tepung Terigu dan Tepung Keladi
Gustiningsih D., D. Adrayani. 2011. Potensi Terhadap Karakteristik Mie Basah.
Koro Pedang (Canavalia ensiformis) Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan,
dan Saga Pohon (Adhenan povonina) Universitas Udayana.
sebagai Alternatif Substitusi Bahan Sartika, R. 2009. Pengaruh Lama
Baku Tempe. Institut Pertanian Bogor, Perendaman dan Perebusan Terhadap
Bogor. Penurunan Kadar Sianida dalam
Handoyo U. W. 1997. Pengaruh Substitusi Pembuatan Tempe Kacang Koro
Tepung Tempe dengan Tepung Terigu Pedang. Tugas Akhir Jurusan Teknologi
dan Kosentrasi Natrium Tripolifosfat Pangan. Univesitas Pasundan, Bandung.
Terhadap Mutu Mie Basah. Skripsi Soekarto, S. T,. 1985. Penilaian
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Organoleptik Untuk Industri Pangan
Pasundan, Bandung. dan Hasil Pertanian. Penerbit Bharatara
Harliati, O. S. 2014. Mempelajari Karya Aksara, Jakarta.
Karakteristik Tepung Kacang Koro Standar Nasional Indonesia 01-2987. 1992.
Pedang (Canavalia ensiformis L.) Syarat Mie Basah. Direktorat Jendral
Berdasarkan Suhu dan Jenis Badan Pengawas Obat dan Makanan,
Pengemasan Selama Penyimpanan. Jakarta.
Tugas Akhir Jurusan Teknologi Pangan.
Univesitas Pasundan, Bandung. Sudarmadji, S. 2010. Analisis Bahan
Makanan dan Pertanian. Fakultas
Kam, Nio. 2001. Zat-zat Toksik yang Teknik Universitas Gajah Mada,
Secara Alami ada pada Bahan Yogyakarta.
Makanan Nabati. Di dalam Marthia, N,
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

Sudiyono. 2010. Penggunaan Na2HCO3 Trisnawati, D. 2011. Pengaruh


untuk Mengurangi Kandungan Asam Perbandingan Gula Pasir dengan Gula
Sianida (HCN) Koro Benguk Pada Merah Terhadap Karakteristik Noga
Pembuatan Koro Benguk Goreng. Kacang Koro Pedang. Tugas Akhir
Jurnal AGRIKA, Vol 4 No 1. Jurusan Teknologi Pangan. Univesitas
Suherman, M. 2012. Pedoman Teknis Pasundan, Bandung.
Pengelolaan Produksi Kacang Tanah, Widiantara, T,. 2014. Optimalisasi Metode
Kacang Hijau, dan Aneka Kacang Sirkulasi Mixing Sistem (SMS) Dalam
Tahun 2012. Direktorat Budidaya Aneka Menurunkan Kandungan Sianida
Kacang dan Umbi Direktorat Jendral Pada Kacang Koro Pedang (Canavalia
Tanaman Pangan Kementrian Pertanian, ensiformis). Fakultas Teknik, Univesitas
Jakarta. Pasundan.
Tamrin, dan Sadimantara, M. S. 2014. Widyaningsih, T.D. dan E.S. Murtini. 2006.
Kadar Karaginan Terhadap Alternatif Pengganti Formalin Pada
Karakteristik Kimia Pasta Mete. Produk Pangan. Trubus Agrisarana,
Jurnal Jurusan Teknologi Pangan. Surabaya.
Universitas Halu Oleo Kendari. Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan
Tian. 2009. Perencanaan Mie Basah. Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Penerbit Angkasa, Bandung
Jurnal Penelitian Tugas Akhir

Вам также может понравиться