Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn. L / laki-laki / 22 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Mahasiswa
c. Alamat : RT. 03 Tanjung Pasir

II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : Anak ke-1 dari 2 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah : Rumah pasien merupakan rumah semi
permanen dengan luas 8x10m2. Pasien tinggal dirumah bersama dengan
kedua orangtuanya, nenek dan adik laki-laki pasien. Rumah pasien terdiri
atas 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 1 dapur, dan 4
kamar tidur. Ventilasi dirumah pasien cukup memadai, rumah
pencahayaannya cukup terang, penataan rumah cukup rapi, perabotan
rumah tangga tersusun cukup rapi. Dirumah bagian belakang juga terdapat
kamar mandi. Dirumah pasien sumber air bersih berasal dari sumur
sedangkan sumber penerangan berasal dari PLN. Lantai rumah terbuat dari
kayu, ventilasi dirumah baik. Lingkungan sekitar rumah pasien bersih dan
tidak ada tumpukan sampah.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien dirumah tinggal bersama kedua
orangtuanya, nenek dan adik laki-laki pasien. Keluarga pasien ini cukup
harmonis.

Aspek Psikologis di Keluarga : Tidak ada masalah


psikologis dalam keluarga

III. Keluhan Utama :


Benjolan dikelopak mata bagian bawah sebelah kiri sejak ± 1 hari yang lalu

IV. Riwayat Penyakit Sekarang : (alloanamnesis dan autoanamnesis)

1
Pasien datang ke puskesmas dibawa oleh ibunya dengan keluhan
timbul benjolan di kelopak mata kiri bagian bawah sejak 1 hari yang lalu.
Pasien mengaku benjolan timbul awalnya kecil berwarna kemerahan
dan lama-kelamaan keesokannya saat bangun tidur kelopak mata kiri bagian
bawah semakin membesar. Menurut pasien, pasien mengeluh benjolan
tersebut terasa panas, gatal dan nyeri terutama bila tersentuh. Pasien merasa
seperti ada yang mengganjal matanya tetapi tidak mengganggu penglihatan.

Pasien menyangkal keluar belekan. Tidak ada keluhan mata merah,


rasa berpasir (-). Demam tidak ada, sakit kepala (-), mual dan muntah tidak
ada.

V. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :


 Riwayat demam tidak ada
 Riwayat penyakit yang sama sebelumnya di sangkal
 Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama

VI. Pemeriksaan Fisik :


Keadaan Umum
1. Keadaan sakit : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. TD : 120/80 mmHg
4. Suhu : 36,6°C
5. BB : 55 kg
6. TB : 163 cm
7. Status Gizi : baik (IMT 20,75)
8. Nadi : 86 x/menit

9. Pernafasan
- Frekuensi : 20x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : thorakoabdominal

Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal
Simetri : simetris

2. Mata

2
STATUS OPHTHALMOLOGIS

OD OS
Visus 6/6 6/6
Kedudukan bola mata Ortoforia
Pergerakan bola mata

Versi : baik Versi : baik


Duksi : baik Duksi : baik
PEMERIKSAAN EXTERNAL

Palpebra supp Masa (-), Edem (-), hiperemis (-), Masa (-), Edem (-), hiperemis (-),
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Palpebra inf Edem (-), hiperemis (-), nyeri Masa (+), Edem (+), hiperemis
tekan (-) (+), nyeri tekan (+)
Cilia Trichiasis (-) Trichiasis (-)
Conj. Tars Supp Papil (-), folikel (-) hiperemis (-) Papil (-), folikel (-) hiperemis (-)

Conj. Tars Inf Papil (-), folikel (-) hiperemis (-) Papil (-), folikel (-) hiperemis (-)

Conj. Bulbi Inj. Konjungtiva (-), Inj. Silier Inj. Konjungtiva (-), Inj. Silier (-),
(-), Sekret (-) Sekret (-)
Kornea Jernih, edem (-), ulkus (-) jernih, edem (-), ulkus (-)
desmetokel (-), infiltrat (-) desmetokel (-), infiltrat (-)
COA Fibrin (-), hipopion (-), flare (-) Fibrin (-), hipopion (-), flare (-)
Iris Sinekia ant & post (-) Sinekia ant & post (-)
Pupil Isokor, D = 3 mm Isokor, D = 3 mm
Reflek cahaya langsung (+) Reflek cahaya langsung (+)
Reflek cahaya tdk langsung (+) Reflek cahaya tdk langsung (+)

Lensa Jernih Jernih

3
3. Hidung : tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut Bibir : basah, tidak pucat
Bau pernafasan : normal
Gigi geligi : lengkap
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda,
perdarahan (-)
Selaput Lendir : normal
Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)
6. Leher KGB : tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : tak ada pembesaran
7. Thorax Bentuk : simetris
Pergerakan dinding dada : tidak ada yang tertinggal
Pulmo

Pemeriksaan Kanan Kiri


Inspeksi simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS VI
kanan
Auskultasi Wheezing (-), Ronkhi (-) Wheezing (-), Ronkhi (-)

Jantung

Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri

Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

8. Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit, striae(-), Sikatrik (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal

9. Ekstremitas Atas
Kekuatan: 5 / 5, Edema : (-) / (-)

4
10. Ekstremitas bawah
Kekuatan: 5 / 5, Edema : (-) / (-)

VII. Pemeriksaan Penunjang :


Tidak dilakukan

VIII. Diagnosis Kerja :


Hordeolum Eksterna Okuli Sinistra (H00.019)

IX. Diagnosis Banding


- Insect bite (S30.860A)
- Kalazion (H00.19)

X. Manajemen
a. Preventif :
- Jangan menekan atau menusuk benjolan (hordeolum), hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
- Jangan mengusap-usap mata dalam keadaan tangan kotor atau belum
mencuci tangan.
- Hindari bermain panas dan keluar rumah agar mata tidak terkena debu
b. Promotif :
- Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang pentingnya menjaga
kebesihan dan menjaga kesehatan mata anak
- Memberikan informasi mengenai penyakit apa saja yang dapat
menyerang mata pada anak-anak.
- Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya mencuci tangan pakai
sabun dengan air mengalir untuk kesehatan.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Istirahat yang cukup
 Makan-makanan bergizi.
 Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
 Minum obat teratur

Farmakologi
 Amoxicillin Tablet 3 x 500 mg
 Kloramfenikol salep mata 3 kali sehari

Pengobatan tradisional

5
Bahan yang digunakan yaitu cukup menyediakan sebutir bawang putih
yang sudah dicuci bersih dan dikupas. Kemudian, potong bagian ujungnya
agar dapat memoles bagian mata yang timbilan dengan mudah. Poles
timbil dengan irisan bawang secara perlahan-lahan dan searah. Pada
bagian ini perlu kehati-hatian, karena salah-salah bisa mengenai mata.
Lakukan berulang-ulang pada pagi dan sore hari, sampai timbil
mengempis.

d. Rehabilitatif
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengatur pola makan yang
bergizi untuk pemulihan kesehatan tubuh pasien dan istirahat.
 Segera berobat ke pusat pelayanan bila mengalami keluhan yang sama.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Hordeolum merupakan infeksi akut yang umumnya disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus pada kelenjar palpebra. Hordeolum terbagi atas hordeolum
eksterna yang merupakan infeksi pada kelenjar yang lebih kecil dan superfisial
(Zeis atau Moll) dan hordeolum interna dimana infeksi terjadi pada kelenjar
Meibom. Hordeolum sering dihubungkan dengan diabetes, gangguan pencernaan
dan jerawat. 1,3

2.2 INSIDENS
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin.2,3

2.3 ANATOMI PALPEBRA


Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata yang rentan terhadap trauma.
Palpebra sangat mudah digerakkan karena kulit di sini paling tipis di antara kulit
di bagian tubuh lain. Di palpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak
dengan pembesaran.Di bawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang dapat
mengalami distensi akibat edema masif.Muskulus orbikularis oculi melekat pada
kulit. Permukaan dalamnya dipersarafi nervus fascialis (VII), dan fungsinya
adalah untuk menutup palpebra.4
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata;

7
palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan
utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapis kulit dan jaringan subkutaneus,
lapis muskulus protraktor (M.orbikularis okuli), septum orbita, musculus retraktor
(M.levator palpebra), tarsus, lapisan membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).3
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan.Muskulus Orbikularis okuli berfungsi untuk menutup palpebra.Serat
ototnya mengelilingi fisura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita.Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pretarsal; bagian diatas septum
orbital adalah bagian preseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.3,4
Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli,
berhubungan dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.Tarsus merupakan
struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di
kelopak bawah).3
Konjungtiva Palpebrae bagian posterior palpebrae dilapisi selapis
membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.Margo
palpebra dipisahkan oleh garis abu-abu (batas mukokutan) menjadi margo anterior
dan posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll.Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.Margo
posterior berhubungan dengan bola mata, dan sepanjang margo ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula
Meibom atau tarsal). Pungtum lakrimalis terletak pada ujung medial dari margo
posterior palpebra. Pungtum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah
melalui kanalikulus ke sakus lakrimalis.2,3
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka.Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-
kira 0,5 cm dari margo lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbital

8
adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara
margo orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai pemisah antara palpebra orbita.
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan
tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.3,4
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli.Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis.
Levator dan muskulus rektus inferior dipersarafi oleh nervus
okulomotoris.Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V.2,3

Gambar1. Anatomi Palpebra mata

2.4 ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Lebih sering pada anak kecil dan dewasa muda, meskipun tidak ada
batasan umur dan pada pasien dengan tarikan pada mata akibat
ketidakseimbangan otot atau kelainan refraksi. Kebiasaan mengucek mata
atau menyentuh kelopak mata dan hidung, serta adanya blefaritis kronik

9
dan diabetes mellitus adalah faktor-faktor yang umumnya berkaitan
dengan hordeolum rekuren. Hiperlipidemia termasuk kolesterolemia,
hygiene lingkungan dan riwayat hordeolum sebelumnya juga
mempengaruhi.2

2. Organisme penyebab
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum.5

2.5 KLASIFIKASI
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis :
1. Hordeolum interna, terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna
ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian
dalam).
2. Hordeolum eksterna, terjadi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll.
Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar
(palpebra).3

2.6 PATOGENESIS
Kebanyakan hordeolum disebabkan infeksi Staphylococcus, biasanya
Staphylococcus aureus. Infeksi tersebut dapat mengenai kelenjar Meibom
(hordeolum interna), maupun kelenjar Zeis dan Moll (hordeolum eksterna). Proses
tersebut diawali dengan pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis
ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus sehingga
terjadi pembentukan pus dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak
gambaran abses, dengan ditemukannya sel Polimorfonuklear (PMN) dan
debris nekrotik. Nyeri, hiperemis, dan edema palpebral adalah gejala khas pada
hordeolum.Intensitas nyeri mencerminkan beratnya edema palpebra. Apabila
pasien menunduk, rasa sakit bertambah. Pada pemeriksaan terlihat suatu benjolan
setempat, warna kemerahan, mengkilat dan nyeri tekan, dapat disertai bintik
kuning atau putih yang merupakan akumulasi pus pada folikel silia.1,2,5

2.7 MANIFESTASI KLINIK


1. Gejala Klinis

10
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yaitu tampak adanya
benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan dan
nyeri. Hordeolum eksterna adalah infeksi pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll.
Benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).
Hordeolum interna adalah infeksi yang terjadi pada kelenjar Meibom. Pada
hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata
bagian dalam). Benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum
eksternum.6,7

2. Tanda klinik
Pada stadium selulitis ditandai dengan adanya benjolan keras, kemerahan,
lokal, nyeri, edema, umumnya pada margo palpebral.
Pada stadium absesditandai dengan adanya pus yang dapat terlihat berupa
bintik kuning atau putih pada kelopak mata pada silia yang terifeksi. Umumnya
pembentukan hordeolum tunggal, namun bisa lebih dari satu/multipel (hordeola).2
Pseudoptosis atau ptosis dapat terjadi akibat bertambah beratnya kelopak
mata sehingga sukar diangkat.Pada pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel
kadang ditemukan ikut membesar. Keluhanlain yang umumnya dirasakan oleh
penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada kelopak mata, nyeri tekan
dan intensitas nyeri bertabah bilapasien menunduk. Hordeolum dapat membentuk
abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.6,7,8

Gambar 2.Hordeolum eksterna

11
Gambar 3.Hordeolum interna

2.8 PEMERIKSAAN
Diagnosis dapat di tegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisis seperti
yang telah dipaparkan di atas.

2.9 DIAGNOSIS BANDING


 KALAZION
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom
dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut.
Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan
jaringan parut lainnya.8,10
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar
Meibom. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan
pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.8

2.10 PENATALAKSANAAN
Dapat dengan kompres air hangat 2-3 kali per hari sangat membantu pada
stadium selulitis. Ketika bintik pus sudah terbentuk dapat dilakukan evakuasi
dengan epilasi pada silia yang berkaitan. Insisi pembedahan jarang dilakukan
kecuali pada abses yang besar. Antibiotik tetes (3-4 kali sehari) dan salep
antibiotik (saat akan tidur) sebaiknya diberikan setiap tiga jam untuk mengontrol
terjadinya infeksi. Obat anti inflamasi dan analgetik dapat diberikan untuk
mengurangi nyeri dan edema. Pada kasus tertentu yang jarang terjadi, hordeolum
dapat menyebabkan timbulnya selulitis preseptal sekunder sehingga dibutuhkan
pemberian antibiotik sistemik. Antibiotik sistemik dapat digunakan pula untuk

12
kontrol segera infeksi. Pada hordeolum rekuren, perlu dicari dan diterapi kondisi
predisposisi yang berkaitan. Jika tidak ada perbaikan kondisi dalam 48 jam, insisi
dan drainase bahan purulent dapat diindikasikan.1,2,4,6
Pada tindakan pembedahan berupa insisi hordeolum terlebih dahulu
diberikan anestesia topikal dengan pantokain tetes mata.Dilakukan anestesi
infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi
yang bila :
-
Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
-
Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.11

2.11 PROGNOSIS
Hordeolum termasuk gangguan kelopak mata yang jinak, namun
umumnya sering rekuren.4

2.12 KOMPLIKASI
- Konjungtivitis
- Astigmat

13
BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan diagnosis dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan


rumah dan lingkungan sekitar
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan hubungan diagnosis
dengan keluahan yang diderita pasien.
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah Os, dapat
disimpulkan bahwa keadaan/kondisi rumah Os tidak mempengaruhi atau
memperberat penyakit yang diderita oleh Os saat ini.
Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar pada kasus ini, diagnosis
penyakit pada Os ini tidak ada kaitannya terhadap lingkungan disekitarnya, karena
penyakit Os ini bukan penyakit berbasis lingkungan.

3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan lingkungan keluarga dan


hubungan keluarga
Diagnosis penyakit Os saat ini tidak berhubungan langsung dengan
keadaan keluarga.

3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
perilaku kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Diantara faktor –
faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik kesehatan
individu maupun keluarga sangatlah besar.
Perilaku kesehatan os yang jarang mencuci tangan bila sehabis bermain,
dan orang tua os juga jarang memberitahu anaknya untuk membiasakan diri
mencuci tangan setelah bermain. Hal ini dapat menjadi timbulnya penyakit pada

14
pasien. Terdapat hubungan timbulnya peyakit yang diderita os dengan perilaku
kesehatan pasien.

3.4 Analisis kemungkinan berbagai factor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini
Beberapa etiologi dan factor predisposisi timbulnya hordeolum adalah
adanya infeksi oleh bakteri pada kelenjar dimata. Hal ini dapat disebabkan karna
faktor kebersihan tangan yang kurang terjada. Sehingga bisa menjadi transmisi
masuknya kuman ke bagian mata melalui tangan yang kotor tersebut. Karna anak-
anak memiliki kebiasaan mengusap-usap mata menggunakan tangan bila mata
terasa gatal.

3.5 Analisis untuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan


dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini
Untuk mengurangi resiko penyakit, pasien harus membiasakan hidup sehat.
Pasien harus menjaga kebersihan diri tertama dengan cara mencuci tangan. Anak
harus di ajarkan dan diberi tahu mengenai pentingnya mencuci tangan setelah
bermain. Orang tua harus memberikan contoh agar anaknya dapat meniru
kebiasaan cuci tangan yang sering dilakukan oleh orangtuanya.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika,


Jakarta, 2000: Hal 17-20
2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta. 2004: Hal 92-94
3. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK
UI, Jakarta 2003: Hal15 -16
4. Michael, P. 2009. Hordeolum. American academy of opthalmology. 2008.
Clasification and management of eyelid disorders. In orbit, eyelids, and
lacrimal system. Singapore : lifelong education opthalmologist. Pp 165-
167. URL: http://emedicine.medscape.com/article/1213080 [diakses pada
17 Agustus 2018)
5. Maria, B. 2007. Hordeolum. URL:
http://www.empowher.com/media/reference/hordeolum [diakses pada 17
Agustus 2018)

16

Вам также может понравиться