Вы находитесь на странице: 1из 10

Modul : Memori

Topik : Lupa

DAFTAR ISI

Daftar Isi…………………………………………………………………………1

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang…………………………………………………………………. 2

BAB II ISI

2.1 Gangguan memori karena trauma fisik……………………………………3

2.2 Gangguan memori karena usia…………………………………………….4

2.3 Gangguan memori karena trauma psikologis……………………………7

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………10

1
Modul : Memori
Topik : Lupa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memori memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia. Jika kita melakukan aktivitas
berpikir maupun menalar, maka sebagian besar kita menggunakan fakta dari memori atau
ingatan kita.

Namun, kita juga dapat menjumpai bahwa sebagian orang tidak dapat menggunakan
kapasitas memorinya secara normal akibat gangguan-gangguan baik bersifat fisik maupun
psikis. Akibat yang ditimbulkan dari gangguan memori tersebut tidak hanya berpengaruh
pada diri penderita sendiri melainkan berpengaruh pada lingkungan sosial di sekitarnya.

Melihat bahwa kasus gangguan memori adalah penting untuk dikaji, maka kami
membahas kasus ini dalam bentuk makalah.

1.2 Permasalahan

1. Bagaiman gangguan memori akibat trauma fisik?


2. Bagaimana gangguan memori akibat faktor usia?
3. Bagaimana gangguan memori akibat trauma psikologis?

2
Modul : Memori
Topik : Lupa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Gangguan Memori Akibat Trauma Fisik

Otak besar (Cerebrum) adalah bagian yang mengatur langsung kegiatan yang bersifat
psikis termasuk menyimpan memori, namun bagian khusus yang menangani memori adalah
Lobus frontalis, sehingga kerusakan pada bagian ini akan membuat seseorang mengalami
gangguan memori. Gangguan memori akibat trauma fisik dapat disebabkan oleh benturan
langsung, intervensi obat-obatan yang bersifat narkotika, racun dan kerusakan akibat infeksi
virus dan bakteri maupun karena penyakit.

Kata Trauma berasal dari bahasa Yunani Traumas/ Traumata yang berarti cidera,
atau kerugian. Maka dalam artian bebas, kata Trauma Fisik berarti cidera atau kerusakan
akibat sesuatu yang bersifat fisik, sedangkan secara lengkap trauma fisik berarti ‘trauma
yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang melukai secara fisik, misalnya kecelakaan, kerap
mendapat pukulan dan sebagainya’.

Ada beberapa jenis gangguan memori yang disebabkan oleh trauma fisik, namun
yang paling banyak kasusnya adalah jenis demensia. Demensia adalah suatu kehilangan
menyeluruh dari kemampuan kognitif, termasuk gangguan daya ingat demikian pula dengan
satu atau lebih dari hal berikut : afasia, apraksia, agnosia, atau dalam pencernaan, pengaturan,
dan kemampuan pemikiran yang abstrak. Demensia akibat trauma fisik antara lain :
1. Alkoholic d. (sindrom Korsakoff). Dimensia jenis ini diakibatkan oleh kebiasaan
minum_minuman keras yang berlebihan (tidak terkontrol) sehingga merusak otak.
2. Arteriosclerotic d. Dimensia jenis ini adalah dimensia multi-infark sebagai akibat
dari penyakit arteriosclerosis serebri.
3. Boxer’s d. Dimensia yang terjadi akibat pengumpulan cidera serebri pada para
petinju, gejala ini mirip Parkinson namun disertai dengan gangguan memori yang
serius.
4. Toxic d. Dimensia akibat pemakaian racun yang berlebihan (over dosis)

3
Modul : Memori
Topik : Lupa

5. Vascular d. Dimensia akibat penyakit serebrovascular, dapat mungkin terjadi


komplikasi dengan delusi, delirium, atau mood yang depresi. Penyakit ini juga
disebut multi-infark d.

Salah satu bentuk gangguan memori akibat trauma fisik adalah amnesia. Amnesia
merupakan gangguan memori akibat benturan keras (contoh pada kecelekaan) yang
mengganggu bahkan merusak bagian otak besar maupun lobus temporalis. Akibatnya,
seseorang yang mengalami amnesia akan kehilangan sebagian atau seluruh ingatannya dalam
waktu singkat, namun amnesia dapat disembuhkan melalui terapi.

2.2 Gangguan Memori Akibat Faktor Usia

Lanjut usia (Lansia) tidak identik dengan pikun, perlu diketahui bahwa pikun
bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami
berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti yang dialami oleh lansia
dengan demensia. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang
hanya diderita oleh para lansia, kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari
semua tingkat usia dan jenis kelamin.
Perawatan yang dilakukan keluarga sebagai support system yang penting untuk
penderita demensia. Pada usia muda, demensia dapat terjadi secara mendadak, penyakit atau
zat-zat racun, misalnya karbon monoksida menyebabkan hancurnya sel-sel otak (trauma
fisik) . Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia di atas 60
tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan
dengan bertambahnya umur maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya
beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan
belajar . Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi.

Tipe-tipe demensia yang didasari faktor usia :

1. Demensia Alzheimer
Penyakit Alzheimer pertama kali ditemukan oleh Alois Alzheimer yang merupakan
seorang ahli psikiatri dan neuropatologi pada tahun 1906. Penyakit ini ditemukan oleh
Alzheimer pada saat mengobservasi seorang wanita yang berumur 51 tahun. Wanita

4
Modul : Memori
Topik : Lupa

tersebut mengalami gangguan intelektual dan memori yang menyebabkannya tidak


mengetahui cara untuk kembali ke rumahnya, padahal dia tidak mengalami gangguan
anggota gerak, koordinasi, dan refleks.

a) Gejala Alzheimer
1.Hilang ingatan. Pada awalnya penderita akan mengalami penurunan fungsi kognitif
yang dimulai dengan sulit mengingat informasi baru dan mudah melupakan
informasi yang baru saja didapat. Semakin lama individu menderita Alzheimer,
penurunan fungsi kognitif ini akan semakin parah. Pada gejala ini biasanya juga
disertai dengan gejala agnosia (Etical Digest, November 2007, No. 46), yaitu:
kesulitan mengenali orang-orang yang disayanginya, seperti keluarga dan teman.
2. Apraxia. Hal ini ditandai dengan penderita sulit mengerjakan tugas yang familiar.
Penderita sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas sehari-hari yang
sangat mereka ketahui, contohnya mereka tidak mengetahui langkah-langkah
untuk menyiapkan makanan, berpakaian, atau menggunakan perabot rumah
tangga
3. Gangguan bahasa. Pada awalnya penderita akan terlihat sulit untuk mencari kata
yang tepat dalam mengungkapkan isi pikirannya. Semakin parah penyakitnya,
maka ucapan dan/ atau tulisan penderita jadi sulit untuk dimengerti karena
penderita menggunakan kalimat dengan substitusi kata-kata yang tidak biasa
digunakan. Contohnya: jika penerita sulit menemukan sikat giginya, maka ia akan
bertanya "sesuatu untuk mulut saya".
4. Disfungsi visuo-spatial yang ditandai dengan disorientasi waktu dan tempat.
Penderita dapat tersesat di jalan dekat rumahnya sendiri, lupa di mana ia berada,
bagaimana ia sampai ke tempat tersebut, dan tidak tahu bagaimana caranya
kembali ke rumah.
5. Disfugsi eksekutif. Hal ini disebabkan karena frontal lobe penderita mengalami
gangguan, ditandai dengan: sulit menyelesaikan masalah, reasoning, pembuatan
keputusan dan penilaian. Misalnya penderita mengenakan baju tanpa
mempertimbangkan cuaca, memakai beberapa kaos di hari yang panas/

5
Modul : Memori
Topik : Lupa

6. Bermasalah dengan pemikiran abstrak. Menyeimbangkan buku cek dapat menjadi


begitu sulit ketika tugas tersebut lebih rumit dari biasanya. Namun demikian, pada
penderita, mereka akan benar-benar lupa berapa jumlah/ angkanya, dan apa yang
harus mereka lakukan terhadap angka-angka tersebut.
7. Salah menempatkan segala sesuatu. Penderita akan meletakkan segala sesuatu
pada tempat yang tidak sewajarnya, contoh: meletakkan gosokan di dalam freezer
atau meletakkan jam tangan di dalam mangkuk gula.
8. Perubahan moody atau tingkah laku. Setiap orang dapat menjadi sedih atau
moody dari waktu ke waktu, tetapi penderita menampilkan mood yang berubah-
ubah dari tenang menjadi ketakutan kemudian menjadi marah secara tiba-tiba
tanpa ada alasan yang jelas.
9. Perubahan kepribadian. Merupakan bentuk lanjutan dari perubahan moody,
ditandai dengan gejala psikitrik dan perilaku. Penderita dapat sangat berubah,
menjadi benar-benar kacau, penuh kecurigaan, cemas, ketakutan atau menjadi
bergantung pada anggota keluarga. Menurut Ethical Digest (November 2007, No.
46), untuk gejala psikitrik, sekitar 50% penderita mengalami depresi. Selain itu
penderita juga sering mengalami delusi paranoid dan terkadang juga mengalami
halusinasi (dengar, visual, dan haptic). Sedangkan untuk gangguan perilaku,
meliputi agitasi (aktivitas verbal maupun motorik yang berlebihan dan tidak
selaras), wandering (mondar-mandir, mencari-cari/ membututi caregiver ke mana
pun mereka pergi, berjalan mengelilingi rumah, keluyuran), dan gangguan tidur
(berupa disinhibisi, yaitu perilaku yang melanggar norma-norma sosial, yang
disebabkan oleh hilangnya fungsi pengendalian diri individu).
10. Kehilangan inisiatif/ apatis. Penderita jadi pasif, duduk di depan televisi selama
berjam-jam, tidur lebih dari biasanya atau tidak ingin melakukan aktivitas yang
biasanya dilakukan.

Selain itu, gangguan lain yang disebabkan faktor usia adalah Delirium. Delirium
adalah suatu gangguan mental akut dan seketika yang diikuti dengan perubahan kognitif serta
memiliki perjalanan penyakit yang berfluktuasi. Ditandai dengan penurunan kemampuan
memelihara perhatian terhadap rangsangan dari luar dan gangguan pengaturan berfikir yang

6
Modul : Memori
Topik : Lupa

dimanifestasikan dengan berbicara tidak teratur, tidak relevan atau intoheren, mungkin
terdapat pengurangan tingkat kesadaran, sensorik, gangguan persepsi, gangguan siklus tidur,
tingkat aktivitas psikomotorik, disorientasi waktu, tempat, atau orang, dan kerusakan daya
ingat.
Delirium pada lansia disebabkan oleh beberapa hal umum, antara lain : intoksikasi
obat dan putus obat, ketidakseimbangan metabolisme dan nutrisi (seperti pada diabetes yang
tidak terkendali dan disfungsi tyroid), infeksi atau demam, gangguan neurologis, dan stress
karena perubahan lingkungan sekeliling orang yang bersangkutan.
Lansia rentan terhadap Delirium karena kondisi fisik yang menurun dalam penuaan,
meningkatnya kerentanan secara umum terhadap berbagai penyakit kronis, banyak obat-
obatan yang diresepkan bagi pasien lansia.

2.3 Gangguan Memori Akibat Trauma Psikologis

Gangguan memory akibat trauma psikis dapat membekas dan lebih sulit untuk di
sembuhkan. Meskipun tidak di sertai dengan trauma fisik, namun trauma psikis dapat
mempengaruhi fungsi tubuh. Trauma psikis pada hakekatnya bukan merupakan gangguan
yang bersifat destruktif (merusak), namun lebih bersifat ‘tidak terkendali’. Hal tersebut dapat
dibuktikan pada kasus gangguan emosional yang mengikuti sebuah trauma yang disebut
posttraumatic stress disorder (PTSD).
PTSD adalah paparan terhadap kejadian traumatik dimana saat itu orang merasa
ketakutan, ketakberdayaan atau kengerian. Setelah itu, korban merasa mengalami kembali
kejadian tersebut melalui kenagan dan mimpi buruknya. Mereka memperlihatkan perilaku
membatasi diri yang khas atau mematirasakan respon emosionalnya, yang dapat membuat
hubungan interpersonalnya terganggu. Mereka kadang-kadang tidak mampu mengingat
aspek-aspek tertentu dari kejadian tersebut. Ada kemungkinan korban secara tak sadar
berusaha menghindari pengalaman emosi itu sendiri, seperti pada gangguan panik, karena
emosi yang intens dapat mengingatkannya pada trauma itu. Terakhir, korban biasanya secara
klinis overaroused, mudah kaget, dan cepat marah.
Selain PTSD, gangguan memori akibat trauma psikologis yang lain adalah
pseudodemensia. Pseudodemensia adalah penyakit yang mirip dengan demensia, namun
penyakit ini merupaka suatu gangguan depresif yang juka diobati maka defek kognitif

7
Modul : Memori
Topik : Lupa

menghilang. Sugesti negative juga menggangu memori secara spesifik mengganggu orientasi
kepribadian seseorang sehingga orang tersebut tidak dapat mengenali orientasi pribadinya
yang lama. Contohnya, seseorang yang terus menerus dikatakan bodoh, sehingga orang
tersebut tidak dapat lagi mengenali bahwa sesungguhnya dia adalah orang jenius.
Depresi berat dan komplikasi gangguan psikologis lainnya memungkinkan untuk
mengganggu memori seseorang

8
Modul : Memori
Topik : Lupa

BAB III

KESIMPULAN

 Ada beberapa jenis gangguan memori yang disebabkan oleh trauma fisik, namun yang paling
banyak kasusnya adalah jenis demensia.
 Gangguan memori dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu trauma fisik, usia dan trauma
psikologis.
 Demensia adalah penyakit yang paling umum dijumpai baik akibat trauma fisik, usia maupun
trauma psikologis.
 Perawatan yang dilakukan keluarga sebagai support system yang penting untuk penderita
demensia.

9
Modul : Memori
Topik : Lupa

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, WA newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31.Jakarta: EGC.

Davison G. C. dkk. 2006. Psikologi Abnormal edisi ke-9. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Durand V. M. dkk. 2006. Intisari Psikologi Abnormal Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Maslim Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT. Nuh Jaya

10

Вам также может понравиться