Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DAN PERDESAAN,
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
BAB IX
A. PENDAHULUAN
IX/3
secara bersama-sama, saling terkait, dan sejalan dengan pembangunan
perkotaan dan perdesaan. Pembangunan perumahan dan permukiman
pada dasarnya merupakan tanggung jawab masyarakat, peran pemerin-
tah pada dasarnya diarahkan untuk mendorong peningkatan kemampuan
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar akan perumahan dan
permukiman, dan menyiapkan perangkat-perangkat yang mampu
meningkatkan keterjangkauan masyarakat khususnya yang berpengha-
silan rendah dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut.
IX/4
Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat di kawasan perko-
taan dan perdesaan menyebabkan meningkatnya kebutuhan prasarana
dan sarana dasar perkotaan seperti perumahan, transportasi, air
bersih, drainase dan pengendalian banjir, sarana persampahan, pengo-
lahan air limbah dan sebagainya. Oleh karena itu pembangunan
prasarana dan sarana dasar perkotaan secara terpadu dan terencana
amat penting dan perlu ditingkatkan.
IX/5
pelatihan, penyiapan prosedur dan pedoman teknis akan terus dikem-
bangkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
IX/6
masyarakatnya sebagian besar masih berada di bawah garis kemis-
kinan.
IX/7
pramuka dan para pemuda. Disamping itu, dikembangkan pula kader
pembangunan desa (KPD) di seluruh desa, serta kader konservasi
alam dan kelompok pelestari sumber daya alam (KPSDA) di beberapa
desa yang berfungsi sebagai penggerak, pembina, dan pembimbing
masyarakat dalam menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa dan
keswadayaan masyarakat desa.
IX/8
(LSD) di tingkat desa dan unit daerah kerja pembangunan (UDKP) di
tingkat kecamatan yang bertujuan untuk membangkitkan dan membina
prakarsa masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pemba-
ngunan desa. Fungsi LSD dikembangkan dengan memasukkan unsur
ketahanan masyarakat sehingga menjadi lembaga ketahanan masya-
rakat desa (LKMD) sebagai lembaga masyarakat yang membantu
pemerintahan desa dalam merencanakan, melaksanakan dan mengen-
dalikan pembangunan di kawasan perdesaan. Salah satu upaya untuk
memberdayakan LKMD antara lain melalui pelaksanaan Program
Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT) yang
memberi kewenangan kepada LKMD untuk bertindak sebagai pemilik
dan penanggungjawab kegiatan pembangunan sarana dan prasarana di
desa.
IX/9
kegiatan perintisan, yaitu pembangunan rumah sederhana (RS), rumah
sangat sederhana (RSS), perbaikan kampung, dan pemugaran peru-
mahan desa, yang bertujuan mendorong peningkatan produktivitas
penduduk di perkotaan maupun di perdesaan.
IX/10
Penyediaan dan pengelolaan air bersih dikembangkan melalui
peningkatan kapasitas produksi dan pengembangan jaringan pela-
yanan. Selain itu juga dikembangkan pendekatan untuk meningkatkan
kemampuan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) baik dari segi
teknis maupun sumber daya manusianya agar Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) tersebut dapat berkembang dan menjadi salah satu
badan usaha daerah yang menguntungkan dan dapat memberikan
kontribusi kepada pembangunan daerah. Di beberapa kawasan per-
kotaan yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi sedangkan kemam-
puan keuangan PDAM terbatas dikembangkan pola kemitraan antara
pemerintah dan dunia usaha (public-private-partnership). Sedangkan
di kawasan perdesaan, kegiatan penyediaan dan pengelolaan air bersih
lebih ditekankan pada penyuluhan dan pengembangan motivasi untuk
meningkatkan peranserta masyarakat dalam pengadaan air bersih yang
sesuai dengan keadaan lingkungan dan tingkat sosial ekonomi pen-
duduk setempat. Kegiatan penyuluhan tersebut didukung dengan
penyediaan bantuan sarana air bersih berupa sistem perpipaan ter-
batas, sumur pompa tangan, sumur gali, penampungan air hujan, dan
perlindungan mata air.
IX/11
kawasan, desa dan kota; serta mantapnya lembaga perekonomian di
perkotaan dan perdesaan dalam menciptakan struktur perekonomian
yang lebih kuat. Sasaran lainnya adalah meningkatnya partisipasi aktif
masyarakat dalam pembangunan; meningkatnya taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat; serta meningkatnya mutu lingkungan hidup
di kawasan perkotaan dan perdesaan sehingga mendukung pemba-
ngunan berkelanjutan.
IX/12
Sasaran pokok pembangunan perdesaan adalah tercapainya kon-
disi ekonomi rakyat di perdesaan yang kuat, mampu tumbuh secara
mandiri dan berkelanjutan; tercapainya keterkaitan perekonomian di
perdesaan dan perkotaan; terwujudnya masyarakat perdesaan yang
sejahtera; dan teratasinya masalah kemiskinan di perdesaan. Untuk
mencapai sasaran tersebut maka dalam Repelita VI dilaksanakan
percepatan pembangunan perdesaan, yang tercermin dari sasaran
meningkatnya kualitas sumber daya manusia di daerah perdesaan dilihat
dari tingkat kesejahteraan, tingkat pendidikan dan keterampilan
masyarakat yang dapat mendorong prakarsa dan swadaya masyarakat
perdesaan; terciptanya struktur perekonomian yang lebih kuat,
tercermin dari peningkatan diversifikasi usaha yang menghasilkan
berbagai komoditas unggulan setempat serta didukung oleh sarana dan
prasarana perekonomian di perdesaan yang lebih mantap; makin
berkembangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat perdesaan
akan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan meningkatnya
upaya pelestarian lingkungan; makin berfungsinya lembaga pemerin-
tahan desa dan lembaga kemasyarakatan desa untuk meningkatkan
efektivitas pelaksanaan pembangunan perdesaan; makin terjaminnya
kepastian hukum bagi masyarakat perdesaan mengenai penguasaan
dan pengusahaan tanah yang sesuai dengan hukum serta tradisi dan
adat-istiadat setempat; dan berkurangnya jumlah penduduk miskin di
perdesaan dan jumlah desa tertinggal.
IX/13
Seiring dengan hal tersebut, sasaran lainnya adalah meningkatnya
partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan; meningkatnya taraf
hidup dan kesejahteraan masyarakat termasuk semakin berkurangnya
jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal baik di perkotaan maupun
di perdesaan; serta meningkatnya lingkungan hidup baik lingkungan
fisik, sosial maupun ekonomi di wilayah perkotaan dan perdesaan
sehingga mendukung pembangunan berkelanjutan. Dalam rangka
pencapaian sasaran tersebut kegiatan pembangunan perkotaan dan
perdesaan dilakukan oleh hampir semua sektor pembangunan dalam
Repelita VI.
a. Pembangunan Perkotaan
IX/14
b. Pembangunan Perdesaan
a. Pembangunan Perkotaan
IX/15
Untuk melaksanakan program ini, sesuai dengan sasaran yang
ada sejak Tahun I Repelita VI telah dicanangkan beberapa sub-
program yang harus dijabarkan lebih lanjut dalam proyek-proyek di
tiap departemen terkait yang berupa: (a) pengidentifikasian dan
pemantapan sistem kota-kota nasional yang dijabarkan dari Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), (b) Penataan kota untuk kota
besar yang mempunyai fungsi menunjang kegiatan ekonomi
nasional/wilayah (c) penataan kota menengah serta kota di sekitar
kawasan cepat berkembang yang berfungsi sebagai kota penyangga,
dan (d) pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana dasar bagi
masyarakat yang bertempat tinggal di kota yang terletak di luar
kawasan cepat berkembang.
IX/16
dan dimantapkan peran dan fungsinya. Dari jumlah tersebut terdapat
sekitar 13 kawasan andalan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang
diprioritaskan pengembangannya dengan pendekatan Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).
IX/17
c) Peningkatan pelayanan air bersih kepada masyarakat kota dan
kawasan industri.
IX/18
Untuk mengembangkan cakupan pembangunan prasarana per-
kotaan guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan, maka
unsur lingkungan hidup mulai tahun 1996/1997 dikembangkan sebagai
bagian dalam pembangunan prasaran perkotaan. Bali Urban
Infrastructure Program (BUIP) adalah salah satu pilot project pemba-
ngunan perkotaan yang melibatkan aspek lingkungan hidup (environ-
mental assesment) dan aspek penyelamatan obyek peninggalan ber-
sejarah.
IX/19
Pengembangan ekonomi perkotaan dilaksanakan melalui intensifi-
kasi dan ekstensifikasi kegiatan produksi yang berada di perkotaan.
Selain itu, juga dilaksanakan investasi di bidang prasarana dan sarana
transportasi perkotaan untuk memberikan kemudahan kepada proses
koleksi dan distribusi di perkotaan.
IX/20
diaan air bersih, pengelolaan persampahan, transportasi khususnya
jalan tol, dan telekomunikasi. Perkembangan kemitraan ini terlihat
semakin nyata di berbagai kota besar di Indonesia. Untuk mengantisi-
pasi keadaan ini telah dilakukan berbagai pelatihan bagi aparat kota.
Bila pada tahun 1995/1996 telah diadakan 6 kegiatan baik berupa
konperensi ataupun pelatihan dengan keseluruhan peserta 87 orang,
pada tahun 1996/1997 seluruh peserta meningkat menjadi 233 orang.
Berbagai jenis pelatihan ini berupa: Public Private Partnership
Seminar, Strategic Public Sector Negotiation, Workshop Public
Private Partnership in Finance and Provision Environmental Services.
Di samping itu program pemberian penghargaan ADIPURA dikem-
bangkan sebagai upaya untuk meningkatkan peranserta masyarakat
dalam memelihara kebersihan dan keindahan kawasan perkotaan.
Pada tahun 1996/1997 telah diberikan penghargaan ADIPURA kepada
263 kota, suatu peningkatan sebanyak 50 kota dibandingkan dengan
tahun 1995/1996.
IX/21
ngunan, dan (4) mobilisasi tabungan masyarakat setempat dan dunia
usaha.
IX/22
Seluruh Indonessia (BKS-AKSI); dan penyiapan kelembagaan bagi
terselenggaranya kerjasama pemerintah kota dengan masyarakat dan
dunia usaha. Untuk itu program kerjasama antar kota antar negara
terus dikembangkan seperti kerjasama antara Jakarta-Casablanca,
Jakarta-Tokyo, dan Bandung-Braunsweig.
IX/23
pembinaan teknis oleh Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional
(BKTRN).
b. Pembangunan Perdesaan
IX/24
berhubungan dengan peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat,
maupun pengelolaan sumber-sumber daya alam.
IX/25
3) Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat
IX/26
proyek-proyek perbaikan irigasi desa. Lembaga Ketahanan Masya-
rakat Desa (LKMD) sebagai organisasi kemasyarakatan di perdesaan,
berperan sebagai pelaksana atau pengawas kegiatan-kegiatan tersebut.
Untuk pengawasan kesehatan dan kualitas lingkungan, PKK diikut-
sertakan dalam kegiatan tersebut.
IX/27
perhubungan; sarana pemasaran hasil produksi; sarana komunikasi
sederhana untuk memperlancar arus informasi pembangunan ke desa
dan mempererat hubungan fungsional antar desa; fasilitas pendidikan
dasar dan kesehatan, termasuk SD, sarana air bersih dan penyehatan
lingkungan; jaringan irigasi sederhana; listrik desa untuk meningkatkan
produktivitas dan memungkinkan diversifikasi kegiatan masya-
rakat; dan balai latihan kerja perdesaan untuk meningkatkan keteram-
pilan dan kemampuan berusaha.
IX/28
dilaksanakan kegiatan penyediaan air bersih untuk melayani 200,1
ribu penduduk desa, pada tahun 1995/1996 melayani 870,5 ribu
penduduk desa, dan pada tahun 1996/1997 melayani 1.360 ribu
penduduk desa (Tabel IX-10).
IX/29
masyarakat, koperasi, dan dunia usaha dalam penyelenggaraan
pembangunan perumahan dan permukiman termasuk pendanaannya;
makin meningkatnya kesempatan usaha dan lapangan kerja dalam
industri penunjang pembangunan perumahan dan permukiman, seiring
dengan pengembangan perumahan dan permukiman; dan terciptanya
lingkungan perumahan dan permukiman yang layak, bersih, sehat,
dan aman dengan segala fasilitas lingkungan permukimannya.
IX/30
masyarakat dalam penyediaan pelayanan perumahan dan permukiman;
mengembangkan sistem pendanaan perumahan dan permukiman teru-
tama yang dapat membantu masyarakat berpenghasilan rendah; me-
mantapkan pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman
secara terpadu; dan mengembangkan perangkat peraturan perundang-
undangan pendukung.
a. Program Pokok
IX/31
perdesaan untuk meningkatkan kualitas perumahan dan permu-
kimannya.
IX/32
rumah sangat sederhana (RSS), yang terdiri dari Rp. 396 milyar untuk
82.500 unit RSS dan Rp. 375 milyar untuk 30.750 unit RS.
IX/33
yang cepat berkembang. Dalam tahun anggaran 1994/1995 telah
berhasil dibangun prasarana dasar permukiman di 346 kawasan,
dalam tahun anggaran 1995/1996 menjangkau 216 kawasan, dan pada
tahun anggaran 1996/1997 di 264 kawasan pusat pertumbuhan (Tabel
IX-2).
IX/34
Peremajaan kota dilakukan terhadap kawasan kumuh di kawasan
perkotaan yang berkepadatan tinggi melalui pembangunan rumah
susun sewa beserta prasarananya. Kegiatan ini dilaksanakan di kota-
kota besar, seperti DKI Jakarta, Semarang, Surabaya. Dalam tahun
anggaran 1994/1995 telah berhasil diremajakan kawasan kumuh seluas
78 hektar; dalam tahun anggaran 1995/1996 seluas 221 hektar; dan
pada tahun anggaran 1996/1997 seluas 94 hektar.
IX/35
penduduk; dan tahun 1996/1997 dilaksanakan di 74 kota yang
melayani 1.629,5 ribu penduduk. Pada tahun 1994/1995 telah
dibangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) berkapasitas
11.500 M3/hari di Yogyakarta yang dapat memberi pelayanan kepada
110 ribu penduduk Kotamadya Yogyakarta, mengamankan badan-badan
air dari pencemaran, dan mendorong tumbuhnya kebiasaan hidup sehat.
Sampai dengan tahun ketiga Repelita VI pengelolaan air limbah
perkotaan telah dilaksanakan di 275 kota dan melayani 6,612 juta
penduduk (Tabel IX-5).
IX/36
b) Pengelolaan Persampahan
c) Penanganan Drainase
IX/37
VI, penanganan drainase telah dilaksanakan di 421 kota serta
melayani kurang lebih 3,899 juta penduduk (Tabel IX-7).
IX/38
buah, dan perlindungan mata air (PMA) 51 buah yang keseluruhannya
melayani 200,1 ribu penduduk. Pada tahun 1995/1996 melalui
teknologi sederhana dilaksanakan peningkatan kapasitas produksi air
bersih perdesaan sebesar 163 liter/detik, hidran umum sebanyak 1.775
buah, pembuatan sumur sebanyak 16.357 buah, PAH 1.021 buah, PMA
68 buah dan melayani 870,5 ribu penduduk. Pada tahun 1996/1997
kapasitas produksi air bersih perdesaan ditingkatkan 665.2 liter/detik,
hidran umum sebanyak 3.601 buah, pembuatan sumur sebanyak 15.603
buah, PAH 3.813 buah, dan PMA 199 buah yang keseluruhan
penyediaan air bersih tersebut mampu melayani 1.360 ribu penduduk
(Tabel IX-10).
IX/39
antara pemerintah/BUMN/BUMD dengan pihak swasta. Pengaturan
tersebut diperlukan mengingat bahwa dalam penyediaan air bersih
terkait aspek pelayanan sosial yang harus menjadi pertimbangan dalam
penyediaan air bersih.
IX/40
hingga tahun ketiga Repelita VI telah disusun PJM untuk 108 kota dan
34 kawasan perkotaan.
IX/43
b. Program Penunjang
IX/42
dikenakan atas pembangunan rumah sederhana (RS) dan rumah sangat
sederhana (RSS).
IX/43
3) Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air
IX/44
dan efisien, sehingga pemanfaatannya dapat mendukung terwujudnya
rasa keadilan dan kemakmuran masyarakat. Melalui program ini
diharapkan sistem penataan penguasaan, pemilikan, dan pengalihan
hak atas tanah termasuk pelaksanaan konsolidasi Tanah perkotaan,
dapat mendukung pembangunan perumahan dan permukiman, khusus-
nya pembangunan kawasan siap bangun dan pembangunan kota-kota
baru.
IX/45
TABEL IX – 1
PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA
KREDIT PEMILIKAN RUMAH OLEH BANK TABUNGAN NEGARA
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1996/97
(unit rumah/debitur)
1) Angka diperbaiki
IX/46
GRAFIK IX – 1
PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA MELALUI KPR OLEH BTN
1993/94, 1994/95 – 1996/97
IX/47
TABEL IX – 2
PEMBANGUNAN KAWASAN
TERPILIH PUSAT PENGEMBANGAN DESA
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1994/95 – 1996/97
(kawasan)
XI/48
TABEL IX – 3
PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN KOTA (P2LPK) / PERBAIKAN KAMPUNG
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1996/97
IX/49
GRAFIK IX – 2
PERBAIKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN KOTA (P2LPK)/
PERBAIKAN KAMPUNG
1993/94, 1994/95 – 1996/97
IX/50
TABEL IX – 4
PELAKSANAAN PEMUGARAN PERUMAHAN DESA
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1996/97
1) Angka diperbaiki
IX/51
GRAFIK IX – 3
PELAKSANAAN PEMUGARAN PERUMAHAN DESA
1993/94, 1994/95 – 1996/97
IX/52
TABEL IX – 5
PENDUDUK TERLAYANI OLEH
PENGOLAHAN AIR LIMBAH DI PERKOTAAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1996/97
1) Angka diperbaiki
IX/53
TABEL IX – 6
PENDUDUK TERLAYANI OLEH
PENGOLAHAN PERSAMPAHAN DI PERKOTAAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1996/97
1) Angka diperbaiki
IX/54
TABEL IX – 7
PENDUDUK TERLAYANI OLEH
PENGOLAHAN DRAINASE DI PERKOTAAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1993/94, 1994/95 – 1996/97
1) Angka diperbaiki
IX/55
TABEL IX – 8
PENGOLAHAN AIR LIMBAH DAN PENDUDUK TERLAYANI DI PERDESAAN
MELALUI PENGELOLAAN SETEMPAT
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1994/95 – 1996/97
1) Angka diperbaiki
JAGA = Jambangan Keluarga
SPAL = Sambungan Pembuangan Air Limbah
MCK = Mandi Cuci Kakus
IX/56
TABEL IX – 9
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I PER TAHUN
1993/94, 1994/95 – 1996/97
1) Angka diperbaiki
IX/57
GRAFIK IX – 4
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERKOTAAN
1993/94, 1994/95 – 1996/97
IX/58
TABEL IX – 10
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN
MENURUT DAERAH TINGKAT I PER HATUN
1993/94, 1994/95 – 1996/97
*) Angka diperbaiki
1) Terdiri dari Hidran/Kran Umum dan Terminal Air
2) Terdiri dari sumur artesis, sumur pompa dalam/dangkal, dan sumur gali
3) PAH = Penampungan Air Hujan
4) PMA = Perlindungan Mata Air
IX/59
GRAFIK IX – 5
PELAKSANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN
1993/94, 1994/95 – 1996/97
IX/60