Вы находитесь на странице: 1из 136

KEBIJAKAN

Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan


(PATEN)

Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
tentang HAK CIPTA

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (2) dipidana
dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan/atau denda paling
sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau


menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak
Cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum


Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)
Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

Editor: Sad Dian Utomo


Desain cover & tata-letak: Rudy Priyatno

Diterbitkan oleh:
Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum
Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

Cetakan I: Agustus 2010

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang


Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh
isi buku ini tanpa seizin tertulis dari Penerbit

Isi di luar tanggung jawab Percetakan


Prakata
Bismillahirrohmaanirrohim.

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat


Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah menganugerahkan
Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga Buku Kebijakan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) telah selesai
dihimpun. Buku ini merupakan himpunan 2 (dua) kebijakan
Menteri Dalam Negeri yaitu :
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010
Tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN);
2. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 138-270 Tahun
2010 Tentang Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN).

Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan


(PATEN), dimaksudkan sebagai Pedoman bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota untuk meningkatkan dan men-
dekatkan pelayanan kepada masyarakat di Kecamatan.
Sebagaimana Pasal 126 Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa
Camat dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
sebagian wewenang Bupati/Walikota untuk menangani sebagian
urusan otonomi daerah. Atas dasar hal tersebut, Kecamatan

v
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

sebagai perangkat Daerah Kabupaten/Kota mempunyai peran


yang sangat strategis, karena kecamatan menjadi ujung tombak
pelayanan serta barometer kinerja penyelenggaraan pelayanan
publik di Kabupaten/Kota, peran strategis inilah yang perlu
terus didukung oleh seluruh pemangku kepentingan (stake
holders) di daerah, agar di tahun 2014 seluruh kecamatan di
Indonesia menjadi agen penyelenggara pelayanan prima bagi
masyarakat.
Selain itu, kebijakan ini juga diharapkan mampu memberikan
penguatan terhadap :
1. Akselerasi pelimpahan sebagian kewenangan Bupati/
Walikota kepada Camat sebagaimana diamanatkan PP
Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Kecamatan.
2. Optimalisasi peran kecamatan dalam membangun akses dan
meningkatkan mutu pelayanan, sehingga pelayanan menjadi
cepat, mudah, terjangkau, profesional sehingga mendorong
terwujudnya kecamatan sebagai pusat pelayanan.
3. Simpul pelayanan (front office) bagi Kantor/Badan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (BPTSP) di Kabupaten/Kota.

Akhirnya dengan diiringi do’a kepada Allah SWT, semoga Pe-


doman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN)
dapat membantu Pemerintah Daerah dalam meningkatkan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

vi Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Daftar Isi
Prakata—v
Daftar Isi —vii
Daftar Singkatan —ix

1
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 4 TAHUN 2010 —1

2
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 138 - 270 TAHUN 2010 —21
1. Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan—27
I. Pendahuluan —27
II. Konsep Dasar PATEN —32
III. Syarat Penyelenggara PATEN —45
IV. Langkah-langkah Mewujudkan PATEN —54
V. Pejabat Penyelenggara PATEN —69
VI. Pembinaan dan Pengawasan PATEN —70
VII. Penutup —79

vii
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

2. Daftar Contoh—84
1. Peraturan Bupati tentang Pelimpahan kepada
Kecamatan —84
2. Daftar Wewenang Perizinan dan Non Perizinan
yang Dapat Dilimpahkan kepada Camat —91
3. Uraian Tugas Pelaksana Teknis PATEN —93
4. Tata Cara Penyusunan Visi, Misi, dan Motto
Pelayanan Kecamatan —95
5. Tata Cara Pengefektifan Tugas Pokok dan Fungsi
Personil Kecamatan —102
6. Tata Cara Penyusunan Standar Pelayanan —106
7. Standar Pelayanan Non Perizinan dan Bagan
Alur Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di
Kecamatan —109
8. Rencana Kegiatan Persiapan PATEN —113
9. Tata Cara Lokakarya, Skenario, dan Materi Etika
Pelayanan —115
10. Tata Cara Monitoring PATEN —121

viii Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Daftar Singkatan

ATM : Anjungan Tunai Mandiri


AIPRD : Australia Indonesia Partnership for
Reconstruction and Development (Kemi-
traan Pemerintah Indonesia dan Australia
untuk Rekonstruksi dan Pembangunan)
Ditjen PUM : Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum,
Departemen Dalam Negeri
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
FGD : Focus Group Discussion (Diskusi Kelom-
pok Terarah)
IMB : Izin Mendirikan Bangunan
Kasi : Kepala Seksi
KK : Kartu Keluarga
KKN : Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
KTP : Kartu Tanda Penduduk
LAN : Local Area Networking
LOGICA : Local Governance and Infrastructure for
Communities in Aceh (Proyek Pengem-
bangan Tata Pemerintahan Lokal dan
Infrastruktur untuk Masyarakat di Aceh)
Monev : Monitoring dan Evaluasi
PAD : Pendapatan Asli Daerah

ix
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

PATEN : Pelayanan Administrasi Terpadu Keca-


matan
Pelum : Pelayanan Umum
PP : Peraturan Pemerintah
PTSP : Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Protap : Prosedur Tetap
RUU : Rancangan Undang-Undang
SDM : Sumber Daya Manusia
Sekcam : Sekretaris Kecamatan
SITU : Surat Ijin Tempat Usaha
SIUP : Surat Ijin Usaha Perdagangan
SK : Surat Keputusan
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SKRD : Surat Ketetapan Retribusi Daerah
SPM : Standar Pelayanan Minimal
SPT : Surat Perintah Tugas
SWOT : Strength, Weakness, Opportunity and
Threat (Kekuatan, Kelemahan, Peluang
dan Tantangan)
Trantib : Ketenteraman dan Ketertiban Umum
Tupoksi : Tugas Pokok dan Fungsi
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah
Yankesos : Pelayanan dan Kesejahteraan Sosial

x Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Peraturan
Menteri Dalam Negeri
Nomor 4 Tahun 2010

1
Tentang
Pedoman Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan

1
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

2 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 4 TAHUN 2010

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU


KECAMATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : a bahwa dalam rangka merespon


dinamika perkembangan penyeleng­
garaan pemerintahan daerah menuju
tata kelola pemerintahan yang baik,
perlu memperhatikan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat dalam pela­
yanan;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan
kualitas dan mendekatkan pelayan­
an kepada masyarakat serta mem­
per­hatikan kondisi geografis
3
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

daerah, perlu mengoptimalkan pe-


ran kecamatan sebagai perangkat
daerah terdepan dalam memberikan
pelayanan publik;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b di atas, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri
tentang Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indo-
nesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor
108, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4548);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2008 tentang Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indo-
nesia Tahun 2008 Nomor 166, Tam-
bahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4916);

4 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 4 Tahun 2010

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun


2009 tentang Pelayanan Publik
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor
112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan Dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4585);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4741);

5
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 19


Tahun 2008 tentang Kecamatan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor
40, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4826);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Pedoman Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di
Daerah;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM


NEGERI TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN ADMINISTRASI
TERPADU KECAMATAN.

6 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 4 Tahun 2010

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam
bidang pemerintahan dalam negeri.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota,
dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
4. Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan selanjutnya
disingkat PATEN adalah penyelenggaraan pelayanan
publik di kecamatan dari tahap permohonan sampai ke
tahap terbitnya dokumen dalam satu tempat.
5. Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja Camat
sebagai perangkat daerah kabupaten/kota.
6. Camat atau sebutan lain adalah pemimpin dan
koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah
kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya
memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan
dari Bupati/Walikota untuk menangani sebagian urusan

7
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum


pemerintahan.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup PATEN meliputi:


a. pelayanan bidang perizinan; dan
b. pelayanan bidang non perizinan.

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN

Bagian Kesatu
Maksud

Pasal 3

Maksud penyelenggaraan PATEN adalah mewujudkan


Kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat dan menjadi
simpul pelayanan bagi kantor/badan pelayanan terpadu di
kabupaten/kota.

8 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 4 Tahun 2010

Bagian Kedua
Tujuan

Pasal 4

PATEN mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas dan


mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.

BAB IV
PERSYARATAN, PENETAPAN DAN PEMBENTUKAN
TIM TEKNIS PATEN

Bagian Kesatu
Persyaratan

Pasal 5

Kecamatan sebagai penyelenggara PATEN harus memenuhi


syarat:
a. substantif;
b. administratif; dan
c. teknis.

9
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Pasal 6

(1) Syarat substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


huruf a adalah pendelegasian sebagian wewenang bupati/
walikota kepada camat.
(2) Pendelegasian sebagian wewenang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. bidang perizinan; dan
b. bidang non perizinan.
(3) Pendelegasian sebagian wewenang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati/
Walikota.

Pasal 7

Pendelegasian sebagian wewenang bupati/walikota


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan dengan
memperhatikan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pelayanan.

Pasal 8

(1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 huruf b, meliputi:
a. standar pelayanan; dan
b. uraian tugas personil kecamatan.
(2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, meliputi:

10 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 4 Tahun 2010

a. jenis pelayanan;
b. persyaratan pelayanan;
c. proses/prosedur pelayanan;
d. pejabat yang bertanggung jawab terhadap pelayanan;
e. waktu pelayanan; dan
f. biaya pelayanan.
(3) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
(4) Uraian tugas personil kecamatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, diatur dengan Peraturan Bupati/
Walikota.

Pasal 9

Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


huruf c meliputi:
a. sarana prasarana; dan
b. pelaksana teknis.

Pasal 10

Sarana prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf


a, meliputi:
a. loket/meja pendaftaran;
b. tempat pemrosesan berkas;
c. tempat pembayaran;
d. tempat penyerahan dokumen;

11
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

e. tempat pengolahan data dan informasi;


f. tempat penanganan pengaduan;
g. tempat piket;
h. ruang tunggu; dan
i. perangkat pendukung lainnya.

Pasal 11

(1) Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


huruf b, meliputi:
a. petugas informasi;
b. petugas loket/penerima berkas;
c. petugas operator komputer;
d. petugas pemegang kas; dan
e. petugas lain sesuai kebutuhan.
(2) Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan.

Pasal 12

Untuk menunjang efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan


PATEN, Kecamatan dapat menyediakan sistim informasi.

12 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 4 Tahun 2010

Bagian Kedua
Penetapan

Pasal 13

(1) Bupati/Walikota menetapkan Kecamatan yang telah


memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, sebagai penyelenggara PATEN.
(2) Penetapan Kecamatan sebagai penyelenggara PATEN
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
Keputusan Bupati/Walikota.

Bagian Ketiga
Pembentukan Tim Teknis Paten

Pasal 14

(1) Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis PATEN.


(2) Tim Teknis PATEN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota.
(3) Tim Teknis PATEN sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mempunyai tugas:
a. mengidentifikasi kewenangan Bupati/Walikota
berkaitan dengan pelayanan administrasi yang
dilimpahkan kepada Camat;
b. mempersiapkan rancangan kebijakan dan petunjuk
umum/teknis yang dibutuhkan dalam rangka
penerapan PATEN;

13
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

c. memfasilitasi terselenggaranya PATEN; dan


d. merekomendasikan kepada Bupati/Walikota untuk
Kecamatan yang telah memenuhi syarat ditetapkan
sebagai penyelenggara PATEN.
(4) Keanggotaan Tim Teknis PATEN terdiri dari:
a. Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota sebagai Ketua;
b. Asisten Bidang Pemerintahan sebagai Wakil Ketua;
c. Kepala Bagian Pemerintahan sebagai Sekretaris;
d. Kepala Bagian Keuangan sebagai Anggota; dan
e. Unsur lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan.

BAB V
PEJABAT PENYELENGGARA

Pasal 15

Pejabat Penyelenggara PATEN terdiri atas:


a. Camat;
b. Sekretaris Kecamatan; dan
c. Kepala seksi yang membidangi pelayanan administrasi.

Pasal 16

Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a, adalah


penanggung jawab penyelenggaraan PATEN.

14 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 4 Tahun 2010

Pasal 17

Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a


mempunyai tugas:
a. memimpin, mengkoordinasikan, dan mengendalikan
penyelenggaraan PATEN;
b. menyiapkan rencana anggaran dan biaya;
c. menetapkan pelaksana teknis; dan
d. mempertanggungjawabkan kinerja PATEN kepada
Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Pasal 18

(1) Sekretaris Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


15 huruf b, mempunyai tugas melakukan penatausahaan
administrasi PATEN.
(2) Sekretaris Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 huruf b, adalah penanggungjawab kesekretariatan/
ketatausahaan penyelenggaraan PATEN.
(3) Sekretaris Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bertanggungjawab kepada Camat.

Pasal 19

(1) Kepala seksi yang membidangi pelayanan administrasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c mempunyai
tugas melaksanakan teknis pelayanan.
(2) Kepala seksi yang membidangi pelayanan administrasi

15
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c bertanggung


jawab kepada Camat.

Pasal 20

Pejabat penyelenggara PATEN sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 15 melakukan pengelolaan layanan secara transparan
dan akuntabel.

BAB VI
PEMBIAYAAN DAN PENERIMAAN

Bagian Kesatu
Pembiayaan

Pasal 21

(1) Biaya penyelenggaraan PATEN dibebankan pada


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(2) Biaya penyelenggaraan PATEN sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari rencana kerja dan anggaran Kecamatan.

16 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 4 Tahun 2010

Bagian Kedua
Penerimaan

Pasal 22

Dalam hal penyelenggaraan PATEN menghasilkan penerimaan,


wajib melakukan penyetoran ke kas daerah.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 23

Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan


dalam penyelenggaraan PATEN.

Pasal 24

Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 23 mencakup:
a. penyelenggaraan sebagian wewenang bupati/walikota
yang dilimpahkan;
b. penyelenggaraan pelayanan yang pasti, mudah, cepat,
transparan dan akuntabel; dan

17
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

c. penyelenggaraan tugas lainnya yang ditugaskan kepada


camat.

Pasal 25

(1) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 24 dapat didelegasikan kepada Tim Teknis
PATEN.
(2) Pendelegasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara tertulis.

Pasal 26

Hasil Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 24 disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada
Gubernur dengan tembusan kepada Menteri cq Direktur
Jenderal yang membidangi pemerintahan umum

BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 27

Setiap penerima layanan diberikan kemudahan untuk men-


dapatkan informasi.

18 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 4 Tahun 2010

Pasal 28

(1) Masyarakat berperan serta secara aktif dalam


penyelenggaraan PATEN.
(2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. ikut serta dalam penyusunan standar layanan;
b. memberikan masukan dalam proses penyelenggaraan
layanan; dan
c. memenuhi semua persyaratan pada saat meminta
layanan.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 29

Seluruh kecamatan ditetapkan sebagai penyelenggara PATEN


selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak ditetapkan Peraturan
Menteri ini.

19
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 30

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

20 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Keputusan
Menteri Dalam Negeri
Nomor 138-270 Tahun 2010

2
Tentang
Petunjuk Teknis Pedoman
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan

21
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

22 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI


NOMOR 138 - 270 TAHUN 2010

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PEDOMAN


PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penerapan Per-


aturan Menteri Dalam Negeri Nomor
4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pe-
layanan Administrasi Terpadu Keca-
matan, diperlukan petunjuk teknis
untuk menerapkan pedoman pe-
layanan administrasi terpadu di Ke-
camatan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan se-
bagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu menetapkan Keputusan Men-
teri Dalam Negeri tentang Petunjuk
Teknis Pedoman Pelayanan Admin-
istrasi Terpadu Kecamatan;

23
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indone-
sia Tahun 2004 Nomor 125, Tamba-
han Lembaran Negara Republik In-
donesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Ked-
ua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Repub-
lik Indonesia Nomor 4548);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik (Lem-
baran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indone-
sia Nomor 5038);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2005 tentang Pedoman Peny-
usunan Dan Penerapan Standar Pe-
layanan Minimal (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 No-
mor 150, Tambahan Lembaran Nega-
ra Republik Indonesia Nomor 4585);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Ta-
hun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,

24 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 138 - 270 Tahun 2010

Pemerintahan Daerah Provinsi, Pe-


merintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indone-
sia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indone-
sia Nomor 4737);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Ta-
hun 2007 tentang Organisasi Perang-
kat Daerah (Lembaran Negara Re-
publik Indonesia Tahun 2007 Nomor
89, Tambahan Lembaran Negara Re-
publik Indonesia Nomor 4741);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Ta-
hun 2008 tentang Kecamatan (Lem-
baran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indone-
sia Nomor 4826);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No-
mor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pe-
doman Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di
Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri No-
mor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pelayanan Administrasi Terpadu Ke-
camatan;

25
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
KESATU : Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan
sebagaimana tercantum dalam Lam-
piran Keputusan Menteri ini.
KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan, dengan ketentu-
an apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

26 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

Lampiran : Keputusan Menteri Dalam Negeri


Nomor : 138 -270 TAHUN 2010
Tanggal : 14 Juni 2010

PETUNJUK TEKNIS
PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU
KECAMATAN (PATEN)

I. PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat merupa­
kan fungsi yang harus diemban pemerintah dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan, sebagai tolok ukur terselenggaranya
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Pintu
masuk (entry point) bagi percepatan reformasi birokrasi di
daerah dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah
yang baik (good local governance) terfokus pada peningkatan
kualitas penyelenggaraan pelayanan publik.
Kualitas penyelenggaraan pelayanan umum (publik) di
daerah masih perlu ditingkatkan ke arah yang lebih baik. Banyak
hal yang menyebabkan belum optimalnya penyelenggaraan
pelayanan tersebut, misalnya terbatasnya sarana pelayanan,
perilaku petugas yang belum bersifat melayani, tidak jelasnya
waktu, dan biaya yang diperlukan untuk mendapatkan pelayan­
an publik, serta panjangnya prosedur yang harus dilalui untuk

27
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

menyelesaikan suatu jenis pelayanan publik.


Oleh karenanya, daerah diharapkan terus memiliki
prakarsa dalam melakukan perbaikan pelayanan. Prakarsa
daerah dalam meningkatkan pelayanan publik tentunya harus
sesuai kebutuhan dan sesuai dengan kepuasan masyarakat.
Masyarakat berhak memberikan masukan, koreksi dan
perbaikan terhadap pelayanan. Inilah yang disebut manajemen
publik masa kini (new public management) yang memiliki
ciri bahwa kewenangan berada pada petugas pelayanan dan
pelanggan; menekankan pada pelayanan yang “menyentuh
hati” dan perombakan visi dan misi pelayanan. Selanjutnya
konsep itu berkembang menjadi pelayanan publik masa kini
(new public service) yang memiliki ciri bahwa masyarakat
dianggap sebagai pemilik saham (shareholder), sehingga
pelayanan lebih menekankan pada kualitas sebagai hasil
negosiasi kepentingan masyarakat dan pemerintah. Peran
pemerintah adalah pelayan sekaligus perantara kepentingan
beberapa kelompok masyarakat. Dengan kata lain, posisi
pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan publik berubah
dari “dilayani” menjadi “melayani”.
Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi
menuju desentralisasi pada hakekatnya harus diikuti dengan
perubahan konsep penyelenggaraan pelayanan publik yang
lebih meyakinkan akan terciptanya akses dan mutu pelayanan.
Sejalan dengan era otonomi daerah, maka pelayanan yang

28 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

lebih didekatkan kepada masyarakat dan pelayanan yang


lebih berkualitas adalah sebuah keniscayaan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan pelayanan publik di daerah dapat dilakukan
dengan inovasi manajemen pada unit layanan di Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) atau pada tingkat yang secara
langsung berhadapan dengan masyarakat yaitu kecamatan.
Melakukan optimalisasi peran kecamatan dalam pelayanan
merupakan jawaban atas pentingnya akses dan mutu. Hal ini
lebih terlihat kepada kondisi dan situasi lingkungan strategis
kecamatan, yang secara nyata terlihat pada kondisi wilayah
yang letak geografisnya sulit dijangkau terutama karena berada
di daerah terpencil, kepulauan, dan daerah perbatasan antar
negara. Selain itu, kecamatan yang berada di wilayah kabupaten
memiliki rentang kendali yang amat beragam karena kendala
luas wilayah, infrastruktur pembangunan kecamatan dan
transportasi yang belum menjangkau dengan merata. Oleh
karenanya banyak alasan mengapa kecamatan membutuhkan
sentuhan atau dengan kata lain perlu ditingkatkan kapasitasnya
dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Optimalisasi peran kecamatan merupakan keniscayaan
yang dapat menjadi akselerator (percepatan) dalam
peningkatan pelayanan publik di daerah. Momentum ini
sejalan dengan perubahan posisi kecamatan. Bila sebelumnya,
kecamatan merupakan wilayah kekuasaan camat menurut

29
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok


Pemerintahan di Daerah, kini berubah menjadi wilayah
kerja menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Wilayah kekuasaan
menunjukkan adanya yurisdiksi kewenangan di dalamnya,
sedangkan wilayah kerja lebih merupakan wilayah pelayanan
kepada masyarakat.
Posisi kecamatan menjadi sangat penting mengingat
banyak pihak berharap agar kecamatan mampu berperan
sebagai pusat pelayanan bagi masyarakat. Hal ini sesuai dengan
paradigma kebijakan otonomi daerah (berdasarkan Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang dilanjutkan dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004) yang mengubah
tugas utama pemerintah daerah yang semula sebagai promotor
pembangunan menjadi pelayan masyarakat, sehingga unit-unit
pemerintahan yang berhadapan dan memberikan pelayanan
langsung kepada masyarakat perlu diperkuat, termasuk
kecamatan. Salah satunya dengan memberikan pelimpahan
sebagian wewenang bupati/walikota kepada camat.
Fungsi kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat
ini menjadi relevan bila dilihat dari segi kedekatan jarak,
kecepatan waktu dan kualitas pelayanan yang diberikan. Bila
fungsi ini dapat dijalankan secara konsisten, maka secara
bertahap akan berdampak strategis dalam menekan inisiatif

30 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

pemekaran daerah kabupaten. Secara empiris, alasan yang


sering dikemukakan untuk pemekaran daerah adalah untuk
mendekatkan dan meningkatkan kualitas pelayanan.
Secara filosofis, kecamatan yang dipimpin oleh camat perlu
diperkuat dari aspek sarana prasarana, sistem administrasi,
keuangan dan kewenangan bidang pemerintahan. Untuk
itu, camat melaksanakan kewenangan pemerintahan dari
dua sumber yakni: (1) bidang kewenangan dalam lingkup
tugas umum pemerintahan (kewenangan atributif); dan (2)
kewenangan bidang pemerintahan yang dilimpahkan oleh
bupati/walikota dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah
(kewenangan delegatif).
Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008
tentang Kecamatan sepatutnya meningkatkan semangat dari
camat dan aparatur kecamatan untuk melaksanakan tugasnya
secara optimal. Terbitnya peraturan ini mengisyaratkan
arti penting kecamatan dalam pemerintahan daerah dan
penyelenggaraan otonomi. Bahkan pada penjelasannya,
PP ini menyatakan kecamatan memegang posisi strategis
dalam hubungannya dengan penyelenggaraan pemerintahan
kabupaten/kota. Mengingat posisi strategisnya itu, maka camat
perlu lebih aktif dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan
tugasnya. Camat diharapkan mampu melakukan inovasi untuk
meningkatkan kinerjanya. Dalam konteks pelayanan kepada
masyarakat, maka inovasi dapat diartikan sebagai upaya dalam

31
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

meningkatkan pelayanan yang dihasilkan melalui pendekatan,


metode atau alat baru dalam pelayanan publik. Inovasi yang
dijalankan adalah sistem pelayanan administrasi terpadu
kecamatan yang disingkat menjadi PATEN.
PATEN merupakan sebuah inovasi sederhana namun
memberikan manfaat yang besar, selain mempermudah
masyarakat memperoleh pelayanan, juga memperbaiki citra
dan legitimasi pemerintah daerah di mata masyarakat.

II. KONSEP DASAR PATEN


A. Pengertian PATEN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) adalah penyelenggaraan pelayanan publik
di kecamatan yang proses pengelolaannya, mulai dari
permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen
dilakukan dalam satu tempat. Satu tempat ini disini
berarti cukup melalui satu meja atau loket pelayanan.
Sistem ini memosisikan warga masyarakat hanya
berhubungan dengan petugas meja/loket pelayanan
di kecamatan.
Ketika warga masyarakat datang ke kantor
kecamatan untuk melakukan pengurusan pelayanan
administrasi, tidak perlu lagi mendatangi setiap
petugas yang berkepentingan, seperti kepala seksi,
sekretaris kecamatan dan camat. Warga cukup

32 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

menyerahkan berkas ke petugas meja/loket pelayanan,


duduk menunggu sejenak, kemudian dipanggil
untuk menerima dokumen yang sudah selesai.
Setelah itu melakukan pembayaran (bila ada tarif
yang harus dibayar). Pembayaran biaya pelayanan
pun dilakukan dan dicatat secara transparan. Warga
tidak lagi harus terbebani dengan pertanyaan apakah
uang yang dibayarkan akan sampai kepada kas
daerah atau hilang di perjalanan, karena semuanya
tercatat dan dilaporkan. Selain itu, persyaratan
untuk memperoleh pelayanan, besarnya biaya dan
waktu untuk memproses pun ada standarnya dan
diumumkan kepada masyarakat. Jika pelayanan yang
diberikan petugas tidak sesuai dengan standar, warga
dapat mengadukan kepada pengambil kebijakan di
atasnya.
Perbedaan antara pelayanan yang selama ini
dijalankan (konvensional) dengan PATEN, secara
rinci dapat dilihat sebagaimana tabel di bawah ini;

33
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Perbedaan Pelayanan Konvensional dan PATEN

Aspek Pelayanan Konvensional PATEN

Fisik Terdiri dari beberapa meja Loket/meja yang difung-


yang saling terpisah sikan khusus untuk pe-
layanan. Loket/meja ini
terdiri dari dua bagian
yang berhubungan lang-
sung yaitu penerimaan
berkas dan penyerahan
dokumen hasil.

Proses 1. Warga membawa berkas 1. Warga cukup me-


persyaratan dan men- nyerahkan berkas
emui secara langsung persyaratan melalui
pejabat yang berke- loket/meja pelayanan,
pentingan, yaitu Kepala menunggu di ruang
Seksi, Sekcam dan Ca- tunggu dan menerima
mat; dokumen hasil;
2. Bila pejabat yang perlu 2. Ada pendelegasian
ditemui tidak hadir, war- kewena-ngan, sehing-
ga harus kembali lagi ga ketidakhadiran pe-
pada lain hari; jabat yang berkaitan
3. Bila tidak tahu proses langsung dapat di-
pengurusannya, warga limpahkan kepada
harus bertanya kesana- petugas yang ditun-
kemari, sehingga mem- juk.
perlambat penyelesaian 3. Alur prosesnya dita-
pelayanan mpilkan secara jelas
dan transparan

Sumber Daya Tidak ada pembagian tu- 1. Ada petugas khusus


Manusia gas dalam memberikan yang melayani warga
pelayanan, sehingga ber- 2. Setiap pegawai memi-
potensi terjadinya tum- liki peran yang jelas
pang tindih tugas antar pe- dalam melayani war-
gawai dan cenderung tidak ga
efisien 3. Meningkatkan kinerja
pegawai yang ada.

34 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

Aspek Pelayanan Konvensional PATEN

Ketersediaan 1. Tidak ada informasi 1. Tersedia informasi me­


Informasi mengenai persyaratan, ngenai jenis pelayan-
biaya dan waktu; seh- an, waktu, biaya dan
ingga warga cenderung prosedur untuk mem-
mengeluarkan biaya peroleh pelayanan;
lebih besar dengan 2. Ada sosialisasi menge-
harapan cepat selesai. nai penyelenggaraan
2. Informasi biasanya pelayanan publik.
disampaikan langsung 3. Penerimaan biaya pe-
oleh pegawai kecama- layanan dapat dipan-
tan kepada warga yang tau secara langsung,
sedang mengurus pe- karena pembayaran
layanan di­catat secara trans-
3. Camat sulit mengontrol paran dan akuntabel.
biaya pelayanan yang 4. Memberikan kepasti­
diterima pegawainya. an kepada camat da-
4. Dapat menjebak camat lam menjalankan pe-
dengan tuduhan ”kuti- layanan publik
pan liar”

Database Tidak ada sistem database Dilengkapi dengan da-


mengenai pelayanan tabase pelayanan yang
dikelola dan diperbarui
terus menerus

Partisipasi 1. Tidak ada partisipasi 1. Warga dapat men-


Warga warga gakses informasi pe-
2. Warga hanya menerima layanan, sehingga
proses pelayanan pub- lebih mudah memberi-
lik apa adanya kan masukan untuk
perbaikan pelayanan
2. Warga dapat menyam-
paikan pengaduan
bila pelayanan yang
diterimanya tidak se-
suai dengan standar
yang telah ditentukan

35
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

B. Maksud Penyelenggaraan PATEN


PATEN diselenggarakan dengan maksud untuk
mewujudkan kecamatan sebagai pusat pelayanan
masyarakat dan menjadi simpul pelayanan bagi
badan/kantor pelayanan terpadu satu pintu (PTSP)
di kabupaten/kota bagi kecamatan yang secara
kondisi geografis daerah akan lebih efektif dan
efisien di layani melalui kecamatan. Pusat pelayanan
masyarakat berarti di masa datang, kecamatan harus
mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat
secara proporsional berdasarkan kriteria dan skala
kecamatan di bidang perijinan dan non perijinan.
Untuk mewujudkan kecamatan sebagai pusat
pelayanan tersebut, maka syarat yang harus dipenuhi
adalah adanya pelimpahan sebagian wewenang
perizinan dan non perizinan sesuai skala dan kriteria
dari bupati/walikota kepada camat, sehingga pada
gilirannya, hakikat otonomi daerah menemukan
makna sejatinya yaitu distribusi kewenangan untuk
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
Walaupun pada hakekatnya sistem yang
dibangun dalam PTSP adalah mengintegrasikan
semua perizinan dan non perizinan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota
dalam satu lembaga yang disebut badan/kantor

36 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

PTSP, namun kecamatan dapat memainkan peran


sebagai ‘simpul pelayanan’ bagi badan/kantor PTSP
kabupaten/kota tersebut. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara warga masyarakat membawa berkas
persyaratan untuk memperoleh izin, petugas PATEN
kemudian memverifikasi berkas persyaratan tersebut,
bila dianggap telah lengkap, maka petugas PATEN-lah
yang membawa berkas persyaratan itu ke kabupaten/
kota untuk diproses lebih lanjut oleh badan/kantor
PTSP. Dokumen yang telah diproses dan diselesaikan
oleh badan/kantor PTSP kabupaten/kota kemudian
dikirim kembali ke kecamatan dan warga hanya
perlu mengambil dokumen itu di kecamatan. Dengan
demikian, pelayanan yang dilakukan oleh kecamatan
kepada warganya menjadi lebih berkualitas, mudah,
murah, cepat, dan transparan.

C. Tujuan PATEN
PATEN diselenggarakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan kualitas
pelayanan ini terutama terlihat dari aspek waktu dan
biaya pelayanan. Melalui penyelenggaraan PATEN,
warga masyarakat dapat menerima pelayanan
yang lebih cepat dan terukur dengan jelas. Cepat

37
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

bila dibandingkan sebelum adanya PATEN. Bila


sebelumnya, untuk mengurus suatu jenis surat atau
rekomendasi, seorang warga yang datang ke kantor
kecamatan harus menunggu penyelesaian surat/
rekomendasinya bisa dalam waktu satu jam, beberapa
jam hingga beberapa hari, karena camat atau petugas
yang berwenang tidak ada di tempat, maka melalui
PATEN, warga dijamin memperoleh pelayanan yang
cepat dan terukur dengan jelas sesuai dengan standar
pelayanan. Pada standar pelayanan itu disebutkan
bahwa waktu penyelesaian satu jenis pelayanan publik
sudah ditentukan, apakah itu 15 menit, 30 menit atau
1 jam, berkas persyaratan yang harus dilengkapi,
petugas yang melayani dan biaya pelayanan (bila
ada). Bila petugas yang berwenang sedang tidak
ada di tempat, maka tugasnya didelegasikan kepada
petugas lain yang ditunjuk, sehingga pelayanan
kepada masyarakat tetap dapat terjaga kepastiannya.
Tujuan mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat berarti masyarakat dapat menerima
pelayanan publik yang lebih dekat baik secara
jarak maupun waktu. Lokasi kecamatan jelas lebih
dekat dan relatif mudah dijangkau masyarakat bila
dibandingkan dengan (ibukota) kabupaten/kota dan
waktu yang diperlukan juga menjadi lebih sedikit.

38 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

Karena itu, untuk pelayanan masyarakat sesuai skala


dan kriteria kecamatan yang selama ini dijalankan
oleh lembaga di tingkat kabupaten/kota hendaknya
dapat dilimpahkan pelaksanaannya di kecamatan
melalui pendelegasian wewenang.

D. Koordinasi Kecamatan (PATEN) dengan Badan/


Kantor PTSP di Kabupaten/Kota
Mendekatkan pelayanan kepada masyarakat
juga dapat dilakukan PATEN dengan memerankan
kecamatan untuk melayani perizinan skala kecil
dan sebagai simpul pelayanan (front office) bagi
badan/kantor PTSP setelah adanya koordinasi dan
kesepahaman antara badan/kantor PTSP dengan
kecamatan yang menyatakan bahwa kecamatan
tersebut menjadi simpul pelayanan (front office)
badan/kantor PTSP. Pada beberapa kabupaten yang
wilayahnya sangat luas dengan kondisi geografis daerah
yang relatif sulit, jauh dan terpencil serta terisolir
seperti daerah kepulauan, memusatkan pelayanan
hanya di badan/kantor PTSP yang biasanya berlokasi
di ibukota kabupaten relatif kurang efektif dan efisien.
Adanya kendala jarak keterjangkauan, kesulitan dan
biaya dapat mengakibatkan keengganan bagi warga
masyarakat dan pelaku usaha untuk mengurus

39
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

perizinannya di badan/kantor PTSP. Melalui PATEN,


maka proses penyelenggaraan pelayanan administrasi
di kecamatan menjadi lebih mudah, murah, cepat,
dan berkualitas, seperti layaknya yang dikelola oleh
badan/kantor PTSP Kabupaten/Kota.
Koordinasi antara kecamatan dan badan/kantor
PTSP ini dapat dilihat dari pembagian peran masing-
masing, seperti terlihat di bawah ini;

40 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

Skala Kecamatan Badan/Kantor PTSP


Perizinan Kabupaten/Kota

1. 2.
Menerima berkas Memproses
permohonan dari berkas yang
warga masyarakat, diterima dan telah
memverifikasi, dan diverifikasi oleh
Perizinan mengirimkan berkas kecamatan.
skala besar, dimaksud ke badan/
strategis dan kantor PTSP untuk
memerlukan diproses lebih lanjut
kajian/uji (setelah sebelumnya
teknis secara ada kesepahaman
mendalam antara Badan/Kantor
PTSP dengan Keca-
matan).

4. 3.
Menerima atau Menerbitkan doku-
mengambil doku- men perizinan dan
men perizinan yang mengirimkan doku-
telah diterbitkan oleh men dimaksud ke
badan/kantor PTSP kecamatan untuk
dan memberikannya diserahkan pada
kepada pemohon pemohon

41
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Skala Kecamatan Badan/Kantor PTSP


Perizinan Kabupaten/Kota

1.
Menerima permoho-
nan, memverifikasi,
memproses dan
menerbitkan doku-
Perizinan men izin
skala kecil,
tidak strate-
gis dan tidak
memerlukan
kaijan/uji 2. 3.
teknis secara Menyampaikan Menerima dan
mendalam data perkembangan mengelaborasi
perizinan skala data perkemban-
kecil yang telah gan perizinan
diterbitkan kepada skala kecil yang
Badan/Kantor PTSP telah diterbitkan
oleh kecamatan

42 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

D. Asas PATEN
Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas
pelayanan publik, khususnya jenis pelayanan
administrasi, maka PATEN menganut asas-asas
pelayanan publik sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Asas-asas itu adalah:
a. Kepentingan umum yang berarti pemberian
pelayanan oleh petugas pelaksana PATEN tidak
boleh mengutamakan kepentingan pribadi atau
golongan
b. Kepastian hukum berarti ada jaminan bagi
terwujudnya hak dan kewajiban antara penerima
pelayanan (warga masyarakat) dan pemberi
pelayanan (kecamatan) dalam penyelenggaraan
PATEN
c. Kesamaan hak berarti pemberian pelayanan
dalam PATEN tidak membedakan suku, ras,
agama, golongan, gender, dan status ekonomi.
d. Keseimbangan hak dan kewajiban berarti pe­
menuhan hak itu harus sebanding dengan
kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh
pemberi maupun penerima pelayanan.
e. Keprofesionalan berarti setiap pelaksana PATEN
harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan

43
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

bidang tugasnya.
f. Partisipatif berarti peningkatan peran serta
masyarakat dalam penyelenggaraan PATEN
dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan
harapan masyarakat
g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif berarti
dalam penyelenggaraan PATEN, setiap warga
masyarakat berhak memperoleh pelayanan yang
adil
h. Keterbukaan berarti setiap penerima pelayanan
dapat dengan mudah mengakses dan memperoleh
informasi tentang PATEN
i. Akuntabilitas berarti proses penyelenggaraan
PATEN harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok
rentan berarti ada pemberian kemudahan
terhadap kelompok rentan sehingga tercipta
keadilan dalam pelayanan.
k. Ketepatan waktu berarti penyelesaian setiap jenis
pelayanan yang dikelola dilakukan tepat waktu
sesuai dengan standar pelayanan PATEN
l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan
berarti setiap jenis pelayanan dalam PATEN

44 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

dilakukan secara cepat, mudah, dan terjangkau


oleh warga masyarakat penerima pelayanan.

III. SYARAT PENYELENGGARAAN PATEN


Kecamatan dapat menyelenggarakan PATEN setelah
memenuhi sejumlah persyaratan, yaitu persyaratan substantif,
administratif dan teknis. Bila ketiga syarat itu dipenuhi, maka
kecamatan itu dapat disebut sebagai kecamatan penyelenggara
PATEN.

A. Persyaratan Substantif
Persyaratan utama untuk menyelenggarakan PATEN
adalah persyaratan substantif, yaitu adanya pendelegasian
atau pelimpahan sebagian wewenang bupati/walikota
kepada camat. Wewenang yang dilimpahkan itu meliputi
bidang perizinan dan non perizinan. Pelimpahan
wewenang ini menjadi persyaratan substantif, karena
tanpa itu, maka camat tak dapat melaksanakan pelayanan
administrasi yang menjadi kewenangan bupati/walikota
yang selama ini dijalankan oleh SKPD lainnya, seperti
kantor, badan atau dinas. Hal ini sesuai dengan Pasal 126
ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang menyatakan kecamatan
dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya
memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati

45
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

atau walikota untuk menangani sebagian urusan


otonomi daerah. Hal ini diperjelas dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan
pada Pasal 15 ayat (2) yang menyatakan selain tugas
umum pemerintahan, camat melaksanakan kewenangan
pemerintahan yang dilimpahkan oleh bupati/walikota
untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah
yang meliputi aspek : (a) perizinan; (b) rekomendasi; (c)
koordinasi; (d) pembinaan; (e) pengawasan; (f) fasilitasi;
(g) penetapan; (h) penyelenggaraan; (i) kewenangan lain
yang dilimpahkan.
Pelimpahan sebagian wewenang dari bupati/walikota
kepada camat, merupakan faktor yang strategis untuk
mengoptimalkan peran dan fungsi kecamatan dalam
rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Pelimpahan sebagian wewenang bukan berarti
memindahkan kekuasaan kepada camat, tetapi lebih
kepada pendistribusian wewenang bupati/walikota yang
dimanifestasikan sebagai kewenangan dinas/lembaga
teknis daerah dalam skala dan kriteria yang relevan
dengan kecamatan.
Manfaat utama pelimpahan wewenang ini adalah
mendekatkan pelayanan administrasi pemerintahan
kepada masyarakat, sehingga pelayanan menjadi lebih
berkualitas, dan mempersempit rentang kendali dari

46 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

bupati/walikota kepada masyarakat.


Di beberapa daerah, sebagian wewenang yang
dilimpahkan bupati/walikota kepada camat beragam
jumlah dan bentuknya. Dalam konteks PATEN, maka
wewenang yang perlu dilimpahkan adalah wewenang
dalam pelayanan administrasi baik perizinan maupun
non perizinan. Contoh-contoh wewenang yang dapat
dilimpahkan kepada camat dapat dilihat pada lampiran.
Pelimpahan wewenang hanya dapat berjalan dengan
efektif bila sejumlah prasyarat terpenuhi, yaitu:
a. Adanya keinginan politik dari bupati/walikota untuk
melimpahkan wewenang ke camat.
b. Adanya kemauan politik dari pemerintahan daerah
(bupati/walikota dan DPRD) untuk menjadikan
kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat,
terutama untuk pelayanan yang bersifat sederhana,
seketika, mudah, dan murah serta berdaya lingkup
setempat.
c. Adanya ketulusan komitmen dari dinas/lembaga
teknis daerah untuk melepaskan sebagian kewenangan
teknis yang dapat dijalankan oleh kecamatan.
d. Adanya dukungan anggaran, infrastruktur dan
personil kepada kecamatan untuk menjalankan
kewenangan yang telah dilimpahkan tersebut.

47
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Pelimpahan wewenang kepada camat ini ditetapkan


dengan peraturan bupati/walikota.

B. Persyaratan Administratif
Persyaratan berikutnya untuk penyelenggaraan
PATEN adalah syarat administratif, yaitu berupa standar
pelayanan dan uraian tugas personil kecamatan.
Standar pelayanan adalah tolok ukur yang diperguna-
kan sebagai pedoman penyelenggaraan dan acuan penilaian
kualitas PATEN sebagai janji penyelenggara/pemberi
layanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan
terukur.
Standar pelayanan sekurang-kurangnya berisi jenis-
jenis pelayanan yang dilaksanakan kecamatan; persyaratan
untuk mendapatkan pelayanan; proses/prosedur pelayan-
an; pejabat yang bertanggung jawab terhadap pelayanan;
waktu pelayanan; dan biaya pelayanan.
Standar pelayanan ini dihasilkan oleh kecamatan
sebagai hasil fasilitasi dari Tim Teknis Kabupaten melalui
serangkaian kegiatan, seperti lokakarya. Standar pelayanan
ini ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.
Langkah-langkah penyusunan standar pelayanan dan
penetapan standar pelayanan melalui Peraturan Bupati/
Walikota diuraikan lebih lanjut pada bagian IV “Langkah-
Langkah Mewujudkan PATEN”.

48 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

Sedangkan yang dimaksud dengan uraian tugas personil


kecamatan adalah bentangan atau paparan atas semua
tugas jabatan yang ada di kecamatan yang merupakan
upaya pokok yang dilakukan pemegang jabatan dalam
memproses bahan kerja menjadi hasil kerja dengan
menggunakan perangkat kerja.
Uraian tugas ini menjelaskan tugas dan fungsi yang
dijalankan semua personil kecamatan dari camat,
sekretaris kecamatan, dan seksi-seksi. Uraian tugas ini
ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

C. Persyaratan Teknis
Persyaratan lainnya untuk penyelenggaraan PATEN
adalah persyaratan teknis, yang meliputi sarana prasarana
dan pelaksana teknis PATEN.
SaranadanprasaranaPATENinidapatdijelaskansebagai
berikut:
1) Tempat piket
Tempat ini biasanya berupa meja
yang berada di bagian depan atau
bagian yang mudah terlihat dari
kantor kecamatan. Di tempat ini
petugas informasi akan menyapa
masyarakat yang datang ke kantor kecamatan, dan
mengarahkan warga yang akan mengurus pelayanan
ke loket/meja pendaftaran.
49
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

2) Loket/meja pendaftaran
Setiap kecamatan dapat memilih untuk menerapkan
PATEN dengan menggunakan meja atau loket.
Pemilihan meja atau loket ini disesuaikan dengan
kondisi dan sarana yang tersedia. Loket atau meja
ini berfungsi sebagai tempat pendaftaran bagi warga
yang mengajukan permohonan penyelesaian suatu
dokumen. Pada loket/meja pendaftaran ini, petugas
akan memeriksa/melakukan verifikasi kelengkapan
berkas persyaratan. Jika tidak lengkap, berkas
dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi.
Bila persyaratan lengkap, maka berkas dilanjutkan
ke tempat pemrosesan berkas. Petugas kemudian
mempersilakan warga untuk menunggu di ruang
tunggu.
3) Tempat pemrosesan berkas
Di tempat ini berkas permohonan dan persyaratannya
dipelajari dan dilakukan validasi oleh kepala seksi

50 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

pelayanan atau seksi yang membidangi pelayanan.


Setelah divalidasi, berkas dilanjutkan ke tempat
pengolahan data dan informasi.
4) Tempat pengolahan data dan informasi
Berkas yang sudah divalidasi ini oleh petugas operator
komputer kemudian dicetak format dokumennya dan
diberikan penomoran.
5) Tempat Finalisasi Proses
Dokumen yang sudah dicetak dan diberi nomor ini
kemudian dikirim kembali ke kepala seksi pelayanan
untuk dikoreksi dan diparaf. Setelah itu dokumen
dilanjutkan ke sekretaris kecamatan (sekcam).
Sekcam kemudian melakukan pemeriksaan akhir dan
memberikan paraf persetujuan. Selanjutnya dokumen
diserahkan ke camat untuk ditandatangani. Jika tidak
ada sekcam atau berhalangan, dapat digantikan oleh
salah satu kepala seksi.
6) Ruang tunggu
Selama dokumen yang dimohonkan diproses, warga
dapat menunggu di ruang tunggu. Ruang tunggu
sebaiknya memiliki kursi dan perlengkapan lainnya
seperti koran dan TV.

51
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

7) Tempat penyerahan dokumen


Setelah dokumen ditandatangani,
maka dokumen dikirimkan ke tempat
penyerahan dokumen untuk selanjutkan
diserahkan ke warga.
8) Tempat pembayaran
Bila dokumen yang dimaksud me-
merlukan biaya atau tarif pelayanan,
maka warga membayar di tempat
pembayaran sesuai dengan jumlah
yang telah ditentukan dalam standar
pelayanan. Tarif/biaya pelayanan ini
dicatat pembayarannya.

9) Tempat penanganan pengaduan


Bila dalam proses pelayanan, warga merasa tidak
puas atas pelayanan yang diberikan oleh petugas
PATEN, warga dapat menyampaikan pengaduannya,
baik secara lisan maupun tertulis. Pengaduan ini
dicatat oleh petugas dan ditindaklanjuti di tempat
penanganan pengaduan.
10) Perangkat pendukung lainnya
Salah satu perangkat pendukung yang penting
adalah sistem informasi. Sistem informasi penting

52 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

dilakukan, karena memudahkan warga untuk


mengetahui semua informasi di kecamatan. Berbagai
informasi itu dapat berbentuk papan informasi,
brosur, leaflet atau spanduk. Selain itu diperlukan
juga database pelayanan publik. Database ini
berupa data elektronik di komputer kecamatan yang
berisi antara lain informasi kependudukan, format
dokumen pelayanan (surat atau rekomendasi),
struktur pemerintah kecamatan dan desa/kelurahan,
serta sarana dan prasarana yang ada di kecamatan
dan desa/kelurahan, sarana lainnya yang perlu ada
disesuaikan dengan kondisi kecamatan seperti lemari
arsip dan toilet untuk warga.

Pada praktiknya, sarana dan prasarana PATEN ini


tidak harus terpisah satu sama lain. Contohnya, tempat
pemrosesan berkas mungkin saja merupakan satu ruangan
dengan tempat pengolahan data dan informasi. Sedangkan
tempat finalisasi proses adalah ruang kerja dari Sekcam
dan Camat masing-masing. Demikian juga dengan loket
pendaftaran dapat juga merupakan satu bagian dengan
tempat penyerahan dokumen dan tempat pembayaran.
Agar PATEN dapat terselenggara dengan baik,
maka camat perlu menunjuk pelaksana teknis PATEN,
yang terdiri dari: a) petugas informasi; b) petugas loket/

53
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

penerima berkas; c) petugas operator komputer; d)


petugas pemegang kas; dan petugas lain sesuai kebutuhan,
contohnya petugas penanganan pengaduan. Penunjukan
pelaksana teknis PATEN ini beserta uraian tugasnya
dilakukan melalui Surat Perintah Tugas (SPT) Camat.
Contoh uraian tugas pelaksana teknis PATEN dapat
dilihat pada lampiran.

IV. LANGKAH-LANGKAH MEWUJUDKAN PATEN


Secara garis besar, langkah-langkah untuk mewujudkan
PATEN dapat dikategorikan dalam lima tahap yaitu:
A. Tahap Pemenuhan Syarat Substantif
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, persyaratan
substantif adalah adanya pendelegasian sebagian wewe-
nang bupati/walikota kepada camat yang ditetapkan
dalam bentuk Peraturan Bupati/Walikota. Syarat ini
terlebih dahulu harus dipenuhi melalui kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
1. Bupati/Walikota menetapkan Tim Teknis PATEN
dengan Keputusan Bupati/Walikota.
2. Setelah ditetapkan, Sekretaris Daerah selaku Ketua Tim
Teknis PATEN menyelenggarakan rapat konsolidasi
dan koordinasi bersama anggota tim, para camat
dan kepala SKPD terkait di kabupaten/kota. Rapat

54 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

ini dimaksudkan untuk merencanakan pelaksanaan


tugas Tim Teknis PATEN, yaitu menginventarisasi,
mengidentifikasi, dan membagi sebagian wewenang
Bupati/Walikota yang terkait perizinan dan non
perizinan yang dapat didelegasikan kepada Camat.
Bagi kabupaten/kota yang belum membentuk badan/
kantor PTSP, maka pelimpahan sebagian wewenang
Bupati/Walikota kepada Camat dilakukan dengan
membagi kewenangan antara kecamatan dengan
SKPD yang memberikan pelayanan perizinan
berdasarkan skala dan kriteria. Sedangkan bagi
kabupaten/kota yang telah membentuk badan/kantor
PTSP, maka pendelegasian dibagi antara PTSP dan
Kecamatan berdasarkan skala dan kriteria. Contoh-
contoh kewenangan yang dapat dilimpahkan ke camat
dapat dilihat pada lampiran.
3. Setelah Tim Teknis PATEN berhasil memilah
kewenangan-kewenangan yang dapat dilimpahkan
kepada camat, Tim kemudian mempersiapkan
rancangan kebijakan berupa rancangan Peraturan
Bupati/Walikota tentang Pelimpahan Sebagian
Wewenang Bupati/Walikota kepada Camat. Jika
diperlukan, Tim melakukan revisi terhadap Peraturan
Bupati/Walikota tentang pelimpahan sebagian
wewenang yang sebelumnya sudah diterbitkan

55
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

karena tidak sesuai lagi setelah adanya pelimpahan


kewenangan kepada camat.
4. Bupati/Walikota kemudian menerbitkan Peraturan
Bupati/Walikota tentang Pelimpahan Sebagian
Wewenang Bupati/Walikota kepada Camat.

B. Tahap Pemenuhan Syarat Teknis


1. Setelah persyaratan substantif dipenuhi, Tim Teknis
PATEN kemudian melakukan fasilitasi untuk pe-
menuhan syarat teknis. Hal ini dilakukan dengan
mendata sarana dan prasarana kecamatan; jumlah dan
kualitas personil kecamatan serta melakukan upaya
melengkapi kebutuhan sarana dan prasarana serta
jumlah dan kualitas personil kecamatan yang dapat
diproyeksikan menjadi pelaksana teknis PATEN.
Bagi kecamatan yang sudah memenuhi syarat teknis,
Tim Teknis PATEN melanjutkan dengan fasilitasi
pemenuhan syarat administratif.
2. Pemenuhan syarat teknis ini selain dilakukan oleh
Tim Teknis PATEN (top down), juga dapat dengan
cara menerima inisiatif dari camat (bottom up).
3. Pemenuhan syarat teknis dengan cara menerima
inisiatif dari camat (bottom up) dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:

56 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

a. Inventarisasi sarana dan prasarana


1) Camat menunjuk sekretaris kecamatan
dibantu personil kecamatan lainnya untuk
melakukan inventarisasi data sarana dan
prasarana serta personil kecamatan yang
akan menjadi pelaksana teknis terkait dengan
pemenuhan syarat teknis PATEN
2) Sekretaris Kecamatan dan personil yang
ditunjuk melakukan inventarisasi data sarana
dan prasarana serta personil kecamatan yang
akan menjadi pelaksana teknis PATEN dan
melaporkan hasilnya kepada Camat
3) Camat menyusun data sarana dan prasarana
serta personil yang akan menjadi pelaksana
teknis PATEN terkait pemenuhan syarat
teknis PATEN dalam surat resmi.
b. Pembangunan komitmen
1) Camat melakukan rapat bersama seluruh staf
kecamatan mengenai persiapan kecamatan
untuk menyelenggarakan PATEN. Pada

57
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

rapat itu dibahas persyaratan substantif,


teknis dan administratif yang harus dipenuhi
serta komitmen seluruh personil kecamatan
untuk mengikuti seluruh tahapan dalam
penyelenggaraan PATEN
2) Komitmen kesiapan seluruh personil
kecamatan untuk melaksanakan PATEN
dituangkan dalam bentuk berita acara yang
ditandatangani seluruh personil kecamatan
c. Penyampaian kesiapan kecamatan ke Tim Teknis
PATEN
1) Camat menulis surat permohonan kepada
Tim Teknis PATEN mengenai kesiapan
kecamatan untuk melaksanakan PATEN
dari segi persyaratan teknis dan difasilitasi
pemenuhan syarat administratifnya. Surat
ini dilampiri dengan data mengenai sarana,
prasarana dan personil kecamatan yang akan
menjadi pelaksana teknis PATEN serta berita
acara yang berisi komitmen seluruh personil
kecamatan untuk melaksanakan PATEN
yang dibubuhi tandatangan seluruh personil
kecamatan.
2) Tim Teknis PATEN melakukan telaah
terhadap surat permohonan dari Camat

58 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

dimaksud. Bila dinilai sudah memenuhi


persyaratan teknis, maka Tim Teknis
memberitahukan kepada Camat dimaksud
bahwa permohonannya diterima dan akan
dilakukan fasilitasi ke kecamatan dalam
rangka pemenuhan syarat administratif.

C. Tahap Pemenuhan Syarat Administratif


Setelah persyaratan substantif dan teknis terpenuhi,
Tim Teknis PATEN melakukan fasilitasi ke kecamatan
dalam rangka pemenuhan syarat administratif.
Fasilitasi ini meliputi beberapa kegiatan yaitu:
1. Penyusunan Visi, Misi dan Motto Pelayanan
Adalah proses untuk mengembangkan cara
pandang bersama seluruh pegawai kecamatan
terhadap kondisi yang ingin dicapai dalam pelayanan
kepada masyarakat (visi pelayanan) dan langkah-
langkah untuk mencapainya (misi pelayanan) serta
seruan atau kata-kata yang menggambarkan motivasi,
semangat dan tujuan dari pelayanan kecamatan
(motto pelayanan).
Tujuan
a. Aparatur kecamatan memahami perannya
sebagai pelayan masyarakat.

59
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman


aparatur kecamatan mengenai visi, misi, motto,
prinsip serta nilai-nilai dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
c. Memberi landasan pengembangan program dan
peningkatan sumber daya manusia di kecamatan
Proses
a. Merumuskan Visi (lihat lampiran Instrumen
Penyusunan Visi, Misi dan Motto Pelayanan
Kecamatan).
b. Merumuskan Misi.
c. Merumuskan Motto.
d. Merumuskan Nilai-nilai.
Peserta
Camat dan seluruh pegawai kecamatan, termasuk
petugas UPTD.
Keluaran
Rumusan Visi, Misi dan Motto Pelayanan

2. Pengefektifan Tugas Pokok dan Fungsi Personil


Kecamatan
Kegiatan ini berupa lokakarya untuk memetakan
uraian tugas sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
setiap pegawai kecamatan berdasarkan peraturan

60 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

bupati/walikota tentang uraian tugas kecamat, dan


memperjelas peranan setiap pegawai dalam pelayanan
publik, sekaligus sarana bagi pegawai kecamatan
untuk berbagi pengalaman dalam bekerja. Guna
terselenggaranya kegiatan ini, Bupati/Walikota sudah
harus menerbitkan peraturan bupati/walikota tentang
uraian tugas kecamatan.
Tujuan
a. Memberi pemahaman kepada pegawai kecamatan
dan memperjelas uraian tugas sesuai tupoksinya
masing-masing.
b. Memperjelas hubungan uraian tugas dengan
prosedur pelayanan publik.
c. Menyusun rencana perbaikan dalam menjalankan
tugas
Proses
a. Memetakan apa yang dilakukan setiap hari
oleh setiap pegawai kecamatan dan mem-
bandingkannya dengan uraian tugasnya seperti
yang tercantum dalam peraturan bupati/walikota
tentang uraian tugas.
b. Merencanakan perbaikan untuk mengatasi
kesenjangan antara ”apa yang dilakukan” dengan
”yang seharusnya dijalankan”.

61
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Peserta
Camat dan seluruh pegawai kecamatan.
Keluaran
a. Daftar kegiatan ”apa yang dilakukan” dengan
”yang seharusnya dijalankan”
b. Rencana perbaikan dalam pelaksanaan kerja
pegawai.

3. Penyusunan Standar Pelayanan


Adalah kegiatan untuk menyusun jenis, per-
syaratan dan alur proses penyelesaian pelayanan
publik yang diselenggarakan kecamatan, sehingga
setiap jenis pelayanan publik memiliki pedoman
penyelesaiannya. Standar pelayanan ini merupakan
tolok ukur dan acuan penilaian kualitas pelayanan
yang diselenggarakan kecamatan. Kegiatan penyu-
sunan standar pelayanan ini juga merupakan ke-
lanjutan dari kegiatan pengefektifan tugas pokok dan
fungsi personil kecamatan.
Tujuan
a. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas,
meningkatkan ketertiban dan efisiensi bekerja.
b. Menyediakan pedoman kepada pegawai ke-
camatan dan masyarakat tentang proses

62 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

pelayanan, perkiraan waktu penyelesaian dan


biaya yang harus dikeluarkan serta syarat-syarat
yang harus dilengkapi.
c. Membantu kemandirian pegawai dalam bekerja
terutama untuk menyelesaikan pelayanan
publik.
d. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
pelayanan.
Proses
a. Pengumpulan Informasi dan Identifikasi
Alternatif Prosedur.
b. Analisis dan Pemilihan Alternatif Prosedur.
c. Penulisan Standar Pelayanan.
d. Konfirmasi Standar Pelayanan.
e. Pengesahan Standar Pelayanan (lihat Tata Cara
Penyusunan Standar Pelayanan).
Peserta
Para kepala seksi dan pegawai di tiap seksi.
Keluaran
Draft Standar Pelayanan PATEN
4. Penetapan Standar Pelayanan
Setelah kecamatan-kecamatan difasilitasi untuk
menyusun standar pelayanan, maka draft standar
pelayanan PATEN dari kecamatan-kecamatan itu

63
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

dibahas di tingkat kabupaten/kota untuk disinkronisasi


dan ditetapkan melalui peraturan bupati/walikota.
Draft standar pelayanan yang dihasilkan di satu
kecamatan dengan kecamatan lainnya mungkin
saja sedikit berbeda, misalnya dari segi waktu dan
prosedur penyelesaian pelayanan. Karena itu, untuk
menghindari terjadinya kebingungan masyarakat
mengenai perbedaan standar pelayanan pada masing-
masing kecamatan, perlu dilakukan sinkronisasi,
melalui rapat atau lokakarya yang melibatkan seluruh
camat dan instansi terkait di kabupaten/kota. Hasil
sinkronisasi ini berupa kesepakatan mengenai
standar pelayanan PATEN yang diberikan kecamatan
kepada masyarakat. Hasil kesepakatan ini kemudian
dituangkan dalam bentuk peraturan bupati/walikota
tentang Standar Pelayanan PATEN.
Tujuan
a. Menghindari perbedaan antara standar pelayanan
PATEN di satu kecamatan dengan kecamatan
lainnya.
b. Memberi kepastian kepada personil kecamatan
mengenai standar pelayana PATEN yang
diberikan kepada masyarakat melalui landasan
hukum berupa peraturan bupati/walikota.

64 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

Proses
a. Rapat atau lokakarya pembahasan standar pe-
layanan. Pada rapat itu dilakukan tahapan sebagai
berikut:
1) Pemaparan draft standar pelayanan yang
sudah dihasilkan kecamatan-kecamatan
2) Review perbedaan antar standar pelayanan
di masing-masing kecamatan
3) Penyepakatan mengenai standar pelayanan
yang akan diterapkan oleh seluruh ke-
camatan
b. Penyusunan rancangan Peraturan Bupati/
Walikota
1) Standar pelayanan yang telah disepakati
dalam rapat kemudian disusun dalam bentuk
rancangan peraturan bupati/walikota tentang
Standar Pelayanan PATEN
2) Rancangan Peraturan Bupati/Walikota
dimaksud kemudian disampaikan kepada
Bupati/Walikota untuk ditandatangani dan
diterbitkan.
c. Penerbitan Peraturan Bupati/Walikota tentang
Standar Pelayanan PATEN
Bupati/Walikota kemudian menandatangani

65
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang


Standar Pelayanan PATEN dan menerbitkannya
dalam Lembaran Daerah.
Peserta
a. Tim Teknis PATEN
b. Para camat yang telah difasilitasi penyusunan
standar pelayanannya
c. Kepala Bagian Hukum
d. Kepala Bagian Organisasi;
e. Kepala PTSP (bila sudah terbentuk).
Keluaran
Peraturan Bupati/Walikota tentang Standar Pelayanan
PATEN

5. Pengefektifan Komitmen Personil Kecamatan


Komitmen adalah kata kunci perubahan.
Begitu juga dengan keinginan menerapkan
PATEN, dibutuhkan komitmen kuat seluruh
pegawai kecamatan. Melalui berbagai kegiatan
di atas, komitmen untuk perubahan sudah mulai
terbangun. Untuk itu perlu diefektifkan dengan cara
merealisasikan berbagai rencana yang telah disusun.
Tujuan
a. Merealisasikan keinginan untuk melakukan

66 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

perubahan dengan menerapkan PATEN.


b. Memberikan pemahaman dan kejelasan peran
setiap personil kecamatan dalam menerapkan
PATEN.
Proses
Presentasi mengenai PATEN dan diskusi persiapan
menuju PATEN (lihat Contoh Kegiatan Persiapan
PATEN).
Peserta
Camat dan seluruh pegawai kecamatan.
Keluaran
Rencana Penerapan PATEN

D. Penetapan Kecamatan sebagai Penyelenggara


PATEN
1. Setelah melakukan fasilitasi di kecamatan,
maka Tim Teknis melakukan rapat untuk
menentukan kecamatan-kecamatan yang dinilai
telah memenuhi ketiga syarat (substantif, teknis
dan administratif). Hasil rapat menjadi bahan
rekomendasi penetapan kecamatan sebagai
penyelenggara PATEN.
2. Tim Teknis menyusun rancangan Keputusan
Bupati/Walikota tentang Penetapan Kecamatan

67
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

sebagai penyelenggara PATEN.


3. Bupati/Walikota menandatangani dan mener-
bitkan Keputusan Bupati/Walikota tentang Pe-
netapan Kecamatan sebagai penyelenggara
PATEN

E. Peresmian dan Sosialisasi Kecamatan sebagai


Penyelenggara PATEN
1. Kecamatan yang telah ditetapkan sebagai
penyelenggara PATEN dapat menyelenggarakan
acara peresmian penyelenggaraan PATEN.
Peresmian ini dilakukan oleh Bupati/Walikota
atau pejabat lainnya yang ditunjuk. Peresmian
ini menandai perubahan pelayanan kecamatan
dari pelayanan konvensional ke PATEN sekaligus
sebagai sarana sosialisasi kepada masyarakat.
2. Sosialisasi lebih lanjut dapat dilakukan melalui
berbagai media seperti pada rapat berkala antara
camat dengan kepala desa/lurah, penyebarluasan
spanduk, poster atau talkshow di radio. Sosialisasi
ini bertujuan agar warga masyarakat mengetahui
kecamatan telah menerapkan PATEN dan dapat
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di
kecamatan menyusul diterapkannya PATEN.

68 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

V. PEJABAT PENYELENGGARA PATEN


Penyelenggaraan PATEN di kecamatan tidak terlepas
dari peran para pejabat penyelenggaranya. Para pejabat
penyelenggara PATEN itu terdiri atas:
1. Camat.
Camat merupakan penanggung jawab atas
penyelenggaraan PATEN. Dalam posisinya sebagai
penanggungjawab penyelenggaraan PATEN itu,
maka camat memiliki tugas:
a. memimpin, mengkoordinasikan, dan mengenda-
likan penyelenggaraan PATEN;
b. menyiapkan rencana anggaran dan biaya;
c. menetapkan pelaksana teknis; dan
d. mempertanggungjawabkan kinerja PATEN
kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris
Daerah.
2. Sekretaris Kecamatan.
Sekretaris Kecamatan
merupakan penanggung-
jawab kesekretariatan/keta-
tausahaan penyelenggaraan
PATEN. Dalam posisinya
tersebut, Sekretaris Keca-
matan mempunyai tugas

69
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

melakukan penatausahaan administrasi PATEN dan


mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya
kepada kepada Camat.
3. Kepala Seksi yang membidangi pelayanan adminis-
trasi.
Kepala seksi yang membidangi pelayanan
administrasi memiliki tugas melaksanakan teknis
pelayanan PATEN bersama para pelaksana teknis
lainnya, yaitu petugas informasi, petugas loket/
penerima berkas, petugas operator komputer, petugas
pemegang kas dan petugas lain sesuai kebutuhan.
Pada beberapa kecamatan telah dibentuk seksi
khusus yang memberikan pelayanan administrasi,
yaitu seksi pelayanan, sehingga Kepala Seksi Pela-
yanan-lah yang melaksanakan teknis pelayanan
PATEN. Pada kecamatan yang belum memiliki seksi
pelayanan, perlu ditetapkan seksi yang membidangi
pelayanan administrasi ini. Kepala Seksi Pelayanan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya
kepada Camat.

VI. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PATEN


Dalam rangka mendukung kecamatan di seluruh
Indonesia agar dapat menerapkan PATEN, maka diperlu-
kan pembinaan dan pengawasan. Kegiatan pembinaan dan

70 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

pengawasan ini dilakukan oleh instansi pemerintah pusat


dan daerah. Di tingkat pusat, dilakukan oleh Kementerian
Dalam Negeri (c.q Direktorat Jenderal Pemerintahan
Umum). Sedangkan di tingkat daerah dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pembinaan dilakukan agar PATEN dapat diseleng­
garakan secara efektif dan efisien sedangkan pengawasan
dilakukan untuk mewujudkan PATEN yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan memberikan dampak yang
signifikan bagi warga masyarakat.
Secara umum, kegiatan pembinaan dan pengawasan
dapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu diseminasi;
peningkatan kapasitas; monitoring, dan evaluasi serta
pelaporan.
A. Diseminasi
Sebagai upaya untuk memasyarakatkan PATEN,
maka perlu dilakukan diseminasi mengenai berbagai
hal berkaitan dengan PATEN yang meliputi: (a)
per­aturan perundang-undangan terkait fungsi ke­
camatan dan pelayanan publik; (b) Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2010 tentang
Pedoman PATEN beserta pedoman teknisnya; (c)
sumber pendanaan; (d) contoh daerah yang telah
melaksanakan PATEN.
Tujuan diseminasi adalah agar aparatur pe­

71
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

merintah daerah memahami gambaran umum


PATEN, arti penting dan manfaat PATEN, serta
langkah-langkah mewujudkan PATEN.
Kegiatan ini dapat dilakukan secara bertingkat.
Kementerian Dalam Negeri (c.q Direktorat Jenderal
Pemerintahan Umum) melakukan diseminasi ke
seluruh pemerintah provinsi. Pemerintah provinsi
mendiseminasikan hal serupa ke pemerintah kabu-
paten/kota. Diseminasi juga dapat dilakukan langsung
oleh Departemen Dalam Negeri (c.q Direktorat
Jenderal Pemerintahan Umum) kepada pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota melalui
kegiatan khusus diseminasi.
Selain melalui suatu kegiatan khusus, diseminasi
juga dapat dilakukan melalui berbagai pertemuan
atau kunjungan ke daerah yang berkaitan dengan
kinerja pemerintah daerah dan penyelenggaraan
pelayanan publik. Kegiatan diseminasi dapat meng-
ikutsertakan unsur-unsur lain seperti instansi pe-
merintah pusat yang menangani bidang pelayanan
publik, lembaga bantuan internasional dan lembaga
swadaya masyarakat.
B. Peningkatan Kapasitas
Agar aparatur pemerintah daerah, khususnya
kecamatan dapat menyelenggarakan PATEN secara

72 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

efektif dan efisien, diperlukan sejumlah upaya


peningkatan kapasitas. Upaya ini diperlukan agar
para pihak yang berkepentingan dengan PATEN
dapat terus meningkatkan kemampuannya dalam
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas.
Upaya ini dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan
lokakarya dan pelatihan serta konsultasi.
1. Lokakarya dan Pelatihan
Upaya peningkatan kapasitas bagi pelaksana
teknis PATEN di kecamatan dapat dilakukan
melalui kegiatan lokakarya dan pelatihan. Sekurang-
kurangnya diperlukan dua kegiatan yaitu:
a. Lokakarya Etika Pelayanan
Agar petugas PATEN dapat melayani
masyarakat dengan baik, diperlukan pengeta-
huan, keterampilan dan sikap yang mendukung

73
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

terciptanya pelayanan publik yang baik. Hal


itu dapat dilakukan melalui suatu lokakarya
mengenai etika pelayanan. Etika pelayanan
sendiri adalah tata nilai, pola berpikir, serta
budaya yang mengatur sikap dan perilaku
petugas ketika memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Hal-hal yang diatur dalam etika
pelayanan adalah sikap dan perlakuan pelayanan,
budaya pelayanan, kepastian prosedur pelayanan,
penyediaan fasilitas pelayanan, dan cara
menangani pengaduan.
Tujuan lokakarya ini adalah agar petugas
PATEN dapat memberikan pelayanan yang
setara (non diskriminasi), profesional, dan ter-
bentuknya citra pelayanan yang baik kepada
warga masyarakat penerima pelayanan. Metode
yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan
simulasi (permainan peran). Peserta lokakarya
adalah para petugas meja/loket pelayanan,
sedangkan materi lokakarya dapat dilihat pada
contoh.
b. Pelatihan Prosedur PTSP
Dalam rangka menjadikan kecamatan penye-
lenggara PATEN sebagai simpul pelayanan (front
office) dari badan/kantor PTSP, maka pelaksana

74 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

teknis PATEN
harus mema-
hami cara kerja
front office
PTSP, terutama
yang berkaitan
dengan standar
pelayanan dan
mekanisme ve-
rifikasi berkas
permohonan perizinan yang telah ditetapkan
di badan/kantor PTSP. Kegiatan ini merupakan
kerjasama antara badan/kantor PTSP dan
kecamatan.
Tujuan pelatihan adalah agar pelaksana teknis
PATEN memahami cara kerja front office PTSP,
meliputi dasar pelayanan terhadap pemohon,
tips dasar melayani pemohon dan dasar-dasar
tentang pelayanan perizinan.
Metode yang digunakan adalah ceramah,
diskusi dan simulasi (permainan peran). Peserta
pelatihan adalah para petugas meja/loket pe-
layanan.
Beberapakegiatanpeningkatankapasitaslainnya
juga dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan

75
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

kemampuan pelaksana teknis PATEN dalam


melayani masyarakat, seperti studi banding ke
kecamatan yang telah menerapkan PATEN secara
efektif dan efisien; bimbingan teknis dari badan/
kantor PTSP mengenai prosedur penyelesaian
perizinan skala kecil; dan bimbingan teknis
dari dinas yang menangani kependudukan dan
catatan sipil mengenai mekanisme, prosedur dan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pelayanan administrasi kependudukan
dan catatan sipil.
2. Konsultasi
Penyelenggaraan PATEN pada gilirannya akan
me numbuhkan kreatifitas dari pelaksana teknis serta
kemungkinan timbulnya hambatan-hambatan dalam
penerapannya. Untuk itu, perlu adanya wahana bagi

76 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

para pihak untuk melakukan konsultasi mengenai


PATEN. Konsultasi dapat diberikan oleh Kementerian
Dalam Negeri (c.q Direktorat Jenderal Pemerintahan
Umum) kepada pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota. Sedangkan Bupati/Walikota melalui
Tim Teknis PATEN membuka kesempatan bagi
kecamatan untuk mengkonsultasikan berbagai hal
yang berkaitan dengan penyelenggaraan PATEN, se­
perti aspek sumber daya manusia, anggaran, kebijakan
dan sarana prasarana. Mekanisme konsultasi dapat
dilakukan melalui kunjungan langsung atau melalui
media komunikasi lainnya, seperti telepon dan
email.
C. Monitoring dan Evaluasi
Penerapan PATEN perlu dipantau penyeleng­
garaannya, apakah sudah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, manfaat yang diterima masyarakat dan
pemerintah daerah dan faktor-faktor penghambat
dan peluang bagi peningkatan kualitas PATEN.
Tujuannya adalah menilai perkembangan pelak­
sanaan PATEN dan mengetahui hambatan-hambatan
dalam penerapannya serta peluang yang dapat
ditindaklanjuti untuk peningkatan kualitas PATEN.
Bupati/Walikota melalui Tim Teknis PATEN
melakukan monitoring, evaluasi melalui beberapa

77
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

cara:
1) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan
PATEN yang telah dilakukan oleh kecamatan,
baik melalui laporan yang disampaikan camat,
kunjungan langsung ke kecamatan penyelenggara
PATEN maupun mengundang pemangku ke-
pentingan dalam PATEN, seperti perwakilan
tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat
dan pers.
2) Melakukan pemantauan mengenai pelaksanaan
wewenang bidang perizinan dan non perizin-
an yang telah dilimpahkan, efektifitas pelak-
sanaannya dan mengetahui hambatan-hambatan
penyelenggaraan wewenang tersebut.
3) Melakukan evaluasi mengenai penyelenggaraan
PATEN dan pelaksanaan wewenang yang dilim-
pahkan kepada camat. Hasil evaluasi menjadi
bahan rekomendasi dan dilaporkan kepada
bupati/walikota untuk penilaian kinerja camat
dan menentukan jenis dan besaran kewenangan
lain yang dapat dilimpahkan kepada camat.

D. Pelaporan
Penyelenggaraan PATEN perlu dilaporkan secara
berkala agar dapat diketahui perkembangannya. Hal

78 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

ini dapat dilakukan secara berjenjang.


a. Tim Teknis PATEN melaporkan hasil fasilitasi
PATEN setelah kecamatan ditetapkan sebagai
penyelenggara PATEN dan setiap akhir tahun
melaporkan hasil pembinaan dan pengawasan
PATEN kepada bupati/walikota.
b. Bupati/Walikota melaporkan hasil penyeleng­
garaan PATEN dalam Laporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah kepada Menteri Dalam
Negeri melalui Gubernur.
c. Gubernur melaporkan hasil penyelenggaraan
PATEN dalam Laporan Penyelenggaraan Peme­
rintahan Daerah kepada Presiden melalui Menteri
Dalam Negeri.

VII. PENUTUP
Pedoman teknis ini merupakan tindak lanjut
pelaksanaan dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan, agar dapat memberikan gambaran
umum dan langkah-langkah guna penyelenggaraan
dan pengembangan Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN).
Pada pelaksanaannya, terdapat beberapa variasi

79
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

dalam menyelenggarakan PATEN, sehingga improvisasi


dan modifikasi dapat disesuaikan dengan kondisi daerah
setempat, sepanjang masih tetap memenuhi persyaratan
substantif, administratif dan teknis.
Upaya perbaikan kualitas pelayanan publik juga telah
dilakukan di beberapa kecamatan dengan metode dan
intensitas yang berbeda-beda. Oleh karena itu, terbitnya
pedoman PATEN ini dapat dikatakan sebagai upaya untuk
mensistematisasi berbagai upaya peningkatan kualitas
pelayanan publik khususnya pelayanan administrasi di
tingkat kecamatan, sehingga perbaikan pelayanan publik
dapat direplikasi oleh kecamatan-kecamatan di seluruh
Indonesia secara jelas dan terstruktur.
Keberhasilan penyelenggaraan PATEN merupakan
upaya bersama dari pemerintah kabupaten/kota dan
kecamatan dalam rangka memberikan pelayanan yang
lebih baik kepada masyarakat. Komitmen dari bupati/
walikota untuk melimpahkan sebagian wewenang
perizinan dan non perizinan kepada camat menjadi
faktor penentu. Pelimpahan wewenang ini tentu saja
harus disertai dengan pembiayaan, penyediaan sarana
dan prasarana serta jumlah dan kemampuan sumber
daya manusia yang memadai di kecamatan. Selain itu,
pembinaan dan pengawasan dari pemerintahan provinsi

80 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan

dan pusat juga diharapkan dapat memberikan kontribusi


yang signifikan bagi keberhasilan PATEN.
Untuk itu, berbagai pihak yang berkepentingan bagi
terselenggaranya PATEN diharapkan dapat berperan
optimal sesuai dengan tugasnya, agar tujuan PATEN untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat dapat tercapai.

81
82
LANGKAH-LANGKAH MEWUJUDKAN PATEN
(PATEN)
KEBIJAKAN

Pemenuhan Syarat Pemenuhan Syarat Pemenuhan Syarat


Substantif Teknis Administratif
Bupati/Walikota menetap- Tim Teknis mendata sarana, Penyusunan Visi, Misi dan
kan Tim Teknis PATEN prasarana kantor kecamatan, Motto Pelayanan
melalui Perbup/wali jumlah dan kualitas personil
kecamatan dan melakukan
upaya untuk melengkapi Penerbitan Perbup/
Tim Teknis menginventa- kebutuhan kecamatan Walikota tentang Uraian
Tugas Kecamatan (bila

Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


risasi dan memilah-milah
kewenangan yang dapat Tim Teknis memastikan sa- sebelumnya tidak ada)
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan

dilimpahkan ke camat rana, prasarana dan personil


kecamatan memadai untuk
menyelenggarakan PATEN Pengefektifan Tupoksi
Personil Kecamatan
Tim Teknis menyiapkan
rancangan kebijakan ttg Camat mengajukan permoho-
pelimpahan kewenangan nan disertai data sarana, pras- Penyusunan Standar
ke camat arana dan pelaksana teknis Pelayanan
PATEN disertai berita acara
Bupati/walikota mener- komitmen kecamatan untuk
bitkan Perbup/Wali ttg menyelenggarakan PATEN Penerbitan Perbup/Walikota
DIAGRAM

Pelimpahan Sebagian tentang Standar Pelayanan


Kewenangan ke Camat Rapat pembentukan komit-
men personil kecamatan
Pengefektifan Komitmen
Personil Kecamatan
Inventarisasi sarana, prasa-
rana dan personil pelaksana
teknis PATEN
Peresmian dan Penetapan Kecamatan sebagai
Penerapan PATEN Sosialisasi Penyelenggara PATEN
di kecamatan Kecamatan
Tim Teknis melakukan
sebagai
penilaian kecamatan
Penyelenggara
yang telah memenuhi tiga
PATEN
syarat PATEN

Pembinaan dan
Pengawasan PATEN
Tim Teknis menyusun
Peningkatan Kapasitas rancangan Kepbup/Wali
a. Lokakarya Etika ttg penetapan kecamatan
Pelayanan sebagai penyelenggara
b. Pelatihan Prosedur PATEN
PTSP
c. Bimbingan teknis,
studi banding dll
Bupati/Walikota mener-
bitkan Kepbup/Wali ttg
penetapan kecamatan
Konsultasi sebagai penyelenggara
PATEN
Monitoring dan Evaluasi

Pelaporan
Administrasi Terpadu Kecamatan
Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan

83
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) DAFTAR CONTOH

Contoh 1

LAMBANG DAERAH/KABUPATEN

BUPATI XXX

PERATURAN BUPATI XXX


NOMOR TAHUN

TENTANG

PELIMPAHAN WEWENANG BUPATI XXX KEPADA CAMAT DI


KABUPATEN XXX

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI XXX,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka merespon dinamika


perkembangan penyelenggaraan
pemerintahan daerah menuju tata
kelola pemerintahan yang baik, perlu
memperhatikan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat dalam pelayanan;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan
kualitas dan mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat serta memperhatikan
kondisi geografis daerah, perlu
mengoptimalkan peran kecamatan
sebagai perangkat daerah terdepan
dalam memberikan pelayanan publik;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan huruf b di atas, perlu menetapkan
Peraturan Bupati xxx tentang Pelimpahan

84 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 1: Peraturan Bupati tentang
Pelimpahan kepada Kecamatan

Wewenang Bupati xxx Kepada Camat di


Kabupaten xxx;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4548);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun
2005 tentang Pedoman Penyusunan Dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4585);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Peme­
rintahan antara Pemerintah, Peme­
rintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);

85
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun


2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4741);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2008 tentang Kecamatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4826);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
20 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan
Perizinan Terpadu di Daerah;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 04
Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI XXX TENTANG


PELIMPAHAN WEWENANG BUPATI XXX
KEPADA CAMAT DI KABUPATEN XXX.

86 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 1: Peraturan Bupati tentang
Pelimpahan kepada Kecamatan

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Bupati adalah unsur penyelenggara pemerintahan daerah sesuai
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan selanjutnya
disingkat PATEN adalah penyelenggaraan pelayanan publik di
kecamatan dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya
dokumen dalam satu tempat.
3. Kecamatan atau sebutan lain adalah wilayah kerja Camat sebagai
perangkat daerah kabupaten/kota.
4. Camat atau sebutan lain adalah pemimpin dan koordinator
penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerja kecamatan
yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan
kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota untuk
menangani sebagian urusan otonomi daerah dan
menyelenggarakan tugas umum pemerintahan.

BAB II
PELIMPAHAN KEWENANGAN

Pasal 2

Kewenangan yang dilimpahkan meliputi:


a. pelayanan perizinan; dan
b. pelayanan non perizinan.

87
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

BAB III
PELAYANAN PERIZINAN

Pasal 3

Pelayanan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a


meliputi:
a. izin penerbitan IMB;
b. izin usaha bengkel;
c. izin usaha las;
d. izin rental komputer;
e. izin penyewaan kapal dengan bobot di bawah 500 kilogram;
f. izin penyewaan lemari es bagi nelayan;
g. izin penyewaan alat-alat pertanian;
h. izin penjualan pupuk UREA;
i. dan lain-lain.

BAB IV
PELAYANAN NON PERIZINAN

Pasal 4

Pelayanan non perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2


huruf b meliputi:
a. surat keterangan; dan
b. rekomendasi.

88 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 1: Peraturan Bupati tentang
Pelimpahan kepada Kecamatan

BAB V
CAMAT YANG DIBERIKAN PELIMPAHAN KEWENANGAN PELAYANAN
PERIZINAN

Pasal 5

Seluruh Camat diberikan kewenangan pelayanan izin sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, huruf c, dan huruf d.

Pasal 6

(1) Seluruh Camat diberikan kewenangan pelayanan izin


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a sepanjang
memenuhi persyaratan.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:
a. memiliki personil kecamatan sejumlah minimal 15 orang;
b. lain-lain

Pasal 7

Kecamatan Tali Temali diberikan kewenangan pelayanan perizinan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e dan huruf f.

Pasal 8

Kecamatan Rantai Merantai diberikan kewenangan pelayanan


perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g dan huruf h.

89
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

BAB VI
CAMAT YANG DIBERIKAN PELIMPAHAN KEWENANGAN PELAYANAN
NON PERIZINAN

Pasal 9

Seluruh Camat diberikan kewenangan pelayanan non perizinan.

Pasal 10

Seluruh Camat di kecamatan yang diberikan izin sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 wajib melaporkan hasil penyelenggaraan
pelayanan perizinan setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 11

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Ibukota Kabupaten


pada tanggal
BUPATI XXX,

90 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 2: Daftar Wewenang Perizinan dan Non
Perizinan yang Dapat Dilimpahkan kepada Camat
Contoh 2

DAFTAR WEWENANG PERIZINAN DAN NON PERIZINAN


YANG DAPAT DILIMPAHKAN KEPADA CAMAT

A. BIDANG PERTAMBANGAN DAN ENERGI


1. Pemberian rekomendasi izin pengeboran pemanfaatan air
bawah tanah.
2. Pemberian rekomendasi izin untuk penerbitan SPBU.

B. BIDANG KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN


Pemberian rekomendasi usaha perkebunan untuk perusahaan.

C. BIDANG PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN


1. Pemberian rekomendasi pembangunan usaha pasar desa
kabupaten/kota.
2. Pemberian rekomendasi tempat usaha makan dan
restoran.
3. Pemberian rekomendasi pendirian koperasi.

D. BIDANG PARIWISATA DAN BUDAYA


Pemberian rekomendasi jasa wisata tirta (kolam renang, danau,
arung jeram dll).

E. BIDANG KETENAGAKERJAAN
Pemberian rekomendasi tempat penampungan dan penyaluran
TKI.

F. BIDANG KESEHATAN
Pemberian rekomendasi izin praktek kesehatan.

G. BIDANG PENDIDIKAN.
Pemberian rekomendasi pembangunan dan operasional TK, SD,
SMP, dan SMA atau sebutan lainnya.

H. BIDANG SOSIAL
1. Pemberian rekomendasi pendirian LSM yang bergerak di
bidang sosial.
91
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

2. Pemberian rekomendasi pembangunan sarana sosial.


3. Pemberian rekomendasi pendirian Yayasan.
4. Pemberian rekomendasi keringanan biaya rujukan
pelayanan kesehatan/GAKIN dan Jamkesmas.

I. BIDANG PEKERJAAN UMUM


1. Pemberian izin pemasangan reklame papan merk toko
2. Pemberian rekomendasi pembangunan jalan oleh pihak
swasta dan masyarakat.
3. Pemberian rekomendasi lokasi perumahan, perkantoran
dan perusahaan.

J. BIDANG PERHUBUNGAN DAN TELEKOMUNIKASI


Pemberian rekomendasi pemasangan menara radio dan
telekomunikasi.

K. BIDANG KEPENDUDUKAN
Pemberian rekomendasi layanan adminitrasi dan pendataan
penduduk.

L. BIDANG TRANTIB
Pemberian rekomendasi keramaian, hiburan dan Kenduri.

M. BIDANG KEMASYARAKATAN
Pemberian rekomendasi proses pendirian tempat ibadah dan
kegiatan sosial masyarakat lainnya.

92 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 3: Uraian Tugas Pelaksana Teknis PATEN
Contoh 3

URAIAN TUGAS PELAKSANA TEKNIS PATEN

1. Petugas Informasi
a. Menyapa warga dan memberi informasi kepada warga
masyarakat
b. Meminta warga mengisi buku tamu
c. Bila warga akan mengurus surat, dipersilakan ke loket/
meja pelayanan.
d. Bila warga akan bertemu Camat, Sekcam, Kepala Seksi
atau pegawai lainnya untuk konsultasi khusus maka
diantarkan ke ruangan/meja yang bersangkutan. Apabila
yang bersangkutan tidak ada di tempat atau sibuk
dipersilakan menunggu di ruang tunggu.
e. Membawa surat yang telah diproses di loket/meja
pelayanan untuk diparaf oleh kepala seksi dan sekcam
serta membawa ke camat untuk ditandatangani. Setelah
semua selesai dikembalikan ke loket/meja pelayanan.
f. Memperbaharui semua informasi di papan informasi
kecamatan.

2. Petugas Loket/Penerima Berkas


a. Menyapa warga dan memeriksa berkas persyaratan
pelayanan yang diajukan warga masyarakat.
b. Menyampaikan penjelasan kepada warga masyarakat bila
ada berkas yang belum lengkap.
c. Menyerahkan hasil pengurusan ke masyarakat apabila
telah selesai.
d. Mengagendakan surat masuk dan keluar
e. Menyusun berkas surat masuk dan keluar di meja/loket
pelayanan.
f. Bertanggung jawab terhadap arsip PATEN

93
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

3. Petugas Operator Komputer


a. Memasukkan (melakukan input) data warga pengguna
pelayanan dan jenis pelayanan yang dimohonkan.
b. Mencetak surat atau rekomendasi yang dimohonkan oleh
warga masyarakat
c. Mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
database kecamatan
d. Memasukkan data-data yang diperlukan dalam format
database PATEN
e. Memperbaharui perkembangan data kecamatan dan
pelayanan publik.
f. Mengamankan data yang sudah terkumpul (back-up)
database ke dalam media penyimpanan atau komputer
lainnya secara berkala.

4. Petugas Pemegang Kas


a. Berperan sebagai kasir di loket/meja pelayanan.
b. Menerima pembayaran tarif pelayanan dan memberikan
tanda terima pembayaran kepada warga masyarakat
penerima pelayanan.
c. Membukukan setiap uang yang masuk dan keluar dari
loket/meja pelayanan
d. Menyusun laporan keuangan secara berkala

Catatan:
Diperlukan cadangan pegawai bila pegawai yang ditunjuk berhalangan hadir,
terutama petugas operator komputer yang memerlukan keahlian teknis penggunaan
komputer.

94 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 4: Tata Cara Penyusunan Visi,
Misi & Motto Pelayanan Kecamatan
Contoh 4

TATA CARA PENYUSUNAN VISI, MISI


DAN MOTTO PELAYANAN KECAMATAN

Metode
 Pemaparan materi dan diskusi
 Diskusi kelompok dan presentasi
 Permainan peran (role play)

Alur Kegiatan
1. Merumuskan Visi
Fasilitator memberi penjelasan singkat tentang visi yaitu
keadaan yang diharapkan terjadi dalam pelayanan kepada
masyarakat oleh pemerintah kecamatan pada masa yang
akan datang (misalnya 3-5 tahun) ke depan. Visi yang jelas
akan memberikan kekuatan, motivasi, tenaga dan semangat
pengorbanan kepada aparat kecamatan yang bersangkutan.
a. Fasilitator menanyakan kepada peserta apakah kecamatan
sudah mempunyai visi tentang pelayanan di kecamatan.
b. Jika sudah ada peserta diminta untuk menyebutkan dan
menjelaskan secara singkat arti visi tersebut.
c. Jika belum ada, fasilitator menanyakan kepada peserta
apa yang ingin dicapai oleh pribadi peserta pada saat yang
akan datang.
d. Fasilitator menegaskan kepada peserta bahwa jawaban
yang diberikan peserta adalah contoh visi
e. Fasilitator kemudian menanyakan apa yang dimaksud
dengan visi dan menuliskan jawaban dari peserta di kertas
plano.
f. Fasilitator menjelaskan pengertian visi berdasarkan
jawaban dari peserta.
g. Fasilitator menjelaskan bagaimana menyusun kalimat
visi yang tepat. Syarat kalimat visi : specific, measurable,

95
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

achievable, reliable, time bound. Visi yang jelas memberikan


kepada setiap anggota organisasi kekuatan, motivasi,
tenaga dan pengorbanan.
h. Contoh : kalimat visi dimulai dari kata-kata “terwujudnya
atau terciptanya ......... (apa?), yang........(bagaimana?) di
...... (dimana) pada.......(kapan?)”
i. Fasilitator meminta setiap peserta menuliskan visi
pelayanan kecamatan pada kertas metaplan yang
disediakan. Pertanyaan kunci : Kondisi pelayanan seperti
apa yang paling ideal diberikan oleh kecamatan
kepada masyarakat?
j. Fasilitator meminta setiap peserta membaca dan
menjelaskan maksud visi yang ditulis pada metaplan serta
menempelkan pada tempat yang telah disediakan.
k. Fasilitator membandingkan semua visi yang telah dituliskan
oleh peserta dan meminta pendapat peserta terhadap
masing-masing visi tersebut.
l. Fasilitator membantu menyusun kembali visi yang telah
dituliskan dengan mengambil kata-kata kunci dari masing-
masing usulan peserta.
m. Fasilitator menuliskan usulan beberapa alternatif kalimat
visi yang diusulkan peserta.
n. Fasilitator meminta peserta untuk menyepakati satu
kalimat visi yang disetujui bersama.
o. Fasilitator meminta salah satu peserta membaca ulang visi
dan menjelaskan artinya serta menuliskan di kertas plano
khusus.
p. Fasilitator meminta peserta untuk membubuhkan tanda
tangan di kertas plano tersebut.

2. Merumuskan Misi
Fasilitator memberi penjelasan singkat tentang misi
adalah rangkaian upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah
kecamatan untuk mewujudkan visi.

96 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 4: Tata Cara Penyusunan Visi,
Misi & Motto Pelayanan Kecamatan

a. Fasilitator menanyakan kepada peserta upaya-upaya apa


saja yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi yang
sudah disepakati sebelumnya.
b. Fasilitator memberikan petunjuk untuk membuat misi
berdasarkan pada kriteria atau aspek SDM, pendanaan,
sarana dan prasarana serta metode pelayanan (organisasi,
sistem, kebijakan)
c. Contoh pertanyaan kunci : upaya-upaya apa saja yang
harus dilakukan terhadap sumber daya manusia yang ada di
kecamatan untuk mencapai visi yang telah disepakati?
d. Fasilitator mengelompokkan usulan peserta ke dalam
empat aspek/kriteria yang telah ditentukan.
e. Fasilitator menanyakan kembali kepada peserta usulan-
usulan misi apa saja yang mungkin dilakukan.
f. Fasilitator merumuskan misi yang merangkum usulan-
usulan peserta pada masing-masing aspek
g. Fasilitator meminta peserta untuk menyepakati rumusan
misi
h. Fasilitator meminta salah satu peserta membaca ulang misi
dan menjelaskan artinya serta menuliskan di kertas plano
khusus.
i. Fasilitator meminta peserta untuk membubuhkan tanda
tangan di kertas plano tersebut.

3. Merumuskan Motto
a. Fasilitator menanyakan pengertian kata ’motto’ kepada
peserta, dan menuliskannya di kertas plano.
b. Fasilitator menanyakan apa pentingnya motto bagi
kecamatan dalam melakukan tugas-tugasnya.
c. Fasilitator menjelaskan pengertian motto dan menjelaskan
pentingnya motto bagi kecamatan.
d. Fasilitator memberikan contoh-contoh motto kepada
peserta.

97
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

e. Fasilitator meminta peserta mengusulkan motto pelayanan


kecamatan.
f. Fasilitator menuliskan usulan peserta di kertas plano. Jika
peserta tidak mau mengusulkan secara langsung, maka
fasilitator membagikan metaplan dan spidol kepada
peserta.
g. Fasilitator meminta peserta menuliskan usulan mottonya
di metaplan yang telah dibagikan dan menempelkan
metaplan di tempat yang telah disediakan.
h. Fasilitator membaca satu persatu usulan peserta dan
meminta peserta menjelaskan artinya.
i. Fasilitator meminta peserta untuk memilih salah satu motto
yang paling cocok menurut mereka.
j. Jika tidak ada kalimat yang sesuai, fasilitator merangkum
inti-inti gagasan peserta menjadi beberapa alternatif
kalimat dan ditawarkan kepada peserta untuk di sepakati.
k. Fasilitator menuliskan kalimat motto di kertas plano khusus
dan meminta peserta menandatangani kertas tersebut.

4. Merumuskan Nilai-nilai
Fasilitator memberi penjelasan singkat tentang nilai-nilai
yaitu prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar, acuan dan
ukuran tingkah laku organisasi atau orang-orang di dalam
organisasi. Suatu organisasi dikendalikan oleh nilai-nilai orga-
nisasi yang mempertemukan antara pikiran dan hati. Nilai-nilai
ini biasanya berkenaan dengan jasa, kualitas, sikap, perilaku,
asumsi, kepercayaan dan “adat organisasi” atau prinsip-prinsip
bekerja.
a. Fasilitator menanyakan nilai-nilai (value) apakah yang
dianut para peserta dalam menjalani kehidupan sehari-hari
dan menuliskannya di kertas plano yang telah disediakan
b. Fasilitator menanyakan arti dari pentingnya nilai-nilai yang
dianut bagi kehidupan para peserta

98 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 4: Tata Cara Penyusunan Visi,
Misi & Motto Pelayanan Kecamatan

c. Fasilitator menanyakan kepada peserta apa saja nilai-nilai


yang harus dianut oleh peserta ketika melayani masyarakat
dan menuliskan nilai-nilai tersebut di kertas plano
d. Fasilitator menanyakan arti dari nilai-nilai yang disebutkan
peserta
e. Fasilitator menjelaskan kembali arti dari nilai-nilai tersebut
dikaitkan dengan pelayanan kepada masyarakat.
f. Fasilitator menanyakan apa pentingnya nilai-nilai (value)
bagi kecamatan dalam melakukan tugas-tugasnya
g. Fasilitator membagikan metaplan dan spidol kepada
peserta.
h. Fasilitator meminta peserta menuliskan usulan nilai-nilai
di metaplan yang telah dibagikan dan menempelkan
metaplan di tempat yang telah disediakan.
i. Fasilitator membaca satu persatu usulan peserta dan
meminta peserta menjelaskan artinya.
j. Fasilitator meminta peserta untuk memilih beberapa nilai
yang cocok menurut mereka.

Waktu
Kegiatan ini diperkirakan membutuhkan waktu 1 hari penuh.

Penyelenggara dan peserta


Kegiatan ini sebaiknya difasilitasi oleh tenaga dari pemerintah
kabupaten/kota yang sudah memiliki kemampuan pembinaan
pelayanan di kecamatan. Pesertanya sedapat mungkin melibatkan
seluruh staf kecamatan, terutama camat, sekcam dan para kepala
seksi.
Sebaiknya kegiatan ini dilaksanakan di tempat yang me­
mungkinkan orang dapat berkonsentrasi penuh, sehingga peserta
tidak keluar masuk selama kegiatan berlangsung.

99
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Alat Bantu
a. Metaplan
a. Kertas Plano
b. Spidol
c. Selotip kertas
d. White Board
e. LCD Projector
f. Komputer Laptop

100 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 4: Tata Cara Penyusunan Visi,
Misi & Motto Pelayanan Kecamatan

Contoh Visi dan Misi Pelayanan Kecamatan

101
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Contoh 5

TATA CARA PENGEFEKTIFAN TUGAS POKOK


DAN FUNGSI PERSONIL KECAMATAN

Aparat kecamatan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari


haruslah sesuai dengan posisi dan jabatannya. Agar tugas diantara
aparatur tersebut tidak tumpang tindih satu sama lain, maka hal itu
diatur dalam mekanisme pembagian kerja yang biasa dikenal dengan
uraian tugas menurut tugas pokok dan fungsinya (tupoksi).
Melalui kegiatan pengefektifan tupoksi ini dipetakan uraian
tugas setiap aparat kecamatan sesuai dengan tupoksinya. Kegiatan
ini juga bertujuan memperjelas peranan setiap pegawai kecamatan
dalam pelayanan publik, sekaligus sarana bagi pegawai kecamatan
untuk berbagi pengalaman dan pemahaman dalam bekerja.

Metode
 Diskusi dengan media meta plan
 Presentasi dan diskusi

Alur Kegiatan
1. Fasilitator membagi peserta dalam kelompok sesuai dengan
seksinya masing-masing;
2. Fasilitator menanyakan kepada peserta apa saja yang dikerjakan
selama ini. Peserta dimohon tidak melakukan diskusi antar
peserta terlebih dahulu. Untuk peserta dari seksi yang sama
menggunakan meta plan dengan warna sama;
3. Fasilitator meminta kepada peserta untuk menempelkan
jawaban yang sudah ditulis pada metaplan ke dinding yang
telah dipasang kertas plano sesuai dengan seksinya masing-
masing;
4. Fasilitator menanyakan kembali “apakah masih ada yang
terlupakan? Silakan ditambahkan”;

102 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 5: Tata Cara Pengefektifan Tugas Pokok
dan Fungsi Personil Kecamatan

5. Fasilitator meminta kelompok untuk melihat dan menyaring


meta plan yang sudah ditempelkan. Meta plan yang berisi
pekerjaan sama cukup disisakan satu buah saja. Untuk
memperjelas perintah fasilitator memberikan contoh.
6. Fasilitator meminta kelompok untuk melihat daftar uraian
tugas hasil diskusi kelompok seksi lainnya. Kemudian mencatat
jenis-jenis pekerjaan yang tumpang tindih atau pekerjaan yang
menyempurnakan tugas kelompok masing-masing;
7. Fasilitator mengajak para peserta untuk bersama-sama
memperhatikan apa yang sudah dilakukan sebelumnya, yaitu
mengidentifikasi pekerjaan yang dilakukan selama ini.
8. Fasilitator meminta Camat, Sekcam, dan Kasi atau salah satu
perwakilan dari masing-masing seksi untuk mempresentasikan
hasil yang sudah dituliskan sebelumnya. Fasilitator meminta
para peserta untuk saling mengoreksi apakah uraian tugasnya
yang selama ini dijalankan sudah sesuai dengan tupoksi
sebagaimana diatur dalam perbup/walikota ttg uraian tugas
kecamatan.
9. Fasilitator mempersilakan kelompok lainnya untuk memberikan
tanggapan dan tanya jawab. Pada saat mengoreksi, peserta
diminta untuk menggunakan catatan hasil pengamatan silang
(yang sudah dilakukan sebelumnya) dan perbup/walikota ttg
uraian tugas kecamatan atau kebijakan lain yang relevan.
10. Fasilitator mengajak peserta untuk mengkritisi peraturan yang
selama ini berlaku, tetapi belum dijalankan sepenuhnya.
11. Fasilitator menuliskan uraian tugas kelompok yang sudah
disepakati pada kertas plano.
12. Jika salah satu kelompok selesai kemudian dipersilakan
kelompok lainnya untuk mempresentasikan dan melakukan hal
yang sama (memberikan tanggapan dan tanya jawab) sampai
semua kelompok selesai mempresentasikan.
13. Fasilitator menanyakan kepada peserta apakah ada hal lain yang
harus didiskusikan sebelum penyepakatan akhir terhadap hasil
pembahasan uraian tugas.

103
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

14. Fasilitator meminta semua peserta untuk membubuhkan tanda


tangan di kertas plano tersebut.
15. Fasilitator mengajak peserta mendiskusikan upaya-upaya apa
saja yang dapat dilakukan untuk mengefektifkan pelaksanaan
uraian tugas sesuai dengan tupoksi
16. Fasilitator mencatat usulan-usulan hasil diskusi dan menye-
pakati.

Waktu
Kegiatan ini diperkirakan membutuhkan waktu 1 hari penuh.

Penyelenggara dan peserta


Kegiatan ini sebaiknya difasilitasi oleh tenaga dari pemerintah
kabupaten/kota yang memahami struktur organisasi kecamatan
dan kemampuan pembinaan kinerja aparat kecamatan. Pesertanya
sedapat mungkin melibatkan seluruh staf kecamatan, terutama
camat, sekcam dan para kepala seksi.

Alat Bantu
a. Metaplan
b. Kertas Plano
c. Spidol
d. Selotip kertas
e. White Board/papan tulis
f. Bahan Bacaan:
• Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2008 tentang
Kecamatan;
• Peraturan daerah tentang susunan organisasi dan tata kerja
pemerintah kecamatan;
• Peraturan bupati/walikota mengenai uraian tugas atau
tupoksi kecamatan;

104 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 5: Tata Cara Pengefektifan Tugas Pokok
dan Fungsi Personil Kecamatan

• Peraturan bupati/walikota tentang pelimpahan sebagian


kewenangan kepada camat;
• Kebijakan daerah lainnya yang relevan.

105
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Contoh 6

TATA CARA PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN

Adalah kegiatan untuk menyusun jenis, persyaratan dan


alur proses penyelesaian pelayanan publik yang diselenggarakan
kecamatan, sehingga setiap jenis pelayanan publik memiliki
pedoman penyelesaiannya. Standar pelayanan ini merupakan tolok
ukur dan acuan penilaian kualitas pelayanan yang diselenggarakan
kecamatan. Kegiatan penyusunan standar pelayanan ini sangat
penting, karena akan diketahui seluruh tahapan proses bagaimana
suatu produk pelayanan publik diselesaikan sesuai dengan
mekanisme yang berlaku. Selain itu akan mudah diketahui bila ada
beberapa tahapan dalam prosedur yang terlewati.

Metode
 Curah Pendapat (brainstorming)
 Diskusi
 Presentasi

Alur Kegiatan
1. Fasilitator menanyakan kepada peserta apa yang diketahui
peserta tentang standar pelayanan.
2. Fasilitator menuliskan jawaban peserta ke dalam kertas plano.
Jika memungkinkan dapat dilakukan diskusi langsung dipandu
oleh fasilitator.
3. Fasilitator melanjutkan dengan pertanyaan apa arti penting
standar pelayanan dalam perbaikan kualitas pelayanan
administrasi kecamatan, serta siapa yang terlibat dalam
penyusunan standar pelayanan
4. Fasilitator mempresentasikan pengertian, arti penting standar
pelayanan dan pelaku yang terlibat dalam penyusunan standar

106 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 6: Tata Cara Penyusunan
Standar Pelayanan

pelayanan, dengan menggunakan media slide atau meta plan


yang sudah disiapkan.
5. Fasilitator mempresentasikan langkah-langkah penyusunan
standar pelayanan menggunakan media slide atau meta plan
yang sudah disiapkan.
6. Fasilitator menanyakan kepada peserta jenis-jenis pelayanan
administrasi yang ditangani di kecamatan
7. Fasilitator menuliskan jawaban peserta ke dalam kertas plano,
sehingga terbentuk daftar jenis pelayanan administrasi.
8. Fasilitator meminta peserta menentukan satu jenis pelayanan
yang akan dibuat standar pelayanannya.
9. Fasilitator menanyakan alur proses atau tahapan yang selama
ini dilakukan, pihak/pejabat yang terlibat dalam menyelesaikan
produk pelayanan publik. Kemudian fasilitator menuliskan/
menggambar tahapan tersebut ke dalam kertas plano.
10. Fasilitator menanyakan syarat, waktu yang dibutuhkan, biaya
pelayanan, dan menuliskan pula ke dalam kertas plano yang
telah berisi gambar alur pemrosesan pelayanan.
11. Fasilitator meminta kepada peserta untuk merevisi standar
pelayanan tersebut berdasarkan prinsip-prinsip PATEN,
misalnya: prinsip satu loket/meja, penyederhanaan persyaratan
dan prosedur, serta kepastian waktu dan biaya.
12. Fasilitator meminta peserta untuk mempresentasikan standar
pelayanan yang sudah direvisi tersebut.
13. Fasilitator bersama peserta memastikan standar pelayanan
tersebut sesuai dengan prisip-prinsip PATEN.
14. Fasilitator membagi peserta menjadi beberapa kelompok
berdasarkan seksi masing-masing
15. Fasilitator meminta peserta untuk menyusun dan menuliskan
standar pelayanan dari jenis pelayanan yang selama ini
dilakukan oleh seksi masing-masing ke dalam kertas plano yang
telah disiapkan (berisi template/tabel standar pelayanan).
16. Fasilitator meminta peserta mempresentasikan standar
pelayanan yang telah disusun.

107
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

17. Fasilitator mengajak peserta untuk mendiskusikan hasil yang


sudah dipresentasikan, apakah sudah sesuai dengan standar
PATEN, misalnya: prinsip satu loketl/meja, penyederhanaan
persyaratan dan prosedur, serta kepastian waktu dan biaya.
Standar pelayanan itu juga perlu dikonfirmasikan dengan
Kebijakan seperti Keputusan bupati/walikota tentang prosedur
tetap penerbitan perizinan dan non perizinan di kecamatan (jika
ada).
18. Jika sudah sesuai standar PATEN, fasilitator memberikan kesem-
patan kepada kelompok lain untuk melakukan presentasi.
19. Fasilitator meminta kesepakatan peserta untuk menugaskan
salah satu staf kecamatan yang akan menulis kembali atau
mengetik ulang standar pelayanan yang disepakati untuk
ditandatangani Camat. Standar pelayanan tersebut sebagai
pedoman kerja tiap seksi dan dapat direkomendasikan kepada
Pemerintah Kabupaten/kota.

Waktu
Kegiatan ini diperkirakan membutuhkan waktu 5 jam.

Penyelenggara dan peserta


Kegiatan ini dapat difasilitasi oleh tenaga dari pemerintah
kabupaten/kota yang memahami prosedur pelayanan publik atau
camat. Pesertanya sedapat mungkin melibatkan seluruh aparatur
kecamatan.

Alat Bantu
a. Metaplan
b. Kertas Plano
c. Spidol
d. Selotip kertas
e. White Board/papan tulis

108 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


BAGAN ALUR PELAYANAN NON-PERIZINAN DI KECAMATAN

Bagan
No. Uraian Kegiatan Pemohon Petugas Petugas Loket Kepala Seksi Operator Sekretaris Camat Durasi
Contoh 7

Informasi/piket Pelayanan Pelayanan Komputer Kecamatan


1. Petugas Informasi menyapa pemohon yang
datang dan memberitahukan kelengkapan Mulai Informasi
syarat persyaratan
2. a. Pemohon mengajukan permohonan lengkap
dengan persyaratan.
persyaratan
b.Petugas pelayanan memeriksa/melakukan
verifikasi berkas dan pertimbangan
administratif.
3. Jika TIDAK LENGKAP berkas Tidak
dikembalikan kepada pemohon untuk Verifikasi
dilengkapi; Jika persyaratan LENGKAP,
maka berkas dilanjutkan ke Kepala Seksi
Pelayanan untuk di validasi.
4. Kepala Seksi Pelayanan mempelajari Lengkap Pemeriksaan
berkas permohonan dan melakukan validasi, berkas dan
selanjutnya diserahkan ke operator komputer validasi 1 (satu)
untuk diketik. Jam
Pencetakan
5. Operator komputer mencetak surat dan penomoran
sekaligus memberikan penomoran surat
6. Kepala Seksi Pelayanan mengoreksi dan Koreksi Surat
memaraf surat. Selanjutnya surat dan Paraf
dilanjutkan ke sekcam.
7. Sekcam mengoreksi dan memaraf surat, Penanda-
Koreksi Surat
selanjutnya diserahkan ke Camat untuk dan Paraf tanganan
ditandatangani. Jika tidak ada Sekcam
digantikan oleh salah satu Kepala Seksi
8. Petugas Loket memanggil pemohon untuk Membayar a. Memanggil pemohon
membayar retribusi dan atau menyerahkan Retribusi c. Menulis kwitansi dan
surat. Jika ada retribusi Petugas Pelayanan (bila ada) mencatatnya
mencatan pembayaran.
9. Pemohon menerima surat dan kwitansi Surat keterangan copy surat
pembayaran. / Rekomendasi diarsip oleh
staf Sekcam
Contoh 7: Standar Pelayanan

109
(PATEN)

STANDAR PELAYANAN NON PERIZINAN


KEBIJAKAN

JENIS WAKTU BIAYA SIFAT


No. PERSYARATAN KETERANGAN
PELAYANAN (RP)
1 2 3 4 5 6 7

1. Surat Pengantar a. Fotocopy Kartu Keluarga; 30 menit Gratis Proses dilanjutkan oleh yang bersangkutan ke
Pengurusan KTP b. Permohonan KTP; Pemerintah Kabupaten.
c. Surat Pengantar dari Kepala Desa/Lurah;
d. Mengisi Blangko F1. 01 yang sudah ditandatangi
petugas register desa/kelurahan (jika belum
pernah mengisi).

110 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


e. Fotocopy Akte Kelahiran
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan

2. Surat Pindah a. Pas Foto 3x4 sebanyak 4 lembar; 30 menit Gratis Final di a. Tembusan ke Gubernur, Pemerintah
b. Surat Keterangan Pindah dari Kepala Desa/Lurah Kecamatan Kabupaten/Kota;
Asal; b. KTP asli dicabut oleh Camat atas nama
c. KTP Asli; Pemerintah Kabupaten asal;
d. Fotocopy Kartu Keluarga. c. Anggota keluarga yang ikut pindah juga
dicabut KTP-nya.
3. Surat Pengantar a. Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah; 30 menit Gratis a. Proses lanjutan oleh yang bersangkutan ke
Pembuatan Akte b. Asli Surat Keterangan Lahir dari Bidan atau Pemerintah Kabupaten;
Kelahiran Rumah Sakit (bagi anak yang baru lahir); b. Umur Saksi adalah 20 tahun lebih tua dari
b. Fotocopy KTP orangtua (Bapak & Ibu) dan 2 anak dan berjenis kelamin laki-laki.
orang saksi;
c. Fotocopy Surat Nikah orangtua atau Surat
Keterangan dari Kepala Desa/Lurah;
d. Fotocopy Kartu Keluarga;
e. Fotocopy Ijazah bila sudah ada.
4. Surat Keterangan Surat Pengantar Kepala Desa/Lurah 30 menit Gratis Final di
Kurang Mampu Kecamatan
No. JENIS PELAYANAN PERSYARATAN WAKTU BIAYA SIFAT KETERANGAN
(RP)
1 2 3 4 5 6 7

5. Surat Keterangan Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah 30 menit Gratis Final di
Meninggal Dunia Kecamatan

6. Surat Keterangan Ahli Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah 30 menit Gratis Final di
Waris Kecamatan

7. Surat Keterangan Bersih Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah 30 menit Gratis Final di
Diri Kecamatan

8. Surat Dispensasi Nikah Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah 30 menit Gratis Dilanjutkan ke Pemerintah Kabupaten
(daerah asal)

9. Surat Keterangan Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah 30 menit Gratis Dilanjutkan ke Pemerintah Kabupaten
Musibah/kebakaran

10. Surat Keterangan Korban 1. Surat Keterangan dari Kepala Desa/Lurah 30 menit Gratis Dilanjutkan ke Pemerintah Kabupaten
Konflik 2. Fotocopy KTP

11. Rekomendasi Proposal Surat Pengantar Kepala Desa/Lurah 30 menit Gratis Final di
Bantuan Dana, Anak Kecamatan
Cacat, Mesjid

12. Rekomendasi Surat Izin Surat Pengantar dari Kepala Desa/Lurah 30 menit Gratis Dilanjutkan ke Pemerintah Kabupaten
Keramaian (Sosial)

13. Rekomendasi Surat Izin Surat Pengantar dari Kepala Desa/Lurah 30 menit Gratis Dilanjutkan ke Pemerintah Kabupaten
Keramaian (Komersial)

14. Surat Rekomendasi Surat Keterangan dari Fakultas / Perguruan 30 menit Gratis
Penelitian Mahasiswa Tinggi
Contoh 7: Standar Pelayanan

111
BAGAN ALUR PELAYANAN PERIZINAN DI KECAMATAN
(PATEN)

Bagan
No. Uraian Kegiatan
KEBIJAKAN

Pemohon Petugas Informasi Petugas Loket Kasi Pelayanan Oper. Komputer Sekcam Camat Durasi
1. Pemohon meminta informasi kepada petugas Informasi
Mulai Pengambilan
kemudian petugas memberikan formulir untuk persyaratan formulir
diisi oleh pemohon
2. a. Pemohon mengambil dan mengisi formulir.
Kemudian mengajukan permohonan lengkap
dengan persyaratan. Mengisi
Formulir
b. Petugas memeriksa/melakukan verifikasi formulir dan
dan
berkas dan pertimbangan administratif. lengkapi
persyaratan
persyaratan
c. Jika persyaratan tidak lengkap, maka
dikembalikan ke pemohon
Tidak
3. Jika persyaratan lengkap, maka berkas diserahkan Resi penerimaan
ke Kasi Pelayanan dan pemohon menerima resi Verifikasi 1 Hari

112 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


berkas Lengkap
penerimaan berkas.
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan

4. Kasi Pelayanan mempelajari berkas permohonan Validasi


untuk melakukan validasi. Lengkap
5. a. Jika tidak diizinkan, maka dibuat surat Surat
penolakan pemrosesan izin yang diberikan Layak?
Penolakan Tidak
kepada pemohon. Ya
b. Jika tidak ada masalah, maka dilanjutkan penetapan retribusi
dengan penetapan retribusi.
6. Pengetikan SITU dan penomoran oleh Operator Pengetikan dan
Komputer penomoran SITU
7. a. SITU diparaf oleh Kasi Pelayanan dan Koreksi dan Penanda-
Koreksi
Sekcam. Jika Sekcam tidak ada diparaf oleh paraf tanganan
dan paraf
salah satu Kepala Seksi. 1 Hari
b. SITU ditandatangani Camat
8. a. Petugas Loket memanggil pemohon untuk Membayar a. Memanggil pemohon
membayar retribusi dan menerima surat. Retribusi b. Menulis Kuitansi dan
b. Petugas pelayanan mencatat pembayaran mencatatnya
9. a. Pemohon menerima surat dan kuitansi Copy SITU
pembayaran. SITU diarsip oleh
b. Staf Sekcam mengarsip copy SITU Staf Sekcam
Contoh 8: Rencana Kegiatan
Persiapan PATEN
Contoh 8

Penanggung
No Kegiatan Waktu
jawab
1 Penyiapan Loket/Meja Pelayanan 21-22 Maret 2009 Sekcam

2 Penentuan Petugas Loket (SPT 23 Maret 2009 Camat


Camat)

3 Penyiapan Komputer Database + 23 Maret 2009 Kasi Tata


printer Pemerintahan

4 Kursi Tunggu untuk warga 23 Maret 2009 Petugas Loket

5 Lemari Arsip 23 Maret 2009 Kasi Pelayanan

6 Tulisan ”Loket PATEN” dilaminating 23 Maret 2009 Petugas Loket

7 Tulisan ”Pastikan Pengurusan Doku- 24 Maret 2009 Kasi Pemberda-


men Anda Melalui Loket PATEN dan yaan Masyarakat
Dapatkan Kemudahannya” dilami- Desa (PMD)
nating (dapat diganti redaksinya)

8 Tempat Koran - untuk masyarakat 25 Maret 2009 Kasi Trantib


selagi menunggu pelayanan –
(bila tersedia)

9 Publikasi Visi, Misi dan Motto 26 Maret 2009 Kasi Tata


Pelayanan Kecamatan Pemerintahan

10 Penyiapan Sarana Pengaduan 27 Maret 2009 Kasi Pelayanan


Masyarakat (kotak, form pengaduan,
atau sms)

11 Publikasi Standar Pelayanan - uku- 30 Maret 2009 Kasi Pelayanan


ran A1

12 Briefing untuk Petugas Loket/Meja 31 Maret 2009 Camat


Pelayanan

13 Gladi Resik/Persiapan Terakhir Loket 31 Maret 2009 Petugas Loket

113
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Penanggung
No Kegiatan Waktu
jawab
14 Peresmian PATEN oleh Bupati 2 April 2009 Camat

15 Sosialisasi Lanjutan
• Spanduk tentang Loket PATEN 6 April 2009 Petugas Loket

• Brosur Loket PATEN (dibagikan 6 April 2009 Kasi PMD


ke desa/kelurahan)

• Informasi Standar Pelayanan 8 April 2009 Kasi Tata


untuk di kantor desa/kelurahan Pemerintahan
dan tempat-tempat yang ramai
dikunjungi masyarakat

• Rapat/Briefing Camat dengan 11 April 2009 Camat


Lurah/Kepala Desa, tokoh
agama dan warga masyarakat

• Penyuluhan langsung kepada 14 April 2009 Kasi PMD


warga masyarakat oleh aparat
kecamatan

114 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 9: Tata Cara Lokakarya,
Skenario dan Materi Etika Pelayanan
Contoh 9

TATA CARA LOKAKARYA ETIKA PELAYANAN

Pelayanan publik diselenggarakan berdasarkan asas-asas


kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, partisipatif,
tidak diskriminatif, keterbukaan, akuntabilitas, dan ketepatan waktu.
Asas-asas itu juga harus didukung dengan membangun hubungan
antara masyarakat dan aparatur pemerintah atas dasar kesetaraan,
saling percaya dan saling menghargai. Hal yang tidak kalah penting
adalah bagaimana menempatkan warga masyarakat sebagai ”subyek”
yang mempunyai hak dan kewajiban pelayanan.
Untuk menghasilkan pelayanan yang optimal dan berkualitas,
maka dibutuhkan strategi yang jitu pula, yaitu dengan memperbaiki
etika melayani warga masyarakat, yang sering disebut etika
pelayanan.
Etika pelayanan merupakan tata nilai serta budaya yang
mengatur sikap dan perilaku petugas ketika memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Selama ini asas-asas pelayanan publik yang
baik sering ditinggalkan sehingga masyarakat tidak mendapatkan
pelayanan yang memuaskan.

Metode
 Presentasi
 Diskusi
 Curah Pendapat
 Bermain peran (role play)

Alur Kegiatan
1. Fasilitator meminta peserta untuk menjelaskan bagaimana
pelayanan yang selama ini diberikan kepada masyarakat dan apa

115
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

saja keluhan-keluhan yang disampaikan masyarakat terhadap


pelayanan dari kecamatan;
2. Fasilitator dan peserta mendiskusikan aspek-aspek apa saja
yang harus dijalankan sesuai dengan standar pelayanan;
3. Fasilitator mempresentasikan aspek-aspek Etika Pelayanan
sesuai dengan prinsip TERRA (Tangible, Empathi, Reliability,
Responsiveness dan Assurance);
4. Fasilitator menanyakan kepada peserta apakah sudah
menjalankan prinsip-TERRA yang sudah dijelaskan sebelumnya
5. Fasilitator meminta kesediaan beberapa peserta untuk
melakukan permainan peran tentang pelayanan publik;
6. Permainan peran dilakukan sebanyak lima skenario/babak. Pada
setiap skenario, peserta dibagi menjadi petugas pelayanan dan
pengguna jasa;
7. Fasilitator memberikan skenario yang harus dimainkan oleh
peserta yang menjadi petugas pelayanan;
8. Setiap satu skenario permainan peran selesai dilakukan, fasilitator
meminta komentar kepada peserta yang menjadi penonton.
Komentar yang diminta adalah tentang bagaimana perasaan
pengguna pelayanan dan sikap dari petugas pelayanan;
9. Fasilitator menulis komentar dari peserta di kertas plano yang
telah disediakan;
10. Setelah semua skenario dimainkan, fasilitator mendiskusikan
kepada peserta langkah-langkah perbaikan apa saja yang harus
dilakukan untuk memperbaiki pelayanan;
11. Fasilitator menuliskan langkah-langkah yang diusulkan peserta
di kertas plano yang telah diusulkan;
12. Fasilitator meminta peserta untuk menyepakati langkah-langkah
perbaikan yang sudah ditulis di kertas plano dan meminta
kesanggupan peserta untuk melaksanakannya;
13. Fasilitator meminta peserta mensimulasikan praktik pelayanan
yang baik berdasarkan prinsip TERRA yang telah disampaikan
oleh fasilitor;

116 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 9: Tata Cara Lokakarya,
Skenario dan Materi Etika Pelayanan

Waktu
Kegiatan ini diperkirakan membutuhkan waktu 4 jam.

Penyelenggara dan peserta


Kegiatan ini dapat difasilitasi oleh tenaga dari pemerintah
kabupaten/kota yang memahami etika pelayanan publik. Pesertanya
terutama petugas loket/meja pelayanan, tetapi dapat pula melibatkan
pegawai kecamatan lainnya.

Alat Bantu
a. Flipchart / papan tulis
b. Kertas Metaplan
c. Kertas Plano
d. Selotip Kertas
e. Spidol
f. Foto – foto dan berita peristiwa tentang manfaat PATEN
g. 1 unit meja
h. 3 unit kursi
i. Skenario bermain peran etika pelayanan

SKENARIO BERMAIN PERAN ETIKA PELAYANAN

Dalam hal etika pelayanan publik, sangat penting bagi peserta


lokakarya untuk memahami kebutuhan masyarakat sebagai
penerima pelayanan. Etika pelayanan menjadi standar nilai bagi
pemerintah sebagai pemberi pelayanan untuk memenuhi hak
masyarakat mendapatkan pelayanan prima (excellent service). Tujuan
dilakukannya permainan peran (role play) ini ialah membangun
empati terhadap posisi yang diperankan. Dengan menempatkan
para petugas pelayanan pada posisi penerima pelayanan, maka
diharapkan etika pelayanan publik dapat dipahami lebih dalam.

117
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Tujuan Peserta dapat memahami kebutuhan masyarakat sebagai


penerima pelayanan publik

Waktu 60 menit

Tempat Ruang kelas yang memadai

Bahan Meja sebagai loket pelayanan dan 3 kursi


Beberapa lembar kertas sebagai formulir, kartu kendali, ber-
kas/dokumen

Kegiatan 1. Permainan peran (role play) dua pihak: satu pihak seba-
gai penerima pelayanan dan pihak lain sebagai petugas
pemberi pelayanan. Permainan dilakukan sebanyak lima
babak. Fasilitator memandu dengan menunjuk peserta
sebagai penerima pelayanan, dan fasilitator sebagai petu-
gas pemberi pelayanan.
2. Refleksi masing-masing babak dipandu fasilitator. Per-
tanyaan terutama ditujukan pada peserta yang berperan
sebagai penerima pelayanan: apa yang salah dalam pe-
layanan yang dialaminya. Kemudian jawaban dilengkapi
oleh peserta lain.
3. Refleksi akhir - menyusun hal positif dari masalah negatif
di masing-masing babak - sebagai etika pelayanan yang
sekaligus menjadi janji peserta.
4. Penjelasan mengenai apa dan bagaimana etika pelayan-
an dalam praktek di kecamatan.

Adegan 5 Babak
1. Seseorang datang ingin dapat informasi tentang syarat-syarat
untuk mendapatkan pelayanan. Saat bertemu petugas loket
dia bertanya soal persyaratan dan biayanya. Petugas terlihat
abai, ketus, duduk malas, melipat tangan, dan bicara sepotong-
sepotong. Bicara seperlunya, dan menyodorkan brosur.
Menyatakan semua bisa dibaca di brosur. Tampilan petugas tak
simpatik dan berantakan.

118 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 9: Tata Cara Lokakarya,
Skenario dan Materi Etika Pelayanan

2. Dua orang pemohon yang berbeda urusan, perempuan cantik


dan laki-laki tua, datang ingin mengurus izin. Si petugas lebih
mementingkan pemohon perempuan, dan mengabaikan si
tua.
3. Seseorang datang ingin tahu informasi pelayanan. Petugas
tampak gagap, bingung, dan ragu-ragu dalam menjawab.
4. Seseorang datang ingin mendapatkan pelayanan di loket,
petugas justru melayani pertanyaan sesama petugas pelayanan
tentang urusan lain yang tak penting.
5. Seseorang datang mempersoalkan persyaratan yang tak
masuk akal. Petugas tampak gusar dan emosi. Akhirnya mereka
bertengkar!

Kunci jawaban disimpan oleh fasilitator untuk memudahkan


dalam memandu saat refleksi.
1. Babak 1
- Tidak informatif/tidak rinci
- Tidak rapi
- Kurang senyum
- Kurang sopan
- Masa bodoh/tidak perhatian/ tidak peduli
- Kasar
- Angkuh
2. Babak 2
- Pilih kasih/diskriminatif
- Terlalu berlebihan terhadap pemohon tertentu

3. Babak 3
- Kurang informatif
- Kurang menguasai atau tidak memahami materi

119
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

4. Babak 4
- Sombong
- Masa bodoh/tidak peduli/tidak perhatian
- Lebih mementingkan pribadi
- Tidak tanggap terhadap keluhan

5. Babak 5
- Emosional/kurang sabar
- Penggunaan kata/bahasa kurang baik
- Membuat tersinggung

120 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 10: Tata Cara
Monitoring PATEN
Contoh 10

TATA CARA MONITORING PATEN

Tujuan
1. Menilai perkembangan pelaksanaan PATEN
2. Mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan PATEN
dan upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
3. Mengidentifikasi peluang-peluang yang dapat ditindaklanjuti
untuk peningkatan kualitas PATEN.

Informan
1. Petugas Meja/Loket PATEN
2. Warga masyarakat penerima pelayanan

Metode
1. Angket
Yaitu daftar pertanyaan atau penilaian yang diberikan kepada
responden warga masyarakat yang baru saja selesai mengurus
pelayanan di kecamatan. Warga mengisi langsung angket
dimaksud. Dilakukan untuk mengetahui persepsi, penilaian dan
masukan dari warga pengguna terhadap PATEN.
1. Wawancara
Yaitu wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang telah dibuat sebelumnya. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh persepsi dan masukan dari informan (terutama
petugas meja/loket pelayanan) mengenai pelaksanaan PATEN
2. Pengamatan
Dilakukan untuk mengetahui secara langsung penyelenggaraan
PATEN sekaligus alat konfirmasi apakah keterangan yang
diperoleh dari wawancara terimplementasikan dalam
kenyataan.

121
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

Aspek Yang Dimonitor


1. Tangibles (aspek fisik), yaitu yang terlihat secara fisik,
menyangkut kondisi fisik fasilitas yang ada di kecamatan dan
personil.
2. Empati yaitu kemauan dan kemampuan petugas kecamatan
untuk peduli dan memperhatikan setiap warga pengguna
pelayanan.
3. Reliability (kehandalan) yaitu kemampuan petugas kecamatan
untuk memiliki performa yang bisa diandalkan dan akurat.
4. Responsiveness (daya tanggap) yaitu kemauan petugas
pelayanan untuk merespon keinginan atau kebutuhan akan
bantuan dari warga masyarakat pengguna pelayanan
5. Assurance (kepastian/jaminan kualitas) yaitu jaminan atau
kepastian dari pemberi pelayanan untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas. Biasanya terkait dengan aspek-aspek moral,
seperti kejujuran, dan kecermatan.

OPERASIONALISASI ASPEK YANG DIMONITOR

TANGIBLE
1. Standar Perlengkapan PATEN
Kondisi
No Item
Terpasang/ Tidak Keterangan
Tersedia
1 Loket/Meja Pelayanan
2 Meja Piket
3 Ruang Tunggu
4 Kotak/Tempat Pengaduan
5 Papan Informasi Standar Pelayanan
6 Papan Kehadiran Pejabat

122 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 10: Tata Cara
Monitoring PATEN

2. Kapan meja/loket pelayanan dibuka?


3. Kapan meja/loket pelayanan ditutup?
4. Apakah buka dan tutup loket pelayanan sesuai dengan waktu
kerja yang ditentukan? Apa alasannya?
5. Berapa jumlah petugas pelayanan yang bertugas hari itu?
Bandingkan dengan jumlah petugas yang ditetapkan oleh
camat?
6. Apakah petugas selalu ada di kantor saat jam pelayanan?
Mengapa?
7. Apakah petugas berpakaian rapi saat melayani warga?
8. Apakah kantor kecamatan bersih? Jelaskan kondisinya.....
9. Apakah warga menunggu di ruang tunggu? Jika tidak, apa
alasannya?
10. Fasilitas apa saja yang tersedia di ruang tunggu? Sebutkan......
11. Apakah kamar mandi bersih? Jelaskan kondisinya......

EMPATI
1. Apakah petugas mendahulukan warga yang datang terlebih
dahulu (sesuai dengan prinsip antrian)? Jika tidak, apa
alasannya?
2. Pernahkah ada warga yang memberikan uang tambahan ketika
mengurus pelayanan?
3. Tindakan apa yang dilakukan petugas pelayanan kepada
warga yang memberikan uang tambahan tersebut? Jelaskan
alasannya....
4. Apakah petugas bersedia memberikan pelayanan kepada warga
yang datang melebihi jam pelayanan ? Jelaskan alasannya.....

123
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

RELIABILITY
1. Apakah petugas mampu menjawab pertanyaan mengenai
proses PATEN?
2. Pernahkah ada warga yang mengajukan pengaduan mengenai
pelayanan ke kecamatan?
3. Apa tindakan yang dilakukan petugas pelayanan kepada warga
yang mengajukan pengaduan ke kecamatan?
4. Bagaimana tindak lanjut penanganan pengaduan yang di-
sampaikan oleh warga masyarakat tersebut?
5. Pernahkah kecamatan melakukan pertemuan dengan tokoh/
warga masyarakat mengenai perkembangan PATEN? Jelaskan....

RESPONSIVENESS
1. Apakah surat/rekomendasi dapat diselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan?
2. Apa tindakan dari petugas pelayanan kepada warga yang tidak
mengikuti prosedur PATEN?
3. Bila ada warga yang berkas persayaratannya kurang, tindakan
apa yang dilakukan petugas pelayanan?

ASSURANCE
1. Apakah petugas meja/loket pelayanan memeriksa berkas
persyaratan yang diajukan warga sebelum meneruskannya
kepada pejabat yang lain?
2. Apakah petugas pelayanan selalu tersenyum kepada masyarakat
yang datang mengurus pelayanan?
3. Apakah petugas menyapa warga masyarakat yang datang untuk
mengurus pelayanan?
4. Apakah petugas bersikap sopan dalam melayani masyarakat?

124 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan


Contoh 10: Tata Cara
Monitoring PATEN

PENGGUNAAN OPERASIONALISASI ASPEK DALAM PRAKTIK


Data yang terkait dengan 5 aspek (TERRA) dikumpulkan dengan
menggunakan tiga metode di atas. Hasilnya dituliskan dalam bentuk
narasi, disertai analisis mengenai data tersebut.

CONTOH:

Pertanyaan untuk Petugas Pelayanan


1. Jam berapa biasanya meja/loket pelayanan dibuka?
2. Apakah selama jam pelayanan, Bapak/Ibu ada di tempat?

Pertanyaan untuk Warga Pengguna Pelayanan


1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengurus pelayan­
an?
2. Menurut Bapak/Ibu apakah pelayanan itu cepat?

Contoh Pengamatan
1. Amati apakah petugas selalu menyapa setiap ada warga yang
datang.
2. Amati apakah petugas ngobrol dengan temannya daripada
melayani warga masyarakat yang datang.

125
KEBIJAKAN
Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN)

126 Inovasi Manajemen Pelayanan di Kecamatan

Вам также может понравиться