Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Landasan Hukum
Landasan Hukum penyusunan Pedoman kode etik dan pelbagai peraturan
perundang-undangan yang relevan dan berlaku.
Landasan peraturan perundang-undangan yang dimaksud ialah:
1. UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
3. UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1045/MenKes/PER/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan
Pedoman ini menjadi acuan tatalaksana pembentukan dan tatakerja Komite Etik Rumah
Sakit dan Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit di Indonesia.
Pasal 3
Pembentukan KERS
1. Komite Etik Rumah Sakit (KERS) merupakan perangkat organisasi rumah sakit di
bentuk di Rumah Sakit dalam rangka membantu pimpinan rumah sakit menerapkan
Kode Etik Rumah Sakit di rumah sakit.
2. Pembentukan KERS adalah wajib
3. Ketua dan Anggota KERS dipilih dan diangkat oleh Direktur/Pimpinan Rumah Sakit,
untuk selama masa bakti tertentu. KERS sekurang-kurangnya harus terdiri dari seorang
Ketua, seorang Wakil Ketua, seorang Sekretaris, dan 2 (dua) orang Anggota, dengan
jumlah seluruhnya paling banyak 7 (tujuh) orang.
4. Keanggotaan KERS harus mewakili berbagai profesi di dalam rumah sakit.
5. Dalam struktur organisasi rumah sakit, posisi KERS setingkat direktur rumah sakit dan
komite medik rumah sakit. Selain itu KERS juga bisa berada di bawah direktur rumah
sakit dan setingkat komite medik rumah sakit.
6. Komite etik rumah sakit bertanggung jawab langsung kepada pimpinan rumah sakit
atau yang mengangkatnya.
7. Bila dipandang perlu anggota KERS dapat berasal dari individu di luar rumah sakit
8. Syarat untuk dapat dipilih menjadi anggota KERS: berjiwa Pancasila, memiliki
integritas, kredibilitas sosial, dan profesional. Ia juga memiliki kepedulian dan
kepekaan terhadap masalah sosial, lingkungan, dan kemanusiaan.
9. Keanggotaan KERS diupayakan tidak dirangkap dengan jabatan-jabatan struktural di
rumah sakit.
Pasal 4
Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab KERS
1. Secara umum KERS bertugas membantu pimpinan rumah sakit menerapkan Kode
Etik Rumah Sakit di rumah sakit, baik diminta maupun tidak diminta.
Pasal 6
Pemilihan Pengurus MAKERSI
MAKERSI Pusat mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Menyusun dan menetapkan kebijakan dan garis-garis besar program pembinaan
KODERSI secara nasional.
2. Membuat pedoman pelaksanaan KODERSI.
3. Memberikan saran, pendapat, dan pertimbangan secara lisan dan atau tertulis,
diminta atau tidak diminta mengenai segala sesuatu yang menyangkut KODERSI
kepada Pengurus PERSI Pusat.
4. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan organisasi-organisasi profesi
kesehatan lainnya, khususnya badan-badan etik organisasi profesi di tingkat
nasional.
5. Menampung dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang diajukan oleh
MAKERSI Daerah yang tidak bisa diselesaikan di tingkat daerah.
MAKERSI Daerah mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai berikut:
1. Melakukan pembinaan dan mengkoordinasikan KERS di rumah-rumah sakit yang
berada di wilayah dari Cabang PERSI yang bersangkutan sesuai dengan program
dan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh MAKERSI Pusat
2. Memberikan saran, pendapat, dan pertimbangan secara lisan dan atau tertulis,
diminta atau tidak diminta mengenai segala sesuatu yang menyangkut KODERSI
kepada Pengurus PERSI Daerah.
3. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan organisasi-organisasi profesi
kesehatan lainnya, khususnya badan-badan etik organisasi profesi di tingkat cabang
4. Menampung dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang diajukan oleh KERS
setempat.
5. Jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan di tingkat daerah maka dapat
meminta saran, pendapat, atau nasehat dari MAKERSI Pusat.
Pasal 9
Sumber Keuangan
1. Sumber keuangan KERS berasal dari anggaran Rumah Sakit yang bersangkutan.
2. Sumber keuangan Makersi Pusat berasal dari PERSI Pusat
3. Sumber Keuangan Makersi Daerah berasal dari PERSI Daerah
BAB IV
Pasal 10
Penutup
1. Hal-hal yang belum tercantum dalam tatalaksana ini dapat diputuskan sendiri oleh
MAKERSI Pusat atau MAKERSI Cabang
2. Keputusan yang dimaksud harus tidak bertentangan dengan tatalaksana ini dan
atau pelbagai ketentuan organisasi lainnya dari PERSI serta harus
dikomunikasikan kepada MAKERSI pusat.
3. Dengan demikian diharapkan KODERSI dapat dilaksanakan dengan baik di rumah
sakit Indonesia.