Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Acne Vulgaris

2.1.1 Definisi

Jerawat (acne vulgaris) merupakan suatu penyakit peradangan kronik dari

unit pilosebaseus yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, nodul,

kista, dan skar (Saragih, dkk., 2016).

Staphylococcus sp.sering ditemukan sebagai flora normal pada kulit dan

selaput lendir manusia. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi baik pada manusia,

maupun hewan (Amanati, 2014). Staphylococcus aureus dan Staphylococcus

epidermidis merupakan bakteri gram positif yang dapat menyebabkan infeksi

kulit, salah satunya yaitu jerawat. Pada umumnya, S.aureus bersifat koagulase

positif, sedangkan S.epidermidis bersifat koagulase negatif (Brooks, dkk., 2005).

2.1.2 Penyebab

Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang

berpengaruh (Harahap, 2000).

Berbagai factor penyebab acne sangat banyak (multifaktorial), antara lain

genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan,

keaktifan dari kelenjar sebacea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri

(Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.

2.1.3 Faktor Risiko

Acne umumnya timbul pada pria maupun wanita menginjak masa

pubertas, yaitu usia 15-19 tahun (90%).

6
7

Seorang gadis akne vulgaris dapat terjadi premenarke. Setelah masa remaja

kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang-kadang, terutama pada wanita,

akne vulgaris menetap sampai dekade umur 30-an atau bahkan lebih. Meskipun

pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian

diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria.

Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita

akne vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika), dan lebih sering

terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada negro. Akne vulgaris mungkin

familial, namun karena tingginya prevalensi penyakit, hal ini sukar dibuktikan.

Dari sebuah penelitian diketahui bahwa mereka yang bergenotip XYY mendapat

akne vulgaris yang lebih berat penderita (Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999).

2.1.4 Gejala dan Tanda

Pada acne dapat timbul komedo (sumbatan bahan tanduk dalam unit

pilosebaseus); papula (komedo tertutup yang pecah); pustula (bentukan padat

yang mengalami perlunakan pada puncaknya, dengan mengeluarkan nanah),

nodul (dari komedo tertutup–penonjolan pada kulit yang lebih besar dari papula),

dan jaringan parut.

2.1.5 Patogenesis

Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada

berbagai factor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit.

1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel. Keratinisasi dalam folikel yang

biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat sehingga sukar lepas

dari saluran folikel tersebut.


8

2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur

komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.

3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses

inflamasi folikel dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada

patogenesis penyakit.

4. Peningkatan jumlah flora folikel ( Propionibacterium acnes ) yang berperan

pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah

fraksi lipid sebum.

5. Terjadinya respons hospes berupa pembentukan cicculating antibodies yang

memperberat akne.

6. Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid,

gonadotropin serta ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada

kegiatan kelenjar sebasea penderita (Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999).

7. Faktor psikis. Akne vulgaris dimasukkan dalam Psychocutaneus Disorder,

di samping itu terdapat pula dermatitis atopik, psoriasis, alopecia areata,

urtikaria, kronik idiopatik pruritus, prurirus ani, pruritus vulvae, pruritus

scrotum, trichotillomania. Faktor emosional dan gangguan psikis ( situasi

konflik terutama stres ) dapat mencetuskan penyakit kulit, dapat menginduksi

serangan baru atau memperburuk keadaan penyakit (Syamsulhadi dkk)

8. Faktor lain : usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tak

langsung dapat memacu peningkatan proses pathogenesis tersebut penderita

(Djuanda, Hamzah dan Aisyah, 1999).


9

2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah terjadinya

erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif).

Kedua usaha tersebut harus dilakukan bersamaan mengingat bahwa kelainan ini

terjadi akibat pengaruh berbagai faktor, baik faktor internal dari dalam tubuh

sendiri (ras, familial, hormonal), maupun faktor eksternal (makanan, musim, stres)

yang kadang-kadang tidak dapat dihindari oleh penderita (Djuanda, Hamzah dan

Aisyah, 1999).

Pengobatan secara umum meliputi : mencuci muka dengan sabun dua kali

sehari–jangan berlebihan; menghindari pemakaian kosmetika yang berlebihan,

menghindari makan kacang, coklat, minyak, mentega, dll (meskipun beberapa

penelitian tidak menemukan korelasi antara makanan dan timbulnya acne). Untuk

pengobatan berupa salep maupun antibiotika sebaiknya menghubungi dokter.

B. Staphylococcus aureus

2.2.1 Definisi

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat

berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur

seperti buah anggur, fakultati anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak

bergerak (Gambar 2.1). Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi

membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada

perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk

bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik

menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis


10

yang berperan dalam virulensi bakteri (Jawetz et al., 1995 ; Novick et al.,

2000).

Bentuk mikroskopis S. aureus (Wikipedia, 2006)

a Klasifikasi
Dari Rosenbach (1884) klasifikasi Staphylococcus aureus
m yaitu:
b Domain : Bacteria

a Kerajaan : Eubacteria

r Filum : Firmicutes

Kelas : Bacilli

1 Ordo : Bacillales

Famili : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : S. Aureus

Nama : Staphylococcus aureus


binomial
11

2.2.2 Patogenisitas

Sebagian bakteri Stafilokokus merupakan flora normal pada kulit,

saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini

juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen

bersifat invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu

meragikan manitol (Warsa, 1994).

Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai

abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus

adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat

diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih,

osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan penyebab utama

infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et

al., 1994; Warsa, 1994).

Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan infeksi

kulit di daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-

mula terjadi nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar

lesi dan pembuluh getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi

proses nekrosis. Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh

getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena,

trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya

endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru

(Warsa, 1994; Jawetz et al., 1995).


12

Kontaminasi langsung S. aureus pada luka terbuka (seperti luka

pascabedah) atau infeksi setelah trauma (seperti osteomielitis kronis setelah

fraktur terbuka) dan meningitis setelah fraktur tengkorak, merupakan penyebab

infeksi nosokomial (Jawetz et al., 1995).

Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi S. aureus timbul secara tiba-

tiba dengan gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi,

dengan gagal jantung dan ginjal pada kasus yang berat. SST sering terjadi

dalam lima hari permulaan haid pada wanita muda yang menggunakan tampon,

atau pada anak-anak dan pria dengan luka yang terinfeksi stafilokokus. S.

aureus dapat diisolasi dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya,

tetapi praktis tidak ditemukan dalam aliran darah (Jawetz et al., 1995).

2.2.3 Faktor Virulensi S. aureus

S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar

luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler.

Berbagai zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein,

termasuk enzim dan toksin, contohnya :

1. Katalase

Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri

terhadap proses fagositosis. Tes adanya aktivitas katalase menjadi

pembeda enusg Staphylococcus dari Streptococcus (Ryan et al.,

1994; Brooks et al., 1995).

2. Koagulase
13

Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat,

karena adanya faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi

dengan enzim tersebut. Esterase yang dihasilkan dapat

meningkatkan aktivitas penggumpalan, sehingga terbentuk deposit

fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat menghambat

fagositosis (Warsa, 1994).

3. Hemolisin

Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona

hemolisis di sekitar koloni bakteri. Hemolisin pada S. aureus terdiri

dari alfa hemolisin, beta hemolisisn, dan delta hemolisisn. Alfa

hemolisin adalah toksin yang bertanggung jawab terhadap

pembentukan zona hemolisis di sekitar koloni S. aureus pada medium

agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan

dan manusia. Beta hemolisin adalah toksin yang terutama dihasilkan

Stafilokokus yang diisolasi dari hewan, yang menyebabkan lisis pada

sel darah merah domba dan sapi. Sedangkan delta hemolisin adalah

toksin yang dapat melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci,

tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah merah domba (Warsa,

1994).

4. Leukosidin

Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan.

Tetapi perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas,

karena Stafilokokus patogen tidak dapat mematikan sel-sel darah

putih manusia dan dapat difagositosis (Jawetz et al., 1995).


14

5. Toksin eksfoliatif

Toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan

matriks mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan

pemisahan intraepitelial pada ikatan sel di stratum granulosum.

Toksin eksfoliatif merupakan penyebab Staphylococcal Scalded

Skin Syndrome, yang ditandai dengan melepuhnya kulit (Warsa,

1994).

6. Toksin Sindrom Syok Toksik (TSST)

Sebagian besar galur S. aureus yang diisolasi dari penderita

sindrom syok toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada

manusia, toksin ini menyebabkan demam, syok, ruam kulit, dan

gangguan multisistem organ dalam tubuh (Ryan, et al., 1994;

Jawetz et al., 1995).

7. Enterotoksin

Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap

suasana basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama

dalam keracunan makanan, terutama pada makanan yang

mengandung karbohidrat dan protein (Jawetz et al., 1995).

2.2.4 Pengobatan

Pengobatan terhadap infeksi S. aureus dilakukan melalui pemberian

antibiotik, yang disertai dengan tindakan bedah, baik berupa pengeringan abses

maupun nekrotomi. Pemberian antiseptik lokal sangat dibutuhkan untuk

menangani furunkulosis (bisul) yang berulang. Pada infeksi yang cukup berat,
15

diperlukan pemberian antibiotik secara oral atau intravena, seperti penisilin,

metisillin, sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin, dan rifampisin.

Sebagian besar galur Stafilokokus sudah resisten terhadap berbagai antibiotik

tersebut, sehingga perlu diberikan antibiotik berspektrum lebih luas seperti

kloramfenikol, amoksilin, dan tetrasiklin (Ryan et al., 1994; Warsa, 1994;

Jawetz et al., 1995).

Вам также может понравиться

  • Ika Lina
    Ika Lina
    Документ226 страниц
    Ika Lina
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • BAB II Tinjauan Pustaka Adil
    BAB II Tinjauan Pustaka Adil
    Документ10 страниц
    BAB II Tinjauan Pustaka Adil
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • Dian S
    Dian S
    Документ17 страниц
    Dian S
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • BAB IV Metode Penelitian Adil
    BAB IV Metode Penelitian Adil
    Документ12 страниц
    BAB IV Metode Penelitian Adil
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • BAB III Kerangka Konsep Adil
    BAB III Kerangka Konsep Adil
    Документ3 страницы
    BAB III Kerangka Konsep Adil
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • BAB IV Metode Penelitian Adil
    BAB IV Metode Penelitian Adil
    Документ12 страниц
    BAB IV Metode Penelitian Adil
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • Cover, Pengesahan Proposal Dan Daftar Isi Adil
    Cover, Pengesahan Proposal Dan Daftar Isi Adil
    Документ9 страниц
    Cover, Pengesahan Proposal Dan Daftar Isi Adil
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • BAB II Tinjauan Pustaka Adil
    BAB II Tinjauan Pustaka Adil
    Документ10 страниц
    BAB II Tinjauan Pustaka Adil
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • 1 1 7 1 10 20170808
    1 1 7 1 10 20170808
    Документ5 страниц
    1 1 7 1 10 20170808
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • Bab 2 Acne Vulgaris
    Bab 2 Acne Vulgaris
    Документ25 страниц
    Bab 2 Acne Vulgaris
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • Bab 2
    Bab 2
    Документ7 страниц
    Bab 2
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • BAB I Pendahuluan Adil
    BAB I Pendahuluan Adil
    Документ5 страниц
    BAB I Pendahuluan Adil
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • 12 Daftar Pustaka
    12 Daftar Pustaka
    Документ5 страниц
    12 Daftar Pustaka
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • Makalah Staphylococcus Aureus
    Makalah Staphylococcus Aureus
    Документ14 страниц
    Makalah Staphylococcus Aureus
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • 7 Bab Iv
    7 Bab Iv
    Документ11 страниц
    7 Bab Iv
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • 5 Bab Ii
    5 Bab Ii
    Документ39 страниц
    5 Bab Ii
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • 12 Daftar Pustaka
    12 Daftar Pustaka
    Документ5 страниц
    12 Daftar Pustaka
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • Bab I MP
    Bab I MP
    Документ6 страниц
    Bab I MP
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • (MEDULAB) KOMPRE 1 PESERTA Batch 2 2018 - 1-10
    (MEDULAB) KOMPRE 1 PESERTA Batch 2 2018 - 1-10
    Документ11 страниц
    (MEDULAB) KOMPRE 1 PESERTA Batch 2 2018 - 1-10
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • 6 Bab Iii
    6 Bab Iii
    Документ3 страницы
    6 Bab Iii
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • 2 Kata Pengantar
    2 Kata Pengantar
    Документ1 страница
    2 Kata Pengantar
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • 4 Bab I
    4 Bab I
    Документ6 страниц
    4 Bab I
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • 3 Daftar Isi
    3 Daftar Isi
    Документ2 страницы
    3 Daftar Isi
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • 1 Cover
    1 Cover
    Документ1 страница
    1 Cover
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • Latihan Soal Ika Dan Pembahasan
    Latihan Soal Ika Dan Pembahasan
    Документ225 страниц
    Latihan Soal Ika Dan Pembahasan
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • 1 Cover
    1 Cover
    Документ1 страница
    1 Cover
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • Katarak Juvenilis Lina
    Katarak Juvenilis Lina
    Документ40 страниц
    Katarak Juvenilis Lina
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • Lap Kipus Tawangsari
    Lap Kipus Tawangsari
    Документ96 страниц
    Lap Kipus Tawangsari
    Lina Niati
    Оценок пока нет
  • Contoh Kipus Bab 4-7
    Contoh Kipus Bab 4-7
    Документ10 страниц
    Contoh Kipus Bab 4-7
    Lina Niati
    Оценок пока нет