Вы находитесь на странице: 1из 19

SPESIFIKASI TEKNIS

I. SPESIFIKASI UMUM

I.1 LINGKUP PEKERJAAN


a. Pembangunan Gedung Kantor Mess Perwakilan Pemnda
b. Lokasi : Kota Kendari, Sulawesi Tenggara

I.2 SITUASI
a. Lokasi bangunan yang akan dilaksanakan terletak daerah dengan kemiringan 0 – 5 %.
b. Lokasi pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana adanya pada waktu
rapat penjelasan, untuk itu para calon pemborong harus meneliti situasi medan, luasnya
serta pekerjaan lainnya yang berpengaruh terhadap pembangunan tersebut.
c. Kelalaian, kekurangan dan ketelitian dalam hal ini tidak dapat menjadi alasan untuk
mengajukan klaim dikemudian hari.
d. Setelah rapat penjelasan akan diadakan peninjauan lapangan lokasi pekerjaan
sebagaimana patokan dasar untuk menghitung anggaran/ penawaran yang diajukan.

I.3 PEKERJAAN PENDAHULUAN


a. Pekerjaan Persiapan:
Sebelum pekerjaan dimulai harus diadakan persiapan dengan menyediakan peralatan
pokok dan pendukung sesuai kebutuhan sehingga nantinya didapat hasil kerja maksimal
dengan kualitas baik.
b. Pembersihan Lokasi :
Sebelum memulai pekerjaan, lokasi harus dibersihkan terlebih dahulu/ bebas gangguan,
guna mempermudah jalannya pelaksanaan pekerjaan.
c. Direksi Keet/ Barak Kerja :
Untuk Direksi-keet/ bangsal kerja dibuat bangunan sementara/ semi permanen disesuaikan
dengan kebutuhan dan dilengkapi dengan tempat duduk, meja kerja dan tempat untuk
menempel gambar kerja. Bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai
dilaksanakan.
d. Pengamanan Lokasi Kerja
Sebelum proyek dimulai, terlebih dahulu pemborong harus membuat pagar pengaman
sekeliling proyek, dengan batas-batas menurut petunjuk yang diberikan oleh Direksi
pelaksana.
e. Silo Material
Khusus untuk menempatkan bahan-bahan seperti : pasir, kerikil, harus dibuatkan kotak
simpan yang dipagari papan yang cukup rapat sehingga masing-masing bahan tidak
tercampur.
f. Gudang Material
Pemborong harus membuat gudang penyimpanan peralatan dan material yang harus bebas
dari hujan.
g. Drainase Sementara
Pemborong harus membuat drainase sementara selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung, baik untuk pengeringan air hujan maupun untuk pengeringan air tanah,
sehingga dapat menjamin terhindarnya proyek dari kemungkinan genangan air hujan yang
mengganggu kelancaran pekerjaan maupun lingkungan sekitar daerah kerja.
h. Keamanan Proyek
Pemborong harus menjamin keamanan proyek, baik untuk barang-barang milik pemborong
sendiri maupun milik pemberi tugas. Pemborong harus menempatkan petugas keamanan
selama 24 jam setiap hari. Ukuran luar kantor pemborong, los kerja serta tempat
penyimpanan bahan, diserahkan kepada pemborong dengan tidak mengabaikan keamanan,
kebersihan dan bahaya kebakaran.

3
I.4 PERATURAN TEKNIS BANGUNAN YANG DIGUNAKAN
a. Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji SNI 03-3976-1995.
b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5)
c. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002
d. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987
e. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja
f. Peraturan Semen Portland IndonesiaNI 8 Tahun 1972 atau ASTM C-150 Type I,
g. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung SNI 03- 2407-1997
h. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI 03-2410-1991
i. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1984
j. Peraturan & Ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah setempat yang bersangkutan
dengan permasalahan bangunan.

4
II. SPESIFIKASI TEKNIK

II.1 PEKERJAAN PERSIAPAN


a. Pengukuran
 Semua ukuran yang tercantum dalam rencana ini dinyatakan dalam centimeter.
 Ukuran tinggi peil lantai bangunan lainnya, berpatokan terhadap ketinggian lantai
bangunan yang ada dan disesuaikan dengan gambar rencana tapak serta mendapat
peretujuan dengan Direksi Lapangan.
 Ukuran penduga/titik duga harus dipasang dari balok kayu 8 cm x 12 cm yang rata pada
semua sisinya kemudian sebagian ditanam ketanah minimal sedalam 1 meter.
 Titik duga tersebut merupakan titik ikat tetap yang harus dibuat oleh pelaksana pekerjaan
dibawah pengamatan Direksi Lapangan dan dijaga posisi ketetapannya selama
pelaksanaan, dan penempatannya tidak terganggu oleh pelaksanaan pekerjaan.
 Ketentuan letak bangunan diukur dibawah pengawasan direksi dengan patok-patok yang
dipancang dan Bowplank yang diketam pada sisinya.

b. Pengukuran Sudut Siku


i. Pengukuran sudut-sudut 90 atau bukan, hanya boleh dilakukan dengan alat ukur optic.
ii. Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga pythagoras hanya diperkenankan
untuk bagian-bagian kecil saja.

c. Papan Bangunan (Bouwplank)


i. Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, Penyedia Jasa diwajibkan mencocokkan
ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar kerja dan rencana pekerjaan, kemudian
segera memberitahukan kepada Direksi setiap perbedaan yang terjadi.
ii. Semua bouwplank menggunakan kayu kelas III, diserut rata dan dipasang waterpass
dengan peil ± 0.00 m setiap jarak 2 meter, papan bouwplank 3/20 cm diperkuat
dengan patok kayu 5/7 cm pada papan bouwplank harus dicat, dengan cat yang tidak
luntur oleh pengaruh iklim.
iii. Jarak papan bouwplank maksimal 2,5 m dari garis luar bangunan untuk mencegah
longsoran terhadap tanah galian pondasi.
iv. Setelah pekerjaan bouwplank selesai, kontraktor wajib mengajukan pemeriksaaan dan
persetujuan tertulis dari direksi.

d. Air Untuk Kerja


i. Air untuk bekerja harus disediakan pemborong dilokasi proyek atau mengambil dari
luar, air harus bersih, bebas dari lumpur, minyak dan bahan-bahan lainnya yang dapat
merusak struktur bangunan.
ii. Bak air untuk kerja berukuran minimum 1 m3 dan harus selalu terisi penuh.

e. Listrik untuk penerangan lokasi dan pekerjaan


Listrik untuk keperluan kerja harus disediakan pemborong dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan dengan daya sekurang-kurangnya
1,5 KVA.

II.2 PEKERJAAN TANAH


Lingkup pekerjaan ini meliputi :
a. Pengupasan tanah (stripping)
- Sebelum penggalian untuk grading dimulai harus dilakukan pengupasan tanah
permukaan setebal 10 cm. hasil kupasan ini apabila dianggap cukup baik untuk lapisan
harus ditimbun ditempat-tempat penimbunan yang ditentukan oleh direksi lapangan,
untuk ditimbunkan kembali pada daerah rencana pertamanan. Apabila direksi lapangan
menilai bahwa lapisan tanah tersebut tidak memenuhi syarat untuk lapisan humus,
maka harus dikeluarkan dari lapangan.

5
- Setelah pekerjaan grading selesai seluruhnya dan bentuk permukaan tanah telah
menyerupai rencana, maka tanah permukaan hasil pengupasan disebar dan diratakan
pada keseluruhan tanah yang digarap sebagai lapisan terakhir, kecuali pada bagian-
bagian yang akan dibangun jalan dan bangunan.

b. Penggalian tanah untuk site grading


- Penggalian dilakukan pada bagian-bagian yang lebih tinggi dari tanah yang
direncanakan. Hasil-hasil galian diangkut ke tempat-tempat dimana terdapat
pengurugan.
- Pengurugan tanah untuk halaman yang tidak akan dibangun jalan/plaza/bangunan tidak
perlu dipadatkan dengan mesin, cukup ditimbras saja.
- Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis tidak lebih dari 20 cm dan
langsung dipadatkan. Setiap kali penghamparan harus mendapat persetujuan dari
direksi lapangan yang menyatakan lapisan dibawahnya telah memenuhi syarat
kepadatan yang telah disyaratkan.
- Kepadatan yang disyaratkan untuk kondisi tanah urug adalah :
a. Lapisan tanah lebih dari 30 cm dibawah permukaan subgrade, harus mencapai
90 % dari kepadatan maksimum.
b. Lapisan tanah kurang dari 30 cm dibawah permukaan subgrade, harus mencapai
100 % dari kepadatan maksimum.
c. Tanah dasar tanpa kohesi, harus mencapai 100 % dari kepadatan maksimum.
d. Tanah dasar berkohesi dengan indeks plastis kurang dari 25, harus mencapai
100 % dari kepadatan maksimum.
- Selama pekerjaan pemadatan berlangsung, kadar air harus dijaga agar tidak lebih dari
2 % kadar air optimum.

c. Pekerjaan Kupasan
- Sebelum melaksanakan pekerjaan kupasan pada permukaan tanah/top soil, pelaksana
harus memperhatikan yang dikehendaki atau sesuai dengan detail pengolahan tanah,
pembetukan dan penyelesaian harus mengikuti bentuk kemiringan yang cukup
memenuhi syarat mengalirnya air, sehingga tidak terdapat genangan.
- Kelebihan galian tanah ditetapkan, tidak diadakan biaya tambahan dan apabila
kelebihan tersebut dianggap membahayakan konstruksi, maka pelaksana wajib
memperbaiki atas biaya sendiri.

d. Pekerjaan Penimbunan/Pemadatan.
- Tanah yang dipergunakan untuk pengurugan harus tanah yang baik dan memenuhi
syarat teknis, bebas dari akar, bahan organis, sampah dan terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan dari direksi.
- Tanah bekas galian pondasi hanya dapat dipergunakan untuk penimbunan kembali
bekas galian pondasi (urugan galian pondasi).
- Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dengan tebal maksimal 20 cm dalam keadaan
padat, kemudian dipadatkan sampai kepadatan 90 % dari kepadatan maksimum.
- Direksi dapat memerintahkan pengurugan melebihi ukuran apabila sudah
diperhitungkan penyusutan tanah akibat konsolidasi tanah asli.

e. Galian Tanah Untuk Pondasi Bangunan.


- Galian tanah untuk pondasi harus sesuai dengan ukuran dalam gambar atau sampai
mencapai kedalamam tanah keras.
- Apabila diperlukan untuk mendapatkan daya dukung yang baik, dasar galian harus
dipadatkan/ditumbuk.
- Jika galian melampaui batas kedalaman, pelaksana harus menimbun kembali dan
dipadatkan sampai kepadatan maksimal.

6
- Hasil galian yang dapat dipakai untuk penimbunan harus diangkat langsung ketempat
yang direncanakan yang disetujui direksi, sedangkan hasil yang tidak dapat
dipergunakan harus disingkirkan keluar site atas ke tempat yang disetujui direksi.

f. Tanah Urug / Pasir Urug


- Tanah yang mengandung pasir, dengan kualitas pasir lebih besar daripada pasir pasang,
dapat menggunakan pasir laut yang sudah dicuci.
- Tanah yang akan diurug dan tanah urugnya harus bebas dari segala bahan-bahan yang
dapat membusuk atau mempengaruhi kemantapan urugan yang akan dilaksanakan.

g. Perbaikan Tanah
- Jika tanah terdiri dari jenis tanah lunak (lempung atau lanau) yang mempunyai harga
pengujian standar N<4, atau tanah organis yang mempunyai kadar air alamiah sangat
tinggi (tanah gambut); juga tanah berpasir yang dalam keadaan lepas mempunyai harga
N>10; maka sebelum melaksanakan pekerjaan konstruksi harus dilakukan dahulu
pekerjaan tanah sehingga mendapat daya dukung yang memenuhi syarat.
- Untuk tanah gambut perlu dilakukan pengupasan sedalam ± 50 cm, baru diberi
cerucukan bambu atau dari kayu dengan ± 10 cm untuk setiap jarak 30 cm.
- Untuk lanau dan lempung bisa langsung diberi cerucukan dari bambu atau kayu dengan
diameter 10 cm untuk setiap jarak 30 cm.
- Setelah cerucukan selesai baru dihamparkan pasir setebal 15 cm, kemudian diberi
lapisan anyaman bambu (gedek) sebagai perata beban, untuk selanjutnya diberi lapisan
tanah urug diatasnya.

h. Pekerjaan Tanah
- Pekerjaan penggalian, perataan, pengukuran dan lain-lain bagian dari pekerjaan tanah
ini.
- Untuk galian pondasi disesuaikan dengan gambar kecuali ditentukan lain, menurut
keputusan direksi.
- Lobang galian pondasi harus cukup lebar sehingga waktu mengerjakan pasangan
pondasi atau pengecoran beton tidak terganggu, untuk itu dasar galian harus rata dan
bersih dari akar-akar pohon.
- Apabila kondisi tanah tidak memungkinkan dilaksanakannya pondasi sesuai dengan
gambar rencana, maka pemborong wajib melaporkan hal ini kepada pengawas direksi
dan pihak direksi akan memberitahukan keputusan apa yang akan diambil.
- Apabila dasar galian terdapat akar-akar pohon atau tanah masih lunak, maka harus
digali sampai memenuhi syarat tanah yang cukup baik sesuai dengan pertimbangan
direksi.
- Pemborong wajib membuat parit-parit pembuangan air dari galian pondasi, agar pada
saat hujan atau air tanah/tinggi tidak menggenangi lubang galian pondasi.

i. Kualitas Tanah Urug


Tanah urug yang digunakan harus bersih dari bahan-bahan organik dan kotoran lainnya.

j. Urugan Pasir
Urugan pasir dilakukan selapis demi selapis dan pemadatannya juga dilakukan selapis demi
selapis, dimana lapisan maksimum 20 cm.
- Setiap urugan pasir disiram dengan air hingga padat.
- Setiap tanah gembur yang dibuang diisi kembali dengan pasir hingga rata dan padat.

k. Kualitas Pasir Urug


Atas petunjuk direksi, pemborong harus menyediakan pasir yang digunakan untuk
pengurugan berkualitas kadar lumpur tidak lebih dari 10 % tidak terkotori oleh benda-
benda organik. Petunjuk ini tidak mengurangi tanggungjawab kontraktor atas semua hasil
pengurugan yang dilakukan.

7
II.3 BAHAN-BAHAN DASAR BANGUNAN
l. Semen Portland
- Memenuhi persyaratan-persyaratan SNI dan N 1-8
- Apabilan diperlukan jenis yang tersebut diatas, maka dapat dipakai jenis-jenis semen
seperti : semen portlandtras, semen alumina, semen tahan sulphat dan lain-lain. Dalam
hal ini, pelaksanaan diharuskan untuk meminta pertimbangan-pertimbangan dari
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
- Penyimpanan semen harus ditempat yang kering dengan lantai terangkat, bebas
pengaruh air dan menurut urutan pengiriman semen yang telah rusak karena terlalu
lama disimpan, mengeras atau tercampur dengan bahan yang dapat merusak struktur
bangunan, tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan.

m. Pasir (Agregat Halus)


- Bahan pasir dapat berupa pasir alami atau bahan halus yang diperoleh dari hasil mesin
pemecah batu. Bahan pasir harus cukup kuat, tidak rapuh, berbutir, tajam, keras dan
bersih.
- Komposisi gradasinya terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan tidak
mengandung lumpur lebih dari 5 %. Apabila kadar lumpur melampaui 5 % maka agregat
halus harus dicuci. Pasir sebagai bahandasar bangunan harus bebas pula dari bahan-
bahan organik yang dapat merusak fungsinya pada konstruksi.

n. Koral (Agregat Kasar)


- Agregat kasar dapat berupa kerikil alam atau bahan-bahan yang diperoleh dari pecah
batu.
- Bahan ini harus terdiri dari butir-butir yang kasar dan tidak berpori, tidak mengandung
butir-butir pipih lebih 20 % dari berat agregat seluruhnya.
- Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % dari berat kering.
- Komposisi gradasi terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya, bervariasi
antara 5 – 80 mm. Dalam segala hal syarat-syarat ini disesuaikan dengan ketentuan
dalam PBI 1971.

o. Air Kerja
- Air keja adalah air yang tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan
organik atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
- Jika ada keragu-raguan dalam penentuan kualitas maka pemborong diminta untuk
mengirim contoh air ke laboratorium resmi yang ditunjuk guna dapat diselidiki lebih
lanjut.
- Selama air dilokasi pekerjaan belum dapat persetujuan untuk digunakan sebagai air
kerja, maka pihak pemborong harus dapat mengadakan air dari sumber lain yang
disetujui.

p. Bata
- Batu bata yang digunakan harus berkualitas baik yang berwarna merata, sisi-sisinya
tegak lurus satu sama lain, serta mempunyai ukuran / bentuk yang sama besar dan
relatif utuh.
- Dimensi (5 x 10 x 15 cm) atau sesuai dengan produksi daerah setempat dengan
persetujuan direksi.

q. Batu Belah
- Bahan batu belah harus sesuai dengan PUBB 1977 NI-3.
- Batu belah yang dipakai adalah minimum memiliki 3 (tiga) sisi.
- Ukuran batu belah maksimum 30 cm, dan strukturnya harus cukup keras dan awet.
Pengujian dilakukan terhadap kekerasan harus dapat memenuhi ketentuan pada
pengujian abrasi.
-

8
r. Kayu
- Kayu yang digunakan harus bersifat baik dengan ketentuan bahwa segala sifat dan
kekurangan-kekurangan yang lebih berhubungan dengan pemakaiannya tidak akan
merusak atau mengurangi nilai konstruksi.
- Kualitas dan ukuran kayu yang digunakan disesuaikan dengan gambar kerja yang ada.
- Mutu dan kelas kuat kayu harus mengikuti syarat-syarat dan ketentuan dalam SNI 03-
2445-1991.
- Kayu yang digunakan harus mempunyai kelembaban kurang dari 12 %. untuk bahan
yang mempunyai ketebalan lebih dari 1 inchi kelembaban kurang dari 15 %.
- Toleransi terhadap ukuran kayu yang tertera pada gambar hanya diperkenankan tidak
boleh lebih dari 3 mm.

s. Baja Tulangan
- Tulangan beton yang digunakan dalam batang-batang baja baru dan harus mempunyai
tegangan leleh minimum 2.400 kg/m2 dan tegangan maksimum 3.600 kg/m2.
- Baja tulangan yang digunakan adalah baja tulangan yang kualitasnya sesuai ketentuan
SK SNI PBI 1971.
- Sebelum baja tulangan dipasang, harus bersih dari karat, minyak, gemuk, dan bahan-
bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat terhadap beton.
- Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm dan
tidak bersepuh seng.

t. Pipa paralon
- Pipa paralon yang digunakan sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat yang
ditentukan dalam peraturan untuk bahan bangunan di Indonesia.
- Pipa paralon harus dalam keadaan baru dan tanpa cacat setelah ada di lokasi pekerjaan.

u. Pipa Galvanis
- Mutu pipa yang digunakan sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat yang
ditentukan dalam peraturan umum untuk bahan bangunan.
- Pipa harus dalam keadaan baru dan tanpa cacat setelah ada dilokasi pekerajaan.

v. Pipa PVC
- Mutu pipa yang digunakan sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat yang
ditentukan dalam peraturan umum untuk bahan bangunan.
- Pipa harus dalam keadaan baru dan tanpa cacat setelah ada dilokasi pekerajaan.

II.4 PEKERJAAN PONDASI


Pondasi yang dipergunakan adalah pondasi batu gunung untuk tie beam dan pondasi telapak
untuk kolom , terdiri :
a. Pondasi Batu Gunung
 Alas pondasi dari pasir urug yang dipadatkan setebal 5 cm atau sesuai gambar
rencana, ditimris dan disiram air sampai kepadatan maximal.
 Pasangan batu kosong.
 Adukan yang dipergunakan untuk pasangan pondasi :
 1 pc : 5 Pasir, untuk pondasi bagian bawah.
 Air yang dipergunakan harus bersih dari asam alkali atas bahan kimia yang dapat
merusak mutu pondasi.
 Pasir pasang yang dipergunakan pasir yang tidak mengandung tanah dan air laut.
 Penggalian pondasi lajur dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan lay out, titik
As Pondasi ditentukan Direksi Lapangan.
 Pemeriksaan tiap galian pondasi dilaksanakan terhadap kebenaran penempatan,
kedalam kebesaran, letak dan kondisi dasar galian.
 Sebelum pemasangan pondasi dimulai harus mendapatkan persetujuan dari Direksi
Lapangan.

9
 Kontraktor harus memperhatikan adanya stek tulangan kolom, stek tulangan ke sloof
dan sparing pipa plumbing yang menembus pondasi.
 Karena kemungkinan terjadi kupasan atas urugan, kontraktor harus memperhatikan
kedalaman pondasi terhadap tanah kasar/keras.
b. Pondasi Telapak
- Lantai Kerja Pondasi dari pasir urug yang dipadatkan setebal 10 cm atau sesuai gambar
rencana, ditimris dan disiram air sampai kepadatan maximal.
- Struktur Beton Include item no. 8. Struktur beton bertulang dan tidak bertulang.

II.5 PEKERJAAN PASANGAN DINDING DAN PLESTERAN


a. Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah :
1. Pasangan dinding bata ½ batu.
a. Sebagian besar dinding dari batu bata merah dengan menggunakan adukan
campuran 1 Pc : 5 Ps.
b. Untuk semua dinding dimulai dari permukaan sloof sampai setinggi 20 cm diatas
permukaan lantai dalam ruangan dan semua dinding disekeliling WC/Km, mulai
dari permukaan sloof sampai setinggi 150 cm diatas permukaan lantai, digunakan
adukan rapat air dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
c. Batu bata yang digunakan batu bata lokal dengan kualitas baik yang disetujui oleh
direksi teknik, siku dan sama ukurannya 5 x 10 x 15 cm.
d. Sebelum digunakan, batu bata harus direndam didalam bak air atau drum hingga
jenuh. Setelah bata terpasang dengan aduk, nat/siar-siar harus dikerok rapi dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.
e. Pasangan dinding bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu.
f. Pemasangan dinding bata dilaksanakan bertahap, setiap tahap maksimum 24 lapis,
diikuti dengan cor kolom praktis. Dinding bata yang luasnya lebih besar 12 m2
harus ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 11 x
11 cm, sesuai dengan lebar bata dengan tulangan pokok 4 Ø 12mm, beugel Ø 8 –
15 cm.
g. Pembuatan lubang pada pasangan batu bata untuk steiger sama sekali tidak
diperkenankan.
h. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap pekerjaan beton (kolom,
balok, lisplank, dll) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm jarak
20 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton
dan bagian yang tertanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 40 cm,
kecuali ditentukan lain.
i. Batu bata yang pecah hanya boleh dipakai untuk sambungan batu dan ukurannya
tidak boleh kurang dari ½ batu.
j. Untuk ketepatan dan kelurusan tembok digunakan alat waterpass serta benang.
k. Pembuatan perancah tidak boleh menembus tembok.
l. Setiap pemasangan harus kontinyu.

2. Pelapis Dinding Keramik


a. Keramik yang dipakai harus berkualitas baik.
b. Warna dan ukuran sesuai dengan gambar kerja atau sesuai dengan persetujuan
direksi.
c. Pemasangan pada permukaan dinding keramik langsung dilekatkan dengan
menggunakan perekat spasi 1 Pc : 3 Ps.
d. Siar-siar porselin diisi dengan cairan semen yang berwarna sesuai dengan warna
keramik.
e. Bidang-bidang dinding harus benar-benar rata, dan garis-garis siar harus benar-
benar lurus.

10
3. Plesteran Dinding Bata
a. Plesteran tembok baru dilakukan sesudah selesainya pemasangan pipa-pipa
saluran air dan pipa listrik.
b. Untuk dinding bata yang akan diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu
sampai jenuh.
c. Bagian beton yang akan diplester terlebih dahulu harus dikasarkan dengan pahat,
sebelum diplester dibasahi dahulu dengan air semen encer.
d. Acian/penyelesaian plesteran batu belah dikerjakan setelah plesteran cukup
kering minimal selama 7 hari, sehingga cukup waktu bagi adukan yang akan
menyusut, untuk acian dipakai acian semen murni.

b. Bahan yang dipergunakan.


1. Bata merah yang bermutu baik, pembakaran sempurna, dan memenuhi persyaratan
bahan PUBBI 1970.
2. Dalam hal batu bata sulit untuk dipadatkan, pelaksana dengan izin tertulis dari Direksi
dapat mempergunakan bahan alternative lain yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
3. Pasir pasang yang dipergunakan harus bersih, tajam dan bebas dari lumpur dan tanah
liat, kotoran organik yang dapat merusak.
4. Semen yang dipergunakan dari jenis portland cement yang memenuhi persyaratan N.
18 type I menurut ASTM.

c. Adukan/Campuran :
1. Adukan 1 Pc : 2 Pasir, dipergunakan untuk :
a. Pemasangan batu bata transram.
b. Plesteran transram tebal 15 mm.
2. Adukan 1 Pc : 3 Pasir, dipergunakan untuk plesteran beton dan pondasi.
Ketebalan plesteran adalah 15 mm.

3. Adukan 1 Pc : 5 Pasir, dipergunakan untuk :


a. Pemasangan batu diluar pasangan transram.
b. Plesteran tembok tebal 15 mm.

II.6 PEKERJAAN BETON BERTULANG DAN TIDAK BERTULANG


a. Lingkup Pekerjaan.
Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah :
1. Pekerjaan beton bertulang yang terdiri dari pekerjaan pondasi telapak, pekerjaan sloof,
balok latei, balok tengah, kolom praktis, kolom utama, pondasi poor, ring balk, tangga
beton dan pekerjaan plat beton.
2. Pekerjaan beton tak bertulang terdiri dari pekerjaan rabat beton, lantai kerja sesuai
dengan gambar kerja.

b. Bahan Material.
1. Pasir beton yang dipergunakan disyaratkan pasir kasar untuk kerikil.
2. Kerikil beton yang dipergunakan disyaratkan kerikil yang butiran mempunyai gradasi
merata 2-3 cm atau batu pecah hasil olahan stone crusher.
3. Bahan pasir dan kerikil yang dipergunakan harus bebas dari bahan organis, lumpur dan
bahan lain yang dapat merusak beton dan memenuhi persyaratan PBI – 1971.
4. Konstruksi beton yang dibuat sesuai dengan ukuran-ukuran termasuk besi penulangan
dan sengkangnya, yang tertera dalam gambar-gambar rencana pelaksanaan dan detail
struktur beton. Apabila terdapat ukuran-ukuran pada gambar rencana arsitektural dan
gambar rencana struktur beton, pemborong diwajibkan meberitahukan secara tertulis
kepada direksi lapangan dan meminta keputusannya sebelum mengadakan pelaksanaan
tersebut.
5. Untuk mencegah gangguan cuaca, dianjurkan agar disediakan tenda-tenda/penutup
plastik secukupnya sehingga jalannya pekerjaan pengecoran tetap lancar.

11
6. Pada setiap sambungan pengecoran diharuskan menggunakan addictive (bahan
tambahan) yang khusus untuk itu. Penggunaannya harus memenuhi persyaratan.
7. Penggunaan additive untuk tujuan mempercepat pengeringan beton, dapat dilakukan
tanpa mengurangi mutu dan kekuatan beton.
8. Air yang dipergunakan harus tawar dan bersih yang bebas dari garam atau zat kimia lain
yang merusak beton.
9. Tulangan yang dipergunakan harus terbebas dari minyak, karat, kotoran dan bahan
perusak lainnya.
10. Tulangan beton menggunakan tulangan U-24 dengan ukuran 16 mm untuk tulangan
utama balok utama, ukuran 14 mmm untuk tulangan utama balok anak, sloof, pondasi
poor dan kolom, 12 mm untuk tulangan utama tangga, kolom praktis, balok tengah, ring
balk, plat dan balok latei ukuran 10 mm untuk tulangan utama plat dan 8 mm untuk
semua beugel atau sesuai dengan gambar kerja.
11. Toleransi besi yang dipergunakan adalah 0,3 mm misalnya :
a. Besi beton ukuran 16 mm, dipergunakan ukuran 15,7 mm
b. Besi beton ukuran 14 mm, dipergunakan ukuran 13,7 mm
c. Besi beton ukuran 12 mm, dipergunakan ukuran 11,7 mm
d. Besi beton ukuran 10 mm, dipergunakan ukuran 9,7 mm
e. Besi beton ukuran 8 mm, dipergunakan ukuran 7,7 mm
f. Besi beton ukuran 6 mm, dipergunakan ukuran 5,7 mm
12. Mutu beton yang dipergunakan sesuai spesifikasi teknis bangunan gedung pemerintah
adalah sebagai berikut :
a. Untuk bangunan gedung pemerintah/lembaga tinggi dengan standart/klasifikasi A
persyaratan konstruksi pada struktur bangunannya seperti pada pondasi, lantai
beserta baloknya (untuk bangunan bertingkat) kolom dan ring balk menggunakan
kekuatan beton dengan mutu K 225, sedang untuk bangunan klasifikasi B dengan
K 200.
b. Untuk jenis gedung/bangunan rumah negara, dengan klasifikasi A type 250 M 2 dan
type 120 M2 persyaratan konstruksinya pada struktur bangunannya seperti pada
pondasi, kolom serta ring balknya menggunakan kekuatan beton dengan mutu
K.200, sedang untuk bangunan dengan klasifikasi C, D, E type 70-50-36 M2 dengan
mutu beton K.175.
13. Untuk semua bahan semen dipergunakan semen jenis Portland Cement yang memenuhi
persyaratan pekerjaan bangunan sesuai Peraturan Normalisasi dan Bahan Bangunan
Indonesia (PNBI) dan Peraturan Beton Indonesia (PBI – 1971 sejenis semen PC
Tonasa/Bosowa Kualitas I.
14. Semen yang membatu dan kwalitetnya menurun karena penyimpanan yang kurang
bagus, atau terlalu lama disimpan tidak diperkenankan dipakai dan harus segera
dikeluarkan dari lokasi.

c. Bekisting.
1. Bahan bekisting dipakai dari papan kelas III dengan ketebalan minimal 2 cm, merata
serta cukup kering, keras dan harus mendapat persetujuan direksi.
2. Pasangan bekisting harus rapih, kuat dan kaki menahan getaran dan kejutan tanpa
menahan bentuk.
3. Ketelitian dan kerapihan serta keseragaman ketebalan papan harus diperhatikan pula,
bekisting dibongkar dapat memberikan permukaan yang rata.
4. Celah-celah antara harus dapat ditutup agar pada waktu pengecoran air semen tidak
dapat merembes keluar.
5. Sebelum pengecoran, bagian dalam bekisting harus bersih dari segala nacam kotoran.

d. Adukan
1. Adukan pasangan bentuk sloof, kolom, pondasi poor, balok latei, plat beton dan ring
balk, penutup bak kontrol dan segala sesuatu yang masuk pekerjaan beton bertulang
dipergunakan adukan 1 Pc : 2 Pasir : 3 Kerikil.

12
2. Adukan bentuk pekerjaan lantai kerja dan rabat beton, dipergunakan adukan 1 Pc : 3
Pasir : 5 Kerikil., dengan ketebalan sesuai gambar kerja.

e. Pekerjaan Pelaksanaan
1. Penyetelan dan pemasangan besi tulangan
Semua tulangan harus dipasang pada posisi yang tepat hingga tidak dapat berubah atau
bergeser pada waktu digetarkan dan bilamana diperlukan maka perlu diberitahukan
tentang ketebalan beton dengan ukuran 2 - 2,5 cm, untuk menjamin ketebalan selimut
beton.
2. Hubungan antara sloof dengan pondasi dan hubungan antara kolom dengan tembok
pasangan batu harus dipasang stek/angker pada jarak 75 cm.
3. Pengecoran
a. Sebelum melaksanakan pengecoran bekisting harus dicek terhadap kelurusan baik
secara vertical maupun horizontal.
b. Bilamana pengecoran tidak menggunakan mesin penggetar/vibrator maka alat
penggetar yang dapat dipergunakan pada waktu pengecoran secara manual adalah
bambu/kayu bulat dan pemadatan secara perlahan pada campuran beton.
c. Pengadukan harus rata dan sama kentalnya untuk setiap kali membuat adukan, sisa
adukan yang keras tidak diperkenankan untuk dipakai.
d. Pembongkaran bekisting baru dapat dperbolehkan setelah beton mengalami
periode pengerasan sesuai dengan PBI 1971 atas dengan izin Direksi.
e. Pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan ini harus dibongkar dan diperbaiki
atas biaya pelaksana.
f. Sebelum pengecoran beton dilaksanakan maka harus dengan persetujuan Direksi
Lapangan.
4. Pemeliharaan Pekerjaan Beton
Untuk menjamin umur dan kekuatan beton bertulang, maka papan bekisting baru boleh
dilepas setelah beton berumur minimal 7 hari. Selama 14 hari setelah pengecoran
dilaksanakan maka permukaan beton tersebut tetap harus senantiasa dibasahi,
perbaikan permukaan beton harus segera diperbaiki dengan petunjuk dari Direksi
lapangan.

II.7 PEKERJAAN PASANGAN LANTAI


a. Lingkup Pekerjaan
1. Lantai tegel keramik yang digunakan berwarna putih dengan ukuran 40 x 40 cm dan
Plin 10 x 40 cm, untuk tegel km/wc dipergunakan tegel 20 x 25 dan 20 x 20 cm.
2. Pekerjaan rabat lantai menggunakan adukan 1 Pc : 3 Pasir : 5 Kerikil
3. Semua bahan yang dipakai dan dipergunakan harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan Direksi.

b. A d u k a n
1. Adukan sebagai perekat lantai menggunakan 1 PC : 3 Ps dengan tebal minimum 20 mm.
2. Adukan yang dipergunakan untuk pekerjaan rabat adalah adukan 1 Pc : 3 Pasir : 5 Kerikil
dengan ketebalan disesuaikan dengan gambar rencana.

c. Pelaksanaan Pekerjaan Ubin Keramik


1. Dasar untuk lantai yang terdiri dari pasir urug setebal 5 cm yang dipadatkan merata,
setelah terlebih dahulu diteliti ketepatan terhadap peil yang telah ditentukan.
2. Ubin keramik yang dipergunakan baik motif, warna maupun ukuran disesuaikan dengan
petunjuk gambar kerja atau sesuai dengan persetujaun direksi teknik.
3. Sebelum pemasangan tegel harus dibersihkan dari debu bagian bawahnya.
4. Tegel yang dipergunakan adalah tegel dengan kwalitas baik.
5. Nat antara tegel yang satu dengan tegel yang lain maximal 1 mm.
6. Kerataan dan kesikuan pasangan tegel harus benat-benar terjaga sehingga hasil
pekerjaan dapat maksimum.

13
7. Pengecoran Nat/Siar-siar dengan air semen dapat dilakukan setelah pasangan agak
kering dibersihkan dari kotoran.
8. Pemotongan ubin hanya diperkanankan denga menggunakan mesin potong dan
dihaluskan dengan batu gurinda.
9. Untuk WC/KM harus diperhatikan kemiringan lantai.

d. Lantai Beton dengan Rabat Beton/Beton Tumbuk


1. Untuk bahan-bahan yang berat tebal lantai beton 5 cm dengan mutu beton K-175 U.24.
tulangan yang digunakan adalah Ø 10 – 20 cm (jika menggunakan tulangan). Untuk
beban biasa digunakan tulangan praktis Ø 8 – 20 cm tebal 8 cm. adukan yang
digunakan 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr.
2. Permukaan lantai beton dengan beban berat harus dilakukan dengan sekali cor dan
tidak diperkenankan adanya pekerjaan finishing sebelum selesai pengecoran.
II.8 PEKERJAAN KAYU
a. Lingkup Pekerjaan kayu meliputi :
1. Pekerjaan kusen pintu, kusen jendela, rangka daun pintu dan jendela segala sesuatu
yang termasuk dalam pekerjaan ini.

b. Persyaratan Jenis dan Ukuran Bahan


1. Semua kayu yang dipakai harus kering, berumur cukup tua, lurus dan tidak bengkok
serta mempunyai derajat kelembaban kurang dari 15 % dan memenuhi persyaraan
yang tercantum dalam PKKI 1970 – NI.5.
2. Semua jenis kayu untuk setiap pekerjaan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
Direksi.
3. Jenis kayu yang dipergunakan terdiri dari :

- Pekerjaan Kusen : Kayu kelas II berupa kayu Wola


- Pekerjaan Jalusi : Kayu kelas II berupa kayu Wola
- Pekerjaan bingkai daun jendela : Kayu kelas II berupa kayu Wola
- Pekerjaan bingkai pintu/pintu : Kayu kelas I berupa kayu Panil Jati
- Pekerjaan rangka plafond : Plywood 3 mm

c. Pekerjaan Kayu yang digunakan terdiri dari :


- Pekerjaan Kusen : 5 x 13 cm
- Pekerjaan Kaso : 5 x 7 cm
- Pekerjaan Rangka Jendela : 2,5 x 7 cm
- Pekerjaan Rangka Pintu : 3 x 12 cm
- Pekerjaan Jalusi Kusen : 2 x 13 cm
- Pekerjaan Jalusi untuk atap : 2 x 17 cm
- Pekerjaan Balok penggantung : 6 x 10 cm
- Pekerjaan Kuda-kuda & Konsol : 8 x 12 cm
- Pekerjaan Balok Jepit : 2 x 6/12 cm
- Pekerjaan Balok nok dan gording : 6 x 12 cm
- Pekerjaan ikatan angin : 6 x 12 cm
- Pekerjaan Listplank : 2 x 2/20 cm
- Pekerjaan Kusen : 5 x 13 cm
Atau sesuai gambar rencana. Semua ukuran kayu diatas dan dalam gambar adalah
ukuran setelah terpasang/jadi.

d. Pelaksanaan Pekerjaan Kusen


1. Pekerjaan Kusen
a. Semua pekerjaan kusen harus dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja dan detail.
b. Penyambungan hubungan kusen hanya boleh dilaksanakan dengan cara
memasang pasak kayu dan tidak diperkenankan menggunakan paku.

14
c. Sebelum dilaksanakan pemotongan kayu, pelaksana harus terlebih dahulu meneliti
kebenaran ukuran dan bilamana terdapat keragu-raguan dalam menentukan
ukuran maka harus dikonsultasikan dengan direksi lapangan.
d. Untuk memperkuat hubungan kusen dengan bidang pasangan maka pada tiap
kusen dalam hubungan dengan tembok / kolom beton diperkuat dengan angker
diameter 10 mm, yang dibengkokkan yakni 6 buah setiap pintu dan 4 buah untuk
setiap jendela/Bovenlight.
e. Kusen-kusen yang dipasang harus betul-betul siku dan waterpass, dan setelah
dipasang distel dengan benar dan harus disetujui oleh direksi lapangan.

II.9 PEKERJAAN LISTRIK


a. Instalasi kabel/wiring
1. Semua kabel harus memenuhi persyaratan PUIL/VDE
a. Semua kabel harus baru dan harus jelas mengenai ukurannya, jenis kabelnya,
nomor dan jenis pintalannya.
b. Semua kawat dengan penampang 6 mm2 keatas haruslah dipilin (stranded).
Instalasi ini tidak boleh memakai
c. kawat dengan penampang lebih kecil dari 2,5 mm 2, kecuali dengan persyaratan
lain, konduktor yang dipasang adalah tipe :
- Untuk instalasi penerangan NYA/NYM.
- Untuk kabel distribusi dan penerangan taman NYA/NYM. Semua kabel harus
ada didalam konduit, kabel tray, kabel trenh, kabel rack dan diklaim.
2. Splice / Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya splice ataupun sambungan-sambungan baik dalam
feeder maupun cabang-cabang kecuali pada outlet atau kotak-kotak penghubung
yang bisa dicapai (accessible). Sambungan pada kawat sirkuit cabang harus dibuat
secara mekanis dan harus tegak secara electris dengan cara-cara soderless
connector. Dalam membuat splice connector harus dihubungkan pada konduktor-
konduktor dengan baik sehingga konduktor tersambung.
3. Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti karet, fiction,
asbes, gelas, tape sintetis, resin, splice case, composition, dan lain-lain harus dari
tipe yang disetujui untuk penggunaan, lokasi, voltage dan lain-lain tertentu itu harus
dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran perwakilan pemerintah.
4. Penyambungan Kabel
a. Semua pengambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak penyambungan
yang khusus untuk itu.
b. Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau nama-namanya
masing-masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi sebelum
dilakukan dan sesudah dilakukan penyembungan.
c. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-
penyambunan tembaga yang dilapisi timah putih dengan kuat. Penyambungan-
penyambungan harus dari ukuran-ukuran yang sesuai.
d. Penyambungan kabel dan berisolasi karet atau PVC harus diisolasi dengan pita
karet PVC / Protolen.
e. Penyambungan pada kabel yang berisolasi kertas harus diisolasi khusus.
5. Saluran Penghantar Dalam Bangunan
a. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan celling gantung,
saluran penghantar (conduit) ditanam dalam beton.
b. Untuk instalasi penerangan didaerah yang mempergunakan celling gantung,
saluran penghantar (conduit) dipasang diatas papan kayu dan diletakkan diatas
celling.
c. Untuk instalasi-instalasi outlet lantai, saluran ditanam didalam lantai dengan
menggunakan saluran pipa conduit. Ukuran-ukuran lubang pada lantai untuk

15
floor outlet disesuaikan dengan produk pabrik yang ditawarkan oleh
pemborong.
d. Untuk instalasi saluran penghantar diluar bangunan, dipergunakan saluran
beton, kecuali untuk penerangan taman dipergunakan saluran pipa galvanis
berdiameter 3”.
e. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit logam
minimum berdiameter 5/8”. Setiap pencabangan ataupun pengambilan saluran
keluar harus menggunakan junction-box yang sesuai dan sambungan yang lebih
dari satu harus menggunakan terminal strip didalam juction-box.
f. Ujung pipa masuk dalam panel harus dilengkapi dengan socket/lock nut
sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Setiap kabel yang berada pada
ketinggian muka lantai s/d 2 m harus dimasukkan dalam pipa logam dan pipa
harus diklem ke bangunan pada setiap 50 cm.

b. Instalasi Saklar Dan Stop Kontak/Outlet


1. Saklar
a. Saklar harus dari jenis rocker mekanisme dengan rating 5 A – 10 A, 250 V, saklar
pada umumnya dipakai inbow atau disebutkan lain pada gambar.
b. Saklat tersebut bingkainya harus dipasang rata pada tembok pada ketinggian
1,50 m diatas lantai yang sudah selesai.
c. Saklar tersebut harus dipasang dalam kotak-kotak dan ring, setelannya yang
standar dan dilengkapi denga tutup persegi.
d. Sambungan-sambungan hanya diperbolehkan antara kotak-kotak yang
berdekatan.
2. Stop Kontak
a. Stop kontak haruslah dengan tipe yang memakai carthing-contak denga rating
10 A, 250 V AC.
b. Semua pasangan stop kontak dengan tegangan kerja 220 V harus diberi saluran
ketahan.
c. Stop kontak harus dipasang rata pada tembok pada ketinggian 1,50 m diatas
lantai yang sudah selesai.
d. Stop kontak untuk keperluan rettering dipasang pada jarak 15 cm dari ceiling
yang sudah selesai.
e. Floor outlet dipasang dibagian atas dari interection box dengan accessories yang
sesuai.

c. Instalasi/Konstruksi Panel
1. Kabinet
a. Semua kabinet harus dibuat dari plat baja dengan tebal minimum 1,5 mm atau
dibuat dari bahan lain seperti polyster atau bakelite.
b. Kabinet untuk panel board mempunyai ukuran yang proporsional seperti
dipersyaratkan panel board yang besarnya menurut kebutuhan sehingga untuk
jumlah dan ukuran kabel yang dipakai tidak terlalu banyak.
c. Frame/rangka panel harus di grounding.
d. Pada kabinet harus ada cara yang baik untuk memasang, mendukung dan
menyetel panel board serta tutupnya.
e. Kabinet dengan kawat-kawat through feeder harus diatur sedemikian rupa
sehingga ada saluran dengan lebar kurang dari 10 cm untuk branch circuit panel
board.
f. Setiap panel harus dilengkapi dengan kunci-kunci. Untuk satu kabinet harus
disediakan 2 (dua) buah anak kunci, dengan master key.
2. Pemasangan Panel
a. Pemasangan panel sedemikian rupa sehingga peralatan dalam panel dengan
mudah masih dapat dijangkau, tergantung dari macam/tipe panelnya.

16
b. Bila dibutuhkan alas/penumpu/penggantung, maka pemboronng harus
menyediakannya, sekalipun tidak tertera dalam gambar.
3. Panel Distribusi Utama
a. Panel distribusi utama harus seperti yang ditunjukan pada gambar kecuali
ditentukan lain.
b. Seluruh assembly termasuk housing, bar-bar, alat-alat pelindung harus
direncanakan, dibuat, dicoba dan dimana perlu diperbaiki sesuai denga
persyaratan.
c. Konstruksi harus terbuat dari rangka baja struktur yang kaku yang bisa
mempertahankan strukturnya oleh stress mekanis pada waktu terjadi hubungan
singkat.
d. Rangka ini secara lengkap dibungkus pada bagian bawah, atas dan sisi dengan
plat-plat penutup (metal cald) harus cukup louvers untuk ventilasi dimana perlu
untuk mengatasi kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus dan
bagian-bagian yang bertegangan sesuai dengan persyaratan PUIL/VDE untuk
peralatan yang tertutup.
e. Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap
kemungkinan percikan air.
4. Pull Box
a. Bila ditunjuk dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi pemasangan, harus
dipasang seluruh pull box pada ketinggian yang cukup dan dari jenis konstruksi
yang sama dengan switch board pada bagian atas dari setiap switch board.
b. Bagian sisi atas dan samping dari pull box harus terdiri dari bagian-bagian yang
bisa dibuka lepas. Bagian penutup atas yang ditempatkan dibagian belakang
struktur harus bisa dilepas dengan mudah supaya memungkikan pembuatan
lubang-lubang untuk conduit kabel atau bus duct yang diperlukan.
5. Cadangan/Penyambungan Dikemudian hari
a. Bila dalam gambar dinyatakan adanya cadangan maka ruangan-ruangan
tersebut harus dilengkapi dengan bus, klem-klem pemasangan pendukung dan
lain sebagainya untuk peralatan yang dipasang dikemudian hari, termasuk
terminal.
b. Penyambungan dikemudian hari dapat berupa equipment bush bar panel baru,
switch, circuit breaker dan lain-lain.
6. Alat-Alat Ukur
a. Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur seperti pada gambar.
b. Meter-meter adalah dari tipe moving iron vane type khusus untuk panel,
dengan skala sirkulair, flush atau semi flush dalam kotak tahan getaran dengan
ukuran 15 x 15 cm2 atau 10 x 10 cm2, dengan skala linear dan ketelitian 1 %.
c. Posisi dari saklar putar untuk volt meter adan ampere harus ditandai dengan
jelas.
d.
7. Peralatan Pengaman Pemutus Daya
a. Peralatan-peralatan pengaman adalah pemutus daya tipe draw out tanpa
minyak dengan sekering pembatas arus, pemutus daya dengan rumah (moulded
case) dilengkapi dengan sekering pembatas arus dan pemutus sekering.
b. Arus kerja dari draw out circuit breaker harus sesuai dengan gambar, dengan
sekering berkapasitas interupsi 100.000 KA minimum pemutus sekering harus
dari tipe yang membuka dan menutup dengan cepat.
8. Lampu-Lampu
a. Semua fixture harus dilengkapi dengan lampu-lampu dan dipasang sesuai
dengan persyaratan dan gambar.
b. Untuk lampu pijar memakai lampu holder dan base tipe edyson screw, untuk
lampu holder tipe edyson screw cable netral tidak boleh dihubungkan ke center
kontrol, kecuali dipersyaratkan lain, lampu flourrrescent harus dari jenis day
light.

17
c. Semua lampu yang memerlukan perbaikan faktor daya harus dilengkapi dengan
capasitor.
9. Lampu
a. Lampu SL 23 Watt
b. Lampu SL 5 Watt

d. Pekerjaan Instalasi Listrik


1. Instalator harus mempunyai izin instalator dari PLN setempat.
2. Pemasangan instalasi listrik harus menurut gambar kerja dan pemasangan harus
mengikuti peraturan-peraturan instalasi listrik yang berlaku.
3. Perlengkapan seperti fitting, stop kontak, saklar, union blus, kabel-kabel, isolator
dan sebagainya harus berkualitas baik dan disetujui direksi.
4. Saklar dan stop kontak digunakan produk dalam negeri.
5. Lighting armature sesuai kode dalam gambar dan harus mendapat persetujuan
direksi.
6. Semua biaya pemeriksaan gambar instalasi dan lain-lain ditanggung pemborong.

II.10 PEKERJAAN PENGGANTUNG DAN PENGUNCI


a. Semua kunci tanam yang dipergunakan adalah kunci tanam 2 x Slaag , finish stenless dan
tiap kunci mempunyai 3 anak kunci.
b. Untuk pintu yang berdaun dua dipasang door holder (pegangan pintu) dibagian depan 2
buah dan dibagian belakang 2 buah, harus dipasang rapi dengan kualitas baik.
c. Engsel pintu dan jendela.
d. Semua engsel yang dipasang baik dalam daun pintu maupun daun jendela
mempergunakan kualitas baik.
e. Pemasangan untuk tiap daun pintu adalah 3 (tiga) buah engsel dan untuk tiap daun
jendela 2 (buah) engsel.
f. Engsel pintu kuningan yang berhubungan dengan luar maupun dalam bangunan di pasang
jenis cacut H, panjang 6”, dan untuk engsel jendela kuningan dengan jenis yang sama
ukuran 2.5 x 3 “.
g. Grendel dan Kait Angin.
1. Untuk setiap pintu masuk atau pintu masuk yang terdiri dari 2 daun pintu harus
dilengkapi dengan grendel pintu sebanyak 2 buah dipasang di bagian atas dan bawah.
2. Ukuran grendel yang terpasang di pintu adalah panjang 30 cm.
3. Untuk setiap daun jendela kaca, di pasang sebuah grendel jendela.
4. Kualitas grendel pintu dan jendela adalah terbuat dari besi dilapisi kuningan.
5. Kait angin dipasang 2 (dua) buah pada setiap jendela kaca.
6. Jenis kait angin yang dipasang adalah jenis logam dilapisi tembaga/kuningan
sepanjang 30 cm yang dapat berfungsi sebagai pengunci.
h. Cara Pemasangan.
1. Cara pemasangan harus rapi, kuat dan mudah dipergunakan.
2. Pemasangan semua alat penggantung dan kunci harus benar-benar kokoh dan semua
asesoris yang terdapat didalam perangkat alat penggantung tersebut harus dipasang.
3. Pemasangan yang tidak baik, goyah atau mudah lepas di bongkar dan diperbaiki atas
biaya pelaksana.
II.11 PEKERJAAN KACA
a. Kaca yang dipasang baik untuk pemasangan kaca mati, jendela kaca, pintu kaca yang
terdiri dari kaca bening tebal 5 mm atau dengan mengacu pada ukuran ketebalan
mengikuti gambar kerja.
b. Pemasangan kaca bagian dalam dipoleskan plamur kayu, pemasangan kaca harus rata dan
tidak dapat kemungkinan menggelembung dan menyusut akibat perubahan temperatur.
c. Semua pemasangan kaca dilengkapi dengan list kaca ukuran 1 x 1 cm, dari kayu klas I yang
diserut rata dan tidak mempunyai cacat.

18
II.12 PEKERJAAN PENGECATAN
a. Meni Kayu
6. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh permukaan bidang kayu
yang akan dicat, rangka langit-langit, rangka pintu dan atau bagian lain yang
ditentukan dalam gambar.
7. Sebelum pekerjaan meni dilakukan, bidang kayu harus diamplas dengan amplas
kayu kasar dan dilanjutkan dengan amplas kayu halus sampai permukaan bidang
halus dan rata.
8. Pekerjaan meni dilakukan dengan menggunakan kuas, dilakukan 1 lapis sedemikian
rupa sehingga bidang kayu tertutup rata sempurna dengan lapisan meni.

b. Cat Kayu
1. Semua kayu yang menempel dibeton atas pasangan harus dimeny terlebih dahulu
sebelum dipasang.
2. Semua kayu yang dikerjakan diluar lokasi pekerjaan tidak boleh didempul atau dicat
dasar sebelum diperiksa oleh Direksi Lapangan.
3. Semua bidang kayu yang nampak, sebelum dilakukan cat kilap harus terlebih dahulu
didempul dan diamplas hingga mempunyai permukaan yang halus.
4. Bidang permukaan pintu panel harus dipelitur berulang-ulang sampai halus minimal 3
kali pengecetan.
5. Permukaan kayu yang sudah halus menurut pendapat direksi, baru dapat dicat dasar
dengan minimal pengecetan 2 kali.
6. Bidang kayu yang sudah dicat dasar dicat kilat sebanyak 3 kali sehingga mendapatkan
permukaan cat yang mengkilap dan rata.
7. Cat kilap untuk bidang kayu yang nampak harus terdiri dari pabrik yang sama dengan
warna yang akan ditentukan kemudian.
8. Pengecetan plafond menggunakan cat tembok sama dengan yang digunakan cat
tembok atas dinding dari merk yang sama.
9. Merk cat kayu yang dipergunakan adalah merk Glotex dengan warna yang ditentukan
kemudian
10. Bidang kayu yang akan dipelitur digosok dan dibersihkan kemudian dipelitur.
11. Pengecatan pelitur pintu panil harus dengan pelitur kaleng yang dicampur dengan
oker, sehingga urat kayu dapat nampak lebih baik

c. Cat Emulsi
1. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran bangunan.
2. Sebelum dinding diplamir, plesteran sudah harus betul-betul kering tidak ada retak-
retak.
3. Pekerjaan plamir dilakukan dengan pisau plamir dari plat baja tipis dan lapisan plamir
dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.

d. Cat Tembok
1. Untuk Bidang tembok, sebelum dicat terlebih dahulu harus diaci sehingga
mendapatkan permukaan yang halus dan rata.
2. Pengecetan tembok atas dinding yang telah diaci, bila mana dianggap oleh direksi
belum mendapatkan permukaan yang rata, kontraktor harus mengadakan plamir
ulang pada bagian yang belum rata untuk kemudian diamplas kembali baru
pengecetan diteruskan.
3. Merk cat tembok akan ditentukan kemudian, sebaiknya satu merk untuk
memudahkan pemeliharaan selanjutnya

e. Meni Besi
1. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bidang besi yang akan
dicat besi, talang seng, pagar besi dan lain-lain.
2. Semua besi hanya boleh dimeni atas persetujuan direksi lapangan.

19
3. Sebelum pekerjaan meni dilakukan, permukaan besi diamplas dengan amplas besi.
4. Pekerjaan meni besi dilakukan dengan menggunakan semprot, dilakukan 1 lapis
sedemikian rupa sehingga bidang kayu tertutup rata sempurna dengan lapisan meni

f. Cat Besi
1. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bidang besi yang akan
dicat besi, talang seng, pagar besi dan lain-lain.
2. Cat yang dipakai adalah yang sejenis synthetic super gloss.
3. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diamplas halus dengan
bebas debu.
4. Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sejenis zinc chromat primer, dipakai cat dasar
1 kali.
5. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor sekurang-
kurangnya 3 kali.

II.13 PEKERJAAN SANITASI


a. Plumbing
1. Syarat umum pemasangan dan bahan untuk jaringan plumbing berpedoman pada
plumbing 1974
2. Untuk saluran air minum dan air buangan digunakan pipa baja galvanis (GIP) produksi
dalam negeri.
3. Penilaian baik atas pekerjaan plumbing ditentukan berdasarkan pemeriksaan dan
pengujian yang dilakukan oleh direksi lapangan.
4. Seluruh jaringan plumbing harus dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak terlihat dari ruangan dan pipa-pipa yang menembus beton harus sudah
terpasang pada waktu pengecoran.
5. Penempatan kran-kran dan floor drain dan lain-lain, harus memperhatikan pola dari
pemasangan finishing dinding dan laintai sehingga terlihat serasi dan rapi.
b. Kamar Mandi
Kamar mandi terdiri dari bak air, kloset, lantai dan pekerjaan pintu.
1. Bak air
1. Sebelum diplester pasangan perlu disiram, sehingga pasangan mendapat ikatan
yang baik.
2. Konstruksi bak air menggunakan pasangan batu bata, keseluruhan dinding bak
menggunakan keramik 20 x 25 cm
3. Kerataan dan kesikuan pasangan tegal keramik harus terjaga sehingga didapatkan
hasil yang rapi.
2. Pekerjaan lantai
a. Bahan/material menggunakan keramik 20 x 20 cm yang mempunyai sisi yang rata
dan tidak licin serta menyiku sempurna.
b. Semua bahan yang akan dipakai harus mendapat persetujuan Direksi Teknik.
c. Kerataan dan kesikuan pasangan tegal keramik harus terjaga sehingga didapatkan
hasil yang rapi.
3. Pekerjaan Kloset
Untuk pemasangan kloset digunakan kloset jongkok.
c. Pekerjaan Septic tank
1. Letak dan posisi septic tank dan sumur resapan sesuai dengan gambar atau
disesuaikan dengan keadaan dilapangan.
2. Ukuran dan bentuk galian sesuai dengan gambar kerja.
3. Konstruksi septic tank dan sumur resapan adalah sebagai berikut :
a. Dinding dan lantai sptic tank terdiri dari pasangan batu yang terdiri dari tiga sekat.
Untuk lebih jelasnya lihat ganbar rencana.
b. Lubang menggunakan pipa PVC dia 3” lengkap dengan T digunakan pipa GI
diameter 1,5”
c. Septic tank ditutup dengan konstruksi beton bertulang.

20
d. pembuatan sumur resapan dengan cara digali tanpa pasangan batu.
e. Susunan filter peresapan terdiri dari ijuk sebagai filter yang ditempatkan sekeliling
dinding sumur resapan. Kemudian pasir urug, batu kerikil dan terakhir sebagai
alas/ dasar dipasang batu kosong.
d. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaannya harus betul-betul dilaksanakan dengan
baik dan sesuai dengan petunjuk dari Direksi Teknik.
e. Pembuatan septictank harus disesuaikan dengan gambar yang telah ada dan sesuai
dengan petunjuk Direksi Teknik.

III. PENUTUP

III.1 U M U M
a. Gambar dan Spesifikasi Teknis merupakan suatu kesatuan yang saling mengikat dan
saling melengkapi.
b. Pekerjaan ini dapat dilaksanakan apabila terdapat dalam gambar dan RAB.
c. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh
Kuasa Pengguna Anggaran, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam spesifikasi teknis
ini.

III.2 P E N U T U P
a. Ukuran duga (peil) dan ukuran tinggi ditentukan dalam gambar, pelaksana wajib
memeriksa semua ukuran ini didalam pelaksanaan, sehingga betul-betul sesuai dengan
gambar dan dalam skala itulah yang benar. Dalam hal seperti ini kontraktor wajib
menanyakan kepada pihak pengawas pekerjaan. Bila terjadi ukuran keliru/menyimpang
dari gambar tanpa pemberitahuan atau melaporkan hal ini adalah merupakan
kesalahan/tanggung jawab kontraktor.
b. Pembersihan/penyelesaian
1. Pembersihan diadakan di lokasi bangunan.
2. Setelah proyek selesai Penyedia Barang/ Jasa diwajibkan membersihkan kembali
lokasi proyek dari sisa-sisa material yang tidak terpakai, agak lokasi proyek tampak
bersih dan indah Setelah dilaksanakan serah terima pekerjaan gedung siap dan
dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh User ( Pengguna ).

Meskipun dalam Spesifikasi ini dimensi (ukuran) pekerjaan dan bahan-bahan tidak diuraikan
secara detail, yang harus dilaksanakan oleh kontraktor tetapi disebutkan dalam penjelasan
pekerjaan, maka pekerjaan tersebut dianggap terurai dalam pekerjaan ini. Pihak kontraktor
tidak dibenarkan untuk membuat interprestasi sendiri sebagai dasar tanpa seizin pihak
direksi, segala bentuk akibat dari kelalaian tersebut menjadi tanggung jawab pihak
kontraktor.

Baubau, Juni 2016

Disetujui Oleh Dibuat oleh ;


Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Konsutan Perencana
Kota Baubau CV.

Drs. H. MASRI, M.Pd JASMIN, ST


Nip. 19580903 198403 1 004 Direktur

21

Вам также может понравиться