Вы находитесь на странице: 1из 13

PENGARUH NAA, BAP DAN KOMBINASINYA PADA MEDIA MS

TERHADAP PERKEMBANGAN EKSPLAN Sansevieria macrophylla


SECARA IN VITRO
THE EFFECT OF NAA, BAP AND THEIR COMBINATIONS IN MS
MEDIA ON THE IN VITRO DEVELOPMENT OF Sansevieria macrophylla
EXPLANTS

Muliati1, Tengku Nurhidayah2, Nurbaiti2


Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Email: Muliatilia108@yahoo.com (082284749110)

ABSTRACT
The objective of this research is to study the effect of NAA, BAP and their
combinations in MS media on the formation of callus and bud morphogenesis of
Sansevieria macrophylla explants. The research has been conducted at the
Laboratory of Plant Biotechnology, Faculty of Agriculture, University of Riau,
from August 2015 to February 2016. The experiment was arranged in a
Completely Randomized Design, consisting of 8 treatments and 3 replications.
Each treatment consisted of 4 explants of Sansevieria macrophylla. The
treatments were application of NAA, BAP and their combinations in MS media :
NAA 1 mg/L, NAA 2 mg/L, BAP 1 mg/L, BAP 2 mg/L, NAA 1 mg/L + BAP 1
mg/L, NAA 1 mg/L + BAP 2 mg/L, NAA 2 mg/L + BAP 1 mg/L, NAA 2 mg/L +
BAP 2 mg/L . The parameters observed were : the time of callus appearance,
colour of callus, texture of callus, time of shoots appearance and the survival bud
rate. The data were analyzed with analysis of variance and the means of treatment
were compared by using Duncan’s New Multiple Range Test at 5 % level. The
data of callus colour and texture were analyzed descriptively and presented in a
tabular form. The result showed that the addition of BAP 2 mg/L in MS media
gave the earliest time of callus appearance and BAP 1mg/L gave the highest
percentage of survival bud rate. The combination of NAA 1 mg/L + BAP 1 mg/L
gave the earliest time of shoots appearance of Sansevieria macrophylla explants
in MS media.
Keywords: Sansevieria macrophylla Explants, NAA, BAP and in vitro.
PENDAHULUAN
Sansevieria merupakan Keistimewaan Sansevieria ini
komoditas tanaman hortikultura yang jarang dijumpai pada tanaman yang
memiliki nilai estetika yang tinggi lain diantaranya dapat bertahan hidup
sehingga sangat populer hampir di pada suhu tinggi, resisten terhadap
seluruh negara. Indonesia merupakan polutan atau gas berbahaya dan dapat
salah satu negara yang menyerap polutan kenderaan
masyarakatnya menggemari bermotor serta asap rokok.
Sansevieria dan tanaman ini lebih Sansevieria mampu menyerap
populer dengan sebutan “Lidah berbagai jenis racun antara lain
Mertua”. karbon monoksida, nikotin, benzen,

1)Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2)Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 1
formaldehida, trikhloroethilen dan Kegunaan yang utama dari
dioksin (Pramono, 2008). Manfaat aplikasi kultur jaringan tanaman
lainnya dari Sansevieria ini selain adalah perbanyakan massal dari
sebagai tanaman hias, juga dapat tanaman yang sifat genetiknya
digunakan sebagai bahan baku tekstil identik satu dengan yang lain serta
dengan cara diambil seratnya bebas terhadap penyakit. Kebutuhan
(Purwanto, 2006) dan sebagai obat nutrisi untuk pertumbuhan kultur
penyembuh gigitan ular, antioksidan, jaringan secara in vitro yang optimal
anti septik dan anti kanker (Tahir dan harus terpenuhi dalam media tanam.
sitanggang, 2008). Sansevieria Kandungan dari media tanam
mempunyai banyak manfaat untuk tersebut harus terdapat sumber energi
berbagai keperluan sehingga (gula), unsur hara makro, mikro,
kebutuhan akan Sansevieria juga vitamin dan zat pengatur tumbuh
meningkat dan perlu dilakukan (ZPT). Salah satu jenis media yang
perbanyakan. Perbanyakan dapat digunakan adalah media
Sansevieria dilakukan secara Murashige and Skoog (MS).
generatif dan vegetatif. Perbanyakan Menurut Gunawan (1992) media MS
secara generatif menggunakan biji merupakan media fundamental yang
hasil fertilisasi atau benih banyak digunakan untuk berbagai
(Suprayitna, 1996). Biji dari tujuan kultur.
sansevieria masak setelah berumur 2- Metode kultur jaringan pada
5 bulan, tergantung varietasnya. tanaman sansevieria lebih sering
Triharyanto dan Sutrisno (2007) digunakan untuk sansevieria yang
menyatakan bahwa pemasakan biji langka dan lama menghasilkan
setiap jenis Sansevieria berbeda. Biji anakan seperti Sansevieria
Sansevieria mengandung dua embrio, macrophylla. Permasalahannya
sehingga memungkinkan dihasilkan dalam perbanyakan kultur jaringan
dua jenis tanaman baru yang berbeda Sansevieria adalah lamanya muncul
dan dalam waktu yang lama. kalus dan tunas, sehingga untuk
Perbanyakan secara generatif ini merangsang pertumbuhan kalus dan
kurang efektif sehingga perlu cara tunas perlu diberikan ZPT. Jenis dari
lain yang lebih efektif diantaranya ZPT yang banyak digunakan dalam
yaitu dengan perbanyakan secara kultur jaringan tanaman adalah
vegetatif. auksin dan sitokinin. Menurut Smith
Perbanyakan secara vegetatif (1990) umumnya auksin dan
merupakan perbanyakan sitokinin berfungsi untuk inisiasi
menggunakan bagian vegetatif kalus dan organogenesis serta untuk
tanaman tanpa melibatkan proses meningkatkan produksi metabolit
pembuahan. Perbanyakan secara sekunder.
vegetatif biasanya menggunakan Salah satu jenis auksin yang
bagian dari tanaman seperti: akar, sering digunakan dalam kultur
batang, daun serta struktur-struktur jaringan adalah NAA (Napthalen
yang mengandung tunas yang dapat Acetid Acid) yang merupakan auksin
berkembang menjadi individu baru sintetik yang sangat efektif untuk
(Hartman et al., 1990). Metode induksi kalus, sedangkan BAP
perbanyakan secara vegetatif lainnya (Benzyl Amino Purin) merupakan
yang dapat dilakukan yaitu dengan sitokinin sintetik yang sering
kultur jaringan (Anonim, 2007). dikombinasikan dengan auksin.

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 2


Pemberian NAA dan BAP akan media MS menghasilkan saat muncul
merangsang pembelahan sel serta tunas Anthurium tercepat. Penelitian
meningkatkan sintesis protein yang Sulianti (2004) menunjukkan bahwa
dapat mempengaruhi pertumbuhan pemberian 100-500 ppm BA dapat
kalus (Wattinema, 1988). merangsang pertumbuhan tunas
Hasil penelitian Yuniastuti et apikal pada tanaman Sansevieria
al. (2010) menunjukkan bahwa grandis.
pemberian 2 ppm BAP dalam

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Acak Lengkap Non Faktorial dengan
Penelitian ini telah dilaksanakan di 8 perlakuan yang terdiri dari:
Laboratorium Bioteknologi Tanaman A : NAA 1 mg/l
Fakultas Pertanian Universitas Riau, B : NAA 2 mg/l
Kampus Binawidya KM 12,5 C : BAP 1 mg/l
Kelurahan Simpang Baru, D : BAP 2 mg/l
Kecamatan Tampan, Kota E : NAA 1 mg/l + BAP 1 mg/l
Pekanbaru. Penelitian ini F : NAA 1 mg/l + BAP 1 mg/l
dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan G : NAA 2 mg/l + BAP 2 mg/l
yang dimulai dari bulan Agustus H : NAA 2 mg/l + BAP 2 mg/l
2015 – Februari 2016. Masing-masing perlakuan
diulang sebanyak 3 kali, sehingga
Bahan dan Alat terdapat 24 unit percobaan. Setiap
Bahan yang digunakan dalam unit percobaan terdiri dari 4 eksplan.
penelitian ini yaitu daun muda dari Data hasil analisis sidik ragam diuji
Sansevieria macrophylla, media MS, lanjut dengan menggunakan uji
NAA, BAP, aquades, alkohol 95 %, lanjut Duncan’s New Multiple Range
alkohol 75 %, Natrium Hipoklorit Test (DNMRT) pada taraf 5 %.
(NaOCl).
Alat yang digunakan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini diantaranya yaitu Saat Muncul Kalus
laminar air flow cabinet, autoklaf, Hasil sidik ragam
timbangan analitik, pH meter, menunjukkan bahwa pemberian
pengaduk magnetik, botol kultur, NAA, BAP dan kombinasinya
kapas, lampu bunsen, karet gelang, berpengaruh tidak nyata terhadap
spatula, pisau, plastik wrapping, saat muncul kalus eksplan
aluminium foil, erlemeyer, rak kultur, Sansevieria macrophylla. Rata-rata
panci dan kompor gas. saat muncul kalus setelah dilakukan
uji DNMRT pada taraf 5 % dapat
Metode Penelitian dilihat pada Tabel 1.
Penelitian ini dilakukan secara
eksperimen dalam bentuk Rancangan

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 3


Tabel 1. Rata-rata saat muncul kalus eksplan Sansevieria macrophylla dengan
pemberian NAA, BAP dan kombinasinya secara in vitro

Perlakuan Saat muncul kalus (hari)


NAA 1 mg/l 13,94 a
NAA 2 mg/l 14,33 a
BAP 1 mg/l 14,16 a
BAP 2 mg/l 13,33 a
NAA 1 mg/l + BAP 1 mg/l 14,77 a
NAA 1 mg/l + BAP 2 mg/l 14,00 a
NAA 2 mg/l + BAP 1 mg/l 14,50 a
NAA 2 mg/l + BAP 2 mg/l 14,33 a
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa saat bahwa penggunaan konsentrasi zat


muncul kalus pada semua perlakuan pengatur tumbuh sitokinin mampu
pemberian NAA, BAP dan menumbuhkan dan menggandakan
kombinasinya berbeda tidak nyata. kalus serta tunas adventif atau tunas
Hal ini karena di dalam eksplan aksilar. Harjadi (2009) menyatakan
terkandung hormon endogen yang bahwa sitokinin berfungsi untuk
sudah mencukupi, sehingga sitokinensis atau pembelahan sel,
penambahan ZPT eksogen tidak lagi yang salah satunya dapat memacu
berpengaruh terhadap saat muncul pertumbuhan kalus dan tunas.
kalus. Zulfikar et al. (2009) Penggunaan BAP pada
menyatakan bahwa pertumbuhan dan konsentrasi yang tepat sangat efektif
morfogenesis tanaman secara in vitro merangsang penggandaan kalus dan
dikendalikan oleh keseimbangan tunas karena penambahan BAP
ZPT endogen yang ada didalam dalam media perbanyakan in vitro
eksplan. Selanjutnya Sriskandarajah berperan aktif dalam organogenesis
et al. (2006) menyatakan perbedaan secara alami. Zat pengatur tumbuh
respon eksplan terhadap auksin dan BAP merupakan salah satu golongan
sitokinin dalam meregenerasi kalus sitokinin yang dapat memacu dan
dan tunas tergantung pada level menginduksi kalus namun jenis dan
hormon endogen yang terkandung konsentrasinya tergantung jenis
dalam eksplan. tanaman (George dan serrington,
Perlakuan BAP 2 mg/l 1984)
cenderung menunjukkan saat muncul Perlakuan dengan
kalus yang lebih cepat (13,33 hari) penambahan NAA 1 mg/l + BAP 1
dibandingkan dengan perlakuan mg/l merupakan perlakuan yang
lainnya. Hal ini karena sitokinin yang cenderung lebih lambat
dibutuhkan untuk saat memunculkan menghasilkan kalus (14,77 hari)
kalus memiliki respon yang baik dan dibandingkan dengan perlakuan
pada konsentrasi BAP 2 mg/l lainya. Hal ini karena konsentrasi
terdapat kandungan ZPT yang sesuai tersebut belum mencukupi
untuk terpacunya pertumbuhan kalus, konsentrasi optimal untuk
karena ZPT akan memberikan efek pembentangan dan diferensiasi sel
fisiologis pada konsentrasi yang pada eksplan. Menurut Heddy
tepat. Yusnita (2003) menyatakan (1996), ZPT mempunyai potensi

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 4


tinggi untuk poliferasi, diferensiasi dan morfologi dari sel muda ke sel
(perubahan sifat, sitologi, fungsional dewasa) eksplan.

Warna Kalus
Hasil pengamatan warna menghasilkan warna putih dibanding
kalus Sansevieria macrophylla dengan warna putih kehijauan.
dengan penambahan NAA, BAP dan Warna kalus Sansevieria
kombinasinya menunjukkan bahwa macrophylla dapat dilihat pada Tabel
hampir semua perlakuan 2.
Tabel 2. Pengaruh beberapa konsentrasi NAA, BAP dan kombinasinya terhadap
warna kalus eksplan Sansevieria macrophylla
Perlakuan Warna Kalus
NAA 1 mg/l Putih
NAA 2 mg/l Putih
BAP 1 mg/l Putih
BAP 2 mg/l Putih
NAA 1 mg/l + BAP 1 mg/l Putih
NAA 1 mg/l + BAP 2 mg/l Putih
NAA 2 mg/l + BAP 1 mg/l Putih
NAA 2 mg/l + BAP 2 mg/l Putih kehijauan

Tabel 2 memperlihatkan bahwa metabolisme karbohidrat. Menurut


warna kalus yang ditimbulkan adalah Rahayu et al. (2003) sintesis klorofil
putih dan putih kehijauan. Menurut dipengaruhi oleh karbohidrat yang
Fatmawati (2008) warna kalus merupakan zat pokoknya. Kalus
menginduksi keberadaan klorofil muda berwarna putih, kemudian
dalam jaringan, semakin hijau warna warnanya akan berubah menjadi
kalus semakin banyak pula hijau dengan bertambahnya umur
kandungan klorofilnya. Berdasarkan dan menandakan adanya klorofil dan
hasil penelitian warna yang telah terjadi proses fotosintesis.
mendominasi yaitu warna putih Perbedaan warna kalus ini
Kalus berwarna putih merupakan disebabkan adanya perubahan
jaringan embrionik yang belum pigmentasi.
mengandung klorofil, tetapi memiliki Faktor pencahayaan juga
kandungan butir pati yang berperan dalam pembentukan warna
merupakan polisakarida simpanan kalus. Perubahan warna yang terjadi
pada tumbuhan. Ariati (2012) pada kalus akibat adanya pigmen dan
menyatakan bahwa kalus yang dipengaruhi oleh nutrisi dan faktor
berwarna putih merupakan jaringan lingkungan seperti cahaya (Evans et
embrionik yang belum mengandung al., 2003). George dan Sherrington
klorofil, tetapi memiliki kandungan (1993) menyatakan bahwa cahaya
butir pati yang tinggi. Semakin putih dapat merangsang
rendah konsentrasi ZPT yang pembentukan kalus dan
ditambahkan dalam media organogenesis dalam kultur jaringan
mempengaruhi penurunan tumbuhan.
kandungan klorofil dan karoten. Berdasarkan hasil penelitian
Penurunan kandungan klorofil ini kalus yang berwarna putih terbentuk
terjadi karena pengaruh ZPT pada pada perlakuan dengan penambahan

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 5


NAA, BAP dan kombinasinya pada BAP berperan dalam pembentukan
semua perlakuan kecuali pada klorofil pada kalus serta faktor
perakuan penambahan NAA 2 mg/l + lingkungan yaitu paparan cahaya
BAP 2 mg/l menghasilkan warna sehingga kalus bewarna kehijauan.
putih kehijauan. Hal ini disebabkan Leupin (2000) menyatakan bahwa
karena konsentrasi yang terlalu kalus yang berwarna putih
tinggi, sehingga fungsi sitokinin mengandung plastid yang berisi butir
dalam memperlambat proses pati yang sedikit demi sedikit
senesens (penuaan) sel dengan tumbuh menjadi sistem membran
menghambat perombakan butir-butir yang jelas dan akhirnya terbentuklah
klorofil dan protein dalam sel tidak butir-butir klorofil dengan paparan
lagi berperan (Andaryani, 2010). cahaya, sehingga kalus menjadi
Kalus mengandung klorofil akibat berwarna hijau.
interaksi NAA dan BAP. Kandungan

Tektur Kalus
Hasil pengamatan tekstur menghasilkan tekstur remah
kalus Sansevieria macrophylla dibanding dengan tekstur kompak.
dengan penambahan NAA, BAP dan Tekstur kalus Sansevieria
kombinasinya menunjukkan bahwa macrophylla dapat dilihat pada Tabel
hampir semua perlakuan 3.
Tabel 3. Pengaruh beberapa konsentrasi NAA, BAP dan kombinasinya terhadap
tekstur kalus eksplan Sansevieria macrophylla

Perlakuan Tekstur Kalus


NAA 1 mg/l Remah
NAA 2 mg/l Remah
BAP 1 mg/l Remah
BAP 2 mg/l Remah
NAA 1 mg/l + BAP 1 mg/l Remah
NAA 1 mg/l + BAP 2 mg/l Remah
NAA 2 mg/l + BAP 1 mg/l Remah
NAA 2 mg/l + BAP 2 mg/l Kompak

Tabel 3 memperlihatkan berukuran kecil dan berikatan


bahwa tekstur kalus yang didapatkan longgar. Dalam hal ini auksin
adalah kalus memiliki peran terhadap
remah dan kalus kompak. Kalus pembentukan kalus remah.
remah didapatkan pada perlakuan Kandungan NAA dalam media
dengan penambahan NAA, BAP dan menstimulasi pemanjangan sel
kombinasinya pada hampir semua dengan cara penambahan plastisitas
perlakuan, kecuali perlakuan dengan dinding sel menjadi longgar sehingga
penambahan NAA 2 mg/l + BAP 2 air dapat masuk ke dalam dinding sel
mg/l. Kalus remah ini terjadi melalui dengan cara osmosis dan sel
proses pertumbuhan yang mengarah mengalami pemanjangan. Kalus yang
pada pembentukan sel-sel yang remah mengandung banyak air
kerena belum mengalami lignifikasi
dinding sel dan antara kumpulan sel

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 6


yang satu dengan yang lainya relatif antara sel atau kumpulan sel yang
mudah dipisahkan (Thao et al., lain tidak mudah dipisahkan dan
2003). bertekstur keras. Evans et al. (2003)
Pada penelitian ini kalus yang menyatakan bahwa tekstur kalus
tekstur kompak didapat pada yang kompak merupakan efek dari
perlakuan NAA dan BAP dengan auksin dan sitokinin yang
konsentrasi 2 mg/l. Hal ini mempengaruhi potensial air di dalam
disebabkan karena tingginya sel. Auksin akan melonggarkan
konsentrasi auksin yang diberikan serat-serat dinding sel sehingga
mempengaruhi peningkatan dinding sel lebih fleksibel dan nutrisi
konsentrasi auksin endogen eksplan. yang terkandung dalam media akan
Selain itu adanya sitokinin (BAP) masuk secara difusi. Hal ini akan
dengan konsentrasi tinggi juga dapat terus berlangsung sampai potensial
mempengaruhi terbentuknya kalus air dan potensial osmotik seimbang
kompak. Hal ini sesuai dengan dan sel menjadi tugrid. Sel tugrid
pendapat Ariati (2012) menyatakan dengan adanya penambahan sitokinin
bahwa tekstur kalus yang kompak akan mempengaruhi pembelahan dan
merupakan efek dari auksin dan pemanjangan sel sehingga
sitokinin yang tinggi sehingga pembentukan dinding sel semakin
mempengaruhi potensial air dalam cepat dan kalus menjadi kompak
sel. Hal ini menyebabkan penyerapan (Dhaliwal et al., 2003). Santoso dan
air dari medium ke dalam sel Nursandi (2004) menyatakan bahwa
meningkat sehingga sel menjadi kalus yang kompak dapat disebabkan
lebih kaku. karena sel-sel yang semula
Menurut Amin et al. (2007) membelah mengalami penurunan
kalus dikatakan kompak apabila aktivitas poliferasinya.

Saat muncul tunas


Hasil sidik ragam macrophylla (Lampiran 5.2). Rata-
menunjukkan bahwa pemberian rata saat muncul tunas setelah
NAA, BAP dan kombinasinya dilakukan uji DNMRT pada
berpengaruh nyata terhadap saat taraf 5 % dapat dilihat pada Tabel 4.
muncul tunas eksplan Sansevieria
Tabel 4. Rata-rata saat muncul tunas eksplan Sansevieria macrophylla dengan
pemberian NAA, BAP dan kombinasinya secara in vitro

Perlakuan Saat muncul tunas (hari)


NAA 1 mg/l 80,66 c
NAA 2 mg/l 89,66 ab
BAP 1 mg/l 82,66 c
BAP 2 mg/l 93,00 a
NAA 1 mg/l + BAP 1 mg/l 80,66 c
NAA 1 mg/l + BAP 2 mg/l 89,66 ab
NAA 2 mg/l + BAP 1 mg/l 82,00 c
NAA 2 mg/l + BAP 2 mg/l 89,00 b
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 7


Tabel 4 memperlihatkan bahwa konsentrasi ZPT yang
adanya perbedaan yang nyata dari digunakan terlalu tinggi dalam kultur
saat muncul tunas akibat pemberian jaringan secara in vitro dapat
NAA, BAP dan kombinasinya. Hal menghambat pertumbuhan dan
ini disebabkan karena konsentrasi perkembangan tanaman. Tripepi
yang diberikan pada media sudah (1997) menyatakan bahwa hal ini
cocok untuk memacu kemunculan kemungkinan berhubungan dengan
tunas. Perlakuan dengan penambahan kemampuan sel mencapai batas
NAA 1 mg/l, BAP 1 mg/l, optimum konsentrasi ZPT untuk
NAA 1 mg/l + BAP 1 mg/l dan NAA memacu diferensiasi tunas sehingga
2 mg/l + BAP 1 mg/l berbeda tidak eksplan mempunyai batas fisiologi
nyata antar perlakuan dan untuk dapat berdiferensiasi. Kaniyah
menunjukkan saat muncul tunas yang et al. (2012) menyatakan bahwa
lebih cepat bila dibandingkan dengan berhentinya respon eksplan
perlakuan lainya. Perlakuan tersebut diakibatkan oleh konsentrasi yang
merupakan yang lebih baik untuk terlalu tinggi yang akan bersifat
saat muncul tunas. Hal ini karena toksik bagi eksplan dan jika
konsentrasi tersebut sudah konsentrasi yang diberikan tidak
mencukupi konsentrasi optimal seimbang maka interaksi kedua ZPT
untuk pembentangan, diferensiasi, tidak cocok untuk merangsang
pembelahan dan poliferasi sel pertumbuhan tunas.
sehingga akan mempercepat Penambahan konsentrasi
pembentukan tunas. Priyono dan NAA dan BAP yang semakin
Winarsih (2000) menyatakan bahwa meningkat menyebabkan saat
pembentukan tunas dipengaruhi oleh muncul tunas semakin lambat. Hal
nisbah auksin dan sitokinin yang ini disebabkan NAA dan BAP pada
ditambahkan ke dalam media. Hal ini konsentrasi yang tinggi justru
diduga kandungan auksin dan menghambat saat muncul tunas.
sitokinin endogen lebih berperan Seperti diketahui bahwa ZPT auksin
dalam pembentukan tunas dan apabila konsentrasinya terlalu tinggi
perkembangan eksplan. justru akan menghambat
Perlakuan penambahan BAP pertumbuhan tanaman (Salisbury dan
2 mg/l merupakan perlakuan paling Ross, 1995). Selanjutnya Lakitan
lambat perkembangannya (2000) menyatakan bahwa
dibandingkan dengan perlakuan pemberian ZPT sitokinin yang tinggi
lainnya. Hal ini disebabkan karena secara eksogen tidak lagi
konsentrasi sitokinin yang tinggi berpengaruh baik atau malah
bersifat menghambat pertumbuhan. menghambat pertumbuhan karena
Mariska et al. (1992) menyatakan konsentrasi sitokinin menjadi eksesif.

Persentase Keberhasilan Tumbuh persentase keberhasilan tumbuh


Eksplan Sansevieria macrophylla eksplan Sansevieria macrophylla
Hasil sidik ragam Rata-rata persentase keberhasilan
menunjukkan bahwa pemberian tumbuh eksplan Sansevieria
NAA, BAP dan kombinasinya macrophylla setelah dilakukan
berpengaruh tidak nyata terhadap uji DNMRT pada taraf 5 % dapat
dilihat pada Tabel 5.

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 8


Tabel 5. Rata-rata persentase keberhasilan tumbuh eksplan Sansevieria
macrophylla dengan pemberian NAA, BAP dan kombinasinya secara
in vitro
Perlakuan Persentase keberhasilan tumbuh (%)
NAA 1 mg/l 66,67 ab
NAA 2 mg/l 58,33 ab
BAP 1 mg/l 83,33 a
BAP 2 mg/l 50,00 b
NAA 1 mg/l + BAP 1 mg/l 66,67 ab
NAA 1 mg/l + BAP 2 mg/l 41,67 b
NAA 2 mg/l + BAP 1 mg/l 66,67 ab
NAA 2 mg/l + BAP 2 mg/l 66,67 ab
Angka-angka pada lajur yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata
menurut uji DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 5 menunjukkan bahwa penambahan BAP 1 mg/l dan


persentase keberhasilan tumbuh pada berbeda nyata dengan perlakuan
semua perlakuan pemberian NAA, penambahan BAP 2 mg/l dan NAA 1
BAP dan kombinasinya berbeda mg/l + BAP 2 mg/l sebanyak (50,00
tidak nyata. Hal ini disebabkan % dan 41,67 %) serta berbeda tidak
karena bagian tanaman yang nyata terhadap perlakuan
digunakan sebagai eksplan adalah penambahan ZPT lainya. Hal ini
jaringan muda yang sedang tumbuh terjadi karena kontaminasi yang
aktif, sel-selnya masih aktif disebabkan oleh bakteri dan jamur
membelah diri serta jaringan yang terdapat diudara dan
tanaman muda mempunyai daya pertumbuhannya yang sangat cepat.
regenerasi lebih tinggi. Kondisi Yuwono (2006) menyatakan bahwa
fisiologi eksplan memiliki peranan salah satu prasyarat utama teknik
penting bagi keberhasilan teknik kultur in vitro adalah kebersihan dan
kultur jaringan. Pierik (1997) sterilisasi alat serta tempat yang
menyatakan bahwa pada umumnya digunakan. Hal ini diperlukan untuk
bagian-bagian vegetatif lebih siap mencegah terjadinya kontaminasi
beregenerasi dari pada bagian oleh bakteri atau jamur yang
generatif. Eksplan jaringan muda pertumbuhannya jauh lebih cepat
tersebut ditumbuhkan pada media dibanding dengan pertumbuhan
MS yang memiliki kandungan hara kultur jaringan tanaman.
makro, mikro, garam dan nitrat yang Kontaminasi oleh
cukup untuk pertumbuhan dan jamur dan bakteri dapat terjadi
perkembangan tanaman serta sewaktu-waktu walaupun
kandungan hormon endogen tanaman sebelumnya semua alat dan bahan
sudah mencukupi untuk tumbuhnya termasuk media sudah disterilkan.
eksplan, sehingga penambahan ZPT Pada penelitian ini, sebagian eksplan
eksogen tidak lagi berpengaruh terkontaminasi pada umur 4-14
terhadap persentase keberhasilan minggu setelah tanam yang
tumbuh. disebabkan oleh jamur dan bakteri .
Persentase keberhasilan Kontaminasi diduga berasal dari
tumbuh eksplan Sansevieria tertinggi ruang inkubasi, penutupan botol
(83,33 %) pada perlakuan kuang rapat dan didukung oleh sifat

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 9


media yang cocok untuk tumbuhnya kontaminasi yang disebabkan oleh
jamur dan bakteri. Katuuk (1998) bakteri pada eksplan akan terlihat
menyatakan bahwa media nutrisi lendir bewarna kuning dan sebagian
yang dipakai untuk perbanyakan lagi melekat pada media membentuk
tanaman secara in vitro pada gumpalan basah. Hal ini disebabkan
dasarnya sesuai untuk pertumbuhan bahwa selama inkubasi berlangsung,
jamur dan bakteri. jamur dan bakteri terbawa bersamaan
Kontaminasi oleh jamur dengan peneliti, serta cara kerja yang
terlihat jelas pada media, yaitu media kurang aseptik. Gunawan (1995)
dan eksplan diselimuti oleh spora menyatakan bahwa kontaminasi
berbentuk kapas bewarna putih dapat berasal dari eksplan (baik
ataupun hijau kehitaman, sedangkan internal maupun eksternal),
kontaminasi oleh bakteri pada organisme kecil yang masuk kedalam
eksplan terlihat lendir bewarna media, botol kultur atau alat-alat
kuning. Setiyoko (1995) menyatakan yang kurang steril, lingkungan kerja
bahwa kontaminasi yang disebabkan dan ruangan yang kurang bersih
oleh jamur terlihat jelas pada media, (adanya spora diudara) serta
dimana media dan eksplan diselimuti kecerobohan dalam pelaksaan
oleh miselium bewarna putih dan penanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN pengaruh terbaik untuk saat muncul


Kesimpulan tunas.
Hasil penelitian pemberian 3. Konsentrasi BAP 1 mg/l
beberapa taraf konsentrasi zat memberikan pengaruh terbaik
pengatur tumbuh berupa NAA, BAP untuk tinggi tunas dan persentase
dan kombinasinya pada media MS keberhasilan tumbuh.
terhadap perkembangan eksplan
tanaman Sansevieria macrophylla Saran
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Konsentrasi BAP 2 mg/l Berdasarkan penelitian ini,
cenderung memberikan pengaruh untuk perbanyakan eksplan
yang terbaik pada saat muncul Sansevieria macrophylla disarankan
kalus. menggunakan media MS dengan
2. Kombinasi antara NAA 1 mg/l penambahan NAA 1 mg/l
+ BAP 1 mg/l memberikan + BAP 1 mg/l.

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 10


DAFTAR PUSTAKA

Amin. 2007. Induksi kalus dari Fatmawati, T.A. 2008.


daun nilam kultivar Pertumbuhan organ
Lhoksemauwe, Sidikalang, tanaman buah naga
dan Tapaktuan dengan Hylocerus undatus pada
2,4D. Jurnal Penelitian medium MS dengan
Bidang Ilmu Pertanian, vol penambahan BAP dan
18 (2) : 163-170. sukrosa. Jurnal natural
Andaryani, S. 2010. Kajian science, vol 1 (1):27-33
penggunaan berbagai
konsentrasi BAP dan 2,4-D George, F. P. Sherrington PD. 1993.
terhadap induksi kalus Plant Propagation by
jarak pagar (Jatropha Tissue Cultur. Cambridge
curcas L.) secara in University Press. London.
vitro. Skripsi Fakultas
Pertanian Univesitas Sebelas Gunawan, L.W. 1992. Teknik
Maret, Surakarta. (Tidak Kultur Jaringan
dipublikasikan). Tumbuhan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Anonim . 2007. Pesona Tanaman Direktorat Jenderal
Hias Favorit. Penebar Pendidikan Tinggi Pusat
Swadaya. Jakarta Antar Universitas. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Ariati. 1992. Pengaruh
perimbangan konsentrasi Harjadi, S. S. 2009. Zat Pengatur
NAA dan kinetin terhadap Tumbuh Pengenalan dan
pertumbuhan tiga varietas Petunjuk Penggunaan
anggrek pada media Pada Tanaman. Penebar
Greener melalui teknik Swadaya. Jakarta.
kultur jaringan. Skripsi
Fakultas Pertanian Hartman, H. T., D. E. Kester, F. T.
Universitas Jember, Jawa Davies dan R. L. Geneve.
timur. (Tidak dipublikasikan). 1990. Plant propagation
principles and practices.
Dhaliwal, H. S. E. C. Yeung and T. 5th ed. Prentice Hall,
A. Thorpe. 2003. Tiba Englewood Cliffs New
inhibition of in vitro Jersey.
organogenesis in excised
Tobacco leaf explan.In Heddy, S. 1986. Hormon
vitro, vol 2 (40) : 235-238. Tumbuhan. Rajawali Press.
Jakarta.
Evants, D. E. J.O.D Coleman dan A
Kearns. 2003. Plant cell Khaniyyah, S., Habibah, N. A, dan
culture bios scientific. Sumadi. 2012.
Prosiding. New York
Pertumbuhan kalus daun
dewa (Gynura procumbens

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 11


L. Merr) dengan banana (Musa paradisiaca)
kombinasi 2,4- through cormlet initiation
Dichlorophenoxy acetic by in vitro culture of apical
meristem slices. Jurnal ilmu
Acid dan kinetin secara in
dasar, vol (2):36-42
vitro . Jurnal Biosaintifika,
vol 4 (2): 33-40 Pramono, S. 2008. Pesona
Sansevieria. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Karjadi. E. Hambali and H. Sugito.
1995. Budidaya Tanaman Purwanto, A. W. 2006. Sansevieria
Jarak secara In vitro Flora Cantik Penyerap
Sebagai Sumber Bahan Racun. Kanisius.
Alternatif Biofuel. Penebar Yogyakarta.
Swadaya. Jakarta.
Rahayu, Y. Rostiwati dan Rodinah.
Katuuk, J. 1998. Teknik Kultur 2003. Analisis pengaruh
Jaringan Mikropropagasi kandungan karbohidrat
Tanaman. Jakarta: terhadap warna kalus
Departemen Pendidikan dan secara in vitro. Jurnal
Kebudayaan. menara pertanian, vol 73
(2):33-40.
Lakitan, B. 2000. Zat Pengatur
Tumbuh. CV Yasaguna. Jakarta. Salisbury, F. B. dan C. W. Ross.
1995. Plant Physiologi. The
Leupin, E. 2000. Somatic Bayamin cummigs
embryogenesis from leaf Publishing company Inc.
callus devired from California.
maturetress of the cycad
Ceratozamia hildae
(Gymnospermae). Journal Santoso, U dan Nursandi. 2004.
Plant Cell, Tissue and Cara Memperbanyak
Organ Culture, vol 40:25- Tanaman Secara Efisien.
31. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Mariska, I. dan S. F. Syahid. 1992. Setiyoko, A. 1995. Pedoman


Perbanyakan vegetatif Pelaksanaan Teknik
melalui kultur jaringan Kultur Jaringan
pada tanaman jahe. Tanaman.
Buletin Litri vol (4) :1-5 Penebar Swadaya. Jakarta.

Pierik. 1987. In vitro culture of Smith, M. K. dan R. A. Drew. 1990.


higher plants. Martinus Current application of
Nijhoff publishers. tissue culture in plant
Netherlands. propogation and
improvement. Australian
Priyono dan winarsih. 2001. Journal of Plant Physiology,
Micropropagation of vol 17: 267-289.

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 12


Sriskandarajah, S. E. Prinsen, V. (Anthurium andraenum
Motyka, P.I. Dobrev, M. Linden) pada beberapa
Serek. 2006. Regenerative media dasar secara in-
capacity of cacti vitro. Jurnal Caraka Tani,
Schlumbergera and vol 25(1):1-8.
Rhipsalidopsis in relatioan
to endogeneous Yusnita. 2003. Cytokinin auxin
phytohormones, cytokinin balance in crown gall
oxidases and peroxidase tumors is regulatted by
activities. Journal Plant specific loci in the t-DNA.
Growth Regul, vol 25: 79- Journal Pnocc. Natl, Acad.
88. Sci, vol 80: 407-411.

Tahir, M. I. dan M. Sitanggang. Yuwono, R. 2006. Studi induksi


2008. 165 Sansevieria tunas aksilar Aglonema
Eklusif. Agromedia dona secara in vitro
Pustaka. Jakarta. menggunakan kombinasi
IAA dan Kinetin. Skripsi
Thao, N. T. P., Y. Ozaki dan H. Fakultas Pertanian
Okuba. 2003. Callus Universitas Muhamadiyah
induction And planlet Malang. Malang. (Tidak
regeneration in dipublikasikan).
ornamental Alocasia
micholitziana. Journal Plant Zulfikar, A. 2010. Pertumbuhan
cell, tissue and organ dan Perkembangan
culture, vol 73 : 285-298. Tumbuhan. http://www.
Gudang materi pertumbuhan
Trihayanto, E. Dan J. Sutrisno. 2007. dan perkembangan tanaman.
Sansevieria Serial Tanam. Html. Diakses pada tanggal
Serial Prima Infosarana 12 November 2011
Media. Jakarta.

Tripepi, R. R. 1997. Adventitious


shoot regeneratoin. In
RR.I. Gereve Biotecnology
of ornaments plants. Jurnal
International,vol 2 :112-121.

Wattinema. 1988. Zat Pengatur


Tumbuh Tanaman. PAU
Bioteknologi, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Yuniastuti E, Praswanto dan I.


Harmaningsih. 2010.
Pengaruh konsentrasi
BAP terhadap multiplikasi
tunas Anthurium

JOM FAPERTA Vol 4 No. 1 Februari 2017 Page 13

Вам также может понравиться