Вы находитесь на странице: 1из 13

Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Peranan sumber daya manusia dalam pembanguan di berbagai
bidang pada suatu negara tidak dapat terbantahkan. Sumber daya manusia
(SDM), sumber daya alam (SDA), dan modal/kapital serta teknologi secara
bersama-sama dan bersinergi berkontribusi terhadap terbentuknya Produk
Domestik/Regional Bruto (PDB/PDRB). Besaran PDB/PDRB merupakan
salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi. Indikator makro
ekonomi ini sekaligus dipandang sebagai tingkat kesejahteraan suatu
wilayah/negara (Todato dan Smith, 2012).
Pengalaman pembangunan di berbagai belahan dunia membuktikan
bahwa peranan sumber daya manusia memilliki kontribusi yang tidak kecil
dalam pembangunan ekonominya. Negara-negara seperti Jepang, Korea
Selatan, Taiwan dan Singapura merupakan contoh bagaimana negara-negara
tersebut membangunan ekonominya dengan kekuatan SDA yang sangat
minim namun memiliki kekuatan SDM yang ulet dan tangguh. Dengan SDM
yang berkualitas dan berdaya saing, negara-negara tersebut dalam beberapa

1
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

dekade terakhir hingga kini tetap menjadi kekuatan ekonomi dunia yang
berasal Asia.
SDM secara makro merupakan penduduk suatu negara/wilayah yang
sudah memasuki usia kerja, baik yang belum maupun yang sudah bekerja.
Berdasarkan definisi menurut BPS, penduduk usia kerja yang siap berproduksi
atau melakukan aktivitas ekonomi (economically active population) disebut
angkatan kerja (labor force). Termasuk dalam penduduk golongan ini adalah
mereka yang punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan
pengangguran.
Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan telah disebutkan pada Pasal 7, bahwa:
1) Dalam rangka pembangunan Ketenagakerjaan, pemerintah
menetapkan kebijakan dan menyusun perencanan tenaga kerja;
2) Perencanaan Tenaga Kerja meliputi Perencanaan Tenaga Kerja Makro,
dan Perencanaan Tenaga Kerja Mikro;
3) Dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program
pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah
harus berpedoman pada perencanaan tenaga kerja.

Pada prinsipnya pembangunan ketenagakerjaan ditujukan untuk


meningkatkan kualitas serta kesejahteraan tenaga kerja. Hal ini karena
tenaga kerja selain penting peranannya dalam proses produksi juga
merupakan subyek dan objek pembangunan suatu wilayah. Sebagai subyek
pembangunan, tenaga kerja menjadi faktor utama yang menggerakan proses
pembangunan secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai obyek
pembangunan, tenaga kerja merupakan sasaran akhir bagi peningkatan
kesejahteraan.
Pada sisi lain, penduduk merupakan penyedia bagi pasar tenaga kerja
di suatu wilayah, namun hanya penduduk usia kerja saja yang bisa
menawarkan tenaganya di pasar kerja. Begitu pentingnya kedudukan tenaga
kerja di dalam proses pembangunan sehingga permasalahan

2
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

ketenagakerjaan harus mendapat perhatian yang menyeluruh dan terpadu


dari berbagai pihak.
Problem ketenagakerjaan merupakan muara dari berbagai kondisi di
hulu, yang seharusnya mendapat perhatian dan keberpihakan dari seluruh
sektor. Tetapi nampaknya keberpihakan terhadap bidang ketenagakerjaan
ini masih dianggap kurang penting. Pada kebijakan, strategi maupun
prioritas pembangunan nasional, tampak lebih mengedepankan
pertumbuhan ekonomi daripada kesempatan kerja. Padahal dalam
pembangunan nasional, peranan dan kedudukan tenaga kerja sangat penting
dan strategis karena tenaga kerja selain sebagai pelaku juga sebagai obyek
pembangunan.
Dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
telah diamanatkan bahwa tenaga kerja harus mendapat perhatian yang besar
dalam pembangunan nasional. Peluang dan tantangan ketenagakerjaan ke
depan diperkirakan akan semakin komplek, karena selain telah memasuki
Masyarakat Ekonomi Asean, atau AFTA/EAC (Asean Free Trade
Area/Economic Asean Community), juga “Era Bonus Demografi” akan
mencapai puncaknya sekitar tahun 2020 hingga tahun 2030 (Moertiningsih,
2005).
Bonus demografi merupakan “percepatan pertumbuhan ekonomi
dikarenakan terjadinya perubahan struktur penduduk suatu negara”.
Menurunnya beban ketergantungan (dependency ratio) disertai dengan
investasi dalam kewirausahaan, pendidikan, pengembangan keterampilan,
kesehatan, dan pemberdayaan kaum muda dapat membantu suatu negara
dalam memanfaatkan bonus demografi. Investasi sumber daya manusia yang
mentransformasikan dari perubahan demografis ke dalam benefit ekonomi
akhirnyadapat menciptakan dan pembangunan ekonomi yang
berkesinambungan (Population Reference Bureau, 2017).

3
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

Dengan proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang cukup


besar yakni sekitar 72 persen dari jumlah penduduk, diiringi rasio

ketergantungan (dependency ratio) Kota AAAAA mencapai titik terendah

yakni 0,385 (RPJMD Kota AAAAA 2016-2021) memberikan makna bahwa


jumlah angkatan kerja di Kota AAAAA cukup besar untuk menanggung
beban kelompok non produktif yakni usia anak-anak dan lansia yang relatif
kecil jumlahnya. Besarnya angkatan kerja ini berpotensi untuk mendukung
perekonomian sekaligus menjadi kontributor bagi terbentuknya Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB).
Namun pada sisi lainnya permasalahan ketenagakerjaan yang belum

terselesaikan di Kota AAAAA masih cukup banyak seperti jumlah


penganggur terbuka, pengangguran usia muda, pengangguran terdidik,
banyaknya penduduk bekerja dengan status pekerja tidak dibayar, masih
besarnya jumlah angkatan kerja yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP), besarnya angkatan kerja yang bekerja
pada saktor informal, masih terdapat angkatan kerja yang bekerja dibawah
jam kerja normal, rendahnya keterampilan, produktivitas kerja dan
perlindungan tenaga kerja.
Permasalahan ketenagakerjaan tersebut bukan merupakan
permasalahan nasional saja, namun merambah hingga di daerah termasuk

Kota AAAAA, sehingga bidang ketenagakerjaan selayaknya menjadi fokus


pembangunan nasional maupun daerah. Sesuai Pasal 3 Peraturan
Pemerintah RI Nomor 33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempatan Kerja,
menjelaskan bahwa penanggulangan masalah ketenagakerjaan khususnya
pengangguran merupakan tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan masyarakat. Tentu saja dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan secara bersama dan terintegrasi, lintas sektor dan daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembangunan bidang
ketenagakerjaan perlu dilakukan secara konsisten dan terarah yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, perluasan

4
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

kesempatan kerja, hubungan industrial yang harmonis, meningkatkan


kesejahteraan pekerja, dan perlindungan tenaga kerja melalui sistem
pengawasan ketenagakerjaan yang efektif.
Seperti diketahui bahwa problem ketenagakerjaan di Indonesia
menjadi salah satu tantangan sekaligus ancaman bagi daya saing bangsa
Indonesia. Problem tersebut diantaranya adalah sebagai berikut
(Kemenakertrans, 2012):
Pertama adalah terbatasnya kesempatan kerja. Situasi perekonomian

Indonesia dan Kota AAAAA mengalami tantangan yang cukup berat


dengan adanya perlambatan ekonomi yang melanda negara-negara di Eropa,
China dan Timur Tengah 2-3 tahun terakir hingga saat ini. Namun tingkat
pertumbuhan ekonomi tersebut tidak dapat menyerap angkatan kerja yang
masuk ke dalam pasar kerja dan jumlah pengangguran yang telah ada.
Kedua adalah rendahnya kualitas angkatan kerja. Sebagian besar

tenaga kerja di Kota, AAAAA tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini
menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah.
Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh
terhadap rendahnya kualitas hasil produksi barang/jasa. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), Agustus 2015, rendahnya kualitas angkatan
kerja terindikasi dari perkiraan komposisi “penduduk yang bekerja” sebagian
besar berpendidikan SD ke bawah dan SMP mencapai 33 persen.
Ketiga adalah tingginya pengangguran. Terjadinya pertumbuhan
ekonomi yang tidak mampu mengikuti perkembangan jumlah lulusan

SMA/SMK dan perguruan tinggi di Kota AAAAA. Selain itu, banyaknya


perusahaan yang gulung tikar mengakibatkan semakin sempitnya lapangan
kerja yang ada. Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat. Dengan
demikian pengangguran akan semakin banyak.
Keempat yakni globalisasi arus barang dan jasa. Persoalan globalisasi
arus barang/jasa dapat terkait dengan bidang ketenagakerjaan, terutama

5
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

dalam sistem perdagangan bebas, baik dalam kerangka WTO, APEC,


maupun AFTA, yang dapat mempengaruhi perpindahan manusia untuk
bekerja dari suatu negara ke negara lain yang telah menjadi salah satu
modalitas perdagangan jasa yang harus ditaati oleh setiap anggota.
Permasalahan lain yang terkait ketenagakerjaan di Kota AAAAA
adalah ketidaksesuaian antara tenaga kerja dengan bidang pekerjaannya.
Salah satu dari beberapa fungsi manajemen adalah mencari ketepatan dalam
penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan pekerjaannya, atau yang
sering diistilahkan dengan “the right man in the right place”. Seorang pekerja
yang dapat bekerja sesuai dengan keahliannya, maka orang tersebut akan
mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara efektif, efisien,
dan produktif, sehingga dapat memberikan kualitas dan kuantitas pekerjaan
yang baik bagi kedua belah pihak.
Persoalan yang paling krusial dalam bidang ketenagakerjaan adalah
adanya indikasi bahwa tolok ukur pembangunan ekonomi sangat ditentukan
oleh adanya “Kesempatan Kerja Penuh (Full Employment)”, artinya semua
faktor produksi dan semua pelaku ekonomi ikut serta dalam kegiatan
ekonomi. Jika tolok ukur ini tidak terpenuhi, maka proses pembangunan
hanya mampu melibatkan sebagian dari para pelaku ekonomi dan
peningkatan pendapatan sebagai hasil dari proses pembangunan tersbeut
hanya dinikmati oleh sebagian kecil penduduk.
Sementara itu era pemerintahan saat ini dengan Kabinet Kerjanya
telah menetapkan kebijakan pembangunan, lengkap dengan target-target
yang harus dicapai selama 5 tahun mendatang (Nawacita). Sebagaimana
tertuang dalam “Nawacita”, yang berkaitan langsung dengan ketenagakerjaan
adalah Nawacita ke-5 dan ke-6, yakni “meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional”.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
Pasal 7 ayat (3) mengamanatkan bahwa dalam penyusunan kebijakan,
strategi, dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang

6
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

berkesinambungan, pemerintah harus berpedoman pada perencanaan


tenaga kerja. Dengan demikian, baik pemerintah pusat maupun daerah wajib
menyusun Perencanaan Tenaga Kerja. Kemudian, sesuai dengan Pasal 12
Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2007 tentang tata Cara Memperoleh
Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta Pelaksanaan
Perencanaan Tenaga Kerja, penyusunan PTK Makro di tingkat nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota dilakukan oleh instansi pemerintah yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
Merujuk pada kedua peraturan tersebut di atas, maka pemerintah
daerah wajib menyusun Rencana Tenaga Kerja Daerah (RTKD) di
wilayahnya masing-masing. Penyusunan RTKD dimaksud ditempuh melalui
berbagai tahapan yang terstruktur dan sistematis, diantaranya melalui
penyusunan Tim Perencanaan Tenaga Kerja yang SK-nya diketahui/
ditandatangani oleh Gubernur/Bupati/Walikota setempat, pengumpulan data,
proyeksi persediaan dan kebutuhan tenaga kerja, serta penyusunan
kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan.
.
1.2. Dasar Hukum
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam penyusunan Rencana

Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021 adalah:


a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan Serta
Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4701);

7
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

d. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 tentang Perluasan


Kesempatan Kerja;
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerjadan Transmigrasi Nomor PER.
16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro;
f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 309 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
dan Kabupaten/Kota.

1.3. Tujuan
Adapun maksud dari penyusunan Rencana Tenaga Kerja Kota

AAAAA Tahun 2017-2021 ini adalah memberikan berbagai informasi


ketenagakerjaan yang dapat digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan,

strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan di Kota AAAAA.

Tujuan dari penyusunan Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA


Tahun 2017-2021 adalah sebagai berikut:
1. Memotret situasi ketenagakerjaan saat ini dan dampak Perekonomian
terhadap penciptaan kesempatan kerja dengan berbagai karakteristiknya.
2. Memperkirakan persediaan tenaga kerja tahun 2017-2021 dengan
berbagai karakteristiknya;
3. Memperkirakan kesempatan kerja yang akan datang dengan berbagai
karakteristik, baik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan ekonomi maupun
faktor lainnya.
4. Memperkirakan angkatan kerja yang belum terserap (penganggur
terbuka) tahun 2017-2021.
5. Menyusun kebijakan, strategi dan program dalam menangani masalah
ketenagakerjaan.

1.4. Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam menyusun Rencana Tenaga Kerja

(RTK) Kota AAAAA Tahun 2017-2021 ini adalah sebagai berikut:


8
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

a. Untuk memperkirakan persediaan tenaga kerja, baik Penduduk Usia


Kerja (PUK), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dan Angkatan
Kerja (AK) dengan menggunakan rumus pertumbuhan Geometri yaitu:
1. Menghitung laju pertumbuhan Penduduk Usia Kerja (PUK), Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Penduduk Yang Bekerja (PYB)
sebelumnya (historis), dengan rumus:

2. Memproyeksikan PUK, TPAK dan PYB ke depan, dengan rumus:

dengan:
: Data Dasar PUK, TPAK dan PYB pada tahun awal
: Data Dasar PUK, TPAK dan PYB pada tahun akhir
: PUK, TPAK dan PYB tahun proyeksi
: Angka pertumbuhan penduduk
: Periode waktu antara data dasar tahun awal dan tahun akhir
: Periode waktu antara data dasar tahun akhir dengan tahun
proyeksi

3. Menghitung/memproyeksi kebutuhan tenaga kerja menggunakan


pendekatan elastisitas yang merupakan rasio antara perubahan atau
pertumbuhan PYB dengan pertumbuhan PDRB, dengan rumus
sebagai berikut:

Keterangan:
: Elastisitas tenaga kerja sektor
: Laju pertumbuhan PYB sektor pertahun (%)
: Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor per tahun (%)

9
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

Sedangkan menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja


menurut lapangan usaha sampai dengan tahun proyeksi,
menggunakan rumus:

Keterangan:
: Elastisitas perubahan
: Laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor (%)
: Perkiraan laju pertumbuhan ekonomi sektor - (%)

sementara untuk menghitung proyeksi kesempatan kerja menurut


lapangan usaha, sampai dengan tahun proyeksi, menggunakan
rumus:

Keterangan:
: Data Dasar PUK, TPAK dan PYB pada tahun awal
: Data Dasar PUK, TPAK dan PYB pada tahun akhir
: PUK, TPAK dan PYB tahun proyeksi
: Angka pertumbuhan penduduk

= Proyeksi kesempatan kerja sektor -

= Data dasar PYB pada tahun akhir sektor -

= Laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor -

= Jarak (selisih) tahun proyeksi ( ) dengan tahun data dasar (

4. Data dasar yang digunakan dalam penyusunan persediaan dan


kebutuhan tenaga kerja tersebut adalah data ketenagakerjaan dan
data ekonomi tahun 2013 s.d 2015 serta data olahan Pusat
Perencanaan Ketenagakerjaan tahun 2016.

10
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

5. Perkiraan persediaan tenaga kerja selanjutnya ditabulasikan menurut


Jenis Kelamin, Golongan Umur, dan Tingkat Pendidikan.
6. Perkiraan kebutuhan tenaga kerja ditabulasikan menurut Jenis
Kelamin, Golongan Umur, Lapangan Usaha, Status Pekerjaan, Tingkat
Pendidikan, Jam Kerja, dan Jabatan/Jenis Pekerjaan Utama.

1.5. Sumber Data


Data yang digunakan untuk penyusunan Rencana Tenaga Kerja ini
bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan

Pembangunan Kota (BAPPEKO) AAAAA, Instansi sektoral dan Instansi


penyedia data dan informasi lain yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.

1.6. Pengertian
 Penduduk Usia Kerja (PUK)
Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun
keatas.
 Angkatan Kerja (AK)
Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun ke
atas) yang selama seminggu sebelum pencacahan, bekerja atau
punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, dan mereka yang
tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan.
 Bekerja
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus)
dalam seminggu yang lalu.
 Penganggur Terbuka (PT)
Penganggur Terbuka terdiri dari:
a. Mereka yang mencari pekerjaan;
b. Mereka yang mempersiapkan usaha;

11
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

c. Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak


mungkin dapat pekerjaan;
d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai
bekerja.
 Tingkat Penganggur Terbuka (TPT)
Tingkat penganggur terbuka merupakan rasio jumlah penganggur
terbuka terhadap jumlah angkatan kerja.
 PekerjaTidak Penuh
Pekerja tidak penuh adalah kegiatan seseorang yang bekerja
kurang dari 35 jam per minggu.
 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah perbandingan antara
jumlah angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja
 Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha
Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari
pekerjaan/usaha/perusahaan/instansi dimana seseorang bekerja
seperti digolongkan dalam Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia
(KLUI)/Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI).

 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


a. Menurut Pendekatan Produksi, PDRB adalah jumlah nilai
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi
di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya 1 tahun)
b. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDRB merupakan jumlah
balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi yang ikut serta
dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu
tertentu.
 Persediaan Tenaga Kerja

12
Rencana Tenaga Kerja Kota AAAAA Tahun 2017-2021

Persediaan tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang sudah siap


untuk bekerja, disebut angkatan kerja (labor force) yang dapat
dilihat dari segi kualitas dan kuantitas.
 Kebutuhan Tenaga Kerja
Kebutuhan tenaga kerja (kesempatan kerja) adalah jumlah
lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh
seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti yang
lebih luas, kebutuhan ini tidak hanya menyangkut jumlahnya,
tetapi juga kualitasnya (pendidikan atau keahliannya).

1.7. Sistematika

Penulisan RTK Kota AAAAA Tahun 2017-2021 ini terbagi dalam 7


(tujuh) bab, yaitu:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KONDISI KETENAGAKERJAAN
BAB III : PERKIRAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA
BAB IV : PERKIRAAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA
BAB V : PERKIRAAN KESEIMBANGAN TENAGA KERJA
BAB VI : KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM
PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN
BAB VII : PENUTUP

13

Вам также может понравиться