Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1.3 Tujuan
1
1.3.1 Teoritis
1. Untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai pancasila secara persfektif
historis atau sejarah perjuangan bangsa?
2. Untuk mengetahui dan memahami keadaan bangsa Indonesia pada Zaman
Penjajahan?
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sejarah dari kebangkitan
nasional?
4. Untuk mengetahui dan memahami sejarah bangsa Indonesia pada zaman
penjajahan jepang?
5. Untuk mengetahui dan memahami makna dari proklamasi kemerdekaan dan
juga siding PPKI?
1.3.2 Praktis
1. Untuk mengetahui dan memahami kaitan G30-SPKI sebagai kajian
pancasila secara persfektif historis atau sejarah perjuangan bangsa Indonesia?
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab munculnya G30-SPKI?
3. Untuk mengetahui dan memahami alternative pemecahan masalah agar
tidak muncul kembali G30-SPKI ini?
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan meningkatkan pemahaman
terkait dengan kajian Pancasila secara persfektif historis atau sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, keadaan bangsa Indonesia pada saat penjajahan, hari kebangkitan
nasional, sejarah pada zaman penjajahan jepang dan makna dari proklamasi
kemerdekaan.
1.4.2 Praktis
Bagi penulis, makalah ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan
pemahaman guna mengimplementasikan kajian pancasila secara sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dan lebih menghargai sejarah bangsa ini.
Bagi masyarakat Indonesia, makalah ini dapat dipahami dan
dihargai sejarahnya agar masyarakat bisa menjadikannya sejarah itu sebagai
pengalaman hidup yang tak terlupakan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
BAB 2 PEMBAHASAN
Zaman Sriwijaya
Pada abad ke VII munculah kerajaan Sriwijaya di daerah Sumatra yang berada di
bawah kekuasaan wangsa Syailendra. Ini termuat di dalam prasasti Kedukan Bukit yang
ditemukan di kaki bukit siguntang dekat yang Palembang. Dalam bahasa melayu kuno dan
dengan menggunakan huruf pallawa di ceritakan kerajaan sriwijaya adalah kerajaan
maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya, lalu-lintas laut di sebelah barat dikuasai
oleh kerajaan ini yakni selat sunda dan selat malaka. Pada zamannya kerajaan Sriwijaya
yang merupakan kerajaan yang cukup besar dan disegani di di kawasan asia selatan.
Sistem perdagangannya dilaksanakan dengan mempersatukan pedagang, pengerajin, dan
pegawai raja yang disebut dengan Tuha An Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul
semacam koprasi sehingga memudhkan rakyat untuk memasarkan barang dagangannya.
Sebagai salah satu kerajaan yang besar Sriwijaya sudah mengembangkan tata
Negara dan tata pemerintahan yang mampu menciptakan peraturan - peraturan yang ditaati
oleh rakyat yang berada diwilayah kekuasaannnya. Demikian pula dalam sistem
pemerintahannnya yang dimana ada kepegawaian yang tugasnya mengurus perpajakan,
harta benda kerajaan, dan menjadi pengawas sistem kerja atau teknis pembangunan
gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga dimasa itu kerajaan Sriwijaya terkenal
dalam sistem negaranya yang tidak dapat lepas dari nilai ketuhanaan.
Kerajaan Kahuripan
Kerajaan kahuripan yang didirikan raja Airlangga pada abad ke XI. Dimana raja
Airlangga membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan juga raja Airlangga memiliki
sikap toleransi dalam kehidupan beragama. Agama yang di akui oleh kerajaan ini adalah
agama budha, agama Wisnu dan agama Siwa yang hidup berdampingan dengan damai.
Menurut prasasti kelagen, Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dalam perdagangan
yang bekerja sama dengan Benggala, Chola dan Champa. Demikian pula Airlangga
mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan pada tahun1019, dimana para
pengikutnya, rakyat dan brahmana bermusyawarah dan memutuskan dan untuk memohon
Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi istana, sebaga nilai – nilai sila ke
3
empat dari pancasila. berdasarkan yang tertulis di dalam prasasti Kelagen, pada tahun
1037, Raja Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi
kesejahteraan rakyatnya yang merupakan nilai – nilai dari sila ke lima pancasila.
Kerajaan Majapahit
Di tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang di masa Raja Hayam Wuruk
mencapai kejayaannnya dengan di dampingi Mahapatihnya yakni Mahapatih Gajah Mada
yang dibantu oleh laksamana Nala dalam memimpin pasukannya untuk menguasai
nusantara. Wilayah kekuasaan majapahit pada masa kejayaannya dari semenanjung melayu
sampai irian barat melalui Kalimantan utara.
Pada masa itu agama hindu dan agama budha hidup berdampingan dengan damai.
Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365) yang dimana didalam kitabnya terdapat
istilah “Pancasila”. Empu Tantular juga menulis kitab yakni kitab sutasoma, didalam
bukunya itu dijumpai sloka persatuan nasional yakni “bhineka tunggal ika” yang
melambangkan Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suka, ras, agama, kebudayaan
namun tetaplah satu yakni bangsa Indonesia. Ada hal yang paling terkenal dari sejarah
majapahit yakni sumpah palapa dari Mahapatih Gajah Mada, dia bersumpah bahwa tidak
akan makan palapa sebelum seluruh nusantara bisa di kuasai dan menjadi satu. Raja
Hayam wuruk juga sering mengadakan dan menjaga hubungan baik dengan Negara-negara
tetangga. Menurut Prasasti Brumbung pd tahun 1329 dimana tata pemerintahan dari
kerajaan Majapahit terdapat semacam penasihat raja yakni Rakyan I Hino, I Sirikan, dan I
Halu. Hal ini mencermikan nilai-nilai dari sila pancasila yakni sila ke empat tentang
musyawarah mufakat.
Kerajaan Bali
Kerajaan Bali yang pertama adalah Kerajaan Bedahulu atau sering disebut Bedulu.
Kerajaan ini berdiri pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14 yang berpusat di Pejeng atau
Bedulu, Gianyar. kerajaan ini diperintah oleh salah satu kelompok bangsawan yang
bernama dinasti Warmadewa dengan Sri Kesari Warmadewa sebagai raja pertamanya. Sri
Kesari Warmadewa sendiri, menurut riwayat lisan yang beredar telah berkuasa sejak abad
ke-10, dan namanya bisa ditemukan dalam sebuah prasasti di Sanur, bernama prasasti
Blanjong. Dari prasati tersebut, diketahui bahwa Sri Kesari ternyata merupakan seorang
penganut Buddha Mahayana dan bahwa dinasti ini memiliki sebuah hubungan yang amat
dekat dengan penguasa kerajaan Medang di Jawa Timur sekitar abad 10 hingga 11.
Setelah Sri Kesari turun jabatan, kerajaan Bali yang saat itu dikenal dengan
kerajaan Bedahulu, dilanjutkan oleh Sang Ratu Ugrasena. Ugrasena diperkirakan
memerintah pada jaman yang sama dengan Mpu Sendok di Jawa Timur, yaitu sekitar 915
hingga 942. Pada masa pemerintahan Ugrasena, ia terkenal sering merilis prasasti yang
memiliki hubungan dengan kegiatan-kegiatan yang sering diadakan oleh masyarakat
kerajaannya seperti perpajakan, penganugerahan, upacara agama, pembangunan
penginapan, hingga pendirian tempat sembahyang bagi mereka yang ingin berziarah.
Setelah Ugrasena turun, penerusnya adalah Sri Tabanendra Warmadewa yang dari
namanya jelas diketahui bahwa ia masih anggota Wangsa Warmadewa. Sri Tabanendra
4
merupakan anak dari Ugrasena, dan istrinya merupakan seorang putri dariJawa yang secara
kebetulan adalah anak dari Mpu Sendok. Beliau memerintah dari tahun 943 hingga 961.
Sejarah kerajaan Bali berakhir dengan periode kerajaan Klungkung yang
sebenarnya masih tetap bagian dari dinasti Gelgel. Diketahui pada akhirnya bahwa yang
mengakhiri masa pemerintahan dinasti Gelgel adalah pemberontakan oleh I Gusti Agung
Maruti karena kesal kekalahannya tidak berarti pemulihan kembali oleh Dalem Di Made.
Pemimpin pertama dari era Klungkung ini bernama Dewa Agung Jambe yang memerintah
pada tahun 1710 hingga tahun 1775. Di masa ini, kerajaan bali terpecah menjadi delapan
buah kerajaan kecil (sembilan jika menghitung Klungkung sendiri), yaitu: Badung,
Mengwi, Bangli, Buleleng, Gianyar, Karangasem, Tabanan, dan Denpasar.
2. Kerajaan Islam
Kerajaan Samudra Pasai
Pada abad ke-13 berdirilah kerajaan Islam pertama di Indonesia yaitu Samudra
Pasai. Pendiri kerajaan ini sekaligus menjadi raja pertama bernama Sultan Malik al Saleh.
Letak kerajaan berada di daerah Aceh Utara di Kabupaten Lokseumawe.
Kemudian pada tahun 1297 Sultan Malik al Saleh wafat untuk melanjutkan
pemerintahan ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Mahmud. Pada tahun 1326
Sultan Mahmud juga wafat. Selanjutnya pemerintahan kerajaan Islam Samudra pasai
dipimpin oleh Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Al Tahir. Pada masa
pemerintahan Sultan Ahmad, kerajaan Samudra Pasai mendapat kunjungan Ibnu Batuta,
utusan Sultan Delhi. Ibnu Batuta menceritakan bahwa Samudra Pasai merupakan bandar
utama pelabuhan yang sangat penting. Karena di pelabuhan ini menjadi tempat bongkar
muat barang-barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang dari dalam dan luar negeri
(India dan Cina).
Kerajaan Aceh
Kerajaan aceh terletak di tepi Selat Malaka yang berpusat di Kotaraja, Banda Aceh.
Berdiri pada abad ke-16 dengan raja pertama Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Raja
terkenal dari Aceh yang membawa ke zaman keemasan adalah Sultan Iskandar Muda
(1607-1636). Ia berhasil menaklukan Johor, Pahang dan Kedah. Sepeninggal Sultan
Iskandar Muda, digantikan Sultan Iskandar Tsani. Peninggalan sejarah kerajaan Aceh
adalah Taman Sari Gunongan, Masjid Tua Indrapuri, Benteng Indrapatra, Pinto Khop,
Meriam Kesultanan Aceh, Hikayat Prang Sabi, makam Sultan Isakandar Muda, Masjid
Baiturrahman, singgasana Sultan Aceh, lukisan raja-raja dan koin emas.
Kerajaan Demak
Pada Abad ke-15 di Pulau Jawa berdiri kerajaan Islam Demak. Demak merupakan
kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Pendiri kerajaan ini bernama Raden Patah.
Kemudian pada tahun 1518 Raden Patah Wafat. Ia digantikan oleh putranya yaitu Pati
Unus. Pemerintahannya hanya berlangsug selama 3 tahun karena setelah itu ia wafat.
Selanjutnya kerajaan Islam Demak dipimpin oleh Sultan Renggono, Adik Pati Unus.
Sultan Trenggono dikenal sebagai raja yang tegas dan arif bijaksana. Karena itu
pada masa pemerintahannya Demak mencapai puncak kejayaan. Daerah kekuasaannya
meliputi Jawa Barat dan Jawa Timur. Setelah wafatnya Sultan Trenggono timbullah
5
pertentangan di kalangan keluarga sendiri. Petentangan bersumber pada siapa yang berhak
mewarisi kerajaan. Berakhirnya kerajaan Islam Demak setelah Pangeran Adiwijoyo atau
Joko Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang suka bertindak sewenang-wenang,
sehingga banyak adipati yang menentang tindakannya tersebut. Joko Tingkir kemudian
memindahkan keraton Demak ke Pajang (tahun 1568. Dengan demikian tamatlah riwayat
Kerajaan Demak
Kerajaan Banten
Pada tahun 1522 berdiri kerajaan Islam Cirebon. Pendiri kerajaan yang sekaligus
menjadi rajanya bernama Fatahillah. Ia sangat berjasa dalam mengislamkan Jawa Barat. Di
bawah pemerintahannya kerajaan Islam Cirebon mencapai kejayaan. Daerah kekuasaanya
bertambah luas. Kerajaan Islam Cirebon menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan
Islam Mataram. Pada thaun 1570 Fatahillah wafat.
9
Kemudian golongan demokrat antara lain Moh. Hatta dan St. Syahrir mendirikan
PNI baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (1933), dengan semboyang kemerdekaan
Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri (Toyibin, 1997 : 35)
10
b) Prof. Dr. Soepomo
Dr. Soepomo mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut :
a. Teori Negara Perseorangan (Individualis), sebagaimana diajarkan oleh
Thomas Hobbes (abad 17), Jean Jacques Rousseau (abad 18), H.J. Laski (abad
20). Menurut paham ini, negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang
disusun atas kontrak antar seluruh individu. Paham ini banyak terdapat di
Eropa dan Amerika.
b. Paham negara kelas (Class Theory)
Teori ini sebagaimana diajarkan oleh Marx, Engels dan Lenin. Negara adalah
alat dari suatu golongan untuk menindas klasse lain. Negara kapitalis adalah
alat kaum bourgeoisie, oleh karena itu kaum Marxis menganjurkan untuk
meraih kekuasaan agar kaum buruh dapat ganti menindas kaus bourgeoisie.
c. Paham Negara Integralistik
Menurut paham ini, negara bukanlah untuk menjamin perseorangan atau
golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai
suatu persatuan.
Selain itu, Dr. Seopomo juga mengajukan rancangan dasar negara sebagai berikut :
1. Persatuan Indonesia
2. Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Kerakyatan yang berdasarakan permusyawaratan perwakilan
4. Pemerataan keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
5. Kemakmuran Indonesia dalam ikatan Asia Timur Raya.
c) Ir. Soekarno
Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, dalam pidatonya Ir. Soekarno
menyampaikan lima prinsip dasar negara yang terdiri atas:
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahtaraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (ketuhanan yang berkebudayaan)
Dari penguraian diatas Ir. Soekarno mengemukakan dasar-dasar dari kelima
prinsip itu yaitu : kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan ,dan
ketuhanan dengan lima bilangannya diberikan nama Pancasila yang di sarankan
oleh ahli basaha yang diartikan panca artinya lima, sedangkan sila artinya azas
atau dasar negara.
12
Latuharhary, Mr. Pudja (Bali), A.H. Hamidan (Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul Wachid
Hasyim, dan Mr Moh. Hassan (Sumatera).
Ir. Soekarno mengumumkan di muka umum bahwa bangsa Indonesia akan merdeka
sebelum jagung berbunga (secepat mungkin) dan kemerdekaan ini merupakan hasil
perjuangan seluruh rakyat Indonesia, bukan hadiah dari Jepang. Berkaitan dengan
persiapan kemerdekaan, PPKI sebagai bentukan Jepang berubah menjadi badan nasional
sebagai pendahuluan bagi Komite Nasional. Komite Nasional ini pada hakikatnya
merupakan PPKI yang bersifat representatif karena anggotanya berasal dari seluruh
daerah yang ada di kepulauan Indonesia ditambah enam anggota sebagai wakil golongan
masyarakat Indonesia. Enam anggota tambahan tersebut yaitu Wiranatakusuma, Ki
Hadjar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sajuti Melik, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, dan
Mr. Achmad Soebardjo.
13
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno Hatta
SIDANG PPKI
PPKI mengadakan sidang tepat sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 18
Agustus 1945. Pertemuan untuk merundingkan beberapa masalah terutama yang
menyangkut sila pertama Pancasila pada naskah Panitia Pembukaan UUD 1945 yang
dikenal dengan Piagam Jakarta dilakukan 20 menit sebelum siding resmi dimulai.
1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI ini diikuti oleh 27 orang dengan hasil keputusan sebagai berikut :
a. Mengesahkan Undang-Undang dasar 1945 yang meliputi :
1) Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagam Jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
2) Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan Penyilidik
pada tanggal 17 Juli 1945 dengan berbagai perubahan karena berkaitan dengan
perubahan piagam Jakarta yang kemudian berfungsi sebagai Undang-undang dasar
1945.
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan
musyawarah darurat.
Komite Nasional dilantik dan diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo pada 29 Agustus 2015
dan berubah menjadi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Keanggotaan KNIP ini
terdiri dari anggota PPKI sebagai inti, ditambah dengan pemimpin dari golongan, aliran, dan
lapisan masyarakat, seperti: kaum pergerakan, pemuda, pengusaha, pedagang, cendekiawan ,
wartawan, dan lain-lain. Pembentukan KNIP telah diatur dalam pasal IV Aturan Peralihan.
2. Sidang Kedua (19 Agustus 1945)
Hasil ketetapan pada siding kedua sebagai berikut :
1) Tentang daerah Provinsi, dengan pembagian yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil.
2) Untuk sementara waktu kedudukan Kooti dan sebagainya diteruskan seperti
sekarang.
3) Untuk sementara waktu kedudukan kota diteruskan dengan dibentuknya 12
departemen yaitu Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen
Kehakiman, Departemen Keuangan, Departemen Kemakmuran, Departemen Kesehatan,
Departemen Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial, Departemen
Pertahanan, Departemen Penerangan, Departemen Perhubungan dan Departemen
Pekerjaan Umum (Kaelan dan Achmad Zubadi, 2014: 41).
3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)
14
Pada sidang ketiga ini dilakukan pembahasan mengenai agenda tentang Badan Penolong
Korban Perang yang terdiri dari delapan pasal yang salah satunya yaitu pasal dua tentang
pembentukan suatu badan yang disebut Badan Keamanan Rakyat (BKR).
16
Pada Pemilu tahun 1955 tidak dapat memenuhi harapan dan keinginan masyarakat, bahkan
mengakibatkan ketidakstabilan pada politik, sosial, ekonomi, pertahanan, dan keamanan.
Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Modal raksasa yang semakin berkuasa terhadap perekonomian Indonesia.
b. Pemerintah Indonesia kesulitan untuk menyalurkan dinamika masyarakat
mengenai pembangunan khususnya pembangunan di bidang ekonomi karena sistem
kabinet yang silih berganti.
c. Pemerintah yang tidak stabil dan sering jatuh bangun karena sistem liberal
yang berdasarkan UUDS 1950.
d. Pemilu 1955 tidak mampu mencerminkan perimbangan kekuasaan politik
dalam DPR yang sebenarnya hidup dalam masyarakat. Contohnya adalah banyak
kekuatan sosial dan politik yang berasal dari daerah-daerah dan golongan-golongan
yang belum terwakili suaranya dalam DPR.
e. Dekrit Presiden sebagai faktor penentu utama karena konstituante yang
seharusnya membuat UUD negara RI ternyata membahas kembali dasar negara
padahal telah bersidang selama dua setengah tahun. Hal ini mengakibatkan setengah
dari anggota menyatakan tidak akan hadir dalam siding-sidang konstituante. Presiden
menilai hal seperti ini akan membahayakan kedaulatan, mengancam persatuan dan
kesatuan, serta keselamatan bangsa dan negara Indonesia. Atas dasar tersebut,
Presiden selaku badan yang harus bertanggung jawab, mengeluarkan dekrit pada
tanggal 5 Juli 1959, yang isinya :
1. Membubarkan Konstituante
2. Menetapkan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya kembali UUDS
1950.
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
Pengertian Dekrit
Dekrit adalah suatu putusan dari orang tertinggi (kepala negara atau orang lain) yang
merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bila negara
dalam keadaan darurat, keselamatan bangsa dan negara terancam oleh bahaya (Kaelan dan
Achmad Zubadi, 2014:45). Landasan hukum untuk dekrit adalah Hukum Darurat yang
dibedakan atas:
a. Hukum Tatanegara Darurat Subjektif
Hukum Tatanegara Darurat Subjektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberi wewenang
kepada organ tertinggi untuk mengambil tindakan-tindakan hokum, apabila perlu
melanggar undang-undang hak asasi rakyat, bahkan bila perlu melanggar Undang-Undang
Dasar. Misalnya, Dekrit Presiden yang dilakukan untuk membubarkan Konstituante dan
menghentikan UUDS 1950 yang diganti dengan memberlakukan kembali UUD 1945.
18
Dari serangkaian peristiwa tersebut, terlihat bahwa Orde lama sudah tidak mampu
lagi menguasai keadaan negara sehingga Presiden sebagai Panglima tertinggi memberikan
kekuasaan penuh kepada Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral Soeharto. Amanat
tersebut yaitu dalam bentuk suatu surat yang dikenal dengan Surat Perintah 11 Maret
1966 (Super Semar). Pemberian Super Semar tersebut merupakan bentuk kepercayaan dan
memberikan wewenang kepada Letjen Suharto untuk mengatasi keadaan yang serba tidak
menentu demi kestabilan kedaulatan Republik Indonesia. Tugas Pemegang Super Semar
yaitu memulihkan keamanan dengan jalan menindak tegas pengacau keamanan yang
dilakukan oleh PKI beserta ormas-ormasnya, mengamankan 15 Menteri yang terlibat
dalam G 30 S PKI, dan lain-lain.
Penerimaan dan penguatan terhadap berlakunya Super Semar tercantum dalam Tap
No. IX/MPRS/1966 yang dihasilkan dalam Sidang MPRS IV/1966. Berdasarkan keputusan
tersebut, Super Semar tidak lagi bersumberkan Hukum Tatanegara Darurat, melainkan
bersumber pada kedaulatan rakyat sesuai pasal 1 ayat 2 UUD 1945. Selanjutnya, pemerintah
orde baru melaksanakan Pemilu tahun 1973 dan terbentuk MPR hasil Pemilu. Pemerintahan
Orde Baru mengemban misi sesuai Tap No. X/MPR/1973 yang meliputi :
1. Melanjutkan pembangunan lima tahun, menyusun dan melaksanakan Rencana
Lima Tahun II dalam rangka GBHN.
2. Membina kehidupan masyarakat agar sesuai dengan demokrasi yang dianut dalam
ideologi Pancasila.
3. Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif dengan berorientasi pada kepentingan
nasional (Kaelan dan Achmad Zubadi, 2014:47).
Orde Baru melaksanakan programnya dalam upaya merealisasikan pembangunan
nasional dengan rencana lima tahun secara bertahap sebagai perwujudan pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
2.2 Praktis
2.2.1. Penjelasan Kasus
Gerakan 30 September 1965 / PKI atau G30S/PKI adalah peristiwa pengkhianatan
terhadap Bangsa Indonesia terbesar yang pernah terjadi. peristiwa ini terjadi malam hari tepat
saat pergantian dari tanggal 30 September (Kamis) menjadi 1 Oktober (Jumat) 1965 saat
tengah malam. peristiwa ini melibatkan anggota PKI dan pasukan Cakrabirawa.
Gerakan ini bertujuan untuk menggulingkan Soekarno dan mengubah Indonesia
menjadi komunis. Gerakan ini diprakarsai oleh Dipa Nusantara Aidit yang merupakan ketua
dari PKI saat itu. DN. Aidit saat itu melancarkan hasutan-hasutan kepada rakyat Indonesia
untuk mendukung PKI menjadikan Indonesia sebagai "negara yang lebih maju". DN Aidit
dinyatakan sebagai dalang dari G30S/PKI oleh Pemerintah Republik Indonesia pada masa
Presiden Soeharto.
Gerakan ini bergerak atas perintah Letnan Kolonel Untung Syamsuri yang saat itu
adalah Komandan Batalyon I Cakrabirawa. Gerakan ini meluncur di Jakarta dan Yogyakarta
dimana gerakan ini mengincar para Dewan Jendral dan perwira tinggi. Gerakan di Jakarta
sebenarnya bermaksud untuk menculik para jendral dan membawanya ke Lubang Buaya.
Namun, beberapa prajurit Cakrabirawa ada yang memutuskan untuk membunuh beberapa
jendral di tempat dia diculik. yaitu diantaranya Ahmad Yani dan Karel Satsuit Tubun. dan
sisanya meninggal secara perlahan karena luka mereka di Lubang Buaya. Para korban tersebut
19
kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang
Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
21
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Teoritis
1. Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia yaitu terdapat pada zaman
Kutai, zaman Sriwijaya, zaman Kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit, dan zaman kerajaan
Majapahit.
2 Pada zaman penjajahan, Belanda datang ke Indonesia tepatnya pada abad ke XVI.
Untuk menghindarkan persaingan di antara merela sendiri (Belanda), kemudian mereka
mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama V.O.C. Belanda juga menguasai
daerah-daerah yang strategis dan kaya akan hasil rempah-rempah pada abad ke XVII dan
nampaknya semakin memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.
2.1.1 Pada abad xx di dunia politik internasional terjadi kebangkitan Dunia Timur
dengan kesadaran akan kekuatan yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Republik
Indonesia pada tahun 1908 yang di pelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan
Budi Utomo sadar akan adanya kebangkitan nasional. Pada tanggal 28 Mei 1908
merupakan pelopor pergerakan nasional yang didirikan oleh Budi Utomo yang
membuat organisasi-organisasi pergerakan yang lainnya bermunculan.
2.1.2 Tujuan utama Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang
Pemimpin Asia, Jepang saudara tua bangsa Indonesia”. Pemerintahan Jepang
bersikap baik terhadap bangsa Indonesia dengan menjajikan Indonesia merdeka
suatu saat dengan harapan mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia karena
Jepang merasa terdesak saat melawan sekuru barat yaitu: Amerika, Inggris, Rusia,
Prancis, Belanda, dan negara sekutu yang lainnya.
2.1.3 Kemenangan sekutu dalam perang Dunia membawa hikmah bagi bangsa
Indonesia. Menurut pengumuman Nanpoo Gun (Pemerintah Tentara Jepang untuk
seluruh daerah selatan), tanggal 7 Agustus 1945 (Kan Poo No.72/2605k.11), pada
pertengahan bulan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia atau Dokuritu Zyunbi Linkai.
2.1.4 Secara ilmiah masa Proklamasi kemerdekaan dapat mengandung pengertian
sebagai berikut :
a. Dari sudut hukum ( secara yuridis) Proklamasi merupakan saat tidak
berlakunya tertib hukum colonial, dan saat mulai berlakunya tertib hukum nasional
b. Secara politis ideologis proklamasi mengandung arti bahwa bangsa
Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa asing melalui kedaulatan untuk
menentukan nasib sendiri dalam suatu negara Proklamasi Republik Indonesia.
3.1.2. Praktis
i. Gerakan 30 September 1965 / PKI atau G30S/PKI adalah peristiwa pengkhianatan
terhadap Bangsa Indonesia terbesar yang pernah terjadi. peristiwa ini terjadi malam
hari tepat saat pergantian dari tanggal 30 September (Kamis) menjadi 1 Oktober
22
(Jumat) 1965 saat tengah malam. peristiwa ini melibatkan anggota PKI dan pasukan
Cakrabirawa. Gerakan ini bertujuan untuk menggulingkan Soekarno dan mengubah
Indonesia menjadi komunis.
ii. Faktor penyebab G30 S PKI terdiri dari dua yaitu faktor internal dan eksternal
- Faktor Internal : PKI, Konsep NASAKOM, dan ekonomi masyarakat
Indonesia pada saat itu.
- Faktor Eksternal : Faktor Malaysia dan Amerika Serikat.
iii. Alterntif pemecahan masalah yang dapat kami berikan :
a. Orang-orang yang terlibat dalam Gerakan 30 September Partai Komunisme
Indonesia utamanya pelaku utama yang memelopori gerakan ini harus ditangkap
dan ditindak tegas sesuai dengan konstitusi dan hukum yang berlaku di Indonesia.
Penindakan terhadap para pelaku ini harus secara adil dan benar-benar tegas
sehingga menimbulkan efek jera bagi para pelaku. Terkait dengan penindakan
hukum bagi para pelaku ini, kita sebagai masyarakat Indonesia perlu mengawal dan
terus mengawasi proses pemberian hukuman bagi pelaku sehingga supremasi
hukum dapat diwujudkan di Indonesia.
b. Selain diberi hukuman sesuai dengan tindakan, orang-orang yang terlibat
dalam G 30 S PKI juga perlu dibina terkait dengan pemahaman terhadap
pentingnya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa dari bangsa Indonesia sendiri
sehingga mereka akan sadar dan mampu mengubah pandangannya terkait ideologi
yang paling patas diterapkan di Indonesia yaitu Ideologi Pancasila. Ideologi
Pancasila merupakan ideologi yang paling pantas diterapkan di Indonesia karena
ideologi ini merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur yang telah menjadi jiwa bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu dan tidak diragukan lagi keampuhannya dalam
menangani berbagai konflik baik konflik horizontal dan vertikal yang terjadi di
Indonesia.
c. Bagi pemerintah dan lembaga yang berwenang, perlu untuk mengusut
tuntas gerakan-gerakan radikal yang menentang ideologi Pancasila yang dalam hal
ini adalah Gerakan 30 S PKI. Pemerintah perlu mencari tahu motif yang
melatarbelakangi para pelaku melakukan tindakan tersebut dan menyelidiki pihak-
pihak lain yang mendukung dan berperan aktif dalam G 30 S PKI sehingga
diharapkan tidak ada lagi peristiwa yang menentang bahkan mengancam Ideologi
Pancasila di kemudian hari.
3.2 Rekomendasi
3.2.1 Untuk Masyarakat
Sebagai warga negara yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebaiknya masyarakat Indonesia tetap memperhatikan Pancasila serta nilai-nilai yang ada
didalamnya sebagi konteks perjuangan bangsa sebagai tolak ukur bagi bangsa indonesia
untuk mempertahankan dan memperjuangkan bangsa indonesia untuk lebih baik serta
meniru semangat dan kerja keras para pahlawan dahulu memperjuangkan bangsa Indonesia.
3.2.2 Untuk Pemerintah
Pemerintah perlu menjadikan sejarah sebagai mata pelajaran wajib pada setiap jenjang
sekolah dan pendidikan tinggi sehingga sejarang perjuangan para pahlawan bangsa dalam
usaha membangun NKRI yang berdaulat dan disegani oleh negara lain. “Jas merah” jangan
sekali-kali melupakan sejarah ini merupakan hal yang patut dijadikan prinsip hidup bagi
23
seluruh rakyat Indonesia dan mengambil hal-hal yang positif untuk dijadikan pembelajaran
dan membuang jauh-jauh sesuatu yang negatif dari peristiwa sejarah.
24
DAFTAR PUSTAKA
25