Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Enzim adalah protein yang bertindak sebagai katalis dalam sel-sel hidup.
Katalis meningkatkan tingkat reaksi kimia di mana terjadi tanpa dikonsumsi
atau permanen tanpa berubah. Reaksi kimia adalah proses yang mengubah
satu atau lebih zat (dikenal sebagai reagen, reaktan, atau substrat) untuk jenis
lain dari substansi (produk). Sebagai katalisator, enzim dapat memfasilitasi
reaksi kimia yang sama berulang-ulang.

Hormon (dari bahasa Yunani, horman - "yang menggerakkan") adalah


pembawa pesan kimiawi antar sel atau antarkelompok sel. Semua organisme
multiselular, termasuk tumbuhan (lihat artikel hormon tumbuhan),
memproduksi hormon.Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell
untuk mencari sel target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan
mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan
mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan
bereaksi baik dengan memengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah
aktivitas protein seluler,[1] termasuk di antaranya adalah perangsangan atau
penghambatan pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram),
pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan metabolisme dan
persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau
fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause). Pada banyak kasus, satu
hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga
mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.

Nukleotida adalah molekul yang tersusun dari gugus basa heterosiklik,


gula, dan satu atau lebih gugus fosfat. Basa penyusun nukleotida biasanya
adalah berupa purina atau pirimidina sementara gulanya adalah pentosa
(ribosa), baik berupa deoksiribosa maupun ribosa.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja aplikasi enzim dan hormone dalam praktik keperawatan ?

2. Apa fungsi nukleotida ?

3. Bagaimana proses metabolisme nukleotida ?

1.3 Tujuan penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mencapai beberapa hal yang diinginkan.


Adapun harapan penulis dalam pembuatan ini adalah :

1. Untuk menjelaskan aplikasi enzim dan hormone dalam praktik


keperawatan
2. Untuk mengetahui fungsi nukleotida

3. Untuk mengetahui proses metabolisme nukleotida

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Enzim

Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis


(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu
reaksi kimia organic (Grisham,1999). Enzim diproduksi dari sel hidup dan
digunakan oleh sel-sel untuk mengkatalisis reaksi kimia yang spesifik.
Hampir semua enzim merupakan protein. Enzim memiliki tenaga katalitik
yang luar biasa dan biasanya lebih besar dari katalisator sintetik. Katalis
adalah molekul yang berfungsi mempercepat reaksi kimia. Selain memiliki
tenaga katalitik yang tinggi, enzim juga mempunyai spesifitas yang tinggi
terhadap substratnya.

2.2 Karakteristik Enzim

Ada beberapa karakteristik enzim, antara lain (Suwarno, 2009):

1. Merupakan protein

2. Merupakan biokatalisator.

3. Mempercepat reaksi kimia dengan jalan menurunkan energy aktivasi yaitu


energy awal yang diperlukan untuk memulai reaksi kimia.

4. Enzim bekerja spesifik artinya untuk mengubah atau mereaksikan suatu zat
tertentu memerlukan zat tertentu pula.

5. Bekerja sangat cepat

6. Tidak ikut bereaksi (tidak mengalami perubahan).

7. Tidak mengubah keseimbangan reaksi

3
8. Memliki sifat aktif atau sisi katalitik yaitu bagian enzim tempat substrat
berkombinasi. Substrat asing yang berfungsi menghambat reaksi disebut
inhibitor dan yang berfungsi mempercepat reaksi disebut activator.

9. Thermolabil yaitu mudah rusak bila dipanaskan lebih dari 60oC

10. Bekerja didalam sel (endoenzim) dan diluar sel (ektoenzim)

11. Umumnya enzim tidak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat non protein
tambahan yang disebut kofaktor

12. Umumnya enzim bekerja mengkatalis reaksi satu arah meskipun ada yang
mengkatalis reaksi dua arah

2.3 Struktur Enzim

Pada umumnya enzim tersusun dari protein. Protein penyusun enzim


dapat berupa protein sederhana atau protein yang terikat pada gugusan non-
protein. Banyak enzim yang hanya terdiri protein saja, misal tripsin. Dialisis
enzim dapat memisahkan bagian-bagian protein, yaitu bagian protein yang
disebut apoenzim dan bagian nonprotein yang berupa koenzim, gugus
prostetis dan kofaktor ion logam. Masing-masing bagian tersebut apabila
terpisah menjadi tidak aktif. Apoenzim apabila bergabung dengan bagian
nonprotein disebut holoenzim yang bersifat aktif sebagai biokatalisator.
Koenzim dan gugus prostetik berfungsi sama. Koenzim adalah bagian yang
terikat secara lemah pada apoenzim (protein). Gugus prostetik adalah bagian
yang terikat dengan kuat pada apoenzim. Koenzim berfungsi menentukan
jenis reaksi kimia yang dikatalisis enzim. Ion logam merupakan komponen
yang sangat penting, diperlukan untuk memantapkan struktur protein dengan
adanya interaksi antar muatan.

Sedangkan penggolongan enzim didasarkan pada tempat bekerjanya,


substrat yang dikatalisis, daya katalisisnya, dan cara terbentuknya. Adapun
penggolongannya sebagai berikut :

4
1. Berdasarkan tempat bekerjanya

a. Endoenzim

Endoenzim disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang


bekerjanya didalam sel. Merupakan enzim yang digunakan untuk proses
sintesis didalam sel dan untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna
untuk proses kehidupan sel, misal dalam proses respirasi

b. Eksoenzim

Eksoenzim disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang


bekerjanya diluar sel. Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat
secara hidrolisis, untuk dijadikan molekul yang lebih sederhana dengan
BM lebih rendah sehingga dapat masuk melewati membran sel. Energi
yang dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di luar sel tidak
digunakan dalam proses kehidupan sel.

2. Berdasarkan daya katalisis

a. Oksidoreduktase

Enzim ini mengkatalisis reaksi oksidasi-reduksi, yang merupakan


pemindahan elektron, hidrogen atau oksigen. Sebagai contoh adalah enzim
elektron transfer oksidase dan hidrogen peroksidase (katalase). Ada
beberapa macam enzim electron transfer oksidase, yaitu enzim oksidase,
oksigenase, hidroksilase dan dehidrogenase.

b. Transferase

Mengkatalisis pemindahan gugus seperti : Glikosil, Metil, fosforil,


aldehid dan keton. Contoh : ATP (D-heksosa-6-
fosfotransferase/heksokinase) (EC2.7.1.1)

c. Hidrolase

Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh


enzim adalah:Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis

5
gugusan ester karboksil, Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis
lemak (ester lipida), dan Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis
protein dan polipeptida.

3. Berdasarkan cara terbentuknya

a. Enzim konstitutif

Di dalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari susunan


sel normal, sehingga enzim tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah
tetap pada sel hidup. Walaupun demikian ada enzim yang jumlahnya
dipengaruhi kadar substratnya, misalnya enzim amilase. Sedangkan enzim-
enzim yang berperan dalam proses respirasi jumlahnya tidak dipengaruhi
oleh kadar substratnya.

b. Enzim adaptif

Enzim adaptif adalah enzim yang pembentukannya dirangsang oleh


adanya substrat. Sebagai contoh adalah enzim beta galaktosidase yang
dihasilkan oleh bakteri E.coli yang ditumbuhkan di dalam medium yang
mengandung laktosa. Mula mula E. coli tidak dapat menggunakan laktosa
sehingga awalnya tidak nampak adanya pertumbuhan (fase lag/fase
adaptasi panjang) setelah beberapa waktu baru menampakkan
pertumbuhan. Selama fase lag tersebut E. colimembentuk enzim beta
galaktosidase yang digunakan untuk merombak laktosa.

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim

Protein adalah bagian utama enzim yang dihasilkan sel, maka semua hal
yang dapat mempengaruhi protein dan sel akan berpengaruh terhadap reaksi
enzimatik. Laju reaksi enzim dipengaruhi oleh :

1. Suhu
Kerja suatu enzim sangat dipengaruhi suhu lingkungannya. Setiap
kenaikan suhu 10o C, kecepatan enzim akan menjadi dua kali lipat, sampai
batas suhu tertentu. Enzim dan protein pada umumnya dinonaktifkan oleh

6
suhu tinggi. Enzim berdarah panas dan manusia bekerja paling efisien pada
suhu 37 o C, sedangkan enzim hewan berdarah dingin pada suhu 25 o C
(Suhara, 2009). Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan
sampai + 60oC. Ini disebabkan karena proses denaturasi enzim. Dalam
beberapa keadaan, jika pemanaasan dihentikan dan enzim didinginkan
kembali aktivitasnya akan pulih. Hal ini disebabkan oleh karena proses
denaturasi masih reversible. pH dan zat-zat pelindung dapat mempengaruhi
denaturasi pada pemanasan ini. Hubungan antara aktivitas enzim dan suhu
dapat dilihat pada gambar berikut (Indah, 2004) :

2. PH
PH dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Daya katalisis enzim menjadi
rendah pada pH rendah maupun tinggi, karena terjadinya denaturasi protein
enzim. Enzim mempunyai gugus aktif yang bermuatan positif (+) dan negatif
(-). Aktivitas enzim akan optimum kalau terdapat keseimbangan antara kedua
muatannya. Pada keadaan masam muatannya cenderung positif, dan pada
keadaan basa muatannya cenderung negatif sehingga aktivitas enzimnya
menjadi berkurang atau bahkan menjadi tidak aktif. PH optimum untuk
masing-masing enzim tidak selalu sama. Sebagai contohamylase jamur
mempunyai pH optimum 5,0, arginase mempunyai pH optimum 10
(Sumarsih, 2008).

3. Konsentrasi substrat

Untuk suatu enzim tipikal, peningkatan konsentrasi substrat akan


meningkatkan kecepatan awal, hingga tercapai nilai maksimal, jika
peningkatan lebih lanjut, konsentrasi substrat tidak meningkatkan kecepatan
awal, enzim dikatakan “jenuh”oleh substrat. Persamaan Michaelis-Menten &
Hill menggambarkan efek konsentrasi substrat : Vi = Vmaks [S] / Km + [S]
Km : Konstanta Michaelis, adalah konsentrasi substrat dengan Vi adalah
separuh dari kecepatan maksimal (1/2 Vmaks) yang dapat dicapai pada
konsentrasi terntentu dari enzim (Santosa, 2010).

7
Ada tiga kondisi :

a. Harga konsentrasi substrat jauh lebih kecil daripada harga Km, maka
kecepatan reaksi awal berbanding lurus dengan konsentrasi substrat.

b. Harga konsentrasi substrat jauh lebih besar dari harga Km, maka
kecepatan reaksinya adalah maksimal dan tidak dipengaruhi oleh
peningkatan lebih lanjut dari konsentrasi substrat.

c. Harga konsentrasi substrat sama dengan harga Km, maka kecepatan


awal adalah separuh dari Vmaksimal

2.5 Gugus Prostetik, Kofaktor dan Koenzim

Merupakan molekul organik non protein atau molekul anorganik (ion)


yang dapat dibutuhkan secara langsung dalam mengkatalisis atau pengikatan
substrat. Disebut gugus prostetik bila terintegrasi erat ke dalam struktur enzim
dan tidak dapat dilepaskan dari enzim tanpa merusak enzim (Santosa, 2010).

Aktivator atau kofaktor adalah suatu zat yang dapat mengaktifkan enzim
yang semula belum aktif. Enzim yang belum aktif disebut pre-
enzim atau zymogen (simogen). Kofaktor dapat berbentuk ion-ion dari unsur
H, Fe, Cu, Mg, Mo, Zn, Co, atau berupa koenzim, vitamin, dan enzim lain.
Kofaktor hanya berikatan secara transien dan mudah terlepas dengan enzim
atau substrat (Sumarsih, 2008).

Enzim yang memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang


terikat dengannya disebut sebagai apoenzim ataupun apoprotein. Apoenzim
beserta dengan kofaktornya disebut holoenzim (bentuk aktif). Kebanyakan
kofaktor tidak terikat secara kovalen dengan enzim, tetapi terikat dengan
kuat. Namun, gugus prostetik organik dapat pula terikat secara kovalen
(contohnya tiamina pirofosfat pada enzim piruvat dehidrogenase). Istilah
holoenzim juga dapat digunakan untuk merujuk pada enzim yang
mengandung subunit protein berganda, seperti DNA polimerase. Pada kasus
ini, holoenzim adalah kompleks lengkap yang mengandung seluruh subunit
yang diperlukan agar menjadi aktif (de Bolster, 1997).

8
Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil yang mentranspor
gugus kimia atau elektron dari satu enzim ke enzim lainnya. Contoh koenzim
mencakup NADH, NADPH dan adenosina trifosfat. Oleh karena koenzim
secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, sehingga dapat dikatakan koenzim
merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder (de Bolster,
1997). Sebagian besar koenzim, kofaktor dan gugus prostetik merupakan
turunan dari vitamin B. Selain vitamin B, beberapa koenzim mengandung
gugus adenine, ribose, dan fosforil AMP atau DMP

2.6 Fungsi Enzim Dalam Tatanan Klinik

Enzim mempunyai berbagai fungsi bioligis dalam tubuh organisme hidup.


Enzim berperan dalam transduksi signal dan regulasi sel, seringkali melalui
enzim kinase dan fosfatase. Enzim juga berperan dalam menghasilkan
pergerakan tubuh, dengan miosin menghidrolisis ATP untuk menghasilkan
kontraksi otot (Hunter, 1995). Enzim menentukan langkah-langkah apa saja
yang terjadi dalam lintasan metabolisme ini. Tanpa enzim, metabolisme tidak
akan berjalan melalui langkah yang teratur ataupun tidak akan berjalan
dengan cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan sel

Enzim juga memberikan peranan dalam tatanan klinik yaitu antara lain
(Sadikin, 2002) :

1. Sebagai alat diagnostik suatu penyakit (abnormalitas).


Pemanfaatan enzim untuk alat diagnosis secara garis besar dibagi dalam tiga
kelompok :

a. Enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu jaringan atau organ
akibat penyakit tertentu.

Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan


mengikuti prinsip bahwasanya secara teoritis enzim intrasel seharusnya tidak
terlacak di cairan ekstrasel dalam jumlah yang signifikan. Pada kenyataannya
selalu ada bagian kecil enzim yang berada di cairan ekstrasel. Keberadaan ini
diakibatkan adanya sel yang mati dan pecah sehingga mengeluarkan isinya

9
(enzim) ke lingkungan ekstrasel, namun jumlahnya sangat sedikir dan tetap.
Apabila enzim intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih
besar dari yang seharusnya, atau mengalami peningkatan yang
bermakna/signifikan, maka dapat diperkirakan terjadi kematian (yang diikuti
oleh kebocoran akibat pecahnya membran) sel secara besar-besaran. Misalnya :
Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu isozim dari tripsin) hingga empat
ratus kali menunjukkan adanya pankreasitis akut

b. Enzim sebagai suatu reagensia diagnosis

Dengan memanfaatkan enzim, keberadaan suatu senyawa petanda yang


dicari dapat diketahui dan diukur berapa jumlahnya. Contoh : Uricase yang
berasal dari jamur Candida utilis dan bakteri Arthobacter globiformis dapat
digunakan untuk mengukur asam urat.

c. Enzim sebagai petanda pembantu dari reagensia

Sebagai petanda pembantu dari reagensia, enzim bekerja dengan


memperlihatkan reagensia lain dalam mengungkapkan senyawa yang dilacak.
Senyawa yang dilacak dan diukur sama sekali bukan substrat yang khas bagi
enzim yang digunakan. Contoh penggunaannya adalah pada teknik EMIT
(Enzim Multiplied Immunochemistry Test), molekul kecil seperti obat atau
hormon ditandai oleh enzim tepat di situs katalitiknya, menyebabkan antibodi
tidak dapat berikatan dengan molekul (obat atau hormon) tersebut. Enzim yang
lazim digunakan dalam teknik ini adalah lisozim, malat dehidrogenase, dan
gluksa-6-fosfat dehidrogenase.

2. Untuk mengetahui perjalanan suatu penyakit.

3. Enzim digunakan sebagai obat

Penggunaan enzim sebagai obat biasanya mengacu kepada pemberian


enzim untuk mengatasi defisiensi enzim yang seyogyanya terdapat di dalam
tubuh manusia untuk mengkatalis rekasi-reaksi tertentu. Berdasarkan lamanya
pemberian enzim sebagai pengobatan, maka keadaan defisiensi enzim dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu keadaan defisiensi enzim yang bersifat

10
sementara dan bersifat menetap. Contoh kelainan akibat defisiensi enzim
antara lain adalah hemofilia

2.7 Pengertian Hormon


Secara umum, pengertian hormon merupakan suatu zat kimia yang
dihasilkan oleh organ-organ tubuh tertentu dari kelenjar endokrin yang
berfungsi guna memacu fungsi organ-organ tubuh tertentu. Istilah kata
hormon berasal dari kata "hormein" yang merupakan bahasa yunani yaang
berarti memacu, atau kata hormao yang berarti membangkitkan atau
menggairahkan. Semua organisme yang termasuk bersifat multiseluler antara
lain : manusia, tumbuhan, dan hewan memproduksi hormon. Hormon
mempunyai peran penting untuk mengendalikan proses metabolisme,
pertumbuhan, reproduksi, kekebalan, serta pola hidup manusia itu sendiri.
Berbagai jenis hormon diproduksi oleh kelenjar yang bernama kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin sangatlah bermacam-macam, antara lain :
macam-macam kelenjar endokrin adalah kelenjar pankreas, kelenjar
hipotalamus, kelenjar ovarium, kelenjar pencernaan, kelenjar timus, kelenjar
tiroid, kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal.
Hormon tidak mempunyai suatu saluran sehingga pada sekresinya sehingga
masuk ke aliran darah dengan mengikuti peredaran darah tersebut ke seluruh
tubuh, jika sudah sampai ke organ tertentu, hormon tersebut kemudian
merangsang terjadinya perubahan. Perubahan yang dimaksud tersebut pada
umumnya dengan jangka waktu panjang, contohnya pertumbuhan serta
pemasakan seksual, akan tetapi terdapat suatu hormon yang mempunyai
waktu relatif lebih pendek seperti kejadian yang menakutkan.
1) Peranan Psikologis, yaitu mengatur mood dan suasana hati.
2) Peranan Fisik, yaitu dapat menyebabkan munculnya bentuk fisik yang
menjadikan perbedaan antara pria dan wanita.
3) Peranan sistem reproduksi, yaitu guna mengontrol kinerja organ-organ
reproduksi.
Hormon diproduksi oleh sel-sel yang terdapat pada kelenjar hormon yang
tersebar dibagian-bagian tubuh. Kelenjar tersebut dinamakan kelenjar
endokrin, yaitu kelenjar yang memiliki kemampuan untuk memproduksi

11
hormon. Produksi hormon yang dilakukan dalam kelenjar endokrin di atur
oleh hipotalamus. Hipotalamus tersebut terdapat dalam otak.

Terdapat yang namanya kelenjar pituitari atau dapat disebut dengan kelenjar
hipofisis, yaitu suatu kelenjar endokrin yang banyak memproduksi hormon.
Setiap hormon tersebut memiliki berbagai fungsi yang berbeda-beda, akan
tetapi terdapat juga hormon yang mempunyai fungsi yang saling mendukung,
contohnya : menghambat atau merangsang produksi hormon lainnya. Hormon
mempunyai banyak fungsi dan juga peranannya masing-masing. Untuk lebih
lengkapnnya, berikut dijelaskan tentang fungsi hormon.

Fungsi Hormon
1. Fungsi hormon dapat mempengaruhi metabolisme glukosa, lemak, dan
protein seluruh tubuh.
2. Mengendalikan tekanan darah
3. Mengendalikan perkembangan pada sistem reproduksi dan ciri – ciri
seksual.
4. Merangsang dalam proses pembentukan sel darah merah atau eritosit
5. Fungsi hormon dapat mengendalikan pelepasan dan pembentukan hormon
yang dilakukan oleh korteks adrenal.

2.8 Nukleotida

Nukleotida adalah molekul yang tersusun dari gugus basa heterosiklik,


gula, dan satu atau lebih gugus fosfat. Basa penyusun nukleotida biasanya
adalah berupa purina atau pirimidina sementara gulanya adalah pentosa
(ribosa), baik berupa deoksiribosa maupun ribosa.

Fungsi Nukleotida:
Nukleotida memiliki banyak fungsi dalam sel. Salah satu yang paling terkenal
adalah fungsi mereka dalam asam nukleat: mereka membuat DNA, yang
menyimpan informasi. Demikian juga, mereka membuat RNA, yang dapat
membawa informasi atau dapat bertindak sebagai enzim.

12
2.9 Metabolisme Nukleotida

METABOLISME PURIN DAN PIRIMIDIN


Purin dan pirimidin merupakan inti dari senyawa komponen
molekulnukleotida asam nukleat RNA dan DNA. Contoh Purin : Adenin,
guanin,hipoxantin, xantin. Di metabolisme menjadi asam urat. Contoh
Pirimidin : Sitosin,urasil, timin. Dimetabolisme menjadi CO2 dan NH3.
1. Degradasi Purin
asam nukleat yang dilepas dari pencernaan asam nukleat dannukleoprotein
di dalam traktus intestinalis akan diurai menjadi mononukleotida oleh enzim
ribonuklease, deoksiribonuklease, dan polinukleotidase.Enzim nukleotidase
dan fortase menghidrolisis mononukleotidamenjadi nukleosida yang kemudian
bisa diserap atau diurai lebih lanjut olehenzim fosforilaseintestinal menjadi
basa purin serta pirimidi. Basa purin akanteroksidasi menjadi asam urat yang
dapat diserap dan selanjutnyadieksresikan ke dalam urin.
2. Katabolisme Purin
Adenosin → Inosin → Hiposantin → Santin → Asam Urat
Guanosin → Guanin → Santin → Asam Urat
Santin oksidase adalah enzim
yang merubah santin → asam urat, enzim
tsb banyak terdapat di: hati, ginjal, usus halu.
Penyakit Gout (pirai) ditandai oleh tingginya asam urat dalam
tubuh,sehingga terjadi penimbunan dibawah kulit berbentuk toph

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis


(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu
reaksi kimia organic.

Hormon merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh organ-organ


tubuh tertentu dari kelenjar endokrin yang berfungsi guna memacu fungsi
organ-organ tubuh tertentu.

Nukleotida adalah molekul yang tersusun dari gugus basa heterosiklik,


gula, dan satu atau lebih gugus fosfat. Basa penyusun nukleotida biasanya
adalah berupa purina atau pirimidina sementara gulanya adalah pentosa
(ribosa), baik berupa deoksiribosa maupun ribosa.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan


pembaca. Dalam pembuatan makalah ini kami masih membutuhkan saran dan
masukan supaya kami dapat memperbaiki makalah ini agar lebih baik lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rindari, Henny.2007.Sains Biologi 3PT.

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri : Solo Campbell, N.A., dkk.

(2008). Biologi Edisi 8 jilid I. Jakarta : Erlangga.

Key, L. joe. (1976). Plant Biochemistry.

Poedjiadi ,Anna.,F.M.Supiyanti. (2005).

Dasar – dasar Biokimia. Bandung:UI-Press

15

Вам также может понравиться