Вы находитесь на странице: 1из 55

KONSEP GANGGUAN SYSTEM REPRODUKSI

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawaran Maternitas
Dosen Pengajar : Hj.Endang Suartini,S.ST,M.KM.

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Dita Noor Arifin P27901117048
Fransisca Windiani P27901117054
Laila karisa P27901117061
Miftahul Jannah P27901117067
Regiyani Septi Diana .S. P27901117073
Siti Nanda Masleha P27901117079
Wike Rosmalinda P27901117085

TINGKAT 2B/SMESTER 4

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANTEN


JUURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM DIII KEPERWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Keperawatan Maternitas dengan judul “Konsep Gangguan Reproduksi” dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam menuntut ilmu. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini .
Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Hj.Endang Suartini, S.ST,M.KM. Selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas
2. Teman-Taman yang telah membatu dalam penyusunan laporan ini
3. Serta Pihak-Pihak yang telah membatu dalam penyusunan laporan ini
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo.S. Myoma uteri di Rumah Sakit.Dr. Soetomo 1972-1974.skripsi.


Surabaya: Bagian Obstetri dan ginekologi.

Sulistyo, R. Sunardi Saiman R. Myoma uteri di rumah sakit Hasan Sadikin


Bandung, 1970-1972. Medan : Kngr Myoma Ginekol Indonesia III, 1976

Prawirohardjo, Sarwono. 2007.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


edisi 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem reproduksi pada manusia (Reproduksi berarti “membuat kembali”, jadi
“Reproduksi pada manusia berarti kemampuan manusia untuk memperoleh
keturunan sehingga sistem reproduksi adalah organ-organ yang berhubungan
dengan masalah seksualitas.
Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang
mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil baligh. Pada seorang pria
testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon
testosteron. Hormon testosteron berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda
kelamin sekunder pada pria, di antaranya suara berubah menjadi lebih besar,
tumbuhnya rambut di tempat tertentu misalnya jambang, kumis, jenggot, dan dada
tumbuh menjadi bidang, jakun membesar. Sedangkan seorang wanita ovariumnya
telah mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen.
Hormon estrogen berfungsi mempengaruhi timbulnya tanda-tanda kelamin
sekunder pada wanita, yaitu kulit menjadi semakin halus, suara menjadi lebih
tinggi, tumbuhnya payudara dan pinggul membesar.

Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
otonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari
sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Tumor ganas pada alat reproduksi
wanita dijumpai pada semua umur (18 – 80 tahun) dengan rat-rata puncaknya
pada usia 50 tahun. Kejadian paling sering pada kelompok umur 30 – 40 tahun.
Faktor pemicu munculnya tumor banyak sekali, antara lain pencemaran
lingkungan hidup, termasuk udara akibat debu dan asap pembakaran kendaraan
atau pabrik. Asap kendaraan, misalnya, mengandung dioksin yang dapat
memperlemah daya tahan tubuh, termasuk daya tahan seluruh selnya.
Kanker adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus-menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Himawan, 2006). Kanker adalah suatu
penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh tidak normal dan tidak
terkendali sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan
merusak sel atau jaringan sehat. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang
sangat ditakuti oleh banyak orang sehingga ada baiknya kita mencegah kanker
daripada mengobatinya Di Indonesia, masalah penyakit kanker terlihat lonjakan
yang luar biasa. Dalam jangka waktu 10 tahun, terlihat bahwa peringkat kanker
sebagai penyebab kematian naik, dari peringkat 12 menjadi peringkat enam.
Setiap tahun diperkirakan terdapat 190 ribu penderita baru dan seperlimanya akan
meninggal akibat penyakit ini ,tidak hanya di Indonesia melainkan juga di
berbagai Negara.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN TUMOR

2.2 TUMOR JINAK PADA ALAT GENITAL


2.2.1 VAGINA
1. Tumor kistik vulva
a. Kista inklusi (Kista epidermis)
Kista yang terjadi akibat perlukaan, terutama pada persalinan, karena
episiotomy atau robekan, dimana suatu segmen terpendam dan
kemudian menjadi kista. Kista ini terdapat di bawah epitel
vulva/perineum maupun vagina berwarna kekuning-kuningan atau
abu-abu biasanya bergaris tengah kurang dari 1 cm dan berisi
cairankental. Umunya kista ini tidak menimbulkan keluhan.
b. Kista sisa jaringan embrio
1) Kista Gartner
Dianggap berasal dari saluran mesonefridikus Wolffi. Terdapat
pada dinding lateral-anterolateral vagina sampai pada vulva dekat
uretra dan klitoris. Dindingnya terdiri dari epitel torak atau kubus
berisi cairan jernih tanpa musin. Biasanya berukuran kecil dan
multiple namun dapat mencapai ukuran kepala janin, dengan
konsistensi yang lunak.
2) Kista saluran nuck
Berasal dari sisa prosesus vaginalis peritoneum yang terletak
dalam saluran inguinal, kadang-kadang melanjutkan diri sampai
pada labium mayora. Terletak mulai dari saluran inguinal sampai
dinding labium mayor, kadang-kadang terdiri dari beberapa kista.
Kista saluran Nuck berisi cairan jernih dengan dinding selaput
peritoneum. Dengan demikian kista ini harus dibesarkan dengan
hernia inguinal dan varikokel yang sering terdapat pada
kehamilan.

3) Kista kelenjar
a) Kista bartholini : Terjadi akibat radang
b) Kista sebasea
Berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat pada labium
mayor, labium minor dan mons veneris, terjadi karena
penyumbatan saluran kelenjar sehingga terjadilah penimbunan
sebum. Kelenjar ini biasanya terletak dekat di bawah
permukaan kulit berwarna kuning keabu-abuan, dengan batasa
yang jelas dan konsistensi keras, ukuran kecil sering multiple.
Dindingnya berlapis epital kelenjar dengan isi sebum yang
mengandung Kristal kolesterol. Kristal ini sering mengalami
infeksi.
c) Hidradenoma
Berasal dari kelenjar keringat, ada yang mengatakan berasal
dari sisa saluran Wolffi.
d) Penyakit Fox-Forduce
Disebut juga apokrin miliaria terjadi akibat sumbatan saluran
kelenjar keringat sehingga membentuk banyak Kristal kecil
dengan diameter 1-3 mm, multiple, terasa gatal. Kelainan ini
dapat juga terjadi di ketiak dan gelanggang susu. Dapat
mengalami kekambuhan apabila terjadi gangguan emosi antara
lain rangsang seksual.
e) Kista parauretra
Terjadi karena saluran kelenjar ini tertutup oleh infeksi. Kista
ini biasa menonjol pada dinding depan vagina dan sering
mengalami infeksi.
f) Kista endometriosis
Walaupun jarang seklai terjadi, dapat tumbuh pada vulva
maupun vagina. Kista pada vulva ini umu hanya memerlukan
pengangkatan kalau mengganggu saja. Pada kista yang
mengalami infeksi dapat dilakukan infeksi.
2. Tumor solid vagina
A. Tumor epitel
1) Kondiloma akuminatum
Penyakit ini disebabkan oleh virus HPV tipe 6 dan 2. Akhir-akhir
ini juga dimasukkan dalam golongan penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Gambaran histologik adalah suatu
papiloma yang sekali-sekali setelah lama dapat menjadi ganas.
Gambaran makroskopis adalah seperti jengger ayam. Kondiloma
akuminatum dapat tumbuh pada vulva dan sekitar anus sampai
vagina dan serviks.
2) Karunkula uretra
Dibagi menjadi 2 macam:
(a) Karankula uretra neoplasma
Terdiri dari polip merah muda dengan tangkai pada tepi dorsal
muara uretra, mikroskopik sebagai papiloma uretra yang
ditutupi oleh epitel transisional yang tersusun sebagai lipatan
dengan tipe yang sering menyerupai pertumbuhan ganas.
Tumor I ni mempunyai kecenderungan untuk kambuh local.
Gangguan yang ditimbulkan antara lain adalah nyeri pada
waktu berjalan dan duduk, ispareunia, disuria, perdarahan dan
pembengkakan.
(b) Karankula uretra granulomatosa
Penonjolan ini terdiri dari jaringan granulomatosa pada muara
uretra terutama bagian belakang yang meluas ke samping juga.
Dengan demikian, lubang muara uretra ini menonjol akan
tetapi tidak mempunyai tangkai, berwarna merah kusam dan
tidak menimbulkan nyeri seperti pada karunkula uretra
neoplasma. Gambaran mikroskopik adalah reaksi
granulomataosa jaringan terhadap infeksi kronik pada ueretra.
Karunkula ini sering terdapat pada wanita pasca menopause,
kebanyakan merupakan penampilan investasi Trikomonas
vaginalis. Apabila etiologi infeksi tidak diobati maka
karunkula ini sering kambuh.
3. Hiperkeratosis
Harus dibedakan karena leukoderma atau vitiligo dimana
pigmentasi tidak terjadi, serta karsinoma vulva insitu maupun
invasive.
Pada hyperkeratosis dibedakan:
(a) Yang disebabkan infeksi menahun: dermatitis.
(b) Tumor jinak berpapil yang sudah menahun.
(c) Distrofi (leukoplakia):
 Likhen skelorsis, kadang-kadang disertai atropi eitelnya
saja: kraukosis (berkerut).
 Hiperkeratosis: khas daan tidak khas.
 Campuran antar 1 dan 2. Untuk membedakannya dengan
karsinoma seringkali memerlukan pemeriksaan lanjut
(kolposkopi, sitologi maupun histologi).
4. Nevus pigmentosus
Walaupun kulit vulva hanya 3% seluruh kulit badan, melanoma
maligna terjadi pada vulva dan vagina 7-10%. Nevus ini tampak
sebagai lesi berwarna kehitam-hitaman pada permukaan vulva
berdiameter 1-2 mm. pemeriksaan mikroskopik menunjukkan sel
nevus yang khas dengan inti biru tua dan terletak di bawah lapisan
epitel. Menururt Masson sel nervus berasal dai melanosit dalam
epidermis atau dari sel Schwan dari serabut saraf yang menuju
kulit. Yang berbahaya ialah lesi yang berpigmen dan tak meluas
sehingga sebaiknya diperiksa secara histologik.
B. Tumor jaringan mesoderm
1) Fibroma: berasal dari jaringan di sekitar labium majus, dapat
tumbuh besar dengan konsistensi lunak dan berwarna putih
keabu-abuan.
2) Lipoma: berasal dari jaringan lemak di sekitar labium majus
dengan konsistensi lunak, dapat bertangkai dan mencapai
ukuran besar.
3) Leiomioma: berasal dari otot polos ligamentum rotundum
dekat pada labium mayus tersusun seperti pusaran air/konde.
4) Neurofibroma: berasal dari sarung serabut saraf, biasanya
kecil saja, lunak, berbentuk polipoid dan berwarna seperti
daging.
5) Hemangioma: yang berasala dari congenital biasanya akan
menghilang sendiri pada pertumbuhan anak. Pada wanita
pascamenopause biasanya terjadi karena adanya varises yang
kecil-kecil dan dapat menyebabkan perdarahan
pascamenopause. Angiokeratoma adalah jenis hemangioma
dengan kapiler membesar pada korium dan dengan
hyperkeratosis pada epidermis. Hemangioma kavernosum
mempunyai ruangan yang luas dengan permukaan yang tidak
rata, berisi darah dengan dinding sel endotel, tumor ini
kadang-kadang masuk ke jaringan di bawahnya.
6) Limfangioma: berasal dari jaringan pembuluh limfe, jarang
sekali dijumpai. Mikroskopik tampak seperti limfangiom
namun tidak berwarna.

2.2.2 VULVA
1. Tumor kistik
Tumor-tumor di vagina umunya mempunyai sifat yang sama dengan yang
ddapatkan pada vulva. Tumor vulva dan vagina hendaknya dibedakan
dengan vaginitis emfisematosa. Dapat juga saluran Muller terjadi di dekat
serviks biasanya soliter, akan tetapi dapat multiple, kista ini dilapisis epitel
seperti endoserviks, berisi cairan musin.

2. Tumor solid
a. Granuloma
Bukan neoplasma yang sebenarnya. Jaringan merupakan granulasi yang
terbatas-batas, seringkali berbentuk polip terutama terjadi pada bekas
operasi kolpografi dan histerektomi total dan dapat bertahan sampai
bertahun-tahun.
b. Tumor miksoid vagina
Konsistensi lunak seperti kista berisi jaringan miksomatosa, jaringan
pengikat dan jaringan lemak seperti yang biasa terdapat pada daerah
glutea, fossa iskhiorektales, serta apabila terdapat di vagina berada pada
daerah parakolpos. Kadang-kadang kambuh kembali dan dapat juga
menjadi ganas.
c. Adenosis vagina
Berasal dari sisa saluran paramesonefridikus Muler berupa tumor jinak
vagina, terutama terletak dekat serviks uteri, terdiri dari epitel torak
yang mengeluarkan mucus. Di tempat itu mukosa vagina tampak
merah dan berbintik. Ini disebabkan karena pemberian hormone
estrogen sintesis lain, diberikan pada ibu penderita waktu hamil muda
(sindrom D.E.S). Tumor ini dapat menjadi adenocarcinoma. Diagnosis
ditegakkan dengan kolposkopi yang terlihat sebagai ulserasi di
kemudian dilanjutkan dengan biopsy dan pemeriksaan histopatologi.

2.2.3 TUBA
Tumor tuba uterine dapat berupa neoplasma maupun non neoplasma. Tumor
tuba uterine yang neoplastik jarang seklai ditemukan. Endometriosis yang
sebenarnya bukan neoplasma lebih sering didapat pada tuba, terkadang dikira
ganas. Tuba uterine falopii dan jaringan sekitarnya: Tumor-tumor yang
disebabkan oleh radang.

2.2.4 UTERUS
1. Tumor ektoserviks
a. Kista sisa jaringan embrional: berasal dari saluran mesonefridikus
Wolffi terdapat dinding samping ektoserviks
b. Kista endometriosis: letaknya superficial.
c. Folikel atau kista Naboth: kista retensi kelenjar endoserviks,
biasanya terdapat pada wanita multipara, sebagai penampilan
servisitis. Kista ini jarang mencapai ukuran besar berwarna putih
mengkilap berisi cairan mucus. Kalau kista ini menjadi besar dapat
menyebabkan perasaan nyeri.
d. Papiloma: dapat tunggal maupun multiple seperti kondiloma
akuminata. Kebanyakan papiloma ini adalah sisa epitel yang
terlebih pada trauma bedah maupun persalinan.
e. Hemangioma: jarang terjadi, biasanya terletak superficial, dapat
membesar pada waktu kehamilan, dapat menyebabkan metroragi.
Terapi tumor ektoserviks tergantung pada kelainan ataupun potensi
akan kelainan yang dapat disebabkannya. Umunya bersifat
ekspektatif saja. Kista Nabothi dapat diinsisi, tumor-tumor lain
dapat dilakukan ekstirpasi, kauterisasi dan krioterapi.
2. Tumor endoserviks
Polip: sebetulnya adalah suatu adenoma maupun adenofibroma
yang berasal dari selaput lender endoserviks. Tangkainya dapat
panjang hingga keluar dari vulva. Epitel yang melapisi biasanya adalah
epitel endoserviks yang dapat juga mengalami menjadi lebih semakin
kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis, serta mudah
berdarah. Polip ini berkembang karena pengaruh radang maupun virus.
Harus ditegakkan apakah polip itu suatu adenoma, sarcoma botriodes,
adenokarsinoma serviks atau mioma yang dilahirkan. Polip
endoserviks diangkat dan perlu diperiksa secara histologik.
3. Tumor endometrium
a. Polip endometrium
Sering didapati terutama dengan pemeriksaan histeroskop. Polip
berasal dari:
1) Adenoma, adenofibroma
2) Mioma submukosum
3) Plasenta
b. Adenoma-adenofibroma
Biasanya terjadi dari epitel endometrium dengan stroma
yang sesuai dengan daur haid. Adenoma ini biasanya merupakan
penampilan hyperplasia endometrium, dengan konsistensi lunak
dan berwarna kemerah-merahan. Gangguan yang sering
ditimbulkan adalah metroragi sampai menometroragi, infertilias.
Mempunyai kecenderungan kambuh kembali.
c. Mioma submukosum
Sarang mioma dapat tumbuh bertangkai dan keluar dari
uterus menjadi mioma yang dilahirkan. Tumor berkonsistensi
kenyal berwarna putih.
d. Polip plasenta
Berasal dari plasenta yang tertinggal setelah partus maupun
abortus. Pemeriksaan histology memeperlihatkan vili korialis
dalam berbagai tingkat degenerasi yang dilapisi endometrium.
Polip plasenta menyebabkan uterus mengalami subinvolusio yang
menimbulkan perdarahan. Polip endometriosis umumnya diangkat
dengan cara kauterisasi dan bedah laser.
4. Miometrium
Neoplasma ini berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumpangnya. Efek fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen.
Menurut letaknya, mioma dapat kita bagi menjadi:
a. Mioma submukosum: berada id bawah endometrium dan menonjol
ke dalam rongga uterus.
b. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus di antara
serabut miometrium.
c. Mioma subserosum: apabila tumbuh keluar dinding uterus
sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
5. Adenomiosis
Adenomiosis adalah adanya sarang enometriosis di antara serabut
miometrium.

6. Hemangioma
Tumor jinak pembuluh darah ini jarang sekali ditemukan.
Umunya didapatkan secara kebetulan pada pemeriksaan histologik
uterus yang diangkat karena perdarahan. Bentuk histologinya dapat
beraneka ragam.

2.3 TUMOR GANAS ALAT GENITAL


2.3.1 VULVA

1. Karsinoma Vulva
a. Epidemiologi

80-85% terdapat pada wanita pasca menopause, terutama


yang dalam dekade ke-7 sebagai puncak insidensi, paling tidak
mengenai 30%. Karsinoma vulva jarang ditemukan pada golongan
umur <> 50%). Paritas dan suku / ras tidak mempunyai peran.
b. Etiologi

Tidak banyak diketahui mengenai etiologi jenis tumor


ganas ini, meskipun disebut tentang lambatnya menarche (15-17
tahun) dan awalnya menopous (40 tahun) dalam riwayat
penyakitnya. Faktor etnik tidak berpengaru, meskipun lesi
granulomatosa sering ditemukan pada suku negro.

c. Faktor resiko terjadinya kanker vulva

1. Infeksi HPV atau kutil kelamin (kutil genitalis) HPV merupakan


virus penyebab kutil kelamin dan ditularkan melalui hubungan
seksual.
2. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina
3. Infeksi sifilis
4. Diabetes
5. Obesitas
6. Tekanan darah tinggi.
7. Usia
Tigaperempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun
dan dua pertiganya berusia diatas 70 tahun ketika kanker
pertama kali terdiagnosis.Usia rata-rata penderita kanker
invasif adalah 65-70 tahun.
8. Hubungan seksual pada usia dini
9. Berganti-ganti pasangan seksual
10. Merokok
11. Infeksi HIV
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyebabkan
kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sehingga wanita lebih
mudah mengalami infeksi HPV menahun. Golongan sosial-
ekonimi rendah.Hal ini berhubungan dengan pelayanan
kesehatan yang adekuat, termasuk pemeriksaan kandungan
yang rutin.
12. Neoplasia intraepitel vulva (NIV)
13. Liken sklerosus
Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis dan gatal.
14. Peradangan vulva menahun
15. Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.
d. Patologi

Lesi primer sering berupa ulkus denag tepi induratif


(ulcero-granulating) atau sebagai tumbuhan eksofitik ( wart / kutil)
dengan tempat predileksi terutama di labia mayora, labia minora,
klitoris dan komisura posterior. Lesi bilateral tidaklah jarang,
bahkan kedua labia mayora dapat simetris terkena (kissing).
e. Tingkatan pra-maligna

Kurang lebih 50% dari semua karsinoma vulva didahului


oleh suatu keadaan yang sedikit banyakdapat ditetapkan sebagai
pendahulnya. Yang paling sering adalh distrofia vulva seperti pada
vulvitis atrofik, vulvitis diabetik, leukoplakia, lichen atau lichenoid
seperti pada lichen sclerosus et atrophicus, kraurosis vulva denagan
hiperplasi. Yang sangat potensial menjadi pendahulu keganasan
vulva adalah kondiloma akuminata atau kondoloma lata, infeksi
oleh HVP ( Human Papiloma Virus ) tipe-16 dan mungkin juga
tipe-18. pada Neoplasma Intraepitelial vagina (NIV) tidak ada
bukti bahwa NIV akan berlanjut menjadi kanker vulva yang invasif
bila dibiarkan tanpa pengobatan. NIV-I, II, III, biasanya terdapat
pada wanita <> 60-70 tahun. Secara umum diterima, bahwa pada
kanker serviks terdapat periode laten 5-10 tahun sebelim lesi pra-
maligna ( NIS-I , II , III , KIS )menjadi kanker yang invasif.
Mengingat lokasi tomur primer (karsinoma epidermoid ) hampir
60% pada labium majus, 20% pada labium minus atau veitibulum,
12% di klitoris dan 6% di komisura posterior, perembetan ke
jaringan sekitar akan meluas ke urethra, kandung kemih, vagina,
rektum dan malalui pembuluh getah bening secara embolisasi.
Rute primer penyebaran ke kelenjar inguinal adalah malalui
kelenjar femoral luar (superfisial), kemudian kelenjar femoral
dalam (profundal) untuk akhirnya menuju kelenjar getah bening
panggul melalui kelenjar iliak luar / ekstern, obturator, iliaka
komunisdan kelenjar para-aorta.
f. Pembagian tingkat keganasan karsinoma vulva

Menurut klasifikasi FIGO 76


Tingkat Kriteria
0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepitel seperti pada
penyakit Bowen, penyakit Paget yang noninvasif
I Tumor terbatas pada vulva dengan diameter terbesar 2 cm /
kurang kelenjar di lipat paha tak teraba, atau teraba tidak
membesar dan mudah digerakan (mobil), klinis tidak
mencurigakan adanya anak sebar di situ.
II Tumor terbatas pada vulva dengan diameter > 2 c, kelejar
di lipat paha ( inguinal )tidak teraba bilateral, tidak
membesar dan mobil, klinis tidak mencurigakan adanya
anak sebar di situ.
III Tumor dari setiap ukuran dengan :
1) Perluasan ke urethra, atau vagina, perineum dan
anus
2) Pembesaran kelenjar lipat pada uni/ bilateral, mobil
tapi klinis mencurigakan telah terinfiltrasi oleh sel
tumor.
IV Tumor dari setiap ukuran yang :
1) Telah menginfiltrasi kandung kemih, mukosa
rektum, atau ke dua-duanya termasuk bagian
proksimal dari urethra
2) Telah menyebar ke tulang atau metastasis jauh.

g. Gambaran klinis dan diagnosis


Penderita ini datang dengan keluhan samar-samar mengenai
iritasi vulva atau pruritus (gatal-gatal) vulva.Diagnosis akan lebih
mudah dibuat bila ditemukan benjolan, ulkus atau lesi yang
berdarah. Nyeri biasanya dikeluhkan bila lesinya terdapat dekat
klitoris atau urethra, karena pedih waktu kencing. Superinfeksi dari
lesi ganas juga menimbulkan rasa sakit dan lebih banyak iritasi
akibat keputihan yang terus-menerus. Hanya sekitar 5 % yang
datang denga pembesaran kelenjar lipat paha atau abses sebagai
keluhan utama.
h. Diagnosis dini

Perasaan gatal atau terbakar di vulva harus mendapatkan


perhatian, untuk mencari area yang mencurigakan akan keganasan.
Daerah tersebut dapat berupa wart (kutil), benjolan kecil
yang berwarna kemerahan, keputihan atau berfigmen, agak
meninggi, atau ulkus datar yang mudah berdarah dengan tepi
induratif. Kalau prosesnya sudah agak lanjut, mungkin akan
ditemukan luka yang dalam, yang telah mengalami infeksi dan
nekrotik, atau tampak seperti bunga kobis / kool. Golongan resiko
tinggi ialah wanita yang mempunyai faktor predisposisi :
1) Diabetes Melitus
2) Obesitas
3) Hygiene seksual yang tidak baik
4) Lichen sclerosus atrophicus
5) Leukoplakia & kraurosis vulva
i. Penanganan

Pada tingkat klink 0 (KIS / Intraepitelial karsinoma)


dikerjakan vulvektomi dengan mengangkat kedua labia mayora,
labia minora, sebagian mons veneris dan himen.
Pada tingkat klinik I dan II dilakukan vulvektomi radikal
dengan limfadenektomi bilateral kelenjar inguinal luar dan dalam,
dalam satu tahap (enblok).
Komplikasi vulvektomi radikal dengan limfadenektomi
bilateralis yang perlu diamati ialah infeksi luka dan dehisensi,
limfoedema (33%), parestesia saraf femoralis, perdarahan sekunder
asal dari arteri dan vena femoralis, kista getah bening yang
sekunder terinfeksi dan menimbulkan nyeri yang sangat, penyakit
trombo-embolik, infeksi saluran kemih, disfungsi seksual terutama
sangat menurunnya libido (gairah seksual), anorgasme dan
dispareunia.
2. Melanoma vulva

Melanoma vulva adalah keganasan nomor dua pada vulva sesudah


karsinoma. Hampir 5% dari semua melanoma maligna muncul di vulva
yang merupakan hanya 1% dari kulit permukaan seluruh tubuh. Terdapat
predileksi di labia minora dan klitoris, sering meluas ke vagina dan urethra
berupa benjolan (nodul) yang berwarna hitam kebiruan. Menyebar secara
limfogen denga membentuk nodul satelit sekeliling tumor primer untuk
kemudian bermestastasis ke kelenjar limfa regional. Bila terjadi
penyebaran secara hematogen, anak sebar terdapat di paru-paru
(terasering), kemudian otak, hati dan jantung juga tidak jarang.
3. Adenokarsinoma

Pada vulva jarang dan umumnya berasal dari kelenjar bartholini.


4. Basalioma (basal sel karsinoma)

Biasanya ditemukan di daerah yang berambut, sesekali pada labia


mayora sebagai makula kemerahan/ kecoklatan atau sebagai nodul kecil
yang mengalami ulserasi di tengahnya (ulkus rodens). Lesi ini hampir tak
pernah menyebar ke kelenjar getah bening, sebab itu eksisi lokal yang luas
sudah memadai untuk tujuan kuratif.
5. Penyakit Paget

Merupakan lesi intra epitelial vulva yang sering bersama-sama


dengan munculnya adenokarsinoma kelenjar apokrin
6. Karsinoma verukosa

Karsinoma ini adalah keganasan pada vulva berbentuk tumor


eksofitik seperti papil pada kondiloma akuminata, atau seprti bunga kol
(cauliflower like).
7. Sarkoma pada vulva

Sarkoma vulva sangat jarang tapi metastasis berjarak jauh umum


terjadi. Tumor ini histologik dapat berupa leiomiosarkoma (paling sering),
liposarkoma, rhabmiosarkoma, fibrosarkoma, angiosarkoma,
limfosarkoma, dan epiteloidsarkoma. Penyebarannya sangat cepat, karena
secra hematogen. Prognosiscsangat buruk. Peran radioterapi dan atau
kemoterapi sebagai adjuvans perlu dipertimbangkan.
8. Tumor ganas sekunder pada vulva

Berasal dari jaringan dekat vulva seperti serviks uteri, vagina,


uterus yang merembet langsung atau secra limfogen atau embolisasi
melalui pembuluh darah balik. Paling sering ditemukan adalh metastasis
koriokarsinoma yang memberi gambaran khas yang berwarna biru
kehitaman. Penanganan dengan kemoterapi tunggal (MTX) atau
kombinasi, tergantung dari faktor resikonya.

2.32. VAGINA

Tumor ganas primer di vagina sangat jarang. Bilamana serviks uterus


ikut terlibat dalam proses, maka dianggap sebagai tumor ganas serviks uteri.
Begitu juga bilamana vulva ikut terlibat dalam proses, maka dianggaptumor
ganas itu adalah tumor ganas vulva.
Gejala
Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan
ataupun luka terbuka pada atau di sekitar lubang vagina.Kadang terbentuk
bercak bersisik atau perubahan warna.Jaringan di sekitarnya mengkerut
disertai gatal-gatal.Pada akhirnya akan terjadi perdarahan dan keluar cairan
yang encer.
Gejala lainnya adalah:
a. Nyeri ketika berkemih
b. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
c. Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala.
1. Karsinoma vagina
a. Epidemiologi

Kanker vagina jarang terjadi, biasanya diderita oleh wanita


berumur 50 tahun ke atas. Insidensi.
b. Patologi

Terbanyak (hampir 99%) adalah squamous cell carsinoma, sisanya


adenokarsinoma dan embrional rhabdomiosarkoma (sarkoma botrioides).
c. Tingkat pra-maligna

Sebelum menjadi infasif, lesi itu melalui tingkatan pra-maligna


yang disebut sebagai NIV (Neoplasia Intraepitelial Vagina) I, II, III
(Displasia ringan, sedang, berat) dan KIS (karsinoma in situ), yang
berlangsung beberapa tahun dan dapat dideteksi awal melalui Pap’smear
atau bilamana perlu biopsi terarah dengan bimbingan kolposkop terhadap
‘lesi yang mencurigakan.
d. Penyebaran

Bila proses terdapat pada sepertiga bagian atas vagina,


penyebarannya akan terjadi seperti pada karsinoma serviks;bila berlokasi
pada sepertiga bagian distal vagina, penyebarannya akan menyerupai
karsinoma vulva.
e. Pembagian tingkat keganasan
Umumnya karsinoma epidermoid pada vagina muncul di 2/3 di
bagian proksimal vagina. Lokasi paling sering di dinding paling atas
(proksimal)atau depan bawah(distal)vagina,berbentuk eksopitik seperti
bunga kol, endofitik ulseratif,infiltratif atau papilomatosa.
Pembagian tingkat keganasan menurut FIGO 1
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma in situ, karsinoma intra epitelial
I Proses masih terbatas padadinding vagina
II Proses sudah meluas sampai jaringan para vagina,tetapi belum
mencapai dinding panggul;
III Proses telah meluas sampai ke salah satu/kedua dinding panggul;
IV Proses sudah keluar dari panggul kecil,atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektum/kandung kemih

f. Gambar klinik dan diagnosa

Karsinoma in situ lebih sering didapat sebai proses yang


multifokal.Ia dapat ditemukan bersama-sama dengan tumor sejenis di
bagian lain dari traktus genitalis,atau setelah pembedahan yang tidak
radikal pada karsinoma in situ serviks uterus,atau pasca radiasi karsinoma
serviks uterus.Adenokarsinoma vagina yang jarang,dapat berasal dari
urethra,kelenjar Bartholin,atau sebagai metastasis dari karsinoma
endometrium/ovarium.
Pada pemeriksaan in spekulo dapat ditemukan ulkus dengan tepi
yang induratif atau pertumbuhan tumor eksofitik seperti bunga kol
(cauliflower) yang mudah berdarah pada sentuhan.Biopsi harus dibuat
pada daerah yang dicurigai,sehingga bukti histologik dapat menegakkan
diagnosis.
g. Diagnosis dini

Pada pemeriksaan rutin secara berkala,pengambilan bahan untuk


pemeriksaan sitologik dari dinding vagina perlu pula pengambilanbahan
dari ekto-danendoserviks. Pada klinik yang sudah maju,pemeriksaan
kolposkopik,biopsi terarah dengan bimbingan kolposkop,
kolpomikroskopi dilakukan untuk membuat diagnosis dini.

h. Penanganan
Untuk tingkat klinik 0, dapat dilakukan vaginektomi,
elektrokoterisasi, bedah krio (cryo-surgeri), penggunaan sitostatika topikal
atau sinar laser.Untuk tingkat klinik I dan II dilakukan opersi atau
penyinaran.Operasi pada tumor di bagian atas vagina sama dengan operasi
pada karsinoma serviks uterus,hanya vaginektomi dilakukan lebih
luas(>1/2 puncak vagina harus diangkat),sedang operasi pada bagian
bawah vagina mendekati operasi pada karsinoma vulva.

Kemoterapi dengan peraturan VAC (Vincristine,Aktinomisin-D


dan Cytoxan/Endoxan) hanya untuk pengobatan embrional
rabdomiosarkoma (sarkoma botrioides) pada anak-anak,yang ternyata
efektif. Tumor ini berbentuk polipoid seperti buah anggur yang berasal
dari bagian atas vagina dan dapat menonjol keluar sampai di introitus
vagina. Penyebaran secara hematogen ke paru-paru atau tulang

2.3.3 ADNEKSA
1. Tubba Fallopii (saluran telur)
a. Patologi :

Hsu, Taymor, dan Hertig membagi histologik tumor ini dalam 3 jenis
menurut keganasannya:
1) Jenis papiler : tumor belum mencapai otot tuba dan difeensiasi
selnya masih baik, batas daerah normal dengan tumor masih dapat
ditunjukkan.
2) Jenis papilo-alveolar (adenomatosa) : tumor ini telah memasuki
otot tuba dan memperlihatkan gambaran kelenjar.
3) Jenis alveo-meduler : terlihat mitosis yang atipik dan terlihat invasi
sel ganas ke dalam saluran limfa tuba.
b. Penyebaran :

Pada umumnya terjadi secara langsung ke alat sekitarnya,


kemudian melalui pembuluh getah bening ke abdomen, leher, daerah
inguinal, vagina, tuba, ovarium dan uterus.
c. Tingkat Klinis Keganasan

Tingkat Kriteria
Klinik
IA Pertumbuhan tumor terbatas pada salah satu tuba; tidak ada
ascites.
1. Tak ditemukan tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
2. Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah atau
kedua-duanya.
IB Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua tuba; tidak ada
asites.
1. Tak ada tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
2. Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah, atau
kedua-duanya.
IC Tumor dari tingkatan klinik 1A dan IB, tetapi ada asites atau
cucian rongga perut positif.
II Pertumbuhan tumor melibatkan satu atau dua tuba, dengan
perluasan ke panggul.
IIA Perluasan proses dan/ atau metastatis ke uterus atau ovarium.
IIB Perluasan proses ke jaringan panggul lainnya.
IIC Tumor dari tingkat klinik IIA atau IIB, tetapi dengan asites
dan/atau cucian rongga perut positif.
III Tumor melibatkan satu atau dua tuba dengan penyebaran
kelenjar limfa intraperitoneal, atau kedua-duanya. Tumor
terbatas pada panggul kecil dengan bukti histologik
penyebaran ke usus halus atau omentum.
IV Pertumbuhan tumor melibatkan salah satu atau kedua tuba
dengan metastasis berjarak jauh. Bilamana didapatkan efusi
pleural, harus ada sitologi positif untuk menyebutnya sebagai
tingkat klinik IV. Begitu pula ditemukannya metastasis
keparenkim hati.

d. Gambaran klinik dan diagnosis

Pada awal penyakit tidak menimbulkan gejala diagnosis sering


terlambat dibuat karena letaknya yang sangat tersembunyi dan
pemeriksaan histologik atas spesimen yang dikirim. Kalau sudah ada
keluhan, biasanya sudah terlambat. Deteksi dini tumor ganas tuba
Falloppii sukar diupayakan. Perlu dapat perhatian khusus bila wanita
berusia (45-55 tahun), ditemukan tumor adneksa (tumor radang:
hidrosalping, piosalping atau abses tubo-ovarial dan sebagainya)
disertai rasa nyeri dan adanya getah vagina yang semula kekuning-
kuningan kemudian bercampur darah, perlu dicurigai kemungkinan
akan adanya tunor ganas tuba terutama pada nullipara atau primipara.
Wanita beranak satu (sterilitas satu anak) biasanya oleh karena
mengalami infeksi gonokokus yang menimbulkan peradangan tuba dan
menjadi buntu. Perasaan nyeri ini dapat intermiten atau terus menerus
dan menjalar ke pangkal paha dan punggung bagian bawah (regio
sakro-koksigeal). Rasa sakit ini yang menyebabkan penderita datang
ke dokter.
Pemeriksa sitologi usapan serviks tidak banyak membantu.
Akan tetapi bilamana hasilnya sel ganas positif, sedangkan di serviks
maupun di kavum uteri dapat dinyatakan tidak ada keganasan, maka
perlu dipikirkan kemungkinan keganasan di tuba atau ovarium, lebih
lebih jika ada mas tumor pada adneksa. Histero-salpingografi (HSG)
tidak dianjurkan karena dapat berakibat meluasnya proses
ganas/radang. Kuldoskopi dan laparoskopi juga tak banyak berarti
karena sulit membedakan tumor ganas tuba dari tumor radang, kecuali
bilamana pemeriksaan tersebut disertai tindakan biopsi.
Transvagina/transrektal USG dapat membantu untuk menegakkan
diagnosis.
e. Penanganan

Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM


+ APP (Total Abdominal Hysterectomy + Bilateral Salpingo-
Oophorectomy + Omentectomy + Appendectomy). Dapat
dipertimbangkan (Optional) instilasi Phosphor 32 radioaktif atau
khemoterapi profilaksis. Sayatan dinding perut harus longitudinal linea
mediana, cukup panjang untuk memungkinkan mengdakan eksplorasi
secara gentle (lembut) seluruh rongga perut dan panggul, khususnya di
daerah subdiafragmatika dan mengirimkan sample cucian rongga perut
untuk pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Radioterapi hanya dikerjakan
pada tumor bed dan jenis histologik keganasan tertentu seperti
disgerminoma.

2.4 KANKER PADA GANGGUAN REPRODUKSI


2.4.1 Pengertian Kanker

Kanker adalah salah satu keadaan dimana adanya pertumbuhan sel yang
bertambah banyak atau tidak terkendali ( sel mengalami pembelahan terus
menerus ). Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat ditakuti oleh
banyak orang sehingga ada baiknya kita mencegah kanker daripada
mengobatinyauksi manusia, baik pada pria atau wanita, terdiri atas kelenjar –
kelenjar dan saluran – saluran untuk mengalirkan sel kelamin ke tempat
pembuahan dan pembentukan embrio. Seiring usia yang terus bertambah dan
meningkatnya fungsi kerja organ ini yang pada batas usia tertentu akan menurun
fungsi kerja organ ini. Penurunan inilah yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan.
Kanker organ reproduksi sangat jarang dijumpai pada usia 20-an.
Resikonya akan meningkat tajam antara usia 30 - 40 tahun dan akan terus
meningkat disetiap tahapan usia. Artinya adalah wanita usia 70 tahun beresiko
menderita kanker dua kali lebih besar dari pada wanita usia 60 tahun dan sampai
16 kali dari pada mereka berusia 30 tahun. Organ reproduksi yang rawan kanker
adalah kanker indung telur (ovarium), kanker rahim (uterus), kanker leher rahim
(serviks) dan kanker vulva pada alat reproduksi wanita sedangkan pada alat
reproduksi pria yang sering terjadi yaitu kanker testis dan kanker prostat.

2.4.2 Kanker Ovarium


1) Definisi
Kanker ini merupakan salah satu penyebab kematian akibat kanker
yang cukup besar pada wanita. Dapat terjadi pada semua usia, namun
beresiko paling tinggi pada wanita berusia 50 tahun. Karena letak indung
telur yang sangat dalam di perut bagian bawah, hal ini menyebabkan
kanker indung telur sangat sulit dideteksi pada stadium awal.
Pembengkakan seringkali tidak nampak sampai mencapai stadium lanjut.
Gejalanya yang dirasakan pada stadium lanjut adalah timbul rasa sakit
pada perut bagian bawah, berat badan menurun dan adanya keluhan seperti
pada penyakit biasanya.

2) Patologi
Pertumbuhan tumor prime diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar
yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah,
makan sedikit terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung, nafsu
makan menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga
perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan
ascites.
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan
histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast
(ektodermal, entodermal, dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis
maupun biologis yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis
maupun klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam
masa reproduksi dan 10% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini
dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak pasti ganas
(borderline malignancy atau carcinoma of low-malignant potential) dan
yang jelas ganas (true malignant).
1. Penetapan tingkat klinis keganasan
UICC Kriteria FIGO
T1 Terbatas pada ovarium I
Tia Satu ovarium, tanpa ascites Ia
TIb Kedua ovarium, tanpa ascites Ib
Tic Satu/ dua ovarium, ada ascites Ic
T2 Dengan perluasan ke panggul II
T2a Uterus dan/ atau tuba, tanpa ascites IIa
T2b Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites IIb
T2c Jaringan panggul lainnya, dengan ascites IIc
T3 Perluasan ke usus halus/ omentum dalam III
panggul, atau penyebaran intraperitoneal/
kelenjar retraperitoneal
M1 Penyebaran ke alat-alat jauh IV

2. Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/ tanda yang biasanya muncul
dalam perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut :
a) Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan
infiltrasi ke jaringan sekitar,
b) Gejala diseminasi/ penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi
peritoneal dan bermanifestasi adanya ascites
c) Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi,
maskulinisasi atau hiperestrogenisme, intensitas gejala ini sangat
bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita.

Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan


mendapatkan tumor atau masa, di dalam panggul dengan bermacam-
macam konsistensi mulai dari yang kistik sampai yang solid (padat).
Pemakaian USG (Ultra Sono Graphy) dan CTscan (Computerised axial
Tomography scanning) dapat memberi informasi yang berharga mengenai
ukuran tumor dan perluasannya sebelum pembedahan. Laparotomi
eksploratif disertai biopsi potong beku (Frozen section) masih tetap
merupakan prosedur diagnostik paling berguna untuk mendapat gambaran
sebenarnhya mengenai tumor dan perluasannya seta menentukan strategi
penanganan selanjutnya.
3. Penatalaksanaan Tumor Ganas Ovarium
Pada tingkatan awal, prosedur adalah TAH + BSO + OM + APP
(optional). Luas prosedur pembedahan ditentukan oleh insidensi dari
seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan
untuk menginvasi badan rahim (korpus uteri). Tindakan konservatif
(hanya mengangkat tumor ovariumnya saja: ophorektomi atau oophoro
kistektomi) masih dapat dibenarkan jika tingkat klinik penyakit T1a,
wanita masih muda, blum mempunyai anak, derajat keganasan tuor
rendah seperti disgerminoma, tumor sel granulose
dan arrhenoblastoma atau low potential malignancy = bordeline
malignancy.
a. Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik
TI dan T2 (FIGO: Tingkat I dan II), yang diberikan kpada panggul saja
atau seluruh rongga perut. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkay
III dan IV) dilakukandebulking dilanjutkan dengan khemoterapi. Radiasi
untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis
tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan
tumor sel granulosa.
b. Kemoterapi

Sekarang telah mendapat tempat yang diakui dalam penanganan


tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitostatika telah digunakan,
termasuk agens
alkylating (seperti cyclophospamide,chlorambucil), antimetabolit (seperti
Adriamisi) dan agens lain (seperti Cis-Platinum). Penanganan paliatif
tumor ganas ovarium sering menggunakan preparat hormon progestativa

2.4.2 Kanker Vulva


1. Definisi
Vulva merupakan bagian alat kelamin luar yang ditutupi oleh kulit.
Sebagian besar keganasan vulva terdapat pada bibir besar dan kecil, dan
daerah klitoris. Benrtuk keganasan daerah ini adalah Karsinoma
epidermoid. Penyakit yang mendahului terjadinya kanker vulva adalah
Kondiloma akuminata, infeksi virus papiloma manusia (Tipe 2, 16, dan 18),
keadaan vulvitis atropikan. Lokasi keganasan vulva paling sering pada bibir
besar (60%), bibir kecil (20%), klitoris (6%), dan sebagian ditempat lain.

Kanker primer vulva mewakili 3% sampai 5% dari semua malignansi
ginekologi dan tampak hampir selalu pada wanita pascamenopause meski
angka kejadiannya pada wanita yang lebih muda meningkat.
(Smeltzer,2002:1564)
  Karsinoma vulva adalah penyebab 3% sampai 4% dari semua kanker
genetalia primer pada perempuan. (Price,2005:1299)

2. Epidemiologi
Usia rata – rata perempuan dengan karsinoma in situ adalah 44 tahun;
untuk karsinoma mikroinvasif adalah 58 tahun dan untuk karsinoma
invasive yang sebenarnya adalah 61 tahun. (Price,2005;1299) Wanita kulit
putih lebih banyak yang terserang disbanding wanita nonkulit putih.
Karsinoma sel skuamosa menyebabkan sebagian besar tumor vulva. Angka
kejadiannya lebih tinggi pada wanita hipertensi, obesitas dan diabetes.
(Smeltzer,2002;1565)

3. Etiologi / Faktor Predisposisi


Etiologi terjadinya kanker vulva belum diketahui secara pasti, namun
yang menjadi faktor terjadinya kanker vulva adalah penyakit menular
seksual, diantaranya :
   Penyakit menular seksual granulomatosa
   Sifilis
   Herpes hominis tipe II
   Kondiloma akuminata
  Infeksi dari HPV (virus yang menyebabkan kutil genetalia dan
ditularkan melalui hubungan seksual)
 Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina
 Diabetes
 Obesitas
 Hipertensi
 Usia
Tiga perempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua
pertiganya berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali
terdiagnosis. Usia rata-rata penderita kanker invasif adalah 65-70 tahun
 Hubungan seksual pada usia dini

 Berganti-ganti pasangan seksual

 Merokok

 Virus HIV menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh


sehingga lebih mudah mengalami infeksi HPV menahun
 Golongan sosial-ekonomi rendah. Hal ini berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam membiayai diri ke pelayanan kesehatan

 Neoplasia intraepitel vulva (NIV)

 Liken sklerosus. Penyakit ini menyebabkan kulit vulva menjadi tipis


dan gatal.

 Peradangan vulva menahun

 Melanoma atau tahi lalat atipik pada kulit selain vulva.

4. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari kanker vulva adalah :
  Karsinoma in situ (karsinoma dengan lesi intraepitel vulva)
  Karsinoma vulva invasif
(Price,2005;1299)
Menurut sistem FIGO, kanker vulva dapat dibedakan menurut stadium
yaitu:
Tabel 1. Stadium kanker vulva
STADIUM MANIFESTASI
0 Kanker hanya ditemukan di permukaan vulva
I Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum
(daerah antara rektum dan vagina). Ukuran tumor
sebesar 2 cm atau kurang dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening
IA Kanker stadium I yang telah menyusup sampai
kedalaman kurang dari 1 mm
IB Kanker stadium I yang telah menyusup lebih dalam
dari 1 mm
II Kanker ditemukan di vulva dan/atau perineu,
dengan ukuran lebih besar dari 2 cm tetapi belum
menyebar ke kelenjar getah bening
III Kanker ditemukan di vulva dan / atau perineum
serta telah menyebar ke jaringan terdekat (misalnya
uretra, vagina, anus) dan / atau telah menyebar ke
kelenjar getah bening selangkangan terdekat.
IVA Kanker telah menyebar keluar jaringan terdekat,
yaitu ke uretra bagian atas, kandung kemih, rektum
atau tulang panggul, atau telah menyebar ke
kelenjar getah bening kiri dan kanan
IVB Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
dalam panggul dan / atau ke organ tubuh yang jauh.

5. Gejala Klinis
Gejala klinis dari kanker vulva adalah :
  Pruritus lama (gejala utama kanker vulva)
  Perdarahan
  Rabas berbau busuk
  Nyeri juga terkadang dapat timbul
  Terdapat lesi awal yang tampak sebagai dermatitis kronis kemudian
dapat ditemukan pertumbuhan benjolan yang terus tumbuh dan
menjadi keras, mengalami ulserasi seperti bunga kol (Smeltzer,
2002;1565)

Bagian yang paling sering terkena karsinoma adalah labia, dimana


labia mayora tiga kali lebih sering terkena daripada labia minora dan
klitoris. Gambaran keseluruhan lesi kanker vulva adalah datar atau timbul
dan berbentuk makulopapular atau verukosa. Lesi dapat hiperpigmentasi
(coklat), merah atau putih. (Price,2005;1299)
Gejala awal yang perlu mendapatkan perhatian, rasa sangat gatal,
disertai rasa panas dan nyeri, terdapat benjolan kecil, terdapat perubahan
kulit berwarna putih (memerlukan pemeriksaan lanjut), leukoplakia,
terdapat ulkus mulai kecil tepi meninggi dan menebal, dapat disertai
ulkus yang selalu mengeluarkan cairan. Cairan ini dapat dipakai untuk
pemeriksaan “pap smear”. Faktor-faktor yang dapat menjadi pendorong
terjadinya keganasan vulva adalah kekurangan gizi, terdapat hubungan
gizi yang kurang hieginis, atau terjadi infeksi menahunyang merupakan
batu loncatan untuk terjadinya keganasan (Manuaba, 2005).

6. Pemeriksaan Fisik (Fokus ke bagian genital)


Inspeksi
  Adanya lesi seperti bunga kol berwarna cokelat, merah atau putih
  Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
  Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
  Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
  Raut wajah pucat
  Pasien tampak menggaruk bagian genital
Palpasi
 Teraba benjolan yang terus tumbuh menjadi keras di bagian vulva
7. Pemeriksaan Penunjang
 Pulasan Pap pada serviks (Pap Smear)
Test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim
yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan
pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan
dengan mikroskop.
 Pemeriksaan bimanual
 Sistoskopi
 Proktoskopi
 Pemeriksaan foto thorak

8. Diagnosis / Kriteria diagnosis


Hasil pemeriksaan positif :
Dari hasil biopsi terdapat sel – sel ganas pada sel skuamosa di
daerah vulva. Biopsi harus dilakukan pad semua lesi vulva yang
menetap, yang mengalami ulserasi atau yang tidak sembuh dengan cepat
setelah terapi yang sesuai. Lesi mulai tumbuh pada permukaan kulit dan
dapat dengan mudah dikenali sebagai ulkus kecil yang menjadi iritasi
atau gatal atau meningkat ukurannya. (Smeltzer,2002;1565)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik
dan hasil biopsi jaringan. Staging (Menentukan stadium kanker).
Staging merupakan suatu proses yang menggunakan hasil-hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik tertentu untuk
menentukan ukuran tumor, kedalaman tumor, penyebaran ke organ di
sekitarnya dan penyebaran ke kelenjar getah bening atau organ yang
jauh. Dengan mengetahui stadium penyakitnya maka dapat ditentukan
rencana pengobatan yang akan dijalani oleh penderita. Jika hasil biopsi
menunjukkan bahwa telah terjadi kanker vulva, maka dilakukan
beberapa pemeriksaan untuk mengetahui penyebaran kanker ke daerah
lain:
 Sistoskopi (pemeriksaan kandung kemih)
 Proktoskopi (pemeriksaan rektum)
 Pemeriksaan panggula dibawah pengaruh obat bius \
 Rontgen dada
 CT scan dan MRI.

9. Kemungkinan Komplikasi
 Infeksi luka dan sepsis
 Trombosis vena profunda
 Hemoragi
(Smeltzer,2002;1566)

10. Penatalaksanaan Medis


Terdapat 3 jenis pengobatan untuk penderita kanker vulva:
1. Pembedahan
 Eksisi lokal radikal : dilakukan pengangkatan kanker dan sejumlah
besar jaringan normal di sekitar kanker, mungkin juga disertai
dengan pengangkatan kelenjar getah bening
 Bedah laser : menggunakan sinar laser untuk mengangkat sel-sel
kanker
 Vulvektomi skinning : dilakukan pengangkatan kulit vulva yang
mengandung kanker
 Vulvektomi simplek : dilakukan pengangkatan seluruh vulva
- Vulvektomi parsial : dilakukan pengangkatan sebagian vulva
- Vulvektomi radikal : dilakukan pengangkatan seluruh vulva dan
kelenjar getah bening di sekitarnya.
 Eksenterasi panggul : jika kanker telah menyebar keluar vulva dan
organ wanita lainnya, maka dilakukan pengangkatan organ yang
terkena (misalnya kolon, rektum atau kandung kemih) bersamaan
dengan pengangkatan leher rahim, rahim dan vagina. Untuk
membuat vulva atau vagina buatan setelah pembedahan, dilakukan
pencangkokan kulit dari bagian tubuh lainnya dan bedah plastik.
2. Terapi penyinaran
Pada terapi penyinaran digunakan sinar X atau sinar berenergi tinggi
lainnya untuk membunuh sel-sel kanker dan memperkecil ukuran
tumor.
Pada radiasi eksternal digunakan suatu mesin sebagai sumber
penyinaran; sedangkan pada radiasi internal, ke dalam tubuh penderita
dimasukkan suatu kapsul atau tabung plastik yang mengandung bahan
radioaktif.
3. Kemoterapi
Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Obat tersedia dalam bentuk tablet/kapsul atau suntikan
(melalui pembuluh darah atau otot). Kemoterapi merupakan
pengobatan sistemik karena obat masuk ke dalam aliran darah sehingga
sampai ke seluruh tubuh dan bisa membunuh sel-sel kanker di seluruh
tubuh.
 Penatalaksanaan menurut stadium kanker vulva yaitu :
Pengobatan kanker vulva tergantung kepada stadium dan jenis
penyakit serta usia dan keadaan umum penderita.
Kanker vulva stadium 0
1. Eksisi lokal luas atau bedah laser, atau kombinasi keduanya
2. Vulvektomi skinning

3. Salep yang mengandung obat kemoterapi

Kanker vulva stadium I


1. Eksisi lokal luas
2. Eksisi lokal radikal ditambah pengangkatan seluruh kelenjar getah
bening selangkangan dan paha bagian atas terdekat pada sisi yang
sama dengan kanker
3. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan pada salah satu atau kedua sisi tubuh

4. Terapi penyinaran saja.

Kanker vulva stadium II


1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan kiri dan kanan. Jika sel kanker ditemukan di dalam
kelenjar getah bening, maka dilakukan setelah pembedahan
dilakukan penyinaran yang diarahkan ke panggul
2. Terapi penyinaran saja (pada penderita tertentu).

Kanker vulva stadium III


1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kelenjar getah bening
selangkangan dan kelenjar getah bening paha bagian atas kiri dan
kanan.
Jika di dalam kelenjar getah bening ditemukan sel-sel kanker atau
jika sel-sel kanker hanya ditemukan di dalam vulva dan tumornya
besar tetapi belum menyebar, setelah pembedahan dilakukan terapi
penyinaran pada panggul dan selangkangan
2. Terapi radiasi dan kemoterapi diikuti oleh vulvektomi radikal dan
pengangkatan kelenjar getah bening kiri dan kanan

3. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa


kemoterapi.

Kanker vulva stadium IV


1. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon bagian bawah, rektum
atau kandung kemih ( tergantung kepada lokasi penyebaran
kanker) disertai pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina
(eksenterasi panggul)
2. Vulvektomi radikal diikuti dengan terapi penyinaran
3. Terapi penyinaran diikuti dengan vulvektomi radikal

4. Terapi penyinaran (pada penderita tertentu) dengan atau tanpa


kemoterapi dan mungkin juga diikuti oleh pembedahan.

Kanker vulva yang berulang (kambuh kembali)


1. Eksisi lokal luas dengan atau tanpa terapi penyinaran
2. Vulvektomi radikal dan pengangkatan kolon, rektum atau kandung
kemih (tergantung kepada lokasi penyebaran kanker) disertai
dengan pengangkatan rahim, leher rahim dan vagina (eksenterasi
panggul)

3. Terapi penyinaran ditambah dengan kemoterapi dengan atau tanpa


pembedahn

4. Terapi penyinaran untuk kekambuhan lokal atau untuk mengurangi


gejala nyeri, mual atau kelainan fungsi tubuh.

11. Pencegahan
Adapun cara pencegahan terkena kanker vulva adalah :
 Menghindari faktor resiko yang bisa dikendalikan
 Mengobati keadaan prekanker sebelum terjadinya kanker invasif.

2.4.4 Kanker Rahim (Uterus)


1) Pengertian
Kanker Rahim adalah tumor ganas pada endometrium (lapisan
rahim).Kanker rahim biasanya terjadi setelah masa menopause, paling
sering menyerang wanita berusia 50-60 taun.Kanker bisa menyebar
(metastase) secara lokal maupun ke berbagai bagian tubuh (misalnya
kanalis servikalis, tuba falopii, ovarium, daerah di sekitar rahim,
sistem getah bening atau ke bagian tubuh lainnya melalui pembuluh
darah).
2) Penyebab
Penyebabnya yang pasti tidak diketahui, tetapi tampaknya
penyakit ini melibatkan peningkatan kadar estrogen.Salah satu fungsi
estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel
pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan
percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan
kanker.
Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki
faktor resiko tertentu. (faktor resiko adalah sesuatu yang menyebabkan
bertambahnya kemungkinan seseorang untuk menderita suatu
penyakit).Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu menderita
kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak
memiliki faktor resiko. Kadang tidak dapat dijelaskan mengapa
seorang wanita menderita kanker rahim sedangkan wanita yang
lainnya tidak.

3) Faktor resiko
a) Usia Kanker uterus terutama menyeranga wanita berusia 50 tahun
keatas.
b) Hiperplasia endometrium
c) Terapi Sulih Hormon (TSH)
d) TSH digunakan untuk mengatasi gejala-gejala menopause,
mencegah osteoporosis dan mengurangi resiko penyakit jantung
atau stroke. Wanita yang mengkonsumsi estrogen tanpa
progesteron memiliki resiko yang lebih tinggi. Pemakaian
estrogen dosis tinggi dan jangka panjang tampaknya
mempertinggi resiko ini.Wanita yang mengkonsumsi estrogen dan
progesteron memiliki resiko yang lebih rendah karena progesteron
melindungi rahim.
e) Obesitas
Tubuh membuat sebagian estrogen di dalam jaringan lemak
sehingga wanita yang gemuk memiliki kadar estrogen yang lebih
tinggi. Tingginya kadar estrogen merupakan penyebab
meningkatnya resiko kanker rahim pada wanita obes.
f) Diabetes (kencing manis)
g) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
h) Tamoksifen
Wanita yang mengkonsumsi tamoksifen untuk mencegah atau
mengobati kanker payudara memiliki resiko yang lebih tinggi.
Resiko ini tampaknya berhubungan dengan efek tamoksifen yang
menyerupai estrogen terhadap rahim. Keuntungan yang diperoleh
dari tamoksifen lebih besar daripada resiko terjadinya kanker lain,
tetapi setiap wanita memberikan reaksi yang berlainan.
i) Ras
Kanker rahim lebih sering ditemukan pada wanita kulit putih.
j) Kanker kolorektal
k) Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun
l) Menopause setelah usia 52 tahun
m) Tidak memiliki anak
n) Kemandulan
o) Penyakit ovarium polikista
p) Polip endometrium.
4) Gejala
Gejala kanker rahim tidak spesifik. Studi terbaru menunjukkan bahwa
penderita kanker rahim biasanya mengalami gejala berikut ini secara
menetap:
a) tekanan abdomen (merasa penuh, bengkak atau kembung)
b) Perasaan ingin buang air kecil terus menerus
Gejala lainnya meliputi:
a) Gangguan pencernaan yang menetap (gas atau mual)
b) Perubahan kebiasaan BAB tanpa alasan jelas, seperti sembelit
c) Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang
d) Lemas & letih lesu yang berkelanjutan
e) Sakit pada daerah sekitar pinggang/panggul
f) Perubahan dalam siklus menstruasi
g) Perdarahan rahim yang abnormal
h) Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih
mengalami menstruasi)
i) Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
j) Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang
berusia diatas 40 tahun)
k) Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
l) Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca
menopause)
m) Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
n) Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

5) Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan panggul
b) Pap smear
c) USG transvagina
d) Biopsi endometrium.
Untuk membantu menentukan stadium atau penyebaran kanker,
dilakukan pemeriksaan berikut:
a) Pemeriksaan darah lengkap
b) Pemeriksaan air kemih
c) Rontgen dada
d) CT scan tulang dan hati
e) Sigmoidoskopi
f) Limfangiografi
g) Kolonoskopi
h) Sistoskopi.
Perawat mempunyai tugas menegakkan diagnosis dini kanker
rahim dengan :
a) Melakukan KIE dan Motivasi tentang gejala klinik stadium awal
(1) Beser putih atau bercampur darah
(2) Perdarahan mendadak/sedikit setelah menopause
(3) Terjadi sesak di bagian bawah abdomen
b) Melakukan pemeriksaan sederhana ;
(1) Pengambilan pap smear
(2) Pemeriksaan dalam untuk menilai rahim
c) Merujuk penderita untuk menegakkan diagnisa pasti

6) Penatalaksanaan
Pemilihan pengobatan tergantung kepada ukuran tumor, stadium,
pengaruh hormon terhadap pertumbuhan tumor dan kecepatan
pertumbuhan tumor serta usia dan keadaan umum penderita.
a) Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan
rahim). Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-
ooforektomi bilateral) karena sel-sel tumor bisa menyebar ke
ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin
tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang
dihasilkan oleh ovarium. .
b) Terapi penyinaran (radiasi)
Digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel
kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan
terapi penyinaran dan pembedahan. Penyinaran bisa dilakukan
sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau
setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).
c) Kemoterapi
Pada terapi hormonal digunakan zat yang mampu mencegah
sampainya hormon ke sel kanker dan mencegah pemakaian hormon
oleh sel kanker. Hormon bisa menempel pada reseptor hormon dan
menyebabkan perubahan di dalam jaringan rahim. Sebelum
dilakukan terapi hormon, penderita menjalani tes reseptor hormon.
Jika jaringan memiliki reseptor, maka kemungkinan besar penderita
akan memberikan respon terhadap terapi hormonal. Terapi hormonal
merupakan terapi sistemik karena bisa mempengaruhi sel-sel di
seluruh tubuh. Pada terapi hormonal biasanya digunakan pil
progesteron.
d) Terapi hormonal dilakukan pada:
(1) Penderita kanker rahim yang tidak mungkin menjalani
pembedahan ataupun terapi penyinaran
(2) Penderita yang kankernya telah menyebar ke paru-paru atau
organ tubuh lainnya
(3) Penderita yang kanker rahimnya kembali kambuh.
(4) Jika kanker telah menyebar atau tidak memberikan respon
terhadap terapi hormonal, maka diberikan obat kemoterapi
lain, yaitu siklofosfamid, doksorubisin dan sisplastin.
2.4.5 Kanker Servik (Leher Rahim)

1. Definisi

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).

Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang


abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau
mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau
sekarang dalam status sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang
belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.
Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling
banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil
wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor
risikonya.

2. Etiologi

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa


faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
 Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.


Semakin sering partus ssemakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.

 Jumlah kehamilan dan partus

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan


hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.

 Jumlah perkawinan

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti


pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.

 Infeksi virus

Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.

 Sosial Ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi


rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
 Hygiene dan sirkumsisi

Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita


yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.

 Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan


pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari
adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.

3. Patologi

Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan


intraepitel, berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker
serviks setelah 10 tahun atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif
biasanya berkembang melalui beberapa stadium displasia (ringan, sedang
dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya invasif. Berdasarkan
karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan oleh
adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah
onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan tumor
supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam karsinogenesis,
dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna,
sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor
yang diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun
kanker invasive berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua
perubahan ini progres menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami
regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka
regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi
karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang
diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun
(TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks berlangsung
lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi
progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel
yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi
virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka
waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif
berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.
Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan
akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus
DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan
gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan
kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi
keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998)

4. Klasifikasi

Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978

Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel
tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam
pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada
pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi
stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas
vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat
tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai
dinding panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah
infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa
rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul
ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah
keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.

5. Manifestasi Klinis

 Keputihan

Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-


kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang
sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal
demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
 Perdarahan

Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai


perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%).
Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala
khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus
haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang
sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat.
Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar
berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus
yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau
pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering
terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat
bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum
dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala
penyakit lanjut.

 Nyeri

Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah


lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih
bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya
iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin
sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala lebih lanjut meliputi
nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat
terjadi karena obstruksi ureter.
6. Pemeriksaan Diagnostik

 Sitologi/pap smear

Keuntungan: murah, dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.

Kelemahan: tidak dapat menentukan lokasi.

 Schillentest

Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glikogen karena tidak


mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena kaersinoma
tidak berwarna.

 Koloskopi

Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan


lampu dan dibesarkan 10-40x.

Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga


mudah untuk melakukan biopsi.

Kelemahan: hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu


porsio, sedangkan kelainan pada skuamosa kolumnar junction dan
intraservikal tidak terlihat.

 Kolpomikroskopi

Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200x.


 Biopsi

Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.

1. Konisasi
2. Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.

7. Penatalaksanaan

 Irradiasi

a. Dapat dipakai untuk semua stadium


b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
d. Dosis: penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak
di serviks
e. Komplikasi irradiasi: kerentanan kandungan kencing, diarrhea,
perdarahan rectal, fistula vesico atau recto vaginalis
f. Operasi
1) Operasi limfadektomi untuk stadium 1 dan 2
2) Operasi histerektomi vagina yang radikal
3) Kombinasi

 Irradiasi dan pembedahan

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan


bertambahnya vaskularisasi, oedema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan
fistula, disamping itu menambah penyebaran ke sistem limfe dan
peredaran darah
 Cytostatika

 Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten.


5% dari ca.serviks adalah resisten terhadap radio terapi, dianggap
resisten bila 8-10 minggu post terapi kedaan masih tetap sama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
otonom, lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari
sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Tumor ganas pada alat reproduksi
wanita dijumpai pada semua umur (18 – 80 tahun) dengan rat-rata puncaknya
pada usia 50 tahun. Kejadian paling sering pada kelompok umur 30 – 40 tahun.
Faktor pemicu munculnya tumor banyak sekali, antara lain pencemaran
lingkungan hidup, termasuk udara akibat debu dan asap pembakaran kendaraan
atau pabrik. Asap kendaraan, misalnya, mengandung dioksin yang dapat
memperlemah daya tahan tubuh, termasuk daya tahan seluruh selnya.
Kanker adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus-menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Himawan, 2006). Kanker adalah suatu
penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh tidak normal dan tidak
terkendali sehingga dapat menjadi tumor ganas yang dapat menghancurkan dan
merusak sel atau jaringan sehat. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang
sangat ditakuti oleh banyak orang sehingga ada baiknya kita mencegah kanker
daripada mengobatinya Di Indonesia, masalah penyakit kanker terlihat lonjakan
yang luar biasa. Dalam jangka waktu 10 tahun, terlihat bahwa peringkat kanker
sebagai penyebab kematian naik, dari peringkat 12 menjadi peringkat enam.

3.2 Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna jadi untuk kesempurnaan makalah ini
penulis meminta saran dan kritikan dari para pembaca.

Вам также может понравиться