Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu bangsa yang ingin mewujudkan cita-cita dalam kehidupan di dunia yang serba
modern ini, secara objektif memiliki karakteristik sendiri – sendiri yang melalui proses serta
perkembangan sesuai dengan latar belakang sejarah, realitas sosial, budaya, etnis, kehidupan
beragama, dan konstelasi geografis yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Berbeda dengan sejarah
pekembangan Negara-negara modern d inggris, amerika, prancis dan rusia, Negara Indonesia
berjuang untuk mewujudkan Negara yang modern yang diwarnai dengan penjajahan bangsa lain.
Banngsa Indonesia sendiri sebagai unsur materi Pancasila yang nilai-nilainya dikembangkan serta
disintesiskan dengan paham besar di dunia dan disahkan menjadi dasar Negara. Untuk memahami
pancasila pancasila secara utuh dan lengkap dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia
maka diperlukannya pemahaman sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu
Negara yang berdasarkan suatu asas hidup bersama demi kesejahtraan bangsa dengan berdasarkan
pancasila. nilai-nilai essensial yang terkandung dalam pancasila telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum bangsa ini didirikan. Proses terbentuknya Negara
Indonesia ini pun melalui proses yang sangat panjang dan rumit.
Dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa,
antara lain dilakukan oleh para pejuang kebangkitan nasional tahun 1908. Akhirnya sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam mendirikan Negara yang di cita-citakan selama ini tercapai
dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945. Berdasarkan
fakta sejarah bangsa Indonesia proses perumusan dasar filsafat Negara diangkat dari kausa
materialis yang ada pada bangsa Indonesia sendiri dengan unsur-unsur dari luar yang relevan.
Salah satu peritiwa yang sangat bersejarah dalam perjuangan bangsa Indonesia ini yakni
“G30 SPKI”. Peristiwa ini mungkin akan terus terngiang ditelinga kita jika mendengarnya karena
peristiwa ini sangat bersejarah dalam pembentukan bangsa Indonesia dalam mencari jati diri
Negara. Perlawanan yang terjadi di negeri ini bisa terjadi karena ada beberapa faktor yang memicu
munculnya pergerakan ini. Salah satunya adalah munculnya partai Komunis Indonesia atau PKI
yang bertentangan dengan konstitusi di Indonesia. PKI ini ingin meningkatkan harkat dan
martabat kaum buruh dan petani yang sengsara. Niat tersebut memang sangat mulia, tapi tindakan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut yang tidak sesuai dengan konstitusi di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Teoritis
1. Bagaimana nilai-nilai Pancasila dalam sejarah Bangsa Indonesia?
2. Bagaimana keadaan bangsa Indonesia pada zaman penjajahan?
3. Bagaimana sejarah kebangkitan Nasional?
4. Bagaimana sejarah bangsa Indonesia pada zaman penjajahan jepang?
5. Bagaimana proklamasi kemerdekaan dan sidang PPKI?
6. Masa setelah proklamasi kemerdekaan?
1.2.2 Praktis
1. Bagaimana G30 S PKI dipandang sebagai kajian pancasila secara
Persfektif historis atau sejarah bangsa Indonesia?
2. Apakah penyebab munculnya G30 - SPKI?
3. Bagaimana alternatif pemecahan masalah agar tidak muncul kembali
G30 SPKI ini?

1.3 Tujuan
1
1.3.1 Teoritis
1. Untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai pancasila secara persfektif
historis atau sejarah perjuangan bangsa?
2. Untuk mengetahui dan memahami keadaan bangsa Indonesia pada Zaman
Penjajahan?
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sejarah dari kebangkitan
nasional?
4. Untuk mengetahui dan memahami sejarah bangsa Indonesia pada zaman
penjajahan jepang?
5. Untuk mengetahui dan memahami makna dari proklamasi kemerdekaan dan
juga siding PPKI?
1.3.2 Praktis
1. Untuk mengetahui dan memahami kaitan G30-SPKI sebagai kajian
pancasila secara persfektif historis atau sejarah perjuangan bangsa Indonesia?
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab munculnya G30-SPKI?
3. Untuk mengetahui dan memahami alternative pemecahan masalah agar
tidak muncul kembali G30-SPKI ini?

1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan meningkatkan pemahaman
terkait dengan kajian Pancasila secara persfektif historis atau sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, keadaan bangsa Indonesia pada saat penjajahan, hari kebangkitan
nasional, sejarah pada zaman penjajahan jepang dan makna dari proklamasi
kemerdekaan.
1.4.2 Praktis
 Bagi penulis, makalah ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan
pemahaman guna mengimplementasikan kajian pancasila secara sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara dan lebih menghargai sejarah bangsa ini.
 Bagi masyarakat Indonesia, makalah ini dapat dipahami dan
dihargai sejarahnya agar masyarakat bisa menjadikannya sejarah itu sebagai
pengalaman hidup yang tak terlupakan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Konsep Teoritis


2
2.1.1 Nilai-nilai Pancasila dalam sejarah Bangsa Indonesia
1. Kerajaan Hindu-Buddha
 Zaman Kutai
Pada zaman kerajaan kutai ditemukannya 7 prasasti (yupa). Dari prasasti tersebut
diceritakan bahwa Raja Mulawarman anak dari Raja Aswawarman keturunan dari
kudungga tersebut mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para brahmana
dimana para brahmana membangun 7 yupa tersebut sebagai tanda terima kasih kepada raja
yang dermawan seperti Raja Mulawarman.
Masyarakat pada zaman kerajaan kutai ini membangun sejarah Indonesia yang
pertama kalinya menanamkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan dalam bentuk
kerjaan dalam bentuk sistem kerajaan, serta sedekah kepada para brahmana dimana ini
mencirikan jiwa sosial yang sangat kuat. Bentuk kerajaan dengan berlandaskan agama
sebagai tali pengikat kewibawaan Raja Mulawarman ini ada di dalam kerajaan-kerajaan
yang muncul setelahnya di daerah jawa dan Sumatra. Pada zaman kuno (400-1500)
terdapat dua kerajaan yang berhasil mencapai integritas kejayaan yaitu kerajaan Sriwijaya
di Sumatra dan kerajaan Majapahit yang pusatnya di jawa.

 Zaman Sriwijaya
Pada abad ke VII munculah kerajaan Sriwijaya di daerah Sumatra yang berada di
bawah kekuasaan wangsa Syailendra. Ini termuat di dalam prasasti Kedukan Bukit yang
ditemukan di kaki bukit siguntang dekat yang Palembang. Dalam bahasa melayu kuno dan
dengan menggunakan huruf pallawa di ceritakan kerajaan sriwijaya adalah kerajaan
maritim yang mengandalkan kekuatan lautnya, lalu-lintas laut di sebelah barat dikuasai
oleh kerajaan ini yakni selat sunda dan selat malaka. Pada zamannya kerajaan Sriwijaya
yang merupakan kerajaan yang cukup besar dan disegani di di kawasan asia selatan.
Sistem perdagangannya dilaksanakan dengan mempersatukan pedagang, pengerajin, dan
pegawai raja yang disebut dengan Tuha An Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul
semacam koprasi sehingga memudhkan rakyat untuk memasarkan barang dagangannya.
Sebagai salah satu kerajaan yang besar Sriwijaya sudah mengembangkan tata
Negara dan tata pemerintahan yang mampu menciptakan peraturan - peraturan yang ditaati
oleh rakyat yang berada diwilayah kekuasaannnya. Demikian pula dalam sistem
pemerintahannnya yang dimana ada kepegawaian yang tugasnya mengurus perpajakan,
harta benda kerajaan, dan menjadi pengawas sistem kerja atau teknis pembangunan
gedung-gedung dan patung-patung suci sehingga dimasa itu kerajaan Sriwijaya terkenal
dalam sistem negaranya yang tidak dapat lepas dari nilai ketuhanaan.

 Kerajaan Kahuripan
Kerajaan kahuripan yang didirikan raja Airlangga pada abad ke XI. Dimana raja
Airlangga membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan juga raja Airlangga memiliki
sikap toleransi dalam kehidupan beragama. Agama yang di akui oleh kerajaan ini adalah
agama budha, agama Wisnu dan agama Siwa yang hidup berdampingan dengan damai.
Menurut prasasti kelagen, Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dalam perdagangan
yang bekerja sama dengan Benggala, Chola dan Champa. Demikian pula Airlangga
mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan pada tahun1019, dimana para
pengikutnya, rakyat dan brahmana bermusyawarah dan memutuskan dan untuk memohon
Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan tradisi istana, sebaga nilai – nilai sila ke
3
empat dari pancasila. berdasarkan yang tertulis di dalam prasasti Kelagen, pada tahun
1037, Raja Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi
kesejahteraan rakyatnya yang merupakan nilai – nilai dari sila ke lima pancasila.

 Kerajaan Majapahit
Di tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang di masa Raja Hayam Wuruk
mencapai kejayaannnya dengan di dampingi Mahapatihnya yakni Mahapatih Gajah Mada
yang dibantu oleh laksamana Nala dalam memimpin pasukannya untuk menguasai
nusantara. Wilayah kekuasaan majapahit pada masa kejayaannya dari semenanjung melayu
sampai irian barat melalui Kalimantan utara.
Pada masa itu agama hindu dan agama budha hidup berdampingan dengan damai.
Empu Prapanca menulis Negarakertagama (1365) yang dimana didalam kitabnya terdapat
istilah “Pancasila”. Empu Tantular juga menulis kitab yakni kitab sutasoma, didalam
bukunya itu dijumpai sloka persatuan nasional yakni “bhineka tunggal ika” yang
melambangkan Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suka, ras, agama, kebudayaan
namun tetaplah satu yakni bangsa Indonesia. Ada hal yang paling terkenal dari sejarah
majapahit yakni sumpah palapa dari Mahapatih Gajah Mada, dia bersumpah bahwa tidak
akan makan palapa sebelum seluruh nusantara bisa di kuasai dan menjadi satu. Raja
Hayam wuruk juga sering mengadakan dan menjaga hubungan baik dengan Negara-negara
tetangga. Menurut Prasasti Brumbung pd tahun 1329 dimana tata pemerintahan dari
kerajaan Majapahit terdapat semacam penasihat raja yakni Rakyan I Hino, I Sirikan, dan I
Halu. Hal ini mencermikan nilai-nilai dari sila pancasila yakni sila ke empat tentang
musyawarah mufakat.

 Kerajaan Bali
Kerajaan Bali yang pertama adalah Kerajaan Bedahulu atau sering disebut Bedulu.
Kerajaan ini berdiri pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14 yang berpusat di Pejeng atau
Bedulu, Gianyar. kerajaan ini diperintah oleh salah satu kelompok bangsawan yang
bernama dinasti Warmadewa dengan Sri Kesari Warmadewa sebagai raja pertamanya. Sri
Kesari Warmadewa sendiri, menurut riwayat lisan yang beredar telah berkuasa sejak abad
ke-10, dan namanya bisa ditemukan dalam sebuah prasasti di Sanur, bernama prasasti
Blanjong. Dari prasati tersebut, diketahui bahwa Sri Kesari ternyata merupakan seorang
penganut Buddha Mahayana dan bahwa dinasti ini memiliki sebuah hubungan yang amat
dekat dengan penguasa kerajaan Medang di Jawa Timur sekitar abad 10 hingga 11.
Setelah Sri Kesari turun jabatan, kerajaan Bali yang saat itu dikenal dengan
kerajaan Bedahulu, dilanjutkan oleh Sang Ratu Ugrasena. Ugrasena diperkirakan
memerintah pada jaman yang sama dengan Mpu Sendok di Jawa Timur, yaitu sekitar 915
hingga 942. Pada masa pemerintahan Ugrasena, ia terkenal sering merilis prasasti yang
memiliki hubungan dengan kegiatan-kegiatan yang sering diadakan oleh masyarakat
kerajaannya seperti perpajakan, penganugerahan, upacara agama, pembangunan
penginapan, hingga pendirian tempat sembahyang bagi mereka yang ingin berziarah.
Setelah Ugrasena turun, penerusnya adalah Sri Tabanendra Warmadewa yang dari
namanya jelas diketahui bahwa ia masih anggota Wangsa Warmadewa. Sri Tabanendra

4
merupakan anak dari Ugrasena, dan istrinya merupakan seorang putri dariJawa yang secara
kebetulan adalah anak dari Mpu Sendok. Beliau memerintah dari tahun 943 hingga 961.
Sejarah kerajaan Bali berakhir dengan periode kerajaan Klungkung yang
sebenarnya masih tetap bagian dari dinasti Gelgel. Diketahui pada akhirnya bahwa yang
mengakhiri masa pemerintahan dinasti Gelgel adalah pemberontakan oleh I Gusti Agung
Maruti karena kesal kekalahannya tidak berarti pemulihan kembali oleh Dalem Di Made.
Pemimpin pertama dari era Klungkung ini bernama Dewa Agung Jambe yang memerintah
pada tahun 1710 hingga tahun 1775. Di masa ini, kerajaan bali terpecah menjadi delapan
buah kerajaan kecil (sembilan jika menghitung Klungkung sendiri), yaitu: Badung,
Mengwi, Bangli, Buleleng, Gianyar, Karangasem, Tabanan, dan Denpasar.
2. Kerajaan Islam
 Kerajaan Samudra Pasai
Pada abad ke-13 berdirilah kerajaan Islam pertama di Indonesia yaitu Samudra
Pasai. Pendiri kerajaan ini sekaligus menjadi raja pertama bernama Sultan Malik al Saleh.
Letak kerajaan berada di daerah Aceh Utara di Kabupaten Lokseumawe.

Kemudian pada tahun 1297 Sultan Malik al Saleh wafat untuk melanjutkan
pemerintahan ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Mahmud. Pada tahun 1326
Sultan Mahmud juga wafat. Selanjutnya pemerintahan kerajaan Islam Samudra pasai
dipimpin oleh Sultan Ahmad yang bergelar Sultan Malik Al Tahir. Pada masa
pemerintahan Sultan Ahmad, kerajaan Samudra Pasai mendapat kunjungan Ibnu Batuta,
utusan Sultan Delhi. Ibnu Batuta menceritakan bahwa Samudra Pasai merupakan bandar
utama pelabuhan yang sangat penting. Karena di pelabuhan ini menjadi tempat bongkar
muat barang-barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang dari dalam dan luar negeri
(India dan Cina).

 Kerajaan Aceh
Kerajaan aceh terletak di tepi Selat Malaka yang berpusat di Kotaraja, Banda Aceh.
Berdiri pada abad ke-16 dengan raja pertama Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Raja
terkenal dari Aceh yang membawa ke zaman keemasan adalah Sultan Iskandar Muda
(1607-1636). Ia berhasil menaklukan Johor, Pahang dan Kedah. Sepeninggal Sultan
Iskandar Muda, digantikan Sultan Iskandar Tsani. Peninggalan sejarah kerajaan Aceh
adalah Taman Sari Gunongan, Masjid Tua Indrapuri, Benteng Indrapatra, Pinto Khop,
Meriam Kesultanan Aceh, Hikayat Prang Sabi, makam Sultan Isakandar Muda, Masjid
Baiturrahman, singgasana Sultan Aceh, lukisan raja-raja dan koin emas.

 Kerajaan Demak
Pada Abad ke-15 di Pulau Jawa berdiri kerajaan Islam Demak. Demak merupakan
kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Pendiri kerajaan ini bernama Raden Patah.
Kemudian pada tahun 1518 Raden Patah Wafat. Ia digantikan oleh putranya yaitu Pati
Unus. Pemerintahannya hanya berlangsug selama 3 tahun karena setelah itu ia wafat.
Selanjutnya kerajaan Islam Demak dipimpin oleh Sultan Renggono, Adik Pati Unus.

Sultan Trenggono dikenal sebagai raja yang tegas dan arif bijaksana. Karena itu
pada masa pemerintahannya Demak mencapai puncak kejayaan. Daerah kekuasaannya
meliputi Jawa Barat dan Jawa Timur. Setelah wafatnya Sultan Trenggono timbullah
5
pertentangan di kalangan keluarga sendiri. Petentangan bersumber pada siapa yang berhak
mewarisi kerajaan. Berakhirnya kerajaan Islam Demak setelah Pangeran Adiwijoyo atau
Joko Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang suka bertindak sewenang-wenang,
sehingga banyak adipati yang menentang tindakannya tersebut. Joko Tingkir kemudian
memindahkan keraton Demak ke Pajang (tahun 1568. Dengan demikian tamatlah riwayat
Kerajaan Demak

 Kerajaan Mataram Islam


Pada tahun 1586 berdiri kerajaan Islam Mataram. Pendiri kerajaan ini bernama
Sutowijoyo yang bergelar Panembahan Senopalti Ing Alaga Sayidin Pantagama. Letak
kerajaan ini berada di Kotagede, Sebelah tenggara kota Yogyakarta. Kemudian pada tahun
1601 Sutowijoyo wafat. Ia dimakamkan di kotagede. Meskipun demikian ia dinilai telah
berhasil meletakan dasar-dasar yang kokoh bagi kerajaan Mataram. Selanjutnya setelah
Sutowijoyo wafat, kerajaan Mataram diperintah oleh Mas Jolang atau Penembahan Seda
ing Krapyak. Oleh karena pada awal pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan-
pemberontakan, dan sementaraitu upaya memadamkan pemberontakan terus berlangsung
dan belum berhasil dipadamkan, Mas Jolang wafat. Ia dimakamkan di Kotagede.
Pengganti Mas Jolang bernama Adipati Martapura. Tetapi penggantinya ini tidak
mampu menjalankan tugas pemerintahan karena keadaan fisik yang lemah serta sakit-
sakitan. Selanjutnya untuk meneruskan pemerintahan Adipati Martapura diganti oleh Mas
Rangsang. Ia ternyata orang kuat yang mampu memimpin pemerintahan. Pada masa
pemerintahannya kerajaan Islam Mataram mencapai kemajuan yang pesat di bidang
petanian, agama dan kebudayaan, Mataram ketika itu merupakan kerajaan terhormat dan
disegani tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga di pulau-pulau lainnya. Karya sastra berupa
buku berjudul Sastra Gending merupakan hasil karya yang ditulis oleh Mas Rangsang
sendiri. Wayang sebagai kesenian yang digemari rakyat berkembang pesat pula.Pada masa
pemerintahan Mas Rangsang (tahun 1633) ditetapkan perhitungan tahun Islam didasarkan
bulan. Oleh sebab itu Mas Rangsang sebagai raja yang lebih terkenal dengan sebutan
Sultan Agung.

 Kerajaan Banten
Pada tahun 1522 berdiri kerajaan Islam Cirebon. Pendiri kerajaan yang sekaligus
menjadi rajanya bernama Fatahillah. Ia sangat berjasa dalam mengislamkan Jawa Barat. Di
bawah pemerintahannya kerajaan Islam Cirebon mencapai kejayaan. Daerah kekuasaanya
bertambah luas. Kerajaan Islam Cirebon menjalin hubungan yang baik dengan kerajaan
Islam Mataram. Pada thaun 1570 Fatahillah wafat.

Selanjutnya ia digantikan oleh putranya bernama pangeran Pasarean. Dalam


perkembangannya kemudian pada tahun 1679 kerajaan Islam Cirebon dibagi menjadi dua
kerajaan yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Pada masa tersebut kedudukan VOC di Batavia
semakin kuat. Mereka bermaksud meluaskan kekuasaannya ke Cirebon. Maka Belanda dan
VOC-nya mengatur siasat dengan menerapkan politik adu domba atau Devide et Impera.
Hal ini bertujuan untuk memperlemah kerajaan Islam Cirebon. Kerajaan Islam Cirebon
yang sudah dipecah menjadi dua, oleh Belanda VOC dipecah lagi menjadi tiga masing-
masing Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan. Dengan terpecahnya kerajaan Islam
Cirebon menjadi tiga menyebabkan kerajaan Islam Cirebon semakin lemah kedudukannya.
6
Keadaan ini terus dimanfaatkan oleh Belanda dan VOC untuk mengadu domba. Akhirnya
padda abad ke-17 Cirebon berhasil dikuasai VOC.

 Kerajaan Ternate dan Tidore


Pada abad ke-13 di Maluku telah berdiri beberapa kerajaan seperti Ternate, Tidore,
Bacan, dan Obi. Di antara kerajaan-kerajaan tersebut, ternyata kerajaan Ternate dan Tidore
yang berkembang lebih maju. Hal ini disebabkan hasil buminya yang berupa rempah-
rempah terutama cengkeh. Pada abad ke-14 agama Islam berkembang pesat di Ternate.
Dalam perkembangannya kemudian Ternate berubah menjadi kerajaan Islam. Kerajaan ini
dipimpin oleh Sultan Harun. Pada masa pemerintahannya orang-orang Portugis banyak
yang datang berdagang di Maluku. Tetapi mereka sering berbuat onar seperti melakukan
monopoli dagang secara paksa, bertindak sewenang-wenang, mencampuri urusan
pemerintahan dalam negeri. Akibatnya sering terjadi pertempuran antara penduduk
Maluku dengan orang-orang Portugis.
Setelah Sultan Harun wafat, ia digantikan oleh putranya bernama Sultan Baabullah.
Peristiwa pengkhiantan keji Portugis terhadap Sultan Harun menimbulkan kemarahan
rakyat Maluku. Terlebih lagi Sultan Baabullah sebagai putranya. Ia bersumpah akan
membalas dendam kematian ayahnya dengan mengenyahkan orang-orang Portugis dari
bumi Maluku. Perang berkobar selama 4 tahun lamanya (1570-1574. Akhirnya benteng
Portugis di Ternate berhasil dikuasai Baabullah dan pasukannya. Orang-orang Portugis
yang masih hidup menyerah. Sejak itu daerah Maluku Utara bersih, tidak diganggu lagi
oleh orang-orang Portugis. Pada masa pemerintahannya kerajaan Islam Ternate mencapai
zaman kejayaannya.
Sementara itu di kerajaan Tidore agama Islam pun bekembang pesat. Seperti halnya
Ternate, kerajaan Tidore berubah menjadi kerajaan Islam Tidore yang dipimpin oleh sultan
Tidore. Kedua kerajaan ini pada mulanya hidup berdampingan secara damai, saling
menghormati kedaulatan masing-masing. Tetapi oleh bangsa Portugis dan Spanyol kedua
kerajaan ini diadu domba. Sehingga nyaris terjadi petentangan yang menjurus perang.
Untung saja kedua pimpinan kerajaan menyadari hal ini. Mereka tidak mau diadu domba
dengan bangsa sendiri. Kemudian kerajaan ini bersatu, bahu-membahu dalam menghadapi
Portugis.

2.1.2 Keadaan Bangsa Indonesia pada Zaman Penjajahan


Setelah Kerajaan Majapahit mengalami kehancuran maka berkembanglah dengan
pesat agama islam yang ada di Indonesia yang penyebarannya sangatlah cepat. Bersamaan
dengan semua itu muncul pula kerajaan-kerajaan islam seperti kerajaan Demak dan
mulalilah masuklah Negara-negara eropa ke Indonesia yang ingin mencari pusat tanaman
rempah-rempah. Bangsa lain yang masuk ke Indonesia yang mengawalinya dengan
berdagang oleh orang-orang portugis. Namun lambat laun bangsa portugis mulai
menunjukan eksistensinya di dunia perdagangan yang kesannya menjadi praktek
penjajahan.
Pada akhir abad ke XVI bangsa Indonesia, belanda dating ke Indonesia . belanda
memiliki taktik jitu untuk menghindari persaingan antar sesama mereka dengan
mendirikan VOC yang dikalangan masyarakat Indonesia lebih dikenal dengan kompeni.
Praktik-praktik VOC pun mulai terlihat liciknya, dimana adanya paksaan-paksaan kepada
masyarakat sehingga masyarakat mengdakan perlawanan. Mataram di bawah pemerintahan
7
Sultan Agung pada tahun 1613-1645 berupaya mengadakan perlawanan ke Batavia tahun
1628 dan 1629, walau keberhasilan untuk hal tersebut belum tercapai tapi Gubernur
Jendral J.P. Coen telah tewas dalam serangan ini.
Saat setelah Sultan Agung mangkat maka mataram menjadi bagian kekuasaan
kompeni. Belandapun mulai memainkan hal-hal licik dalam politik. Di makasar pun
berhasil dikuasai oleh kompeni pada tahun 1667 maka timbul perlawanan rakyat yang
dikomandoi oleh Hasanudin. Selanjutnya wilayah Banten pun di kuasai oleh kompeni
tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke
XVII nampaknya juga tidak mampu menghancurkan kekuasaan kompeni. Ibnu Iskandar
yang memimpin armada dari minangkabau yang ikut melakukan perlawanan pula tapi
tidak mendapatkan hasil apa-apa. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjaajah yang
terpencar-pencar dan tidak adanya kordinasi banyak mengalami kegagalan. Belanda pun
bisa menguasai daerah yang strategis dan kaya rempah-rempah pada abad ke XVII yang
didukung pula dengan kekuatan militer.
Sejarah mencatat bahwa Belanda sangat ingin menguasai bangsa Indonesia dengan
berbagai cara yang dilakukan pada masa penjajahan, praktik-pratik kecurangan sudah
merupakan hal lumrah bagi mereka asalkan bisa menguasai Negara Indonesia ini. Begitu
banyak perlawanan yang dilakukan pada masa itu, rakyat dari berbagai daerah di nusantara
sangat bersemangat untuk melakukan perlawanan terhadap penindasan yang dilakukan
oleh Belanda, namun perjuangan itu masih belum membuahkan hasil yang diinginkan oleh
rakyat Indonesia karena kurangnya rasa persatuan dan kesatuan.
Hal yang paling memuncak saat penjajahan belanda yaitu mulai menerapkannya
sistem tanam paksa yang dimana memaksakan beban dan kewajiban terhadap rakyat yang
tidak mampu dan tidak berdosa. Disinilah penderitaan rakyat makin bertambah lebih berat
lagi. Sehingga rakyat makin miskin dan melarat sedangkan kekayaan Belanda bertambah
banyak.

2.1.3. KEBANGKITAN NASIONAL


Pada abad XX dipanggung politik internasional terjadilah pergolakan kebangkitan
Dunia Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatan sendiri. Republik Philifina (1898),
yang dipelopori oleh Joze Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), gerakan
Sun Yat Sen dengan republim Chinanya (1911). Partai Konggres di India dengan tokoh
Tilak dan Gandhi, adapun di Indonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran berbangsa
yaitu kebangkitan nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan Budi
Utomonya. Gerakan inilah yang merupakan awal gerakan nasional untuk mewujudkan
suatu bangsa yang merdeka, yang memiliki kehormatan dan martabat dengan kekuatan
sendiri.
Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 inilah yang merupakan
pelopor pergerakan nasional. Dengan R. Soetomo sebagai motor, timbul niat di kalangan
pelajar STOVIA di Jakarta untuk mendirikan perhimpunan di kalangan para pelajar guna
menambah pesatnya usaha mengejar ketertinggalan bangsa. Langkah pertama yang
dilakukan Soetomo dan beberapa temannya ialah mengirimkan surat-surat untuk mencari
hubungan dengan murid-murid di kota-kota lain di luar Jakarta, misalnya: Bogor,
Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Magelang. Pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 1908
pukul 9 pagi, Soetomo dan kawan-kawannya: M. Soeradji, M. Muhammad saleh, M.
8
Soewarno, M. Goenawan, Soewarno, R.M. Goembrek, dan R. Angka berkumpul dalam
ruang kuliah anatomi. Setelah segala sesuatunya dibicarakan masak-masak, mereka
sepakat memilih “Boedi Oetomo” menjadi nama perkumpulan yang baru saja mereka
resmikan berdirinya.“Boedi” artinya perangai atau tabiat sedangkan “Oetomo” berarti baik
atau luhur. Boedi Oetomo yang dimaksud oleh pendirinya adalah perkumpulan yang akan
mencapai sesuatu berdasarkan atas keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat,
kemahirannya.
Organisasi Budi Utomo ini merupakan pelopor dari pergerakan nasional, sehingga
segera setelah berdirinya organisasi ini, munculah organisasi-organisasi pergerakan
lainnya. Organisasi-organisasi pergerakan nasional itu antara lain : Serikat Dagang Islam
(SDI)(1909), yang kemudian dengan cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan politik
dengan mengganti namanya menjadi Sarekat Islam (SI) tahun 1911 dibahas H.O.S.
Cokroaminoto.
Berikutnya munculah Indische Partij (1913), yang dipimpin oleh tiga serangkai
yaitu : Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat ( yang kemudian
lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantoro). Sejak semula partai ini menunjukan
keradikalannya, sehingga partai ini tidak berumur panjang karena pemimpinnya dibuang
ke luar negeri (1913).
Dalam situasi yang menggoncangkan itu munculah Partai Nasional Indonesia
(PNI)(1927) yang dipelopori oleh Seokarno, Ciptomangunkusumo, Sartono, dan tokoh
lain. Mulailah kini perjuangan nasional Indonesia dititik beratkan pada kesatuan nasional
dengan tujuan yang jelas yaitu, Indonesia Merdeka. Tujuan itu diekspresikan dengan kata-
kata yang jelas, kemudian diikuti dengan tampilnya golongan pemuda yang tokoh-tokoh
nya antara lain: Muh. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro Purbopranoto, serta tokoh-tokoh
muda lainnya. Perjuangan rintisan kesatuan Nasional kemudian diikuti dengan Sumpah
Pemuda tanggal28 Oktober 1928, yang isinya satu Bahasa, satu Bangsa dan satu tanah air
Indonesia. Lagu Indonesia raya pada saat ini pertama kali dikumandangkan dengan
sekaligus sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa dan bernegara.
(Kaelan,2014)
Kemudian PNI oleh para pengikutnya dibubarkan, dan diganti bertuknya dengan
Partai Indonesia dengan singkatan Partindo (1931). Partai Indonesia atau
disingkat Partindo adalah salah satu partai politik yang pernah ada di Indonesia. Pendirian
partai ini merupakan hasil keputusan Sartono sewaktu ia menjabat ketua PNI-
Iama menggantikan Soekarno yang ditangkap pemerintahBelanda tahun 1929. Sartono
membubarkan PNI dan membentuk Partindo.
Tujuan pokok Partindo sama dengan PNI-Lama, yaitu mencapai Indonesia
merdeka dengan menjalankan politik non-kooperasi terhadap pemerintahan Belanda.
Tindakan Sartono ini mendapat reaksi keras dari anggota PNI-Lama, di
antaranya Hatta dan Sutan Sjahrir, serta golongan yang tidak menyetujui dengan
pembubaran ini. Mereka membentuk Golongan Merdeka dan menjadi organisasi baru
bernama Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru). Partindo dan PNI-Baru bersaing
dalam memperoleh simpati rakyat.

9
Kemudian golongan demokrat antara lain Moh. Hatta dan St. Syahrir mendirikan
PNI baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (1933), dengan semboyang kemerdekaan
Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri (Toyibin, 1997 : 35)

2.1.4. ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG


Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang Pemimpin Asia,
Jepang saudara tua Indonesia”. Akan tetapi dalam perang melawan sekutu Barat ( yaitu
Amerika, Inggris, Rusia, Prancis, Belanda dan negara Sekutu lainnya) nampaknya Jepang
semakin terdesak. Oleh, karena itu agar mendapat dukungan dari bangsa Indonesia, maka
pemerintah Jepang bersikap bermurah hati terhadap bangsa Indonesia, yaitu menjanjikaan
Indonesia merdeka kelak dikemudian hari.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaaan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang
beliau memberikan hadiah “ulang tahun” kepada bangsa Indonesia yaitu janji kedua
perintah Jepaang berupa “kemerdekaan tanpa syarat”. Janji itu disampaikan kepada bangsa
Indonesia seminggu sebelum bangsa Jepang menyerah, dengan Maklumat Gunseikan
(Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang diseluruh Jawa dan Madura), No
23 dalam janji kemerdekaan yang kedua tersebut bangsa Indonesia diperkenankan untuk
memperjuangkan kemerdekaannya. Bahkan dianjurkan bangsa Indonesia untuk berani
mendirikan negara Indonesia merdeka dihadapan musuh-musuh Jepang yaitu sekutu
termasuk kaki tangan NICA (Netherland Indie CivilAdministration), yang ingin
mengembalikan kekuasahan kolonialnya di Indonesia. Bahkan NICA telah melancarkan
serangannya di pulau Tarakan dan Morotai.
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai
realisasi janji tersebut maka dibentuklah suatu badan badan yang bertugas untuk menyelidiki
usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Juunbi Kosakai yang diketuai
oleh Dr. K.R.T Radjiman Widyodiningrat. BPUPKIdalam menjalankan tugasnya, telah
melaksanakan sidang sebanyak dua kali :
 Sidang BPUPKI Pertama
Sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan selama empat hari berturut-turut membahas
tentang dasar Negara. Dalam sidang ini terdapat tiga tokoh yang menyampaikan
pidatonya, tiga tokoh itu adalah : Mr. Muh. Yamin, Prof. Soepomo dan Ir. Soekarno.
a) Mr. Muh. Yamin
Dalam pidatonya pada tanggal 29 Mei 1945, Beliau mengusulkan tentang negara
Indonesia yang akan dibentuk. Pertama beliau menguraikan tentang “E’tat Nation”
atau “Nationale staat” (negara kebangsaan). Dalam uraian berikutnya Mr. Muh.
Yamin. Selain itu Mr. Muh. Yamin juga mengusulkan lima rumusan dasar negara
yaitu :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri ke-Tuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat.

10
b) Prof. Dr. Soepomo
Dr. Soepomo mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut :
a. Teori Negara Perseorangan (Individualis), sebagaimana diajarkan oleh
Thomas Hobbes (abad 17), Jean Jacques Rousseau (abad 18), H.J. Laski (abad
20). Menurut paham ini, negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang
disusun atas kontrak antar seluruh individu. Paham ini banyak terdapat di
Eropa dan Amerika.
b. Paham negara kelas (Class Theory)
Teori ini sebagaimana diajarkan oleh Marx, Engels dan Lenin. Negara adalah
alat dari suatu golongan untuk menindas klasse lain. Negara kapitalis adalah
alat kaum bourgeoisie, oleh karena itu kaum Marxis menganjurkan untuk
meraih kekuasaan agar kaum buruh dapat ganti menindas kaus bourgeoisie.
c. Paham Negara Integralistik
Menurut paham ini, negara bukanlah untuk menjamin perseorangan atau
golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai
suatu persatuan.

Selain itu, Dr. Seopomo juga mengajukan rancangan dasar negara sebagai berikut :
1. Persatuan Indonesia
2. Ketuhanan Yang Maha Esa
3. Kerakyatan yang berdasarakan permusyawaratan perwakilan
4. Pemerataan keadialan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
5. Kemakmuran Indonesia dalam ikatan Asia Timur Raya.
c) Ir. Soekarno
Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, dalam pidatonya Ir. Soekarno
menyampaikan lima prinsip dasar negara yang terdiri atas:
1. Nasionalisme (kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (peri kemanusiaan)
3. Mufakat (demokrasi)
4. Kesejahtaraan sosial
5. Ketuhanan Yang Maha Esa (ketuhanan yang berkebudayaan)
Dari penguraian diatas Ir. Soekarno mengemukakan dasar-dasar dari kelima
prinsip itu yaitu : kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan ,dan
ketuhanan dengan lima bilangannya diberikan nama Pancasila yang di sarankan
oleh ahli basaha yang diartikan panca artinya lima, sedangkan sila artinya azas
atau dasar negara.

 Sidang BPUPKI Kedua


Sidang kedua BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 10-16 Juli 1945. Hari pertama sebelum
sidang dimulai, diumumkan oleh ketua penambahan 6 anggota baru Badan Penyelidik.
Selain tambahan anggota BPUPKI, Ir. Soekarno sebagai Ketua Panitia Kecil melaporkan
hasil pertemuaannya yang dilakukan sejak tanggal 1 Juli yang telah lalu. Menurut laporan
itu pada tanggal 22 Juni 1945 Ir. Soekarno mengadakan pertemuan antara Panitia Kecil
dengan anggota-anggota Badan Penyelidik. Dalam pertemuan tersebut terbentulah panitia
kecil yang terdiri dari 9 anggota yang disebut dengan Panitia Sembilan yang
beranggotakan sebagai berikut :
a. Ir. Soekarno
b. Wachid Hasyim
11
c. Mr. Muh. Yamin
d. Mr. Maramis
e. Drs. Moh. Hatta
f. Mr. Soebardjo
g. Kayai Abdul Kahar Muzakir
h. Abikoesno Tjokrosoejoso
i. Haji Agus Salim.
Panitia Sembilan ini setelah mengadakan pertemuan secara sempurna telah mencapai
suatu hasil yang baik yaitu suatu modus atau persetujuan antara golongan Islam dengan
golongan kebangsaan. Modus atau persetujuan tersebut tertuang dalam suatu Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar, rancangan Preambul Hukum Dasar yang dipermaklumkan
oleh panita kecil Badan Penyelidik dalam rapat BPUPKI kedua tanggal 10 Juli 1945.
Beberapa keputusan penting yang patut diketahui dalam rapat BPUPKI kedua adalah
sebagai berikut :
a. rapat tanggal 10 Juli antara lain diambil keputusan tentang bentuk negara.
b. Tanggal 11 Juli 1945 keputusan yang penting adalah tentang luas wilayah
negara baru.
Keputusan-keputusan lain adalah untuk membentuk panitia kecil yaitu :
1. Panitia perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno,
2. Panitia ekonomi dan keuangan yang diketahui oleh Drs. Moh. Hatta, dan
3. Panitia pembelaan tanah air deketahui oleh Abikoesno Tjokrosoejoso.
c. Pada tanggal 14 Juli Badan Penyelidik melaksanakan sidang dan memperoleh hasil.
Susunan Undang-Undang Dasar yang diusulkan terdiri atas tiga bagian, yaitu :
Pernyataan Indonesia Merdeka. Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar negara
Pancasila dan pasal-pasal Undang-Undang Dasar (Pringgodigdo, 1979:169-170).
2.1.5 Proklamasi Kemerdekaan dan Sidang PPKI
Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu
Zyunbi Inkai sebagai upaya Jepang untuk membujuk rakyat Indonesia akan dilakukan
tanggal pertengahan Agustus 1945 sesuai pengumuman Nanpoo Gun (Pemerintah Tentara
Jepang untuk seluruh daerah selatan). Untuk keperluan tersebut, Ir. Soekarno, Drs. Muh.
Hatta dan Dr. Radjiman pergi ke Saigon sesuai panggilan dari Jenderal Besar Terauchi
selaku pemimpin Tentara Jepang untuk seluruh daerah selatan. Pada tanggal 9 Agustus
1945 Jendral Terauchi memberikan kepada mereka 3 cap, yaitu :
1. Soekarno akan diangkat sebagai ketua PPKI, Muh. Hatta sebagai wakil
dan Radjiman sebagai anggota.
2. Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 Agustus 1945.
3. Cepat atau tidaknya pekerjaan panitia diserahkan sepenuhnya kepada panitia
(Kaelan dan Achmad Zubadi, 2014:37).

Susunan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang keseluruhan


adalah rakyat Indonesia terdiri dari Ir. Soekarno (Ketua), Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua),
dan anggota-anggota yaitu dr. Radjiman Wediodiningrat, Ki Bagus Hadikusumo, Otto
Iskandardinata, Pangeran Purbojo, Pangeran Soerjohamidjojo, Soetardjo Kartohamidjojo,
Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr Moh. Amir (Sumatera),
Mr Abdul Abbas (Sumatera), Dr. Ratulangi (Sulawesi), Andi Pangerang (Sulawesi), Mr.

12
Latuharhary, Mr. Pudja (Bali), A.H. Hamidan (Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul Wachid
Hasyim, dan Mr Moh. Hassan (Sumatera).
Ir. Soekarno mengumumkan di muka umum bahwa bangsa Indonesia akan merdeka
sebelum jagung berbunga (secepat mungkin) dan kemerdekaan ini merupakan hasil
perjuangan seluruh rakyat Indonesia, bukan hadiah dari Jepang. Berkaitan dengan
persiapan kemerdekaan, PPKI sebagai bentukan Jepang berubah menjadi badan nasional
sebagai pendahuluan bagi Komite Nasional. Komite Nasional ini pada hakikatnya
merupakan PPKI yang bersifat representatif karena anggotanya berasal dari seluruh
daerah yang ada di kepulauan Indonesia ditambah enam anggota sebagai wakil golongan
masyarakat Indonesia. Enam anggota tambahan tersebut yaitu Wiranatakusuma, Ki
Hadjar Dewantara, Kasman Singodimejo, Sajuti Melik, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, dan
Mr. Achmad Soebardjo.

 Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945


Pesiapan untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia dilakukan
setelah terjadi kekosongan kekuasan pasca Jepang menyerah pada sekutu. Namun, di balik
persiapan tersebut diwarnai dengan perbedaan pendapat terkait teknis proklamasi
kemerdekaan antara golongan tua dengan golongan muda. Golongan muda yang terdiri
dari Sukarni, Adam Malik, Kusnaini, Syahrir, Soedarsono, dan lain-lain menghendaki
pelaksanaan kemerdekaan secepat mungkin. Sedangkan, golongan tua berpendapat bahwa
kemerdekaan harus mutlak dari pengakuan Jepang karena tidak mau mengambil resiko
apabila kemerdekaan di kemudian hari akan menimbulkan pertumpahan darah yang sangat
besar, dan mereka juga ingin menarik simpati di mata dunia internasional bahwa bangsa
Indonesia bisa menjaga ketertiban dunia dan keamanannya.
Soekarno-Hatta diamankan ke Rengasdengklok agar tidak dipengaruhi oleh Jepang
yang dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa ini merupakan puncak dari
perbedaan pendapat antara golongan muda dengan golongan tua. Setelah mendapat
kepastian terkait Jepang yang menyerah kepada Sekutu, Soekarno-Hatta mengadakan
pertemuan di Pejambon Jakarta pada 16 Agustus 1945. Soekarno-Hatta menuju ke rumah
Laksamana Maeda di Oranye Nassau Boulevard (sekarang Jl. Imam Bonjol No.1) untuk
merundingkan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang merupakan jerih payah bangsa
Indonesia dan tidak ada campur tangan Jepang.
Soekarno-Hatta mengadakan pertemuan dengan Mr. Achmad Soebardjo, Soekarni,
Chaerul Saleh, B.M. Diah, Sayuti Melik, Dr. Buntaran, Mr. Iwakusuma Sumantri dan
beberapa anggota PPKI untuk merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Akhirnya konsep Soekarno yang diterima dan diketik oleh Sayuti Melik sebagai rumusan
proklamasi.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan timur 56 Jakarta, tepat pada
hari Jumat Legi, jam 10 pagi Waktu Indonesia Barat (Jam 11.30 waktu Jepang), Bung
Karno dengan didampingi Bung Hatta membacakan naskah Proklamasi (Kaelan dan
Achmad Zubadi, 2014:39), sebagai berikut :
PROKLAMASI

13
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas Nama Bangsa Indonesia

Soekarno Hatta
 SIDANG PPKI
PPKI mengadakan sidang tepat sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 18
Agustus 1945. Pertemuan untuk merundingkan beberapa masalah terutama yang
menyangkut sila pertama Pancasila pada naskah Panitia Pembukaan UUD 1945 yang
dikenal dengan Piagam Jakarta dilakukan 20 menit sebelum siding resmi dimulai.
1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI ini diikuti oleh 27 orang dengan hasil keputusan sebagai berikut :
a. Mengesahkan Undang-Undang dasar 1945 yang meliputi :
1) Setelah melakukan beberapa perubahan pada piagam Jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
2) Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan Penyilidik
pada tanggal 17 Juli 1945 dengan berbagai perubahan karena berkaitan dengan
perubahan piagam Jakarta yang kemudian berfungsi sebagai Undang-undang dasar
1945.
b. Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan
musyawarah darurat.
Komite Nasional dilantik dan diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo pada 29 Agustus 2015
dan berubah menjadi Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Keanggotaan KNIP ini
terdiri dari anggota PPKI sebagai inti, ditambah dengan pemimpin dari golongan, aliran, dan
lapisan masyarakat, seperti: kaum pergerakan, pemuda, pengusaha, pedagang, cendekiawan ,
wartawan, dan lain-lain. Pembentukan KNIP telah diatur dalam pasal IV Aturan Peralihan.
2. Sidang Kedua (19 Agustus 1945)
Hasil ketetapan pada siding kedua sebagai berikut :
1) Tentang daerah Provinsi, dengan pembagian yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil.
2) Untuk sementara waktu kedudukan Kooti dan sebagainya diteruskan seperti
sekarang.
3) Untuk sementara waktu kedudukan kota diteruskan dengan dibentuknya 12
departemen yaitu Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen
Kehakiman, Departemen Keuangan, Departemen Kemakmuran, Departemen Kesehatan,
Departemen Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Sosial, Departemen
Pertahanan, Departemen Penerangan, Departemen Perhubungan dan Departemen
Pekerjaan Umum (Kaelan dan Achmad Zubadi, 2014: 41).
3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)

14
Pada sidang ketiga ini dilakukan pembahasan mengenai agenda tentang Badan Penolong
Korban Perang yang terdiri dari delapan pasal yang salah satunya yaitu pasal dua tentang
pembentukan suatu badan yang disebut Badan Keamanan Rakyat (BKR).

4. Sidang Keempat (22 Agustus 1945)


Pada sidang keempat ini dilakukan pembahasan agenda tentang Komite
Nasional Partai Nasional Indonesia yang berkedudukan pusat di Jakarta.

2.1.6 Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan


Secara ilmiah Proklamasi kemerdekaan mengandung pengertian yaitu :
a. Dari sudut hukum (secara yuridis) proklamasi merupakan saat tidak berlakunya
tertib hukum kolonial, dan saat mulai berlakunya hukum nasional.
b. Secara politis ideologis proklamasi mengandung arti bahwa bangsa Indonesia
terbebas dari penjajahan bangsa asing melalui kedaulatan untuk menentukan nasib
sendiri dalam suatu negara Proklamasi Republik Indonesia (Kaelan dan Achmad
Zubadi, 2014:41).
Bangsa Indonesia ternyata masih menghadapi tantangan kekuatan dari Sekutu yang
berupaya menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia dengan cara pemaksaan
untuk mengakui pemerintahan Nica (Netherland Indies Civil Administration) pasca
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya itu, Belanda bahkan secara licik
mempropagandakan kepada dunia luar bahwa berdirinya negara Proklamasi Republik
Indonesia merupakan hadiah dari Jepang. Oleh karena itu, untuk melawan propaganda
Belanda pada dunia Internasional, maka pemerintah RI mengelurkan tiga buah maklumat :
1) Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan
kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum masa waktunya (seharusnya berlaku selama
enam bulan). Kemudian maklumat tersebut memberikan kekuasaan tersebut kepada
MPR dan DPR yang semula dipegan oleh Presiden kepada KNIP.
2) Maklumat pemerintah tanggal 3 Nopember 1945, tantang pembentukan partai
politik yang sebanyak–banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan
pada saat itu bahwa salah satu ciri demokrasi adalah multi partai. Maklumat tersebut
juga sebagai upaya agar dunia barat menilai bahwa negara Proklamasi sebagai negara
Demokratis
3) Maklumat pemerintah tanggal 14 Nopember 1945, yang intinya maklumat ini
mengubah sistem Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer berdasarkan asas
demokrasi liberal (Kaelan dan Achmad Zubadi, 2014:42).
Berlakunya sistem kabinet parlementer yang menganut asas demokrasi liberal
berdampak pada kedaulatan negara khususnya ketidakstabilan dalam bidang politik. Sistem
demokrasi liberal ini bertentangan dengan konstitusi UUD 1945 dan ideologis Pancasila.

 Pembentukan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS)


Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) ditanda tangani oleh Ratu Belanda Yuliana dan
Wakil Pemerintah RI di kota Den Haag pada 27 Desember 1949 sehingga berlaku ecara
otomatis hasil persetujuan KMB dengan konstitusi RIS, antara lain :
a. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalis) yaitu 16 negara bagian
(pasal 1 dan 2).
15
b. Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintah berdasarkan asas demokrasi liberal
dimana menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah
terhadap parlemen (pasal 118 ayat 2)
c. Mukadiamah RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa dan semangat maupun isi
pembukaan UUD 1945, proklamasi kemerdekaan sebagai naskah Proklamasi yang
terinci (Kaelan dan Achmad Zubadi, 2014:42).
Persetujuan KMB 27 Desember 1949 ini bukan merupakan penyerahan kedaulatan
melainkan “pemulihan kedaulatan” atau “pengakuan kedaulatan” karena bangsa Indonesia
telah memiliki kedaulatan sebelum persetujuan KMB ini.

 Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1950


Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia negara RIS ini berdiri sebagai taktik politis
untuk tetap konsisten terhadap deklarasi Proklamasi seperti yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945 yaitu negara persatuan dan kesatuan sebagaimana termuat dalam
alinea IV, bahwa pemerintah negara.......” yang melindungi segenap bangsa Indoneia dan
seluruh tumpah darah negara Indonesia .....” yang berdasarkan kepada UUD 1945 dan
Pancasila. Oleh karena itu, timbul gerakan unitaristis secara spontan dari rakyat untuk
membentuk negara kesatuan yaitu menggabungkan diri dengan Negara Proklamasi RI yang
berpusat di Yogyakarta. Meskipun, pada saat itu Negara RI yang berpusat di Yogyakarta
hanya berstatus sebagai negara bagian RIS saja. Akhirnya, negara bagian RIS tersisa 3
buah negara bagian saja yaitu :
1. Negara bagian Republik Indonesia Proklamasi
2. Negara Indonesia Timur (NIT)
3. Negara Sumatera Timur (NST)
Akhirnya seluruh negara bersatu dalam negara kesatuan dengan Konstitusi Sementara yang
berlaku sejak 17 Agustus 1950 berdasarkan persetujuan RIS dengan negara RI 19 Mei
1950. UUDS 1950 merupakan tonggak untuk menuju cita-cita Proklamasi, Pancasila dan
UUD 1945, tetapi kenyataannya Pemerintah masih berorientasi pada asas demokrasi
Liberal yang isi maupun jiwanya merupakan penyimpangan terhadap Pancasila. Hal ini
diakibatkan oleh :
a. Sistem multi partai dan kabinet Parlementer berakibat silih bergantinya
kabinet yang rata-rata hanya berumur 6 atau 8 tahun. Hal ini berakibat tidak
mampunya pemerintah yang menyusun program serta tidak mampu menyalurkan
dinamika dari masyarakat ke arah pembangunan, bahkan menimbulkan berbagai
pertentangan, gangguan - gangguan keamanan serta penyelewengan - penyelewengan
dalam masyarakat.
b. Secara Ideologis Mukadimah Konstitusi Sementara 1950, tidak berhasil
mendekati perumusan otentik Pembukaan UUD 1945, yang dikenal sebagai
Declaration of Independence bangsa Indonesia. Demikian pula perumusan Pancasila
dasar negara juga terjadi penyimpangan. Namun bagaimanapun juga UUDS 1950
merupakan bagian dari strategi ke arah RI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dari negara Republik Indonesia Serikat (Kaelan dan Achmad Zubadi, 2014: 44).
 Dekrit Presiden 5 Juli 1959

16
Pada Pemilu tahun 1955 tidak dapat memenuhi harapan dan keinginan masyarakat, bahkan
mengakibatkan ketidakstabilan pada politik, sosial, ekonomi, pertahanan, dan keamanan.
Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Modal raksasa yang semakin berkuasa terhadap perekonomian Indonesia.
b. Pemerintah Indonesia kesulitan untuk menyalurkan dinamika masyarakat
mengenai pembangunan khususnya pembangunan di bidang ekonomi karena sistem
kabinet yang silih berganti.
c. Pemerintah yang tidak stabil dan sering jatuh bangun karena sistem liberal
yang berdasarkan UUDS 1950.
d. Pemilu 1955 tidak mampu mencerminkan perimbangan kekuasaan politik
dalam DPR yang sebenarnya hidup dalam masyarakat. Contohnya adalah banyak
kekuatan sosial dan politik yang berasal dari daerah-daerah dan golongan-golongan
yang belum terwakili suaranya dalam DPR.
e. Dekrit Presiden sebagai faktor penentu utama karena konstituante yang
seharusnya membuat UUD negara RI ternyata membahas kembali dasar negara
padahal telah bersidang selama dua setengah tahun. Hal ini mengakibatkan setengah
dari anggota menyatakan tidak akan hadir dalam siding-sidang konstituante. Presiden
menilai hal seperti ini akan membahayakan kedaulatan, mengancam persatuan dan
kesatuan, serta keselamatan bangsa dan negara Indonesia. Atas dasar tersebut,
Presiden selaku badan yang harus bertanggung jawab, mengeluarkan dekrit pada
tanggal 5 Juli 1959, yang isinya :
1. Membubarkan Konstituante
2. Menetapkan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya kembali UUDS
1950.
3. Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
 Pengertian Dekrit
Dekrit adalah suatu putusan dari orang tertinggi (kepala negara atau orang lain) yang
merupakan penjelmaan kehendak yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bila negara
dalam keadaan darurat, keselamatan bangsa dan negara terancam oleh bahaya (Kaelan dan
Achmad Zubadi, 2014:45). Landasan hukum untuk dekrit adalah Hukum Darurat yang
dibedakan atas:
a. Hukum Tatanegara Darurat Subjektif
Hukum Tatanegara Darurat Subjektif yaitu suatu keadaan hukum yang memberi wewenang
kepada organ tertinggi untuk mengambil tindakan-tindakan hokum, apabila perlu
melanggar undang-undang hak asasi rakyat, bahkan bila perlu melanggar Undang-Undang
Dasar. Misalnya, Dekrit Presiden yang dilakukan untuk membubarkan Konstituante dan
menghentikan UUDS 1950 yang diganti dengan memberlakukan kembali UUD 1945.

b. Hukum Tatanegara Darurat Objektif


Hukum Tatanegara Darurat Objektif yaitu keadaan hukum yang memberikan wewenang
kepada organ tertinggi negara dalam mengambil tindakan-tindakan hukum, tetapi tetap
berlandaskan konstitusi yang berlaku. Misalnya, Surat Perintah 11 Maret 1966.
Setelah dekrit presiden 5 Juli 1959 keadaan tatanegara Indonesia mulai stabil. Keadaan
ini dimanfaatkan oleh kalangan komunis dengan menanamkan ideologi belum selesai dan
menekankan bahwa ideologi tersebut tidak akan selesai sebelum terwujudnya masyarakat
17
yang adil dan makmur dalam dunia pemerintahan. Oleh karena itu, berlaku revolusi
permanen sebagai nilai ideologis tertinggi negara dalam bentuk hukum-hukum revolusi.
Dampak yang ditimbulkan dari revolusi tersebut adalah pemusatan kekuasaan di tangan
Presiden dalam bidang hukum, yaitu:
a. Pembekuan DPR hasil Pemilu 1955 oleh Presiden berdasarkan Penetapan Presiden
dan pembentukan DPR GR yang anggotanya ditunjuk oleh Presiden sendiri (Penpres
no. 3,4 tahun 1959).
b. Pembentukan MPRS sesuai dengan perintah Dekrit dan pembentukan MPRS harus
dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya berdasarkan Penpres no 2/1959.
c. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) oleh Presiden sesuai dengan
Penpres no 3/1959.
d. Reorganisasi kabinet/integrasi badan-badan kenegaraan tertinggi secara piramida di
dalam tubuh kabinet dengan pembentukan Menteri Koordinator (Menko) dan Presiden
dapat mengendalikan secara terpusat dengan melalui para Menko. Hal ini dilakukan
dalam reorganisasi 100 Menteri.
Ideologi Pancasila yang dirancang oleh PKI diganti dengan ideologi Manipol Usdek
serta konsep Nasakom. Tujuan dari PKI adalah menanamkan kekuasaannya dengan cara
membangun jaringan komunisme internasional bersama Republik Rakyat Cina (RRC). Hal
ini diwujudkan dengan dibukanya poros Jakarta-Peking. Selain itu, PKI juga memaksakan
komunisme untuk menggantikan ideologi Pancasila dengan peristiwa konfrontasi
Indonesia-Malaysia, peristiwa Kanigoro, Boyolali, Indramayu, Bandar Betsy, dan
sebagainya.
Puncak peristiwa pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 untuk merebut
kekuasaan yang sah dari negara RI yang dikenal dengan G 30 S PKI atau pemberontakan
Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu) PKI. Pemberontakan ini disertai dengan
pembunuhan para Jendral yang tidak berdosa. Pemberontakan PKI tersebut berupaya untuk
mengganti secara paksa ideologi dan dasar filsafat negara Pancasila dengan ideologi
komunis Marxis. Meskipun serangan dari PKI sangat gencar dilakukan, bangsa Indonesia
tidak goyah. Hal ini karena Pancasila merupakan dasar, jiwa sekaligus pandangan hidup
bangsa. Atas dasar tersebut, maka bangsa Indonesia memperingati tanggal 1 Oktober 1965
sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
 Masa Orde Baru
Tatanan masyarakat dan pemerintah sampai saat meletusnya pemberontakan G 30 S
PKI dalam konteks sejarah bangsa Indonesia disebut dengan masa Orde Lama. Sedangkan,
penganti dari Orde Lama yaitu Orde Baru merupakan suatu tatanan masyarakat serta
pemerintahan yang menutut dilaksanakannya Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kemunculan orde baru diwarnai dengan munculnya aksi-aksi dari seluruh
masyarakat antara lain : Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), dan lain-lain. Aksi
tersebut dilakukan untuk menuntut tiga tuntutan atau yang dikenal dengan Tritura (Tiga
Tuntutan Hati Nurani Rakyat), adapun isi Tritura tersebut sebagai berikut :
1. Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya
2. Pembersihan kabinet dari unsur G 30 S PKI
3. Penurunan harga

18
Dari serangkaian peristiwa tersebut, terlihat bahwa Orde lama sudah tidak mampu
lagi menguasai keadaan negara sehingga Presiden sebagai Panglima tertinggi memberikan
kekuasaan penuh kepada Panglima Angkatan Darat Letnan Jendral Soeharto. Amanat
tersebut yaitu dalam bentuk suatu surat yang dikenal dengan Surat Perintah 11 Maret
1966 (Super Semar). Pemberian Super Semar tersebut merupakan bentuk kepercayaan dan
memberikan wewenang kepada Letjen Suharto untuk mengatasi keadaan yang serba tidak
menentu demi kestabilan kedaulatan Republik Indonesia. Tugas Pemegang Super Semar
yaitu memulihkan keamanan dengan jalan menindak tegas pengacau keamanan yang
dilakukan oleh PKI beserta ormas-ormasnya, mengamankan 15 Menteri yang terlibat
dalam G 30 S PKI, dan lain-lain.
Penerimaan dan penguatan terhadap berlakunya Super Semar tercantum dalam Tap
No. IX/MPRS/1966 yang dihasilkan dalam Sidang MPRS IV/1966. Berdasarkan keputusan
tersebut, Super Semar tidak lagi bersumberkan Hukum Tatanegara Darurat, melainkan
bersumber pada kedaulatan rakyat sesuai pasal 1 ayat 2 UUD 1945. Selanjutnya, pemerintah
orde baru melaksanakan Pemilu tahun 1973 dan terbentuk MPR hasil Pemilu. Pemerintahan
Orde Baru mengemban misi sesuai Tap No. X/MPR/1973 yang meliputi :
1. Melanjutkan pembangunan lima tahun, menyusun dan melaksanakan Rencana
Lima Tahun II dalam rangka GBHN.
2. Membina kehidupan masyarakat agar sesuai dengan demokrasi yang dianut dalam
ideologi Pancasila.
3. Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif dengan berorientasi pada kepentingan
nasional (Kaelan dan Achmad Zubadi, 2014:47).
Orde Baru melaksanakan programnya dalam upaya merealisasikan pembangunan
nasional dengan rencana lima tahun secara bertahap sebagai perwujudan pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
2.2 Praktis
2.2.1. Penjelasan Kasus
Gerakan 30 September 1965 / PKI atau G30S/PKI adalah peristiwa pengkhianatan
terhadap Bangsa Indonesia terbesar yang pernah terjadi. peristiwa ini terjadi malam hari tepat
saat pergantian dari tanggal 30 September (Kamis) menjadi 1 Oktober (Jumat) 1965 saat
tengah malam. peristiwa ini melibatkan anggota PKI dan pasukan Cakrabirawa.
Gerakan ini bertujuan untuk menggulingkan Soekarno dan mengubah Indonesia
menjadi komunis. Gerakan ini diprakarsai oleh Dipa Nusantara Aidit yang merupakan ketua
dari PKI saat itu. DN. Aidit saat itu melancarkan hasutan-hasutan kepada rakyat Indonesia
untuk mendukung PKI menjadikan Indonesia sebagai "negara yang lebih maju". DN Aidit
dinyatakan sebagai dalang dari G30S/PKI oleh Pemerintah Republik Indonesia pada masa
Presiden Soeharto.
Gerakan ini bergerak atas perintah Letnan Kolonel Untung Syamsuri yang saat itu
adalah Komandan Batalyon I Cakrabirawa. Gerakan ini meluncur di Jakarta dan Yogyakarta
dimana gerakan ini mengincar para Dewan Jendral dan perwira tinggi. Gerakan di Jakarta
sebenarnya bermaksud untuk menculik para jendral dan membawanya ke Lubang Buaya.
Namun, beberapa prajurit Cakrabirawa ada yang memutuskan untuk membunuh beberapa
jendral di tempat dia diculik. yaitu diantaranya Ahmad Yani dan Karel Satsuit Tubun. dan
sisanya meninggal secara perlahan karena luka mereka di Lubang Buaya. Para korban tersebut

19
kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang
Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.

2.2.2. Faktor Penyebab Munculnya Kasus


1. Faktor Internal
1) Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tanggal 30 September 1965 diawali
pada tahun 1950 dipelopori D.N. Aidit bersama kawan-kawannya Sudirman dan
Nyono. Jika diperhatikan, ada beberapa macam cara yang ditempuh PKI dalam
mengembangkan diri di antaranya sebagai berikut: Melaksanakan gerakan gerilya
di pedesaan yang dipelopori oleh kaum buruh tani dan petani miskin; Melakukan
propaganda-propaganda yang menyesatkan; Melakukan gerakan revolusioner oleh
kaum buruh di perkotaan; Membentuk pekerja intensif di kalangan kekuatan
bersenjata (ABRI); Melakukan penyusupan ke dalam berbagai organisasi lain untuk
mentransparansikan organisasi PKI itu sendiri; Mendekati Presiden Soekarno untuk
memanfaatkan kebijakan yang strategis.
2) Konsep Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis) yang digunakan untuk
menyatukan seluruh aspek kehidupan di Indonesia telah memberi peluang kepada
PKI untuk memperluas dan mengembangkan pengaruhnya, sehingga PKI dapat
memperkuat kedudukannya di Indonesia. Dengan kedudukan dan pengaruh yang
sangat besar, maka PKI memiliki kekuatan yang sangat besar untuk mengadakan
aksi kudeta.
3) Ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu itu yang sangat rendah
mengakibatkan dukungan rakyat kepada Soekarno meluntur. Inflasi yang mencapai
650% membuat harga makanan melambung tinggi, rakyat kelaparan dan terpaksa
harus antri beras, minyak, gula, dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya.
Beberapa faktor yang berperan kenaikan harga ini adalah keputusan Suharto-
Nasution untuk menaikkan gaji para tentara 500% dan penganiayaan terhadap kaum
pedagang Tionghoa yang menyebabkan mereka kabur. Faktor ekonomi ini menjadi
salah satu sebab kemarahan rakyat atas pembunuhan keenam jenderal tersebut yang
berakibat adanya backlash terhadap PKI dan pembantaian orang-orang yang
dituduh anggota PKI.
2. Faktor Eksternal
1) Faktor Malaysia
Negara Federasi Malaysia yang baru terbentuk pada tanggal 16 September
1963 adalah salah satu faktor penting dalam insiden ini. Konfrontasi Indonesia-
Malaysia merupakan salah satu penyebab kedekatan Presiden Soekarno dengan
PKI, menjelaskan motivasi para tentara yang menggabungkan diri dalam
gerakan G30S/Gestok (Gerakan Satu Oktober), dan menyebabkan PKI
melakukan penculikan petinggi Angkatan Darat.
2) Faktor Amerika Serikat
Amerika Serikat pada waktu itu sedang terlibat dalam perang Vietnam dan
berusaha sekuat tenaga agar Indonesia tidak jatuh ke tangan komunisme.
Peranan badan intelejen Amerika Serikat (CIA) pada peristiwa ini sebatas
memberikan 50 juta rupiah (uang saat itu) kepada Adam Malik dan walkie-
talkie serta obat-obatan kepada tentara Indonesia. Politisi Amerika pada bulan-
bulan yang menentukan ini dihadapkan pada masalah yang membingungkan
20
karena mereka merasa ditarik oleh Sukarno ke dalam konfrontasi Indonesia-
Malaysia ini.
2.2.3. Alternatif Pemecahan Kasus
G 30 S PKI merupakan peristiwa .yang mengancam kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, upaya untuk mengatasi gerakan
paham komunisme sebagai bahaya laten yang mengancam kedaulatan NKRI sangat
mutlak diperlukan. Alternatif pemecahan kasus dari penulis yaitu :
1. Untuk mengatasi bahaya laten dari faktor internal G 30 S PKI. Orang-orang
yang terlibat dalam Gerakan 30 September Partai Komunisme Indonesia utamanya
pelaku utama yang memelopori gerakan ini harus ditangkap dan ditindak tegas
sesuai dengan konstitusi dan hukum yang berlaku di Indonesia. Penindakan
terhadap para pelaku ini harus secara adil dan benar-benar tegas sehingga
menimbulkan efek jera bagi para pelaku. Terkait dengan penindakan hukum bagi
para pelaku ini, kita sebagai masyarakat Indonesia perlu mengawal dan terus
mengawasi proses pemberian hukuman bagi pelaku sehingga supremasi hukum
dapat diwujudkan di Indonesia.
2. Untuk mengatasi bahaya laten dari faktor eksternal G 30 S PKI. Bagi
pemerintah dan lembaga yang berwenang, perlu untuk mengusut tuntas gerakan-
gerakan radikal yang menentang ideologi Pancasila yang dalam hal ini adalah
Gerakan 30 S PKI. Pemerintah perlu mencari tahu motif yang melatarbelakangi
para pelaku melakukan tindakan tersebut dan menyelidiki pihak-pihak lain baik dari
dalam negeri maupun luar negeri yang mendukung dan berperan aktif dalam G 30 S
PKI sehingga diharapkan tidak ada lagi peristiwa yang menentang bahkan
mengancam Ideologi Pancasila di kemudian hari.
Pencegahan untuk mengatasi bahaya laten dari paham komunisme yang
mengancam kedaulatan NKRI adalah dengan pembinaan bagi seluruh rakyat Indonesia
terkait dengan pemahaman terhadap pentingnya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa dari
bangsa Indonesia sendiri sehingga mereka akan sadar dan mampu mengubah
pandangannya terkait ideologi yang paling patas diterapkan di Indonesia yaitu Ideologi
Pancasila. Ideologi Pancasila merupakan ideologi yang paling pantas diterapkan di
Indonesia karena ideologi ini merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur yang telah
menjadi jiwa bangsa Indonesia sejak zaman dahulu dan tidak diragukan lagi
keampuhannya dalam menangani berbagai konflik baik konflik horizontal dan
vertikal yang terjadi di Indonesia.

21
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Teoritis
1. Nilai-nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia yaitu terdapat pada zaman
Kutai, zaman Sriwijaya, zaman Kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit, dan zaman kerajaan
Majapahit.
2 Pada zaman penjajahan, Belanda datang ke Indonesia tepatnya pada abad ke XVI.
Untuk menghindarkan persaingan di antara merela sendiri (Belanda), kemudian mereka
mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama V.O.C. Belanda juga menguasai
daerah-daerah yang strategis dan kaya akan hasil rempah-rempah pada abad ke XVII dan
nampaknya semakin memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh kekuatan militer.
2.1.1 Pada abad xx di dunia politik internasional terjadi kebangkitan Dunia Timur
dengan kesadaran akan kekuatan yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Republik
Indonesia pada tahun 1908 yang di pelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo dengan
Budi Utomo sadar akan adanya kebangkitan nasional. Pada tanggal 28 Mei 1908
merupakan pelopor pergerakan nasional yang didirikan oleh Budi Utomo yang
membuat organisasi-organisasi pergerakan yang lainnya bermunculan.
2.1.2 Tujuan utama Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang
Pemimpin Asia, Jepang saudara tua bangsa Indonesia”. Pemerintahan Jepang
bersikap baik terhadap bangsa Indonesia dengan menjajikan Indonesia merdeka
suatu saat dengan harapan mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia karena
Jepang merasa terdesak saat melawan sekuru barat yaitu: Amerika, Inggris, Rusia,
Prancis, Belanda, dan negara sekutu yang lainnya.
2.1.3 Kemenangan sekutu dalam perang Dunia membawa hikmah bagi bangsa
Indonesia. Menurut pengumuman Nanpoo Gun (Pemerintah Tentara Jepang untuk
seluruh daerah selatan), tanggal 7 Agustus 1945 (Kan Poo No.72/2605k.11), pada
pertengahan bulan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia atau Dokuritu Zyunbi Linkai.
2.1.4 Secara ilmiah masa Proklamasi kemerdekaan dapat mengandung pengertian
sebagai berikut :
a. Dari sudut hukum ( secara yuridis) Proklamasi merupakan saat tidak
berlakunya tertib hukum colonial, dan saat mulai berlakunya tertib hukum nasional
b. Secara politis ideologis proklamasi mengandung arti bahwa bangsa
Indonesia terbebas dari penjajahan bangsa asing melalui kedaulatan untuk
menentukan nasib sendiri dalam suatu negara Proklamasi Republik Indonesia.
3.1.2. Praktis
i. Gerakan 30 September 1965 / PKI atau G30S/PKI adalah peristiwa pengkhianatan
terhadap Bangsa Indonesia terbesar yang pernah terjadi. peristiwa ini terjadi malam
hari tepat saat pergantian dari tanggal 30 September (Kamis) menjadi 1 Oktober
22
(Jumat) 1965 saat tengah malam. peristiwa ini melibatkan anggota PKI dan pasukan
Cakrabirawa. Gerakan ini bertujuan untuk menggulingkan Soekarno dan mengubah
Indonesia menjadi komunis.
ii. Faktor penyebab G30 S PKI terdiri dari dua yaitu faktor internal dan eksternal
- Faktor Internal : PKI, Konsep NASAKOM, dan ekonomi masyarakat
Indonesia pada saat itu.
- Faktor Eksternal : Faktor Malaysia dan Amerika Serikat.
iii. Alterntif pemecahan masalah yang dapat kami berikan :
a. Orang-orang yang terlibat dalam Gerakan 30 September Partai Komunisme
Indonesia utamanya pelaku utama yang memelopori gerakan ini harus ditangkap
dan ditindak tegas sesuai dengan konstitusi dan hukum yang berlaku di Indonesia.
Penindakan terhadap para pelaku ini harus secara adil dan benar-benar tegas
sehingga menimbulkan efek jera bagi para pelaku. Terkait dengan penindakan
hukum bagi para pelaku ini, kita sebagai masyarakat Indonesia perlu mengawal dan
terus mengawasi proses pemberian hukuman bagi pelaku sehingga supremasi
hukum dapat diwujudkan di Indonesia.
b. Selain diberi hukuman sesuai dengan tindakan, orang-orang yang terlibat
dalam G 30 S PKI juga perlu dibina terkait dengan pemahaman terhadap
pentingnya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa dari bangsa Indonesia sendiri
sehingga mereka akan sadar dan mampu mengubah pandangannya terkait ideologi
yang paling patas diterapkan di Indonesia yaitu Ideologi Pancasila. Ideologi
Pancasila merupakan ideologi yang paling pantas diterapkan di Indonesia karena
ideologi ini merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur yang telah menjadi jiwa bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu dan tidak diragukan lagi keampuhannya dalam
menangani berbagai konflik baik konflik horizontal dan vertikal yang terjadi di
Indonesia.
c. Bagi pemerintah dan lembaga yang berwenang, perlu untuk mengusut
tuntas gerakan-gerakan radikal yang menentang ideologi Pancasila yang dalam hal
ini adalah Gerakan 30 S PKI. Pemerintah perlu mencari tahu motif yang
melatarbelakangi para pelaku melakukan tindakan tersebut dan menyelidiki pihak-
pihak lain yang mendukung dan berperan aktif dalam G 30 S PKI sehingga
diharapkan tidak ada lagi peristiwa yang menentang bahkan mengancam Ideologi
Pancasila di kemudian hari.
3.2 Rekomendasi
3.2.1 Untuk Masyarakat
Sebagai warga negara yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebaiknya masyarakat Indonesia tetap memperhatikan Pancasila serta nilai-nilai yang ada
didalamnya sebagi konteks perjuangan bangsa sebagai tolak ukur bagi bangsa indonesia
untuk mempertahankan dan memperjuangkan bangsa indonesia untuk lebih baik serta
meniru semangat dan kerja keras para pahlawan dahulu memperjuangkan bangsa Indonesia.
3.2.2 Untuk Pemerintah
Pemerintah perlu menjadikan sejarah sebagai mata pelajaran wajib pada setiap jenjang
sekolah dan pendidikan tinggi sehingga sejarang perjuangan para pahlawan bangsa dalam
usaha membangun NKRI yang berdaulat dan disegani oleh negara lain. “Jas merah” jangan
sekali-kali melupakan sejarah ini merupakan hal yang patut dijadikan prinsip hidup bagi

23
seluruh rakyat Indonesia dan mengambil hal-hal yang positif untuk dijadikan pembelajaran
dan membuang jauh-jauh sesuatu yang negatif dari peristiwa sejarah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.


Krakatau. 2014. Sejarah Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei.
http://www.krakatauradio.com/2014/05/sejarah-hari-kebangkitan-nasional-20-mei.html. Diakses
tanggal 14 Oktober 2015
Rindjin. 2011. Pendidikan Pancasila. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Wikipedia. Tanpa Tahun. Gerakan 30 September.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September. Diakses tanggal 10 Oktober 2015.
Wikipedia. Tanpa Tahun. Orde Baru. https://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru. Diakses tanggal 10
Oktober 2015.
Wikipedia. Tanpa Tahun. Partai Indonesia. https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Indonesia.
Diakses tanggal 12 Oktober 2015.
Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

25

Вам также может понравиться