Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
111.150.128
KELAS A
VULKANOLOGI
2017
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada tuhan yang maha esa atas berkah dan karunia-
Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan mengenai gunung Batur ini dengan
tepat waktu.
Laporan mengenai gunung Batur ini adalah laporan yang dibuat untuk memenuhi
tugas vulkanologi. Penulis berterima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan dari
semua pihak hingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis merasa masih banyak hal yang kurang dalam laporan ini untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan laporan agar
tidak ada kesalahan di kemudian hari.
Penyusun,
111150128
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Gunung Batur .................................................................................................. 1
Gambar 2 Peta Geologi Kaldera Batur, Bali (I.S. Sutawidjaja, dkk., 1992) .................... 8
Gambar 3 Peta Geologi Dalam Kaldera Batur, Bali (I.S. Sutawidjaja, dkk., 1992)......... 8
Gambar 4 Legenda Peta Geologi Kaldera Batur, Bali (I.S. Widjaja, dkk., 1992). ........... 9
Gambar 5 Peta Kawasan Rawan Bencana G.Batur ........................................................ 10
Gambar 6 Diagram Gill 1, Miyashiro 2, Cox-Bell 3, LeBas 4, Whinchester 5 ............. 12
Gambar 7 Diagram Harker .............................................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 8 Diagram Mullen (1), Pearce (2), Pearce- Can (3) ......... Error! Bookmark not
defined.
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tahun erupsi G. Batur yang tercatat dalam sejarah kegiatannya. ........................... 3
Tabel 2 Komposisi kimia Kaldera Batur (Wheller & Varne, 1986) ..... Error! Bookmark not
defined.
iv
Vulkanologi A 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Lokasi
a. Geografi : 08°14' 30” Lintang Selatan dan 115°22' 30” Bujur Timur (Atlas
Trop. Ned., 1938, sheet 22)
1. Cadangan bahan galian produk erupsi G. Batur, seperti pasir dan kerikil (sirtu).
Cadangan ini tersebar di dalam kaldera.
2. Cadangan endapan leleran lava purna pembetukan kaldera yang penyebarannya hampir
mengelingi kawah-kawah G. Batur dan terbatas di dalam kaldera
I.4 Wisata
Obyek wisata di kawasan G. Batur, meliputi pendakian kawah-kawah G. Batur,
Danau Batur, panorama Panelokan, upacara keagamaan.
Tahun 1968 G. Batur meletus berupa lontaran bahan vulkanik pijar setelah
sebelumnya didahului leleran lava. Dalam tahun 1969 dilaporkan bau belerang di
permukaan Danau Batur, warna airnya berubah dari hijau menjadi putih. Kejadian ini
berlangsung selama dua hari. Berbeda dengan aktivitas sebelumnya erupsi Mei 1971
berupa letusan abu yang menyebar di dalam kaldera dan hujan abu tipis di Kintamani,
kemudian disusul oleh erupsi 1974 berupa letusan yang mengeluarkan leleran lava ke
arah barat, sekitar Yehmampeh.
Letusan periode tahun 1994 - 1995 didominasi oleh letusan strombolian,
kemudian periode 1997 - 1999 letusan-letusannya dominan bersifat letusan gas/asap,
sedangkan letusan 7 juli 2000 berupa letusan strombolian.
I.7 Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan laporan ini menganalisi data geokimia dengan menggunakan
software dengan tujuan untuk mengetahui jenis magma, lava, dan proses tektonik pada
gunung api.
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Tektonisme
Tektonisme adalah proses yang terjadi akibat pergerakan, pengangkatan,
lipatan dan patahan pada struktur tanah di suatu daerah. Yang di maksud lipatan
adalah bentuk muka bumi hasil gerakan tekanan secara horizontal yang
menyebabkan lapisan permukaan bumi menjadi berkerut dan melipat. Patahan
adalah permukaan bumi hasil dari gerakan tekanan horizontal dan tekanan vertikal
yang menyebabkan lapisan bumi menjadi retak dan patah. Ada dua jenis
tektonisme, yaitu Epirogenesa dan Orogenesa. Epirogenesa adalah proses
perubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga lambat dari dalam bumi
dengan arah vertikal, baik ke atas maupun ke bawah melewati daerah luas. Ada
dua Epirogenesa:
II.2 Magmatisme
Magmatisme adalah seluruh kegiatan magma, mulai dari saat peleburan,
proses ketika magma naik ke permukaan bumi, sampai membeku membentuk
batuan. Proses magmatisme selalu berkaitan dengan kegiatan tektonik. Lokasi-
lokasi pembentukan magma inilah yang menjadi model-model setting tektonik,
Magma terbentuk karena adanya perubahan tiga parameter utama, yaitu temperatur,
tekanan, dan komposisi kimia. Berdasarkan konteks tektonik global, lokasi
terbentuknya magma dapat dibedakan menjadi (Wilson, 1989) :
1. Batas lempeng konstruktif, merupakan batas lempeng divergen yang
meliputi rekahan tengah samudera dan back-arc spreading.
2. Batas lempeng destruktif, merupakan batas lempeng konvergen yang
meliputi busur kepulauan (island arc) dan tepi benua aktif (active continental
margin).
3. Tatanan antar lempeng samudera, meliputi busur samudera.
4. Tatanan antar lempeng benua, meliputi continental flood basalt, zona
rekahan benua.
II.3 Vulkanologi
Vulkanologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunungapian dan
merupakan mata rantai yang tak terpisahkan dengan ilmu geologi.
Gunung api mempunyai pengertian yang cukup kompleks, yaitu :
1. Merupakan bentuk timbulan di permukaan bumi yang dibangun oleh
timbunan rempah gunungapi.
2. Dapat diartikan sebagai jenis atau kegiatan magma yang sedang
berlangsung.
3. Atau merupakan tempat munculnya batuan leleran dan rempah lepas
gunungapi yang berasal dari dalam bumi.
Sebuah gunungapi disebut aktif apabila kegiatan magmatisnya dapat dilihat sacra
nyata. Leleran lava dari kawah puncak atau kawah samping, adanya awan panas
letusan dan awan panas guguran, lahar letusan dan lain sebagainya mencirikan
bahwa gunung api tersebut masih aktif. Morfologi gunung api aktif biasanya
menampakan bentukan kerucut sempurna. Apabila gejala kegiatan magmatisnya
tidak teramati, suatu gunungapi dapat dikelompokan menjadi gunung api padam.
Tetapi keadaan seperti ini bukan berarti bahwa gunung api tersebut mati, sebab pada
suatu saat gunungapi itu dapat aktif kembali. Kenampakan gejala panas bumi di
permukaan seperti daerah ubahan hidrotermal, kubangan Lumpur panas, hembusan
fumarol dan mata air panas memang sering dikaitkan dengan gejala padamnya
suatu gunungapi. Sebagai contoh kontras, jalur panas bumi di Indonesia ternyata
merupakan tempat kedudukan gunungapi aktif, sebab gas-gas belerang akan
dijumpai melimpah di daerah gunungapi aktif.
II.4 Geologi
Sejarah pembentukan G. Batur dan kalderanya dimulai dengan pertumbuhan
kerucut gunungapi purba dengan ketinggian lk. 300 m di atas muka laut. Sekitar 29.300
tahun yang lalu terjadi letusan awan panas yang mengandung batuapung berkomposisi
dasit, setelah letusan tersebut terjadilah amblasan pada bagian atas kerucut yang
membentuk Kaldera Batur I, dengan G. Ambang (+2152 m) merupakan sisa tubuh
kerucut purba.
Letusan besar kedua terjadi sekitar 20.150 tahun yang lalu dengan komposisi yang
sama dengan yang pertama, letusan ini diikuti dengan pembentukan beberapa kerucut dan
kubah seperti G. Payang dang dan G. Bunbulan. Amblasan kedua terjadi dan membentuk
Kaldera Batur II dengan kerucut G. Payang dan G. Bunbulan ikut amblas hampir
separuhnya.
Kegiatan purba kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G. Batur hingga
kini terbentuk. Kegiatan ini diawali sekitar 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan
kerucut G. Batur berkomposisi basal sampai andesit basalan.
Gambar 2 Peta Geologi Kaldera Batur, Bali (I.S. Sutawidjaja, dkk., 1992)
Gambar 3. Peta Geologi Dalam Kaldera Batur, Bali (I.S. Sutawidjaja, dkk., 1992).
Gambar 4 Legenda Peta Geologi Kaldera Batur, Bali (I.S. Widjaja, dkk., 1992).
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Geokimia
Dari hasil analisis kimia pertama-tama dapat memberikan gambaran bahwa
produk -produk pra kaldera umumnya bersifat basaltik sampai andeistik (SiO2 = 48% -
59%). Produk-produk kaldera umumnya bersifat dasitik (SiO2 = 62% - 60%). Produk-
produk post kaldera bersifat basaltik-andesitik (SiO2 = 52% - 56%).
1 2
3
4
trachyandesit, trachydasit dan juga dasit. Bila dilihat dari diagram Whinchester batuan
penyusunnya yaitu basalt, andesit dan dasit.
Berdasarkan Diagram Harker di atas kita dapat melihat evolusi magma. Kita
mengetahui bahwa pada bromo ada beda tipe batuan dimana saat sebelum terbentuk
kaldera produknya basaltic sampai andesitic dengan kandungan SiO2 = 48% - 59%, lalu
saat kaldera ter bentuk produknya berubah menjadi dasitik dengan kandungan SiO2 = 62% -
60%, lalu pada saat post kaldera produknya berubah kembali menjadi basalttik sampai
andesitic dengan kandungan SiO2 = 52% - 56%. Diihat dari diagram harker
bersebarannya merata karena sampel yang diuji berasal dari pra kaldera, saat kaldera
terbentuk dan post kaldera. Dimana magma pada awalnya kaya dengan Fe dan Mg lalu
saat terbentuknya kaldera magma kaya dengan Na dan SiO2 yang mungkin diakibatkan
dengan adanya proses asimilasi dengan batuan samping atau magma mengalami
fraksinasi.
III.4 Tatanan Tektonik
1 2
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Data geokimia Gunung Batur dapat digunakan sebagai media interpretasi dengn
bantuan aplikasi Igpet.
Gunung Batur pada pra kaldera batuannya merupakan basaltik dan andesitic,
setelah munculnya kaldera magma menjadi asam dan membentuk dasitik, lalu
post kaldera kembali seperti awal menjadi basaltic dan andesitic.
Evolusi magma Gunung Batur dari yang awalnya basa-intermediet menjadi asam
lalu kembali menjadi semula.
Tektonik yang bekerja pada Gunung Batur merupakan busur kepulauan yang
menghasilkan kalk alkali dan tholeiits.
Bronto, S. & Martono, A., 1998; Peta Kawasan Rawan Bencana G. Batur, Propinsi Bali, 1998.
Direktorat Vulkanologi.
Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus. Direktorat
Vulkanologi, No. 158.
Sutawidjaja, I.S., 1992; Peta Geologi Kaldera Batur, Bali, Indonesia. Direktorat Vulkanologi.
Chainago, R., dkk., 1990; Pemetaan Geologi Komplek Kaldera G. Batur dan sekitarnya, Bali,
1990. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
Chainago, R., 1981; Penelitian hasil penafsiran citra landsat dan potret udara G. Batur dan
sekitarnya, tahap ke II, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
Dana, I.N. dkk., 1993; Penukuran metoda potensial diri di G. Batur, Bali, Laporan Direktorat
Vulkanologi, tidak diterbitkan.
Kusumadinata, K. 1962; Nota peninjauan singkat ke danau Batur - Bali, Laporan Direktorat
Geologi, tidak diterbitkan.
Kusumadinata, K., 1964; Nota Umum mengenai Aktivitas efusiva tahun 1963 di dalam Kaldera
G. Batur (Bali), Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
Wheller, G.E., anad Varne, R., 1986; Genesis of dacitic magmatism at Batur Volcano, Bali,
Indonesia: Implications for the origins of strato volcano calderas. Departement of Geology,
university of Tasmania.
Wikartadipura, S., 1973; Pemriksaan G. Batur , Bali, Laporan Direktorat Geologi, tidak
diterbitkan.
Yokoyama, I. & Suparto, S., 1970; A Gravity Survey on and around Bature Caldera, Bali. Bull. of
the Earthquake Research Institute, Vol. 48, 1970, pp. 317 - 329.