Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB I

PENDAHULUAN
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus.1 Penyakit ini ditemukan di seluruh wilayah
Amerika Serikat dan terjadi pada 4 dari setiap 1000 orang setiap tahunnya.
Insidennya dikatakan meningkat terutama pada negara-negara tropis. 2
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab
dimana kuman atau jamur mudah tumbuh dan jarang terjadi pada iklim-iklim
sejuk ataupun kering. Faktor yang mempermudah terjadinya radang pada telinga
luar adalah adanya perubahan pH di liang telinga, yang biasanya dalam keadaan
normal atau asam menjadi basa, sehingga kemampuan proteksi terhadap infeksi
menurun. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan akibat
mengorek telinga ataupun karena berenang.1
Patogenesis dari otitis eksterna sangat kompleks. Semua faktor yang
mempermudah terjadinya otitis eksterna yang telah disebutkan sebelumnya
menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema pada
epitel skuamosa dan menimbulkan trauma lokal sehingga mengakibatkan bakteri
masuk melalui kulit, inflasi, dan menghasilkan eksudat. Sebagian besar kasus
disebabkan karena bakteri, dimana bakteri-bakteri patogen tersering yang
menyebabkan otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41 %), strepokokus
(22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%). Otitis eksterna
merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina,
periaurikular, atau ke tulang temporal. 3,4
Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna
sirkumkripta dan otitis eksterna difusa. Laporan kasus ini akan membahas
mengenai otitis eksterna difusa yang biasanya mengenai kulit liang telinga pada
dua per tiga dalam dan biasanya disebabkan oleh kuman penyebab golongan
Pseudomonas dan Staphylococcus albus. Pasien dengan otitis eksterna akan
datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri telinga terutama apabila ditekan, rasa
gatal, rasa telinga yang penuh, dan mengalami penurunan fungsi pendengaran
sehingga pasien membutuhkan pertolongan.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Otitis eksterna merupakan peradangan liang telinga akut maupun kronis
yangdisebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah
radang telinga luarialah perubahan pH di liang telinga menjadi basa, keadaan
udara yang lembab dan hangat, sertafaktor predisposisi yaitu trauma ringan
ketika mengorek telinga.5
Otitis eksterna difusa atau yang dikenal juga dengan swimmer ear
(telinga perenang) atau hot weather ear ( telinga cuaca panas) adalah infeksi
pada 2/3 dalam liang telinga yang diakibatkan oleh infeksi bakteri yang
menyebabkan pembengkakakn stratum korneum kulit sehingga menyumbat
saluran folikel. Kuman penyebabnya biasanya golongan Pseudomonas.6
Terjadinya kelembapan yang berlebihan karena berenang atau mandi
menambah maserasi kulit liang telinga dan merupakan kondisi yang cocok
bagi pertumbuhan bakteri. Selain itu perubahah ini juga dapat menyebablkan
rasa gatal di liang telinga sehingga akan menimbulkan trauma karena korekan.

2.2 Epidemiologi
Otitis eksterna difusa merupakan penyakit telinga luar yang paling
sering dijumpai, dibandingkan penyakit telinga luar lainnya. Secara umum di
dunia frekunesi otitis eksterna tidak diketahui, namun insidennya meningkat di
negara tropis seperti Indonesia.
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab
dan jarang terjadi pada cuacas yang sejuk dan kering. Nan Sati CN dalam
penelitiannya di RS Sumber Waras / FK UNTAR Jakarta mulai 1 Januari
1980 sampai dengan 30 Desember 1980 mendapatkan 1.370 penderita baru
dengan diagnosis otitis eksterna yang terdiri dari 633 pria dan 737 wanita.7

2
2.3 Etiologi
Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika utara 90% penyebab
otitis eksterna akut difusa adalah bakteri. Bakeri yang paling sering ditemukan
yaitu (Pseudmonas auruginosa (20-60%) dan Staphylococcus aureus.(10-
70%).8,9
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna difusa ,
yaitu derajat keasaman (pH). pH pada liang telinga biasanya normal atau
asam, pH asam berfungsi sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH
menjadi basa akan mempermudah terjadinya otitis eksterna akut difusa yang
disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi menurun. Udara yang hangat
dan lembab juga memudahkan kuman dan jamur mudah tumbuh. Selain itu
trauma ringan seperti mengkorek-korek telinga degan benda tumpul seperti
cotton bud juga merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna difusa
akut. Cederanya kulit telinga memungkinkan invasi organisme eksogen
melalui permukaan superficial dari epidermis yang biasanya resisten terhadap
bakteri. Tidak adanya serumen di dalam liang telinga luar bisa merupakan
suatu keadaan predisposisi untuk terjadinya infeksi telinga. Telah
dikemukankan bahwa serumen dari telinga penyebab terjadinya lapisan asam
(acid cloack) yang bersifat anti bakteri yang dianggap berguna untuk
mempertahankan telinga sehat. Namun berenang merupakan fakor resiko yang
sering terjadi terutama pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang sering
dari bakteri. Hoadley dan Knight memperlihatkan bahwa sakit telinga terjadi
2.4 kali lebih sering pada perenang daripada yang bukan perenang. 8,10,11

2.4 Patofisiologi
Kanalis auditorius eksternal dilapisi dengan epitel skuamosa
danpanjangnya sekitar 2,5 cm pada orang dewasa. Fungsi kanal auditori
eksternal adalahuntuk mengirimkan suara ke telinga tengah sekaligus
melindungi struktur yang lebihproksimal dari benda asing dan setiap
perubahan kondisi lingkungan. Sepertiga luarkanal adalah tulang rawan dan
terorientasi di superior dan posterior, bagian dari kanalberisi serumen yang

3
diproduksi oleh kelenjar apokrin. Dua pertiga dari bagian dalamkanal adalah
osseus, ditutupi dengan kulit tipis yang melekat erat, dan berorientasiinferior
dan anterior; bagian ini adalah kanal yang tidak memiliki kelenjar apokrinatau
folikel rambut.12
Jumlah serumen yang dihasilkan bervariasi antara individu.
Serumenumumnya bersifat asam (pH 4-5), sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri ataujamur. Sifat lilin dari serumen melindungi epitel
yang mendasari dari maserasi ataukerusakan kulit. Otitis eksterna mungkin
berkembang pada atlet akuatik atau perenangsebagai akibat dari paparan air
yang berlebihan yang mengakibatkan pengurangansecara keseluruhan dari
serumen. Penurunan serumen ini kemudian dapatmenyebabkan pengeringan
dari kanalis auditorius eksternal dan pruritus. Prurituskemudian dapat
menyebabkan probingdari kanalis auditorius eksternal,mengakibatkan
kerusakan kulit dan memudahkan kejadian untuk infeksi. Obstruksisaluran
pendengaran eksternal dari serumen yang berlebihan, debris,
exostosispeselancar, atau kanal yang sempit dan berliku-liku juga dapat
menyebabkan infeksidengan cara retensi kelembaban.9,11
Menurut perjalan penyakitnya otitis eksterna difusa dibagi menjadi 3
stadium yaitu stadium pre inflammatory, peradangan akut, radang kronik.
Stadium Pre inflammatory bermula dengan hilangnya lapisan lemak
yang disebabkan oleh trauma dan kelembapan. Bila lapisan lemak menghilang
pada waktu cuaca panas dan lembap maka kandungan air darti stratum
korneum meningkat sehingga terjadi edema intraseluler. Edema ini akan
menyebabkan penyumbatan pada kelnejar sebasea. Hal ini akan menimbulkan
perasaan gatal sehingga penderita berusaha menguranginya dengan
menggaruk atau menggosok. Tindakan seperti ini akan menimbulkan trauma
terhadap strarum korneum, yang merupakan salah satu predisposisi untuk
terjadinya infeksi.7,10
Stadium peradangan akut dibagi menjadi 3 tingkat yaitu ringan, sedang
berat. Pada stadium ringan pasien akan mengalami rasa tidak enak yang ringan
bila menyentuh tragus atau menggerakkan daun telinga. Pada pemeriksaan
kulit liang telinga akan tampak eritema dan edema. Stadium sedang akan

4
dijumpai rasa gatal ‘dan sakit yang sedang. Lumen liang telinga sebagian
tertutup oleh edema dan eksudat. Tampak massa debris “seropurulen menutupi
lumen dan juga terlihat adanya edema periaurikula yang sedang, tetapi tidak
adenopati, dan pada stadium yang lebih berat penderita akan mengeluh rasa
sakit yang hebat bila mengunyah. Sekret seropurulen berwarna abu- abu atau
hijau dan massa yang bereksfoliasi terlihat dalam lumen. Kulit liang telinga
tampak edema, menebal dan bisa kelihatan seperti papula, terutama pada
dinding atasbelakang. Dalam kasus yang lebih parah, infeksi ini dapat meluas
ke jaringan di sekitarnya dan kelenjar getah bening. Infeksi dapat menyebar
melalui kcelah santorini ke kelenjar parotis dan sendi
temporomandibular.7,13,10
Pada stadium radang kronik terlihat kulit liang telinga yang menebal
(hyperkeratosis, akantosis) dan edema yang meluas ke dalam liang telinga
sehingga akan terjadi penyempitan dari orifusium liang telinga dan seluruh
liang teling, lecet dan adanya laserasi pada daun telinga dan konka. Massa
kering dan bereksfoliasi sering menutupui liang telinga dan bisa ditemui pula
sekret berwarna abu coklat atau kehijau-hijauan yang bau busuk.7

2.5 Gejala Klinis


Gatal merupakan gejala awal dari otitis eksterna difusa. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai dengan rasa penuh. Rasa penuh ini
disebabkan oleh adanya debris dan sekret yang terdapat pada MAE.11 Sekret
yang terdapat pada MAE otitis eksterna difusa berwarna putih dan kadang-
kadang tebal, dan berwarna kekuningan ketika sudah purulen.14
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa
tidakenak sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasasakit yang hebat, serta berdenyut. Nyeri terutama ketika daun
telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketikamengunyah makanan Meskipun
rasa sakit sering merupakan gejala yangdominan, keluhan ini juga sering
merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatanrasa sakit bisa agaknya
tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan
kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungandengan

5
periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut
sarafyang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Kulit dan tulang rawan 1/3
luarliang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakanyang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit
dan tulang rawan dari liangtelinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang
hebat dirasakan oleh penderita otitiseksterna.7
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis
eksternaakut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen,
penebalan kulit yangprogresif pada otitis eksterna yang lama, sering
menyumbat lumen kanalis danmenyebabkan timbulnya tuli konduktif.
Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen,debris, dan obat-obatan yang
digunakan ke dalam telinga bisa menutup lumen yangmengakibatkan
peredaman hantaran suara.7

2.6 Diagnosis
Diagnosis otitis eksterna difusa ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan
keluhan dengan gejala awal berupa rasa gatal. Rasa gatal berlanjut menjadi
nyeri. Nyeri terutama ketika daun telinga di tarik, nyeri tekan tragus, dan nyeri
saat mengunyah makanan. Selain rasa gatal dan nyeri, disertai pula keluarnya
sekret encer, bening sampai kental purulen tergantung pada kuman atau jamur
yang terinfeksi. Pendengaran pasien biasanya normal atau sedikit berkurang,
hal ini tegantung pada besarnya edema yang tejadi dan telah menyumbat liang
telinga.9,11,15 Selain itu juga didapatkan faktor predisposisi misalnya kebiasaan
berenang atau riwayat berenang ataupun kebiasaan mengkorek telinga dengan
cotton bud.
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan kulit MAE edema, hiperemi,
merata sampai ke membrane timpani dengan liang telinga penuh sekret. Jika
edema hebat maka membran timpani dapat tidak tampak, Selain itu juga
didapatkan nyeri tekan tragus.8
Pada pemeriksaan histopatologi otitis eksterna difusa akut tampak
adanya gambaran hyperkeratosis epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi

6
spingiosis, hiperplasiastartum korneum dan startum germinativum, edema,
hiperemis, infiltrasi leukosti, nekrosis, nekrosis fokalyang diikuti
penyembuhan fibroblastikpada dermis dan apparatus kelenjar berkurang,
aktifitas sekretorik kelenjar berkurang.7

2.7 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan otitis eksterna difusa meliputi pembersihan telinga,
pengobatan nyeri, penggunaan obat oral ataupun topical, pengasaman saluran
telinga luar, dan mengontrol faktor predisposisi.
Pembersihan saluran telinga merupakan aspek penting dalam
tatalaksana otitis eksterna difusa. Pembersihan telinga dapat dilakukan melalui
irigasi, suction, dan penggunaaan swab kapas. Cara irigasi dapat dilakukan
bila membrane timpani intak. Tujuan dari pemberihan telinga ini adalah untuk
meningkatkan efekttivitas obat-obat topikal. Bahan yang digunakan untuk
membersihkan telinga dapat berupa alcohol 70% atau H2O2.11
Nyeri merupakan gejala yang umum pada kasus otitis eksterna difusa.
Analgesik oral yang dapat digunakan antara lain adalah obat-obat golongan
NSID, bila nyerinya hebat bisa menggunakan obat golongan narkotik seperti
kodein.8,11,14 Adanya oedema pada otitis eksterna difusa dapat dikurangi
dengan pemberian kortikosteroid. Manfaat kortikosteroid topikal dapat
mengurangi inflamasi edema dan gatal.14
Pengobatan topikal berupa antimikroba. Antimikroba yang efektif untuk
pengobatan otitis eksterna difusa dengan bakteri Pseudomonas sp adalah
Polymixin, sedangkan untuk bakteri Staphylococcus aureus dan proteus yang
efektif yaitu Neomycin.15 Pada kasus dengan membran timpani yang tidak bisa
dilihat atau membrane timpani yang tidak intak dapat digunakan ofloxcacin.8
Cara pemberian obat topikal bisa diteteskan langsung ke liang telinga atau
menggunakan tampon.
Pengasaman saluran telinga bertujuan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri dan jamur. Bahan yang digunakan berupa larutan asam asetat 2%.11
Menurut Paul Baugh Schaefer untuk kasus yang ringan-sedang penggunaan
asam asetat tanpa antimikroba sudah cukup memadai.8

7
Antibiotik oral tidak selalu diberikan. Pengobatan ini diberikan pada
pada otitis eksterna yang menetap, atau disertai dengan otitis media atau bila
terdapat penyebaran lokal maupun sistemik. Hal ini ditandai dengan suhu
pasien lebih dari 38,3o c, adanya limfadenopati regional. Antibiotika oral juga
diberikan pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh menurun
(immunocomprimised) seperti diabetes, penggunaan kortikosteroid sistemik.14
Selain dengan pengobatan pasien juga harus diingatkan mengenai
kemungkinan kekambuhan yang mungkinterjadi pada pasien, terutama setelah
berenang. Untuk menghindarinya pasien harusmenjaga agar telinganya selalu
kering misalnya ketika berenang pasien menggunakan tutup telinga dan tutup
kepala. Selain itu Pasien jugaharus diingatkan agar tidak menggaruk
/membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering.10
2.8 Prognosis
Pada umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan
faktorpencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi otitis eksterna sering kambuh
jika kebersihan telinga tidak dijaga, adanya riwayat penyakit tertentu seperti
diabetes yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak menghindari
faktorpencetus dengan baik.

8
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : NLYS
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Bali
Agama : Hindu
Alamat : Banjar Kaja Mengwi
Tgl Pemeriksaan : 29 Maret 2016

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri pada telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu.
Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke poliklinik THT RSUD Badung dengan keluhan nyeri pada
telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan ini dikatakan muncul tiba-tiba,
dimana awalnya pasien merasa penuh pada telinga kanannya dan pasien mulai
mengorek-ngorek telinganya dengan menggunakan cotton bud. Nyeri pada telinga
kanan dikatakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri pada telinga kanan dikeluhkan terus
menerus sepanjang hari dan semakin memberat terutama saat telinga kanannya
tertekan. Selain itu pasien juga mengeluhkan rasa gatal pada telinga kanannya.
Tidak ada hal yang dapat memperingan keluhan pasien. Pasien juga mengeluhkan
keluar cairan dari telinga kanan dengan konsistensi yang agak kental. Riwayat
demam, flu, dan batuk disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien mengatakan bahwa ini pertama kalinya merasakan keluhan ini.
Riwayat trauma pada telinga disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit sistemik
lainnya seperti penyakit jantung, asma, diabetes melitus disangkal pasien. Riwayat
alergi terhadap obat dan makanan disangkal oleh pasien.

9
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum sempat mengobati telinga sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

Riwayat Sosial :
Pasien adalah seorang pelajar SMK. Pasien memiliki kebiasaan
menggunakan cotton buds untuk membersihkan telinganya guna menghilangkan
rasa gatal pada telinganya.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : tidak dievaluasi
Nadi : tidak dievaluasi
Respirasi : tidak dievaluasi
Temperatur : tidak dievaluasi
Tinggi Badan : tidak dievaluasi
Berat badan : 57kg
Status Gizi : Gizi baik
Status General :
Kepala : Normocephali
Muka : Simetris
Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-), reflek pupil (+/+) isokor
THT : Sesuai status lokalis
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-/-)
Pembesaran kelenjar parotis (-/-)
Kelenjar tiroid (-)
Thorak : Cor : TDE
Pulmo : TDE
Abdomen : TDE
Ekstremitas : dalam batas normal

10
Status lokalis THT :
1. Telinga

Telinga Kanan Kiri

Daun telinga N N

Nyeri Tekan Tragus Ada Tidak ada

Nyeri Tarik Aurikuler Ada Tidak ada

Liang telinga Sempit, odem minimal, hiperemis Lapang

Sekret Ada Tidak ada

Membran timpani Intak Intak

Tumor - -

Mastoid N N

Tes Pendengaran
Kanan Kiri

Weber TDE TDE


Rinne TDE TDE
Schwabach TDE TDE

2. Hidung

Hidung Kanan Kiri

Hidung luar N N

Cavum nasi Lapang Lapang

Septum Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi

Discharge - -

Mukosa N N

Tumor - -

Konka N N

11
3. Tenggorokan :

Dispneu : TDE

Sianosis : TDE

Mukosa : hiperemi (-)

Dinding belakang faring : normal

Suara : normal

Tonsil : Kanan Kiri

Pembesaran T1 T1

Hiperemis - -

Permukaan mukosa rata rata

3.4 Resume
Dari anamnesis pasien mengeluh nyeri pada telinga kanan sejak 2 minggu
yang lalu. Keluhan ini dikatakan muncul tiba-tiba, dimana awalnya pasien merasa
penuh pada telinga kanannya dan pasien mulai mengorek-ngorek telinganya
dengan menggunakan cotton bud. Nyeri pada telinga kanan dikatakan seperti
tertusuk-tusuk. Nyeri pada telinga kanan dikeluhkan terus menerus sepanjang hari
dan semakin memberat terutama saat telinga kanannya tertekan. Tidak ada hal
yang dapat memperingan keluhan pasien. Selain keluhan nyeri pada telinga kanan,
pasien juga mengeluh gatal pada telinga kanannya. Riwayat demam, hidung
berair, batuk disangkal oleh pasien. Pasien memiliki kebiasaan menggunakan
cotton buds untuk menghilangkan rasa gatal pada telinganya. Pasien juga
mengeluhkan keluar cairan dari telinga dengan konsistensi yang agak kental.
Dari hasil pemeriksaan keadaan umum pasien nampak baik dan pada pasien
tidak ditemukan adanya demam. Hasil pemeriksaan fisik telinga kanan didapatkan
nyeri tekan pada tragus, nyeri tarik pada aurikula, liang telinga sempit karena
terdapat odem minimal, hiperemis, dan juga ditemukan sekret mukopurulen,
sedangkan membran timpani intak. Pemeriksaan pada telinga kiri ditemukan
dalam batas normal. Pada pemeriksaan hidung didapatkan didapatkan hasil yang
normal. Pada pemeriksaan tenggorokan didapatkan mukosa tidak hiperemis dan
tonsil berukuran T1/T1.

12
3.5 Diagnosis Kerja
Otitis eksterna difusa aurikula dekstra
3.6 Penatalaksanaan
Medikamentosa:
 Amoxicillin 3x500mg/ hari
 Asam mefenamat 3x500mg/ hari
KIE:
- Hindari berenang selama pengobatan berlangsung.
- Jangan menggunakan cotton bud atau bulu ayam untuk membersihkan
telinga bagian dalam. Gunakan cotton bud hanya untuk membersihkan
telinga bagian luar saja dan diharapkan saat membersihkan telinga, pasien
selalu ditemani oleh orang tuanya.
- Kontrol secara rutin ke poliklinik THT.
- Menjaga kebersihan lingkungan
3.7 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam

13
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, didapatkan pasien usia 16 tahun perempuan dengan


diagnosis otitis eksterna difusa aurikula dekstra. Tahap awal dalam penentuan
diagnosis adalah dari riwayat sakit pasien melalui anamnesis. Pasien datang
dengan keluhan utama nyeri telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu. Dikatakan
bahwa sebelum nyeri pasien memiliki riwayat mengorek-ngorek telinganya
dengan cutton bud karena rasa gatal yang kadang dirasakan oleh pasien. Saat ini
pasien merasakan bahwa nyeri dirasakan sepanjang hari dan makin memberat
terutama jika ditekan. Dari keluhan-keluhan tersebut, keadaan pasien cocok
dengan penyakit otitis eksterna, yaitu terjadi peradangan pada liang telinga dengan
tanda-tanda radang seperti kemerahan, bengkak, nyeri. Keluhan gatal dan nyeri
bisa terjadi bersamaan ataupun berurutan pada pasien otitis eksterna. Pada pasien
ini, gatal dirasakan terlebih dahulu lalu diikuti dengan nyeri. Berdasarkan teori,
terdapat beberapa faktor yang bisa menimbulkan otitis eksterna, diantaranya pH
liang telinga yang basa, udara yang hangat dan lembab, serta trauma ringan yang
disebabkan oleh kebiasaan mengorek telinga. Faktor terakhir tersebut ada pada
pasien, yakni dikatakan bahwa pasien sering mengorek telinga dengan cutton bud.
Keluhan otitis eksterna lain yang juga ditemukan pada pasien ini adalah keluarnya
sekret dari telinga, tetapi tidak ditemukan keluhan lain seperti penurunan
pendengaran, nyeri saat mengunyah makanan, dan demam. Pasien mengaku
merasa nyeri saat daun telinga kanannya ditarik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
biasanya pada otitis eksterna, penarikan daun telinga menimbulkan nyeri.

Berdasarkan teori, pemeriksaan fisik pada pasien otitis eksterna akan


didapatkan edema kulit pada meatus akustikus eksternus dan kemerahan. Pada
pemeriksaan THT pasien ini, didapatkan nyeri tekan tragus disertai nyeri tarik
aurikuler pada daun telinga kanan, liang telinga terkesan sempit akibat edema
minimal, dan terdapat sekret mukopurulen serta mukosa tampak hiperemis.
Membran timpani terlihat masih intak. Pemeriksaan pada telinga kiri didapatkan
dalam keadaan normal. Hasil pemeriksaan ini lebih memastikan diagnosis otitis
eksterna. Pada pemeriksaan hidung, didapatkan hasil yang normal. Pada

14
pemeriksaan tenggorok dan tonsil didapatkan ukuran tonsil yang normal pada
kanan dan kiri (T1).

Terapi yang diberikan pada pasien ini terdiri dari terapi kausal dan terapi
simtomatik. Jika berdasarkan teori, terapi kausatif yang direkomendasikan untuk
otitis eksterna adalah antibiotik topikal. Namun pada kasus ini, pasien diberikan
terapi antibiotik sistemik berupa amoxicillin. UTerapi simtomatik yang diberikan
adalah asam mefenamat untuk pereda nyeri.

Hal yang penting untuk diajarkan kepada pasien adalah mengenai menjaga
kebersihan telinga supaya penyakitnya tidak berulang kembali. Megajarkan
kepada pasien untuk mengorek telinga dengan cotton bud tidak terlalu sering,
hanya apabila terlihat kotor di sekitar liang telinga luar yang mudah. Selain itu,
selama pengobatan berlangsung, pasien tidak diperbolehkan berenang.

15
BAB V
RINGKASAN

Telah diuraikan kasus seorang perempuan, 16 tahun, otitis eksterna difusa


aurikula dekstra. Penegakan diagnosis pada kasus ini didasarkan pada anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis, diketahui pasien nyeri telinga kanan
sejak 2 minggu yang lalu dengan sebelumnya riwayat mengorek-ngorek telinga karena
gatal. Nyeri dirasakan sepanjang hari dan memberat apabila ditekan.
Pada keadaan umum dan status generalis pasien dalam kondisi baik dan
batas normal. Pemeriksaan fisik THT, pada telinga kanan didapatkan nyeri tekan
pada tragus, nyeri tarik pada aurikula, liang telinga sempit karena terdapat odem
minimal, dan juga ditemukan sekret mukopurulen serta mukosa tampak
hiperemis, sedangkan membran timpani intak. Pemeriksaan pada telinga kiri
ditemukan dalam batas normal. Pada pemeriksaan hidung didapatkan didapatkan
hasil yang normal. Pada pemeriksaan tenggorokan didapatkan mukosa tidak
hiperemis dan tonsil T1/T1.
Terapi yang diberikan pada pasien ini terdiri dari terapi kausal dan terapi
simtomatik. Terapi kausatif yang diberikan pada pasien adalah terapi antibiotik
sistemik berupa amoxicillin dan terapi simtomatiknya adalah asam mefenamat
untuk pereda nyeri. Selain itu, pasien diajarkan agar tetap menjaga kebersihan
telinga, mengajarkan kepada pasien bagaimana cara mengorek telinga
menggunakan cotton bud. Selain itu, selama pengobatan berlangsung, pasien tidak
diperbolehkan berenang.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan


Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, Fakultas Kedokteran
UI, Edisi Keenam, Jakarta.
2. Ariel A Waitzman, MD, FRCSC. Otitis Eksterna. Update : Mar 2016.
Diakses dari http;//emedicine. medscape.com/article/994550-
overview≠a0156
3. Balanger, Jhon. 1996. Penyakit THT-KL. Edisi 13. Jakarta : Binarupa
Aksara.
4. Kartika, Henry. 2008. Otitis Eksterna. Tersedia dari
http;//library.usu.ac.id/modules.php&id. Diakses : 31 Maret 2016.
5. Schafer P, Baugh R. 2012. Acute Otitis Externa: An Update. American
Family Physican Vol 86 No11
6. Hafil, Alfian, dkk. 2012. Kelainan Telinga Luar, dalam: Buku Ajar
Ilmu Kesehatan THT, Fakultas Kedokteran UI, Edisi Ketujuh, Jakarta.
7. Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Available from : http:sav-ondrugs.
com/shop/templates/encyclopedia/ ENCY/ artcle/000622. asp. Diakses
: 31 Maret 2016.
8. Rosenfel R, et all. 2006. Clinical Practice Guideline: Acute otitis
Externa. Otolaryngology-Head and neck Surgery Vol 134 No 4S
9. Hughes E, Lee J. 2001. Otitis Externa. Pediatric in Review Vol 22 No
6
10. Wang, Mao-che, et all. 2005. Review Article Ear Problem in
Swimmer. J Chin Med Assoc Vol 68 No 8
11. Osguthorpe JD, Nielsen DR. 2006. Otiits Externa: Review and Clinical
Update. American family Physician Vol 74 No 69
12. Sander, Robert. 2001. Otitis Externa: A Practicle Guide to Treatment
and Preventation. American Family Physican Vol 63 No 1
13. Suwu, Pingkan, dkk. 2013. Pola Kuman dan Uji Kepekaan terhadap
Antibiotik Pada Penderita Otitis Eksterna di Poliklinik THT-KL BLU
RSU Prof. DR. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic Vol 1 No 1

17
14. Lalwani, Anil K. 2005. Current Diagnosis and Treatment in
Otolaryngocology Head and Neck Surgery. NewYork. University of
Medicine
15. Soetirto, Indro, dkk. 2012. Kelainan Telinga Luar, dalam: Buku Ajar
Ilmu Kesehatan THT, Fakultas Kedokteran UI, Edisi Ketujuh, Jakarta.

18

Вам также может понравиться