Вы находитесь на странице: 1из 9

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (NTSI6203)

Batu Bata

1. Riwayat Perkembangan
Bukti evolusi panjang dari salah satu bahan material konstruksi tertua, batu bata,
tersebar diseluruh dunia sejak sebelum masehi di Mesopotamia, Mesir dan India.
Batu bata pada masa awal ini masih menggunakan bahan baku tanah liat. Terdapat
berbagai penemuan antara lain sisa-sisa batu bata lempung yang dibuat oleh tangan
dalam bentuk deposit pada tahun 14.000 SM sungai Nil di Mesir, tempat
pembakaran batu bata besar sekitar tahun 2000 SM di Lothal, Gujarat, India.
Menurut sejumlah penelitian Arkeolog, di masa awal kependudukan daerah sekitar
cekungan sungai Nil, Eufrat Tigris dan Indus, masyarakat menggunakan dua proses
pembakaran batu bata yaitu menggunakan api di tahun 5000 SM dan sinar matahari
seperti material di makam Menis sekitar tahun 3000 SM. Budaya awal di
Mesopotamia menggunakan dinding batu bata bakar di bagian luar. Pembuatan batu
bata bakar dan mengkilap serta penggunaan batu bata warna sebagai permukaan
ornamen pertama pada tahun 3500 SM berhasil dilakukan oleh penduduk Sumeria
dan Babilon. Struktur paling signifikan milik kedua penduduk tersebut di tahun
2300 SM adalah bangunan suci, Ziggurat di Ur, Candi Uruk, Tower Babel yang
awalnya dibuat dari batu bata tidak dibakar lalu di diperbarui dengan batu bata
bakar pada periode selanjutnya dan Pagar Ishtar yang dibangun dibawah
kepemimpinan Nebuchadnezzar II sekitar 600 SM dimana batu bata digunakan
sebagai pembentukan 500 relief dinding berwujud binatang di area depan dan
samping dinding.
Pengetahuan tentang pembuatan batu bata dari Mesopotamia, Mesir dan India
menyebar ke Yunani, Roma hingga Eropa yang ditandai dengan banyaknya
bangunan besar dibangun menggunakan batu bata seperti istana, interior candi,
gereja, bangunan pencakar langit dan didirikannya industry pembuatan batu bata.
Revolusi penting dalam pembuatan batu bata dimulai abad ke-18 dan 19 dengan
adanya dua penemuan. Tahun 1854, Carl Schlikeysen, produsen batu bata asal
Berlin, menemukan metode “The Extrussion Press” yaitu proses pembentukan
dapat ditransformasikan menjadi satu kesatuan proses yang dapat dikontrol dan
otomatis. Kemudian, produsen dari negara yang sama, Friedrich Hoffmann,
menemukan metode “The Continuos Ring Kiln”, dimana batu bata dapat di bakar
lebih cepat, lebih ekonomis, dan ramah lingkungan. Di tahun 1902, standardisasi
model batu bata ditetapkan.
Inovasi pembuatan batu bata terus berlanjut hingga awal abad ke-20 melahirkan
formulasi baru komposisi batu bata yakni batu bata kalsium silikat, batu bata
batako, dan hebel yang berasal dari campuran pasir kuarsa, semen, kapur, gypsum,
air dan alumunium pasta. Perkembangan sejak tahun sebelum masehi hingga
sekarang membuktikan bahwa batu bata adalah material konstruksi dinding tertua
dan terbesar penggunaannya.
2. Deskripsi
Batu bata dapat dibuat dari berbagai bahan baku, namun yang paling banyak
ditemukan adalah tipe batu bata yang terbuat dari lempung. Batu bata dibuat
dengan menekan sampel tanah liat yang sudah disiapkan dalam cetakan,

Nama : Husnik Maulidya Tungga Dewi


NIM : 180523630056
Offering :B
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (NTSI6203)
Batu Bata

mengekstrasi unit yang terbentuk dan dibakar dalam tungku pada temperatur
2000° F dengan menghasilkan tekstur datar dan halus.

Gambar 1. Tanah Lempung Gambar 2. Batu Bata


Sumber: www.lowes.com Sumber: www. ilmugeografi.com
Batu bata secara umum memiliki warna standar. Namun, warna lempung,
metode pembakaran, dan temperature pembakaran dapat mempengaruhi warna batu
bata. Pada pembakaran dengan temperatur 900-100°C (1650-1830°F) dihasilkan
batu bata warna orange kecoklatan atau merah, Diatas temperatur ini, berubah
menjadi warna merah tua atau ungu, lalu pada suhu 1200°C (2200°F) menjadi
coklat atau abu-abu, Ketika temperatur rendah, berubah menjadi pink. Apabila
terdapat kandungan besi yang tinggi maka menjadi pink salmon sekitar 900°C
(1650°F), pada suhu tinggi berubah menjadi merah gelap. Jika terdapat kandungan
lemon atau kapur di tanah liat maka batu bata menjadi berwaran putih atau cream.
Bentuk batu bata yaitu persegi panjang tetapi memiliki ukuran yang berbeda-
beda. Berikut beberapa ukuran batu bata menurut SNI 15-2094-2000,

Tabel 1. Ukuran dan Toleransi Bata Merah Pejal untuk Pasangan Dinding
Tinggi Lebar Panjang
Modul
(mm) (mm) (mm)
M - 5a 65 ± 2 92 ± 2 190 ± 4
M - 5b 65 ± 2 100 ± 52 190 ± 4
M - 6a 52 ± 3 110 ± 2 230 ± 5
M - 6b 55 ± 3 110 ± 2 230 ± 5
M - 6c 70 ± 3 110 ± 2 -
M - 6d 80 ± 3 110 ± 2 230 ± 5
Sumber: www.scribd.com
Sifat batu-bata antara lain, sangat tahan lama, tahan api karena konduktor buruk
dan perawatannya sangat mudah, Batu bata memiliki sifat isolasi moderat sehingga
membuat keadaan didalam rumah dingin saat musim panas dan lebih hangat saat
musim dingin.
Karakteristik batu bata jika ditinjau dari segi sifat mekanik antara lain, memiliki
massa jenis rata-rata sebesar 2 Mg/m3 (125 pcf), kekuatan tekan sebesar 10 Mpa -
200 Mpa (1.500-29.007,5 psi), 4-10 % daya serap, kekuatan lentur antara 500-3.800
psi, modulus pecah sebesar 30 % - 49 %, modulus elastisitas sebesar 10,3 x 103 dan

Nama : Husnik Maulidya Tungga Dewi


NIM : 180523630056
Offering :B
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (NTSI6203)
Batu Bata

3,45 Mpa (1,5 x 106 dan 5 x 106 psi), koefisien konduktivitas termal antara 2,8 x10-
6
– 3,9 x 10-6 per °F, dan ekpansi termal sebesar 0,30-0,40 inch per 100 ft untuk 100
°F kenaikan suhu.
3. Proses Fabrikasi / Pembuatan / Persiapan Material / Treatment
Bahan baku utama dalam proses fabrikasi batu bata adalah tanah liat atau
lempung. Komposisi deposit tanah lempung di setiap kedalaman lapisan berbeda.
Secara umum tanah lempung terdiri atas aluminium oksida (Al2O3), silika(SiO2)
dan oksida besi (Fe2O3). Selain itu beberapa senyawa baru yakni, kapur (Ca(OH)2),
mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4) dan fosfat (H3PO4). Kriteria tanah lempung
yang harus dimiliki untuk menciptakan batu bata dengan kualitas baik dan kuat
yakni, harus memiliki plastisitas yang baik ketika dicampur air sehingga mudah
dibentuk dan dicetak, harus memiliki kekuatan tekanan yang cukup untuk menjaga
bentuk batu bata dan setiap partikel lempung harus tergabung ketika dibakar
dengan temperatur tinggi.
Terdapat tiga jenis tanah lempung yang kerap digunakan dalam produksi batu
bata yaitu,
 Tanah liat permukaan (surface clay), sesuai dengan namanya, ditemukan
pada lapisan permukaan bumi. Bahan ini tidak terkonsolidasi dan tidak
terstratifikasi, dengan kandungan oksida tinggi (10-25 %).
 Tanah liat serpih (shales), adalah tanah lempung yang tercipta sebagai
akibat dari kompresi tanah di atas cukup kuat dan memiliki karakteristik
pengelupasan terkompresi sehingga taneh lempung ini relative keras.
 Tanah liat api (fire clay), tanah yang terbentuk pada kedalaman yang
lebih besar, memiliki sifat fisik dan kimia yang seragam sehingga dapat
bertahan dalam suhu tinggi. Tanah ini mengandung lebih sedikit oksida
(2-10 %).
Proses pembuatan batu bata melalui enam tahap sebagai berikut,

Winning Crushing and Storage Pulverizing Screening Forming and Cutting

Storage and Shipping Burning Drying Glazing

Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Batu Bata


Sumber: Marotta, WT (2002)
a. Penggalian dan penumpukan bahan baku,
Penggalian tanah lempung pada lubang terbuka dengan memilih lapisan
tanah dibawah 20-30 cm. Kemudian di angkut ke tempat penyimpanan

Nama : Husnik Maulidya Tungga Dewi


NIM : 180523630056
Offering :B
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (NTSI6203)
Batu Bata

dengan menggunakan truk, kereta api atau conveyor. Di fase penyimpanan,


pencampuran tanah lempung dilakukan untuk meminimalkan varisai sifat
kimia dan fisik. Lalu tanah lempung yang berukuran besar akan masuk
proses penghancuran awal.
b. Penggilingan, persiapan dan penyimpanan bahan baku
Proses penghancuran tanah menjadi potongan-potongan kecil dilakukan
dengan alat penggiling dan tanah yang lolos melewati pemindaian berupa
bahan yang telah ditumbuk cukup halus. Partikel kasar akan dikembalikan ke
mesin penggiling untuk proses lebih lanjut sedangkan material halus
diangkut ke tempat penyimpanan bahan baku.
c. Pembentukan (pengadukan dan pencetakan),
Langkah pertama dalam proses pembentukan adalah tempering yaitu
pencampuran tanah liat dengan air di pug mill yang menghasilkan bahan
yang siap untuk dicetak. Jumlah air disesuaikan dengan metode pembuatan
yang ingin digunakan. Terdapat tiga prinsip metode pembuatan yaitu,
 Proses Pengkakuan Lempung (stiff-mud process)
Proses ini banyak digunakan dalam pembuatan batu bata. Air
yang dibutuhkan dalam proses ini berkisar 12-15% berat. Setelah air
dan tanah tercampur, tanah liat lunak menuju mesin dearing untuk
menghilangkan kantong udara dan gelembung. Hal ini dapat
meningkatkan workabilitas dan kekuatan. Tanah liat kemudian
diekstrusi ke dalam pengaduk dan menghasilkan potongan berbentuk
bata lalu didiamkan dalam waktu yang singkat sebelum masuk proses
alat pengepresan. Batu bata yang baik akan lulus inspeksi dan yang
tidak akan dikembalikan ke pug mill.
Proses pengkakuan lumpur menghasilkan batu bata yang keras
sehingga dapat menjaga bentuknya, rendahnya tingkat penyusutan,
waktu pengeringan relative singkat, dan cukup kuat untuk ditumpuk
di tungku pembakaran tanpa pengeringan lebih lanjut. Unit material
yang biasa dibuat dengan proses ini yaitu batu bata bangunan, lapisan
batu bata, dan batu bata yang memiliki keakuratan dimensi dan
paving.
 Proses pelunakan lempung (soft-mud process)
Metode dengan proses tertua dalam pembuatan batu bata
menggunakan air sebanyak 20-30 % yang digunakan dalam proses
pencampuran bahan (tempering) dengan mesin pengaduk dan
terbentuk batu bata cetakan.
 Metode dry-press
Metode ini digunakan untuk lempung plastisitas rendah. Tanah
liat dicampur dengan kurang dari 10 % air dan dibentuk dalam
cetakan di bawah tekanan mulai dari 500 sampai 1.500 psi.

Nama : Husnik Maulidya Tungga Dewi


NIM : 180523630056
Offering :B
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (NTSI6203)
Batu Bata

d. Pengeringan, dan pelapisan mengkilap (glazing)


Material basah dengan kadar air antara 7-30% kemudian menuju mesing
pengering diatur dengan suhu berkisar 100-300°F selama satu hingga dua
hari. Apabila material memerlukan sentuhan akhir mengkilap, terdapat dua
metode glasir antara lain, glasir api tinggi yang diterapkan pada material baik
sebelum maupun sesudah pengeringan lalu di bakar pada tunggu pada suhu
normal. Serta glasir api rendah yang diterapkan pada material yang telah
dibakar dan sudah didinginkan. Material lalu di semprot dan diperbaiki
dengan senyawa glasir pada suhu rendah agar mengkilap.
e. Pembakaran dan pendinginan
Pembakaran memerlukan waktu dari 40-150 am tergnatung tipe tungku
pembakaran dan yang saat ini sering digunakan yaitu, tipe tungku
terowongan (tunnel kiln) dan tungku pembakaran berkala (periodic kiln).
Pada tipe tunnel kiln, batu bata kering melewati berbagai zona temperatur
dalam kereta mobil. Pada tipe periodic kiln, temperature berubah dengan
variasi berkala -naik lalu turun tahap demi tahap- hingga proses pembakaran
selesai.
Pembakaran dibagi menjadi enam tahap yang memiliki temperature
masing-maisng, yaitu evaporasi air bebas (water smoking) dengan suhu
sekitar 400°F, dehidrasi (300-1.800 °F), oksidasi (1.000-1.800°F), vitrifikasi
(1.600-2.400°F), flashing, dan pendinginan. Di akhir proses, batu bata
diberikan sentuhan akhir, flashing, untuk memberikan berbagai warna.
Proses pendinginan membutuhkan waktu 48-72 jam tergantug tipe
tungku pembakaran. Proses ini harus di kontrol dengan baik karena dapat
mempengaruhi warna dan pendinginan yang terlalu cepat dapat membuat
batu bata retak.

Gambar 4. Prinsip Tunnel Kiln


Sumber: Illston, JM, dkk 2001)

Nama : Husnik Maulidya Tungga Dewi


NIM : 180523630056
Offering :B
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (NTSI6203)
Batu Bata

f. Pendistribusian produk
Setelah batu bata diturunkan dari tungku, penyortiran, penggolongan
kelas, penegmasan dan diangut pada truk atau kereta api untuk pengiriman
produk.
Pemeliharaan batu bata dapat dilakukan dengan cara,
a. Batu bata yang belum digunakan tetap dijaga jangan sampai cacat akibat
seperti benturan benda keras, dll.
b. Diperhatikan penempatan batu tanah usahakan tidak kontak fisik dengan
tanah yang menyebabkan tumbuhnya lumut dan berakibat pada tingkat
kemampuan serap air bertambah dan kandungan air yang semakin banyak.

4. Tipe / Jenis / Golongan


Pengelompokkan kelas atau grading dilakukan sebagai persyaratan fisik (batas
minimum kekuatan tekan, maksimum daya serap dan koefisien saturasi). Tiga
kelompok kelas antara lain,
a. Kelas SW (severe weathering),
memiliki persyaratan kuat tekan minimum tertinggi dan penyerapan air
maksimum terendah. Digunakan ketika membutuhkan daya tahan tinggi
akan aksi pembekuan (frost action) yakni bangunan dibawah permukaan
tanah.
b. Kelas MW (moderate wethering), dan
memiliki persyaratan kuat tekan minimum dan penyerapan air maksimum
yang sedang. Batu bata kelas ini dapat digunakan pada lokasi kering maupun
temperatur dingin serta penggunaan sebagai lapisan eksterior dinding.
c. Kelas NW (negligible weathering)
memiliki persyaratan kuat tekan minimum terendah dan penyerapan air
maksimum tertinggi. Digunakan pada interior konstruksi, dimana tidak
terjadi pembekuan.
Tabel 2. Persyaratan Fisik untuk Batu Bata Bangunan (ASTM C62)

Sumber: Mamlouk, MS, dkk (2006)

Nama : Husnik Maulidya Tungga Dewi


NIM : 180523630056
Offering :B
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (NTSI6203)
Batu Bata

5. Penggunaan
Batu bata memiliki beberapa macam tipe yang tergantung pada tipe tanah
lempung yang pakai, proses pencetakan dan pembakaran serta kegunaannya.
Terdapat empat tipe seperti,
a. Batu bata bangunan (building brick),
Digunakan dalam berbagai konstruksi dengan mengutamakan kekuatan dan
sifat tahan lama dibanding sisi estetika.
b. Batu bata lapisan (facing brick),
Digunakan sebagai lapisan dekorasi sehingga mengutamakan sisi estetika.
Batu bata ini dibuat dari lempung pilihan dan tersedia berbagai ukuran, warna
dan tekstur serta memiliki sedikit kekurangan seperti pecah atau cacat.
Produksi batu bata lapisan dibagi menjadi tiga tipe, berdasarkan factor yang
mempengaruhi tampilan yaitu,
 Tipe FBS (face brick standar), digunakan untuk penggunaan umum
dalam konstruksi pasangan bata yang terbuka.
 Tipe FBX (face brick extra), digunakan penggunaan umum pada
bagian eksterior dan interior konstruksi perdindingan dimana
diperlukan tingkat kesempurnaan mekanik yang tinggi, rentang warna
yang sempit dan variasi ukuran minimum diperlukan.
 Tipe FBA (face brick architecture), di produksi untuk menciptakan
karakteristik efek arsitektural yang dihasilkan dari ketidakrataan
ukuran dan tekstur unit batu bata.

Gambar 5. Tipe Batu Bata FBS Gambar 6. Tipe Batu Bata FBX Gambar 7. Tipe Batu Bata FBA
Sumber: Beall C (2004) Sumber: Beall C (2004) Sumber: Beall C (2004)

c. Lantai batu bata (floor brick), dan


Digunakan pada permukaan lantai jadi yang memiliki ciri halus, padat, dan
sangat tahan terhadap abrasi.
d. Batu bata paving (paving brick).
Digunakan untuk jalan, trotoar, teras, jalan masuk, dan lantai interior. Ciri-
ciri batu bata antara lain, bata vitrifikasi dengan abrasi rendah, umumnya
dilengkapi dengan spacing dan diproduksi pada permukaan yang halus atau
terpotong kawat.

Nama : Husnik Maulidya Tungga Dewi


NIM : 180523630056
Offering :B
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (NTSI6203)
Batu Bata

6. Kelebihan
Berikut kelebihan dari batu bata dengan material perdindingan lainnya,
 Memiliki rentang kekuatan tekan yang lebar yakni 10-200 Mpa
 Rendahnya dampak akibat pembekuan karena memiliki porositas rendah
 Kecilnya perforasi batu bata lebih baik dari pada material lain perdindingan
padat karena dapat mengurangi konveksi dan reduksi.
 Bahan baku dan proses pembuatan yang lebih mudah dari pada batu bata
beton.
 Lebih tahan lama dan lebih kuat dibandingkan batako dan mortar karena
terdapat proses pembakaran.
 Batu bata dapat menyesuaikan suhu ruangan dengan mendinginkan ruangan
ketika musim panas dan menghangatkan ruangan ketika musim dingin.
 Harga yang ekonomis dibanding dengan batu bata beton dan batako.

7. Kekurangan
Berikut kekurangan dari batu bata dengan material perdindingan lainnya,
 Ukuran kecil tetapi cukup berat dan sulit diangkut dibandingkan dengan unit
bata beton.
 Konduktivitas densitas batu bata lebih rendah dibandingkan unit bata beton.
 Memiliki daya tahan api yang lebih kecil dari pada unit bata beton
 Biaya pemasangan batu bata lebih besar dari pada batako.
 Proses produksi batu bata tidak ramah lingkungan karena mengandung
emisi gas rumah kaca dibanding dengan batu beton.
 Mengandung garam terlarut yang lebih tinggi sehingga dapat terjadi
peristiwa “Efflorescence” (zat tepung) menyebabkan permukaan dinding
tidak enak dipandang.

8. Daftar Pustaka
Beall, Christine. 2004. Masonry and Concrete for Residential Construction.
McGraw-Hill, Inc.
Illston J.M., dan P.L.J. Domone. 2001. Construction Materials. New York: Spon
Press.
Mamlouk, Michael S., dan John P. Zaniewski. 2006. Materials for Civil and
Construction Engineers. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Marotta, Theodore W. 2002. Basic Construction Materials. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Pfeifer Gunter, dkk. 2001. Masonry Construction Manual. Munich: Institut
Dokumentasi Arsitektur Internasional GmbH
Smith, R.C. 1966. Materials of Construction. Toronto: McGraw-Hill, Inc.
Somayaji, Shan. 2001. Civil Engineering Materials. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Soeharno. 1993. Batu Cetak Buatan. Malang: Bagian penerbitan Fakultas Teknik
UM
Taylor, G.D. 2001. Materials in Construction. Inggris: Longman

Nama : Husnik Maulidya Tungga Dewi


NIM : 180523630056
Offering :B
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (NTSI6203)
Batu Bata

Nama : Husnik Maulidya Tungga Dewi


NIM : 180523630056
Offering :B

Вам также может понравиться