Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kelompok : IX
3. Shalihatunnisa (171431024)
2019
TUJUAN PERCOBAAN
LANDASAN TEORI
Pada era saat ini, peredaran berbagai bentuk sediaan kombinasi obat telah mengalami banyak
peningkatan. Kombinasi obat dalam suatu sediaan memberikan potensi dan aksi obat yang makin
meningkat sehingga mampu meningkatkan efek terapi untuk meringankan sakit dengan lebih cepat serta
efek samping lebih sedikit dan kemudahan dalam pemakaian sediaan obat tersebut. Sediaan farmasi yang
beredar di pasaran sebagian besar berupa campuran berbagai zat berkhasiat. Salah satu campuran zat aktif
yang sering digunakan dalam sediaan obat sakit kepala adalah parasetamol dan kafein yang berkhasiat
sebagai analgetik dan antipiretik.
Parasetamol (4-Acetamidophenol) memiliki struktur kimia seperti pada Gambar 1 dengan berat
molekul 151, 16 g/mol [3]. Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek analgetik ringan
sampai sedang, dan antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol merupakan salah
satu obat yang paling umum digunakan diberbagai belahan dunia karena khasiatnya yang membantu
mencegah nyeri sendi, sakit gigi, sakit kepala seperti migrain, nyeri otot, dan juga digunakan untuk
menurunkan demam yang berasal dari virus dan bakteri.
Kafein (1, 3, 7, trimethylxanthine) merupakan sejenis alkaloid heterosiklik yang termasuk dalam
golongan methylxanthine. Kafein adalah senyawa organik yang mengandung nitrogen degan struktur dua
cincin atau dua siklik seperti pada Gambar 2, memiliki berat molekul 194,19 g/mol dan merupakan basa
lemah yang merupakan turunan xantin, memiliki gugus metil dan berefek stimulasi susunan saraf pusat
serta dapat memperkuat efek analgetik parasetamol.
Gambar 2. Struktur Kafein
Pada era saat ini penggunaan obat ini semakin meningkat, sehingga sangat penting untuk
mengawasi kandungannya dalam formulasi farmasetik untuk menjamin pencapaian efek terapi yang lebih
baik dan penurunan toksisitas. Pemeriksaan mutu sediaan obat sakit kepala diperlukan untuk menjamin
bahwa kadar komposisi obat sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dan mengikuti prosedur analisis
standar serta dapat menunjang efek terapeutik yang diharapkan. Dilihat dari strukturnya, parasetamol dan
kafein mempunyai gugus kromofor dan ausokrom, yang dapat menyerap radiasi, sehingga dapat
dilakukan dengan metode spektrofotometri. Spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk menetukan
kadar campuran suatu zat dengan metode simultan. Prinsip analisisnya dengan regresi berganda
(multivariate regression) melalui perhitungan operasi matris dengan pengamatan pada beberapa panjang
gelombang atau panjang gelombang berganda (multiple wavelengths).
Buat larutan induk 1000 ppm parasetamol dalam etanol dan 1000 ppm
kafein dalam kloroform
Masukkan ke dalam labu takar 250 mL, tanda bataskan dengan dapar asetat
pH 5
Saring
A. DATA PENGAMATAN
1. Penentuan kurva kalibrasi parasetamol
Absorbansi
Absorbansi
1.5 0.3
1 0.2
y = 0,0864x + 0,0117 y = 0.0168x + 0.0007
0.5 0.1
R² = 0,9997 R² = 0.9988
0 0
0 5 10 15 20 25 0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (ppm) Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
50 𝑚𝐿
Kadar parasetamol dalam sampel =0,6788 mg x = 4,5253 𝑚𝑔
7,5 𝑚𝐿
0,500
Sedangkan kadar parasetamol sebenarnya = 𝑥 25 𝑚𝑔 = 18,03 𝑚𝑔
0,6932
50 𝑚𝐿
Kadar kafein dalam sampel = 0,1435 mg x = 0,9567 𝑚𝑔
7,5 𝑚𝐿
0,065
Sedangkan kadar kafein sebenarnya = 𝑥 25 𝑚𝑔 = 2,3442 𝑚𝑔
0,6932
PEMBAHASAN
A (λ = 276,5 A (λ = 249,5
No Nama larutan Konsentrasi
nm) nm)
1 Standar parasetamol 8 0.1411 0.7142
2 Standar kafein 18 1.0013 0.3988
3 Sampel - 0.1993 0.6377
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar kafein maupun parasetamol tidak sesuai
dengan kadar yang tertera pada kemasan yang mana seharusnya 83,33 mg/100 mg untuk
parasetamol dan 10,83 mg/100 mg untuk kafein. Kadar zat aktif parasetamol hasil pengujian
tidak sesuai dengan kadar zat aktif dalam sediaan obat menurut Farmakope Indonesia Edisi
IV Tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110%. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan pelarut yang digunakan tidak mampu melarutkan sediaan zat aktif dalam sampel.
Selain itu, pengenceran larutan sampel juga berpengaruh terhadap kadar yang diperoleh,
semakin besar pengenceran maka semakin kecil pula kadar yang dihasilkan. Selain itu,
adanya perbedaan kadar yang jauh tersebut bisa diakibatkan karena standar yang digunakan
hanya satu dengan konsentrasi tertentu yang berbeda jauh dari sampel serta pengambilan
sampel yang tidak homogen (hanya dari 1 tablet) . Oleh karena itu sebaiknya dalam
penentuan kadar kedua zat aktif tersebut lebih baik menggunakan larutan standar yang
konsentrasinya mendekati atau tidak berbeda jauh dengan konsentrasi sampel atau
menggunakan kurva kalibrasi agar kesalahan yang diperoleh tidak terlalu jauh.
SIMPULAN
1. Menentukan kadar kedua zat aktif dalam campuran senyawa obat dapat dilakukan
dengan metode spejtrofotometri dimana zat tersebut diukur pada 2 panjang
gelombang maksuimum (panjang gelombang maksimum milik masing masing
senyawa)
2. Konsentrasi parasetamol dalam sampel adalah sebesar 6,7881 ppm
3. Konsentrasi kaffein dalam sampel adalah sebesar 1,4352 ppm
4. Kadar parasetamol dalam sampel adalah sebesar 4,5235 mg
5. Kadar kaffein dalam sampel adalah sebesar 0,9567 mg
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I.B. dan Rohman, A. Kimia Farmasi Analisis . Pustaka Pelajar. 2010: 141-146.
Beckett, AH. Dan Stenlake, JB. Practical Pharmaceutical Chemsitry. 1975: 175-181.