Вы находитесь на странице: 1из 16

Keadilan Sosial menurut Teori Keadilan John Rawls

Oleh : Bagas Dwika Putra

Gagasan mengenai Teori Keadilan John Rawls adalah karya terpenting didalam
filsafat politik, karena dalam karya utamanya yaitu A Theory of Justice yang di terbikatan
pertama pada tahun 1971 , sebelum terbitnya A theory of justice khazanah dan kajian
filsafat politik mengalami masa redup dan lesuh sehingga tidak menghasilkan suatu
pemikiran yang progres dan signifikan. Hal demikian karena tidak adanya lagi karya-karya
yang berpengaruh yang lahir pasca John Stuart Mill pada pertengahan abad ke-19. Akan
tetapi kondisi itu sontak berubah ketika kehadiran A theory of justice yang mendorong
gairah serta semangat baru dalam perkembangan kajian filsafat politik.

Pengaruh A theory of justice sangat luas, di buktikan dengan diterjemahkannya kedalam


dua puluh tujuh (27) bahasa didunia dan juga sekitar 3000an artikel yang membahas dan
mengkritik Jhon Rawls. Menurut Samuel Freeman, A theory of justice yang berlimpah
menunjukan betapa melimpahnya gagasan Rawls sehingga merangsang kontroversi
intelektual dan filosofis.

Secara umum signifikansi pemikiran John Rawls dalam konteks filsafat dapat di simpulkan
kedalam sebuah catatan sesuai yang di utarakan Will Kymlicka berikut ini:

“Rawls memiliki arti penting historis tertentu (a) dalam mendobrak kebutuhan
intusionisme dan utilitarianisme. Tetapi teorinya penting karna alasan lain. (b) Teori Rawls
mendominasi filsafat politik, bukan dalam arti disepakati secara luas, sebab hanya sedikit orang
yang setuju dengan teorinya, tetapi dalam arti bahwa para ahli teori muncul belakangan telah
mempertegas dirinya berlawanan dengan Rawls. Mereka menjelaskan apa teori mereka dengan
membandingkan dengan teori Rawls. Kita tidak memahami keadilan yang muncul belakangan ini
jika kita tidak memahi Rawls”1

Wacana keadilan sosial sekarang ini tidak bisa lepas dari pengaruh teori keadilan Rawls,
sebagaimana di jelaskan Kymlicka. Maka pemikiran Rawls tentang keadilan menjadi
sebuah usaha dan upaya yang sangat penting dan signifikan dalam rangka memahami lebih

1
Will Kymlicka, Pengantar Filsafat Politik Kontemporer : Kajian Khusus atas Teori-Teori keadilan ( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2001) h.70
lanjut karya tentang keadilan hari ini. Dalam rangka ”kedilan sosial” sering disebut sebagai
keadilan distributif, yaitu dimana keduanya seringkali digunakan bergantian.

Keadilan distrubutif berkenaan dengan pembagian nikmat dan beban dalam kehidupan
sosial, jenis keadilan ini memiliki tradisi pemikiran panjang yang di temukan Aristoteles.
Keadilan distributif ini berhubungan dengan bagaimana membagi yang adil, keputusan
dalam membagi yang adil haruslah pada prinsip-prinsip yang dipertanggungjawabkan baik
secara moral maupun rasional. Artinya prinsip dalam membagi sesuai dengan kesadaran
intuitif tentang apa yang adil (sense of justice) sekaligus sejalan dengan perimbangan akal
sehat (rasional).

Keadilan sosial dapat dipahami sebagai keadilan yang berkenaan dengan bagaimana
seharusnya hal-hal yang enak untuk diperoleh dengan menuntut pengorbanan,
keuntungan dan beban dalam kehidupan sosial dibagi dengan adil kepada semua anggota
masyarakat. Dengan pertibangan ini, suatu kondisi sosial ataupun kebijakan sosial tertentu
dinilai sebagai adil dan tidakadil ketika seseorang atau kelompok orang tertentu hanya
memperoleh sedikir dari apa yang seharusnya mereka peroleh atau beban begitu besar
dari apa yang seharusnya mereka pikul.

Dalam konteks ini, pengertian “keadilan distributif” jangan dipahami literal, yakni seolah-
olah diandaikan adanya “agen” yang bertugas membagikan atau mendistribusukan barang-
barang melainkan “distribusi” pengertiannya lebih kepada “cara” bagaimana lembaga-
lembaga sosial utama menentukan hal dan kewajiban dab mengatur nikmat dan beban
dengan layak.

Makna keadilan sosial dengan keadilan distributi semacam cara yang gampang atau praktis
untuk membedakan batas lingkup kajian keadilan sosial dengan keadilan hukum atau
keadialan retributif. Aristoteles membagi tiga macam keadilan: keadilan umum, keadilan
distributif dan keadilan retributif. Secara umum keadilan itu bisa dibedakan menjadi
keadilan distributif dan keadilan retributif.

Keadilan retributif berkaitan dengan hukuman dimana inti pokok masalahnya adalah bagaimana
seharunya melakukan hukuman atas asas yang adil dan juga berkaitan dengan bagaimana kontrol
bagi pelaksanaab keadilan distributif, yang berhubungan dengan keadilan legal dan hukum. Yaitu
setiap putusan apapun harus mengacu pada prinsip-prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan
secara moral maupun akal sehat.

Keadilan distributif termasuk kepada keadilan yang sangat penting karena banyak menimbukan
permasalahan dan kesulitan. Karena, bagaimana seharusnya membagi sesuatu yang adil kepada
orang lebih banyak kepada yang lebih sedikit karena kurangnya pasokan barang yang tersedia
untuk memenuhi semua kebutuhan. Dalam arti pokok persoalan tentang bagaimana membagi
secara adil yang itu mencangkup tiga bidang yang standar dalam keadilan sosial : politik (kuasa),
ekonomi (uang) dan sosial ( status).

Secara garis besar prinsip keadilan sosial dibagi menjadi dua macam : yaitu prinsip formal dan
prinsip material, prinsip formal yaitu prinsip persamaan “orang-orang yang sama” dalam
pandanga egaliterianisme prinsip ini mendapatkan simpati yang sangat luas “ semua manusia
pada hakikatnya sama dari segi martabat “. Pemikiran ini umum dizaman modern sejak zaman
Revolusi menubangkan monarki absolut dan feodalisme. Immanuel kant berpendapat bahwa
manusia itu menduduki wilayah ciptaan yang sama, yakni manusia adalah tujuannya sendiri tidak
boleh diberlakukan sebagai alat.

Dalam kontek keadilan sosial pandangan immanuel kant menolak martabat manusia
dikorbankan demi kepentingan ataupun manfaat ekonomi, politik dan lainnya. Hal ini membuat
prinsip Utilitarianisme sebagai landasan keadilan sosial karena menepatkan pengorbanan
martabat manusia untuk kepentingan umum. Bagi Rawls prinsip keadilan sosial bukan hanya
mendistribusikan nilai nilai sosial primer dengan adil malainkan bagimana prinsip-prinsip
distributif itu bisa diterima oleh semua orang dan itu sebagai landasa kerjasama sosial yang
tertata dengan baik (well-ordered-society).

Dan prinsip egalitarianisme tadi dalam arti setuju bahwa nilai dasar keadilan sosial adalah
perinsip persamaan dan prinsip persamaan tadi adalah persamaan dari segi martabat manusia.
Namun Rawls juga menerima prinsip pertidaksamaan yang akan diakomodir sedimikan rupa
sehingga keadilan sosial bisa terwujud.
Pengertian dan hakikat keadilan

Definisi keadilan mempunyai akar yang sangat tua di zaman Romawi digambarkan
singkat sekali yaitu :“tribuere cuique suum” atau kalimat latin dalam bahasa inggris : “to give
everbody his own” yang dalam bahasa indonesia “ memberikan setiap orang yang menjadi
miliknya”.2 Definisi kuno itu bisa diterjemakan sebagai memberikan kepada setiap orang apa
yang menjadi haknya. Dan perdebatan mengenai hakikat keadilan secara rasional menjadi yang
tidak terpisahkan dari sejarah manusia, khususnya sejak abad ke-5 SM. Hakikat keadilan
diperdebatkan oleh para filsuf pada zaman yunani. Plato berkeyakinan bahwa negara ideal
apabila didasarkan pada keadilan dan menunjung nilai narmoni. Harmoni disini adalah ketika
warga hidup sejalah dan serasi dengan tujuan negara (polis). Walaupun wawasan mengenai
perubahan sosial tidak dikenal disini karena paham keadilan masih dalam basis etika keutamaan
atau kebijaksanaan.

Ciri Umum Keadilan

Keadilan selalu tertuju kepada orang lain. Aristoteles bilang bahwa keadilan adalah
kebijakan utama, dengan demikian keadilan merupakan kebijakan yang terlengkap dalam arti
seutuhnya karena keadilan bukanlah nilai yang harus dimiliki dan berhenti pada memilikinya
sendiri. Melainkan keadilan harus aktif dalam arti bahwa keadilan harus mempunyai relasi yang
akan diwujudkan dengan orang lain.3

Karena itu kedilan harus ditegakkan dan dilaksanakan. Keharusan ini bermakna bahwa
ketidakadilan harus dihapuskan, dan menuntut keadilan harus di tegakkan. Keadilan dan
ketidakadilan adalah satu kesatuan yang itu mengharuskan setiap individu mempunyai
kewajiban untuk lebih bersikap adil. Dan keadilan menuntut persamaan, atas dasar keadilan kita
harus memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Dan itu harus dilakukan tanpa
melihat siapa orangnya atau dalam bahsa agama Ikhlas.

2
Morris Ginsbreg, Keadilan dalam Masyarakat ( Yogyakarta: Pondok Edukasi, 2001)h.6
3
Andre Ata Ujan Keadilan dan Demokrasi: Telaah Filsafat Politik Jhon Rawls ( Yogyakarta : Kanisius , 2001) h.23
Pembagian Keadilan

Pembagian pembagian keadilan mengikuti keadilan klasik Aristoteles, pada umumnya


bisa dibagi menjadi tiga macam yaitu; keadilan Umum, keadilan retributif dan keadilan distirbutif.

1. Keadilan retributif dan distributif

Keadilan retributif tentang bagaimana melakukan hukuman dengan adil yang akan diberikan
kepada orang lain.

Keadilan distributif adalah tentang bagaimana pembagian nikmat dan beban, dalam keadilan ini
prinsip keadilan yang mengatur pembagian hak dan kewajiban, beban dan nikmat dalam
masyarakat.

Kemudian keadilan dalapt dibagi menurut subjeknya

2. Keadilan Sosial dan Keadilan Individual

Keadilan sosial dan individul lebih berkaitan dengan subjek dalam pelaksanaaannya. Keadilan
individual yaitu tergantung kepada kehendak yang perbuatan individu itu hubungannya dengan
individu yang lain. Sedangkan keadilan sosial adalah struktur-struktur masyarakat, seperti
lembaga lembaga sosial, budaya,politik dan lainnya.

Tiga Teori Keadilan Sosial

1. Egalitarianisme

Egaliterianisme bertumpu kepada pendistribusian yang menjunjung persamaan. Teori ini


berpandangan bahwa sesuatu bisa dikatakan adil bila semua orang mendapatkan bagian yang
sama (equal).

2. Sosialisme

Menurut teori sosialisme semua orang dikatakan adil jika semua kebutuhannya bisa terpenuhi
seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan.

3. Liberalisme
Menurut liberalisme sesuatu dikatakan adil ketika individu bebas untuk melakukan usaha-usaha
meraka sendiri.

Masalah Keadilan Sosial

 Timbulnya masalah keadilan

Masalah ini timbul ketika “kondisi keadilan” yaitu dimana bisa dijelaskan sebagai kondisi
dimana kerja sama sosial itu dimungkinkan dan diperlukan. Syarat-syarat mengharuskan
perlunya prinsip keadilan yang mengatur hak dan kewajiban, keuntungan dan beban hasil kerja
sama sosial secara adil kepada warga masyarakat.4 Didalam justice as fairness Rawls
memerangkan jika kondisi keadilan sebagai refleksi historis dimana masyarakat itu eksis. Kondisi
ini bisa di pilah menjadi dua yaitu : objektif dan subjektif.

Dengan demikian masalah keadilan sosial timbul akibat konfilik kepentingan perbedaan
mengenai bagaimana nilai hidup yang berbeda-beda, bahkan bisa jadi bertentangan. Maka nilai
keadilan tidak boleh dari hal-hal yang bertentangan itu melainkan harus dari kesepakatan
bersama melalui perosedur tertentu yang diterima oleh semua orang. Oleh karna itu bagi Rawls,
kedailan sosial tidak bisa dilihat sekedar sebagai keadilan distributif semata melainkan berpran
menunjukan hak dan kewajiban dasar. Sehingga terjadinya sebuah masyarakat yang baik (well-
ordered-society) ini adalah visi masyarakat yang di cita-citakan oleh Rawls.

Subjek utama

 Subjek utama keadilan

Prinsip utama subjek keadilan sosial disebut oleh Rawls dengan basic structure (struktur dasar
masyarakat) yakti intitusi-intitusi soail utama dalam satu sekema kerja sama. “intitusi” disini
adalah tidak dipahami secara umum, tapi “ kumpulan individu-individu yang teroganisir”.
Adapun pengertian “intitusi” menurut Rawls :

“Sistem aturan publik yang menentukan jabatan secara posisi dengan hak dan kewajiban mereka,
kekuatan dan kebebalan dan lain-lain. Aturan-aturan ini mengolongkan bentuk bentuk tindakan yang di

4
John Rawls Teori keadilan, Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.5
perbolehkan dan dilarang dan memberikan hukuman dan pembelaan tertentu dan lain-lain ketika
pelanggaran terjadi”.5

Alasan Rawls menepatkan “struktur dasar” dalam masyarakat karena pada dasarnya manusia
dilahirkan dengan cita-cita yang berbeda-beda. Dan semua itu ditentukan oleh sistem politik,
kondisi ekonomi dan sosial. Intitusi-intisui sosial itu mendefiniskan hak-hak dan cita-cita
sehingga semua itu berperan dalam proses terjadinya keadilan didalam msayarakat.

Dalam justice as fairness Rawls berusaha menbedakan tiga tingkatan keadilan sosial berdadarkan
penerapan prinsip. Dengan urutan inside-outward yaitu ; 1. Kedilan lokal (local justice) prinsip-
prinsip yang diterapkan langsung pada praktik –praktik sosial dan hubungan-hubungan sosial.
2. Keadilan domestik (domestic justice) prinsip-prinsip yang di terapkan pada struktur dasar
masyarakat. 3. Keadilan global (global justice) keadilan yang berubungan dengan hukum
internsional atau keadilan antar negara.6 Karena itu Rawls tidak terlalu berkaitan dengan prinsip
sosial yang begitu banyak. Melainkan membatasi kepada intitusi-intitusi sosial dan lembaga-
lembaga sosial karena bagaimana keadilan sosial mengatur “cara” mendistribusikan keadilan.

Dua prinsip Keadilan Sosial

 Konsepsi Umum

“Semua nilai sosial primer –kebebasan dan kesempatan, pendapatan dan kekayaan dan dasar harga diri-
harus didistribusikan secara sama (equality). Suatu didtribusikan yang tidak sama (uneguality) sebagian
atau keseluruhan nilai-nilai sosial tersebut hanya apabila hal itu bermanfaat menguntungkan semua
orang”7

Konsepsi umum ini mengungkapkan elemen-elemen pokok dalam keadilan sosial, dimana
itu semua adalah penjabaran lebih lanjut dan solusi atas problem yang terdapat dalam konsepsi
umum ini, karenanya ada yang harus dicermati dari konsepsi umum tersebut yaitu:

I. Prinsip pokok keadilan Rawls adalah persamaan (equality)


II. Persamaan dalam distribusi nilai-nilai primer

5
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.66
6
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.8
7
Bur Rasuanto Keadilan Sosial: Pandangan Deontologi Rawls dan Habermas. Dua Filsafat Politik Kontemporer
(Jakarta : Gramedia, 2004) h. 14
III. Ketidaksamaan dapat ditoleransi sejauh menguntungkan semua pihak

Jelas bahwa konsepsi umum yang di gagas Rawls bersifat Egaliterian. Titik tolak keadilannya
adalah “persamaan” (equality). Tapi Rawls bukan Egaliterian radikal, yang mana iya juga
menerima prinsip Ketidak-samaan (unequality) dan ketikdak-samaan itu si atur dan di akomodasi
sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.

Walaupun konsepsi umum ini belum sempurna seperti yang katakan Will Kymlicka bahwa
konsepsi keadilan umum ini mengandung berbagai konfilik diantara nilai-nilai sosial primer yang
bermacam-macam. Misalnya, kita barangkali bisa meningkatkan pendapatan seseorang dengan
menghilangkan pendapatan seseorang dengan menghilangkan satu kebebasan dasar yang
dimilikinya. Ketimpangan distribusi kebebasan ini akan menguntungkan yang paling kurang
kaya dalam sebuah acara (pendapatan) tapi tidak dengan cara yang lain (kebebasan). Dengan
demikian konsepsi umum ini belum memberi cukup petunjuk dalam mengatur distribusi nilai-
nilai sosial primer yang adil. Karena itu Rawls mengembangkan konsepsi umum itu lebih lanjut
dengan penjabaran dan sistem proritas dalam sebuah konsepsi sosial yang khusus . konspesi
khusus ini dikembangkan dalam bentuk dua prinsip keadilan sosial, hal ini termasuk kedalam
bagian teori keadilan yang paling utama.

 Konsepsi Khusus

Jhon Rawls merumuskan konsepsi khusu keadilan kedalam dua prinsip keadilan sosial sebagai
berikut:

I. Prinsip pertama:
Setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas
kebebasan yang sama bagi semua orang
II. Prinsip kedua:
Ketimpangan sosial dan ekonomi ditata sedemikian rupa hingga mereka (a) memberi
keuntungan paling besar kepada yang paling lemah. Dan (b) semua posisi dan jabatan
terbuka bagi semua orang dalam kondisi kesetaraan peluang fair.8
a. Prinsip Keadilan Pertama

8
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.72
Prinsip ini disebut sebagai “persamaan kebebebasan-kebebasan dasar” dalam hal ini Rawls
menganut Egaliterianisme. Perinsip ini berkenaan dengan masalah kebebasan-kebebasan dasar
warga masayarakat. Kebebasan- kebebasan dasar yang dimaksudkan oleh Rawls yaitu:

“Kebebasan politik (hak untuk memilih dan dipilih menduduku jabatan publik) bersamaan dengan
kebebasan berbicara dan berserikat; kebebasan berkeyakinan dan kebebasan berfikir; kebebasan
seseorang seiring dengan kebebasan untuk mempertahankan hak milik (pribadai) dan kebebasan dari
penangkapan sewenang-wenang sebagaimana didefinisikan oleh konsep rule of law”.9

Rawls disini tidak bicara teori umu kebebasan melainkan bagaimana keadilan dapat menjamin
kebebasan-kebebasan dasar. Yang dipahami sebagai sistem aturan publik tertentu yang
mendefinisikan hak dan kewajiban. Lebih lanjutnya Rawls menggarisbawahi bahwa kebebasan-
kebebasan dasar harus dinilai sebagai “suatu kesatuan atau suatu sistem”.10 Artinya kebebasan
setiap orang tidak lepas begitu saja dari kebebasan orang. Pandangan ini memperlihatkan bahwa
betapapun mendasarnya bebebasan sebagai nilai utama bagi manusia, tetap saja ada
kemungkinan untuk membatasi pelaksanaannya. Itu berarti tidak ada satu kebebasan bersifat
absolute dan dengan itu juga memperlihatkan sifat prima faice,11 yaitu dimana kebebasan-
kebebasan dasar yang dijamin harus ada keseimbangan. Akan tetapi, kebebasan-kebebasan dasar
itu hanya dapat dilaksanakan sejauh pelaksanaannya masing-masing tidak membahayakan
kebebasan sebagai sebuah sistem dimana setiap bentuk kebabasan saling terkait sebagai suatun
kesatuan.

b. Prinsip Kadilan Kedua

Prinsip keadilan kedua berkaitan dengan masalh distribusi sumber daya sosial ekonomi. Rawls
menegaskan bahawa distribusi dalam bidang ini boleh dibagi secara tidak sama (unequality).
Namun ketidaksamaan ini tidak boleh dipahami secara mutlak, melainkan ketidaksamaan itu
haruslah memenuhi dua unsur berikut (a) posisi kekuasaan dan jabatan publik harus bisa diakses
dan terbuka untuk semua orang (b) harus demi keuntungan semua orang khususnya golongan

9
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.73

10
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.259
11
Frans magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern Cet. Ke-5 (Jakarta,1999)
h.132
yang paling lemah. Dengan demikian prinsip keadilan sosial yang kedua ini terdiri dari dua
prinsip (1) persamaan yang Fair (2) prinsip pembedaan (diffrence principle) didalam prinsip
permbedaan ini bukan berarti bertujuan untuk menghapus pembedaan atau ketidaksamaa.
Namun bagaimana setiap individu bisa berperan pribadi dalam kelebihan bakat dan kemampuan
kodrati yang dititipkan tuhan untuk dipelihara. Dangan ini Rawls mengangkat Solidaritas sebagi
salah satu kriteria masyarakat berkeadilan sosial.

c. Hubungan antara Dua prinsip Keadilan

John Rawls menepatkan dua prinsip keadilan ini dengan “proritas leksikal” (lexical priority).
Rawls melihat bahwa prinsip yang di proritaskan adalah prinsip kebebasan –kebebasan dasar
yang tidak bisa di negosiasikan, dikompromikan, atau digantikan, bahkan di korbankan demi
kepentingan ekonomi dann sosial yang lebih besar. Pada sekala nilai adil dalam masyarakat yang
di cita-citakan Rawls yaitu yang kita sering dengar sebagai Hak Asasi Manusia.12

Dan masalah ketidaksamaan distributif dan kesempatan yang sama bagi semua posisi dalam
jabatan publik harus terbuka bagi semua pihak. Itu karena yang berkenaan dengan kesaman
kesempatan. Distribusi kekayaan dan pendapatan serta posisi dan jabatan publik harus sejalan
dengan kebebasan dasar warga masyarakat dan kesamaan kesempatan . urutannya secara serial
atas prinsip-prinsip tersebut mengekspresikan pilihan dasar diantara nilai-nilai sosial primer.13

Posisi Asali (Original Position)

Sebagaimana telah dijelaskan, Rawls menghubungkan langsung konsepsi keadilannya


dengan pandangannya tentang masyarakat sebagai suatu sistem kerja sama sosial yang
berkelanjutan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sedang prinsip keadlan yang harus
menjadi subjek struktur dasar masyarakat, harus merupakan hasil persetujuan awal dalam
situasi yang fair. Dengan dasar pemikiran seperti itu, pilhan logis adalah kembali ke teori
kontrak sosial yang oleh Rawls disebut sebagai original position, posisi asali atau posisi
awal. Dalam posisi asali, original position ini dibayangkan orang-orang bebas dan rasional

12
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.74
13
ohn Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.53
yang menaruh minat memajukan kepentingan-kepentingannya akan mereima di dalam posisi
awal prinsip persamaan sebagai yang mendefinisikan syarat-syarat fundamental ikatan
mereka. Meskipun posisi asali dimaksudkan sebagai konsep heuristik. konsep yang ibarat
tangga yang diperlukan untuk memanjat naik dan bisa dibuang setelah tidak diperlukan lagi
namun Rawls menganggapnya sebagai interpretasi standar atas teori kontrak tradisional
yang diterapkan dalam teori moral.

Legitimasi Prinsip Moral


Argumen kontrak sosial Rawls hanyalah salah satu saja dari banyak teori kontrak moral;
yang paling ekstrem bahkan menggunakan argumen kontrak untuk memahami keseluruhan isi
moralitas. Tapi Rawls yakin interpretasi standar dan paling tepat adalah original position.
Meksi mengikuti tradisi kontrak sosial, original position menurut Rawls, bukan situasi
faktual historis ataupun keadaan pra sosial dalam kehidupan manusia primitif, melainkan
murni situasi hipotetis.14Untuk memahami original position, kita diminta membayangkan suatu
situasi hipotetis di mana orang-orang yang akan mengadakan kerja sama sosial bertemu untuk
menentukan prinsip-prinsip yang akan mengatur ikatan kerja sama mereka agar saling
menguntungkan.

Orang-orang dalam original position merupakan orang-orang rasional, mahluk moral yang
bebas dan sederajat. Namun tak boleh dilupakan bahwa meski merupakan suatu bentuk kerja
sama, bagaimanapun masyarakat ditandai oleh konflik kepentingan yang berbeda-beda. Jika
dilepas begitu saja, sukar dibayangkan mereka akan mencapai perseteujuan apa pun.
Misalnya, seorang kaya akan merasa rasional mengajukan prinsip bahwa berbagai pajak
untuk kebijakan kesejahteraan adalah tidak adil; Di sisi lain, orang miskin akan cenderung
mengusulkan prinsip yang sebaliknya.15 Intinya adalah dengan kepentingan berbeda-beda
dan di bawah pengaruh kontingensi sosial maupun kodrati, bagaimana mungkin mereka
membuat kontrak atau persetujuan? Jadi apa yang harus dilakukan?

14
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.12
15
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.24
Tabir keridaktahuan ( Veil of ignorance)
Rawls memberikan jawabannya bahwa mereka diisolasikan dari segala informasi
dengan mengandaikan mereka berada di balik tabir ketidaktahuan yang disebut
Rawls dengan veil of ignorance. Di balik tabir tersebut dibayangkan mereka yang
berkumpul dalam posisi awal itu dibebaskan dari segala kontingensi sosial dan historis,
dibersihkan dari segala unsur yang menyebabkan persetujuan tidak bisa dibuat (karena
perbedaan informasi mengenai yang diketahui dan yang tidak diketahui, status, motivasi dan
tujuan berkumpul, rasionalitas). Seberapa terisolasinya mereka memang menimbulkan
perdebatan, karena seperti digambarkan Rawls.
“Tak seorang pun yang tahu tempatnya di dalam masyarakat, posisi kelas atau status
sosialnya, ia juga tidak tahu keberuntungannya dalam distribusi aset-aset serta kecakapan alamiah,
kecerdasan dan kekuatan, dan lain-lain. Juga tak ada yang tahu soal konsepsinya tentang konsepnya
sendiri mengenai yang baik, termasuk rencana hidupnya sendiri secara terperinci; atau ia bahkan juga
tidak mengenal secara pasti situasi psikologisnya, seperti ketidaksukaannya mengembil resiko serta
kecenderungan bersikap optimis atau pesimis. Semua pihak juga tidak mengetahui situasi khusus yang
melingkupi masyarakat mereka. Artinya mereka tidak tahu situasi ekonomi dan politiknya, atau taraf
peradaban dan kebudayaan yang telah dapat dicapai”.16

Konsep veil of ignorance fundamental di sini karena menentukan apakah kontrak atau
persetujuan dapat dilakukan atau tidak. Dengan veil of ignorance, orang-orang pada original
position dalam posisi setara, moral maupun informasinya.17 Konflik kepentingan ditidurkan,
sehingga membuat pemilihan secara aklamasi konsepsi keadilan tertentu menjadi mungkin.
Tanpa pembatasan akses mereka terhadap berbagai informasi dan pengetahuan, tawar-
menawar di original position akan tak tertolong ruwetnya. Di balik cadar ketidaktahuan,
kumpulan orang-orang dalam original position berada dalam situasi fairness dan memenuhi
syarat keadilan proseduran murni: mereka punya harapan yang sama untuk menang dan
kemungkinan yang sama untuk kalah. Di balik ―tabir‖ itu mereka dibebaskan dari segala
pengaruh kontingensi sosial yang dapat membuat ada di antara mereka berada pada posisi
lebih beruntung dalam tawar menawar. Veil of ignorance, dengan demikian, membedakan

16
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.165
17
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.45
teori kontrak Rawls dari teori kontrak tradisional: kontraktor Rawsl berada dalam posisi
sederajat, sebaliknya kontraktor Rawls.

Rasionalitas dan Strategi Maximin

Posisi asali adalah situasi khusus yang dirancang, bukan dikonstruksi, untuk tujuan
khusus, yaitu memilih dan menyepakati konsep keadilan sosial yang memenuhi kriteria tertentu.
Salah satu syarat formal konsep yang-hak. Hal demikian dikarenakan konsepsi keadilan
sosial Rawls mengambil dasar deontologis yang menganggap yang-hak prioritas atas yang
baik. Ada beberapa perbedaan penting antara kedua konsep fundamental ini teori moral ini.
Pertama, yang-hak haruslah diterima semua pihak, sementara yang baik tidak perlu. Prinsip
yang dipilih orang-orang dalam posisi asali diputuskan dengan suara bulat, tapi tak perlu
terjadi aklamasi untuk menentukan yang-baik. Kedua umumnya adalah baik bahwa orang
punya konsepsi berbeda-beda mengenai yang-baik, tapi tidak begitu halnya bagi konsepsi
yang-hak. Ketiga, dalam posisi asali, prinsip keadilan berdasarkan nilai yang-hak dipilih di balik
selubung ketidaktahuan atau veil of ignorance, sebaliknya untuk menentukan yang-baik orang
harus bersandar pada pengetahuan dan informasi sepenuhnya atas fakta-fakta.

Maka konsepsi keadilan yang akan dipilih dalam posisi asali, haruslah memenuhi syarat-syarat
formal konsepsi yang-hak, yaitu (1) prinsip itu haruslah umum (general) bentuknya, (2)
universal aplikasinya, (3) diakui secara publik (publicity) (4) berurutan secara leksikal, (5)
mahkamah terakhir bagi klaim-klaim person moral. Dirangkum dalam satu rumusan: suatu
konsepsi yang-hak adalah suatu perangkat prinsip yang umum bentuknya dan universal
aplikasinya, diakui secara publik sebagai mahkamah terakhir bagi penyelesaian klaim-klaim
moral yang saling berkonflik.18

a. Strategi Maximin
Bur Rasuanto memberi tamsil akan hal tersebut bahwa, adalah rasional bahwa mereka
akan memilih prinsip-prinsip yang sudah tersedia daripada membuat usulan sendiri. Tapi
sekiranya akan membuat usulan sendiri, adalah rasional bahwa mereka tidak akan
mengusulkan yang bukan-bukan karena tidak ada insentifnya. Misalnya, adalah tidak rasional

18
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h.158
bahwa mereka akan mengusulkan memberi hak-hak istimewa karena alasan etnis atau asal
kelahiran. Atau usul seperti misalnya yang sampai usia 15 tahun masih buta huruf tidak
diizinkan masuk kota. Orang-orang dalam posisi asali, original position juga tidak mungkin
mengambil prinsip yang secara eksplisit mengandung doktrin rasial misalnya, karena bukan
saja tidak adil tapi juga irrasional; doktrin seperti itu bukan konsepsi moral melainkan alat
penindasan.
Namun orang-orang dalam posisi asali akan memilih konsepsi keadilan intuitif tersebut.
Meski sama-sama rasional, tapi mereka sama-sama di balik veil of ignorance, dan tidak
bisa membayangkan dengan cara bagaimana prinsip-prinsip yang akan mereka pilih itu nantinya
menguntungkan atau merugikan dirinya dan orang yang diwakilinya. Mereka tidak tahu
bagaimana berbagai alternatif akan mempengaruhi pertimbangan masing-masing. Mereka
diharuskan menilai prinsip-prinsip semata-mata atas dasar pertimbangan-pertimbangan
umum. Menghadapi masa depan‘ yang tidak pasti semacam itu, adalah rasional bahwa posisi
asali hanya akan menentukan strategi memilih dan bukan memilih prinsip keadilannya sendiri.
Dan bagaimana strategi memilih yang mereka ambil? Rawls percaya mereka akan menerapkan
prinsip dapatkan maksimum pada keadaan minimum. Inilah prinsip maximum minimorum
atau yang disingkat maximin. Perhatikan tabel yang dimodifikasi dari tabel yang dibuat oleh
Rawls.19

Dengan demikian keadilan sosial menurut Jhon Rawls didasarkan pada dua prinsip keadilan
yang diyakini yang akan dipilih oleh orang-orang rasional, bebas dan setara dalam posisi awal
yang Fair. Hal ini sejalan dengan gagasan besar Justice as Fairness yakni prinsip-prinsip
keadilan yang merupakan hasil kesepakatan bersama dalam posisi yang fair (original position).

Kesimpulan

Konsepsi keadilan sosial Rawls didasarkan pada dua prinsip keadilan sosial yang diyakininya
akan dipilih dalam original position. Dua prinsip ini tidak hanya sesuai dan selaran dengan rasa
keadilan, namun juga dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Karena itu, konsepsi

19
John Rawls Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan dalam Negara, terj.
Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h. 60-63
keadilan sosial Rawls dianggap memiliki keunggulan dan kekuatan dibandingkan konsepsi
keadilan sosial lainnya.

Konsepsi keadilan sosial menampilkan pandangannya yang egalitarian, tapi bukan seorang
egalitarian radikal. Prinsip keadilan sosial mengusung prinsip persamaan sebagai prinsip
pokoknya. Ada sejumlah prinsip persamaan dalam keadilan sosial, semisal persamaan
distribusi, persamaan pendapatan, persamaan nilai-nilai sosial primer, tapi Rawls mengusung
prinsip persamaan kebebasan. Dalam konsepsinya, kebebasan-kebebasan dasar atau
fundamental mendapat prioritas tertinggi dan tidak boleh dikorban oleh kepentingan ekonomi
dan sosial maupun politis.

Di samping prinsip persamaan konsepsinya khususnya juga mengangkat prinsip ketidaksamaan.


Dalam bagian ini ketidaksamaan hanyalah diperbolehkan dalam bidang sosial dan ekonomi,
tapi dengan batasan bahwa ketidaksamaan sosial dan ekonomi haruslah di bawah
persamaan kesempatan yang fair bagi semua orang tanpa terkecuali, sekaligus ketidaksamaan
haruslah menguntungkan orang yang paling lemah atau paling kurang beruntung.

Dalam hal ini, Rawls melalui prinsip difference menampilkan sebuah terobosan baru dalam
keadilan distributif yang selama ini hanya didasarkan pada prinsip kesamaan kesempatan fair
saja sehingga abai terhadap faktor-faktor keberuntungan yang bersifat genetisi atau alamiah. Di
perspektif kesamaan demokratis, prinsip persamaan kesempatan fair yang selama ini menjadi
justifikasi bagi segala ketimpangan dan kesenjangan sosial ekonomi dikawinkan dengan
prinsip difference. Dengan demikian, Rawls benar-benar menjaga peluang dan kesempatan bagi
setiap untuk mencapai kesejahteraan bagi orang yang paling kurang beruntung dari segi
alamiah atau genetis

Terlepas dari semua itu, masing-masing memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri dalam
menjelaskan bagaimana suatu bentuk tata sosial dan tata politik yang ideal sesuai dengan
konteks zamannya. Dalam hal ini, teori John Rawls memang lebih relevan dalam konteks
masyarakat zaman sekarang yang hampir sebagian besar bersandar pada prinsip-prinsip
demokrasi. Dan konsepsi keadilan sosial Rawls sebagaimana ditegaskannya hanya dapat
diterapkan dalam kultur masyarakat demokrasi konstitusional, bukan lainnya.
Daftar Pustaka

Kymlica, Will. Pengantar Filsafat Politik Kontemporer: Kajian Khusus atas Teori-Teori
Keadilan. terj. Agus Wahyudi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Rawls, John, Teori keadilan: Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan
Sosial dalam Negara. terj. Uzair Hamzah dan Heru Prasetyo. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006

Suseno,Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia,


1987

Ginsberg, Morris. Keadilan dalam Masyarakat. Yogyakarta: Pondok Edukasi, 2003

Ujan, Andre Uta. Keadilan dan Demokrasi: Telaah Filsafat Politik John Rawls,cet.ke-5,
Yogyakarta: Kanisius, 2005

Вам также может понравиться