Вы находитесь на странице: 1из 9

PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM

PEMERIKSAAN BAHAN NABATI SECARA MIKROSKOPI


DAN HAKSEL

DI SUSUN OLEH

NAMA
NIM
KELOMPOK
DOSEN PENGAMPU DEASY NUR CHAIRIN HANIFA,
M.CLIN.PHARM., APT.

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Amilum atau pati merupakan zat penting dalam proses pembuatan tablet
sebagai eksipien atau bahan dasar. Pati dalam pembuatan tablet berfungsi sebagai
bahan pengisi, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Industri farmasi di
Indonesia diperkirakan 40% menggunakan bahan dasar pati dalam pembuatan
tablet sebagai obat, hampir 80% diimpor dari luar negeri. Untuk kelancaran
dalam bidang farmasi, berbagai pihak berupaya mengidentifikasi sumber pati
alternatif disamping melestarikan tanaman yang mengandung pati (Fitasari,
2008). Selain padi, jagung, kacang, yang mengandung pati, buahbuahan juga
mengandung pati, salah satunya buah sukun.
Pada buah-buahan Chempublish Journal Vol. 3 No. 1 (2018) ISSN: 2503-
4588 2 berwarna hijau dan belum masak kandungan pati juga banyak seperti
mangga, sukun, dan pisang yang mencapai 70% berat keringnya. Berdasarkan hal
itu, buah sukun dapat dijadikan sebagai sumber pati baru dan alternatif di
samping jagung, gandum, dan padi (Winarno, 2008). Bidang farmasi
menggunakan pati sebagai bahan tambahan atau eksipien. Pati digunakan dalam
bidang farmasi atau di industri farmasi sebagai bahan pengisi, penghancur,
maupun sebagai bahan pengikat, dalam membuat formula sediaan tablet. Tetapi,
dalam pembuatan tablet cetak langsung, pati tidak dapat digunakan karena pati
berupa serbuk halus dan dalam keadaan aslinya pati tidak mempunyai sifat alir
dan daya kompresibilitas yang baik (Winarno, 2008).
Buah sukun banyak mengandung karbohidrat, kalsium, kalium, natrium,
thiamin, riboflavin, dan vitamin C. Kulit kayunya mengandung flavonoid yaitu
senyawa polifenol yang mampu mencegah kanker (Rismunandar, 2012). Buah
sukun memiliki diameter 20 - 29 cm bentuknya membulat dengan kulit tebal,
berduri kasar, warnanya hijau kekuningan hingga coklat. Di dalam buah terdapat
daging buah yang lembab berwarna kuning pucat atau keputihan, mengelilingi
lingkaran tengah buah. Tanaman ini diperbanyak dengan cangkokan, tempelan,
atau stek (Rismunandar, 2012).
Pati dari tanaman sukun hanya terdapat pada buah sukun yang hijau.
Bagian buah sukun yang hijau ini mengandung cadangan makanan terutama pati.
Dalam 100 gram bahan buah sukun mengandung karbohidrat 72,5 gram.
(Widiastuti, 2008 dalam Ole et al, 2013).
Buah sukun ini, dimanfaatkan untuk diambil patinya seperti pati tepung
sagu atau tepung tapioka. Daging buah sukun yang telah dikeringkan bisa dibuat
tepung. Potensi kandungan pati buah sukun dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan makanan atau bahan tambahan pembuatan sediaan tablet.
Nurdjanah et al. (2007) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat
menyebabkan perbedaan kandungan pati pada setiap tanaman adalah perbedaan
varietas, lingkungan tempat tumbuh (tanah, cahaya, dan iklim) dan umur panen.
Selain daging buahnya, kulit batang sukun bisa menghasilkan serta untuk
dijadikan bahan pakaian.
Batangnya menghasilkan kayu yang cukup keras, ringan namun cukup kuat
untuk dijadikan bahan konstruksi seperti pembuatan perahu. Daunnya digunakan
sebagai pakan ternak. Getahnya berguna untuk bahan baku permen karet atau
bisa digunakan untuk menjerat burung. Chempublish Journal Vol. 3 No. 1 (2018)
ISSN: 2503-4588 3 Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menentukan
kadar pati pada buah sukun adalah metode Luff Schoorl, disamping metode
enzimatis dan metode kromatografi. Metode ini digunakan untuk menentukan
kadar karbohidrat sedang dan merupakan metode terbaik karena memiliki
kesalahan sebesar 10% untuk mengukur kadar karbohidrat, serta lebih praktis dan
murah biayanya.
Prinsip metode ini adalah iodometri, dimana proses iodometri adalah
proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan (Underwood, 2014).
Sebelumnya telah dilakukan penelitian oleh Dedi Nofiandi et al (2017) tentang
penetapan kadar pati pada umbi talas safira dan kimpul dengan metode Luff
Schoorl, dengan hasil 73,03% dan 75,68%. Penelitian Fitasari (2008) tentang
karakteristik fisikokimia pati ubi jalar sebagai bahan tambahan dalam formulasi
sediaan tablet, dimana memenuhi persyaratan dari sifat fisik, kimia, dan disolusi
tablet. Penelitian Medisa (2009) terkait potensi pati singkong sebagai bahan
penghancur pada formulasi tablet asetaminophen dimana memenuhi persyaratan
dari sifat fisik, kimia, dan disolusi tablet. Untuk buah sukun sebagai sumber pati
baru belum ada yang meneliti. Penulis tertarik untuk mengetahui kandungan pati
dari buah sukun. Berdasarkan keterangan di atas, maka penulis meneliti
kandungan pati pada buah sukun dengan metode Luff Schoorl. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui jumlah, kadar, dan bentuk pati dari buah sukun sebagai
sumber pati baru, yang diprediksi bisa dipakai pada industri makanan maupun
industri farmasi di Indonesia.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi
simplisia dengan menggunakan mikroskop serta dapat menyebutkan ciri khas
simplisia yang diperiksa.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengidentifikasi simplisia dengan menggunakan
mikroskop seta menyebutkan ciri khas simplisia yang diperiksa.
3. Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat
mengidentifikasi beberapa macam haksel yang biasa digunakan dalam ramuan
obat tradisional.
C. DASAR TEORI
Amilum adalah polisakarida dalam tanaman yang disimpan sebagai
cadangan makanan dalam biji buah. Salah satu kandungannya adalah amilosa,
yang tidak larut dalam air dingin namun bisa menyerap air dalam jumlah besar
dan menyebar, bisa digunakan sebagai bahan penghancur tablet. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan amilum manihot sebagai
bahan penghancur yang ditambahkan secara kombinasi internal-eksternal
terhadap sifat fisik dari tablet ibuprofen, dan tablet yang dihasilkan dari berbagai
konsentrasi amilum apakah memenuhi persyaratan farmakope. Penelitian ini
menggunakan metode granulasi basah, dengan tiga variasi kadar amilum manihot
yaitu F1 (75%:25%), F2 (50%:50%), dan F3 (25%:75%).

Dilakukan pengujian terhadap masing-masing formula yaitu uji fisik


granul dan uji fisik tablet (keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu
hancur). Hasil penelitian menunjukkan amilum manihot sebagai bahan
penghancur dengan berbagai konsentrasi dapat mempengaruhi sifat fisik tablet
ibuprofen. Amilum manihot dengan kadar F2 (50%:50%) dan F3 (25%:75%)
menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan Farmakope, sedangkan amilum
manihot dengan kadar F1 (75%:25%).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
tradisional yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain merupakan bahan yang dikeringkan. Terdapat 3 jenis simplisia
yaitu:
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanamn utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman atau gabungan antara ketiganya
2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia
murni.
3. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa bahan kimia murni.

Proses pembuatan simplisia


1. Pengumpulan bahan baku Tahapan pengumpulan bahan baku sangat
menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam
tahapan ini adalah masa panen. Panen daun atau herba dilakukan pada
sat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan
saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.
2. Sortasi basah Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika
tabanab masih segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah dan kerikil,
rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman
yang tidak digunakan dan bagian tanaman lain yang rusak (dimakan
ulat dan sebagainya).
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang
melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga
bahan-bahan yang tercemar pestisida.
4. Pengubahan bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk
memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka
semakin cepat kering. Proses pengubahan bentuk untuk rimpang, daun
dan herba adalah dengan perajangan.
5. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan untuk menurunkan
kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan
bakteri serta memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya
(ringkas, mudah disimpan, tahan lama dan sebagainya). Pengeringan
dapat dilakukan lewat sinar matahari langsung maupun tidak langsung
juga dapat dilakukan dalam oven dengan suhu maksimum 60° C 6.

Sortasi kering Sortasi kering adalah pemilahan bahan setelah


mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan
yang terlalu gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda kendaraan
(misalnya dikeringkan di tepi jalan raya) atau dibersihkan dari kotoran
hewan. 7.
Pengepakan dan penyimpanan Setelah tahap pengeringan da sortasi
kering selesai dilakukan maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu
wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan
yang lainnya (Anonim, 2000) Salah satu pendekatan untuk penelitian
tumbuhan obat adalah penapis senyawa kimia yang terkandung dalam
tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan
berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui
senyawa kimia apa yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman.
Informasi yang diperoleh dari pendekatan ini juga dapat digunakan untuk
keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi lain seperti sumber
tannin, minyak untuk industri, seperti gum, dan lain-lain. Metode yang telah
dikembangkan dapat mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid,
flavinoid, senyawa fenolat, tannin, saponin, kumarin, quinon,
steroid/terpenoid (Teyler V.E,1988).
A. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
 Mikroskop
 Kertas Perkamen
 Sendok tanduk
 Kaca preparat
 Objek glass
2. BAHAN
 Etanol
 Aquadest
 Amylum singkong
 Amylum beras
 Amylum jagung
 Kayu secang
 Cengkeh
 Daun kayu putih
 Kayu manis

B. CARA KERJA
Diinfokan saat asistensi tiap materi
Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Djamil, R dan Anelia, T., 2009, Penapisan Fitokimia, Uji BSLT dan uji Antioksidan
Ekstrak Metanol beberapa jenis Papilionaceae, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,
Vol. 7 No. 2 Hal 65-71

Teyler.V.E., dkk, 1988,Pharmacognosy 9th Edition,187-188, Phiadelphia: Lea &


Febiger

file:///C:/Users/user/Downloads/5056-Article%20Text-10958-2-10-
20180713%20(1).pdf

file:///C:/Users/user/Downloads/5056-Article%20Text-10958-2-10-
20180713%20(1).pdf

Вам также может понравиться