Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PERCOBAAN V
SKRINING FITOKIMIA
Disusun oleh :
I. SKEMA KERJA
UJI PENDAHULUAN
1. Uji organoleptis
Diambil sejumlah sampel, dilihat warnanya, dirasakan rasanya, dan dicium baunya.
2. Uji tabung
a. Jalur Mevalonat
1. Uji Terpenoid / Salkowski’s Test
Sebanyak 3-5 tetes larutan ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dialirkan bertetes-tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi dengan hati-hati
hingga terbentuk dua lapisan
b. Jalur Poliketida
1. Uji Antrakuinon
Sebanyak 3-5 tetes larutan ekstrak dalam kloroform dimasukkan ke dalam tabung reaksi
c. Jalur Sikimat
1. Uji Kumarin
Sebanyak 5 tetes larutan ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan sedikit serbuk magnesium dan asam klorida pekat tetes demi tetes ke dalam
tabung
d. Alkaloid
Sebanyak 3-5 tetes larutan ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 10 tetes larutan HCl 1% ke dalam tabung dan dipanaskan dengan hati-hati selama 5
menit
UJI KLT
Uji alkaloid
Disiapkan lempeng silika gel F254
Ditentukan batas bawah elusi pada lempeng silika yakni 1 cm dari tepi bawah; jarak rambat fase
gerak pada lempeng silika dengan pensil yakni 5 cm dari batas bawah
Ditotolkan larutan pembanding 2 totol chinae cortex di sisi kiri lempeng silika dengan pipa kapiler,
dibiarkan mengering
Ditotolkan larutan sampel di sisi kanan totolan larutan pembanding dengan pipa kapiler, dibiarkan
mengering
Lempeng silika dimasukkan ke dalam gelas yang telah berisi fase gerak diklorometan : dietilamina (90 :
10)
Ditutup gelas dengan cawan Petri, sampel dibiarkan terelusi
Diambil lempeng silika saat fase gerak telah mencapai batas rambat atas
Lempeng dipanaskan dalam oven selama 10 menit untuk menghilangkan sisa amina
Plat disemprot dengan pereaksi asam sulfat 5% etanolik dan dipanaskan dengan oven selama 5
menit
a. Uji Pendahuluan
1. Uji Organoleptis
Bentuk: cair
Warna: coklat kekuningan
Rasa: pahit
Bau: seperti jamu (mirip pembanding chinae cortex)
2. Uji tabung
A. Jalur Mevalonat
Teori:
Jika terbentuk warna merah tua pada pertemuan kedua
lapisan, maka terdapat terpenoid dalam sampel
(Edeoga, dkk., 2005).
B. Jalur Poliketida
1. Uji Antrakuinon
Hasil:
Tidak terbentuk warna merah jambu di fase air.
Hasil uji antrakuinon negatif.
Teori:
Adanya warna merah jambu di fase air menunjukkan
adanya antrakuinon bebas (Kar, 2007).
C. Jalur Sikimat
1. Uji Kumarin
Hasil:
Tidak berfluoresensi di bawah sinar UV-366.
Hasil uji kumarin negatif.
Teori:
Fluoresensi kuat berwarna kuning
menunjukkan adanya kumarin (Zohra, 2012).
2. Uji Flavonoid / Shinoda’s Test
Hasil:
Tidak terbentuk warna merah jambu (pink scarlet).
Hasil uji flavonoid negatif.
Teori:
Warna merah jambu atau pink scarlet menunjukkan
adanya flavonoid (Zohra, 2012).
D. Alkaloid
Hasil:
Terbentuk endapan
Hasil uji alkaloid positif.
Teori:
Endapan yang muncul menunjukkan adanya
alkaloid (Yadav dan Agarwala, 2011).
Uji Alkaloid
b. Setelah disemprot
Harga Rf
Rf = jarak rambat bercak senyawa/jarak rambat fase gerak
Jarak rambat fase gerak ditetapkan sebesar 5 cm
3,7
Rf1: = 0,74
5 Biru Biru
2,5 Tidak Biru Biru Tidak
Rf3: = 0,5 terang terang
5 tampak gelap muda tampak
2
Rf4: = 0,4
5
2. Chinae cortex
(pembanding): Tidak Biru Tidak Tidak Biru Biru
3,5
Rf: = 0,7 tampak Gelap tampak tampak Terang Terang
5
Harga HRf
HRf = Rf x 100
Tabel Harga HRf plat pertama: uji KLT terpenoid, setelah elusi.
III. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk praktikan mampu menggunakan metode-metode yang pernah
dipelajari pada praktikum Farmakognosi (uji pendahuluan dengan organoleptis, uji tetes, dan uji
tabung) hingga KLT yang dipelajari pada praktikum Kimia Produk Alam untuk mengambil data,
interpretasi, dan mengidentifikasi golongan senyawa metabolit sekunder dalam sampel.
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatupenelitian fitokimia yang bertu
juan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tanaman yang
sedang diteliti. Penapisan kimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif untuk
mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan. Pemeriksaan dilakukan pada
senyawa metabolit sekunder yang memiliki khasiat bagi kesehatan seperti alkaloid, Flavonoid,
terpenoid, tannin,dan saponin. (Harborne, 1987)
Pada percobaan ini praktikan diberikan sampel berupa ekstrak simplisia, yang setelah diskusi
diketahui bahwa ekstrak yang diuji merupakan ekstrak daun Rauwolfia radix.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Gentianales
Famili: Apocynaceae
Genus: Rauwolfia
Spesies: R. serpentina
Identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder dalam sampel dimulai dengan uji
pendahuluan yaitu uji tabung. Uji tabung dilakukan untuk menguji adanya metabolit sekunder dari
jalur mevalonat, jalur poliketida, jalur sikimat (kombinasi poliketida), dan jalur alkaloid.
1. Uji Kumarin
Uji tabung kandungan kumarin pada sampel dilakukan dengan menambahkan dua tetes amonia
10% pada sepuluh dua sampel. Campuran tersebut kemudian diteteskan pada kertas saring dan
diamati dibawah UV 365 nm. Floresensi kuat (kuning) menunjukkan adanya kumarin (Zohra, dkk.,
2012). Pengujian kumarin terhadap sampel menunjukkan hasil negatif. Campuran sampel dan
ammonia 10% berwarna kuning pada sinar tampak. Di bawah UV 365 nm campuran tersebut
berwarna kuning pudar namun tidak berfloresensi. Hal ini menunjukkan hasil yang negatif.
Pada uji Shinoda juga terjadi reduksi gugus karbonil, dalam hal ini terjadi reduksi eliminasi.
Produk antosianidin bersifat stabil (konjugasi panjang) sehingga intermedietnya yang bersifat suka
pada hidroksil menyebabkan terjadinya reduksi-eliminasi dan membentuk antosianidin stabil.
Magnesium berfungsi seperti seng-merkuri pada uji Clemmensen yaitu sebagai penyedia elektron
(Anonim, 2014).
Uji Shinoda dilakukan untuk mengetahui adanya flavon (flavonoid). Jika dalam sampel
terdapat flavon maka flavon tersebut akan direduksi menjadi antosianidin melalui reaksi Shinoda
dengan reaksi sebagai berikut (Anonim, 2014).
Konjugasi pada flavonoid menghasilkan warna kuning sedangkan konjugasi yang panjang pada
antosianidin menyebabkan warna menjadi kemerahan pada sinar tampak (Anonim, 2014).
Pada percobaan setelah larutan ekstrak ditambahkan dengan magnesium dan HCl pekat
terbentuk letupan-letupan kecil. Warna larutan yang terjadi adalah kuning dan terdapat endapan
manesium, hasil negatif sehingga diduga di dalam ekstak tidak terdapat flavonoid.
Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid
mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam
gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis
aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (Sastrohamidjojo,
H.,1996).
Pengujian dilakukan dengan cara mencampur 2 tetes larutan ekstrak dengan 2 tetes HCl 1%
lalu dipanaskan. Ditambahkan masing-masing 2 tetes reagen Mayer ke dalam campuran, jika
terdapat endapan menunjukkan adanya alkaloid (Yadav dan Agarwala, 2011).
Penambahan HCl berfungsi untuk menarik alkaloid dari senyawa-senyawa lain dalam ekstrak
simplisia. Alkaloid bersifat basa sehingga akan bereaksi dengan HCl membentuk garam. Pemanasan
berfungsi untuk memutus ikatan antara alkaloid dengan HCl sehingga diperoleh alkaloid utuh
(bukan berbentuk garam). Pada percobaan setelah larutan ekstrak diberi perlakuan terbentuk
endapan berwarna orange keruh sehingga diduga dalam ekstrak terdapat alkaloid.
Untuk memastikan kembali bahwa sampel yang kami dapat merupakan golongan alkaloid,
kami juga menguji dengan reaksi dragendorff. Hasil positif yaitu menunjukkan perubahan warna
menjadi orange kemerahan. Setelah dilakukan uji-uji pendahuluan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sampel mengandung alkaloid. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap senyawa alkaloid apa yang
terkandung dalam sampel, yaitu dilakukan uji kromatografi lapis tipis (KLT).
Uji KLT Alkaloid
Pengujian percobaan ini dilakukan untuk memastikan adanya alkaloid dalam ekstrak simplisia.
Pada percobaan IV praktikum Kimia Produk Alam, pengujian terhadap alkaloid dilakukan dengan
berbagai macam fase gerak dan pembanding yang tidak dapat diujikan semua pada skrining ini karena
keterbatasan bahan dan waktu sehingga pemilihan fase gerak dan pembanding untuk elusi dilakukan
secara random.
Praktikan hanya melakukan satu macam uji alkaloid yaitu alkaloid golongan kinolin dengan
fase gerak dikrolometan –dietilamin (90:10 v/v) dan pembanding Chinae cortex. Ekstrak simplisia dan
pembanding Chinae cortex masing-masing ditotolkan sebanyak dua totol pada plat KLT lalu dilakukan
elusi dengan jarak 5 cm.
Setelah dielusi, plat dikeringkan lalu diamati pada cahaya tampak. Pada plat belum tampak
bercak penotolan ekstrak simplisia. Selanjutnya plat KLT diamati di bawah sinar UV 254 nm belum
tampak bercak dan UV 366 nm, hasil yang didapat adalah terdapat banyak bercak elusi namun belum
dapat untuk menentukan nilai Rf yang akan ditentukan pada kondisi sinar UV 366 nm .
Plat disemprot dengan pereaksi asam sulfat 5% etanolik dan hasil yang didapat pada sinar UV
366 nm terdapat bercak biru terang pada Rf sampel bernilai 0,74 ; 0,66;0,5;;0,4;0,26 dan nilai Rf
pembanding yaitu 0,7 . Kemudian, dipastikan kembali dengan uji KLT dan hasilnya menunjukkan
terdapat bercak yang sama antara sampel dengan pembanding yaitu chinae cortex pada Rf 0,7 yang
diduga mengandung senyawa kinolin .dan sampel juga mengandung senyawa sinkonidin (0,66),
kinidin (05),dan sinkonin (0,4).
Namun, setelah diskusi ternyata senyawa yang berada pada sampel 5 adalah ekstrak Rauwolfia
radix yang merupakan alkaloid golongan reserpin. Kelompok kami mengalami kesalahan dalam
mengidentifikasi senyawa sampel dikarenakan dalam identifikasi senyawa golongan alkaloid memang
sulit untuk dibedakan. Karena ketika sampel diuji, sampel memilik harga Rf sama dengan pembanding
Chinae cortex, serta ditemukan Rf lain yang sesuai dengan teori senyawa kinolin. Ketika selesai elusi
juga sudah ditemukan keberadaan bercak sampel, dan ketika disemprot menunjukkan hasil yang sesuai
dengan teori senyawa kinolin. Selain itu, pada uji organoleptis, bau sampel mirip dengan bau
pembanding chinae cortex. Pengujian golongan alkaloid memang sulit dibedakan, sehingga seharusnya
menguji KLT lebih dari satu jenis alkaloid dengan pemakaian fase gerak berbeda dan diuji dengan
deteksi dragendorf, kecuali senyawa xanthin karena xanthin tidak dapat terdeteksi dengan pereaksi
dragendorf.
KESIMPULAN
1.Uji pendahuluan menunjukkan bahwa sampel 5 merupakan golongan alkaloid
2. Uji KLT menunjukkan bahwa sampel 5 merupakan alkaloid golongan kinolin dengan simplisia
Chinae cortex.
3. Hasil diskusi, sampel 5 merupakan alkaloid golongan reserpin dengan simplisia Rauwolfia radix.
4. Kesalahan identifikasi senyawa sampel dikarenakan karena senyawa golongan alkaloid sulit untuk
dibedakan.
IV. PUSTAKA