Вы находитесь на странице: 1из 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN GANGGUAN

KARDIOVASKULER

Di Susun Oleh :

1. Anita Yuliastuti (S17004)

2. Asri Bekti Wuryandari (S17008)

3. Dhea Fienda Ferani (S17015)

4. Ega Saputra (S17018)

5. Ken Sholawatut T.P (S17027)

6. Leni Kuswati (S17029)

7. Rini Kusuma (S17042)

8. Sandra Dara P (S17044)

9. Teka Dewi Evita S (S17049)

10. Widi Astuti Wahyu L (S17052)

11. Intan Wahyu D (S17182)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada ibu hamil dengan gangguan
kardiovaskuler ” ini dapat terselesaikan. Pembuatan makalah ini bermaksud untuk
memenuhi persyaratan mata kuliah Maternitas.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan terhadap kesulitan mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas perkuliahan, penulis berkeyakinan bahwa bacaan seperti ini sangat
diperlukan. Kelengkapan bahasan seluruh materi dalam tulisan ini dapat menjadi pedoman
praktis bagi mahasiswa program studi sarjana keperawatan dalam menyelesaikan tugas
perkuliahan.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian, kelengkapan isi, dan lain-lainnya. Untuk itu
dengan senang hati kami akan menerima segala saran, kritik dari para pembaca guna
memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Pembuatan makalah ini diharapkan dapat
berguna bagi para mahasiswa yang ingin mempelajari tentang gangguan kardiovaskuler
pada ibu hamil. Kami mengharapkan partisipasi dari para pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat dan berguna bagi setiap orang yang membacanya

Surakarta, 14 Mei 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan dapat menyebabkan perubahan dalam sistem kardiovaskular yang membuat ibu
hamil untuk mau tidak mau meningkatkan kebutuhan metabolik akibat pertumbuhan janinnya.
Ibu hamil dengan fungsi jantung normal dapat beradaptasi dengan baik sedangkan ibu dengan
penyakit jantung akan mengalami dekompensasi yang dapat mengakibatkan komplikasi dalam
kehamilan bahkan menyebabkan kematian janin dan ibu.
Perubahan sistem kardiovaskular yang terjadi pada awal trimester pertama kehamilan yang
tidak terdiagnosis sebelumnya akan mengakibatkan cadangan jantung berkurang.
Peningkatan kerja jantung disebabkan oleh karena:
1. Peningkatan konsumsi oksigen karena pertumbuhan janin
2. Pembesaran rahim dan payudara yang membutuhkan oksigen yang lebih besar
3. Peningkatan berat badan ibu hamil berkisar 10-14 kg
4. Lapisan plasenta bekerja seperti fistula arterio-vena

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan kardiovaskuler pada ibu hamil?
2. Apa saja macam gangguan kardiovaskuler yang mungkin muncul pada ibu hamil?
3. Apa yang dimaksud dengan gangguan Kardiomiopati Peripartum?
4. Bagaimana etiologi dari Kardiomiopati Peripartum?
5. Bagaimana Patofisiologi dari Kardiopati Peripartum?
6. Apa saja manifestasi klinik dari Kardiomiopati Peripartum?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Kardiomiopati Peripartum?
8. Bagaimana penatalaksanaan Kardiomiopati Peripartum?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Kardiomiopati Peripartum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan Kardiomiopati Peripartum.
2. Untuk mengetahui macam gangguan Kardiomiopati Peripartum.
3. Untuk mengetahui gangguan Kardiomiopati Peripartum.
4. Untuk mengetahui etiologi Kardiomiopati Peripartum.
5. Untuk mengetahui patofisiologi Kardiomiopati Peripartum.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Kardiomiopati Peripartum.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Kardiomiopati Peripartum.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Kardiomiopati Peripartum.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk Kardiomiopati Peripartum.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi

Menurut IKAPI (2008) dalam Gaya Hidup dan penyakit Modern, penyakit pada
kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan fungsi kerja
jantung karena tidak adekuatnya aliran darah.

Pada ibu hamil terjadi adaptasi fisiologis sehingga terjadi perubahan signifikan
pada sistem kardiovaskuler selama masa kehamilan,ibu hamil dengan jantung normal
akan dapat beradaptasi dengan baik sementara yang mengalami gangguan
kardiovaskuler dapat mengalami komplikasi yang akan berpengaruh terhadap
tumbuh kembang janin,bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan janinnya.

2. Klasifikasi
1. Penyakit Jantung Iskemik
Infark miokard atau penyakit jantung iskemik merupakan penyebab kematian
tersering akibat jantung pada kehamilan (25% dari semua kematian
jantung).Kematian ibu dengan infark miokard meningkat, 20% angka kematian ibu
diseluruh dunia dengan infark miokard akut. Kehamilan meningkatkan risiko
kejadian infark miokard

2. Penyakit Jantung Katup

Penyakit jantung katup, yang mempengaruhi wanita usia subur dapat berupa
penyakit jantung bawaan atau penyakit yang didapat. Penyebab paling tinggi
dari penyakit jantung katup yang dimiliki adalah penyakit jantung rematik.

3. Infeksi Endokarditis
Infeksi endokarditis (IE) jarang terjadi pada kehamilan, namun ketika hal itu
terjadi bisa berakibat fatal bagi ibu dan janin.
Infeksi endokarditis biasanya berhubungan dengan penyakit katup jantung,
infeksi dalam jantung juga dapat terjadi pada defek septum, pengalihan aliran
darah dalam jantung dan baffle, malformasi atrioventrikular (AV) dan infeksi
endokarditis juga dapat terjadi pada katup jantung normal (terutama trikuspid)
pada wanita hamil dengan penyalahgunaan narkoba IV. Perempuan dianggap
berisiko lebih besar terjadinya endokarditis pada
kehamilan karena dua alasan utama:
a. Kehamilan adalah keadaan dimana sistemik kekebalan itu terganggu.
b. Infeksi tertentu, misalnya ISK lebih sering pada kehamilan.
4. Kehamilan Pasca Operasi Jantung
Mengendalikan wanita hamil yang telah mengalami operasi jantung sebelumnya
membutuhkan pendekatan multidisiplin dan penting bahwa perawatan antenatal
bersama dilakukan dengan tim obstetrik di rumah sakit.

5. Operasi Jantung Pada Kehamilan

Operasi jantung pada kehamilan jarang dan hanya dilakukan ketika terapi
medis gagal dan pengobatan tidak tersedia atau tidak cocok. Operasi bypass
jantung memiliki risiko tinggi terhadap janin (20-33% kematian janin) tetapi
beberapa literatur menjelaskan berisiko juga terhadap ibu.

6. Aritmia
Palpitasi pada kehamilan merupakan hal yang sering terjadi. Aritmia jantung
dapat diidentifikasi melalui rekaman Holter sampai 60% pada orang normal
dibawah usia 40 tahun. Denyut ektopik dan aritmia yang tidak menetap terjadi
pada lebih dari 50% wanita hamil yang diteliti disebabkan karena palpitasi

7. Kardiomiopati
Kardiomiopati merupakan penyebab hampir seperempat kematian ibu hamil
akibat jantung. Kardiomiopati dilatasi, kardiomiopati hipertrofi dan
kardiomiopati restriktif biasanya terjadi sebelum kehamilan, tapi bisa juga
muncul saat masa kehamilan. Kardiomiopati peripartum khusus terjadi pada
kehamilan

8. Hipertensi Paru
Kehamilan berkontraindikasi pada hipertensi paru.
Mengubah cara pengobatan penyakit, yang memungkinkan wanita dengan
diagnosis HTP dapat hidup lebih lama dengan gejala yang berkurang, sehingga
perempuan mulai berusaha untuk dapat hamil.
Banyaknya pengalaman yang diperoleh dan beberapa wanita berhasil
melahirkan dengan baik tetapi angka kematian masih sangat tinggi (>25%),
karena itu kehamilan masih tetap tidak dianjurkan pada wanita dengan HTP.
Pada wanita dengan HTP yamg hamil tanpa direncanakan, sebaiknya
direncanakan untuk menghentikan kehamilan kecuali janin dapat dilahirkan.
Wanita yang ingin tetap mempertahankan kehamilannya meskipun melalui
konseling harus ditangani dengan risiko tinggi di rumah sakit yang memiliki
dokter spesialis yang bisa menangani HTP pada kehamilan.
9. Penyakit Jantung Sianotik

Sianosis disebabkan kandungan oksigen dalam arteri darah sistemik berkurang, >5
gr/dL. Dengan meningkatnya sianosis, kesempatan untuk menjaga janin sampai pada
waktu kelahirannya berkurang drastis dari 92% untuk wanita dengan penghentian
saturasi O2 diatas 90%, menjadi 12% untuk wanita yang saturasinya dihentikan saat
dibawah 85%.

10. Hipertensi
Hipertensi:nilai tekanan darah (TD) ≥140/90 mmHg yang ditemukan pada lebih dari
satu kali pemeriksaan setidaknya selang 4 jam. Gangguan hipertensi merupakan
komplikasi medis yang paling sering ditemukan pada kehamilan, dengan
mempengaruhi 10-15% dari wanita hamil. 3-5% wanita hamil mengalami
preeklampsia yang dapat menyebabkan kondisi serius pada maternal berupa
kesakitan dan kematian

3. Kardiomiopati Peripartum

Gagal jantung tanpa penyebab yang dapat diindentifikasi tanpa penyakit


jantung yang mendasari yang terjadi pada bulan terakhir kehamilan sampai 5 bulan
pertama setelah melahirkan. Jarang; insiden kardiomiopati peripartum 1:5.000 sampai
1:10.000. Tanda-tanda klinis mirip dengan kardiomiopati dilatasi, tetapi tidak
berhubungan dengan kehamilan dan pasien kardiomiopati dilatasi biasanya berusia
lebih tua.

Kardiomiopati peripartum merupakan salah satu bentuk kardiomiopati


dilatasi yang didefinisikan sebagai disfungsi sistolik ventrikel kiri yang
terjadi pada bulan terakhir periode kehamilan atau 5 bulan pertama masa nifas.
Kardiomiopati dilatasi merupakan kelainan otot jantung akibat iskemia dan
non-iskemia yang menyebabkan dilatasi ruang jantung terutama ventrikel kiri
tanpa hipertrofi yang signifikan, sehingga menyebabkan gangguan fungsi
sistolik akibat penurunan fungsi kontraktil miokardium.
Kardiomiopati peripartum juga dapat terjadi pada wanita yang sudah
pernah mengalami kelainan struktural jantung atau gangguan fungsi
kardiovaskular, dengan bukti fungsi ventrikel kiri sebelumnya normal
4. Etiologi

Penyebab pasti kardiomiopati peripartum masih belum diketahui, beberapa


faktor etiologi yang potensial adalah infeksi virus (coxsackievirus, parvovirus
B19, adenovirus dan herpesvirus), Proses inflamasi,miokarditis peristiwa
autoimun akibat kehamilan, peningkatan apoptosis miokardium, efek hormonal,
toksemia, abnormalitas respons hemodinamik terhadap kehamilan, predisposisi
genetik dan pemotongan enzimatik protein prolaktin selama peristiwa stres
oksidatif. Biopsi jantung pada tahap awal rumatan penyakit dapat menemukan
tanda miokarditis, mungkin disebabkan oleh reaksi autoimun terhadap antigen
asing janin yang sedang dikandung.

Kardiomiopati peripartum dicurigai terjadi sebagai konsekuensi


ketidakseimbangan proses stres oksidatif, menyebabkan pemotongan enzimatik
hormon laktasi prolaktin sehingga berubah menjadi faktor angiostatik yang
bersifat poten dan fragmen pro-apoptotik. Selain itu, peristiwa microchimerism
fetal, terdapatnya sel fetal yang lolos masuk ke dalam sirkulasi maternal dan
menginduksi terjadinya miokarditis autoimun serta abnormalitas kejadian stres
oksidatif juga berperan cukup signifikan.

5. Patofisiologi

Stres oksidatif selama periode peripartum memiliki peran cukup penting


dalam menyebabkan kerusakan ventrikel kiri. Senyawa proinflamatorik dan
peristiwa stres oksidatif akan makin meningkat selama proses kehamilan normal
dan mencapai puncaknya pada trimester terakhir kehamilan. Ketidakseimbangan
proses stres oksidatif selama periode kehamilan dan pasca melahirkan dapat
menyebabkan terjadinya pemotongan enzimatik hormon prolaktin oleh
cathepsin-D menjadi fragmen prolaktin. Fragmen prolaktin ini dapat
menginduksi apoptosis sel endotelial pembuluh darah, penghambatan proliferasi
sel endotel yang diinduksi VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) dan
mengganggu mekanisme vasodilatasi vaskuler yang diperantarai nitric oxide.
Fragmen ini dapat merusak struktur mikrovaskuler jantung yang pada akhirnya
akan menyebabkan dilatasi ruang jantung dan disfungsi sistolik ventrikel kiri.

6. Manifestasi klinik

Pasien kardiomiopati peripartum akan mengalami tanda dan gejala khas


gagal jantung kronik. Namun perlu diingat bahwa fatigue, gejala sesak nafas saat
beraktivitas dan edema kaki wajar ditemukan pada wanita hamil mulai trimester
ke-2 hingga tahap akhir, sehingga kondisi kardiomiopati akan lebih sulit dideteksi
hanya melalui gejala klinis. Gejala klinis lain yang merupakan tanda peringatan
pada pasien kardiomiopati peripartum antara lain nyeri dada tidak spesifik, rasa
tidak nyaman abdomen, distensi perut, batuk, hemoptisis, tanda edema paru,
orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea yang biasanya terjadi pada wanita
yang mungkin telah memiliki kelainan jantung sebelumnya.

Tanda fisik pasien gagal jantung akibat kardiomiopati dilatasi pada masa
peripartum bervariasi tergantung derajat kompensasi, tingkat kronisitas (gagal
jantung akut dibandingkan dengan gagal jantung kronik), dan keterlibatan ruang
jantung (jantung sebelah kiri atau kanan). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
konfigurasi jantung dan hepar yang membesar dengan tingginya tekanan vena
sistemik. Tanda fisik overload cairan atau kongesti yang dapat ditemukan pada
pasien dengan gagal jantung kronik antara lain ronkhi basah pada auskultasi paru,
tanda efusi pleura, distensi/peningkatan tekanan vena jugularis, asites,
hepatomegali, edema perifer, bising sistolik sebagai tanda adanya regurgitasi
mitral akibat dilatasi masif lumen ventrikel dan atrium kiri.

7. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektrokardiografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai dan memantau aktivitas kelistrikan otot
jantung secara non-invasif dengan tingkat akurasi cukup tinggi. Dengan
pemeriksaan EKG dapat dideteksi tanda adanya gagal jantung dan faktor pencetus
lain misalnya gangguan irama jantung (takikarida ventrikular, takikardia
supraventrikular dan sindroma preeksitasi) serta abnormalitas segmen ST dan
gelombang hipertrofi ventrikel kiri.
2. Foto Rontgen Thoraks
Pemeriksaan radiologi dapat menilai ukuran jantung (kardiomegali), kondisi
parenkim paru, derajat kongesti, edema alveoli, edema interstitial, efusi pleura dan
dilatasi pembuluh darah lobus superior paru/sefalisasi. Perlu diingat
pemeriksaan rontgen toraks memberikan risiko cukup signifikan terhadap janin
dalam kandungan. Penggunaan teknik diagnostik ini sedapat mungkin dihindari
dan dalam keadaan terpaksa dapat dilakukan dengan menggunakan alat pelindung
regio abdomen ibu selama proses pengambilan gambar.
3. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menilai fungsi sistolik dan diastolik pasien
kardiomiopati peripartum dengan kondisi gagal jantung kronik. Selain itu
pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan untuk mencari kemungkinan
penyebab utama gagal jantung lain, misalnya iskemia, kardiomiopati, gangguan
katup jantung dan sebagainya.
4. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan darah rutin, kimia darah dan kadar elektrolit (natrium, kalium) sangat
penting dilakukan terutama untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya aritmia.
Pemeriksaan laboratorium lain dapat ditambahkan sesuai kondisi klinis masing-
masing pasien.
8. Penatalaksanaan

Penanganan pasien kardiomiopati peripartum dengan tanda dan gejala gagal


jantung kronik dapat menggunakan dua pendekatan klinis, yakni terapi non-
medikamentosa (mekanik) dan terapi medikamentosa.

Terapi non-medikamentosa yang dapat dilakukan antara lain edukasi pasien,


melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi klinis, intervensi diet dengan
pembatasan konsumsi garam, mencegah asupan cairan berlebih, menghindari
penggunaan obat golongan NSAID tanpa indikasi mutlak, dan vaksinasi terhadap
agen penyebab infeksi saluran pernafasan yang dapat memperburuk status klinis
pasien.

. Tata laksana medikamentosa yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)

Penggunaan obat golongan ACE-I dikontraindikasikan secara absolut pada pasien


hamil. Obat golongan ini telah terbukti memiliki efek teratogenik dan berbahaya
bagi pertumbuhan serta perkembangan janin dalam kandungan. Terapi menggunakan
obat golongan ACE-I dapat mulai dilakukan pasca melahirkan dengan perhatian
terhadap beberapa agen yang juga disekresikan melalui air susu ibu (ASI) selama
periode laktasi.

2. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)

Sama seperti ACE-I, obat golongan ini juga dikontraindikasikan secara absolut
pada wanita hamil karena bersifat teratogen dan fetotoksik. Obat ini merupakan
antagonis spesifik reseptor angiotensin II tipe 1. Obat golongan ini biasa
digunakan sebagai obat antihipertensi, namun penggunaan pada gagal jantung
kronik makin meningkat karena sama seperti golongan ACE-I, obat golongan ini
dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Penggunaan dan pemantauan
obat golongan ARB sama dengan golongan ACE-I, pemeriksaan kadar kalium dan
kreatinin serum harus dilakukan secara berkala pada terapi jangka panjang. ARB
digunakan apabila pasien intoleran terhadap efek samping ACE-I, namun secara
klinis obat golongan ini lebih sering dipakai karena dapat ditoleransi dengan baik.

3. Kombinasi Hidralazin dan Isosorbid Dinitrat

Obat golongan ini merupakan terapi lini pertama pasien kardiomiopati peripartum
dengan gejala gagal jantung untuk mengurangi afterload. Kombinasi obat ini
sekarang sudah tersedia dalam fixed dose combination (FDC) dan menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas.
4. Beta-Blocker

Obatgolongan ini awalnya dikontraindikasikan pada pasien gagal jantung karena


dapat menurunkan fungsi miokardium akibat sifat inotropik dan kronotropik
negatif terutama pada fase akut.37 Namun, berdasarkan penelitian klinis baru-baru
ini, penggunaan beta-blocker pada gagal jantung fase kronik terbukti dapat
memberikan keuntungan pada angka mortalitas, sehingga obat ini sekarang
menjadi lini pertama terapi jangka panjang pasien gagal jantung.

5. Diuretik
Obat golongan ini hanya digunakan jika terdapat gejala kongesti,
karena jika penggunaannya tidak tepat, dapat menimbulkan kondisi hipovolemia
yang berbahaya terhadap aliran darah menuju plasenta dan janin

6. Antagonis Reseptor Aldosteron (spironolakton dan eplerenon)

Termasuk ke dalam golongan diuretik potensi lemah hemat kalium. Penggunaan


obat golongan ini sebaiknya dihindari selama periode kehamilan karena memiliki
sifat antiandrogen terhadap janin jika digunakan pada trimester pertama

7. Inotropik
Dopamin, dobutamin dan levosimendan merupakan obat golongan inotropik yang
dapat digunakan dengan aman pada pasien hamil dengan kondisi hemodinamik
tidak stabil misalnya gagal jantung akut.

8. Suplementasi Kalium
Pasien gagal jantung yang diberi terapi diuretik loop sering mengalami
hipokalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia dan defisiensi tiamin. Secara umum
suplementasi kalium dapat diberikan pada pasien untuk mempertahankan kadar
kalium darah berkisar antara 4,0-5,0 mEq/L. Suplementasi kalium harus lebih
hati-hati pada pasien yang mendapat terapi ACE-I, antagonis aldosteron dan
insufisiensi ginjal karena sering mengalami hiperkalemia yang dapat
menyebabkan aritmia

9. Antikoagulan
Periode peripartum merupakan suatu kondisi peningkatan aktivitas prokoagulan,
sehingga obat golongan antikoagulan harus digunakan secara hati-hati sesaat
setelah melahirkan, namun dapat segera diberikan setelah perdarahan dapat
ditangani
Asuhan Keperawatan Gangguan Kardiopati Peripartum

Kasus :

Seorang ibu hamilan G3P2A0,datang ke poliklinik kandungan untuk periksa


ANC.ke-3,memasuki bulan ke 6 mengalami kenaikan tekanan darah ,hasil
pemeriksaan hari ini diperoleh hasil TD 170/100 mmHg,nadi tidak teratur. Kaki
tampak bengkak. Pasien mengatakan kepalanya pusing, mudah mengalami sesak nafas
apabila kecapean,selama ini masih makan asal-asalan. Tidak ada pembatasan aktivitas
dirumah ,karena memang tidak ada ART,nyeri dada dan kadang-kadang batuk.

.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN KARDIOPATI
PERIPARTUM

Tanggal/Jam MRS : 14 Mei 2019/ 09.00 pagi


Tanggal/Jam Pengkajian : 14 Mei 2019/10.00 pagi
Metode Pengkajian :-
Diagnosa Medis : Kardiopati Peripartum
No. Registrasi : 00321

A. PENGKAJIAN
I. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama Klien : Ny. Cinta
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : Sarjana
Alamat : Surakarta
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status perkawinan : Menikah

Nama Suami : Tn. Rangga


Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : Sarjana
Alamat : Surakarta
Pekerjaan : Swasta
Lama menikah : 8 tahun
II. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan-keluhan
Sakit kepala,sesak napas apabila kecapekan,nyeri dada
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat dilakukan pegkajian pasien mengatakan dibawa ke Rumah sakit karena
akhir-akhir ini sering mengalami pusing dan sesak napas setelah melakukan
aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien meinggal akibat gagal jantung.

Genogram

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Suami-Istri
: Tinggal serumah
: Keturunan
: meninggal
III. ANAMNESA
1. Kunjungan ke : tiga
2. Riwayat menstruasi
a. Menarche : umur 14 tahun
b. Teratur/tidak teratur : teratur
c. Siklus : 28 hari
d. Lamanya : 6 hari
e. Banyaknya : 2x ganti pembalut
f. Sifat darah : menggumpal
g. Desmenorrhoe :-

3. Riwayat kehamilan,persalinan,nifas yang lalu


Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak
No umur Umur Peny jenis penolo penyul Lasera Infek Perdarah Jenis BB TB
kehamil ulit ng it si si an kelami
an n
1. 27 8 bulan - Spon Dr Tidak - - ada Laki- 2,5 46,
20 hari tan ada laki kg 2
cm

2. 31 9 bulan - Spon Dr Tidak - - ada Laki- 3,8 52,


8 hari tan ada laki kg 3
cm

3. 35 6 bulan - Dr - - - - - - -

4. Kehamilan sekarang
a. G..P..A : G3P2A0
b. Usia kehamilan : 6 bulan
c. Taksiran persalinan : 24 juli 2019
d. Imunisasi : TT ( √ )sudah ( ) belum
e. ANC : 3 kali, tempat : RS.Dr.Oen
f. Keluhan selama hamil atau saat ini : pusing,sesak napas
g. Pengobatan selama hamil : belum ada
h. Pergerakan janin, sejak usia : 4 bulan
i. Rencana perawatan bayi : ( √ )sendiri ( )orang tua ( )
lain-lain
j. Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi :
1) Breast care : sanggup
2) Perineal care : sanggup
3) Nutrisi : sanggup
4) Senam nifas : sanggup
5) KB : sanggup
6) Menyusui : sanggup
IV. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA
1. Melaksanakan KB : ( √ )Ya ( )Tidak
2. Bila Ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan : pil KB
3. Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : 5 tahun lalu
4. Masalah yang terjadi :-

V. ASPEK PSIKOSOSIAL
1. Apakah kehamilan ini direncanakan oleh ibu dan pasangan :
Ya,kehamilan direncanakan bersama suami
2. Harapan yang ibu inginkan selama masa kehamilan :
Ibu menginginkan anak perempuan
3. Bagaimana dukungan pasangan terhadap kehamilan ini :
Suami selalu mengantarkan istri periksa rutin akan tetapi tuntutan pekerjaan suami
yang berada diluar daerah menyebabkan suami jarang menghabiskan waktu
dirumah bersama istri.
4. Bagaimana sikap anggota keluarga lainnya terhadap kehamilan ini :
Sangan menantikan kelahiran
5. Kesiapan mental untuk menjadi ibu :
Secara mental ibu sangat siap

VI. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS


1. Pola Nutrisi
a. Frekuensi makan 4 x/ hari
b. Nafsu makan (baik) Alasan ( )
c. Ada ( × ) Mual ( × ) Muntah
d. Jenis makanan rumah : masih asal-asalan
e. Makanan yang tidak disukai / alergi /pantangan : seafood

2. Pola eleminasi
a. BAK
- Frekuensi 10x ( √ )terkontrol ( )tidak terkontrol
- Warna : kuning kecoklatan
- Keluhan saat BAK : tidak ada
- Pemakaian kateter : ( ) ya ( √ ) tidak, jenis
b. BAB
- Frekuensi : 2 x/hari
- Warna : kuning
- Bau : normal
- Konsistensi : tetap
- Keluhan : tidak ada keluhan
c. Pola personal hygiene ( √ )mandiri ( )dibantu sebagian ( )dibantu total
Mandi / seka : mandi
- Frekuensi : 2x/hari
- Sabun : ( √ )Ya ( )Tidak

Oral hygiene
- Frekuensi : 3x/hari
- Waktu : ( √ )pagi ( √ )sore ( √ )setelah makan

Cuci rambut
- Frekuensi : 1x sehari
- Shampoo : ( √ )ya ( )tidak

d. Pola istirahat dan tidur


- Lama tidur : 6-7 jam/hari
- Kebiasaan sebelum tidur : makan
- Keluhan : tidak ada keluhan

e. Pola aktivitas
- Senam hamil ( √ ) ya ( ) tidak

f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


- Merokok : tidak merokok
- Minuman keras : tidak mengkonsumsi miras
- Ketergantungan obat : tidak ada ketergantungan obat apapun

B. PEMERIKSAAN FISIK
I. Keadaan umum :
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda – tanda vital
1) Tekanan darah : 170/100 mmHg
2) Nadi
- Frekuensi : 60x/menit
- Irama : tidak teratur
3) Pernafasan
- Frekuensi : 11x/menit
- Irama : tidak teratur
4) Suhu : 36,6°C
5) Nyeri :
- P : Nyeri saat kecapekan
- Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
- R : dada
- S :6
- T : hilang-timbul

II. Pemeriksaan Head To Toe


a. Kepala
1) Bentuk dan ukuran kepala : Bentuk simetris dan tidak ada luka
2) Pertumbuhan rambut : Warna hitam, bergelombang, tebal, dan
agak kotor
3) Kulit kepala : bersih tidak ada ketombe

b. Muka
1) Mata
- Kebersihan : Bersih
- Fungsi penglihatan : normal
- Palpebral : normal
- Konjungtiva : merah pucat
- Sclera : putih
- Pupil : normal
- Diameter ki/ka : 14,2mm
- Reflek terhadap cahaya : pupil mengecil saat terkena cahaya
- Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak menggunakan alat
bantu penglihatan

2) Hidung
- Fungsi penghidung : normal
- Secret : tidak terdapat secret
- Nyeri sinus : tidak nyeri sinus
- Polip : tidak ada polip
- Napas cuping hidung : normal

3) Mulut
- Kemampuan bicara : mampu bicara normal
- Keadaan bibir : bibir merah muda
- Selaput mukosa : normal
- Warna lidah : merah muda
- Keadaan gigi : gigi bersih tidak terdapat flek
- Bau nafas : tidak bau nafas
- Dahak : tidak terdapat dahak

4) Gigi
- Jumlah : 32 buah
- Kebersihan : bersih
- Masalah : tidak ada masalah
5) Telinga
- Fungsi pendengaran : mampu mendengar dengan baik
- Bentuk : simetris
- Kebersihan : bersih
- Serumen : tidak terdapat serumen
- Nyeri telinga : tidak mengalami nyeri telinga

c. Leher
- Bentuk : normal
- Pembesaran Tyroid : tidak terdapat pembesaran tiroid
- Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan
- Nyeri waktu menelan : tidak ada nyeri

d. Dada (thorax)
- Bentuk Payudara : () Simetris ( ) tidak
- Putting susu : () Menonjol ( ) tidak
- Hiperpigmentasi pada : () Ya ( ) tidak
Kebersihan aerola mamae : () Cukup ( ) kurang
- Colostrum : ( ) keluar ( ) tidak

e. Abdomen
- Linea :
- Striae :
- Luka bekas operasi :
- Leopold I : TFU diantara simfilis pubis dan umbilikus
- Leopold II : punggung janin teraba
- Leopold III : bagian terbawah janin melewati PAP : ( )sudah ( √ )belum
- Leopold IV : -
- Denyut jantung janin : ada
- Osborn Test : sudah
- Kontraksi uterus : ada

f. Genetalia : Daerah genital bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda
infeksi,tidak terpasang kateter tidak ada keluaran pada vagina.
g. Anus dan rectum : dan tidak ada hemoroid.

h. Ekstremitas
a. Atas
Skala kekuatan otot pada ekstremitas atas sinistra dan dextra yaitu
masing-masing 5,ditandai dengan mampu menggenggam kuat.
b. Bawah
Skala kekuatan pada ekstremitas bawah sinistra dan dextra yaitu masing-
masing 5,ditandai dengan bisa berjalan dengan normal
c. Inspeksi kuku : Warna merah muda pucat, panjang, bersih, tidak ada
edema, dan utuh.
d. Capillary refill : lambat

i. Integumen :

a. Kulit pasien warna sawo matang, lembab, turgor sedang, edema pada
kedua kaki.
b. Terdapat luka di ujung kaki yang masih basah dan tidak ada tanda infeksi

C. Analisis Data
Data Problem Etiologi
Ketidakefektifan pola keletihan
- DS:pasien mengatakan sesak nafas nafas(00032)
apabila kecapekan

-DO:pasien tampak tersenggal-senggal


ketika bernafas

- DS:pasien mengatakan nyeri dada Nyeri akut(00132) Agent cidera


pada bagian kiri dada biologis

-DO:pasien tampak kesakitan pada


bagian kiri dada
DS:pasien mengatakan pusing Intoleransi Fisik tidak bugar
kepala,kelelahan karena dirumah tidak aktivitas(00092)
ada ART

DO:pasien tampak lemas

.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan pola nafas b.d keletihan
2. Nyeri akut b.d agent cidera biologis
3. Intoleransi aktivitas b.d fisik tidak bugar

E. Rencana Keperawatan
No
Diangnosa
Diang Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi TTD
Keperawatan
nosa
1. ketidakefektifa Setelah dilakukan tindakan 1.ketidakefektifan pola
n pola nafas keperawatan 1x24jam nafas kelitan.
b.d kelelahan
diharapkan pasien : Monitor pernafasan
1). Status pernafasan(0415) (3350)

- Frekuensi pernafasan - monitor kecepatan


dari sekala 1(defiasi ,irama,kedalaman,dan
berat dari kiasan kesulitan bernafas.
normal)menjadi sekala - monitor pola nafas
4(defiasi ringan dari (misalnya
kisaran normal) bradipneu,takipneu,hi
- Irama pernafasan dari perventilasi,pernafasa
sekala 1menjadi sekala 4 n kusmaul,pernafasan
- Kecepatan jalan nafas 1.1 apneustik,respirasi
dari skala 1 menjadi blot,pola ataxic)
skala 4 - kaji perlunya
penyedotan pada jalan
2). Status pernafasan: nafasdengan
auskultasi suara nafas
Pertukaran gas(0402)
ronki diparu.
- Saturasi oksigen dari - berikan bantuan teraoi
sekala 1 menjadi sekala nafas jika diperlukan
4 (keterangan kaya (misalnya nebulizer)
diatas)
- dispnea dengan aktifitas
ringan dari skala 1(skala
berat)menjadi skala 4
(skala ringan)
- pasangan kurang
istirahat dari skala
1(berat)menjadi skala
4(ringan).

3). kelelahan: Efek yang


menggangu(0008)

- Gangguan dengan
aktifitas sehari-hari dan
skala 1 (berat)menjadi
skala 4(ringan)
- gangguan pemeliharaan
rumah dari skala
1(berat)menjadi skala
4(rigan)
- gangguan aktifitas fisik
dari skala
1(berat)menjadi skala
4(ringan)

2. - nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan nyeri akut b.d agen
agent cidera keperawatan 1x24jam cidera biologis

biologis diharapkan pasien : Manajement nyeri (1400)


1). kontrol nyeri(1605) - lakukan pengajian
- mengenalinkapan nyeri nyeri komperhensif
terjadi dari skala 2 yang meliputi
(jarang lokasi,karakteristik,on
menunjukan)menjadi set/durasi,frekuensi,k
skala 4 (sering ualitas intensitas atau
menunjukan) beratnya nyeri dan
- menggambarkan faktor faktor pencetus
penyebab dari skala 2 - gali bersama pasien
menjadi skala 4. faktor-faktor yang
- mengenali apa yang dapat menurunkan
terkait dengan gejala atau memperberat
nyeri dari skala 2 nyeri.
menjadi skala 4. - ajarkan prinsip-
prinsip manajement
nyeri
2). nyeri: - kolaborasi dengan
pasien,orang terdekat
Efek yang menggangu
dan tim kesehatan.
(2101)

-ketidaknyamanan dari skala


1(berat)menjadi
skala4(ringan).

-gangguan dalam imunitas


skala 1 menjadi skala 4

-gangguan pada aktivitas


hidup sehari-hari dari
skala 1 menjadi 4.

3. intoleran Hasil dan tujuan setelah intelorensi aktivitas b.d


aktifitas b.d dilakukan kep1x24 jam fisik tidak bugar
diharapkan:
fisik tidak Perawatan jantung
bugar 1.keefektifan pompa rehabilitatif (4046)
jantung(0400)
- monitor toleransi
- tekanan darah sistol pasien terhadap
danskala 2(defiasi yang aktivitas
cukup besar dan kisaran - berikan dukungan
normal)menjadi skala harapan yang
4(defiasi ringan dan relastis pada pasien
kisaran normal) dan keluarga.
- tekanan darah diastol dari - pertahankan jadwal
skala 2 menjadi skala 4 ambulasi sesuai
- denyut nadi perifer dari toleransi pasien
skala 2 menjadi skala 4 - intruksikan pasien
dan keluarga
2.status jantung paru(0414) mengenai
- urin output dari skala 2 pertimbangan
menjadi skala 4 khusus terkait
- udem perifer dari skala 2 dengan aktivitas
menjadi skala 4. sehari-hari.
F. Implementasi

Dx Tanggal
Implementasi TTD
Keperawatan /jam Respon Pasien
ketidakefekti 14 mei - memonitor kecepatan S : pasien
fan pola 2019/12. ,irama,kedalamam dan mengatakan
nafas b.d
00 WIB kesulitan bernapas pernafasannya
kelelahan
sudah lebih baik
O : pasien tidak
tampak kesulitan
bernafas
- memonitor pada S : pasien
nafas(misalnya mengatakan
bradipneu,takipneu,hiperve pernafasannya
ntilasi,pernafasan sudah lebih baik
kusmaui,pernafasan
1:1,apneustik,respirasi O : pasien tidak
biot,pola atoxic) tampak kesulitan
bernafas

- mengkaji perlunya S : pasien


penyedotan pada jalan nafas mengatakan
dengan auskultasi suara sudah merasa
nafas ranki diparu lega
O : pasien tampak
lebih baik.

- memberikan bantuan terapi S:-


nafas jika O:-
diperlukan(misalnya,nebuli
zer)
nyeri akut 14 mei - melakukan pengkajian nyeri S:-
b.d agent 2019/12. komprehensifyang meliputi O:-
cidera 00 WIB lokasi
biologis karakterristik.onset(durasi,fre
kuwensi,kualitas,intensitas
atau beratnya nyeri dan
faktor pencetus
- menggali bersama pasien S : pasien
faktor-faktor yang dapat mengatakan
menurunkan atau
bersedia
memperbuat nyeri
berkerjasama
O : pasien tampak
kooperatif

- mengajarkan prinsip-prinsip S :pasien


manajemen nyeri mengatakan
sudah paham
O : pasien tampak
paham

- mengkolaborasi dengan S:-


pasien ,orang terdekat dan O:-
tim kesehatan

intoleran 14 mei - memonitor toleransi pasien S :-


aktifitas b.d 2019/12. pasien terhadap aktifitas O:-
fisik tidak 00 WIB
bugar
- memberikan dukungan S : pasien
harapan yang relastis pada mengatakan lebih
baik
pasien dan keluarga.
O : pasien tampak
lebih baik

- mempertahankan jadwal S:-


ambulasi sesuai toleransi O:-
pasien

- mengintruksikan pasien dan S : pasien


keluarga mengenai mengatakan
faham
pertimbangan khusus terkait
dengan aktivitas sehari-hari O : pasien tampak
paham
(misalnya pembahasan
aktivitas dan meluangkan
waktu istirahat),jika memang
tepat
G. Evaluasi
Hari,
Dx Keperawatan Respon Pasien TTD
Tanggal/jam
- ketidakefektifan Rabu/05/2019 S = pasien mengatakannafasnya
pola nafas b.d /10.00 WIB sudah normal

nafas keletihan O = pasien tampak tidak kesulitan


lagi saat bernafas

A = masalah teratasi

P = hentikan intervensi

- nyeri akut b.d Rabu/05/2019 S = pasien mengatakan sudah paham


agent cidera /10.00 WIB tentang manajemen nyeri

biologis O = pasien tampak sudah mengerti


tentang manajemen nyeri

A = masalah teratasi

P = hentikan intervensi
- intoleransi Rabu/05/2019 S = pasien mengatakan lebih baik
aktifitas b.d fisik /10.00 WIB dari sebelumnya

tidak bugar O = pasien tampak lebih baik

A = masalah teratasi

P = hentikan intervensi
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pada ibu hamil terjadi adaptasi fisiologis sehingga terjadi perubahan


signifikan pada sistem kardiovaskuler selama masa kehamilan,ibu hamil dengan
jantung normal akan dapat beradaptasi dengan baik sementara yang mengalami
gangguan kardiovaskuler dapat mengalami komplikasi yang akan berpengaruh
terhadap tumbuh kembang janin,bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan
janinnya.

Kardiomiopati peripartum merupakan salah satu bentuk kardiomiopati


dilatasi yang didefinisikan sebagai disfungsi sistolik ventrikel kiri yang terjadi
pada bulan terakhir periode kehamilan atau 5 bulan pertama masa nifas.
Kardiomiopati dilatasi merupakan kelainan otot jantung akibat iskemia dan non-
iskemia yang menyebabkan dilatasi ruang jantung terutama ventrikel kiri tanpa
hipertrofi yang signifikan, sehingga menyebabkan gangguan fungsi sistolik akibat
penurunan fungsi kontraktil miokardium.

Kardiomiopati peripartum juga dapat terjadi pada wanita yang sudah


pernah mengalami kelainan struktural jantung atau gangguan fungsi kardiovaskular,
dengan bukti fungsi ventrikel kiri sebelumnya normal.
DAFTAR PUSTAKA

Homenta Starry. (2014). Penyakit Jantung pada Kehamilan. Jakarta : FKUI

Muttaqin, Arif.2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


kardiovaskular. Jakarta:Salemba Medika

Woods,L.Susan.dkk.2000.Cardiac Nursing.Lippincolt:Williams&wilkins

Вам также может понравиться