Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LAPORAN AWAL
140310160095
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
Secara umum sistem pengendali ini ditujukan agar suatu alat dapat terus
bekerja tanpa selalu dioperasikan oleh pengguna. Maka dari itu perlu dipahami
secara mendasar mengenai sistem pengendali pada konteks ilmu fisika
instrumentasi. Perlu dipahami pula jenis-jenis sistem pengendali dasar.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai teori – teori dasar yang berhubungan dengan
percobaan. Diantaranya penjelasan mengenai sistem kendali secara umum, sistem
kontrol dua posisi “on-off”, sistem pengontrol umpan balik proporsional (P),
integral (I), diferensial (D), serta kombinasi-kombinasi umpan balik PID.
Input Output
Controller Actuator
Jadi pada sistem kendali loop terbuka, keluaran tidak dibandingkan dengan
masukan acuannya. OIeh sebab itu, untuk setiap masukan acuan terdapat suatu
kondisi operasi yang tetap. Perlu diketahui bahwa sistem kendali loop terbuka
harus dikalibrasi dengan hati-hati, agar ketelitian sistem tetap terjaga dan
berfungsi dengan baik.
2
2.1.2 Sistem Kendali Loop Tertutup
Sistem kendali closed loop merupakan suatu sistem kendali yang
mengaplikasikan suatu sistem kerja feedback. Sistem kendali ini bekerja dengan
membandingkan hasil keluaran atau hasil kerjanya dengan referensi inputnya atau
kondisi yang diinginkannya.
Feedback Signal
3
2.3 Kontrol on-off
Aksi kendali dua posisi adalah aksi kendali otomatis yang hanya mempunyai
dua kondisi/posisi, yaitu “On” dan “Off” (Ogata, Teknik Kontrol Automatik,
Buku Terjemahan, 1996). Sehingga sistem kendali dua posisi ini sering juga
disebut dengan sistem kendali On-Off. Pengontrol on-off merupakan pengontrol
paling sederhana dan tangguh (robust) namun tidak begitu akurat karena
variabel kendali (controlled variable) sistem selalu mengandung osilasi.
Pengontrol on-off banyak diterapkan pada sistem pengontrolan besaran fisis
temperatur sistem pemanas, reaktor fermentasi, ruang klimatik, sistem
pemanas ruangan, inkubator untuk bayi, sistem tinggi muka cairan.
4
2.4 Kontrol PID
Sistem Kontrol PID merupakan kontroler untuk menentukan presisi suatu
sistem instrumentasi dengan karakteristik adanya umpan balik pada sistem
tesebut (Feed back). Sistem kontrol PID terdiri dari tiga buah cara pengaturan
yaitu kontrol P (Proportional), I (Integral) dan D (Derivatif), dengan masing-
masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam implementasinya masing-
masing cara dapat bekerja sendiri maupun gabungan diantaranya. Dalam
perancangan sistem kontrol PID yang perlu dilakukan adalah mengatur parameter
P, I atau D agar tanggapan sinyal keluaran system terhadap masukan tertentu
sebagaimana yang diinginkan. Pengontrol PID akan memberikan aksi kepada
Control Valve berdasarkan besar error yang diperoleh. Control valve akan
menjadi aktuator yang mengatur aliran fluida dalam proses industri yang terjadi
Level air yang diinginkan disebut dengan Set Point. Error adalah perbedaan dari
Set Point dengan level air aktual. (Tyas, 2013)
a. Kontrol Proporsional
Kontrol P dapat dinyatakan sebagai P(s) = e • Kp, dengan Kp adalah
Konstanta Proporsional. Kp berlaku sebagai Gain (penguat) saja tanpa
memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler. Penggunaan kontrol P
memiliki berbagai keterbatasan karena sifat kontrol yang tidak dinamik ini.
Walaupun demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana kontrol P ini
cukup mampu untuk memperbaiki respon transien khususnya rise time dan
settling time.
5
Ciri-ciri pengontrol proporsional :
6
Ciri-ciri pengontrol derivatif :
1. Pengontrol tidak dapat menghasilkan keluaran jika tidak ada perubahan
pada masukannya (berupa perubahan sinyal kesalahan)
2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang
dihasilkan pengontrol tergantung pada nilai Kd dan laju perubahan sinyal
kesalahan.
3. Pengontrol diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului,
sehingga pengontrol ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan
sebelum pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi pengontrol
diferensial dapat mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi
yang bersifat korektif dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem.
4. Dengan meningkatkan nilai Kd, dapat meningkatkan stabilitas sistem dan
mengurangi overshoot.
Efek dari setiap pengontrol Proporsional, Integral, dan Derivatif pada sistem
loop tertutup adalah, sebagai berikut :
7
BAB III
METODE PENELITIAN
8
1. Tahap pertama adalah menyiapkan wadah air yang tersedia kemudian isi
air sampai penuh
2. Kedua adalah memasukan heater dan sensor NTC ke dalam air
3. Ketiga adalah menghubungkan perkabelan, jalur in ke prt ADC 0, jalur
Pwn Out ke PORT B.3 dan ground, vcc
4. Keempat adalah membuka program Delphi kemudian buka project grafik
pid
5. Kelima adalah membuka program codevision avr dan extreme burner
6. Keenam adalah melakukan pengeditan nilai setting poin dan koefisien
Steinhart-Hart, Kp, Ki, Kd dan delay sesuai dengan keterangan yang ada
di modul IP kendali yaitu setting point pertama 40°C dan setting poin
kedua 70° C
7. Ketujuh adalah melakukan kompilasi program, kemudian mendownload
program ATMEGA8535 dengan menggunakan program extreme burner
8. Kedelapan adalah melakukan running project grafik pd Delphi, kemudian
simpan data dengan nama kelompok
9
BAB IV
TUGAS PENDAHULUAN
Listing Program
num =1;
den=[1 20 30];
Plant=tf(num,den);
step(Plant,'r');
hold on;
Kp=0;
P_Sys=tf(Kp,1);
Ki=0;
den2=[1 0];
I_Sys=tf(Ki,den2);
Kd=0;
num3=[Kd 0];
D_Sys=tf(num3,1);
PI=parallel(P_Sys,I_Sys);
OpenLoop=series(PID,Plant);
ClsdLoop=feedback(OpenLoop,[1]);
step(ClsdLoop,'b');
Tampilan
a. Kp=0 Ki=0 Kd=0
Analisa : terlihat bahwa nilai step rspon berada pada nilai 0.035 sehingga
nilai steady state error adalah 1 – 0.035 = 0.965 dengan waktu setting
sekitar 3 detik
b. Kp=100 Ki=Kd=0
10
Analisa : terlihat bahwa bahwa nilai step response berada pada nilai 0.77
sehingga nilai steady state error adalah 1 – 0.77 = 0.23 dengan waktu
setting dibawah 0.5 detik
c. Kp=200 Ki=Kd=0
Analisa : terlihat bahwa bahwa nilai step response berada pada nilai 0.87
sehingga nilai steady state error adalah 1 – 0.87 = 0.13 dengan waktu setting
dibawah 0.5 detik maka dapat disimpulkan Penambahan nilai Kp akan
mengurangi nilai error steady state namun semakin besar nilai Kp akan
menghasilkan nilai overshoot. Selain itu, peningkatan nilai Kp akan
mengurangi waktu naik (rise Time).
11
Analisa : terlihat bahwa nilai step response bahwa nilai error steady state
sangatleh kecil namun masih terdapat nilai overshoot sehingga bisa di
simpulkan bahwa Nilai Ki menghilangkan nilai steady state error namun
selang beberapa lama terdapat nilai overshoot. Selain itu peningkatan nilai Ki
dapat mengurangi waktu naik (rise time).
12
2. Simulasi Proteus Kontrol on-off menggunakan LDR
Tampilan
Analisis Sementara:
Rangkaian di atas adalah rangkaian kendali on/off untuk pengendalian
nyala lampu dengan sensor LDR. Sensor LDR terhubung dengan masukan
ADC pada microcontroller Atmega 8535, sehingga masukan yang diterima
oleh microcontroller akan dikonversikan menjadi bentuk data. Nilai data
yang diterima, ditampilkan pada LCD yang juga terhubung dengan
microcontroller. Port keluaran lain pada microcontroller, terhubung
dengan sebuah rangkaian LED. Perintah yang dimasukan kedalam
microcontroller adalah akan menghasilkan keluaran high pada Port LED
ketika data yang diterima lebih besar dari 400, dan akan menghasilkan
keluaran low ketika data kurang dari 400.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.ugm.ac.id/ijeis/article/view/3875
14