Вы находитесь на странице: 1из 4

01- HAKEKAT PENELITIANPENDIDIKAN SAINS (IPA)

1. Bedapenelitian sains dan penelitian pendidikan


sains

a. Sains diartikansebagai semua pengetahuan yang diperoleh


dengan metode ilmiah (siklus induksi, deduksi,verifikasi),
(KemenyPoedjiadi, 1999:25).

b. Sains merupakan hasil observasi/penelitian yang


terkoordinasi, terstruktur dan sistematis terhadap
peristiwaalamyangdilakukanolehseorangsaintis(ilmuwan),
setelah didiskusikan antara para ilmuwan yang sama
menekuninya menghailkan eksplanasi ilmiah.

c. Pendidikan adalah ilmu terapan yangmelibatkan


psikologi,pedagogi,dansosiologi (ilmudansenimengajar
(Poedjiadi,1999:28- 29).

d. Pendidikan sains adalah upaya para pendidik menggunakan


hasil penelitian ilmiah dari para ilmuwan, untuk disesuaikan
dengan perkembangan intelektual peserta didik. ( h a s i l
ekplanasi pedagogi)

e. Sainsyangdipelajaridisekolahbiasa dikenal dengan istilah IPA


(Ilmu Pengetahuan Alam). Beberapa cabang IPA adalah
seperti : Fisika, Kimia, Biologi, IPBA dsb.

f. Ilmuwandengan ekplanasi ilmiahnya mengkomuni-kasikan


hasiltemuannya
padarekansejawatsesamailmuwan,kemudiaiapunmembuat
sebuahsubjectmatter(bisaberupabukuataupublikasiilmiah
dalambentukjurnal,makalah,dll).

g. Subjectmatter merupakan bahan yang


akandiajarkankepadasiswadisekolah,agarsubjectmatterini
mudahdipahamiolehsiswa(accessible)danmudahdiajarkan
olehguru(teacheable), maka
subjectmatterdenganekplanasiilmiah harus ditranfer
terlebih dahulu menjadi ekplanasi pedagogi.

h. Ekplanasi pedagogi menggabungkan ilmu pedagogi


danilmu psikologi, sehingga subject matter sesuai dengan
tingkat keterampilan berpikir siswa.

1
i. Prasyarat utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah
”ekplanasi pedagogi tidak bertentangan dengan
ekplanasi ilmiah”. Jadi seorang guru harus menguasai
materi yang diajarkan dengan baik melalui penyerapan
terhadap materi yang dikemukakan oleh ilmuwan.

Gambar 1. Hubungan antara ekplanasi ilmiahdan


ekplanasi pedagogi

j. Pendidikan IPA adalah upaya mengajarkan/ membelajarkan


IPA di sekolah. Pendidikan sains ini secara epistimologi
berada dalam wilayah pendidikan. Ilmu pendidikan berada
dalam lingkup ilmu sosial, sehingga penelitian pendidikan
termasuk pendidikan IPA berada dalam lingkup penelitian
sosial bukan penelitian sains.

Perbedaan penelitian sains dan sosial terlihat pada Tabel 1

2
2.Objek penelitian pendidikan sains

a. Pembelajaran sains di sekolah senantiasa melibatkan tiga


komponen,yaitumaterisubyek/bahanajar,pembelajar/siswa, dan
pengajar/guru (Siregar, 1999:17),. Hubungan antara ketiga
komponen tersebut digambarkan pada Gambar2.

Pembelajar Pengajar

Materi
subyek

Gambar 2.Tiga Komponen dalam Proses Pembelajaran

b. Komponen pengajar yang dapat diteliti, seperti : minat, kesiapan


mengajar, motivasi mengajar, dan faktor intern pangajar
(misalnya: IQ,
EQ,SQ)maupuneksternpengajar(misalnya:keaktifandalam
mengikuti training kependidikan, Musyawarah Guru Mata
Pelajaran /Kelompok Kerja Madrasah, dll).
c. Komponen pembelajar yang dapat diteliti
misalnyaminat,kesiapanbelajar,motivasibelajar, dan faktor intern
pembelajar (misalnya: IQ, EQ, SQ, dll)
maupuneksternpembelajar(misalnya:musik,lesprivat,peer group,
dll).
d. Komponen materi subyek misalnya jenis-jenis materi subyek
(buku teks, LKS, VCD/DVD, komputer
interaktif,Chartataugambar,dll).
e. Hubungan antara pengajar dan pembelajar, yang dapat diteliti
diejawantahkan dalam model-model pembelajaran, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan-pendekatan
dalam pembelajaran.
f. Hubungan antara materi subyek dengan pengajar atau materi
subyek dengan pembelajar dapat diteliti dari segi keterbacaan
materi subyektersebut.
g. Persoalan dalam pendidikan sains dan juga tugas dari
guru/pembuat buku sains adalah bagaimana ekplanasi ilmiah para
ilmuwan dapat dipahami dengan mudah oleh para siswa. Inilah
yang acapkali jadi masalah, “konsep-konsep yang dikemukan
ilmuwan terlalu abstrak sehingga siswa pun sulit memahaminya”.
h. Penelitian di bidang pendidikan sains mementingkan unsur
kebermanfaatannya bagi guru-guru sains, maka sebaiknya
penelitian dalam pendidikan sains dimulai dari pertanyaan,
“konsep apa yang dianggap sukaroleh guru dalam
3
mengajarkannya dan oleh siswa dalam memahaminya?”.
Selanjutnya menentukan komponen apa yang akan diteliti,
“apakah materi subyek, pembelajar,
pengajarnyaatauhubunganantarkompnentersebut?”.
i. Jika penelitian pendidikan sains mementingkanrasa ingin tahu,
maka penelitian pendidikan sains dimulai dengan sebuah
pertanyaan, “Konsep sains mana yang sering terjadi
miskonsepsi?” atau “Metode pembelajaran sains apa yang sering
digunakan guru? Mengapa guru lebih memilihmetode tersebut”.
j. Jika penelitian pendidikan sains mementingkan pemecahan
masalah, maka penelitian dimulai dengan sebuah
pertanyaan,“Bagaimanamengatasipesertadidikyangkurang
partisipasi dalam pembelajaran sains?”. Penelitian untuk
pemecahan masalah sebaiknya melakukan observasi terlebih
dahulu.
Contoh penelitian yang dikembangkan berdasarkan kesulitan
gurumengajarkan materi Hukum Newton. Kesulitan ini kemudian
didekati dengan
penelitianyangberorientasipadamanfaat,rasaingintahu,dan
pemecahanmasalah.
Tabel 2. Contoh penelitian berdasarkan kesulitan guru menga-
jarkan materi Hukum Newton Tentang Gerak

Komponen Orientasi Contoh judul penelitian


yang diteliti penelitian
Materi Subyek Kebermanfaatan Pengaruh penggunaan multimedia
interaktif terhadap hasil belajar
siswa pada materi Hukum Newton
Tentang Gerak di SMA Negeri 1
Padang
Pemecahan Penggunaan buku komik
masalah Tentang Hukum Newton untuk
meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X SMA
Rasa ingin tahu Analisis wacana terhadap buku
komik Hukum Newton tentang
Gerak karya Yohannes Surya

Pembelajar Kebermanfaatan Hubungan antara partisipasi belajar


siswa dengan hasil belajar siswa pada
topik
Hukum Newton
Pemecahan Penggunaan tutor sebaya untuk
masalah meningkatkan hasil
belajar siswa SMA
Rasa ingin tahu Analisis miskonsepsi siswa
pada materi Hukum Newton di SMA

Вам также может понравиться